• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelayanan Obstetrik dan Neonatal pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pelayanan Obstetrik dan Neonatal pdf"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

KESEHATAN MATERNAL

PELAYANAN OBSTETRIK DAN NEONATAL

Oleh :

Ahmad Irham G1B012090

Isni Kurnia Dewi G1B012090

Qorin Annisa G1B012090

Widya Nevri Nuraeni G1B012090

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT

PURWOKERTO

(2)

BAB I PENDAHULUAN

Angka kematian merupakan salah satu indikator status kesehatan, terutama kematian ibu dan bayi. Tingginya angka kematian tersebut menunjukkan rendahnya kualitas pelayanan kesehatan. Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang dihadapi berbagai negara di dunia terutama negara ASEAN seperti Indonesia, Thailand, Malaysia dan Fhilipina (Depkes, 2006).

Komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas merupakan penyebab terbesar kematian ibu di Indonesia. Penyebab kematian ibu yang paling umum antara lain adalah penyebab obstetri langsung yaitu perdarahan 28 %, preeklampsi/eklampsi 24 %, infeksi 11 %, sedangkan penyebab tidak langsung adalah trauma obstetri 5 % dan lain – lain 11 % (WHO, 2007). Faktor lain penyebab tingginya angka kematian ibu antara lain, pemberdayaan perempuan yang tak begitu baik, latar belakang pendidikan, sosial ekonomi keluarga, lingkungan masyarakat. Pandangan masyarakat yang menganggap kehamilan adalah peristiwa alamiah perlu diubah secara sosiokultural agar perempuan mendapat perhatian yang lebih dari masyarakat. Sangat diperlukan upaya peningkatan pelayanan perawatan ibu baik oleh pemerintah, swasta, maupun masyarakat (Depkes, 2007).

Berdasarkan data SDKI tahun 2012 angka kematian ibu meningkat menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup daripada tahun 2007 yang hanya sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup (BKKBN, 2013).

(3)
(4)

BAB II

DESKRIPSI KASUS

Contoh kasus pelayanan obsetrik dan neonatus yang kami ambil dari situs berita online okezon (http://jakarta.okezone.com) yaitu kasus yang di alami oleh ibu mimin. Ibu mimin yang berumur 36 tahun dan bayinya meninggal diduga karena mendapatkan pelayanan yang kurang maksimal dari RSUD Leuwiliaang, Bogor. Menurut Keluarga korban, Jaya, yang berusia 40 tahun menjelaskan bahwa kejadian ini bermula saat ibu mimin yang tinggal kampung Ciasahan, Desa Sukamaju, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor mengeluhkan bayi yang dikandungnya sudah berusia delapan bulan namun tidak pernah bergerak. Untuk memastikan keadaan bayinya , ibu mimin memeriksakan kandungannya ke Puskesmas Cigudeg dan atas saran dari Puskesmas, ibu mimin dirujuk ke RSUD Leuwiliang. Berdasarkan hasil USG di RSUD Leuwiliang menyatakan bahwa bayi dalam kandungan ibu mimin sudah meninggal. Setelah mengetahui hal ini, keluarga dan ibu mimin meminta agar dokter mengangkat bayi tersebut dengan cara caesar. Namun pihak dokter mengatakan masih ada cara selain dengan caesar.

(5)

BAB III

LITERATUR REVIEW

Kematian Maternal

Kematian maternal menurut batasan dari The Tenth Revision of The International Classification of Diseases (ICD-10) adalah kematian wanita yang terjadi pada saat kehamilan, atau dalam 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, tidak tergantung dari lama dan lokasi kehamilan, disebabkan oleh apapun yang berhubungan dengan kehamilan, atau yang diperberat oleh kehamilan tersebut atau penanganannya, tetapi bukan kematian yang disebabkan oleh kecelakaan atau kebetulan (WHO, 2007).

Salah satu penyebab kematian maternal adalah perdarahan yang dialami ibu ketika menjelang, saat dan pasca melahirkan. Sebab – sebab perdarahan yang berperan penting dalam menyebabkan kematian maternal selama kehamilan adalah perdarahan, baik yang terjadi pada usia kehamilan muda/trimester pertama, yaitu perdarahan karena abortus (termasuk di dalamnya adalah abortus provokatus karena kehamilan yang tidak diinginkan) dan perdarahan karena kehamilan ektopik terganggu (KET), maupun perdarahan yang terjadi pada kehamilan lanjut akibat perdarahan antepartum. Perdarahan juga dapat terjadi setelah persalian berlangsung atau perdarahan post partum (Saifudin, 1997).

Kematian janin dalam kandungan adalah kematian hasil konsepsi sebelum dikeluarkan dengan sempurna dari ibunya tanpa memandang tuanya kehamilan. Kematian dinilai dengan fakta bahwa sesudah dipisahkan dari ibunya janin tidak bernafas atau tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan, seperti denyut jantung, pulsasi tali pusat, atau kontraksi otot (Monintja, 2005)

Menurut Mochtar (2004), beberapa penyebab yang bisa mengakibatkan kematian janin dalam kandungan, antara lain.

a. Perdarahan : plasenta previa dan solusio plasenta. b. Preeklampsi dan eklampsia

(6)

f. Penyakit endokrin: diabetes melitus g. Malnutrisi

Pemeriksaan Diagnosis meliputi: 1. Anamnesis

a. Ibu tidak merasakan gerakan janin dalam beberapa hari, atau gerakan janin sangat berkurang.

b. Ibu merasakan perutnya tidak bertambah besar, bahkan bertambah kecil atau kehamilan tidak seperti biasa.

c. Ibu merasakan belakangan ini perutnya sering menjadi keras dan merasa sakit-sakit seperti mau melahirkan.

2. Inspeksi

Tidak kelihatan gerakan-gerakan janin, yang biasanya dapat terlihat terutama pada ibu yang kurus.

3. Palpasi

a. Tinggi fundus lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan, tidak teraba gerakan-gerakan janin.

b. Dengan palpasi yang teliti, dapat dirasakan adanya krepitasi pada tulang kepala janin.

4. Auskultasi

Baik memakai stetoskop, monoral maupun dengan doptone tidak terdengar denyut jantung janin (DJJ)

5. Reaksi kehamilan

Reaksi kehamilan baru negatif setelah beberapa minggu janin mati dalam kandungan.

Puskesmas PONED

(7)

sesuai dengan tingkat kewenangan dan kemampuannya atau melakukan rujukan ke rumah sakit atau rumah sakit PONEK (Depkes, 2009).

Menurut Paxton (2006) Puskesmas PONED adalah unit pelayanan yang memberikan serangkaian layanan kesehatan yang memberikan 6 fungsi mendasar yakni pemberian obat antibiotika, oksitosin, dan antikonvulsan secara parenteral, manual plasenta, membersihkan jaringan sisa dan pertolongan persalinan secara vakum ekstraksi (Paxton, 2006).

Kriteria Puskesmas mampu PONED.

a. Mempunyai Tim inti yang terdiri atas Dokter, Perawat dan Bidan sudah dilatih PONED, bersertifikat dan mempunyai kompetensi PONED, serta tindakan mengatasi kegawatdaruratan medik umumnya dalam rangka mengkondisikan pasien emergensi/komplikasi siap dirujuk dalam kondisi stabil.

b. Mempunyai cukup tenaga Dokter, Perawat dan Bidan lainnya, yang akan mendukung pelaksanaan fungsi PONED di Puskesmas/ Fasyankes ฀ ngkat dasar.

c. Difungsikan sebagai Pusat rujukan antara kasus obstetri dan neonatal emergensi/komplikasi, dalam satu regional wilayah rujukan kabupaten d. Puskesmas telah mempunyai peralatan medis, non medis, obat-obatan dan

fasilitas tindakan medis serta rawat inap, minimal untuk mendukung penyelenggaraan PONED (terlampir).

e. Kepala Puskesmas mampu PONED sebagai penanggungjawab program harus mempunyai kemampuan manajemen penyelenggaraan PONED f. Puskesmas mampu PONED mempunyai komitmen untuk menerima

rujukan kasus kegawat-daruratan medis kasus obstetri dan neonatal dari Fasyankes di sekitarnya.

g. Adanya komitmen dari para stakeholders yang berkaitan dengan upaya untuk memfungsikan Puskesmas mampu PONED dengan baik yaitu: 1. RS PONEK terdekat baik milik pemerintah maupun swasta, bersedia

(8)

2. Kepala Dinas Kesehatan kabupaten/kota bersama RS kabupaten/kota dan RS PONEK terdekat dalam membangun sistem rujukan dan pembinaan medis yang berfungsi efektif-efisien.

3. Adanya komitmen dukungan dari BPJS Kesehatan untuk mendukung kelancaran pembiayaan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dalam rangka Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

4. Dukungan Bappeda dan Biro Keuangan Pemda dalam pengintegrasian perencanaan pembiayaan Puskesmas mampu PONED dalam sistem yang berlaku.

5. Dukungan Badan Kepegawaian Daerah dalam kesinambungan keberadaan tim PONED di Puskesmas

6. Dukungan politis dari Pemerintah daerah dalam bentuk regulasi (Perbup, Perwali atau SK Bupati /Walikota) dalam mempersiapkan sumber daya dan atau dana operasional, untuk berfungsinya Puskesmas mampu PONED secara efektif dan efisien.

Pelayanan yang Diberikan Puskesmas PONED

Pelayanan yang dapat diberikan puskesmas PONED yaitu pelayanan dalam menangani kegawatdaruratan ibu dan bayi meliputi kemampuan untuk menangani dan merujuk:

1. Hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia, eklampsia)

2. Tindakan pertolongan Distosia Bahu dan Ekstraksi Vakum pada Pertolongan Persalinan

3. Perdarahan post partum 4. infeksi nifas

5. BBLR dan Hipotermi, Hipoglekimia, Ikterus, Hiperbilirubinemia, masalah pemberian minum pada bayi

6. Asfiksia pada bayi

7. Gangguan nafas pada bayi 8. Kejang pada bayi baru lahir 9. Infeksi neonatal

(9)

Sistem Rujukan PONED

Sistem rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap kasus penyakit atau masalah kesehatan baik secara vertikal dalam arti dari unit yang berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara horisontal dalam arti unit-unit yang setingkat kemampuannya.

1. Kasus yang dirujuk ke Puskesmas mampu PONED, kemungkinan berasal dari:

a. Rujukan masyarakat:

1. Datang sendiri sebagai pasien perorangan atau keluarga 2. Diantar/dirujuk oleh kader Posyandu, Dukun Bayi,dan lainnya 3. Dirujuk dari institusi masyarakat, seperti Poskesdes, Polindes, dll. b. Rujukan dari pelayanan kesehatan perorangan tingkat pertama dari

wilayah kerja Puskesmas mampu PONED ,antara lain dari: 1. Unit rawat jalan Puskesmas, Puskesmas pembantu/ keliling. 2. Praktek dokter atau bidan mandiri

(10)

Sistem Rujukan PONED kasus dapat ditangani oleh tim

(11)

Rumah Sakit PONEK

Rumah Sakit Mampu PONEK merupakan Rumah Sakit 24 jam yang memiliki tenaga dengan kemampuan serta sarana dan prasarana penunjang yang memadai untuk memberikan pelayanan pertolongan kegawatdaruratan obstetrik dan neonatal dasar maupun komprehensif untuk secara langsung terhadap ibu hamil/ibu bersalin dan ibu nifas baik yang datang sendiri atau atas rujukan kader/masyarakat, Bidan di desa, Puskesmas dan Puskesmas mampu PONED (Depkes RI, 2008)

KRITERIA UMUM RUMAH SAKIT PONEK

 Ada dokter jaga yang terlatih di UGD untuk mengatasi kasus emergensi baik secara umum maupun emergency obstetrik – neonatal.

 Dokter, bidan dan perawat telah mengikuti pelatihan tim PONEK di rumah sakit meliputi resusitasi neonatus, kegawat-daruratan obstetrik dan neonatus.

 Mempunyai Standar Operating Prosedur penerimaan dan penanganan pasien kegawat-daruratan obstetrik dan neonatal.

 Kebijakan tidak ada uang muka bagi pasien kegawat-daruratan obstetrik dan neonatal.

 Mempunyai prosedur pendelegasian wewenang tertentu.

 Mempunyai standar respon time di UGD selama 10 menit, di kamar bersalin kurang dari 30 menit, pelayanan darah kurang dari 1 jam.

 Tersedia kamar operasi yang siap (siaga 24 jam) untuk melakukan operasi, bila ada kasus emergensi obstetrik atau umum.

 Tersedia kamar bersalin yang mampu menyiapkan operasi dalam waktu kurang dari 30 menit.

 Memiliki kru/awak yang siap melakukan operasi atau melaksanakan tugas sewaktu-waktu,meskipun on call.

 Adanya dukungan semua pihak dalam tim pelayanan PONEK, antara lain dokter kebidanan, dokter anak, dokter / petugas anestesi, dokter penyakit dalam, dokter spesialis lain serta dokter umum, bidan dan perawat.

(12)

LINGKUP PELAYANAN RUMAH SAKIT PONEK A. PONEK RUMAH SAKIT KELAS C

1. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Fisiologis

Meliputi : pelayanan kehamilan, pelayanan persalinan, pelayanan nifas, asuhan bayi baru lahir (level 1), immunisasi dan stimulasi, deteksi, intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK)

2. Pelayanan kesehatan Maternal dan Neonatal dengan risiko tinggi  Masa antenatal

meliputi : perdarahan pada kehamilan muda, nyeri perut dalam kehamilan muda dan lanjut, gerak janin tidak dirasakan, demam dalam kehamilan dan persalinan, kehamilan ektopik (KE) & kehamilan ektopik terganggu (KET), kehamilan dengan nyeri kepala, gangguan penglihatan, kejang dan/koma, serta tekanan darah tinggi

 Masa intranatal

meliputi : persalinan dengan parut uterus, persalinan dengan distensi uterus, gawat janin dalam persalinan, pelayanan terhadap syok, ketuban pecah dini, persalinan lama, induksi dan akselerasi persalinan, aspirasi vakum manual, ekstraksi cunam, seksio sesarea, epiosotomi, kraniotomi dan kraniosentesis, malpresentasi dan malposisi, distosia bahu, prolapsus tali pusat, plasenta manual, perbaikan robekan serviks, perbaikan robekan vagina dan perineum, perbaikan robekan dinding uterus, eposisi inersio uteri ßhisterektomi , sukar bernapas, kompresi bimanual dan aorta, dilatasi dan kuretase, ligase arteri uterina, bayi baru lahir dengan asfiksia, bblr, resusitasi bayi baru lahir, anestesia umum dan lokal untuk seksio sesaria, anestesia spinal, ketamin, blok paraservikal, serta blok pudendal (bila memerlukan pemeriksaan spesialistik, dirujuk ke RSIA/ RSU)  Masa Post Natal

(13)

3. Pelayanan Kesehatan Neonatal

Meliputi : hiperbilirubinemi, asfiksia, trauma kelahiran, hipoglikemi, kejang, sepsis neonatal, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, gangguan pernapasan, kelainan jantung (payah jantung, payah jantung bawaan, PDA), gangguan pendarahan, renjatan (shock), aspirasi mekonium, koma, inisiasi dini ASI (Breast Feeding), Kangaroo Mother Care, Resusitasi Neonatus, penyakit membran hyalin, pemberian minum pada bayi risiko tinggi.

4. Pelayanan Ginekologis

Meliputi : kehamilan ektopik, perdarahan uterus disfungsi, perdarahan menoragia, kista ovarium akut, radang pelvik akut, abses pelvik, infeksi saluran genitalia, hiv- aids

5. Perawatan Khusus / High Care Unit dan Transfusi Darah

B. PONEK RUMAH SAKITKELAS B

1. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Fisiologis

meliputi : pelayanan kehamilan, pelayanan persalinan normal dan persalinan dengan tindakan operatif, pelayanan nifas, asuhan bayi baru lahir (Level 2), Immunisasi dan Stimulasi, Deteksi, Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK), Intensive Care Unit (ICU), NICU, Endoskopi

2. Pelayanan kesehatan Maternal dan Neonatal dengan risiko tinggi  Masa antenatal

Meliputi : perdarahan pada kehamilan muda / abortus, nyeri perut dalam kehamilan muda dan lanjut / kehamilan ektopik, kehamilan ektopik (KE) & kehamilan ektopik terganggu (KET), hipertensi, preeklampsi / eklampsi, ßPerdarahan pada masa kehamilan, kehamilan metabolik, kelainan vaskular / jantung

 Masa intranatal

(14)

persalinan, aspirasi vakum manual, ekstraksi cunam, seksio sesarea, episiotomi, kraniotomi dan kraniosentesis, malpresentasi dan malposisi, distosia bahu, prolapsus tali pusat, plasenta manual, perbaikan robekan serviks, perbaikan robekan vagina dan perineum, perbaikan robekan dinding uterus, reposisi inersio uteri, histerektomi, sukar bernapas, kompresi bimanual dan aorta, dilatasi dan kuretase, ligase arteri uterina, anestesia umum dan lokal untuk seksio sesaria, anestesia spinal, ketamin, blok pudendal masa post natal, masa nifas, demam pasca persalinan, perdarahan pasca persalinan, nyeri perut pasca persalinan, keluarga berencana, asuhan bayi baru lahir sakit (level 2)

3. Pelayanan Kesehatan Neonatal

Meliputi : hiperbilirubinemi, asfiksia, trauma kelahiran, hipoglikemi, kejang, sepsis neonatal, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, gangguan pernapasan, kelainan jantung (payah jantung, payah jantung bawaan, PDA), gangguan pendarahan, renjatan (shock), aspirasi mekonium, koma, Inisiasi dini ASI (Breast Feeding), Kangaroo Mother Care, resusitasi neonatus, penyakit membran hyalin, pemberian minum pada bayi risiko tinggi, pemberian cairan parenteral, kelainan bawaan. 4. Pelayanan Ginekologis

Meliputi : kehamilan ektopik, perdarahan uterus disfungsi, perdarahan menoragia, kista ovarium akut, radang pelvik akut, abses pelvik, infeksi saluran genitalia, hiv- aids

(15)

BAB IV PEMBAHASAN

Kehamilan merupakan fertilisasi atau penyatuan spermatozoa dan ovum yang dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterine di mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Hanafiah, 2008). Kehamilan adalah anugrah dari Tuhan yang perlu mendapatkan perhatian dan dukungan dari semua anggota keluarga (BKKBN, 2003). Namun dalam proses kehamilan dapat terjadi gangguan. Gangguan dan penyulit pada kehamilan umumnya ditemukan pada kehamilan resiko tinggi. Secara garis besar, kelangsungan suatu kehamilan sangat bergantung pada keadaan dan kesehatan ibu, plasenta dan keadaan janin.

Pertumbuhan dan perkembangan janin sebaiknya selalu dipantau dengan baik. Adanya kelainan pertumbuhan janin seperti KMK (kecil untuk masa kehamilan ), BMK ( besar untuk masa kehamilan ), kelainan bawaan seperti hidrosefalus, hidramnion, kehamilan ganda maupun kelainan letak janin sedini mungkin harus segera dideteksi. Bila keadaan ini baru di diagnosa pada kehamilan lanjut, maka akan terjadi gangguan dan penyulit pada kehamilan maupun persalinan. Seperti kasus yang terjadi pada Ibu Mimin dan bayinya. Ibu Mimin meninggal karena pendarahan setelah melahirkan bayinya yang sudah meninggal terlebih dahulu dalam kandungan.

(16)

Depkes RI mengelompokkan faktor risiko kematian ibu menjadi tiga, yaitu: 1) Faktor medik

Terdiri dari umur ibu yang terlalu muda atau tua pada waktu hamil, jumlah anak terlalu banyak, jarak antar kehamilan terlalu dekat, adanya komplikasi yang terjadi pada masa kehamilan, persalinan dan nifas serta beberapa keadaan yang memperberat derajat kesehatan ibu selama hamil seperti kekurangan gizi dan anemia.

Hal yang terjadi pada kasus ibu mimin yaitu ibu mimin yang sudah berusia di atas 35 tahun. Pada saat hamil ibu mimin berusia 36 tahun. Umur reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20 sampai 35 tahun. Pada kehamilan diusia kurang dari 20 tahun secara fisik dan psikis masih kurang, misalnya dalam perhatian untuk memenuhi kebutuhan zat gizi selama kehamilannya. Sedangkan pada usia lebih dari 35 tahun berkaitan dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa diusia ini seperti diabetes, hipertensi (Widyastuti, dkk, 2009).

Faktor medik lainnya yaitu terjadinya komplikasi pasca melahirkan yang menyebabkan kematian pada ibu mimin. Seperti yang telah diketahui, Ibu Mimin meninggal setelah terjadi pendarahan pasca persalinan.

2) Faktor non medik

Yaitu kurangnya akses ibu dalam mendapatkan antenatal care, terbatasnya pengetahuan ibu tentang tanda-tanda bahaya (kehamilan, persalinan maupun nifas), ketidakberdayaan ibu hamil dalam pengambilan keputusan untuk dirujuk, dirujuk serta ketidakmampuan ibu hamil untuk membayar biaya transpor dan perawatan di rumah sakit.

(17)

persalinan dan nifas. Ibu hamil dengan resiko tinggi seharusnya mempersiapkan diri dengan memperhatikan kesehatan kehamilannya.

3) Faktor pelayanan kesehatan,

Yang terdiri dari penolong persalinan, tempat persalinan, cara persalinan, penanganan medis pada kasus rujukan, penerapan prosedur tetap penanganan kasus gawat darurat kebidanan belum dilakukan secara konsisten, kemampuan bidan di desa yang belum optimal dalam menangani kasus kegawadaruratan kebidanan.

Faktor pelayanan kesehatan yang mungkin terjadi pada ibu mimin yaitu pelayanan yang kurang maksimal yang diberikan oleh RSUD Leuwiliang, Bogor. Ibu mimin mengeluhkan bayi yang dikandungnya sudah berusia delapan bulan namun tidak pernah bergerak. Untuk memastikan keadaan bayinya, ibu mimin memeriksakan kandungannya ke Puskesmas Cigudeg dan atas saran dari Puskesmas, ibu mimin dirujuk ke RSUD Leuwiliang.

Upaya dalam menurunkan AKI dan AKB salah satunya melalui penyelenggaraan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di tingkat Puskesmas dan Pelayanan Obtetrik Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) di tingkat rumah sakit . Dalam kasus ibu mimin, Puskesmas Cigudeg sudah menyelenggarakan kegiatan PONED yaitu sistem rujukan. Mengetahui keluhan ibu mimin, puskesmas segera merujuknya ke RSUD Leuwiliang. Namun pelayanan yang diberikan oleh RSUD Leuwiliang kepada ibu mimin kurang maksimal sehingga ibu mimin meninggal karena pendarahan. Pemeriksaan penunjang pada janin yang sudah meninggal dalam kandungan dilakukan dengan:

1. Ultrasonografi

yaitu untuk melihat denyut jantung janin maupun gerakan janin, janin yang sudah meninggal seringkali tulang-tulang letaknya tidak teratur, khususnya tulang tengkorak sering dijumpai overlapping cairan ketuban berkurang. 2. Rontgen foto abdomen

a. Tanda Spalding

(18)

tumpang tindih (overlapping) karena otak bayi yang sudah mencair, hal ini terjadi setelah bayi meninggal beberapa hari dalam kandungan.

b. Tanda Nojosk

Tanda ini menunjukkan tulang belakang janin yang saling melenting (hiperpleksi).

c. Tampak gambaran gas pada jantung dan pembuluh darah. d. Tampak udema di sekitar tulang kepala

3. Pemeriksaan darah lengkap, jika dimungkinkan kadar fibrinogen rendah (Achadiat, 2004)

RSUD Leuwiliang hanya menggunakan pemeriksaan USG saja pada ibu mimin, seharusnya juga dilakukan pemeriksaan darah yaitu fibrinogen untuk mengetahui ada tidaknya permasalahan pada faktor pembekuan darah dari faktor janin terhadap maternal. Jika fibrogen ibu rendah, akan terjadi perdarahan yang tidak bisa berhenti. Kemungkinan nyawa ibu melayang akibat

perdarahan yang hebat bisa terjadi. Hal ini terjadi pada ibu mimin.

Rumah Sakit PONEK 24 jam merupakan bagian dari sistem rujukan dalam

pelayanan kedaruratan dalam maternal dan neonatal, yang sangat berperan dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Kunci keberhasilan PONEK adalah ketersediaan tenaga kesehatan yang sesuai kompetensi, prasarana,sarana dan manajemen yang handal (Depkes RI, 2008). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan kualitas pelayanan kesehatan dapat memberikan kontribusi terbesar terhadap kejadian komplikasi persalinan pada ibu melahirkan (Misar dkk, 2012).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Nigeria bahwa kematian ibu disebabkan karena partus lama, paritas yang tinggi, dan untuk menangani kegawatan obstetrik diperlukan peningkatan pelayanan perawatan obstetrik darurat, meningkatkan subsidi untuk ibu hamil, serta meningkatkan pendidikan perempuan reproduksi dan pasangan tentang pentingnya perawatan antenatal secara rutin dan keluarga berencana (Olopade dkk, 2008).

(19)
(20)

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

1. Puskesmas PONED adalah puskesmas rawat inap yang memiliki kemampuan serta fasilitas pelayanan kegawatdaruratan obstetrik dan neonatal siap 24 jam 2. Rumah Sakit Mampu PONEK merupakan Rumah Sakit 24 jam yang memiliki tenaga dengan kemampuan serta sarana dan prasarana penunjang yang memadai untuk memberikan pelayanan pertolongan kegawatdaruratan obstetrik dan neonatal dasar maupun komprehensif.

3. Faktor penyebab kematian dalam kasus ibu mimin yaitu faktor medik, non medik dan faktor pelayanan kesehaan

4. Rumah sakit belum memberikan PONEK yang baik dan makasimal kepada pasien dalam kasus ibu mimin.

B. Saran

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Saifuddin. (1997). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka PelajarWHO, 2007

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). 2003.

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). 2013. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012. Jakarta: BKKBN. Departemen Kesehatan RI, 2007. Tentang Pedoman Operasional Keluarga

Sadar Gizi di Desa Siaga. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Bina Gizi Masyarakat.

Depkes RI, 2004. Sistem Kesehatan Nasional 2004, Jakarta.

Depkes RI, 2006. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di Indonesia. Ditjen P2M dan PLP, Jakarta.

Depkes RI, 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta.Gunawan, E. 2013. Depkes RI. 2007. Standar Pelayanan Kebidanan. Jakarta

Depkes RI. 2008. Pedoman Rumah Sakit Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) 24 Jam. Jakarta: Depkes RI Gunawan, E. 2013. Pelayanan Buruk, Ibu & Bayi Meninggal Saat Melahirkan.

http://jakarta.okezone.com. Diakses pada tanggal 8 Oktober 2014 pada

pukul 12.40

Hanafiah, M.J & Amir, A. (2008), Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, Ed.4, EGC, Jakarta, 72-77

Jahanfar, Ghiyasi, Haghani. 2005. Risk Factors Related To Intra Uterine Fetal Death In Iran, A Case-Control Study. Shiraz E-Medical Journal . Vol. 6 No. 3 & 4 Hal: 1-14

(22)

Mochtar, R. (2004), Sinopsis Obstetri Fisiologi Patologi, Edisi III, EGC, Jakarta.

Monintja, H.E. (2005), Penyakit-Penyakit Dalam Masa Neonatal, dalam Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. Paxton, 2006

Olopade, F.E. and Lawoyin, T.O. 2008. Maternal Mortality in a Nigerian Maternity Hospital. African Journal of Biomedical Research. Vol. 11 Hal 267 – 273

Paxton dkk, 2006. World Legislatur. London and Basingstoke: The MacMillan Press

Suririnah.2008. Buku Pintar Kehamilan dan Persalinan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

WHO, 2007. Cancer Control Knowledge Into Action. Geneva. http://www.who.int

Referensi

Dokumen terkait

Myasthenia gravis merupakan penyakit dengan kelemahan otot yang parah dan satu-satunya penyakit neuromuscular dengan gabungan antara cepatnya terjadi kelelahan otot-otot

Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi Divident Payout Ratio di BEJ sebelumnya telah dilakukan oleh Sudarsi (2000 : 70). Dalam penelitiannya Sudarsi menguji

Moewardi yang telah memberikan kemudahan penulis dalam melaksanakan pendidikan dan sekaligus sebagai pembimbing II, yang telah membimbing dan memberi pengarahan dalam penyusunan

Zaradi tega stanje v Republiki Sloveniji glede finančnih preiskav, še daleč ni zadovoljivo, zato bi bilo potrebno, da si poleg kriminalistov za področje gospodarske kriminalitete,

Dengan demikian, apabila temuan tersebut dihubungkan dengan teori yang dikemukakan oleh Pasuraman terkait dengan empathy , maka sesuai dengan apa yang di temukan

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan di TK UMMI ERNI menunjukkan dari 30 orang anak terdapat 15 anak yang masih kurang kecerdasan logika matematikanya,

Karakter yang banyak hidup di berbagai media (multimedia) akan lebih populer dibandingkan dengan karakter yang “hidup” di satu media saja. Dalam hal ini karakter

Merupakan produk pembiayaan untuk masyarakat yang menggunakan valuta rupiah, pembiayaan ini diperuntukan bagi karyawan tetap pada sebuah perusahaan yang