224
UJI RPM PADA ALAT PARUTAN KELAPA KERING (DESICCATED COCONUT)
(RPM Test of Mechanical Desiccated Coconut)
Agra Izwan
1,2), Saipul Bahri Daulay
1), Sumono
1)1)Departemen Keteknikan Pertanian, Fakultas Pertanian USU
Jl. Prof. Dr. A. Sofyan No. 3 Kampus USU Medan 20155
2)email:
agraizwan18@gmail.com
Diterima: 11 Juni 2015 / Disetujui: 22 Juli 2015
ABSTRACT
This research was done to test the effect of rpm on the effective capacity of the equipment, percentage of material left in the equipment, and yield. This research was using non factorial completely randomized design. It was found that the work capacity of the equipment, percentage of material left in the equipment, and yield on1125 rpm are 83,128, 12,17%, and 87,83% kg/hr respectively. On 900 rpm are 75.650, 19,33%, and 80,33% kg/hr respectively. On 750 rpm are 70,484, 25%, and 75% kg/hr respectively. The results showed that number of knife edge had significant effect on percentage of material left in the equipment, and yield and had significant different on the work capacity. The main cost from year one to year seven were Rp. 143,52, Rp. 134,90, Rp. 132,04, Rp. 130,61, Rp. 129,76, Rp. 129,31, and Rp. 128,78 per kg respectively. Break even point from year one to year seven were 1552,55, 835,26, 596,50, 477,32, 405,96, 368,42, 324,75 kg respectively. The result of net present value from 6% of bank rate was Rp. 1.518.446.869,44 which means this business was competent. The internal rate of return was 35,6% which means this business was competent if the bank rate were not more than 35,6%.
Keywords : rpm, grater, desiccated coconut
PENDAHULUAN
Penggunaan alat dan mesin pertanian sudah sejak lama digunakan dan perkembangannya mengikuti dengan perkembangan kebudayaan manusia. Pada awalnya alat dan mesin pertanian masih sederhana dan terbuat dari kayu kemudian berkembang menjadi bahan logam. Susunan alat ini mula-mula sederhana, kemudian sampai ditemukannya alat mesin pertanian yang kompleks. Dengan dikembangkannya pemanfaatan sumberdaya alam dengan motor secara langsung mempengaruhi secara langsung perkembangan dari alat mesin pertanian (Sukirno, 1999). Salah satu alat dan mesin pertanian yang sedang dikembangkan saat ini adalah alat parutan kelapa kering yang akan menghasilkan kelapa parut kering.
Kelapa parut kering (dessicated coconut) merupakan salah satu pemanfaatan buah kelapa, dimana buah kelapa dipotong-potong atau diparut kecil-kecil dan dikeringkan segera dengan warna tetap putih (Buda, 1981). Kelapa parut kering digunakan untuk membuat kue, biskuit, puding, permen, eskrim dan produk-produk pangan lainnya. Kelapa parut kering dapat ditambah air, kemudian dipres untuk mendapatkan santan yang digunakan untuk memasak. Kelapa parutan kering merupakan bahan yang berkadar air rendah
(maksimal 3%) sehingga dapat disimpan lama (Woodroof, 1979). Tahapan-tahapan pengolahan
desiccated coconut (DCN) secara lengkap
berdasarkan Suhardiyono (1987) adalah sebagai berikut:
1. Seleksi awal buah kelapa
Kelapa yang hendak dijadikan DCN adalah kelapa butiran dalam keadaan pecah, berkecambah atau kelapa kurang masak, dipisahkan dan kelapa butiran terpilih dimasukkaan kedalam bin penyimpanan yang beraerasi baik.
2. Pengupasan tempurung
Kelapa butiran dipecah tempurungnya, menggunakan alat pemecah tanpa memecah daging buahnya. Daging buah kelapa yang pecah akan menggangu proses pengupasan testa. 3. Pengupasan testa
Setelah testa dikupas, daging buah kelapa dipecah untuk memisahkan air buahnya. Daging buah dipotong-potong kecil, dicuci dan direndam dalam air mengalir.
4. Pasteuriasi
Daging buah kelapa dipanaskan dengan uap pada temperatur 70 derajat-80 derajat celcius selama 8-10 menit atau dimasukkan kedalam air mendidih selama 15 menit.
225
Potongan-potongan kecil daging buah kelapa yang telah dipasturisasi, selanjutnya direndam di dalam larutan sulfit dioksida (SO2).6. Pemarutan
Potongan-potongan kecil buah kelapa dimasukkan ke dalam mesin pemarut untuk memperoleh bentuk yang diinginkan. Untuk pemotongan sangat halus seperti pita, lempengan dan lainnya dilakukan dengan mesin Thread mill atau mesin pemarut (grater machine), sedangakan jika diinginkan DCN berupa berbentuk butiran disebut desintegrater.
7. Pengeringan
Kadar air daging buah kelapa dikeringkan sampai 3%. Pengeringan dilakukan pada temperatur 60-70 derajat celcius selama 20-45 menit.
8. Klasifikasi mutu
DCN dipisahkan menurut klasifikasi mutu berdasarkan ukurannya yaitu, sangat halus (ekstra fine), halus (fine), sedang, kasar.
9. Pembungkusan
Pembungkusan dilakukan dengan kantong pembungkus dengan berat yang diinginkan dan tidak diperkenankan mencampur berbagai mutu DCN dalam 1 pembungkus.
Keberhasilan alat parutan kelapa kering terhadap kualitas kelapa parut kering akan ditentukan oleh beberapa factor. Dari sisi parutan, salah satu faktor yang mempengaruhi adalah rpm alat. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh rpm terhadap kapasitas efektif alat, persentase bahan tidak terparut sempurna, persentase bahan tertinggal pada alat kelapa parutan kering, rendemen dan untuk kerja ekonomis.
BAHAN DAN METODE
Bahan yang digunakan adalah kelapa. Alat yang digunakan adalah parang, baskom, timbangan, pulley, kalkulator, alat tulis. Penelitian ini menggunakan metode perancangan percobaan rancangan acak lengkap (RAL) non faktorial yang terdiri dari satu faktor yaitu RPM alat kelapa parutan kering, dengan tiga ulangan pada tiap perlakuan. Faktor RPM alat pemarut terdiri dari 3 taraf, yaitu :
R1 = 1125 R2 = 900 R3 = 750
Pelaksanaan Penelitian
Kelapa yang akan diparut dibersihkan dan ditimbang. Alat pemarut kelapa disiapkan dengan cara memasang pulley sesuai dengan kecepatan
rpm yang diinginkan, kemudian dinyalakan. Bahan dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam saluran pemasukan, kemudian dicatat waktu yang dibutuhkan untuk memarut bahan. Perlakuan tersebut diulangi sebanyak 3 kali ulangan. Parameter pengamatan terdiri dari kapasitas efektif alat, persentase bahan yang tertinggal di alat , rendemen, serta analisis ekonomi.
Kapasitas Efektif Alat
Kapasitas efektif suatu alat atau mesin didefenisikan sebagai kemampuan alat dan mesin dalam menghasilkan suatu produk (Daywin, dkk., 2008). Kapasitas efektif alat dihitung dengan rumus berikut :
Kapasitas alat( Kg/jam) = ୣ୰ୟ୲ ୌୟୱ୧୪ ୟ୰୳୲ୟ୬ (୩)ୟ୩୲୳ (୨ୟ୫)
Persentase Bahan Yang Tertinggal Di Alat
Persentase bahan yang tertinggal di alat diperoleh dengan membagi antara selisih berat buah yang diparut (W1) dengan berat hasil parutan
dibagi dengan berat buah yang diparut (W2) dan
dikali 100 persen (Sihotang, 2006)
W1 – W2
Bahan yang Tertinggal di Alat = --- x 100% W1
Rendemen
Rendemen menunjukkan persentase perbandingan berat bahan akhir terhadap berat bahan awal (Ananda, 2009). Rendemen diperoleh dengan cara sebagai berikut, bahan ditimbang sebelum percobaan, bahan setelah percobaan ditimbang kembali, kemudian dihitung dengan rumus berikut: 100% (kg) Awal Berat (kg) Akhir Berat Rendemen= × Analisis Ekonomi
Analisis ekonomi meliputi perhitungan biaya pokok, jumlah produksi minimal untuk mencapai titik impas per tahun ( kg ), net present value (NPV) dan internal rate return (IRR).
Biaya pokok (Rp/kg) BTT C x BT + = dimana:
BT = Total biaya tetap ( Rp/tahun ) BTT = Total biaya tidak tetap ( Rp/jam ) x = Total jam kerja pertahun ( jam/tahun ) C = Kapasitas alat ( jam/kg)
N = V R F − dimana:
226
N = jumlah produksi minimal untuk mencapai titikimpas per tahun ( kg ) F = biaya tetap per tahun (Rp)
R = penerimaan dari tiap unit produksi ( Rp/kg ) V = biaya tidak tetap per unit produksi. VN = total
biaya tidak tetap per tahun ( Rp/kg ) CIF – COF ≥ 0
dimana:
CIF = Cash Inflow COF = Cash Outflow
Sementara itu keuntungan yang diharapkan dari investasi yang dilakukan bertindak sebagai tingkat bunga modal dalam perhitungan :
Penerimaan (CIF) = (pendapatan x (P/A, i, n)) + (nilai akhir x (P/F, i, n)) Pengeluaran (COF) = investasi + (pembiayaan x
(P/A, i, n)) dimana:
pendapatan = penerimaan x kapasitas alat x jam kerja alat 1 tahun
pembiayaan = biaya pokok x kapasitas alat x jam kerja alat 1 tahun
dengan kriteria:
− NPV > 0, berarti usaha menguntungkan dan layak untuk dilaksanakan dan dikembangkan; − NPV < 0, berarti sampai dengan t tahun investasi proyek tidak menguntungkan dan tidak layak untuk dilaksanakan dan dikembangkan;
− NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya yang dikeluarkan (Darun, 2002).
IRR = iNPV++ NPV+
(NPV++NPV-)(iNPV-- iNPV+) dimana:
iNPV- = Suku bunga pada saat NPV-
iNPV+ = Suku bunga pada saat NPV+
NPV+ = NPV pada saat nilai positif minimal
NPV- = NPV pada saat nilai negatif minimal
(Darun, 2002).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian pengaruh rpm pada alat kelapa parutan kering terhadap parameter yang diamati dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Data pengamatan hasil penelitian
Kapasitas Efektif Alat
Hasil pengujian dengan Duncan Multiple
Range Test (DMRT) menunjukkan bahwa rpm
memberikan pengaruh yang bereda sangat nyata (P<0,01) terhadap kapasitas efektif alat ( Tabel 2). Hubungan rpm terhadap kapasitas efektif alat dapat dilihat pada Gambar 1.
Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa dari hasil uji DMRT pada taraf 0.05 perlakuan rpm 1125 memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap rpm 900 dan terhadap perlakuan rpm 750. Sedangkan pada taraf 0.01 dapat dilihat bahwa pada perlakuan rpm 1125 memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap rpm 900 dan terhadap perlakuan rpm 750. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan uji rpm hasil yang terbaik ditinjau dari kapasitas efektif alat adalah rpm 1125 dengan nilai 83.128 kg/jam.
Dari Gambar 1 diketahui bahwa semakin besar kecepatan rpm maka kapasitas efektif alat akan semakin besar, dan sebaliknya jika semakin kecil kecepatan rpm maka kapasitas efektif alat akan semakin kecil. Hal ini disebabkan
karenauntuk memarut bahan dengan yang lebih banyak waktu yang dibutuhkan akan semakin cepat demikian juga sebaliknya. Kapasitas efektif alat juga dipengaruhi oleh kecepatan rpm. Hal ini sesuai dengan literatur Hanafiah (1995) yang menyatakan bahwa kapasitas alat dapat diperbesar atau diperkecil dengan mengubah jumlah pisau, kecepatan putar
roller (rpm).
Hal ini disebabkan karena untuk memarut bahan dengan menaikkan rpm dengan mengganti diameter pulley yang kecil, waktu yang dibutuhkan akan semakin cepat sehingga kapasitas efektif alat akan semakin besar, demikian juga sebaliknya. Kapasitas efektif alat juga dipengaruhi oleh rpm dengan mengganti diameter pulley hal ini sesuai dengan Gunawan (2006) bahwa perbedaan diameter pulley, dimana semakin kecil ukuran pulley maka semakin kecil pula rpm sehingga waktu yang dibutuhkan alat untuk mengolah bahan akan lebih lama. Demikian juga sebaliknya, semakin besar diameter pulley maka semakin besar pula rpm perlakuan kapasitas kerja alat (kg/jam) persentase bahan yang tertinggal
di alat (%) rendemen (%)
R1 83.128 12.17 87.83
R2 75.650 19.33 80.33
227
sehingga waktu yang dibutuhkan alat untuk mengolah bahan akan lebih cepat dan kapasitasolahnya lebih besar.
Tabel 2. Uji DMRT pengujian kecepatan rpm terhadap kapasitas efektif alat
Jarak DMRT RPM Rataan Notasi P 0.05 0.01 0.05 0.01 - - - R1 83.128 a A 2 4.061 6.153 R2 75.650 b B 3 4.209 6.383 R3 70.484 c B
Keterangan : Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%
Gambar 1. Hubungan rpm terhadap kapasitas efektif alat
Persentase Bahan Tertinggal di Alat
Hasil pengujian DMRT untuk mengetahui pengaruh rpm terhadap persentase bahan yang
tertinggal di alat pada masing-masing taraf perlakuan, dapat dilihat pada Tabel 3. Dari Tabel 3 diatas dapat dilihat hubungan antara kecepatan rpm terhadap persentase bahan yang tertinggal di alat bahwa rpm 750 memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap rpm 900 dan rpm 1125, dan perlakuan 900 rpm memberikan pengaruh berbeda sangat nyata dengan perlakuan 1125 rpm. Sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh taraf perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap satu dengan yang lainnya. Hubungan kecepatan rpm terhadap persentase bahan yang tertinggal di alat dapat dilihat pada Gambar 3.
Tabel 3. Hasil Uji DMRT pengujian rpm terhadap persentase bahan yang tertinggal di alat. Jarak DMRT RPM Rataan Notasi 0.05 0.01 0.05 0.01 _ _ _ R3 25.000 a A 2 2.424 3.673 R2 19.330 b B 3 2.512 3.810 R1 12.170 c C
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%.
Gambar 2. Hubungan kecepatan rpm terhadap persentase bahan tertinggal di alat. Dari Gambar 2 diketahui bahwa semakin kecil rpm, maka persentase bahan yang tertinggal di dalam alat akan semakin besar, karena semakin kecil rpm dengan diameter pulley lebih
besar yang digunakan membuat rpm yang semakin kecil sehingga menyebabkan bahan yang tertinggal di alat semakin tinggi.
Pada hasil penelitian diperoleh persentase bahan yang tertinggal yang paling besar adalah pada rpm 750 yaitu sebesar 25%. Ini disebabkan kelapa yang diparut memerlukan waktu yang cukup lama dengan menggunakan kecepatan rpm sebesar 750. Pada rpm 750 menghasilkan gaya sentrifugal yang lebih kecil dibandingkan rpm 1125 yang mengakibatkan kurang gaya yang dihasilkan untuk melepas kelapa yang lengket pada lubang mata pisau dan roller pemarut sehingga ada banyak bahan yang tertinggal dan sebaliknya pada pada rpm 1125.
Adanya waktu yang lama saat tuas pendorong ditekan dan membuat santan pada kelapa keluar pada waktu pemarutan serta memperbesar lamanya waktu kelapa ŷ ≈ 0.033x + 45.26 r = 0.999 64.0 68.0 72.0 76.0 80.0 84.0 88.0 750 875 1000 1125 K ap as ita s E fe kt if A la t (K g/ Ja m ) RPM ŷ ≈ -0.034x + 50.30 r = -0.997 0.0 5.0 10.0 15.0 20.0 25.0 30.0 750 875 1000 1125 P er se nt as e B ah an T er tin gg al d i A la t (% ) RPM
228
mendapatkan tekanan selama tuas pendorong ditekan hal ini sesuai literatur Suhardiyono (1987) bahwa dengan memperbesar tekanan, dapat menaikkan jumlah santan yang diperoleh, walupun dalam jumlah terbatas.Rendemen
Hasil pengujian DMRT untuk mengetahui pengaruh rpm terhadap rendemen pada masing-masing taraf perlakuan, dapat dilihat pada data pengamatan hasil penelitian Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Uji DMRT pengujian rpm terhadap rendemen.
Jarak DMRT RPM Rataan Notasi
0.05 0.01 0.05 0.01
- R1 87.830 a A
2 2.424 3.673 R2 80.330 b B
3 2.512 3.810 R3 75.000 c C
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%.
Dari Tabel 4 dapat dilihat hubungan rpm terhadap persentase rendemen bahwa rpm 1125 memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap rpm 900 dan rpm 750, dan perlakuan 900 rpm memberikan pengaruh berbeda sangat nyata dengan perlakuan 750. Sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh taraf perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap satu dengan yang lainnya. Pada hasil penelitian persentase rendemen yang paling besar pada rpm 1125 yaitu 87.83%.
Pada rpm 1125 mempengaruhi rendemen yang dihasilkan pada alat ini yang berarti dengan meningkatkan kecepatan rpm pada alat ini dapat meningkatkan persentase rendemen. Ini disebabkan pada kecepatan rpm 1125 menghasilkan gaya sentrifugal yang lebih besar sehingga kelapa yang tersangkut dan lengket pada roller pemarut akan semakin mudah terlepas sehingga rendemen akan semakin besar dan sebaliknya.
Hal ini berarti dengan menggunakan kecepatan rpm 1125 menghasilkan pesentase rendemen yang tinggi dan waktu pemarutan yang lebih cepat hal ini sesuai dengan literatur Suharto (1991) nilai persentase rendemen dipengaruhi oleh waktu, dimana semakin lama proses (waktu) maka nilai persentase rendemen bahan akan semakin kecil. Hal ini disebabkan karena lama waktu pemarutan akan menyebabkan santan pada kelapa banyak yang keluar dari kelapa dan semakin lama pemarut maka semakin lama tuas pendorong menekan kelapa yang diparut dan membuat santan kelapa banyak keluar sehingga rendemen akan semakin kecil dan sebaliknya jika waktu pemarutan semakin cepat maka tuas pendorong menekan tidak terlalu lama maka rendemen akan semakin besar yang dikarenakan santan pada kelapa akan lebih sedikit keluar.
Hubungan kecepatan rpm terhadap rendemen dapat dilihat pada Gambar 3. Dari Gambar 3 diatas diketahui bahwa semakin besar
rpm, maka persentase rendemen akan semakin besar, karena semakin besar kecepatan putaran dengan diameter pulley yang lebih kecil yang digunakan maka hasil parutan yang diperoleh akan semakin tinggi hal ini sesuai dengan Gunawan (2006) bahwa perbedaan diameter
pulley, dimana semakin kecil ukuran pulley maka
semakin kecil pula rpm sehingga waktu yang dibutuhkan alat untuk mengolah bahan akan lebih lama dan menhasikan rendemen yang semakin kecil. Demikian juga sebaliknya, semakin besar diameter pulley maka semakin besar pula rpm sehingga waktu yang dibutuhkan alat untuk mengolah bahan akan lebih cepat dan menghasilkan rendemen yang semakin besar.
Gambar 3. Hubungan kecepatan rpm terhadap persentase rendemen.
Analisis Ekonomi
Analisis ekonomi digunakan untuk menentukan besarnya biaya yang harus dikeluarkan saat produksi menggunakan alat ini. Dengan analisis ekonomi dapat diketahui seberapa besar biaya produksi sehingga keuntungan alat dapat diperhitungkan. Umumnya setiap investasi bertujuan untuk mendapatkan keuntungan. Namun ada juga investasi yang bukan bertujuan untuk keuntungan, misalnya investasi dalam bidang sosial kemasyarakatan atau investasi untuk
ŷ ≈ 0.034x + 49.47 r = 0.999 70.0 75.0 80.0 85.0 90.0 750 875 1000 1125 R en de m en ( % ) RPM
229
kebutuhan lingkungan, tetapi jumlahnya sangat sedikit.Biaya Pemarutan Kelapa
Berdasarkan penelitian yang diperoleh biaya pemarutan sebesar Rp.143,52/kg pada tahun pertama, Rp. 134,90/kg pada tahun kedua. Rp. 132,04/kg pada tahun ketiga, Rp. 130,61/kg pada tahun keempat, Rp. 129,76/kg pada tahun kelima, Rp. 129,31/kg pada tahun keenam dan Rp. 128,78/kg pada tahun ke-tujuh.
Break Even Point
Analisis titik impas umumnya berhubungan dengan proses penentuan tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha yang dilakukan dapat membiayai sendiri (self financing), dan selanjutnya dapat berkembang sendiri (self
growing). Dalam analisis ini keuntungan awal
dianggap nol. Manfaat perhitungan titik impas adalah untuk mengetahui batas produksi minimal yang harus dicapai dan dipasarkan agar usaha yang dikelola masih layak untuk dijalankan. Pada kondisi ini income yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya operasional tanpa adanya keuntungan.
Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan , alat kelapa parutan keringini akan mencapai BEP apabila telah memarut kelapa sebanyak 1552,55 kg pada tahun pertama, 835,26 kg pada tahun kedua, 596,50 kg pada tahun ketiga, 477,32 kg pada tahun keempat, 405,96 kg pada tahun kelima, 368,42 kg pada tahun keenam, dan 324,75 kg pada tahun ketujuh.
Net Present Value
Net present value (NPV) adalah kriteria yang
digunakan untuk mengukur suatu alat layak atau tidak untuk diusahakan. Dalam menginvestasikan modal dalam penambahan alat pada suatu usaha maka NPV ini dapat dijadikan salah satu alternatif dalam analisis financial. Dari percobaan dan data yang diperoleh pada penelitian dapat diketahui besarnya NPV dengan suku bunga 6% adalah Rp. 1.518.289.044,76. Hal ini berarti usaha ini layak untuk dijalankan karena nilainya lebih besar ataupun sama dengan nol. Hal ini sesuai dengan pernyataan Darun (2002) yang menyatakan bahwa kriteria NPV yaitu:
- NPV > 0, berarti usaha yang telah dilaksanakan menguntungkan
- NPV < 0, berarti sampai dengan n tahun investasi usaha tidak menguntungkan - NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama
dengan tambahan biaya yang dikeluarkan.
Internal Rate of Return
Hasil yang didapat dari perhitungan IRR adalah sebesar 35,6%. Usaha ini masih layak dijalankan apabila bunga pinjaman bank tidak melebihi 35,6%. Jika bunga pinjaman di bank melebihi angka tersebut maka usaha ini tidak layak lagi diusahakan. Semakin tinggi bunga pinjaman bank maka keuntungan yang diperoleh dari usaha ini akan semakin kecil.
KESIMPULAN
1. Kapasitas efektif alat tertinggi pada rpm R1 adalah sebesar 83,128 kg kopra/jam sedangkan kapasitas efektif alat terendah pada rpm R3 sebesar 70,484 kg kopra/jam. 2. Persentase bahan yang tertinggal di alat
tertinggi pada rpm R3 sebesar 25% sedangkan persentase bahan yang tertinggal di alat terendah pada rpm R1 sebesar 12,17%. 3. Rendemen tertinggi pada rpm R1 sebesar 87,83% sedangkan rendemen terendah pada rpm R3 sebesar 75%.
4. Biaya pokok yang harus dikeluarkan dalam memarut kelapa dengan alat parutan kelapa kering ini tiap tahunnya adalah sebesar Rp.143,52/kg pada tahun pertama dan Rp. 128,78/kg pada tahun ketujuh.
5. Alat ini akan mencapai nilai break even point apabila telah memarut kelapa sebanyak 1552,55 kgpada tahun pertamadan 324,75 kg pada tahun ketujuh.
6. Net present value alat ini dengan suku bunga 6% adalah Rp.1.518.446.869,44 yang berarti usaha ini layak dijalankan.
7. Internal rate of return pada alat ini adalah sebesar 35,6%.
DAFTAR PUSTAKA
Ananda, A.D, 2009. Aktivitas Antioksidan dan Karakteristik Organoleptik Minuman Fungsional Teh Hijau (Camellia sinensis) Rempah Instan. Skripsi. Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Buda, K., 1981. Kelapa dan Hasil Olahannya. Bagian THP Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Denpasar. Darun. 2002. Ekonomi Teknik. Jurusan
Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian USU. Medan.
230
Daywin, F. J., Sitompul, R. G. dan Hidayat, I.2008. Mesin-Mesin Budidaya Pertanian di Lahan Kering. Graha Ilmu. Yogyakarta. Gunawan, D. 2006. Uji RPM Pada Alat Pembuat
Pakan Ikan Lele Bentuk Pelet. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.
Hanafiah, K. A., 1995. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Sihotang, W. 2006. Uji RPM Silinder Mata Parut Pada Alat Pemarut Mekanis. Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.
Suhardiyono, L. 1987. Tanaman Kelapa. Kanisius. Yogyakarta.
Suharto. 1991. Teknologi Pengawetan Pangan. PT. Rineka Cipta. Yogyakarta.
Sukirno. 1999. Mekanisasi Pertanian. UGM. Yogyakarta.
Woodroof, J.G. 1979. Coconuts : Production, Processing, products. The AVI Publishing Company Inc., Westport, Connecticut.