• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE DAN PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP TAX AVOIDANCE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE DAN PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP TAX AVOIDANCE"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1 |

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE DAN

PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

TERHADAP TAX AVOIDANCE

Poppy Ayuni Putri¹, Zaitul², Herawati³

Jurusan akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Bung Hatta

¹Email : poppyaputri@yahoo.co.id

²Email : zaitula@yahoo.co.uk ³Email : heradevopi@yahoo.com

ABSTRACT

The corporate governance concepts are believed to serve as a monitoring and control system in a company. The research about tax avoidance has many done in foreign, however In Indonesia the relevant research has been still limited. This study aim to examine the effect of corporate governance mechanism and corporate social responsibility disclosure on tax avoidance. We use the agency theory and stakeholder theory to underpin this relationship. The corporate governance mechanisms used in this study consist of institutional ownership, independent board composition, audit committees, and audit quality. While the practice of corporate social responsibility for this study measured by corporate social responsibility disclosure. By using manufacturing companies (2010-2012 data) that listed in Indonesia Stock Exchange and purposive sampling method to select the sample, we find that institutional ownership, independent board composition, audit committees and audit quality has no significant effect on tax avoidance. In contrast to the corporate governance variables, corporate social responsibility variables significant effect on tax avoidance. In addition, the control variables do not affect the tax avoidance.

Keywords : corporate governance, corporate social responsibility disclosures, and tax avoidance

1. Latar Belakang

Syarat mutlak menuju kemandirian suatu bangsa adalah dengan meningkatkan peran serta aktif seluruh masyarakat melalui pembayaran pajak. Adapun salah satu indikator keberhasilan dalam pemungutan pajak adalah dengan meningkatkan kepatuhan masyarakat selaku wajib pajak dalam melaporkan dan membayarkan kewajiban perpajakannya sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Namun demikian, usaha untuk

meningkatkan animo masyarakat untuk melakukan pembayaran pajak tersebut terhalang oleh beberapa kendala, salah satu kendalanya adalah adanya praktek penghindaran pajak (tax avoidance) yang nantinya akan berdampak terhadap pendapatan negara.

Dari Laporan Keuangan

Pemerintah Pusat (LKPP) 2012, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menemukan secara akumulatif dari tahun 2009 sampai

(2)

2 |

dengan tahun 2012, realisasi penerimaan pajak tidak mencapai target APBNP sebesar Rp 136,24 triliun atau dari APBN sebesar Rp 233,44 triliun (www. republika.co.id). Tidak tercapainya target penerimaan itu antara lain dikarenakan adanya praktik penghindaran pajak di Indonesia mengingat sistem perpajakan di Indonesia masih bersifat self assessment yaitu memberikan kepercayaan yang besar kepada wajib pajak untuk melakukan penghitungan dan pelaporan perpajakannya sendiri.

Hal ini semakin diperkuat dengan adanya laporan dari Global Financial Integrity (GFI) yang mencatat bahwa pada akhir tahun 2012, Indonesia menduduki peringkat ke sembilan sebagai salah satu negara berkembang yang paling dirugikan akibat adanya praktek penghindaran pajak dalam periode 2001-2010 dengan potensi kerugian sebesar US$109 miliar (www.lampost.co). Pajak sering kali dipandang oleh masyarakat dan perusahaan sebagai suatu beban dan karena itulah mereka sering kali melakukan praktek penghindaran pajak guna memperkecil besarnya tingkat pembayaran pajak dan meningkatkan cash flow perusahaan. Penghindaran pajak merupakan usaha untuk mengurangi hutang pajak yang bersifat legal (lawful) (Xynas, 2010). Pajak itu harus dikelola dengan baik, oleh karenanya diperlukan

adanya penerapan konsep corporate

governance yang bertujuan untuk

mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan di sekitar perusahaan. Menurut Boediono (2005), mekanisme corporate governance merupakan suatu sistem yang mampu mengendalikan dan mengarahkan kegiatan operasional perusahaan serta pihak-pihak yang terlibat didalamnya sehingga dapat digunakan untuk menekan terjadinya masalah keagenan.

Perusahaan yang telah

melaksanakan corporate governance dengan baik sudah seharusnya melaksanakan aktivitas corporate social

responbility (CSR) sebagai wujud

kepedulian perusahaan pada lingkungan sosial (Rustiarini, 2010). Besarnya bentuk pertanggungjawaban perusahaan terhadap lingkungannya, menimbulkan perhatian dan minat para investor menjadi meningkat karena mereka cenderung menyukai perusahaan yang memiliki citra yang baik di masyarakat.

Penelitian mengenai tax avoidance, corporate governance dan corporate social responsibility telah banyak dilakukan di luar negeri di antaranya Khurana dan Moser (2009), Timothy (2010), Kim, Li, dan Li (2010), Sartori (2010), Huseynov dan Klamm (2012), dan Lanis dan Richardson (2012). Di Indonesia

(3)

3 |

sendiri, isu-isu mengenai corporate governance, corporate social responbility, dan tax avoidance merupakan hal yang sangat menarik untuk diperbincangkan mengingat Indonesia menganut sistem self assessment dalam pembayaran pajaknya sehingga ada kemungkinan wajib pajak untuk melakukan tindakan perencanaan pajak. Namun penelitian mengenai pengaruh corporate governance dan corporate social responbility terhadap tax avoidance masih terbatas dilakukan di Indonesia.

Penelitian Pohan (2008) menemukan hasil bahwa kepemilikan institusi, kepemilikan manajerial, rasio tobin q mempunyai pengaruh yang negatif yaitu mengurangi terhadap kemungkinan tax avoidance atau tax evasion, sedangkan komisaris independen, komite audit dan perata laba mempunyai pengaruh yang positif yaitu menambah kemungkinan adanya tax avoidance atau tax evasion.

Penelitian Sari dan Martani (2010) memberikan bukti secara empiris bahwa pengaruh tata kelola perusahaan yang baik belum berdampak signifikan di perusahaan-perusahaan di Indonesia. Annisa (2011) dalam penelitiannya menemukan hasil bahwa corporate governance yang terdiri dari kualitas audit dan komite audit berpengaruh secara signifikan terhadap aktivitas tax avoidance. Sementara kepemilikan institusional dan dewan

komisaris tidak mempengaruhi aktivitas tax avoidance secara signifikan. Sementara Kurniasih dan Sari (2013) menemukan hasil bahwa return on assets (ROA), ukuran perusahaan dan kompensasi rugi fiskal berpengaruh signifikan secara parsial terhadap tax avoidance sedangkan leverage dan corporate governance tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap tax avoidance. Yoehana (2013) dalam penelitiannya menemukan hasil bahwa semakin tinggi tingkat pengungkapan CSR suatu perusahaan, semakin rendah tingkat agresivitas pajaknya.

Penelitian ini termotivasi dari peneliti-peneliti sebelumnya yang hanya meneliti secara terpisah antara corporate

governance dan corporate social

responsibility terhadap tax avoidance. Peneliti tertarik kembali untuk melakukan penelitian dengan menggabungkan ketiga variabel tersebut. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah pengaruh mekanisme corporate governance dan pengungkapan corporate social responsibility terhadap tax avoidance.

2. Tinjauan Pustaka dan

Pengembangan Hipotesis

(4)

4 |

Teori keagenan adalah teori yang menjelaskan hubungan antara agen sebagai pihak yang mengelola perusahaan dan principal sebagai pihak pemilik, keduanya terikat dalam sebuah kontrak (Jensen dan Meckling, 1976). Pihak prinsipal termotivasi mengadakan kontrak untuk mensejahterakan dirinya dengan profitabilitas yang selalu meningkat. Sedangkan agen yang pada umumnya memiliki sikap welfare motives yang bersifat jangka pendek termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologinya untuk itulah diperlukan mekanisme corporate

governance untuk mengatasinya.

2.2 Teori Stakeholder (Stakeholder Theory)

Dukungan dari stakeholder sangat mempengaruhi kelangsungan hidup dari suatu perusahaan. Untuk mendapatkan dukungan tersebut sebuah perusahaan harus mampu memberikan manfaat bagi para stakeholder-nya (pemegang saham, kreditor, konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat, analis, dan pihak lain).

Sebuah perusahaan harus mampu menjaga hubungan dengan stakeholder-nya, salah satunya dengan melaksanakan CSR. Dengan adanya pelaksanaan CSR diharapkan keinginan dari stakeholder dapat terpenuhi sehingga menghasilkan hubungan yang harmonis yang akan

berdampak kepada keberlanjutan atau kelestarian perusahaan (sustainability) (Fahrizqi, 2010). Menurut Freeman (2004), stakeholder theory dimulai dengan adanya asumsi bahwa nilai adalah hal yang penting dan secara eksplisit merupakan bagian dari bisnis.

2.3 Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)

Menurut Darussalam dan Septriadi (2009), penghindaran pajak adalah suatu skema transaksi yang ditujukan untuk meminimalkan beban pajak dengan memanfaatkan kelemahan - kelemahan (loophole) ketentuan perpajakan suatu negara sehingga ahli pajak menyatakan legal karena tidak melanggar peraturan perpajakan. Tax avoidance tidak dapat dikategorikan sebagai sebuah pelanggaran undang-undang perpajakan karena dalam hal ini wajib pajak melakukan usaha meminimumkan atau meringankan beban pajak dengan ketentuan yang telah dimungkinkan oleh undang-undang pajak. Dalam penelitian ini tax avoidance dihitung melalui CASH ETR (cash effective tax rate) perusahaan yaitu kas yang dikeluarkan untuk biaya pajak dibagi dengan laba sebelum pajak (Dyreng at al., 2010). Semakin besar nilai CASH ETR menunjukkan bahwa semakin rendah tingkat penghindaran pajak suatu

(5)

5 |

perusahaan.

2.4 Mekanisme Corporate

Governance

Corporate governance

didefenisikan oleh Komite Cadbury sebagai sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dengan tujuan agar tercapai keseimbangan antara kekuatan kewenangan yang diperlukan oleh perusahaan untuk menjamin kelangsungan eksistensinya dan pertanggungjawaban kepada stakeholders (Surya dan Yustiavandana, 2006).

Corporate Governance timbul

karena adanya kepentingan perusahaan dalam memastikan kepada pihak investor bahwa dana yang telah diinvestasikan digunakan secara tepat dan efisien, serta memastikan bahwa pihak manajemen perusahaan telah bertindak sesuai dengan sebagaimana mestinya demi menciptakan kondisi yang kondusif untuk menjalankan operasional perusahaan dengan baik. Menurut Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-117/M-MBU/2002 prinsip-prinsip good corporate governance

meliputi: (a) transparansi, (b) kemandirian, (c) akuntabilitas, (d) pertanggungjawaban, (e) kewajaran (fairness)

2.4.1 Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional dapat dijadikan sebagai mekanisme monitoring yang efektif dalam pengambilan keputusan oleh pihak manajer perusahaan agar dalam menghasilkan laba sesuai dengan aturan yang berlaku. Kepemilikan institusional pada dasarnya melihat seberapa jauh pihak manajemen taat kepada peraturan dalam menghasilkan laba, salah satunya dengan mematuhi peraturan pajak yang berlaku.

Pohan (2008), Khurana dan Moser (2009), dan Annisa (2011) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap tax avoidance. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis pertama dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

H₁ : Kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance

2.4.2 Komposisi Dewan Komisaris Independen

Status independen dari seorang dewan komisaris terfokus kepada tanggung jawab untuk melindungi pemegang saham, khususnya pemegang saham independen dari praktik curang atau melakukan tindak kejahatan pasar modal (Rifa’i, 2009). Komisaris independen adalah anggota komisaris yang tidak memiliki hubungan usaha baik langsung maupun tidak

(6)

6 |

langsung yang berkaitan dengan kegiatan usaha emitmen atau perusahaan publik (Peraturan Nomor IX.I.5 Lampiran Keputusan Ketua BAPEPAM Kep - 41/PM/2003) yang keberadaannya dapat menjamin keefektifan dan keefisienan strategi perusahaan yang telah dirumuskan oleh dewan komisaris, stakeholder dan manajemen perusahaan serta dapat meminimalisir konflik kepentingan yang terjadi dalam perusahaan seperti tindakan pajak agresif.

Annisa (2011), Kurniasih dan Sari (2013) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa variabel dewan komisaris independen berpengaruh negatif terhadap tax avoidance. Sementara Pohan (2008) menyimpulkan bahwa komposisi dewan komisaris berpengaruh positif terhadap tax avoidance. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis kedua dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

H2 : Komposisi dewan komisaris

independen berpengaruh

signifikan terhadap tax avoidance

2.4.3 Komite Audit

Komite audit bertugas membantu dewan komisaris dalam melakukan pengawasan terhadap pengendalian yang telah berjalan demi menghasilkan sebuah informasi yang berkualitas dan meminimalisir terjadinya konflik

kepentingan yang terjadi dalam suatu perusahaan seperti tindakan penghindaran pajak. Pohan (2008) dan Annisa (2011) meneliti tentang pengaruh komite audit terhadap tax avoidance dan menyimpulkan bahwa komite audit berpengaruh positif terhadap tax avoidance. Sementara penelitian Kurniasih dan Sari (2013) menyimpulkan bahwa keberadaan komite audit tidak berpengaruh terhadap tax avoidance. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis ketiga dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

H₃ : Komite audit berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance

2.4.4 Kualitas Audit

Auditor yang bekerja di KAP Big Four memiliki program audit yang lebih efektif dan akurat dibandingkan dengan yang bekerja di KAP non-Big Four. Untuk tetap menjaga reputasinya dan demi meningkatkan kepercayaan dari masyarakat, KAP Big Four akan berusaha secara sungguh-sungguh dengan cara memberikan perlindungan kepada publik. Annisa (2011) yang meneliti langsung hubungan antara kualitas audit dengan tax

avoidance menemukan hasil yang

signifikan dari kedua variabel tersebut. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis keempat dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

(7)

7 |

H₄ : Kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance

2.4.5 Pengungkapan Corporate Social Responsibility

Meningkatkan ketaatan dalam pembayaran pajak tanpa melakukan tindakan agresivitas pajak guna menjalin hubungan baik dengan pemerintah merupakan salah satu wujud perhatian perusahaan terhadap kepentingan

stakeholder-nya. Jika pajak yang

dibayarkan oleh perusahaan memiliki dampak bagi masyarakat luas, maka pajak tersebut dapat dikaitkan dengan CSR.

Dalam penelitiannya, Lanis dan Richardson (2012) menemukan hasil bahwa semakin tinggi tingkat pengungkapan CSR suatu perusahaan, maka semakin rendah tingkat agresivitas pajaknya, hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yoehana (2013). Huseynov dan Klamm (2012)

menemukan hasil bahwa CSR

mempengaruhi penghindaran pajak ketika sebuah perusahaan dibagi menjadi portofolio berdasarkan tingkat CSR. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis kelima dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

H₅ : Pengungkapan corporate social responsibility berpengaruh

signifikan terhadap tax avoidance

3. Rancangan Penelitian dan

Metodologi

3.1 Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia tahun 2010 hingga 2012. Teknik yang digunakan dalam pengambilan adalah teknik purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut: (i) Perusahaan tersebut sudah terdaftar sebagai perusahaan manufaktur dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) atau sudah go public dari tahun 2010 dan masih tercatat hingga Desember 2012, (ii) Perusahaan menyajikan laporan keuangan dalam Rupiah (Rp), (iii) Perusahaan menerbitkan laporan keuangan selama 3 tahun secara berturut-turut dari 2010-2012 dan dapat diperoleh secara lengkap serta mempunyai data yang lengkap mengenai variabel yang digunakan dalam penelitian.

3.2 Model Penelitian

Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi berganda. Persamaan model regresi berganda :

CASH ETR = α + β1 KI+ β2 KDKI + β3 KOMSIZE + β4 AQUA + β5 CSR + β6 SIZE + β7 LEV + e

(8)

8 |

Keterangan :

KI = Kepemilikan Institusional KDKI = Komposisi Dewan

Komisaris Independen KOMSIZE = Ukuran Komite Audit AQUA = Audit Quality

CSR = Corporate Social Responbility SIZE = Ukuran Perusahaan LEV = Leverage

e = Error Term

4. Analisis dan Pembahasan 4.1 Seleksi Sampel Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan apakah hipotesis yang dikembangkan dapat dibuktikan secara empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar selama tahun 2010 hingga 2012. Setelah seleksi sampel dilakukan berdasarkan kriteria, maka didapat 33 perusahaan yang dapat dijadikan sampel penelitian.

4.2 Statistik Deskriptif

Variabel KI memiliki nilai rata-rata sebesar 43,67%. Hal ini berarti 43,67% saham yang beredar dalam perusahaan dimiliki oleh pihak institusional perusahaan sisanya 56,33% dimiliki oleh pihak internal perusahaan.

Nilai rata-rata variabel KDKI diperoleh sebesar 39,46%, hal ini berarti

bahwa perusahaan memiliki dewan komisaris independen sebesar 39,46% dari seluruh jumlah anggota dewan komisaris yang ada dengan kata lain perusahaan telah memenuhi peraturan dari Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor : Kep-305/BEJ/07-2004 tentang Peraturan Nomor 1-A tentang Pencatatan Saham dan Efek Bersifat Ekuitas Selain Saham Yang Diterbitkan Oleh Perusahaan Tercatat Bab III.I.4 yang mewajibkan perusahaan agar memiliki dewan komisaris independen sekurang-kurangnya 30% dari jajaran anggota dewan komisaris.

Nilai rata-rata variabel komite audit menunjukkan angka sebesar 3,0952. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perusahaan yang dijadikan sampel telah memenuhi peraturan dari Bank Indonesia No. 8/14/PBI/2006 tentang pelaksanaan

good corporate governance yang

menjelaskan bahwa keberadaan anggota komite audit dalam suatu perusahaan adalah minimal 3 orang.

Nilai rata-rata variabel AQUA adalah sebesar 28,57%. Dari hasil uji statistik deskriptif ini dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini menggunakan jasa auditor yang berkualitas sebesar 28,57%. Jasa auditor yang berkualitas ini diharapkan mampu untuk melakukan pengawasan terhadap tindakan

(9)

9 |

opportunistic yang terjadi dalam

perusahaan.

Rata-rata nilai variabel CSR adalah sebesar 0,1411. Suatu perusahaan akan melakukan pengungkapan informasi mengenai tanggung jawab sosialnya sebagai suatu strategi guna menghasilkan nilai tambah.

Nilai rata-rata variabel SIZE yang dimiliki perusahaan adalah sebesar 1,1363. Secara keseluruhan perusahaan yang menjadi sampel merupakan perusahaan besar. Semakin besar perusahaan tersebut berkemungkinan untuk mengungkapkan informasi secara meluas guna menekan biaya keagenan.

Nilai rata-rata variabel LEV yang dimiliki perusahaan adalah sebesar 12,79%. Jika kegiatan operasional perusahaan lebih banyak dibiayai oleh pinjaman dari pihak luar daripada menggunakan modal sendiri maka perusahaan tersebut akan mengurangi pengungkapan tanggung jawab sosial yang dibuatnya agar tidak menjadi sorotan dari para debtholders.

4.3 Pengujian Asumsi Klasik 4.3.1 Uji Normalitas

Masing-masing variabel penelitian memiliki nilai Asymp Sig (2-Tailed) di atas atau sama dengan 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa semua variabel penelitian telah berdistribusi normal

kecuali variabel KDKI yang dalam pengukuran di setiap tahun penelitian, datanya hanya sedikit mengalami perubahan, variabel KOMSIZE yang dalam pengukurannya menggunakan skala interval dengan memberi peringkat tiga dan empat serta variabel AQUA yang merupakan variabel dummy. Dengan demikian ketiga variabel tersebut berdistribusi tidak normal. Namun karena variabel penelitian diuji dengan pengujian univariate, maka kenormalan data dapat juga diuji dengan uji Skewness dan

Kurtosis. Suatu variabel memenuhi

klasifikasi normal bila nilai rasio Skewness dan Kurtosis berada antara -2 dan +2 (Pramesti, 2006). Dari dua variabel yang telah diuji, yang tidak berdistribusi normal yaitu KDKI dan KOMSIZE maka dapat dilakukan pengujian kembali dan didapatkan hasil bahwa variabel KDKI telah berdistribusi normal

4.3.2 Uji Autokorelasi

Nilai DW yang dihasilkan dalam pengujian adalah sebesar 2,188 nilai ini berada di atas nilai dl, sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini tidak terdapat gejala autokorelasi (Sriwedari, 2009).

4.3.3 Uji Multikolinieritas

Masing-masing variabel yang digunakan telah memiliki nilai tolerance di

(10)

10 |

atas 0,10 dan nilai variance inflation factor di bawah 10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini terbebas dari gejala multikolinieritas.

4.3.4 Uji Heteroskedastisitas

Masing-masing variabel

independen menghasilkan nilai signifikan di atas 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel independen yang akan dibentuk ke dalam model persamaan regresi berganda telah terbebas dari gejala heteroskedastisitas.

4.3.5 Pengujian Hipotesis

Setelah dilakukan pengujian asumsi klasik dan data telah bebas dari seluruh gejala asumsi klasik, maka berdasarkan hasil pengujian data yang telah dilakukan diperoleh ringkasan hasil terlihat pada Tabel 1 dibawah ini :

Tabel 1

Hasil Pengujian Hipotesis Var. Penelitian Koef. Regresi Prob Kesimpulan KI 0,799 0,100 Tidak signifikan KDKI -0,025 0,268 Tidak signifikan KOMSIZE 0,262 0,705 Tidak signifikan AQUA -0,035 0,935 Tidak signifikan CSR 3,554 0,043 Signifikan SIZE 0,090 0,412 Tidak signifikan LEV -1,482 0,318 Tidak signifikan 0,222 F-Prob 0,045

Sumber: Data sekunder diolah melalui SPSS 16.0

Dari tabel diatas terlihat bahwa model penelitian fit karena nilai signifikan F adalah 0,045 yaitu kecil dari 0,05. Sedangkan R² adalah 0,222 yang berarti bahwa variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen sebesar 22,22%.

4.3.5.1 Pengaruh KI Terhadap Tax Avoidance

Hipotesis pertama di tolak karena variabel KI memiliki nilai koefisien regresi bertanda positif sebesar 0,799 dengan nilai signifikan sebesar 0,100. Hal ini diduga terjadi karena dengan memiliki saham perusahaan dalam jumlah yang besar, investor institusional memiliki insentif yang kuat dalam memastikan bahwa keputusan yang akan diambil oleh pihak manajemen akan berdampak terhadap peningkatan kesejahteraan mereka. Hal ini semakin mendorong pihak manajemen untuk melakukan tindakan tax avoidance guna mendapatkan laba yang besar. Pernyataan ini didukung oleh penelitian yang telah dilakukan oleh Khurana dan Moser (2009) yang hasilnya menyatakan bahwa keberadaan investor institusional

(11)

11 |

mengindikasi adanya tekanan kepada pihak manajemen untuk melakukan kebijakan pajak yang agresif untuk memastikan perolehan laba yang akan diterimanya. Hasil penelitian ini juga mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Pohan (2008) dan Annisa (2011).

4.3.5.2 Pengaruh KDKI Terhadap Tax Avoidance

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai signifikan variabel KDKI adalah sebesar 0,268 > alpha 0,05 maka keputusannya adalah H₂ ditolak. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Pohan (2008) dan Annisa (2011). Semakin besarnya jumlah komisaris independen suatu perusahaan diduga hanya karena sekedar memenuhi ketentuan formal saja dan tidak berdampak terhadap kebijakan perusahaan. Hal ini dikarenakan masih kuatnya kendali dari pemegang saham mayoritas terhadap kebijakan perusahaan sehingga mengakibatkan kinerja dewan tidak dapat meningkat atau bahkan terkadang menurun yang membuat pengawasan terhadap kebijakan pembayaran pajak menjadi lemah sehingga terjadi tindakan tax avoidance.

4.3.5.3 Pengaruh KOMSIZE Terhadap

Tax Avoidance

Hipotesis ketiga dalam penelitian

ini ditolak karena memiliki nilai koefisien regresi bertanda positif sebesar 0,262 dengan nilai signifikan sebesar 0,705. Hasil ini sejalan dengan penelitian Kurniasih dan Sari (2013) namun berlawanan dengan hasil yang didapatkan oleh Pohan (2008) dan Annisa (2011). Keberadaan komite audit tidak berpengaruh terhadap tax avoidance diduga karena anggota komite audit dalam perusahaan tidak dapat menjalankan tugasnya dalam memonitor pelaporan keuangan dengan baik sehingga tindakan penghindaran pajak (tax avoidance) yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu tidak terdeteksi.

4.3.5.4 Pengaruh AQUA Terhadap Tax Avoidance

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai signifikan AQUA adalah sebesar 0,935 > alpha 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel kualitas auditor tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tax avoidance. Kualitas audit tidak berpengaruh terhadap tax avoidance diduga karena kurangnya kesadaran akan etika dan profesionalisme dari para auditor itu sendiri yang terkadang sering mengabaikan kepentingan publik di atas kepentingan kliennya. Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Annisa (2011).

(12)

12 |

4.3.5.5 Pengaruh CSR Terhadap Tax Avoidance

Nilai koefisien regresi variabel CSR bertanda positif sebesar 3,554 dengan nilai signifikan sebesar 0,043 dengan menggunakan tingkat kesalahan sebesar 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa CSR berpengaruh secara signifikan terhadap tax avoidance. Hasil ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Lanis dan Richardson (2012) dan Yoehana (2013) yang menyimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pengungkapan CSR suatu perusahaan, maka akan semakin rendah tingkat agresivitas pajaknya. Pengungkapan CSR dalam penelitian ini berpengaruh signifikan terhadap tindakan tax avoidance diduga karena tingginya tingkat kesadaran dari perusahaan akan pentingnya pengungkapan informasi sosial perusahaan yang mana tindakan ini dapat dijadikan sebagai strategi guna menghasilkan nilai tambah bagi perusahaan. Keputusan perusahaan mengenai sejauh mana perusahaan berkeinginan untuk mengurangi kewajiban pajaknya secara sah dipengaruhi oleh sikapnya terhadap CSR, sebagai tambahan pertimbangan legalitas dan etika yang lebih mendasar (Yoehana, 2013).

4.3.5.6 Variabel Kontrol

Berdasarkan hasil pengujian diperoleh nilai koefisien regresi variabel SIZE bertanda positif sebesar 0,090 dengan nilai signifikan sebesar 0,412 artinya variabel size tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tax avoidance. Terdapat dua pandangan tentang bentuk ukuran perusahan terhadap manajemen laba. Pertama, ukuran perusahaan yang kecil dianggap lebih banyak melakukan praktik manajemen laba daripada perusahaan besar. Hal ini dikarenakan perusahaan kecil cenderung ingin memperlihatkan kondisi perusahaan yang selalu berkinerja baik agar investor menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Perusahaan yang besar lebih diperhatikan oleh masyarakat sehingga akan lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangan sehingga berdampak perusahaan tersebut melaporkan kondisinya lebih akurat (Nasution dan Setiawan, 2007).

Hasil penelitian menunjukkan nilai signifikan variabel LEV adalah sebesar 0,318 > alpha 0,05, artinya variabel ini tidak berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance. Hal ini diduga terjadi karena perusahaan dengan tingkat hutang yang tinggi akan memungkinkan perusahaan mengalami resiko kesulitan keuangan akibatnya pihak manajemen akan melakukan tindakan-tindakan guna

(13)

13 |

menyelamatkan keuangan perusahaannya, salah satunya dengan melakukan praktek penghindaran pajak. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Kurniasih dan Sari (2013).

5. Kesimpulan, Keterbatasan, dan Saran

Berdasarkan kepada analisis dan pembahasan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan hasil penelitian bahwa (i) Kepemilikan Institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance, (ii) Komposisi Dewan Komisaris Independen tidak berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance, (iii) Komite Audit tidak berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance, (iv) Kualitas Auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap tax

avoidance, (v) CSR berpengaruh

signifikan terhadap tax avoidance, (vi) Variabel kontrol dalam penelitian ini yaitu

SIZE dan LEV tidak berpengaruh

signifikan terhadap tax avoidance.

Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari bahwa penelitian yang telah dilakukan saat ini masih memiliki kelemahan dan kekurangan, hal ini dikarenakan adanya keterbatasan yang peneliti miliki. Secara umum keterbatasan tersebut meliputi (i) Penelitian ini hanya menggunakan data

dengan jangka waktu pengamatan selama tiga tahun, di mana peralihan kepemilikan perusahaan, pergantian anggota dewan komisaris serta anggota komite audit akan berpengaruh pada hasil penelitian, (ii) Penelitian ini hanya menggunakan sektor industri manufaktur sebagai objek penelitian. Sektor industri lainnya diduga juga akan berpengaruh pada hasil penelitian, (iii) Penelitian ini hanya menggunakan empat proksi dari corporate governance sebagai variabel bebas dalam pengaruhnya terhadap tax avoidance. Proksi dari corporate governance lainnya diduga juga akan berpengaruh pada hasil penelitian, (iv) Penelitian ini hanya menggunakan dua variabel kontrol yaitu ukuran perusahaan (size) dan leverage.

Saran

Berdasarkan kepada hasil analisis pengujian hipotesis dan keterbatasan penelitian, maka diajukan beberapa saran sebagai berikut : (i) Untuk peneliti di masa

mendatang disarankan untuk

memperpanjang jangka waktu observasi penelitiannya, hal ini dikarenakan semakin panjang jangka waktu penelitian akan diketahui variasi yang terjadi pada suatu perusahaan sehingga berdampak pada akurasi hasil penelitian, (ii) Untuk peneliti di masa mendatang disarankan untuk menggunakan sektor industri yang berbeda, atau bahkan meneliti keseluruhan

(14)

14 |

sektor sebagai objek penelitian, (iii) Untuk peneliti di masa mendatang disarankan untuk menggunakan atau menambahkan proksi dari corporate governance yang lain, yaitu seperti kepemilikan manajerial dan kepemilikan keluarga, (iv) Untuk peneliti di masa mendatang disarankan untuk menggunakan atau menambahkan variabel kontrol yang lain seperti profitabilitas dan umur perusahaan yang kemungkinan juga dapat mempengaruhi hasil penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Annisa, Nuralifmida Ayu. 2011. “Pengaruh Corporate Governance Terhadap Tax Avoidance.” Jurnal Akuntansi & Auditing. Vol. 8, No. 2. Mei, 2012: 95- 189.

Boediono, Gideon. SB. 2005. “Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba Dengan Menggunakan Analisis Jalur.” Simposium Nasional Akuntansi VIII Solo. UPN“Veteran” Jogjakarta. 15-16 September: 1-23.

Darussalam dan D. Septriadi. 2009. “Tax Avoidance, Tax Planning, Tax Evasion, dan Anti Avoidance Rule”. (Online), (www.ortax.org diakses pada tanggal 27 November 2013).

Dyreng, Scott D, Hanlon, Michelle dan Maydew, Edward L, 2010. “The Effects of Executives on Corporate Tax Avoidance”. The Accounting Review Vol. 85, No. 4, American Accounting Association.

Eisenhardt, Kathleen. M. 1989. “Agency Theory: An Assessment and Review.” Academy of Management Review. Vol. 14, No. 1. Januari, 1989. pp: 57-74.

Fahrizqi, Anggara. 2010. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Pengungkapan CSR Dalam

Laporan Tahunan Perusahaan.” Skripsi. Fakultas Ekonomi. Universitas Diponegoro Semarang. Freeman, R. E., Wicks, Andrew, C., &

Palmar, B. 2004. “Stakeholder Theory and The Corporate Objective Revisited.” Organization Scince. Vol. 15, No. 3.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis

Multivariate dengan Program

SPSS. Edisi Keempat. Semarang. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Huseynov, Fariz dan B. K. Klamm. 2012. “Tax Avoidance, Tax Management

and Corporate Social

Responsibility.” Journal of Corporate Finance. Vol. 18. Tahun 2012: 804–827.

Jensen, Michael C. dan W. H. Meckling. 1976. “Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure.” Journal of Financial

Economics. Vol. 3, No. 4. Oktober. 1976. pp: 305-360.

Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-117/M-MBU/2002 Penerapan

Praktek Good Corporate

Governance Pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN). 31 Juli 2002. Menteri Badan Usaha Milik Negara. Jakarta.

Khurana, Inder K. dan W. J. Moser. 2009. “Shareholder Investment Horizons and Tax Aggressiveness.” www.ssrn.com.

Kim, J. B, O. Z. Li, dan Y. Li. 2010. “Corporate Tax Avoidance and Bank Loan Contracting.” www.ssrn.com.

Kurniasih, Tommy dan Maria M. R. Sari. 2013. “Pengaruh Return On Assets, Leverage, Corporate Governance,

Ukuran Perusahaan dan

Kompensasi Rugi Fiskal Pada Tax Avoidance.” Buletin Studi

(15)

15 |

Ekonomi. Vol. 18, No. 1,

Februari 2013, ISSN: 1410-4628. Lanis, Roman dan G. Richardson. 2012.

“Corporate Social Responsibility and Tax Aggressiveness: An Empirical Analysis.” Journal Account. Public Policy. Vol. 31. Tahun 2012: 86–108.

Nasution, M dan D. Setiawan. 2007. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba di Perbankan Indonesia. Makassar. SNA X.

Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) Nomor 41 Tahun 2003 Pembentukan Dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit. 22 Desember 2003. Ketua Badan Pengawas Pasar Modal. Jakarta. Peraturan Bank Indonesia Nomor 8 Tahun

2006 Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum. Gubernur Bank Indonesia.

Pohan. H. T. 2008. “Pengaruh Good Corporate Governance, Rasio Tobin Q, Perata Laba Terhadap Penghindaran Pajak.”(Online), (http://hotmanpohan.blogspot.com diakses pada tanggal 2 September 2013).

Pramesti, Getut. 2006. Panduan Lengkap SPSS 13.0 dalam Mengolah Data Statistik. pp. 67.

Rifa’I, Badriyah. 2009. “Peran Komisaris Independen dalam Mewujudkan Good Corporate Governance di Perusahaan Publik.” Jurnal Hukum. Vol. 16, No. 3. 16 Juli 2009: 396-412.

Rustiarini, Ni Wayan. 2010. “Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham Pada Pengungkapan Corporate Social Responsibility”. Jurnal. Fakultas

Ekonomi. Universitas

Mahasaraswati Denpasar.

Sari, Dewi Kartika dan D. Martani. 2010.

“Ownership Characteristics,

Corporate Governance, and Tax Aggressiveness.” Tesis Program Studi Ilmu Akuntansi. Fakultas

Ekonomi. Universitas Indonesia. Depok.

Sartori, Nicola. 2010. “Effect of Strategic Tax Behaviors on Corporate Governance.” www.ssrn.com. Sriwedari, Tuti. 2009. “Mekanisme Good

Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur di Bursa

Efek Indonesia.”

http://eprints.unsut.ac.id

Timothy, Yeung C. K. 2010. “Effect of Corporate Governance on Tax Aggressiveness.” Jurnal. Hong Kong Baptist University. Hong Kong.

Xynas, Lidia. 2010. “Tax Planning, Avoidance and Evasion in Australia 1970-2010: The Regulatory Responses and Taxpayer Compliance”. Revenue Law Journal, Vol. 20 : Iss.1, Article 2

Yoehana. 2013. “Analisis Pengaruh Corporate Social Responsibility

Terhadap Agresivitas Pajak.”

Skripsi. Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Universitas Diponegoro. Semarang. www.grubbtest.com www.idx.co.id www.lampost.co www.republika.co.id www.voaindonesia.com

Referensi

Dokumen terkait

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN KECAMATAN

Padahal pemanfaatan potensi alam bawah sadar, gelombang otak, dan otak kanan dapat membuat pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan teknologi seni dan olahraga

Az észlelt törések felosztása klinikai konzekvencia alapján n=270 RTG pozitív UH ál- negatív UH ál- pozitív. Csekély klinikai konzekvenciával járó esetek, átmeneti

Pada hari ini Kamis tanggal Delapan bulan Juni Tahun Dua Ribu Tujuh Belas, kami yang bertanda tangan di bawah ini Pokja Pada Dinas Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang Kabupaten

Sentuhan Qolbu merupakan program acara religi di TVRI Stasiun D.I Yogyakarta yang diproduseri oleh Ekarini Handayani, S.Sos. Produser televisi adalah konseptor dan

Kesiapan remaja putri dalam menghadapi menarche memerlukan dukungan dari orang tua, dukungan tersebut dapat berupa dukungan informasi, emosional, penghargaan, dan

[r]

Kecamatan yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya yaitu Kecamatan Sukakarya sebesar 202 orang/km2, Kecamatan Sukajaya sebanyak 199 org/km2.Sebaran kepadatan