STUDI EVALUASI DAN PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN
AIR BERSIH UNTUK DESA PLANDIREJO
KECAMATAN BAKUNG KABUPATEN BLITAR
Haenur Rofita1, Ery Suhartanto2, Dian Chandrasasi21)
Mahasiswa Program Sarjana Teknik Jurusan Pengairan Universitas Brawijaya 2)
Dosen Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Teknik Pengairan Universitas Brawijaya-Malang, Jawa Timur, Indonesia Jl. MT. Haryono 167 Malang 65145 Indonesia
e-mail: haenurrofita26@gmail.com ABSTRAK
Desa Plandirejo belum terlayani jaringan PDAM. Penduduk Desa Plandirejo mengandalkan air dari jaringan yang perkembangannya dilakukan secara swadaya oleh masyarakat. Sumber Ngembag memiliki debit 4 liter/detik. Debit Sumber Ngembag dievaluasi dengan program WaterCAD V8 XM Edition. Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi kondisi jaringan saat ini dan mengoptimalkan debit untuk pengembangan, yang ditinjau dari segi hidraulika dengan permodelan simulasi kondisi tidak permanen.
Simulasi kondisi existing menunjukkan nilai headloss tinggi dan kekurangan debit. Hal ini ditunjukkan dengan tinggi air dalam tandon tidak dapat kembali pada H initial simulasi operasi pompa apabila dilakukan penambahan tandon, sehingga Sumber Ngembag tidak digunakan dalam pengembangan jaringan.
Alternatif lain untuk perencanaan pengembangan yaitu menggunakan sumur dengan potensi debit 4 liter/detik dan kedalaman 124 m. Tingkat pelayanan direncanakan 100% dan kehilangan air 25% dari total produksi.
Hasil akhir simulasi menunjukkan analisa kondisi hidraulika yang memenuhi persyaratan teknis perencanaan sistem jaringan distribusi pada umumnya. Nilai tekanan pipa transmisi 4,048-4,161 bars dan 0,545-3,589 bars untuk pipa distribusi, kemiringan garis hidrolis 5,348-8,682 m/km, dankecepatan 0,300-0,466 m/detik. Operasi pompa direncanakan selama 12 jam, pompa menyala per 4 (empat) jam.
Kata kunci: air bersih, pompa, tandon, jaringan pipa, simulasi program
ABSTRACT
Pandirejo village has not been supplied by the PDAM network yet. The villagers of Plandirejo rely on independent water network managed by the community. Ngembag spring has the discharge of 4 liters/second. The discharge of Ngembag spring was evaluated by WaterCAD V8 XM Edition program. This study aimed to evaluate the current network condition and optimize the discharge for the development, that assessed by the hydraulics with simulation modelling of non-permanent condition.
The simulation result showed that the existing condition had high headloss and also water shortage. It showed with the water height in the reservoir that fails to reach the initial water height of pump operation simulation even after the addition of reservoir volume, so that Ngembag spring did not used for the development stage.
Another alternative on the development stage used a well that has the potential discharge of 4 liters/second and the depth of 124 m. The service level was planned 100% and the water losses was considered 25% of the total production.
The final simulation result showed that the analysis of hydraulic condition fulfills the general technical requirement of water distribution systems. The value of pipe transmission pressure was 4,048-4,161 bars and 0,545-3,589 bars for the distribution pipe, the headloss gradient was 5,348-8,682 m/km, and the velocity was 0,300-0,466 m/second. The pump was planned to operate for 12 hours, pump was turned on every 4 hours.
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Meningkatnya pertumbuhan penduduk pada suatu daerah akan berdampak terhadap
meningkatnya kebutuhan air bersih.
Beberapa masalah yang timbul dalam pemenuhan kebutuhan air bersih adalah jumlah atau ketersediaan air bersih,
pengolahan sumber air, dan sistem
pendistribusian air bersih yang tidak merata. Sehingga diperlukan adanya usaha-usaha pemenuhan kebutuhan produksi air bersih. Salah satu usaha tersebut adalah dengan peningkatan pelayanan sistem jaringan distribusi yang baik dan mampu
melayani kebutuhan air bersih bagi
penduduk di daerah tersebut dengan memanfaatkan kapasitas debit sumber air yang ada di sekitar penduduk.
Desa Plandirejo Kecamatan Bakung merupakan wilayah administratif dari Kabupaten Blitar. Secara geografis, Desa Plandirejo yang terletak pada bagian selatan Kabupaten Blitar ini merupakan daerah dataran tinggi berupa pegunungan berbatu dan berdasarkan kondisi geologi termasuk dalam jenis batuan kapur. Kondisi ini membuat struktur tanah pada wilayah ini menjadi kurang subur, kering, dan tandus.
Berdasarkan kondisi tersebut maka
diperlukan penanganan segera dengan melakukan penyediaan air bersih yang
sasaran utamanya adalah memenuhi
kebutuhan air bersih untuk masyarakat baik secara kuantitas, kualitas, dan kontinuitas.
Evaluasi pada kondisi existing
bertujuan untuk mengevaluasi kondisi
jaringan saat ini, serta untuk
mengembangkan debit yang dapat
digunakan dengan penambahan daerah studi sebagai daerah studi.
Dalam “Studi Evaluasi dan
Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih Untuk Desa Plandirejo Kecamatan Bakung Kabupaten Blitar”, kajiannya secara teknis merupakan suatu sistem jaringan yang melayani Desa Plandirejo Kabupaten Blitar.
1.2. Identifikasi Masalah
Dengan belum adanya jaringan PDAM, penduduk Desa Plandirejo selama ini mengandalkan air dari jaringan distribusi
yang perkembangannya dilakukan secara swadaya oleh masyarakat dalam memenuhi kebutuhan air baku. Namun air baku yang didapatkan dari jaringan tersebut masih belum dapat memenuhi semua kebutuhan masyarakat di Desa Plandirejo.
Sumber Belik Kosel yang saat ini dimanfaatkan sebagai pemasok air untuk Dusun Sidorejo Desa Plandirejo memiliki debit relatif kecil yang tidak dapat mencukupi kebutuhan air bersih di daerah studi. Sumber Ngembag yang memiliki debit lebih besar dari Sumber Belik Kosel yaitu sebesar 4 liter/detik dilakukan evaluasi untuk memenuhi kebutuhan air bersih dengan melakukan pengembangan jaringan distribusi air bersih untuk daerah studi yaitu Dusun Sidorejo sebanyak 60 KK dari Sumber Ngembag. Daerah yang memanfaatkan air dari Sumber Ngembag saat ini adalah sebagian Dusun Miribanteng dan Dusun Gledug Desa Pulerejo, serta sebagian Dusun Sidorejo yang terletak di Desa Plandirejo. Jumlah penduduk terlayani Dusun Miribanteng adalah 70 KK, Dusun Gledug 80 KK, dan 158 KK untuk Dusun Sidorejo dengan prosentase layanan sebesar 24,13% untuk Dusun Miribanteng, 27,26% untuk Dusun Gledug, dan 43,86% untuk Dusun Sidorejo dari total jumlah penduduk masing-masing dusun.
Jika dalam analisa evaluasi kondisi
existing Sumber Ngembag tidak dapat
digunakan dalam perencanaan distribusi air bersih ke daerah layanan, maka digunakan alternatif lain dalam penyediaan air bersih di Dusun Sidorejo Desa Plandirejo yaitu
dengan menggunakan sumur dengan
kedalaman 124 m berdasarkan pengukuran geolistrik dan memiliki potensi debit 4 liter/detik.
Dengan kondisi tersebut, maka
pengadaan penyediaan air bersih di daerah studi sangat diperlukan. Pembahasan dalam studi ini merupakan evaluasi jaringan
existing Sumber Ngembag dan perencanaan
jaringan pipa ke daerah pelayanan.
1.3. Tujuan
Tujuan dari diadakannya studi ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui proyeksi kebutuhan air bersih di daerah studi sampai tahun 2029.
2. Mengetahui hasil evaluasi kondisi sistem jaringan distribusi air bersih dengan menggunakan program WaterCad V8
XM Edition pada kondisi existing.
3. Mengetahui kondisi hidrolis sistem jaringan distribusi air bersih dengan menggunakan program WaterCad V8
XM Edition tahap pengembangan.
2. KAJIAN PUSTAKA
2.1. Proyeksi Pertumbuhan Jumlah Penduduk
Agar dapat menentukan kebutuhan air bersih pada masa mendatang perlu terlebih dahulu diperhatikan keadaan yang ada pada saat ini dan proyeksi jumlah penduduk di masa mendatang Metode yang digunakan untuk memproyeksikan jumlah penduduk di masa mendatang yaitu:
1. Metode Eksponensial 2. Metode Geometrik 3. Metode Aritmatik
2.2. Kebutuhan Air Bersih
Kebutuhan air adalah jumlah air yang dipergunakan secara wajar untuk keperluan pokok mausia (domestik) dan kegiatan-kegiatan lainnya yang memerlukan air.
Pemakaian air oleh masyarakat tidak terbatas pada keperluan domestik, namun untuk keperluan industri dan keperluan
perkotaan. Besarnya pemakaian oleh
masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti tingkat hidup, pendidikan, tingkat ekonomi dan kondisi sosial. Dengan demikian, dalam perencanaan suatu sistem penyediaan air, kemungkinan penggunaan air dan variasinya haruslah diperhitungkan secermat mungkin (Linsley, 1996:91).
Macam kebutuhan air bersih umumnya dibagi atas dua kelompok yaitu:
1. Kebutuhan Domestik 2. Kebutuhan Non Domestik
2.3. Hidrolika Pada Sistem Jaringan Pipa Air Bersih
a. Hukum Bernoulli
Aliran dalam pipa memiliki tiga macam energi yang bekerja didalamnya, yaitu:
1. Energi kinetik 2. Energi tekanan 3. Energi ketinggian
Hal tersebut dikenal dengan prinsip Bernoulli bahwa tinggi energi total pada sebuah penampang pipa adalah jumlah energi ketinggian, energi kecepatan, dan energi tekanan.
ETot = Energi ketinggian + Energi
kecepatan + Energi tekanan
ETot = h + 2g V2 + w γ p
Menurut teori kekekalan energi dari Hukum Bernoulli yakni apabila tidak ada energi yang lolos atau diterima antara dua titik dalam satu sistem tertutup, maka energi totalnya tetap konstan.
Gambar 2.1. Garis tenaga dan tekanan pada zat cair
Sumber: Priyantoro (1991:7)
Adapun Persamaan Bernoulli dalam gambar diatas dapat ditulis sebagai berikut (Priyantoro, 1991:8): dengan: w 1 γ p , w 2 γ p
= tinggi tekan di titik 1 dan 2 (m)
2g V12
,
2g V22
= tinggi energi dititik 1 dan 2 (m)
p1, p2 = tekanan di titik 1 dan 2 (kg/m2)
w = berat jenis air (kg/m3)
V1,V2 = kecepatan aliran di titik 1 dan 2
(m/dt)
g = percepatan gravitasi (m/det2)
h1, h2 = tinggi elevasi di titik 1 dan 2 dari garis yang ditinjau (m)
Hf = kehilangan tinggi tekan dalam
pipa (m) HGL EGL V1 2 2 g a P1 V2 2 2 g P2 a b b V1 V2 h1 h2 hL L 2 2 2 2 2 1 1 1 h 2g v γ P h 2g v γ p h
b. Hukum Kontinuitas
Hukum kontinuitas yang dituliskan: Q1 = Q2
A1.V1 = A2.V2 dengan:
Q1 = debit pada potongan 1(m3/det)
Q2 = debit pada potongan 2 (m3/det)
A1 = luas penampang pada potongan 1 (m2)
A2 = luas penampang pada potongan 2 (m2)
V1 = kecepatan pada potongan 1 (m/det)
V2 = kecepatan pada potongan 2 (m/det)
Pada aliran percabangan pipa juga berlaku hukum kontinuitas dimana debit yang masuk pada suatu pipa sama dengan debit yang keluar pipa. Hal tersebut diilustrasikan sebagai berikut:
Q1 = Q2 + Q3
A1.V1 = (A2.V2) + (A3.V3) dengan:
Q1, Q2, Q3 = debit yang mengalir pada
penampang 1, 2 dan 3 (m3/det)
V1, V2, V3 = kecepatan pada penampang
1,2 dan 3 (m/det)
c. Kehilangan Tekanan (Head Loss)
Secara umum didalam suatu instalasi
jaringan pipa dikenal dua macam
kehilangan energi:
- Kehilangan Tinggi Tekan Mayor
Ada beberapa teori dan formula untuk menghitung besarnya kehilangan tinggi tekan mayor ini yaitu dari Hazen-Williams,
Darcy-Weisbach, Manning, Chezy, Colebrook-White dan Swamme-Jain. Dalam
kajian ini digunakan persamaan
Hazen-Williams (Bentley, 2007) yaitu:
54 , 0 63 , 0 354 . 0 C A R S Q hw 54 , 0 63 , 0 354 . 0 C R S V hw dengan:
V = kecepatan aliran pada pipa (m/det)
Chw = koefisien kekasaran
A = luas penampang aliran (m2)
Q = debit aliran pada pipa (m3/det)
S = kemiringan hidraulis =hf /L
R = jari-jari hidrolis (m)
Untuk Q = V/A, didapat kehilangan tinggi tekan mayor menurut
Hazen-Williams sebesar (Webber 1971:121):
85 , 1 .Q k hf k 1,85 4,87 . 7 , 10 D C L hw dengan: f
h = kehilangan tinggi tekan mayor (m)
D = diameter pipa (m)
k = koefisien karakteristik pipa
L = panjang pipa (m)
Q = debit aliran pada pipa (m3/det)
- Kehilangan Tinggi Tekan Minor
Ada berbagai macam kehilangan tinggi tekan minor sebagai berikut:
1. Pelebaran pipa
2. Penyempitan mendadak pada pipa 3. Mulut pipa
4. Belokan pada pipa
5. Sambungan dan katup pada pipa
Pada pipa-pipa yang panjang,
kehilangan minor ini sering diabaikan tanpa kesalahan yang berarti (L/D >>1000), tetapi dapat menjadi cukup penting pada pipa
yang pendek (Priyantoro,1991:37).
Kehilangan minor pada umumnya akan lebih besar bila terjadi perlambatan kecepatan aliran didalam pipa dibandingkan
peningkatan kecepatan akibat adanya
pusaran arus yang ditimbulkan oleh pemisahan aliran dari bidang batas pipa (Linsley, 1989:273).
2.4. Kriteria Jaringan Pipa Air Bersih
Dalam perencanaan jaringan pipa harus memenuhi kriteria-kriteria agar pada saat pengoperasian dapat berjalan sesuai dengan standar yang ada. Adapun kriteria jaringan pipa ditampilkan pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.1. Kriteria Jaringan Pipa PVC
Sumber: Peraturan Menteri PU No: 18/PRT/M/2007
1. Kecepatan 0,3 m/detik-4,5 m/detik Kecepatan kurang dari 0,3 m/detik
a. Diameter pipa diperkecil b. Ditambahkan pompa
c. Elevasi hulu pipa hendaknya lebih tinggi (disesuaikan di lapangan) Kecepatan lebih dari 4,5 m/detik
a. Diameter pipa diperbesar
b. Elevasi pipa bagian hulu terlalu besar dibandingkian dengan hilir 2. Headloss Gradient 0-15 m/km
Headloss Gradient lebih dari 15 m/km a. Diameter pipa diperbesar
b. Elevasi pipa bagian hulu terlalu besar dibandingkan dengan hilir pipa 3. Tekanan 0,506 bars (0,5 atm)-8,106 bars (8 atm)
1 bar = 0,986923 atm
Tekanan kurang dari 0,506 bars (0,5 atm) a. Diameter pipa diperbesar b. Ditambahkan pompa
c. Pemasangan pipa yang kedua di bagian atas, sebagian atau keseluruhan dari panjang pipa
Tekanan lebih dari 8,106 bars (8 atm) a. Diameter pipa diperkecil
b. Ditambahkna bangunan bak pelepas tekan c. Pemasangan Pressure Reducer Valve (PRV)
2.5. Spesifikasi Teknis Pompa
Perencanaan pompa dilakukan dengan melihat nilai head total pompa dan debit
yang tersedia, serta data-data yang
mendukung. Berikut ini spesifikasi teknis pompa yang digunakan dalam studi ini: Pompa Submersible Grundfos SP14A-25
Material : stainless steel
Debit : 14 m3/jam
Head : 168 m
Power : 7,5 kW
Efisiensi : 70%
Tabel 2.2. Spesifikasi Pompa Grundfos
Sumber: (http://www.webpumps.com)
3. METODOLOGI PENELITIAN
Adapun langkah-langkah pengerjaan studi sebagai berikut:
Tabel 3.1. Tahapan Metodologi Penelitian
Sumber: Hasil Analisa
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Proyeksi Jumlah Penduduk
Perhitungan proyeksi penduduk dapat dilakukan dengan 3 metode, yaitu metode geometrik, metode aritmatik, dan metode eksponensial. Kemudian ditentukan pula nilai dari standart deviasi dan koefisien korelasi dari masing-masing metode, untuk menentukan metode yang akan di pakai untuk menghitung proyeksi kebutuhan air.
Kriteria penentuan metode dipilih
berdasarkan pada nilai standart deviasi yang terkecil dan koefisien korelasi yang terbesar mendekati +1.
Pada studi ini perhitungan proyeksi penduduk dilakukan sampai dengan 15 tahun kedepan mulai dari tahun 2014
sampai dengan tahun 2029 dengan
menggunakan metode aritmatik.
Tabel 4.1. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Dusun Sidorejo Tahun 2012-2029
Sumber: Hasil Perhitungan
Tabel 4.2. Uji Kesesuaian Metode Proyeksi dan Standart Deviasi Dusun Sidorejo
Sumber: Hasil Perhitungan
4.2. Proyeksi Kebutuhan Air Bersih
A. Kebutuhan Domestik dan Non Domestik Berdasarkan beberapa faktor dari letak geografis maupun kondisi sosial ekonominya, daerah studi termasuk dalam golongan desa kecil (jumlah penduduk pada tahun 2029 sebesar 1198 jiwa untuk Dusun Miribanteng, 1399 jiwa untuk Dusun
Type Capasitas Head (m) Power SP14A-10 14 m3/jam 67 3,0 KW/ 415 V SP14A-13 14 m3/jam 88 4,0 KW/ 415 V SP14A-18 14 m3 /jam 122 5,5 KW/ 415 V SP14A-25 14 m3 /jam 168 7,5 KW/ 415 V SP14A-5 14 m3/jam 34 1,5 KW/ 415 V SP14A-7 14 m3/jam 47 2,2 KW/ 415 V No . Tahapan Keterangan Hasil 1. Pengumpulan data Digunakan dalam analisa sistem jaringan
distribusi air bersih.
Data-data teknis, primer, dan sekunder pada Tabel 3.2. 2. Perhitungan proyeksi penduduk Proyeksi penduduk menggunakan Metode Geometrik, Aritmatik, Eksponensial Uji kesesuaian metode proyeksi
Perhitungan nilai standar deviasi (Persamaan 2-4) dan koefisien korelasi (Persamaan 2-5) masing-masing metode.
Penentuan metode proyeksi penduduk yang akan dipakai untuk menghitung proyeksi kebutuhan air bersih yakni nilai koefisien korelasi yang terbesar mendekati +1.
Data proyeksi penduduk sampai tahun 2029. 3. Perhitungan proyeksi kebutuhan air bersih Kondisi existing Tahap pengembangan
Perhitungan kebutuhan air bersih berdasarkan jumlah pelanggan pada kondisi existing tahun 2014.
Perhitungan kebutuhan air bersih berdasarkan jumlah pelanggan yang akan dilayani sampai tahun 2029.
Analisa kebutuhan air bersih antara debit ketersediaan dan debit kebutuhan air rata-rata, kebutuhan air harian maksimum, kebutuhan air saat jam puncak.
Geometrik Aritmatik Eksponensial
1 2012 1403 1403 1403 2 2013 1428 1428 1428 3 2014 1441 1441 1441 4 2015 1461 1460 1461 5 2016 1481 1479 1481 6 2017 1501 1498 1501 7 2018 1521 1517 1522 8 2019 1542 1536 1543 9 2020 1562 1555 1564 10 2021 1584 1574 1585 11 2022 1605 1593 1606 12 2023 1627 1612 1628 13 2024 1649 1631 1651 14 2025 1671 1650 1673 15 2026 1694 1669 1696 16 2027 1717 1688 1719 17 2028 1740 1707 1742 18 2029 1763 1726 1766
Tahun Jumlah Penduduk (jiwa)
No.
Geometrik Aritmatik Eksponensial
Standart Deviasi 112,718 100,945 113,602
Rata-Rata Harian Maksimum Jam Puncak l/dtk l/dtk l/dtk Miribanteng 0,28 0,32 0,44 Gledug 0,32 0,37 0,50 Sidorejo 0,63 0,73 0,98 Jumlah 1,23 1,41 1,92 Dusun
Kebutuhan Air Baku
Gledug, dan 1726 untuk Dusun Sidorejo) dengan asumsi kebutuhan air bersih sebesar 60 liter/orang/hari.
Sedangkan kebutuhan non domestik ditujukan untuk berbagai fasilitas umum,
berdasarkan Permen PU Tentang
Penyelenggaraan Pengembangan SPAM tingkat pelayanan air untuk kebutuhan non domestik sebesar 15% dari kebutuhan domestik.
B. Fluktuasi Kebutuhan Air
Besarnya pemakaian air pada daerah studi berbeda pada setiap jamnya, hal ini dikarenakan terjadinya fluktuasi pada setiap
jam yang dipengaruhi oleh
pemakaian/faktor beban konsumen. Dalam perhitungan proyeksi kebutuhan air bersih ini didapat:
- Kebutuhan air rata-rata
= Kebutuhan domestik+Kebutuhan non domestik
- Kebutuhan air maksimum = 1,15 x Kebutuhan air rata-rata - Kebutuhan jam puncak
= 1,56 x Kebutuhan air rata-rata C. Kehilangan Air
Kehilangan air dapat didefinisikan sebagai suatu angka prosentase yang menunjukkan perbandingan antara volume penyediaan air (supplied water) dengan volume air yang dikonsumsi (consumed
water) atau pemakaian air yang terjual (revenued water).
Berdasarkan jumlah penduduk
terlayani Dusun Miribanteng 70 KK, Dusun Gledug 80 KK, dan 158 KK untuk Dusun Sidorejo dengan prosentase layanan sebesar 24,13% untuk Dusun Miribanteng, 27,26% untuk Dusun Gledug, dan 43,86% untuk Dusun Sidorejo dari total jumlah penduduk masing-masing dusun diperoleh besar kebutuhan air kondisi existing sebagai berikut.
Tabel 4.3. Rekapitulasi Perhitungan
Kebutuhan Air Bersih Kondisi Existing (2014)
Sumber: Hasil Perhitungan
Prosentase layanan pada tahap
pengembangan direncanakan sebesar 100% dengan kehilangan air sebesar 25% dari
total produksi. Berikut rekapitulasi
perhitungan kebutuhan air bersih Dusun Sidorejo sampai dengan tahun 2029.
Tabel 4.4. Rekapitulasi Perhitungan
Kebutuhan Air Bersih Dusun Sidorejo Tahap Pengembangan (2014-2029)
Sumber: Hasil Perhitungan
4.3. Evaluasi Kondidi Existing Sistem Jaringan Distribusi Air Bersih (2014)
4.3.1. Analisis Kondisi Existing Tandon
Pada kondisi existing dilakukan
evaluasi dari Sumber Ngembag. Sumber Ngembag dialirkan menuju tandon 1 pada ketinggian +238 m, beda tinggi antara sumber dan tandon adalah +63 m dengan jarak ± 1692 m, kemudian dari tandon 1 dialirkan secara gravitasi menuju tandon 2 pada ketinggian +227 m dengan jarak ± 1090 m. Dengan jarak yang relatif jauh
dari sumber ke daerah layanan,
digunakan tandon 2 untuk menampung air dari tandon 1 untuk selanjutnya didistribusikan ke masyarakat. Pada Sumber Ngembag menggunakan 1 (satu)
pompa dengan operasi pompa 12
jam/hari, pompa menyala selama 12 jam tanpa berhenti.
Gambar 4.1. Grafik fluktuasi muka air dalam tandon 1 kondisi existing
Sumber: Hasil Perhitungan Rata-Rata Harian Maksimum Jam Puncak
l/dtk l/dtk l/dtk 2014 1,44 1,65 2,24 2019 1,53 1,76 2,39 2024 1,63 1,87 2,54 2029 1,72 1,98 2,69 Tahun
Gambar 4.2. Grafik debit pompa tandon 1 kondisi existing
Sumber: Hasil Perhitungan
Gambar 4.3. Grafik fluktuasi muka air dalam tandon 2 kondisi existing
Sumber: Hasil Perhitungan
Gambar 4.4. Grafik debit inflow dan
outflow tandon 2 kondisi existing
Sumber: Hasil Perhitungan
4.3.2. Hasil Simulasi Program
WaterCAD V8 XM Edition untuk
Kondisi Existing
Dari hasil simulasi, secara keseluruhan terdapat junction yang tidak memenuhi kriteria perencanaan yaitu tekanan kurang dari 0 bars. Hal ini disebabkan debit yang mengalir dan diameter pipa yang digunakan
kurang sesuai (diameter pipa yang
digunakan kecil) dan head pompa yang ada di lapangan juga kecil.
- Contoh titik simpul J-62. Tekanan
maksimum terjadi pada saat kebutuhan air minimal pukul 00.00 yaitu sebesar
0,684 bars. Sedangkan tekanan
minimum terjadi pukul 07.00 sebesar 0,668 bars.
Gambar 4.5. Grafik fluktuasi tekanan J-62
Sumber: Hasil Analisa Program WaterCAD
- Contoh kemiringan garis gradien hidrolis
pada pipa 87 (P-87) mengalami
peningkatan pada pukul 04.00-07.00 yaitu dari 0,268 m/km menjadi 0,735 m/km. Penurunan terjadi pukul 07.00-13.00 dari headloss gradient 0,735 m/km menjadi 0,429 m/km. Headloss gradient terbesar terjadi pada pukul 07.00 sebesar 0,735 m/km, hal ini terjadi seiring dengan menurunnya tekanan pada titik simpul tersebut yang disebabkan karena jumlah permintaan air bersih yang meningkat dibandingkan pada jam-jam sebelumnya.
Gambar 4.6. Grafik fluktuasi headloss
gradient P-87
Sumber: Hasil Analisa Program WaterCAD
- Contoh kecepatan yang terjadi pada pipa 87 (P-87). Kecepatan tertinggi terjadi pada saat pukul 07.00 sebesar 0,210 m/detik dan kecepatan terendah terjadi pada pukul 23.00-01.00 sebesar 0,040 m/detik dimana kebutuhan akan air bersih paling rendah..
Gambar 4.7.Grafik fluktuasi kecepatan P-87
Berdasarkan hasil analisa kondisi
existing (2014), Sumber Ngembag dengan
debit sebesar 4 liter/detik mendistribusikan air melalui tandon 1 dan tandon 2 tidak dapat mencukupi kebutuhan air bersih pada daerah layanan. Hal ini ditunjukkan dengan tinggi air dalam tandon yang tidak dapat kembali pada H initial simulasi operasi pompa apabila dilakukan penambahan tandon. Sehingga daerah existing Sumber
Ngembag tidak digunakan dalam
perencanaan. Maka dilakukan alternatif lain untuk perencanaan pengembangan jaringan distribusi air bersih.
4.4. Perencanaan Pengembangan Sistem Jaringan Distribusi Air Bersih (2029)
4.4.1. Alternatif Skenario Operasi Jaringan Distribusi Air Bersih
Perencanaan pengembangan jaringan direncanakan dengan memakai jaringan baru dari titik sumur yang ditentukan berdasarkan pengukuran geolistrik. Air dari sumur sedalam 124 m dengan elevasi +77,00 m dipompa menuju tandon +202,00 m yang ada disekitar sumur. Dari tandon langsung didistribusikan ke daerah layanan +191,00 m dengan sistem gravitasi.
- Alternatif 1: Skenario 1 Pompa, Operasi Pompa 18 Jam (Pompa Menyala per 6 jam)
Gambar 4.8. Grafik fluktuasi muka air dalam tandon alternatif 1
Sumber: Hasil Perhitungan
Gambar 4.9. Grafik debit pompa alternatif 1
Sumber: Hasil Perhitungan
- Alternatif 2: Skenario 1 Pompa, Operasi Pompa 15 Jam (Pompa Menyala per 5 jam)
Gambar 4.10. Grafik fluktuasi muka air dalam tandon alternatif 2
Sumber: Hasil Perhitungan
Gambar 4.11. Grafik debit pompa alternatif 2
Sumber: Hasil Perhitungan
- Alternatif 3: Skenario 1 Pompa, Operasi Pompa 12 Jam (Pompa Menyala per 4 jam)
Gambar 4.12. Grafik fluktuasi muka air dalam tandon alternatif 3
Sumber: Hasil Perhitungan
Gambar 4.13. Grafik debit pompa alternatif 3
4.4.2. Hasil Simulasi Program
WaterCAD V8 XM Edition untuk
Tahap Pengembangan
Dari hasil simulasi nilai tekanan, kecepatan dan kemiringan garis gradien hidrolis secara keseluruhan memenuhi kriteria perencanaan.
Alternatif 1: Skenario 1 Pompa, Operasi Pompa 18 Jam (Pompa Menyala per 6 jam)
- Contoh titik simpul J-5. Tekanan
maksimum terjadi pada saat kebutuhan air minimal yaitu pukul 00.00 yaitu sebesar 0,778 bars. Sedangkan tekanan minimum terjadi pada saat jam puncak yaitu pukul 07.00 sebesar 0,655 bars.
Gambar 4.14. Grafik fluktuasi tekanan J-5
Sumber: Hasil Analisa Program WaterCAD
- Contoh kemiringan garis gradien hidrolis
pada pipa 5 (P-5) mengalami
peningkatan yang cukup besar pada pukul 04.00-07.00 yaitu dari 3,159 m/km menjadi 8,682 m/km. Penurunan terjadi
pukul 07.00-13.00 dari headloss
gradient 8,682 m/km menjadi 5,065
m/km.
-
Gambar 4.15. Grafik fluktuasi headloss
gradient P-5
Sumber: Hasil Analisa Program WaterCAD
- Contoh kecepatan yang terjadi pada pipa 5 (P-5). Kecepatan tertinggi terjadi pada pukul 07.00 sebesar 0,369 dan kecepatan terendah terjadi pada pukul 00.00 sebesar 0,067 m/detik dimana kebutuhan akan air bersih paling rendah.
Gambar 4.16.Grafik fluktuasi kecepatan P-5
Sumber: Hasil Analisa Program WaterCAD V
Alternatif 2: Skenario 1 Pompa, Operasi Pompa 15 Jam (Pompa Menyala per 5 jam)
- Contoh titik simpul J-11. Tekanan
maksimum terjadi pada saat kebutuhan air minimal yaitu pukul 00.00 yaitu sebesar 1,354 bars. Sedangkan tekanan minimum terjadi pada saat jam puncak yaitu pukul 07.00 sebesar 0,988 bars.
Gambar 4.17. Grafik fluktuasi tekanan J-11
Sumber: Hasil Analisa Program WaterCAD
- Contoh kemiringan garis gradien hidrolis
pada pipa 11 (P-11) mengalami
peningkatan yang cukup besar pada pukul 04.00-07.00 yaitu dari 3,159 m/km menjadi 8,682 m/km. Penurunan terjadi
pukul 07.00-13.00 dari headloss
gradient 8,682 m/km menjadi 5,065
m/km.
Gambar 4.18. Grafik fluktuasi headloss
gradient P-11
Sumber: Hasil Analisa Program WaterCAD
- Contoh kecepatan yang terjadi pada pipa 11 (P-11). Kecepatan tertinggi terjadi pada saat pukul 07.00 sebesar 0,369 dan kecepatan terendah terjadi pada pukul 00.00 sebesar 0,067 m/detik dimana kebutuhan akan air bersih paling rendah.
Gambar 4.19. Grafik fluktuasi kecepatan P-11
Sumber: Hasil Analisa Program WaterCAD
Alternatif 3: Skenario 1 Pompa, Operasi Pompa 12 Jam (Pompa Menyala per 4 jam)
- Contoh titik simpul J-17. Tekanan
maksimum terjadi pada saat kebutuhan air minimal yaitu pukul 00.00 yaitu sebesar 2,616 bars. Sedangkan tekanan minimum terjadi pada saat jam puncak yaitu pukul 07.00 sebesar 2,005 bars.
Gambar 4.20. Grafik fluktuasi tekanan J-17
Sumber: Hasil Analisa Program WaterCAD
- Contoh kemiringan garis gradien hidrolis
pada pipa 17 (P-17) mengalami
peningkatan yang cukup besar pada pukul 04.00-07.00 yaitu dari 3,159 m/km menjadi 8,682 m/km. Penurunan terjadi
pukul 07.00-13.00 dari headloss
gradient 8,682 m/km menjadi 5,065
m/km.
Gambar 4.21. Grafik fluktuasi headloss
gradient P-17
Sumber: Hasil Analisa Program WaterCAD
- Contoh kecepatan yang terjadi pada pipa 17 (P-17). Kecepatan tertinggi terjadi pada saat pukul 07.00 sebesar 0,369 dan kecepatan terendah terjadi pada pukul 00.00 sebesar 0,067 m/detik dimana kebutuhan akan air bersih paling rendah.
Gambar 4.22. Grafik fluktuasi kecepatan P-17
Sumber: Hasil Analisa Program WaterCAD
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah dan hasil analisa yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu: 1. Dari hasil perhitungan kebutuhan air
bersih, besarnya debit kebutuhan rata-rata daerah studi Dusun Sidorejo Desa Plandirejo sebesar 1,723 liter/detik. 2. a. Hasil evaluasi kebutuhan air bersih
pada kondisi existing (tahun 2014) Sumber Ngembag dengan debit 4 lt/dt yang mendistribusikan air melalui tandon 1 dan tandon 2 tidak dapat mencukupi kebutuhan air bersih pada daerah layanan. Hal ini ditunjukkan dengan tinggi air dalam tandon yang tidak dapat kembali pada H initial
simulasi operasi pompa apabila
dilakukan penambahan tandon.
b. Hasil evaluasi sistem jaringan pipa pada kondisi existing (tahun 2014) dengan bantuan program Watercad
V8 XM Edition diperoleh jaringan
tidak berfungsi dengan baik sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai tekanan di beberapa junction yang menunjukkan angka negatif (-) untuk standar nilai tekanan minimum yang berarti aliran air tidak mengalir 24 jam/hari dengan tekanan yang kurang.
3. a. Tahap pengembangan jaringan
direncanakan alternatif penggunaan sumur dengan kedalaman 124 m dengan potensi debit sebesar 4 liter/detik dengan prosentase terlayani sebesar 100% dengan kehilangan air 25%.
b. Terdapat 3 (tiga) alternatif skenario yang dianalisa untuk mendapatkan pola operasi yang paling sesuai. 1. Alternatif 1: skenario 1 pompa,
operasi pompa 18 jam (pompa menyala per 6 jam-an)
2. Alternatif 2: skenario 1 pompa, operasi pompa 15 jam (pompa menyala per 5 jam-an)
3. Alternatif 3: skenario 1 pompa, operasi pompa 12 jam (pompa menyala per 4 jam-an)
Dari ketiga alternatif tersebut,
alternatif 3 merupakan skenario yang paling sesuai karena menggunakan 1 pompa dan lama operasi pompa
paling pendek yang dapat
memperingan kerja pompa.
c. Hasil simulasi pada ketiga alternatif menunjukkan kondisi hidrolis yang sama. Dimana hasil simulasi running
WaterCAD V8 XM Edition pada
alternatif 3 sebagai berikut.
- Pressure atau tekanan berkisar antara 0,545-3,589 bars sesuai kriteria perencanaan.
- Headloss gradient atau kemiringan garis hidrolis berkisar antara
5,348-8,682 m/km sesuai kriteria
perencanaan.
- Velocity atau kecepatan berkisar antara 0,300-0,466 m/detik sesuai kriteria perencanaan.
5.2. Saran
Kualitas pada suatu perencanaan sistem jaringan pipa ditentukan oleh tingkat
akurasi data-data pendukung yang
diperlukan. Guna mendapatkan hasil yang lebih baik, maka sebaiknya pihak yang bertanggung jawab serta penduduk sekitar untuk menjaga sumber air dan fasilitas yang ada untuk menjaga kontinuitas dan kualitas mata air tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2007. Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No: 18/PRT/M/2007
Tentang Penyelenggaraan
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. Jakarta: Departemen Pekerjaan
Umum.
Anonim, 2013. Kecamatan Bakung Dalam
Angka. BPS dan BAPPEDA Kabupaten
Blitar.
Anonim, 2014. Pompa Grundfos. http://www.webpumps.com
Bentley Methods. 2007. User’s Guide
WaterCAD v8 for Windows
WATERBUY CT. USA: Bentley. Press.
Linsley, Ray K, dan Yoseph B. Franzini. 1996. Teknik Sumber Daya Air. Terjemahan Oleh Djoko Sasongko Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Priyantoro, Dwi. 1991. Hidraulika Saluran
Tertutup. Malang: Jurusan Pengairan
Fakultas Teknik Universitas Brawijaya. Webber, N. B. 1971. Fluid Mechanics For
Civil Engineering, S. I Edition.