• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Sebelumnya (State Of The Art)

Dalam penelitian ini disertakan beberapa hasil penelitian sebelumnya yang berfungsi sebagai referensi sebagai perbandingan. Perbandingan antara perbandingan ini dirangkum kedalam bentuk tabel yang berisi nama peneliti, judul, rumusan masalah, metode penelitian serta penjelasan dan hasil penelitian.

Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya (State Of The Art)

No. Nama Peneliti Judul Penelitian Rumusan Masalah Metode Penelitian Penjelasan dan Hasil Penelitian 1 Raynal A. Tatipang / Jurnal Penelitian Komunikasi, Informatika dan Media Massa (2013) Fenomena Pelanggaran Kode Etik Jurnalistik Pasal 12 Tahun 2008 Di Media Online Manado Post Meneliti pemahaman wartawan terhadap Kode Etik Jurnalistik

Kualitatif Hasil penelitian mengungkapkan bahwa wartawan media online tidak memiliki dasar di bidang jurnalistik dan kurangnya pengawasan dari pimpinan redaksi dalam bekerja mengakibatkan banyaknya terjadi pelanggaran Kode Etik Jurnalistik.

(2)

2 Annisa Aninditya Wibawa, Dadang Rahmat Hidayat, Dandi Supriadi / Jurnal Universitas Padjajaran (2012) Etika dan Prinsip Jurnalisme Media Siber Detikcom Mengenai Mekanisme Pemberitan Tewasnya WNI di Kerusuhan Mesir Jurnal ini kesalahan pemberitaan yang dilakukan oleh tentang tewasnya WNI

Kualitatif Penelitian ini

menghasilkan bahwa wartawan Detikcom melanggar beberapa Pasal Kode Etik Jurnalistik, yaitu Pasal 1, Pasal 2, Pasal 3 Pasal 4 dan Pasal 7. Faktor terjadinya hal tersebut adalah karena pihak yang melakukan kesalahan hanya mementingkan kecepatan. 3 Christiany Juditha / Jurnal Penelitian Komunikasi, Informatika dan Media Massa (2013) Akurasi Berita dalam Jurnalisme Online. (Kasus Dugaan Korupsi Mahkamah Konstitusi di Portal Berita Detiknews) Jurnal ini merupakan penelitian yang menggunakan penelitian kuantitatif dalam mengkaji akurasi berita dalam jurnalisme online di Detiknews.

Kuantiatif Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sebagai media jurnalisme online, wartawan detiknews.com tetap memegang teguh akurasi pemberitaannya sesuai kode etik jurnalistik.

(3)

4 Tamara Witschge dan Gunnar Nygren / Journal of Media Business Studies: Goldsmiths (2009) Journalism: A Profession Under Pressure? Mengkaji bagaimana jurnalis bekerja dengan memahami peran dan otonomi jurnalis dalam era media baru yang dianggap mengubah cara bagaimana sebuah berita diproduksi.

Kualitatif Penelitian ini

menghasilkan bahwa memang benar dengan era media baru mengubah peran, aktivitas dan profesionalisme jurnalis berubah. 5 Melita Poler Kovacic, Karmen Erjavec, Katarina Štular / Academic Journal of Media Research (2010) Credibility of Traditional vs. Online News Media: A Historical Change in Journalists’ Perceptions? Penelitian ini perbandingan antara berita di portal media online dengan media massa konvensional. Didasari asumsi era media baru mengubah persepsi jurnalis terhadap kredibilitas sebuah media atau berita. Kuantitatif (Survey mengguna kan random sample ke 106 jurnalis di Slovenia)

Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa jurnalis di Slovenia masih menganggap bahwa berita yang paling kredibel adalah berita yang berasal dari media konvensional

(4)

2.2 Landasan Konseptual

2.2.1 Media Baru (New Media)

Istilah ‘media baru’ (new media) telah digunakan sejak tahun 1960-an dan telah mencakup seperangkat teknologi komunikasi yang semakin berkembang dan beragam. Dalam bukunya Teori Komunikasi Massa, McQuail menjelaskan bahwa “Media Baru atau New Media adalah berbagai perangkat teknologi komunikasi yang berbagi ciri yang sama yang mana selain baru dimungkinkan dengan digitalisasi dan ketersediaannya yang luas untuk penggunaan pribadi sebagai alat komunikasi”. Menurut Denis McQuail dalam bukunya Teori Komunikasi Massa (2011:43) ciri utama media baru adalah adanya saling keterhubungan, aksesnya terhadap khalayak individu sebagai penerima maupun pengirim pesan, interaktivitasnya, kegunaan yang beragam sebagai karakter yang terbuka, dan sifatnya yang ada di mana-mana.

Beragam media baru (new media) yang penyiarannya menggunakan kabel, satelit atau jaringan telekomunikasi masih menunggu definisi yang jelas terhadap kebebasan politik mereka yang layak. Media baru yang utama ini adalah internet. Kebebasan dari kontrol mungkin diakui sebagai hak privasi atau fakta bahwa ini merupakan media yang tidak mendiskriminasi distribusi massal, tetapi diantarkan langsung kepada pengguna secara khusus. Mereka juga disebut sebagai ‘pembawa umum’ yang menghindari kontrol atas konten karena mereka terbuka bagi semua dan berimbang yang terutama untuk keperluan bisnis dan personal daripada masalah publik. Mereka juga semakin menambah tugas komunikasi yang sama sebagaimana media dengan kekuasaan editorial yang sudah ada (McQuail, 2011). Klaim status paling utama sebagai media baru dan mungkin juga sebagai

media massa adalah internet. Meskipun demikian, ciri-ciri massal bukanlah karasteristik utamanya. Castells dalam Teori Komunikasi Massa (McQuail, 2011) berpendapat bahwa pada awalnya, internet dimulai sebagai alat komunikasi nonkomersial dan pertukaran data antara profesioanal, tetapi perkembangan selanjutnya adalah internet sebagai penyedia barang dan jasa, dan sebagai alat komunikasi pribadi dan antarpribadi. Karakteristik kunci untuk membedakan media lama dengan media baru dari perspektif pengguna (McQuail, 2011):

(5)

a. Interaktivitas (interactivity): sebagaimana ditunjukkan raiso respons atau inisiatif dari sudut pandang pengguna terhadap sumber/pengirim

b. Kehadiran sosial (sociability): kontak personal dengan orang lain dapat dimunculkan oleh penggunaan media

c. Kekayaan media (media richness): jangkauan di mana media dapat menjembatani kerangka referensi yang berbeda

d. Otonomi (autonomy): derajat di mana seorang pengguna merasakan kendali atas konten dan penggunaan

e. Unsur bermain-main (playfullness): kegunaan untuk hiburan dan kesenangan

f. Privasi (privacy): berhubungan dengan kegunaan media atau konten tertentu

g. Personalisasi (personalization): derajat di mana konten dan penggunaan menjadi personal dan unik.

Adapun perbedaan media baru dari media lama, yakni media baru mengabaikan batasan percetakan dan model penyiaran dengan memungkinakan terjadinya percakapan antar banyak pihak, memungkinkan penerimaan secara simultan, perubahan dan penyebaran kembali objek-objek budaya, mengganngu tindakan komunikasi dari posisi pentingnya dari hubungan kewilayahan dan modernitas, menyediakan kontak global secara instan, dan memasukkan subjek modern/akhir modern ke dalam mesin aparat yang berjaringan. (Poster, dalam McQuail, 2011:151). Perubahan utama yang berkaitan dengan munculnya media baru yakni:

a. Digitalisasi dan konvergensi atas segala aspek media. b. Interaksi dan konektivitas jaringan yang makin meningkat. c. Mobilitas dan deklokasi untuk mengirim dan menerima. d. Adaptasi terhadap peranan publikasi khalayak.

e. Munculnya beragam bentuk baru ‘pintu’ (gateway) media. f. Pemisahan dan pengaburan dari ‘lembaga media’.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa fasilitas yang diberikan media online dalam hal ini Beritasatu. ditujukan untuk mempermudah pemakainya dalam mengakses semua hal, terutama dalam mendapatkan informasi

(6)

yang masih baru. Sebagaimana Beritasatu.com menyajikan berita yang dapat diakses oleh khalayak dengan mudah. Sebagai media baru pun Beritasatu.com juga memberikan kebebasan bagi pengguna untuk dapat langsung memberikan respon langsung terkait dengan pemberitaan yang telah dibuat.

2.2.2 Media Online

Bersamaan dengan teknologi yang terus berkembang, industri media melebarkan sayapnya untuk mengikuti kebutuhan masyarakat yang terus meningkat dalam keinginan mereka untuk mendapatkan informasi dengan mudah. Media online bisa menampung berita teks, image, audio dan video. Berbeda dengan media cetak, yang hanya menampilkan teks dan image. ”Online” sendiri merupakan bahasa internet yang berarti informasi dapat diakses di mana saja dan kapan saja selama ada jaringan internet. Industri media hadir sebagai salah satu bentuk media baru yatu jurnalistik media online. Jurnalisme online memungkinkan audience untuk bisa lebih leluasa dalam memilih berita yang ingin didapatkannya. Kemudian memungkinkan berita tersimpan dan diakses kembali dengan mudah oleh audience. (Suryawati, 2014) dalam bukunya Jurnalistik Suatu Pengantar menuturkan keunggulan media online sebagai berikut:

1. Informasinya bersifat up to date (senantiasa terbaru)

Media online dapat melakukan upgrade suatu informasi dalam waktu ke waktu. Hal ini terjadi karena media online memiliki proses penyajian informasi dan berita yang lebih mudah dan sederhana dibandingkan dengan jenis media massa lainnya.

2. Informasinya bersifat real time

Media online dapat menyajikan informasi dan berita pada saat peristiwa sedang berlangsung (live). Sebagian besar wartawan media online dapat mengirimkan informasi langsung ke meja redaksi dari lokasi peristiwa.

3. Informasinya bersifat praktis

Media online dapat diakses di mana dan kapan saja, sejauh didukung oleh fasilitas teknologi internet. Pengguna internet dapat mengakses di manapun selama mereka memiliki koneksi pada internet.

(7)

Sesuai dengan keunggulan media online di atas, Beritasatu.com selalu memberikan tautan berita tentang peristwa yang masih berbuhungan. Hal itu dilakukan untuk memudahkan khalayak dalam mengkuti berita tentang isu yang sedang terjadi. Di samping itu sebagai media online, proses kerja Beritasatu.com menjadi lebih sederhana,. Peran teknologi dan komunikasi mempengaruhi proses kerja Beritasatu.com menjadi lebih ringkas, di mana jurnalis di lapangan dapat secara langsung mengirimkan informasi langsung ke meja redaksi.

2.2.3 Kode Etik Jurnalistik

Dalam melaksanakan fungsi, hak, kewajiban dan peranannya, pers menghormati hak asasi setiap orang, karena itu pers dituntut profesional dan terbuka untuk dikontrol oleh masyarakat. Atas dasar itu, praktisi jurnalistik Indonesia menetapkan dan menaati Kode Etik Jurnalistik. Pada dasarnya kode etik memiliki fungsi ganda, yaitu sebagai perlindungan dan pengembangan bagi sebuah profesi. Dalam hal ini pekerjaan jurnalis selain dibatasi oleh ketentuan hukum seperti contohnya Undang-Undang Pers No. 40 Tahun 1999, jurnalis juga memiliki Kode Etiknya sendiri. Hal itu dikenal dengan Kode Etik Jurnalistik yang juga dijadikan oleh sebagai landasan yang bersifat mengikat sebagai aturan dan tata cara mereka dalam bekerja untuk menghindari praktek-praktek yang akan merugikan suatu pihak dan bagi kepentingan organisasi lain.

Kode Etik Jurnalistik yang akan dijadikan bahan landasan penelitian ini adalah Kode Etik Jurnalistik yang telah ditetapkan oleh Dewan Pers melalui Peraturan Dewan Pers Nomor: 6/Peraturan-DP/V/2008 Tentang Pengesahan Surat Keputusan Dewan Pers Nomor 03/SK-DP/III/2006 tentang Kode Etik Jurnalistik Sebagai Peraturan Dewan Pers. Dalam Kode Etik Jurnalistik tersebut ada sebelas pasal yang terkandung di dalamnya. Berikut adalah bunyi dan penafsiran Kode Etik Jurnalistik tersebut:

Tabel 2.2 Pasal, Bunyi dan Penafsiran Kode Etik Jurnalistik

Pasal Bunyi Penafsiran

1 Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk.

a. Independen berarti memberitakan peristiwa atau fakta sesuai dengan suara hati nurani tanpa campur tangan, paksaan, dan intervensi dari pihak lain termasuk pemilik perusahaan pers.

(8)

b. Akurat berarti dipercaya benar sesuai keadaan objektif ketika peristiwa terjadi.

c. Berimbang berarti semua pihak mendapat kesempatan setara.

d. Tidak beritikad buruk berarti tidak ada niat secara sengaja dan semata-mata untuk menimbulkan kerugian pihak lain.

2 Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam

melaksanakan tugas jurnalistik.

Cara-cara yang profesional adalah: a. Menunjukkan identitas diri kepada narasumber;

b. Menghormati hak privasi; c. Tidak menyuap;

d. Menghasilkan berita yang faktual dan jelas sumbernya;

e. Rekayasa pengambilan dan

pemuatan atau penyiaran gambar, foto, suara dilengkapi dengan keterangan tentang sumber dan ditampilkan secara berimbang;

f. Menghormati pengalaman traumatik narasumber dalam penyajian gambar, foto, suara;

g. Tidak melakukan plagiat, termasuk menyatakan hasil liputan wartawan lain sebagai karya sendiri;

h. Penggunaan cara-cara tertentu dapat dipertimbangkan untuk peliputan berita investigasi bagi kepentingan publik.

3 Wartawan Indonesia selalu menguji informasi,

memberitakan secara berimbang, tidak

mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta

menerapkan asas praduga tak bersalah.

a. Menguji informasi berarti

melakukan check and recheck tentang kebenaran informasi itu.

b. Berimbang adalah memberikan ruang atau waktu pemberitaan kepada masing- masing pihak secara

proporsional.

c. Opini yang menghakimi adalah pendapat pribadi wartawan. Hal ini berbeda dengan opini interpretatif, yaitu pendapat yang berupa interpretasi wartawan atas fakta.

(9)

d. Asas praduga tak bersalah adalah prinsip tidak menghakimi seseorang. 4 Wartawan Indonesia tidak

membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul.

a. Bohong berarti sesuatu yang sudah diketahui sebelumnya oleh wartawan sebagai hal yang tidak sesuai dengan fakta yang terjadi.

b. Fitnah berarti tuduhan tanpa dasar yang dilakukan secara sengaja dengan niat buruk.

c. Sadis berarti kejam dan tidak mengenal belas kasihan.

d. Cabul berarti penggambaran tingkah laku secara erotis dengan foto,

gambar, suara, grafis atau tulisan yang semata-mata untuk membangkitkan nafsu birahi.

e. Dalam penyiaran gambar dan suara dari arsip, wartawan mencantumkan waktu pengambilan gambar dan suara. 5 Wartawan Indonesia tidak

menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan.

a. Identitas adalah semua data dan informasi yang menyangkut diri seseorang yang memudahkan orang lain untuk melacak.

b. Anak adalah seorang yang berusia kurang dari 16 tahun dan belum menikah.

6 Wartawan Indonesia tidak menyalah-gunakan profesi dan tidak menerima suap.

a. Menyalah-gunakan profesi adalah segala tindakan yang mengambil keuntungan pribadi atas informasi yang diperoleh saat bertugas sebelum informasi tersebut menjadi

pengetahuan umum.

b. Suap adalah segala pemberian dalam bentuk uang, benda atau fasilitas dari pihak lain yang mempengaruhi independensi. 7 Wartawan Indonesia memiliki

hak tolak untuk melindungi narasumber yang tidak bersedia diketahui identitas maupun keberadaannya, menghargai ketentuan embargo, informasi latar

a. Hak tolak adalak hak untuk tidak mengungkapkan identitas dan keberadaan narasumber demi keamanan narasumber dan keluarganya.

b. Embargo adalah penundaan

(10)

belakang, dan “off the record” sesuai dengan kesepakatan.

dengan permintaan narasumber. c. Informasi latar belakang adalah segala informasi atau data dari narasumber yang disiarkan atau diberitakan tanpa menyebutkan narasumbernya.

d. “Off the record” adalah segala informasi atau data dari narasumber yang tidak boleh disiarkan atau diberitakan.

8 Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan prasangka atau diskriminasi terhadap

seseorang atas dasar perbedaan suku, ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan bahasa, serta tidak merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa atau cacat jasmani.

a. Prasangka adalah anggapan yang kurang baik mengenai sesuatu sebelum mengetahui secara jelas. b. Diskriminasi adalah pembedaan perlakuan.

9 Wartawan Indonesia

menghormati hak narasumber tentang kehidupan pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik.

a. Menghormati hak narasumber adalah sikap menahan diri dan berhati-hati.

b. Kehidupan pribadi adalah segala segi kehidupan seseorang dan

keluarganya selain yang terkait dengan kepentingan publik.

10 Wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan

memperbaiki berita yang keliru dan tidak akurat disertai

dengan permintaan maaf kepada pembaca, pendengar, dan atau pemirsa.

a. Segera berarti tindakan dalam waktu secepat mungkin, baik karena ada maupun tidak ada teguran dari pihak luar.

b. Permintaan maaf disampaikan apabila kesalahan terkait dengan substansi pokok.

11 Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara proporsional.

a. Hak jawab adalah hak seseorang atau sekelompok orang untuk memberikan tanggapan atau sanggahan terhadap pemberitaan berupa fakta yang merugikan nama baiknya.

b. Hak koreksi adalah hak setiap orang untuk membetulkan kekeliruan

(11)

baik tentang dirinya maupun tentang orang lain.

c. Proporsional berarti setara dengan bagian berita yang perlu diperbaiki. Sumber: Website Dewan Pers

Pada penelitian ini, digunakan Kode Etik Jurnalistik yang akan dijadikan bahan landasan penelitian ini adalah Kode Etik Jurnalistik yang telah ditetapkan oleh Dewan Pers. Dalam melaksanakan fungsi, hak, kewajiban dan peranannya, setiap praktisi jurnalistik harus menghormati hak asasi setiap orang, karena itu mereka dituntut profesional dan terbuka untuk dikontrol oleh masyarakat. Untuk memenuhi hak publik dalam memperoleh informasi, praktisi jurnalistik memerlukan landasan moral dan etika profesi sebagai pedoman operasional dalam menjaga kepercayaan publik dan menegakkan integritas serta profesionalisme. Atas dasar itu mereka harus menetapkan dan menaati Kode Etik Jurnalistik.

2.2.4 Teori Peran

Peranan yang dimaksud dalam penelitiaan ini adalah prilaku seseorang sesuai dengan status kedudukannya dalam masyarakat. Pengertian Peranan diungkapkan oleh Soerjono Soekanto adalah peranan merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan” (Soerjono Soekanto, 2014: 210).”. Peranan didefinisikan sebagai seperangkat harapan-harapan yang dikenakan kepada individu yang menempati kedudukan sosial.

Berdasarkan pengertiaan diatas, peranan dapat diartikan sebagai suatu prilaku atau tingkah laku seseorang yang meliputi norma-norma yang diungkapkan dengan posisi dalam masyarakat. Bruce J Cohen dalam Sosiologi Suatu Pengantar (Soerjono Soekanto, 2014) merujukkan bahwa “Peranan adalah suatu prilaku yang diharapkan oleh orang lain dari seseorang yang menduduki status tertentu”.

Setiap peranan bertujuan agar antara individu yang melaksanakan peranan tadi dengan orang-orang di sekitarnya yang tersangkut, atau, ada hubungannya dengan peranan tersebut, terdapat hubungan yang diatur oleh nilai-nilai sosial yang diterima dan ditaati oleh kedua belah pihak. Peranan mencakup tiga hal, yaitu bahwa:

(12)

a. Peranan meliputi norma – norma yang diungkapkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat,

b. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi,

c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting sebagai struktur sosial masyarakat (Soerjono Soekanto, 2014: 211).

Dari perannya sebagai redaktur di sebuah media massa, mereka diharapkan dapat melakukan perannya dengan baik. Dalam hal ini redaktur sebagai gatekeeper di BeritaSatu.com harus memiliki dasar utama akan pemahamannya terhadap aturan yang melandasinya saat mereka bekerja yaitu Kode Etik Jurnalistik. Karena nantinya pekerjaan mereka akan dikonsumsi langsung oleh masyarakat luas. Pemahamannya akan aturan tersebutlah yang akan menjadikan norma dasar sesuai dengan posisinya dalam masyarakat.

2.2.5 Etika

Kata etika berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat istiadat (kebiasaan). Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang dimilki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik. Nasrullah dalam bukunya Media Sosial Perspektif Komunikasi, Budaya dan Sosioteknologi, dijelaskan mengenai pentingnya etika atau tata nilai yang diterapkan dalam komunikasi di dunia siber, yaitu:

1. Latar belakang maupun lingungkan media sosial yang heterogen dan berbeda-beda. Perbedaan ini tentu membawa kebiasaan maupun aturan yang berbeda pula. Belum lagi jika berkaitan dengan norma yang berlaku di masyarakat.

2. Komunikasi yang terjadi di media siber cenderung lebih didominasi oleh teks semata. Teks tentunya memerlukan upaya pembentukan (encoding) dari pengguna maupun upaya penafsiran (decoding) dari pengguna lainnya dan ini adalah proses yang berlangsung secara terus menerus.

3. Media sosial tidak serta-merta dianggap sebagai media yang berbeda di dunia nyata. Hubungan antarpengguna dengan perantara teknologi

(13)

di dunia maya online pada kenyataannya merupakan transformasi dari hubungan di dunia nyata offline.

4. Etika yang ada di media sosial diperlukan bagi institusi pengembangan media sosial untuk menarik minat orang lain agar menggunakan media sosial mereka.

Sifat media internet yang terbuka tetap memiliki peluang bagi penggunanya terhadap pelanggaran dan perbuatan-perbuatan yang tidak membangun. Sebagai praktisi jurnalistik harus memiliki etika dalam bekerja. Pekerjaan yang mereka laksanakan harus berlandaskan etika, hal ini ditunjukan supaya dapat tercipta kenyamanan bagi institusi media maupun pengguna dalam media online manapun, termasuk Beritasatu.com.

(14)

2.3 Kerangka Konseptual

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual New Media

Beritasatu.com

Berhasil Peran Redaktur Tidak Berhasil

Kode Etik Jurnalistik

1. Independensi, Keakuratan dan Keberimbangan Berita

2. Profesionalisme Dalam Melaksanakan Tugas Jurnalistik

3. Verifikasi Berita dan Tidak Mencampurkan Fakta dan Opini

4. Pemberitaan Yang Tidak Bohong, Fitnah, Sadis dan Cabul

5. Penyebutan dan Penyiaran Identitas Korban dan Pelaku Kejahatan

6. Penyalahgunaan Profesi dan Tidak Menerima Suap

7. Hak Tolak dan Off The Record 8. Diskriminasi Atas Dasar SARA

9. Pemberitaan Terkait Kehidupan Pribadi Narasumber

10.Perbaikan Berita dan Permintaan Maaf 11.Hak Jawab dan Hak Koreksi

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya (State Of The Art)
Tabel 2.2 Pasal, Bunyi dan Penafsiran Kode Etik Jurnalistik
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual New Media

Referensi

Dokumen terkait

Program Studi Agroekoteknologi berupaya memberikan layanan yang terbaik bagi mahasiswa Agroekoteknologi dalam lingkup kelembagaan maupun dalam lingkup personal yang

Manusia tidak bisa lepas dari pendidikan yang sebenarnya juga merupakan kegiatan informasi, bahkan dengan pendidikanlah informasi ilmu pengetahuan dan teknologi

Berdoa untuk Singapura agar Tuhan memberikan hikmat dan kekuatan bagi para pemimpin-nya dalam menentukan kebijakan-kebijakan yang mengutamakan hajat hidup orang banyak

Sesuai dengan metode pendekatan yang digunakan, maka data-data yang diperoleh untuk penelitian hukum ini selanjutnya akan dianalisis dengan menggunakan

okumen Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Pascakualifikasi Pokja Layanan Pengadaan Kabupaten Tojo Una-Una.. Pe!er>aan engeatan <alo! engi!at lantai. Pe!er>aan

1) Tingkat Suku Bunga dan Inflasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Jumlah Dana Deposito pada Bank Rakyat Indonesia Periode 2015-2019. 2) Tingkat

Dengan adanya euvoria politik pada tahun 1998, maka PERUM PERHUTANI di dalam pengelolaan kawasan hutan melibatkan unsur-unsur masyarakat desa sekitar hutan, perangkat desa,

Angket pemahaman ini berupa angket terbuka yang diberikan untuk mengetahui pemahaman mahasiswa terhadap kebudayaan Jepang sebelum dan setelah menerapkan media