BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kota Surakarta merupakan salah satu dari tiga kota di Pulau Jawa bagian selatan. Kota Surakarta juga terkenal akan kekayaan budaya Jawa yang masih sangat kental. Seperti suku bangsa lain di Nusantara, suku Jawa di Kota Surakarta juga sangat menghargai dan selalu berupaya untuk melestarikan warisan budaya serta tradisi dari para pendahulunya sebagai sikap hidup secara turun temurun. Masyarakat Jawa yang merupakan salah satu bagian dari kebudayaan di Nusantara merupakan masyarakat yang sangat menghormati proses kodrati jalannya kehidupan itu sendiri (sangkan paraning dumadi). Semua pandangan tersebut tercermin pada etika, moralitas dan bentuk kebudayan dan sikap hidup masyarakat Jawa itu sendiri.
Sikap hidup masyarakat Jawa identik dengan berbagai macam ritual yang masih dijalankan sampai saat ini. Salah satu dari ritual tersebut adalah “selamatan” yang mempunyai arti yaitu sebuah aktivitas budaya yang mempunyai tujuan untuk memohon berkah kepada Tuhan Yang Maha Esa sekaligus sebagai sarana harmonisasi semua unsur kehidupan itu sendiri. Masyarakat Jawa terutama di Kota Surakarta dan sekitarnya, semua ritual “selamatan” tidak pernah lepas dari keberadaan Jenang (bubur). Fungsi dari Jenang tersebut tidak hanya sebagai pelengkap ritual “selamatan” itu sendiri, namun juga merupakan simbol doa, harapan, persatuan dan semangat dari masyarakat Jawa. Ritual “selamatan” telah berlangsung selama ratusan tahun secara turun temurun di masyarakat Jawa di Surakarta. Kehadiran Jenang mempunyai peran yang sangat luar biasa dalam segala lini kehidupan budaya orang Jawa. Jenang merupakan sebuah perwujudan warisan leluhur yang wajib dilestarikan.
Hari jadi Kota Surakarta (Kota Solo) diambil saat hari kepindahan Keraton Kartosura ke Desa Sala yaitu pada hari Rabu tanggal 17 Suro tahun Je 1670,
sinengkalan “Kembuling Pudya Kaparsihing Nata” atau 17 Februari 1945, “Boyong Kedathon” yang kepindahan itu ditandai dengan diaraknya 17 macam Jenang dari bekas Keraton Kartasura ke Keraton Surakarta.
Setiap tanggal 17 Februari sejak tahun 2012, Festival Jenang digelar untuk memperingati ulang tahun kota Surakarta. Pada tahun 2017 ini untuk merayakan hari jadi Kota Surakarta ke 272, tema yang diusung untuk Festival Jenang Solo 2017 adalah Pesona Jenang Nusantara. Festival Jenang Solo 2017 menghadirkan 17 jenis Jenang yang mengiringi boyongan Keraton Kartasura ke Keraton Surakarta yang menandai Hari Jadi Kota Surakarta atau Kota Solo dan berbagai macam jenang dari Nusantara. Acara Festival Jenang Solo ini sekaligus bertujuan untuk mengenalkan berbagai macam Jenang di Nusantara dan melestarikan budaya Jawa.
Berdasarkan wawancara dengan panitia Festival Jenang Solo, Septandho Hijri selaku ketua panitia Festival Jenang Solo 2017 : Pesona Jenang Indonesia menyebutkan bahwa pada tahun ini, porsi jenang ditambah dan kegiatan dalam Festival Jenang ditambah. Beliau berpendapat bahwa hal tersebut juga untuk menambah daya tarik pariwisata Kota Surakarta dan juga diharapkan pengunjung yang datang semakin banyak tidak hanya warga Surakarta sendiri namun juga turis lokal maupun mancanegara. Pada tahun - tahun sebelumnya, mayoritas pengunjung masih merupakan masyarakat Kota Surakarta sendiri. Idealnya dalam sebuah event nasional, tidak hanya untuk hiburan warga setempat saja namun juga untuk menambah kunjungan wisata sebuah daerah. Hal tersebut juga bermanfaat untuk menambah pendapatan asli daerah dan meningkatkan aktivitas ekonomi daerah tersebut. Selain itu berdasarkan hasil kuisioner, ternyata masih banyak masyarakat di luar Kota Surakarta yang belum pernah dating dan bahkan belum mengenal Festival Jenang Solo
Contoh event nasional yang telah digelar setiap tahun di Jawa Tengah adalah Jateng Fair. Melalui media promosi, Jateng Fair setiap tahunnya mampu meningkatkan jumlah pengunjung yang datang dalam acara tersebut. Berdasarkan portal berita kabar24.com, total penunjung Jateng Fair tahun 2016 adalah 500.000
orang atau meningkat sebanyak 70% dari tahun lalu. Titah Listiorini selaku Direktur PT PRPP mengatakan, meningkatnya jumlah pengunjung Jateng Fair tidak lepas dari adanya wahana dan pameran baru yang belum pernah ada pada tahun – tahun sebelumnya. Promosi pada media sosial yang selalu update setiap hari juga diduga menjadi dampak bertambahnya pengunjung karena penasaran. Media sosial tersebut adalah instagram yang selalu upload foto suasana Jateng Fair setiap hari.
Berdasarkan pemaparan diatas, diperlukan sebuah media promosi agar Festival Jenang Solo dapat dikenal oleh masyarakat luar Kota Surakarta dan menjadi nilai tambah untuk pariwisata Kota Surakarta sendiri. Menurut Phillip Kotler (1997 : 83), promosi adalah kegiatan memberikan informasi suatu produk kepada masyarakat, yang dilakukan secara efektif dan efisien, dengan tujuan untuk menciptakan terjadinya transaksi jual beli. Cara memberi informasi harus atas dasar kejujuran dan kebenaran yang nyata sesuai dengan produk yang diinformasikan. Bisa disimpulkan bahwa masyarakat luar Kota Solo kekurangan informasi mengenai Festival Jenang Solo
Inilah mengapa perlu dilakukannya perancangan media promosi untuk lingkup yang lebih luas untuk mengenalkan event Festival Jenang Solo 2017.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana merancang media promosi acara Festival Jenang Solo 2017 : Pesona Jenang Nusantara ?
2. Bagaimana menentukan strategi media yang efektif dan efisien dalam promosi acara Festival Jenang Solo 2017 : Pesona Jenang Nusantara ?
1.3 Tujuan Perancangan
1. Merancang media promosi acara Festival Jenang Solo 2017 : Pesona Jenang Nusantara
2. Menentukan strategi media yang efektif dan efisien dalam promosi acara Festival Jenang Solo 2017 : Pesona Jenang Nusantara
1.4 Batasan Masalah
1. Pada batasan masalah, perancang tidak membatasi wilayah geografis. 2. Pada batasan demografis, tidak ada batasan usia untuk perancangan ini. 3. Pada batasan media, perancang akan membuat media lini atas dan lini bawah.
1.5 Manfaat Perancangan
1. Bagi Penulis
Menambah pengalaman untuk menerapkan ilmu yang telah didapatkan selama perkuliahan
2. Bagi dunia Desain Komunikasi Visual
Menambah pemahaman tentang konsep media untuk promosi melalui perancangan visual
3. Bagi Pemerintah Kota Surakarta
Memberikan media promosi yang efektif sehingga acara Festival Jenang Solo 2017 : Pesona Jenang Nusantara lebih dikenal di masyarakat luas terutama di luar kota Surakarta
Memberikan informasi masyarakat di kota dan luar kota Surakarta tentang acara Festival Jenang Solo 2017 : Pesona Jenang Nusantara yang akan diadakan pada than 2017
1.6 Metodologi Penelitian
1.6.1 Metode Pengumpulan Data
Merupakan teknik atau cara yang akan digunakan dalam mencari data yang akan digunakan dalam perancangan ini. Metode pengumpulan data yang penulis pakai adalah kualitatif dan kuantitatif.
1.6.1.1 Data Primer 1. Observasi
Melakukan pengamatan dan wawancara kecil terhadap masyarakat diluar kota Solo tentang event Festival Jenang Solo yang telah diadakan dan akan diadakan.
2. Wawancara
Wawancara langsung ketua panitia Festival Jenang Solo 2017, untuk mendapatkan data tentang event dan dokumentasi tentang event tersebut pada tahun – tahun sebelumnya.
1.6.1.2 Data Sekunder 1. Kuisioner
Untuk mendapatkan data tambahan, penulis menyebarkan kuisioner untuk diisi oleh masyarakat di luar Kota Surakarta
2. Studi Pustaka
Pengumpulan data melalui kepustakaan dari berbagai sumber yang berhubungan dengan media promosi
3. Internet
Mendapatkan data secara langsung dengan mengunjungi arsip online seperti website Festival Jenang Solo dan website portal berita yang memuat berita event tahun – tahun sebelumnya untuk digunakan bahan dalam pembuatan perancangan
1.6.2 Metode Anlisis Data
Analisis yang digunakan adalah metode 5W + 1H yaitu menyederhanakan data yang sudah diperoleh secara deskriptif. Dengan menggunakan metode 5W+1H dapat dengan jelas menentukan focus-fokus dan juga kesimpulan dari penelitian yang sudah dilakukan. Metode dan analisis dipakai 5W+1H berdasarkan permasalahan, klien, audience (masyarakat) yang terlibat dalam acara Festival Jenang Solo.
1.6.3 Sistematika Pembahasan
Untuk mengetahui gambaran secara umum tentang laporan Tugas Akhir ini, diperlukan sebuah sistematika penelitian dan perancangan yang disusun secara sistematis dan gambarannya adalah sebagai berikut:
Bab I
Pada Laporan Bab I, dijelaskan mengenai uraian yang mencakup latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, manfaat dan tujuan perancangan, metode perancangan, metode penelitian yang digunakan untuk mengolah data yang dianalisis dan tinjauan teori.
Bab II
Dalam Bab II menjelaskan tentang berbagai data yang diperoleh sebagai bahan masukan untuk perancangan, analisis dari olahan data yang diperoleh, sehingga akan digunakan sebagai acuan rumusan konsep perancangan.
Bab III
Pada Bab III berisi tentang hal yang berhubungan dengan konsep perancangan yang akan direalisasikan. Secara detailnya, pada bab ini akan menjelaskan mengenai konsep media menjadi konsep kreatif yang digunakn untuk perancangan ini.
Bab IV
Pada Bab IV menjelaskan kerangka desain dan pengembangan, menerapkan kesimpulan yang berhubungan dengan desain akhir seperti penjaringan ide
visual, sketsa, proses pengembangan ide visual hingga penerapan untuk desain yang akan dibuat.
Bab V
Pada bab V berisi mengenai kesimpulan dan saran dari penulis tentang perancangan yang telah dibuat.
Daftar Pustaka
Berisi berbagai narasumber dari acuan berupa buku, artikel dan internet yang digunakan penulis untuk menjadi acuan menulis dan merancang tugas akhir.
1.6.4 Bagan Alir Penelitian
2
Perancangan Media Promosi Festival Jenang Solo 2017 : Pesona Jenang Nusantara
Latar Belakang Festival Jenang Solo
2017 akan diadakan pada tanggal 17 Februari 2017 untuk merayakan hari jadi
kota Surakarta
Pengkajian Data Meneliti dari
metode wawancara, observasi dan studi
literatur Studi Kasus Masyarakat luar Kota Surakarta kekurangan informasi mengenai Festival Jenang Solo
Bagaimana merancang media promosi Festival Jenang Solo 2017 : Pesona Jenang Nusantara Membuat media promosi untuk Festival Jenang Solo 2017 untuk mengenalkan dan memproosikan Festival Jenang Solo Rumusan Masalah Dan Tujuan Pengumpulan Data
Data event tahun – tahun sebelumnya &
dokumentasi foto Data hasil wawancara
dengan ketua panitia Festival Jenang Solo
2017 Analisis 5W1H Penetapan strategi desain Proses Kreatif Strategi Kreatif Final Desain
Data Target Audiens
Segmentasi Targer Audiens
Bagan 1.1 : Bagan Alur Penelitian [Sumber : Nurul Asyiatul Niswah] Hasil Analisis
1.7 Tinjauan Pustaka
1.7.1 Madia
a. Pengertian Media
Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan jamak dari kata “medium” yang secara harfiah mempunyai arti yaitu “perantara”, perantara sumber pesan (a source) dengan penerima pesan (a receiver) (Heinich, dkk dalam Hermawan, 2007 : 3). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), media merupakan; 1. Alat, 2. Alat atau (sarana) komunikasi seperti majalah, radio, televisi, film, poster dan spanduk. Sedangkan kata media dalam media pembelajaran secara harfiah merupakan suatu perantara atau pengantar, sedangkan kata pembelajaran diartikan sebagai suatu kondisi yang diciptakan untuk membuat seseorang belajar (Riana, 2007 : 5).
Sedangkan menurut Cangara (2006 : 119), media merupakan alat atau sarana yang digunakan sebagai penyampai pesan dari komunikator kepada khalayak. Beberapa pakar psikologi memandang bahwa dalam komunikasi yang terjadi antarmanusia, maka media yang paling dominasi dalam berkomunikasi adalah pancaindera manusia sendiri seperti mata dan telinga. Pesan – pesan yang diterima selanjutnya oleh pancaindera akan diproses oleh pikiran manusia untuk mengontrol dan menentukan sikapnya terhadap sesuatu, sebelum dinyatakan dalam tindakan.
b. Macam - Macam Media
Menurut Freddy Rangkuti (2009 : 259-260) terdapat dua katagori dalam media, yaitu media lini atas dan media lini bawah. Media lini atas terdiri dari iklan-iklan yang dimuat di dalam media cetak seperti surat kabar, majalah, brosur, dan sebagainya; media elektronik yaitu radio, televisi, dan bioskop; serta media luar ruang yaitu papan reklame dan sebagainya
Sedangkan yang termasuk dalam media lini bawah yaitu seluruh media selain media di atas, seperti pameran, kalender, gantungan kunci, point of sale display material, agenda, dan lain sebagainya
1.7.2 Iklan
Shimp (2003 : 505) mengatakan bahwa iklan dapat digunakan ke berbagai media utama termasuk televisi, koran, majalah, radio, internet dan juga periklanan luar ruang. Periklanan pada luar ruang merupakan sebuah periklanan pelengkap saja dan bukan dianggap sebagai yang utama. Papan reklame merupakan salah satu bagian terbesar dari periklanan luar ruang. Bukan hanya itu, periklanan luar ruang juga meliputi berbagai cara untuk mengiklan lainnya, seperti: periklanan pada balon-balon raksasa, halte bis, display pada pusat perbelanjaan, t-shirt yang dipenuhi logo-logo merek sponsorship, banner, brosur, spanduk, dan lain sebagainya. Moriarty (2011 : 297) mengatakan bahwa di dalam periklanan luar ruang, mereka tidak memiliki format yang standar atau baku dan menggunakan berbagai bentuk cetak untuk menyampaikan pesan.
Menurut Kotler dan Keller (2008 : 247), televisi merupakan salah satu media iklan yang mempunyai pengaruh yang kuat. Iklan televisi memiliki beberapa kekuatan diantaranya adalah iklan pada televisi menjadi sarana yang mendorong untuk secara dramatis memotret pengguna dan gambaran penggunaan, serta kepribadian merek dan juga iklan pada televisi menjadi sarana yang efektif untuk menunjukkan secara langsung atribut-atribut produk serta dapat menjelaskan secara persuasif berbagai manfaat produk yang berhubungan dengan konsumen.
Internet merupakan jaringan komputer terbesar yang saling berhubungan dan dapat diakses cepat serta terdapat di seluruh dunia yang memungkinkan transfer informasi secara eletronik dan aktual. Bentuk yang paling umum yang digunakan para pengiklan dalam periklanan di internet yaitu iklan spanduk atau banner advertising dan sponsor. Iklan spanduk pada periklanan di internet dibuat dengan ukuran yang lebih kecil, bersifat statis dan dipasang dalam konteks yang sering dikunjungi. Pada iklan sponsor, para
pengiklan merupakan sponsor parsial atau eksklusif dari suatu situs yang dapat diuntungkan dari beberapa kunjungan ke situs tersebut.
Media yang mengandalkan pengunaan yang cerdas atas musik juga suara, serta beberapa alat kreatif lainnya yang dapat menampung berbagai imajinasi pendengar guna menciptakan gambar yang benar-benar relevan dan disukai banyak kalangan adalah radio. (Kotler dan Keller, 2008 : 250).
Suatu media komunikasi massa tulis yang terbit harian dapat mudah ditemukan adalah koran. Iklan yang terdapat pada koran dapat menjangkau khalayak yang sangat luas. Periklanan surat kabar juga merupakan media yang relatif murah untuk mencapai konsumen. Periklanan di koran juga memiliki kemampuan yang efektif dalam menyajikan materi pesan secara rinci namun tepat sasaran.
1.7.3 Promosi
1.7.3.1 Pengertian Promosi
Promosi adalah variabel dalam pemasaran yang sangat penting dilaksanakan oleh suatu perusahaan dalam memasarkan suatu produk atau jasa yang mereka punya. Kegiatan untuk mempromosikan sebuah barang atau jasa bukan hanya berfungsi sebagai alat komunikasi antara perusahaan dengan konsumen, melainkan juga sebagai alat untuk mempengaruhi konsumen dalam suatu kegiatan pembelian atau penggunaan barang atau jasa sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya (Lupiyoadi, 2006 : 120).
Merriam berkata dalam Webster Collegiate Dictionary yang dikutip pada buku The Power of Marketing (Nailatie, 2008 : 186), mendefinisikan promosi sebagai sebuah tindakan untuk memajukan pertumbuhan dan perkembangan sesuatu, khususnya kemajuan penjualan barang atau jasa melalui iklan, publisitas, dan diskon. Menurut Belch dalam bukunya yang berjudul Advertising and Promotion: An Integrated Marketing Communication Perspective (2009 : 18) berpendapat bahwa promosi merupakan koordinasi
dari semua upaya penjual untuk mengatur saluran informasi dan persuasi untuk menjual barang dan jasa maupun mempromosikan ide.
Sedangkan menurut Cipta Halim (2010 : 44) Promosi adalah memasarkan sesuatu yang ingin diperjualbelikan pada konsumen, promosi juga dilakukan sebagai media untuk mengenalkan suatu produk/ jasa yang baru atau meperkuat brand image suatu produk/ jasa yang telah ada sebelumnya.
Dapat disimpulkan bahwa promosi adalah suatu rangkaian komunikasi yang memberi penjelasan yang bertujuan untuk meyakinkan calon konsumen mengenai barang atau jasa yang ditawarkan guna memperoleh perhatian, mengingatkan, mendidik, serta meyakinkan para calon konsumen untuk menggunakan atau memakai barang atau jasa tersebut.
1.7.3.2 Tujuan Promosi
Rossiter dan Percy (Freddy Rangkuti : 2009) berpendapat bahwa program promosi yang efektif adalah promosi yang ada kaitannya dengan tujuan promosi yang ingin dicapai. Tujuan promosi diantaranya adalah : 1. Brand awareness yaitu memperkenalkan dan memberikn pemahaman
tentang suatu produk kepada target market.
2. Purchase facilitation yaitu upaya memberi dukungan atau memfasilitasi konsumen dalam proses melakukan pembelian. 3. Brand attitude yaitu mendorong pemilihan terhadap suatu produk 4. Category need yaitu menimbulkan persepsi pembeli terhadap suatu
kebutuhan.
5. Brand purchase intention yaitu mendorong konsumen dalam melakukan pemilihan terhadap suatu produk.
6. Positioning yaitu menanamkan citra produk dan perusahaan
Sedangkan menurut Tjiptono (2002:221) tujuan kegiatan promosi diantaranya adalah :
1. Informing yaitu menginforasikan mengenai keberadaan suatu produk. 2. Persuading atau mmbujuk pelanggan sasaran guna mendorong
pembeli belanja saat itu juga.
3. Reminding atau mengingatkan para pelanggan pada manfaat yang
sudah diperoleh setelah menggunakan produk tersebut dan tertarik agar membelinya kembali.
1.7.4 Perancangan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, perancangan merupakan tindakan merancang, proses dan juga cara. Sedangkan merancang adalah mengatur segala sesuatu sebelum melakukan tindakan. Perancangan adalah sebuah proses yang mengatur segala sesuatu sebelum melakukan sesuatu.
1.7.5 Teori Desain Komunikasi Visual 1.7.5.1 Pengertian Desain Komunikasi Visual
Desain komunikasi visual akibat dari munculnya suatu bentuk pembaharuan dari yang terdahulu yaitu desain grafis, hal ini mencangkup banyak hal yaitu suatu disiplin ilmu yang mencangkup eksplorasi visual, dan mencakup hal lain seperti : aspek-aspek kultural, sosial, filosofi, teknis dan juga bisnis. Selain itu desain komunikasi visual juga memiliki kegiatan lain yaitu proses pemecahan masalah, metode kreatifitas, dan evaluasi bentuk interdisiplin dengan bidang-bidang lain (Yongki : 2006).
1.7.5.2 Manfaat Desain Komunikasi Visual a. Memberi informasi
Desain komunikasi visual memiliki fungsi sebagai penjelas, memberi informasi dan pengenalan sebuah produk
b. Memberi penerangan
Desain komunikasi visual dapat membuka pikiran, dan menguraikan sebuah produk
c. Membujuk
Desain komunikasi visual memiliki kekuatan untuk membuat seseorang percaya
d. Memberi perlindungan
Desain komunikasi visual mampu memberikan perlindungan terhadap produk anda
1.7.5.3 Unsur - Unsur Desain Komunikasi Visual 1. Layout
Menurut Render dan Heizer (2007:450), tata letak atau layout merupakan suatu keputusan penting yang menentukan efisiensi sebuah operasi dalam jangka yang panjang. Sedangkan menurut Sumayang (2003:133), tata ruang merupakan tatanan fisik dari suatu terminal kerja beserta peralatan dan perlengkapan yang mengacu pada suatu proses produksi.
Menurut Eddy Harjanto (2003:36), suatu perancangan tata letak mencakup desain atau konfigurasi dari berbagai bagian, pusat kerja dan peralatan yang membentuk sebuah proses perubahan dari bahan mentah menjadi bahan jad
Dari pengertian secara umum, layout merupakan cara penempatan fasilitas-fasilitas produksi guna memperlancar proses produksi yang efektif dan juga efisien. Secara garis besar, tujuan utama menggunakan layout adalah mengatus area kerja dan segala fasilitas produksi yang paling ekonomis untuk sebuah produksi yang aman dan nyaman sehingga akan dapat menaikkan moral kerja.
Dalam bidang desain komunikasi visual, terdapat berbagai macam layout, diantaranya :
a. Mondrian Layout
Mondrian layout mengacu pada sebuah konsep yang dibuat oleh seorang pelukis Belanda bernama Piet Mondrian diantaranya adalah penyajian iklan yang mengacu pada berbagai bentuk square/landscape/portrait,
dimana masing-masing bidangnya sejajar dengan bidang penyajiannya, dan memuat gambar/copywriting yang berpadu, sehingga membentuk suatu komposisi yang konseptual.
Gambar 1.1 : Mondrian Layout
[Sumber : images.google.com/mondrian_layout]
b. Multi panel Layout
Bentuk sebuah media informasi dimana dalam satu bidang penyajian, dibagi menjadi beberapa tema visual dalam berbagai bentuk yang sama (square/ double square)
Gambar 1.2 : Multi Panel Layout
[Sumber : images.google.com/multi_panel_layout
c. Picture Window Layout
Sebuah tata letak iklan, dimana produk yang diiklankan ditampilkan secara close up bisa dalam bentuk produk itu sendiri maupun menggunakan model.
[Sumber : images.google.com/picture_window_layout
d. Copy Heavy Layout
Menggunakan tata letak yang mengutamakan bentuk copy writing (naskah), atau dengan kata lain komposisi tata letaknya didominasi oleh penyajian teks.
Gambar 1.4 : Copy Heavy Layout
[Sumber : images.google.com/copy_heavy_layout]
e. Frame Layout
Merupakan suatu tampilan media informasi dimana border (bingkai) membentuk suatu naratif/ mempunyai sebuah cerita
Gambar 1.5 : Frame Layout [Sumber : image.google.com/frame_layout]
f. Silhouette Layout
Menyajikan media informasi yang berupa gambar ilustrasi atau teknik fotografi, dimana hanya menonjolkan bayangan saja. Penyajiannya berupa Text-Rap/ warna spot colour yang membentuk gambar ilustrasi atau pantulan sinar seadanya dengan teknik fotografi
Gambar 1.6 : Silhouette Layout
[Sumber : images.google.com/silhouette_layout]
Tata letak media informasi yang hanya menekankan pada suatu tampilan jenis huruf dengan point size yang besar. Pada umumnya, hanya berupa headline saja.
Gambar 1.7 : Type Specimen Layout
[Sumber : images.google.com/type_specimen_layout]
h. Circus Layout
Circus layout menyajikan sebuah media informasi yang tata letaknya tidak mengacu pada sebuah ketentuan baku saja, namun pada komposisi gambar visualnya, bahkan terkadang teks dan susunannya tidak beraturan.
Gambar 1.8 : Circus Layout
[Sumber : images.google.com/circus_layout]
Merupakan sebuah penyajian media inforasi yang merupakan kebalikan dari circus layout yaitu komposisi beberapa gambar dan teksnya disusun secara beraturan.
Gambar 1.9 : Jumble Layout [Sumber : image.google.com/jumble_layout]
j. Grid Layout
Sebuah tata letak media informasi yng mengacu pada suatu konsep grid, yaitu desain media informasi tersebut seolah-olah menjadi bagian per bagian gambar ataupun teks berada dalam skala grid.
Gambar 1.10 : Grid Layout [Sumber : images.google.com/grid_layout]
Merupakan sajian media informasi dimana sekeliling bidang menggunakan frame seolah-olah belum dipotong pinggirnya.
Gambar 1.11 : Bleed Layout [Sumber : images.google.com/bleed_layout]
l. Vertical Panel Layout
Tata letak pada vertical panel layout menghadirkan garis pemisah secara vertical dan membagi layout media informasi tersebut.
Gambar 1.12 : Vertical Panel Layout [Sumber : images.google.com/vertical_panel_layout]
m. Alphabet Inspired Layout
Tata letak pada media informasi ini menekankan pada susunan huruf ataupun angka yang berurutan atau membentuk suatu kata yang diimprovisasikan sehingga menimbulkan kesan narasi/ cerita
Gambar 1.13 : Alphbet Inspired Layout [Sumber : images.googe.com/alphabet_inspired_layout]
n. Angular Layout
Penyajian media informasi dengan susunan elemen visualnya membentuk sebuah sudut kemiringan yang biasanya membentuk sudut antara 40-70 derajat.
Gambar 1.14 : Angular Layout [Sumber : images.google.com/angular_layout]
o. Informal Balance Layout
Tata letak pada media informasi ini menampilkan elemen visualnya merupakan suatu perbandingan yang tidak seimbang
Gambar 1.15 : Informal Balance Layout [Sumber : images.google.com/informal_balance_layout]
p. Brace Layout
Unsur-unsur yang terdapat dalam tata letak media informasi ini membentuk letter L atau L-shape. Posisi bentuk L-nya bisa terbalik dan dimuka bentuk L tersebut dibiarkan kosong.
Gambar 1.16 : Brace Layout [Sumber : images.google.com/brace_layout]
Penyajian bentuk media informasi ini dibuat dengan menghadirkan dua inset. Pada masing-masing insetnya memvisualkan secara deskriptif mengenai hasil penggunaan/ detail dari produk yang ditawarkan.
Gambar 1.17 : Two Morties Layout [Sumber : images.google.com/two_morties_layout]
r. Quadran layout
Bentuk tampilan dari quadran layout adalah gambar dari media informasi ini dibagi menjadi empat bagian dengan volume/ isi yang berbeda. Misalnya adalah kotak pertama 45%, kotak kedua 5%, ketiga 12% dan keempat 38%. Quadran layout akan terlihat perbedaan yang mencolok apabila dibagi ema pat sama besar.
Gambar 1.18 : Quadran Layout [Sumber : images.google.com/quadran_layout]
s. Comic Strip Layout
Merupakan penyajian pada media informasi yang dirancang secara kreatif yang membentuk media komik yang lengkap dan mempunyai caption.
Gambar 1.19 : Comic Strip Layout [Sumber : images.google.com/comic_strip_layout]
t. Rebus Layout
Susuan tata letak media informasi yang menampilkan perpaduan dambar dan teks sehingga terbentuk suatu cerita.
[Sumber : images.google.com/rebus_layout]
2. Teks
Teks merupakan sederetan kata atau kalimat yang menjelaskan suatu barang atau jasa dengan tujuan tertentu. Bahasa yang digunakan dalam teks untuk penyusunan teks pada iklan hendaknya sederhana dan jelas, singkat dan tepat serta memiliki daya tarik pada kalimatnya. (Ananda, 1978 : 63)
Teks dibagi dalam beberapa penamaan dan masing-masing memiliki fungsinya tersendiri
Judul (Headline/ Heading)
Judul terletak pada bagian paling atas pda sebuah iklan. Judul dibuat dengan ukuran huruf paling besar diantara huruf lainnya dan biasanya berfungsi untuk menyampaikan pesan yang paling penting.
Sub Judul (Sub Headline)
Sub Headline mempunyai fungsi untuk melengkapi serta memperjelas pengertian headline dan untuk membagi dan sebagai penyela teks berikutnya. Ukuran Sub Headline biasanya lebih kecil daripada Headline.
Teks Isi (Body Copy)
Body Copy digunakan untuk menerangkan produk atau maksud dari secara detail, lebih detail daripaa judul dan sub judul.
Slogan/ Semboyan
Slogan merupakan kalimat pendek yang unik dan mempunyai ciri khas yang dimiliki sebuah produk untuk merancang ingatan konsumen.
Kata Penutup
Kata penutup memiliki fungsi sebagai penutup teks yang berisikan harapan dan janji dengan kalimat singkat, padat dan jelas
Gambar 1.21 : Teks
[Sumber : Desain Grafis Komputer, Pujiriyanto, 2005 :41]
3. Tipografi
Tipografi merupakan salah satu hal yang penting dalam komunikasi visual. Komunikasi bermula dari munculnya objek (pictograph) dan berkembang menjadi simbol-simbol yang merepresentasikan sebuah gagasan yang lebih kompleks, serta konsep abstrak yang lain (ideograph) dan kemudian berkembang menjadi sebuah bahasa tulis yang dapat dibunyikan serta memiliki arti.
Bentuk atau rupa/ rupa huruf tidak hanya mengidentifikasi sebuah bunyi dari suatu objek. Menurut Surianto Rustan (2011 : 16) dalam komunikasi visual, tipografi merupakan segala disiplin yang berhubungan atau berkaitan erat dengan huruf.
Tipografi diklasifikasikan menjadi beberapa macam. Klasifikasi ini mempunyai tujuan agar mempermudah orang untuk memilih dan mengidentifikasi typeface yang akan digunakan. Alexander Lawson (dalam Surianto Rustan : 2011 : 46) mengenalkan klasifikasi huruf berdasarkan bentuk serta sejarah dalam terbentuknya huruf.
a. Gaya Black Letter
Black Letter dibuat menurut karakter bentuk huruf dari tulisan tangan yang populer di masanya yaitu abad pertengahan di Jerman (gaya Gothic) dan
Irlandia (Gaya Celtic). Awal mulanya, black letter ditulis menggunakan tinta pada pena yang mempunyai ujung lebar sehingga menghasilkan sebuah kontras tebal-tipis yang kuat. Karakter ditulis berdempet sehingga hasil keseluruhannya terkesan gelap, berat dan hitam dengan tujuan agar menghemat media.
Gambar 1.22 : Black Letter
[Sumber : Huruf, Font, Tipografi, Suriyanto Rustan, 2011 : 47]
b. Gaya Humanist
Orang-orang di Italia tidak menggunakan typeface bergaya Black Letter, tetapi mereka menggunakan huruf Roman (Romawi) kuno yang negative space -nya cukup banyak sehingga tulisan nampak lebih terang dan ringan. Julukan White Letter disematkan pada gaya Humanist. Gaya ini mulai muncul pada tahun 1469 dan diberi nama demikian karena gaya ini memiliki goresan yang lembut serta terlihat seperti tulisan tangan manusia. Gaya ini juga dijuluki dengan nama Venetian karena dibuat pertama kali di Venisia, Italia.
Gambar 1.23 : Humanist Letter
[Sumber : Huruf, Font, Tipografi, Suriyanto Rustan, 2011 : 47]
c. Gaya Old Style
Tingkat akurasi dan juga kemahiran para pembuat huruf semakin lama semakin meningkat, buku cetakan makin banyak, kebutuhan akan bentuk huruf yang mirip dengan tulisan tangan manusia makin berkurang. Faktor tersebut mendorong munculnya berbagai gaya baru pada abad ke 15 yaitu old style. Gaya Old Style juga mendominasi industry percetakan selama kurang lebih 200 tahun.
[Sumber : Huruf, Font, Tipografi, Suriyanto Rustan, 2011 : 47]
d. Gaya Transitional
Muncul kelompok typeface pada abad ke 17 dengan berbagai gaya baru yang dibuat berdasarkan perhitungan secara ilmiah dan dengan menggunakan berbagai prinsip matematika, makin menjauh dari sifat kaligrafis/ tuisan tangan. Transitional ini pertama kali dibuat pada tahun 1692 oleh Philip Grandjean dan dinamakan Roman du Roi atau typeface Raja karena dibuat berdasarkan perintah Raja Louis XIV. Gaya ini disebut Transitional karena berada antara Old Style dan Modern.
Gambar 1.25 : Transitional Letter
[Sumber : Huruf, Font, Tipografi, Suriyanto Rustan, 2011 : 48]
e. Gaya Modern
Gaya Modern diberi nama demikian karena typeface ini muncul di abad ke 17 tepatnya di akhir abad menuju era yang disebut Modern Age, sehingga diberi nama modern. Memiliki ciri-ciri hampir lepas sama sekali dari sifat kaligrafis typeface pendahulunya.
Gambar 1.26 : Modern Letter
[Sumber : Huruf, Font, Tipografi, Suriyanto Rustan, 2011 : 48]
f. Gaya Slab Serif
Muncul pada sekitar abad ke 19, gaya Slab Serif awalnya digunakan sebagai display type untuk menarik perhatian pembaca poster iklan dan flyer. Gaya ini juga disebut dengan Egyptian karena bentuknya yang terkesan berat dan horizontal, dan memiliki kemiripan dengan gaya kesenian dan arsitektur pada zaman Mesir Kuno.
Gambar 1.27 : Slab Serif Letter
g. Gaya Sans Serif
Sans Serif muncul pada tahun 1816 sebagai display type dan tidak populer di masyarakat karena pada saat itu, gaya Sans Serif dianggap tidak trendi. Sans Serif mulai popular pada abad ke 20, saat para desainer mencari berbagai bentuk ekspresi baru yang mewakili sikap penolakan terhadap beberapa nilai lama, yaitu pengkotakan masyarakat pada suatu kelas tertentu.
Gambar 1.28 : Sans Serif Letter
[Sumber : Huruf, Font, Tipografi, Suriyanto Rustan, 2011 : 49]
h. Gaya Script dan Cursive
Gaya ini didesain seperti tulisan tangan yaitu berupa goresan tangan atau tinta pada pena kaligrafi. Gaya pada Script mempunyai huruf-huruf kecil yang saling tersambung, sedangkan pada gaya Cursive tidak. Gaya Script dan Cursive didesain untuk dapat digunakan didalam teks yang memadukan huruf besar-kecil dan bukan huruf besar semua.
Gambar 1.29 : Script & Cursive Letter
[Sumber : Huruf, Font, Tipografi, Suriyanto Rustan, 2011 : 50]
i. Gaya Display
Gaya display pertama kali dibuat pada abad ke 19 dikala semakin banyak teknologi pembuat huruf yang semakin murah. Pada saat itu, gaya huruf display sangat dibutuhkan dalam dunia periklanan untuk menarik minat para pembaca. Gaya display type dibuat dalam ukuran-ukuran yang besar dan diberi banyak ornamen untuk menambah nilai keindahan. Dalam gaya display, yang diutamakan adalah bukan legibility-nya namun estetika atau nilai keindahannya.
Gambar 1.30 : Display Letter
4. Warna
a. Pengertian Warna
Warna merupakan sensasi yang dirasakan oleh otak manusia apabila ada cahaya yang mengenai mata. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, warna merupakan kesan yang diperoleh mata dari cahaya yang dipantulkan oleh benda-benda yang dikenainya; corak rupa, seperti biru dan hijau.
b. Fungsi Warna
Menurut teori Albert H. Munsell, warna merupakan suatu bagian yang memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Warna sering kali dipakai sebagai elemen estetis sebagai representasi dari alam, warna sebagai komunikasi, dan warna sebagai ekspresi.
a. Warna sebagai representasi dari alam maksudnya adalah warna merupakan penggambaran sifat obyek secara nyata atau secara umum warna mampu menggambarkan sifat suatu obyek secara nyata. Contohnya yaitu warna hijau untuk menggambarkan daun, rumput; dan biru untuk laut, langit dan sebagainya. Warna dalam hal ini lebih mengacu pada sifat-sifat alami dari obyek tertentu misalnya padat, cair, jauh, dekat , dan lain sebagainya.
b. Warna sebagai sarana komunikasi, yaitu warna menempatkan dirinya sebagai bagian dari suatu simbol. Warna merupakan lambang atau sebagai perlambang sebuah tradisi atau pola tertentu. Warna sebagai komunikasi seringkali dilihat dari obyek-obyek seperti bendera, logo perusahaan, fashion, dan lain sebagainya. Warna merupakan sebuah perwakilan atau sebuah obyek pengganti bahasa formal dalam mengkomunikasikan sesuatu misalnya adalah merah
melambangkan kemarahan, patriotisme, seksualitas; kemudian putih sebagai perlambang kesucian, kebersihan, kebaikan, dan lain lain.
c. Warna sebagai media ekspresi atau elemen estetika, maksudnya adalah warna memerankan dirinya sebagai ”warna”, yang mempunyai fungsi untuk membentuk sebuah keindahan. Namun keindahan disini bukan hanya sebagai ”keindahan” semata. Melainkan sebagai unsur eksistensial benda-benda yang ada disekeliling kita. Karena dengan adanya warna kita dimudahkan dalam melihat dan mengenali suatu benda. Sebagai contoh apabila kita meletakkan sebuah benda di tempat yang sangat gelap, mata kita tidak mampu mendeteksi obyek tersebut dengan jelas. Di sini warna mempunyai fungsi ganda dimana bukan hanya aspek keindahan saja namun sebagai elemen yang membentuk diferensial/perbedaan antara obyek satu dengan obyek lain.
5. Ilustrasi
a. Pengertian Ilustrasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ilustrasi merupakan 1. Gambar (foto, lukisan) untuk membantu memperjelas isi buku, karangan, dan sebagainya;
2. Gambar, desain, atau diagram untuk menghias suatu halaman sampul dan sebagainya;
3. Penjelasan tambahan berupa contoh, bandingan, dan sebagainya untuk lebih memperjelas paparan (tulisan dan sebagainya).
Menurut Hasan Alwi (2002 : 425) ilustrasi merupakan gambar untuk memperjelas isi buku atau karangan. Sedangkan menurut Pujiriyanto (2005 : 41), ilustrasi merupakan unsur grafis yang sangat vital dan dapat disajikan mulai dari goresan atau titik sederhana sampai dengan yang kompleks.
b. Macam – Macam Ilustrasi
Bila dilihat dari segi teknisnya, ilustrasi dapat digolongkan menjadi berbagai macam yaitu
Ilustrasi tangan (Hand Drawing)
Ilustrasi tangan merupakan teknik dengan cara mengandalkan keterampilan tangan sepenuhnya baik itu menggunakan kuas, pensil, pena, airbrush ataupun lat gambar lainnya.
Gambar 1.31 : Ilustrasi Tangan [Sumber : images.google.com/hand_drawing]
Ilustrasi Fotografi
Ilustrasi Fotografi merupakan teknik membuat gambar ilustrasi berupa foto dengan menggunakan bantuan kamera baik itu mnual maupun digital. Biasanya, obyek di dalam fotografi menjadi lebih realistis, eksklusif dan persuasive
Gambar 1.32 : Ilustrasi Fotografi
[Sumber : Dokumentasi Yayasan Jenang Indonesia]
Teknik Gabungan
Teknik gabungan merupakan bentuk komunikasi dengan struktur visual atau rupa yang terbentuk dari perpaduan antara teknik fotografi/ ilustrasi mnak dengan teknik digital drawing. (Pujiriyanto, 2005 : 41)
Gambar 1.33 : Teknik Gabungan [Sumber : images.google.com/poster_sampah]