• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelayanan Kesehatan Ibu dan Kematian Neonatal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pelayanan Kesehatan Ibu dan Kematian Neonatal"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Indonesia No. 35 tahun 2009 tentang narkotika. Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia; 2009.

7. World Health Organization. Good pharmacy practice in community and hospital pharmacy settings, 1996 [cited 2010 Jan 5]. Available from: whqlibdoc.who.int/hq/1996/WHO_PHARM_DAP_96.1.pdf. 8. Asosiasi Pendidikan Tinggi Farmasi Indonesia. Keputusan Majelis

Asosiasi Pendidikan Tinggi Farmasi Indonesia No. 13/APTFI/MA/2010 tentang standar praktik kerja profesi apoteker. Jakarta: Asosiasi Pendidikan Tinggi Farmasi Indonesia; 2010.

9. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1197/MENKES/SK/X/2004 ten-tang standar pelayanan farmasi di rumah sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2004.

10. Chen J, Britten N. Strong medicine: an analysis of pharmacist consulta-tions in primary care. Family Practice. 2000; 17: 480-3.

11. Kennie-Kaulbach N, Farrel B, Ward N, Johnston S, Gubbels A, Equale T, et al. Pharmacist provision of primary health care: a modified Delphi validation of pharmacists’ competencies. BMC Family Practice. 2012; 13: 27.

12. Herman MJ, Handayani RS, Yuniar Y. Drug management reviews in district drug management unit and general hospital. Makara Seri Kesehatan. 2009; 13(2): 59-62.

13. Azhar S, Hassali MA, Ibrahim MI, Ahmad M, Masood I, Shafie AA. The role of pharmacists in developing countries: the current scenario in Pakistan. Human Resources for Health [serial on the Internet]. 2009; 7: 54 [cited 2010 Jun 5]. Available from: http://www.human-resources-health.com/content/7/1/54.

14. Herman MJ, Sasanti R. Eksistensi unit pengelola obat public di bebera-pa kabubebera-paten/kota suatu analisis bebera-paska desentralisasi. Jurnal

Manajemen Pelayanan Kesehatan. 2009; 12(4): 209-17.

15. Herman MJ, Sasanti R, Raharni, Siahaan S. Analisis faktor internal dan eksternal yang terkait dengan model pelayanan prima di apotek. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. 2008; 11(2): 145-55.

16. Pedersen CA, Schneider PJ, Scheckelhoff DJ. ASHP national survey of pharmacy practice in hospital settings: monitoring and patient educa-tion-2009. American Journal of Health System Pharmacy. 2010; 67; 542-58.

17. Kaushal R, Bates DW, Abramson EL, Soukup JR, Goldmann DA. Unit-based clinical pharmacists’ prevention of serious medication errors in pediatric inpatients. American Journal of Health System Pharmacy. 2008; 65: 1254-60.

18. Herman MJ, Sari ID. Analisys of drug related problem in five hospital conducted in 2010. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia. 2012; 10(2): 163-9.

19. Purba AV, Soleha M, Sari ID. Kesalahan dalam pelayanan obat (me-dication error) dan usaha pencegahannya. Bulletin Penelitian Sistem Kesehatan. 2007; 10(1): 31-6.

20. Wuliji T. Current status of human resources and training in hospital pharmacy. American Journal of Health System Pharmacy. 2009; 66(5): S56-60.

21. International Pharmaceutical Federation. Federation of International Pharmaceutical statement of policy medicines information for patients, 2008. The Hague (The Netherlands): Federation of International Pharmaceutical; 2008.

22. Wong FY, Chan FW, You JH, Wong EL, Yeoh EK. Patient self-management and pharmacist-led patient self-self-management in Hong Kong: a focus group study from different healthcare professionals’ per-spectives. BMC Health Services Research. 2011; 11: 121.

Abstrak

Indonesia bersama seluruh negara berkembang berupaya mencapai ke-sepakatan Millenium Development Goals (MDGs) dengan salah satu sasaran menurunkan angka kematian neonatal dari 20 per 1.000 kelahiran hidup menjadi 15 per 1.000 kelahiran hidup. Penelitian ini bertujuan menge-tahui hubungan pelayanan kesehatan ibu dengan kematian neonatal di Kabupaten Lampung Timur tahun 2011. Penelitian dengan desain studi kasus kontrol ini mengamati kasus ibu yang mengalami kematian neonatal dan kontrol ibu yang tidak mengalami kematian neonatal. Analisis multi-variat menemukan pelayanan antenatal dan pertolongan persalinan berhubungan secara signifikan dengan kematian neonatal, setelah me-ngendalikan variabel umur ibu dan riwayat kehamilan (OR = 16,32; nilai p = 0,000); dan (OR = 18,36; nilai p = 0,31). Bayi yang dilahirkan dari Ibu de-ngan pelayanan antenatal tidak lengkap berisiko mengalami kematian neonatal 16,32 dan 18,36 kali lebih besar daripada bayi yang dilahirkan. Ibu dengan pelayanan antenatal lengkap dan penolong persalinan profesional. Tidak ada hubungan penolong persalinan dengan kematian neonatal, sete-lah mengontrol variabel pelayanan antenatal, umur ibu, riwayat kehamilan, riwayat penyakit, dan riwayat persalinan. Disarankan meningkatkan kuali-tas pelayanan antenatal dengan memerhatikan faktor umur ibu dan riwayat persalinan, mengembangkan kegiatan audit maternal perinatal serta meningkatkan keterampilan petugas penolong persalinan.

Kata kunci: Ibu hamil, kematian neonatal, pelayanan kesehatan Abstract

All developing countries including Indonesia seek to reach agreement the Millennium Development Goals (MDG’s). It is objectives include reducing neonatal mortality by 25 percent from 20 per 1,000 live birth to 15 per 1,000 live births. This study aimed to determine the relationship of maternal health services with neonatal mortality in East Lampung District in 2011. This study used case control design to compare between the groups of mother whom have neonatal deaths (cases) and neonatal life (control) in East Lampung

District in 2011. The result on antenatal care variables found that antenatal care and birth attendant had significant correlation with neonatal death, after controlling age and pregnancy history variable (p value = 0.000, OR = 16.32; p value = 0.31, OR = 18.36). The babies from mothers who did not get completed prenatal care risk of 16.32 times have neonatal death than babies born from mothers who received completed maternal care. There was no association between neonatal mortality and birth attendant, after controling variables of antenatal care, maternal age, pregnancy history, medical history and chilbirth history. Based on this study, it is suggested to increase activity of maternal perinatal audit, improve the quality of antenatal care, maternal delivery, and develop other support activities to prevent neonatal mortality in East Lampung District.

Keywords: Pregnant mothers, neonatal mortality, health care

Pendahuluan

Indonesia bersama semua negara berkembang ber-upaya mencapai kesepakatan Millenium Development

Goals (MDGs) dengan salah satu sasaran adalah

me-nurunkan angka kematian neonatal sekitar 25% dari 20 per 1.000 kelahiran hidup menjadi 15 per 1.000 kelahir-an hidup. Target keempat MDGs adalah menurunkkelahir-an angka kematian balita (AKBA) hingga dua per tiga dalam kurun waktu 1990 _ 2015. Indikator yang digunakan an-tara lain angka kematian balita, angka kematian bayi (AKB), angka kematian neonatal masing-masing per 1.000 kelahiran hidup. Di Indonesia, pada tahun 2007, angka kematian balita 44 per 1.000 kelahiran hidup, angka kematian bayi 34 per 1.000 kelahiran hidup, angka

Alamat Korespondensi: Desy Fitri Yani, Dinas Kesehatan Lampung Timur, Jl. Buay Subing, Komplek Perkantoran Pemda, Sukadana Lampung Timur 34194, Hp. 081279061616, e-mail: [email protected]

Pelayanan Kesehatan Ibu dan Kematian Neonatal

Maternal Health Care and Neonatal Mortality

Desy Fitri Yani* Artha Budi Susila Duarsa**

(2)

kematian neonatal 19 per 1.000 kelahiran hidup, di-targetkan pada tahun 2015 turun menjadi 15 per 1.000 kelahiran hidup, 32 per 1.000 kelahiran hidup, 23 per 1.000 kelahiran hidup.1

Dinas Kesehatan Lampung Timur melaporkan pada tahun 2011, dari 21.454 bayi lahir hidup terdapat 120 kasus kematian bayi dan 114 kasus di antaranya adalah kematian neonatal (95%). Penyebab kematian neonatal adalah berat badan lahir rendah (55%), asfiksia (22%), tetanus neonatorum (0,8%), dan penyebab lain-lain (16%). Pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu hamil ter-lihat pada cakupan kunjungan kesehatan ibu dan anak di Kabupaten Lampung Timur tahun 2011 meliputi kunjungan ibu hamil K1 sekitar 91,3% dari target pro-gram 100%, cakupan K4 ibu hamil 88% dengan target 90%, dan cakupan persalinan tenaga kesehatan sekitar 90,9% dari target program 85%.2

Pelayanan kesehatan ibu hamil bertujuan mengawasi dan menangani ibu hamil dan ibu bersalin, asuhan dan pemeriksaan ibu sesudah persalinan, asuhan neonatus, pemeliharaan dan pemberian laktasi.3 Penelitian

se-belumnya menyatakan hubungan yang bermakna antara pelayanan antenatal dengan kematian neonatal, tetapi ada juga penelitian yang menemukan penolong persalin-an tidak berhubungpersalin-an dengpersalin-an kematipersalin-an neonatal. Dengan cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil yang baik, tetapi kasus kematian neonatal masih menjadi masalah. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan pelayanan kesehatan ibu hamil dengan kematian neonatal di Kabupaten Lampung Timur tahun 2011.

Metode

Desain penelitian yang digunakan adalah kasus kon-trol. Kelompok kasus adalah ibu dengan kematian neo-natal dan kontrol adalah kelompok ibu yang tidak meng-alami kematian neonatal. Variabel counfounding meliputi umur ibu, paritas, jarak antarkelahiran, riwayat penyakit, riwayat kehamilan, dan riwayat persalinan. Populasi penelitian adalah seluruh ibu yang melahirkan bayi lahir hidup di Kabupaten Lampung Timur periode Januari sampai Desember 2011 yang berjumlah 21.454 orang.

Sampel kasus adalah ibu yang bayinya lahir hidup dan mengalami kematian neonatal pada periode Januari sampai Desember 2011. Kontrol adalah ibu dengan bayi lahir hidup dan tidak mengalami kematian pada periode neonatal dari bulan Januari sampai dengan Desember 2011. Pemilihan kontrol disesuaikan dengan bulan ke-jadian kasus dengan waktu kelahiran yang paling ber-dekatan. Kontrol berada dalam satu wilayah puskesmas yang sama dengan kejadian kasus. Perbandingan kasus dan kontrol adalah 1 : 1. Sampel pada penelitian ini adalah seluruh kasus kematian neonatal di Kabupaten Lampung Timur tahun 2011 yang berjumlah 114 ibu dan kontrol 114 ibu dengan jumlah keseluruhan 228 ibu.

Variabel dependen adalah kematian neonatal dan variabel independen adalah pelayanan antenatal dan penolong persalinan. Variabel yang dipilih sebagai varia-bel confounding adalah umur ibu, paritas, jarak antar-kelahiran, riwayat penyakit ibu, riwayat persalinan dan ri-wayat kehamilan ibu. Pada variabel pelayanan antenatal yang menjadi faktor pengganggu adalah, umur ibu, pari-tas, jarak kelahiran, riwayat penyakit, riwayat persalinan, dan riwayat kehamilan. Pada variabel penolong persalin-an ypersalin-ang menjadi faktor penggpersalin-anggu adalah umur ibu, paritas, jarak kelahiran, riwayat penyakit, riwayat per-salinan, dan riwayat kehamilan. Data primer dikumpul-kan dengan teknik wawancara menggunadikumpul-kan acuan kue-sioner, yang dilaksanakan oleh bidan koordinator Unit kesehatan ibu dan anak puskesmas pada bulan Mei tahun 2012. Data sekunder diambil dari laporan audit kematian maternal perinatal Dinas Kabupaten Lampung Timur tahun 2011 dan buku kesehatan ibu dan anak responden. Analisis bivariat dilakukan dengan kai kuadrat dan anali-sis multivariat menggunakan regresi logistik, model esti-masi, dan hubungan variabel pelayanan antenatal dengan kematian neonatal dapat terlihat setelah mengendalikan variabel pengganggu.

Hasil

Penelitian ini menemukan sekitar 34% responden mendapat pelayanan antenatal yang tidak lengkap, dan 11% dengan penolong persalinan bukan tenaga kesehat-an. Responden mempunyai satu anak dan lebih dari em-pat anak sekitar 60%. Responden yang mempunyai riwa-yat penyakit dan masuk dalam kelompok risiko sekitar 7%. Responden yang mempunyai riwayat persalinan de-ngan komplikasi sekitar 4% dan yang mempunyai riwa-yat kehamilan berisiko sekitar 19%.

Distribusi hasil bivariat kelompok kasus dan kontrol memperlihatkan beberapa variabel terdistribusi secara berbeda sehingga berpotensi berhubungan dengan ke-matian neonatal. Variabel tersebut antara lain meliputi pelayan-an antenatal, pertolongan persalinan, umur ibu, riwayat penyakit dan riwayat persalinan, sedangkan pa-ritas dan jarak kelahiran tidak ditemukan hubungan de-ngan kematian neonatal (Tabel 1).

Tabel 1. Distribusi Variabel Independen pada Kelompok Kasus dan Kontrol

Variabel Kasus (%) Kontrol (%) Nilai p OR

Pelayanan antenatal 55,3 12,3 0,00 8,82 Pertolongan persalinan 16,7 5,3 0,00 3,60 Umur ibu 39,5 9,6 0,00 6,10 Paritas 63,2 57,0 0,34 1,29 Jarak kelahiran 78,9 80,7 0,74 0,89 Riwayat penyakit 11,4 2,6 0,01 4,76 Riwayat persalinan 6,1 0,9 0,03 7,39 Riwayat kehamilan 29,8 8,8 0,00 4,42

(3)

kematian neonatal 19 per 1.000 kelahiran hidup, di-targetkan pada tahun 2015 turun menjadi 15 per 1.000 kelahiran hidup, 32 per 1.000 kelahiran hidup, 23 per 1.000 kelahiran hidup.1

Dinas Kesehatan Lampung Timur melaporkan pada tahun 2011, dari 21.454 bayi lahir hidup terdapat 120 kasus kematian bayi dan 114 kasus di antaranya adalah kematian neonatal (95%). Penyebab kematian neonatal adalah berat badan lahir rendah (55%), asfiksia (22%), tetanus neonatorum (0,8%), dan penyebab lain-lain (16%). Pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu hamil ter-lihat pada cakupan kunjungan kesehatan ibu dan anak di Kabupaten Lampung Timur tahun 2011 meliputi kunjungan ibu hamil K1 sekitar 91,3% dari target pro-gram 100%, cakupan K4 ibu hamil 88% dengan target 90%, dan cakupan persalinan tenaga kesehatan sekitar 90,9% dari target program 85%.2

Pelayanan kesehatan ibu hamil bertujuan mengawasi dan menangani ibu hamil dan ibu bersalin, asuhan dan pemeriksaan ibu sesudah persalinan, asuhan neonatus, pemeliharaan dan pemberian laktasi.3 Penelitian

se-belumnya menyatakan hubungan yang bermakna antara pelayanan antenatal dengan kematian neonatal, tetapi ada juga penelitian yang menemukan penolong persalin-an tidak berhubungpersalin-an dengpersalin-an kematipersalin-an neonatal. Dengan cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil yang baik, tetapi kasus kematian neonatal masih menjadi masalah. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan pelayanan kesehatan ibu hamil dengan kematian neonatal di Kabupaten Lampung Timur tahun 2011.

Metode

Desain penelitian yang digunakan adalah kasus kon-trol. Kelompok kasus adalah ibu dengan kematian neo-natal dan kontrol adalah kelompok ibu yang tidak meng-alami kematian neonatal. Variabel counfounding meliputi umur ibu, paritas, jarak antarkelahiran, riwayat penyakit, riwayat kehamilan, dan riwayat persalinan. Populasi penelitian adalah seluruh ibu yang melahirkan bayi lahir hidup di Kabupaten Lampung Timur periode Januari sampai Desember 2011 yang berjumlah 21.454 orang.

Sampel kasus adalah ibu yang bayinya lahir hidup dan mengalami kematian neonatal pada periode Januari sampai Desember 2011. Kontrol adalah ibu dengan bayi lahir hidup dan tidak mengalami kematian pada periode neonatal dari bulan Januari sampai dengan Desember 2011. Pemilihan kontrol disesuaikan dengan bulan ke-jadian kasus dengan waktu kelahiran yang paling ber-dekatan. Kontrol berada dalam satu wilayah puskesmas yang sama dengan kejadian kasus. Perbandingan kasus dan kontrol adalah 1 : 1. Sampel pada penelitian ini adalah seluruh kasus kematian neonatal di Kabupaten Lampung Timur tahun 2011 yang berjumlah 114 ibu dan kontrol 114 ibu dengan jumlah keseluruhan 228 ibu.

Variabel dependen adalah kematian neonatal dan variabel independen adalah pelayanan antenatal dan penolong persalinan. Variabel yang dipilih sebagai varia-bel confounding adalah umur ibu, paritas, jarak antar-kelahiran, riwayat penyakit ibu, riwayat persalinan dan ri-wayat kehamilan ibu. Pada variabel pelayanan antenatal yang menjadi faktor pengganggu adalah, umur ibu, pari-tas, jarak kelahiran, riwayat penyakit, riwayat persalinan, dan riwayat kehamilan. Pada variabel penolong persalin-an ypersalin-ang menjadi faktor penggpersalin-anggu adalah umur ibu, paritas, jarak kelahiran, riwayat penyakit, riwayat per-salinan, dan riwayat kehamilan. Data primer dikumpul-kan dengan teknik wawancara menggunadikumpul-kan acuan kue-sioner, yang dilaksanakan oleh bidan koordinator Unit kesehatan ibu dan anak puskesmas pada bulan Mei tahun 2012. Data sekunder diambil dari laporan audit kematian maternal perinatal Dinas Kabupaten Lampung Timur tahun 2011 dan buku kesehatan ibu dan anak responden. Analisis bivariat dilakukan dengan kai kuadrat dan anali-sis multivariat menggunakan regresi logistik, model esti-masi, dan hubungan variabel pelayanan antenatal dengan kematian neonatal dapat terlihat setelah mengendalikan variabel pengganggu.

Hasil

Penelitian ini menemukan sekitar 34% responden mendapat pelayanan antenatal yang tidak lengkap, dan 11% dengan penolong persalinan bukan tenaga kesehat-an. Responden mempunyai satu anak dan lebih dari em-pat anak sekitar 60%. Responden yang mempunyai riwa-yat penyakit dan masuk dalam kelompok risiko sekitar 7%. Responden yang mempunyai riwayat persalinan de-ngan komplikasi sekitar 4% dan yang mempunyai riwa-yat kehamilan berisiko sekitar 19%.

Distribusi hasil bivariat kelompok kasus dan kontrol memperlihatkan beberapa variabel terdistribusi secara berbeda sehingga berpotensi berhubungan dengan ke-matian neonatal. Variabel tersebut antara lain meliputi pelayan-an antenatal, pertolongan persalinan, umur ibu, riwayat penyakit dan riwayat persalinan, sedangkan pa-ritas dan jarak kelahiran tidak ditemukan hubungan de-ngan kematian neonatal (Tabel 1).

Tabel 1. Distribusi Variabel Independen pada Kelompok Kasus dan Kontrol

Variabel Kasus (%) Kontrol (%) Nilai p OR

Pelayanan antenatal 55,3 12,3 0,00 8,82 Pertolongan persalinan 16,7 5,3 0,00 3,60 Umur ibu 39,5 9,6 0,00 6,10 Paritas 63,2 57,0 0,34 1,29 Jarak kelahiran 78,9 80,7 0,74 0,89 Riwayat penyakit 11,4 2,6 0,01 4,76 Riwayat persalinan 6,1 0,9 0,03 7,39 Riwayat kehamilan 29,8 8,8 0,00 4,42

Berdasarkan hasil bivariat, variabel yang memenuhi kriteria kandidat model multivariat (nilai p ≤ 0,25) adalah pelayanan antenatal, pertolongan persalinan, umur ibu, riwayat penyakit, riwayat persalinan dan ri-wayat kehamilan. Setelah melakukan tahapan pemodelan identifikasi variabel adalah kovariat multivariat, pe-modelan lengkap, eliminasi interaksi, penetapan model baku (gold standard), dan penetuan model akhir.

Model hubungan pelayanan antenatal dengan kemati-an neonatal di Kabupaten Lampung Timur tahun 2011 memperlihatkan hubungan yang signifikan antara pe-layanan antenatal dengan kematian neonatal setelah mengontrol variabel umur ibu dan riwayat kehamilan. Bayi yang dilahirkan dari ibu yang mendapatkan pe-layanan antenatal tidak lengkap berisiko 16,32 kali lebih besar untuk mengalami kematian neonatal daripada bayi dari ibu dengan pelayanan antenatal lengkap, dengan interval 7,30 sampai 36,45 kali (Tabel 2).

Berdasarkan model akhir hubungan pertolongan per-salinan dengan kematian neonatal diketahui tidak ada hubungan pertolongan persalinan dengan kematian neonatal di Kabupaten Lampung Timur Tahun 2011 setelah mengontrol variabel pelayanan antenatal, umur ibu, riwayat kehamilan, riwayat penyakit dan riwayat persalinan (Tabel 3).

Pembahasan

Kelemahan pada rancangan kasus kontrol adalah

recall bias karena kemampuan responden mengingat

ke-jadian yang telah berlalu sangat terbatas. Upaya yang di-lakukan adalah mencari responden yang telah melahir-kan dalam waktu satu tahun terakhir dan membuat per-tanyaan yang mudah dimengerti responden.

Mayoritas responden kelompok kasus mendapatkan pelayanan antenatal yang tidak lengkap, sebaliknya ma-yoritas kelompok kontrol mendapat pelayanan antenatal lengkap. Penelitian sebelumnya, bayi dari ibu yang

pe-meriksaan antenatal yang tidak lengkap mempunyai odds

ratio (OR) untuk mati pada periode natal sekitar 2,70

kali 95% confidence intervals (CI) = 1,53 – 4,78 dan nilai p < 0,001, dibandingkan dengan bayi dari ibu yang melakukan pemeriksaan antenatal dengan baik.4 Ada

pengaruh pelayanan pelayanan antenatal pada ibu dengan kematian neonatal.5

Analisis multivariat model akhir hubungan pelayanan antenatal dengan kematian neonatal di Kabupaten Lampung Timur tahun 2011 menemukan hubungan an-tara pelayanan antenatal dengan kematian neonatal, sete-lah mengontrol variabel umur ibu dan riwayat kehamilan. Variabel umur ibu dan riwayat kehamilan merupakan

confounding pada variabel utama pelayanan antenatal.

Selain pelayanan antenatal yang merupakan variabel uta-ma, umur ibu, dan riwayat kehamilan juga mem-pengaruhi kejadian kematian neonatal. Nilai OR = 16,32 menunjukkan bahwa bayi yang dilahirkan dari Ibu yang mendapatkan pelayanan antenatal tidak lengkap berisiko 16,32 kali mengalami kematian neonatal dibandingkan dengan bayi dari Ibu yang mendapatkan pelayanan ante-natal lengkap dengan 95% CI OR = 7,30 _ 36,45 kali.

Tidak ada perubahan signifikan nilai p pada hasil analisis bivariat dibandingkan dengan hasil uji multi-variat, tetapi terjadi perubahan pada nilai OR dari 8,82 menjadi 16,32. Semakin banyak ibu yang mendapatkan pelayanan antenatal yang tidak lengkap, semakin besar risiko terjadinya kematian neonatal. Pelayanan antenatal berhubungan lebih erat dengan kematian neonatal setelah mengontrol variabel lain umur ibu dan riwayat kehamilan dan lebih meningkat risiko kematian neo-natal. Pelayanan antenatal yang tidak lengkap pada ibu berhubungan sangat erat dengan kematian neonatal, tidak membedakan ibu dari kelompok umur berisiko atau tidak dan mempunyai riwayat kehamilan berisiko atau tidak, mempunyai riwayat kehamilan yang bermasalah atau tidak.

Penelitian sebelumnya, menemukan hubungan ber-makna antara kunjungan pelayanan antenatal dengan ke-matian perinatal (nilai p = 0,0000), nilai OR = 9,9. Ibu dengan kunjungan pelayanan antenatal yang tidak lengkap (K1 dan K4 < 4) berisiko 9,9 kali lebih besar mengalami kematian perinatal dibandingkan dengan ibu yang melakukan kunjungan pelayanan antenatal lengkap.5Bayi yang dilahirkan dari ibu yang pelayanan

antenatal tidak adekuat berisiko mengalami kematian perinatal 2,6 kali dibandingkan dengan bayi yang di-lahirkan dari ibu dengan pelayanan antenatal yang ade-kuat. Semakin baik pelayanan antenatal semakin tinggi perlindungan yang diberikan terhadap ancaman kemati-an jkemati-anin.6

Tujuan pemeriksaan ibu hamil adalah menyiapkan fisik dan mental ibu dan anak dalam kehamilan seop-timal mungkin, persalinan dan nifas sehingga didapat-Tabel 2. Hubungan Pelayanan Antenatal dengan Kematian Neonatal

Variabel Independen Nilai p OR IK 95%

Pelayanan antenatal 0,00 16,32 7,30 - 36,45

Umur ibu 0,00 11,28 4,69 - 27,11

Riwayat kehamilan 0,00 8,02 3,16 - 20,36

Tabel 3. Hubungan Pertolongan Persalinan dengan Kematian Neonatal

Variabel Independen Nilai p OR IK 95%

Pertolongan persalinan 0,31 18,36 0,56 - 5,92 Pelayanan antenatal 0,00 14,75 6,57 - 33,10 Umur ibu 0,00 11,42 4,69 - 27,80 Riwayat kehamilan 0,00 6,02 2,26 - 16,03 Riwayat penyakit 0,08 3,83 0,85 - 17,28 Riwayat persalinan 0,05 11,14 0,97 - 127,74

(4)

kan anak dan ibu yang sehat. Pemeriksaan kehamilan juga mempunyai tujuan khusus mengenali dan mena-ngani penyulit yang dijumpai pada kehamilan, persalinan, dan nifas, mengenali dan mengobati penyakit, menurunkan angka morbiditas dan mortali-tas ibu dan anak.7Perbaikan angka kematian

neona-tal dapat dicapai dengan pemberian pengawasan ante-natal untuk semua wanita hamil dan dengan mene-mukan serta memperbaiki berbagai faktor yang memengaruhi keselamatan janin dan neonatus.8

Ada hubungan yang signifikan antara pertolongan persalinan dengan kematian neonatal. Bayi yang di-lahirkan ibu yang mendapat pertolongan persalinan bukan dengan tenaga kesehatan berisiko 3,6 kali untuk mengalami kematian neonatal dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan pertolongan persalinan dari tenaga kesehatan. Penelitian sebelumnya menemukan hubungan yang bermakna antara penolong persalinan dengan ke-matian neonatal. Ada hubungan bermakna antara pe-nolong persalinan dengan kematian neonatal. Bayi yang dilahirkan dari ibu yang ditolong oleh dukun berisiko ke-matian neonatal 6,07 kali lebih besar dibanding bayi yang lahir ditolong oleh tenaga kesehatan.9Ibu yang

per-salinannya ditolong oleh nontenaga kesehatan, berisiko mengalami eklampsi 3,7 kali, dan berisiko mengalami partus lama 2,77 kali sehingga meningkatkan risiko ke-matian pada periode neonatal.10

Hasil analisis multivariat model akhir hubungan per-tolongan persalinan dengan kematian neonatal, setelah mengendalikan variabel pelayanan antenatal, umur ibu, riwayat kehamilan, riwayat penyakit dan riwayat persalinan, tidak menemukan hubungan yang bermakna antara pertolongan persalinan dengan kematian neonatal di Kabupaten Lampung Timur tahun 2011. Hasil ini berbeda dengan hasil bivariat yang menyatakan hubung-an yhubung-ang signifikhubung-an hubung-antara pertolonghubung-an persalinhubung-an denghubung-an kematian neonatal. Setelah dilakukan uji multivariat, de-ngan mengontrol variabel yang berpengaruh lainnya, hasilnya menjadi tidak berhubungan. Sesuai dengan penelitian sebelumnya, tidak ada hubungan antara per-tolongan persalinan dengan kematian perinatal.11

Variabel penolong persalinan pada uji bivariat ber-hubungan dengan kematian neonatal, tetapi setelah di-pengaruhi faktor lain pada uji multivariat terjadi per-ubahan nilai p, faktor pelayanan antenatal, umur ibu, ri-wayat kehamilan, riri-wayat penyakit dan riri-wayat persalin-an juga berpengaruh terhadap kematipersalin-an neonatal. Untuk mengurangi risiko kematian neonatal dini diperlukan penanganan sejak masa hamil berupa pelayanan ante-natal.12

Kematian neonatal tidak hanya disebabkan oleh pertolongan persalinan sesuai dengan teori tetapi lebih disebabkan oleh kunjungan pelayanan antenatal yang dilakukan ibu selama kehamilan. Selain itu, faktor lain

yang berpengaruh adalah umur ibu, riwayat kehamil-an, riwayat penyakit dan riwayat persalinan. Ber-dasarkan tren kematian neonatal tahun 1995 – 2007, penyebab kematian neonatal adalah gangguan per-napasan ketika lahir, prematur dan berat badan lahir rendah yang dipengaruhi oleh faktor riwayat kehamil-an ibu, riwayat penyakit dkehamil-an riwayat komplikasi per-salinan.13Kematian neonatal di fasilitas pelayanan

ke-sehatan, menjadi bahan pertimbangan untuk mencari pemecahan masalah agar dapat dikurangi.

Kesimpulan

Penelitian ini menemukan hubungan antara pelayanan antenatal dengan kematian neonatal di Kabupaten Lampung Timur tahun 2011, setelah me-ngontrol variabel umur ibu dan riwayat kehamilan. Bayi yang dilahirkan dari ibu yang mendapatkan pelayanan antenatal tidak lengkap berisiko 16,32 kali mengalami kematian neonatal dibanding dengan bayi yang di-lahirkan dari Ibu yang mendapatkan pelayanan antena-tal lengkap, dengan interval antara 7,30 sampai 36,45 kali. Tidak ada hubungan pertolongan persalinan dengan kematian neonatal di Kabupaten Lampung Timur tahun 2011 setelah mengontrol variabel pelayanan antenatal, umur ibu, riwayat kehamilan, riwayat penyakit dan ri-wayat persalinan.

Saran

Pelayanan antenatal perlu mendapat prioritas utama dalam peningkatan kualitas bersama faktor umur ibu dan riwayat persalinan. Tindakan yang dapat dilakukan antara lain penjaringan ibu hamil dengan faktor risiko umur dan riwayat persalinan, me-mantau ibu hamil menggunakan buku kohort ibu, memberdayakan ibu, memanfaatkan buku KIA se-bagai alat dokumentasi pencatat riwayat kesehatan dan sebagai bahan pelajaran karena berisi penge-tahuan kehamilan yang penting sehingga dapat men-gurangi risiko kematian neonatal dan memberikan penyuluhan tentang usia reproduksi sehat. Dinas ke-sehatan Kabupaten Lampung Timur perlu me-ngembangkan kegiatan audit maternal perinatal di se-bagai sarana pembelajaran para bidan pelaksana pelayanan untuk mengetahui faktor risiko kematian neonatal. Meningkatkan keterampilan penolong per-salinan (APN) dan penanganan kegawat daruratan obstetri neonatal (PDGON) mengingat kematian neonatal masih terjadi di fasilitas kesehatan. Meningkatkan pelayanan kualitas dan kuantitas ante-natal dengan lebih banyak memberikan informasi kepada ibu hamil tentang pelayanan antenatal melalui penyuluhan di posyandu atau kelas ibu hamil dan melakukan kunjungan rumah ibu hamil yang hilang dari kunjungan.

(5)

kan anak dan ibu yang sehat. Pemeriksaan kehamilan juga mempunyai tujuan khusus mengenali dan mena-ngani penyulit yang dijumpai pada kehamilan, persalinan, dan nifas, mengenali dan mengobati penyakit, menurunkan angka morbiditas dan mortali-tas ibu dan anak.7Perbaikan angka kematian

neona-tal dapat dicapai dengan pemberian pengawasan ante-natal untuk semua wanita hamil dan dengan mene-mukan serta memperbaiki berbagai faktor yang memengaruhi keselamatan janin dan neonatus.8

Ada hubungan yang signifikan antara pertolongan persalinan dengan kematian neonatal. Bayi yang di-lahirkan ibu yang mendapat pertolongan persalinan bukan dengan tenaga kesehatan berisiko 3,6 kali untuk mengalami kematian neonatal dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan pertolongan persalinan dari tenaga kesehatan. Penelitian sebelumnya menemukan hubungan yang bermakna antara penolong persalinan dengan ke-matian neonatal. Ada hubungan bermakna antara pe-nolong persalinan dengan kematian neonatal. Bayi yang dilahirkan dari ibu yang ditolong oleh dukun berisiko ke-matian neonatal 6,07 kali lebih besar dibanding bayi yang lahir ditolong oleh tenaga kesehatan.9Ibu yang

per-salinannya ditolong oleh nontenaga kesehatan, berisiko mengalami eklampsi 3,7 kali, dan berisiko mengalami partus lama 2,77 kali sehingga meningkatkan risiko ke-matian pada periode neonatal.10

Hasil analisis multivariat model akhir hubungan per-tolongan persalinan dengan kematian neonatal, setelah mengendalikan variabel pelayanan antenatal, umur ibu, riwayat kehamilan, riwayat penyakit dan riwayat persalinan, tidak menemukan hubungan yang bermakna antara pertolongan persalinan dengan kematian neonatal di Kabupaten Lampung Timur tahun 2011. Hasil ini berbeda dengan hasil bivariat yang menyatakan hubung-an yhubung-ang signifikhubung-an hubung-antara pertolonghubung-an persalinhubung-an denghubung-an kematian neonatal. Setelah dilakukan uji multivariat, de-ngan mengontrol variabel yang berpengaruh lainnya, hasilnya menjadi tidak berhubungan. Sesuai dengan penelitian sebelumnya, tidak ada hubungan antara per-tolongan persalinan dengan kematian perinatal.11

Variabel penolong persalinan pada uji bivariat ber-hubungan dengan kematian neonatal, tetapi setelah di-pengaruhi faktor lain pada uji multivariat terjadi per-ubahan nilai p, faktor pelayanan antenatal, umur ibu, ri-wayat kehamilan, riri-wayat penyakit dan riri-wayat persalin-an juga berpengaruh terhadap kematipersalin-an neonatal. Untuk mengurangi risiko kematian neonatal dini diperlukan penanganan sejak masa hamil berupa pelayanan ante-natal.12

Kematian neonatal tidak hanya disebabkan oleh pertolongan persalinan sesuai dengan teori tetapi lebih disebabkan oleh kunjungan pelayanan antenatal yang dilakukan ibu selama kehamilan. Selain itu, faktor lain

yang berpengaruh adalah umur ibu, riwayat kehamil-an, riwayat penyakit dan riwayat persalinan. Ber-dasarkan tren kematian neonatal tahun 1995 – 2007, penyebab kematian neonatal adalah gangguan per-napasan ketika lahir, prematur dan berat badan lahir rendah yang dipengaruhi oleh faktor riwayat kehamil-an ibu, riwayat penyakit dkehamil-an riwayat komplikasi per-salinan.13Kematian neonatal di fasilitas pelayanan

ke-sehatan, menjadi bahan pertimbangan untuk mencari pemecahan masalah agar dapat dikurangi.

Kesimpulan

Penelitian ini menemukan hubungan antara pelayanan antenatal dengan kematian neonatal di Kabupaten Lampung Timur tahun 2011, setelah me-ngontrol variabel umur ibu dan riwayat kehamilan. Bayi yang dilahirkan dari ibu yang mendapatkan pelayanan antenatal tidak lengkap berisiko 16,32 kali mengalami kematian neonatal dibanding dengan bayi yang di-lahirkan dari Ibu yang mendapatkan pelayanan antena-tal lengkap, dengan interval antara 7,30 sampai 36,45 kali. Tidak ada hubungan pertolongan persalinan dengan kematian neonatal di Kabupaten Lampung Timur tahun 2011 setelah mengontrol variabel pelayanan antenatal, umur ibu, riwayat kehamilan, riwayat penyakit dan ri-wayat persalinan.

Saran

Pelayanan antenatal perlu mendapat prioritas utama dalam peningkatan kualitas bersama faktor umur ibu dan riwayat persalinan. Tindakan yang dapat dilakukan antara lain penjaringan ibu hamil dengan faktor risiko umur dan riwayat persalinan, me-mantau ibu hamil menggunakan buku kohort ibu, memberdayakan ibu, memanfaatkan buku KIA se-bagai alat dokumentasi pencatat riwayat kesehatan dan sebagai bahan pelajaran karena berisi penge-tahuan kehamilan yang penting sehingga dapat men-gurangi risiko kematian neonatal dan memberikan penyuluhan tentang usia reproduksi sehat. Dinas ke-sehatan Kabupaten Lampung Timur perlu me-ngembangkan kegiatan audit maternal perinatal di se-bagai sarana pembelajaran para bidan pelaksana pelayanan untuk mengetahui faktor risiko kematian neonatal. Meningkatkan keterampilan penolong per-salinan (APN) dan penanganan kegawat daruratan obstetri neonatal (PDGON) mengingat kematian neonatal masih terjadi di fasilitas kesehatan. Meningkatkan pelayanan kualitas dan kuantitas ante-natal dengan lebih banyak memberikan informasi kepada ibu hamil tentang pelayanan antenatal melalui penyuluhan di posyandu atau kelas ibu hamil dan melakukan kunjungan rumah ibu hamil yang hilang dari kunjungan.

Daftar Pustaka

1. Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional. Laporan perkembang-an pencapaiperkembang-an Millenium Development Goals Indonesia. Jakarta: Badperkembang-an Perencanaan dan Pembangunan Nasional; 2010.

2. Dinas Kesehatan Lampung Timur. Evaluasi program kesehatan keluar-ga. Lampung: Dinas Kesehatan Lampung; 2007.

3. Manuaba IG. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk pendidikan bidan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran; 2010. 4. Ronoatmojo S. Faktor risiko kematian neonatal di Kecamatan keruak, NTB

1992 – 1993 [disertasi]. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada; 1996. 5. Sriwahyuni. Hubungan faktor ibu dan pelayanan kesehatan dengan

ke-matian neonatal di Kabupaten Pidie tahun 2008 [tesis]. Medan: Universitas sumatra Utara; 2009.

6. Ning S. Kematian perinatal hubungannya dengan praktek kesehatan ibu selama kehamilan di Kota Bekasi. Jakarta: Pusat Penelitian Ekologi Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan; 2001.

7. Mochtar R. Sinopsis obstetri fisiologi obstetri patologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran; 1998.

8. Wiknjosatro H. Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2002.

9. Prabamurti NP. Analisis faktor risiko status kematian neonatal (studi kasus kontrol di Kecamatan Losari kabupaten Brebes tahun 2006). Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia. 2008; 3 (1): 1-9.

10. Astuti DW. Hubungan penyebab kematian neonatal menurut umur ibu saat melahirkan, penolong persalinan dan GPOA di Indonesia. Surabaya: Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Sistem dan Kebijakan; 2009.

11. Mahmudah U, Hary CW, Wahyuningsih A. Analisis faktor ibu dan bayi yang berhubungan dengan kejadian kematian perinatal. Kesmas Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2011; 7 (1); 46-56 [diakses tanggal 5 November 2012]. Diunduh dalam: http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/ke-mas/article/view/1792/1983.

Gambar

Tabel 1.  Distribusi Variabel Independen pada Kelompok Kasus dan Kontrol
Tabel 2.  Hubungan Pelayanan Antenatal dengan Kematian  Neonatal

Referensi

Dokumen terkait

Hasil Analisis Stratifikasi Umur Ibu Terhadap Hubungan Paritas, Jarak Kehamilan, Pemeriksaan ANC, Tempat Persalinan, dan Pendidikan Ibu Dengan Kejadian Kematian

Risiko kematian neonatal dini pada bayi yang dilahir- kan oleh ibu dengan komplikasi kehamilan atau persali- nan adalah 4,30 kali lebih besar (95% CI OR 2,48-7,46) daripada bayi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan umur ibu melahirkan, jarak kelahiran, dan berat bayi lahir rendah terhadap Angka Kematian Neonatal (AKN) di

Selayaknya apabila ibu hamil dan mengetahui bahwa ibu memiliki riwayat penyakit yang dapat mengganggu proses kehamilan bahkan persalinan, ibu dapat mengukur

Hasil Analisis Stratifikasi Umur Ibu Terhadap Hubungan Paritas, Jarak Kehamilan, Pemeriksaan ANC, Tempat Persalinan, dan Pendidikan Ibu Dengan Kejadian Kematian

Pengaruh akibat tidak mengonsumsi tablet besi dapat meningkatkan odds kematian neonatal sebesar 1,4 kali lebih besar pada ibu yang melakukan pemeriksaan antenatal sedangkan

Risiko kematian neonatal dini pada bayi yang dilahir- kan oleh ibu dengan komplikasi kehamilan atau persali- nan adalah 4,30 kali lebih besar (95% CI OR 2,48-7,46) daripada bayi

Sebagaimana pada model GWMPR dengan kovariansi merupakan konstanta, pemodelan jumlah kematian ibu, neonatal dini, dan neonatal lanjut untuk model MPR dengan