• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. a. Sejarah Singkat Perusahaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. a. Sejarah Singkat Perusahaan"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

18

A. Gambaran Umum Perusahaan 1. PT Semen Indonesia Tbk.

a. Sejarah Singkat Perusahaan

PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. merupakan produsen semen terbesar dan tercatat sebagai BUMN Multinasional pertama di Indonesia yang memiliki anak usaha di luar negeri yang hingga saat ini konsisten dengan rencananya dalam mengembangkan usaha untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan para pemangku kepentingan dalam rangka membangun bangsa. Perseroan didirikan pada tanggal 25 Maret 1953. PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. sebelumnya bernama PT Semen Gresik (Persero) Tbk diresmikan di Gresik pada tanggal 7 Agustus 1957 oleh Presiden RI pertama dengan kapasitas 250.000 ton semen per tahun.

Pada tanggal 8 Juli 1991 saham Semen Gresik tercatat di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya (kini menjadi Bursa Efek Indonesia) serta merupakan BUMN pertama yang go public dengan menjual 40 juta lembar saham kepada masyarakat.

(2)

Komposisi pemegang saham pada saat itu: Negara RI 73% dan masyarakat 27%.

Pada bulan September 1995, Perseroan melakukan Penawaran Umum Terbatas I (Right Issue I), yang mengubah komposisi kepemilikan saham menjadi Negara RI 65% dan masyarakat 35%. Pada tanggal 15 September 1995 PT Semen Gresik berkonsolidasi dengan PT Semen Padang dan PT Semen Tonasa. Total kapasitas terpasang Perseroan saat itu sebesar 8,5 juta ton semen per tahun.

Pada tanggal 17 September 1998, Negara RI melepas kepemilikan sahamnya di Perseroan sebesar 14% melalui penawaran terbuka yang dimenangkan oleh Cemex S. A. De C.V., perusahaan semen global yang berpusat di Meksiko. Komposisis kepemilikan saham berubah menjadi Negara RI 51%, masyarakat 35%, dan Cemex 14%. Kemudian tanggal 30 September 1999 komposisi kepemilikan saham berubah menjadi: Pemerintah Republik Indonesia 51,01%, masyarakat 23,46%, dan Cemex 25,53%.

Pada tanggal 27 Juli 2006 terjadi transaksi penjualan saham Cemex Asia Holdings Ltd. kepada Blue Valley Holdings PTE Ltd. sehingga komposisi kepemilikan saham berubah menjadi Negara RI 51,01%, Blue Valley Holdings PTE Ltd. 24,9%, dan masyarakat 24,09%.

(3)

Pada akhir Maret 2010, Blue Valley Holdings PTE Ltd. menjual seluruh sahamnya melalui private placement, sehingga komposisi pemegang saham Perseroan berubah menjadi Pemerintah 51,01% dan publik 48,99%.

Pada April tahun 2012, Perseroan berhasil menyelesaikan pembangunan pabrik Tuban IV berkapasitas 2,5 juta ton. Setelah masa commissioning, pada bulan Juli 2012 pabrik baru tersebut diserah terimakan, diikuti peresmian operasional komersial pada bulan Oktober 2012.

Selanjutnya, pada kuartal ketiga 2012, Perseroan juga berhasil menyelesaikan pembangunan pabrik semen Tonasa V di Sulawesi. Pabrik baru berkapasitas 2,5 juta ton tersebut menjalani masa commissioning sejak September 2012, dan ditargetkan mulai beroperasi komersial pada juartal pertama 2013.

Pada tanggal 18 Desember 2012 Perseroan resmi mengambil alih 70% kepemilikan saham Thang Long Cement Joint Stock

Company (TLCC) dari Hanoi General Export-Import Joint Stock

Company (Geleximco) di Vietnam, berkapasitas 2,3 juta ton. Aksi korporasi ini menjadikan Perseroan tercatat sebagai BUMN Multinasional yang pertama di Indonesia. Dengan akuisisi TLCC tersebut, hingga akhir 2012, kapasitas desain perseroan menjadi sebesar 28,5 juta ton (26,2 juta ton di Indonesia dan 2,3 juta ton di Vietnam) semen per tahun.

(4)

Pada tanggal 20 Desember 2012 Perseroan resmi berperan sebagai Strategic Holding Company sekaligus merubah nama, dari PT Semen Gresik (Persero) Tbk menjadi PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.

Pada tanggal 20 Desember 2013 Perseroan menandatangani akta pendirian Perusahaan patungan PT Krakatau Semen Indonesia (KSI) yang akan membangun pabrik pengolahan limbah berupa

slag powder sebagai bahan baku pembuatan semen.

Selanjutnya pada tanggal 24 Desember 2013, Perseroan melanjutkan proses Transformasi Korporasi dan memantapkan peran fungsi Strategic Holding dengan membentuk anak perusahaan baru PT Semen Gresik.

Pada tahun 2014 Perseroan kembali melanjutkan program pengembangan usaha dengan memulai pembangunan 2 pabrik semen di Padang dan Rembang serta memperkuat dukungan teknologi informasi dengan mendirikan entitas anak usaha PT Sinergi Informatika Semen Indonesia.

b. Profil Perusahaan

1) Nama Perusahaan : PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. 2) Bidang Usaha : Industri Semen

3) Kepemilikan Saham : Pemerintah Indonesia 51,01% dan Publik 48,99%

(5)

5) Dasar Hukum : Peraturan Pemerintah No. 132 tahun 1961

6) Modal Dasar : Rp2.000,00 miliar 7) Modal Ditempatkan : Rp593,15 miliar

dan Disetor Penuh

8) Alamat Kantor : PT Semen Indonesia (Persero) Tbk Kantor Pusat, Jl. Veteran Gresik, Jawa Timur 61122

P. + 62-31-398-1732 F. + 62-31-398-3209 Kantor Perwakilan Jakarta

Gedung The East Lantai 18, Jl. DR Ide Agung Gde Agung, Kuningan, Jakarta 12950

P. + 62-21-5261174-5 F. + 62-21-5261176 www.semenindonesia.com c. Visi dan Misi Perusahaan

Perseroan memiliki visi untuk menjadi perusahaan persemenan internasiuonal yang terkemuka di Asia Tenggara.

Perseroan juga memiliki misi:

1) Mengembangkan usaha persemenan dan industri terkait yang berorientasikan kepuasan konsumen.

(6)

2) Mewujudkan perusahaan berstandar internasional dengan keunggulan daya saing dan sinergi untuk meningkatkan nilai tambah secara berkesinambungan.

3) Mewujudkan tanggung jawab sosial serta ramah lingkungan.

4) Memberikan nilai terbaik kepada para pemangku kepentingan (stakeholders).

5) Membangun kompetensi melalui sumber daya manusia. 2. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.

a. Sejarah Singkat Perusahaan

Indocement mengoperasikan pabrik pertamanya secara resmi pada Agustus 1975. Dalam kurun waktu 39 tahun, Indocement telah menjadi salah satu produsen semen terbesar di Indonesia.

Perseroan didirikan pada 16 Januari 1985 melalui penggabungan enam perusahaan semen, yang pada saat itu memiliki delapan pabrik.

Indocement didirikan berdasarkan akta pendirian No. 227 tanggal 16 Januari 1985 yang dibuat di hadapan Notaris Ridwan Suselo, SH. Sesuai dengan Anggaran Dasarnya, kegiatan usaha utama Perseroan meliputi manufaktur semen dan bahan bangunan, penambangan, konstruksi, dan perdagangan. Saat ini, Perseroan dan Entitas Anak bergerak dalam beberapa bidang usaha yang

(7)

meliputi manufaktur dan penjualan semen (sebagai bisnis inti), memroduksi beton siap-pakai, agregat dan trass.

Indocement terus menambah jumlah pabriknya. Pada 22 Pebruari 2013, Perseroan telah memulai perluasan Kompleks Pabrik Citeureup dengan penambahan lini produksi yang disebut Pabrik ke-14. Jumlah pabrik Indocement termasuk Pabrik ke-14 adalah 13 pabrik. Sebagian besar pabrik berada di Pulau Jawa, 10 diantaranya berlokasi di Citeureup, Bogor, Jawa Barat, yang menjadikannya salah satu kompleks pabrik semen terintegrasi terbesar di dunia. Sementara dua pabrik lainnya ada di Palimanan, Cirebon, Jawa Barat, dan satu lagi di Tarjun, Kotabaru, Kalimantan Selatan.

Indocement mencatatkan sahamnya pertama kali di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 5 Desember 1989 dengan kode saham “INTP”. Sejak 2001, HeidelbergCement Group, yang berbasis di Jerman, menjadi pemilik mayoritas saham Perseroan. HeidelbergCement adalah pemimpin pasar global dalam bisnis agregat dan merupakan pemain terkemuka di bidang semen, beton siap-pakai (RMC), dan kegiatan hilir lainnya, menjadikannya salah satu produsen bahan bangunan terbesar di dunia. Grup ini mempekerjakan lebih dari 45.000 orang di 2.300 lokasi di lebih dari 40 negara.

(8)

Indocement juga terdaftar dalam Indeks Kompas100, indeks harga saham yang dikelola BEI bekerja sama dengan harian Kompas. Saham Indeks Kompas100 merupakan saham perusahaan yang berada pada peringkat 150 tertinggi dalam hal nilai transaksi, frekuensi, dan kapitalisasi pasar di bursa regular selama 12 bulan terakhir.

Perseroan juga menjadi anggota aktif dalam beberapa asosiasi dan organisasi, yakni: Asosiasi Semen Indonesia (ASI), Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Asosiasi Emiten Indonesia (AEI), Corporate Forum of Community Development (CFCD), Konsil Bangunan Hijau Indonesia (GBCI), Cement Sustainability Initiative (CSI), Indonesia Corporate Secretary Association (ICSA). Dengan merek dagang “Tiga Roda” Indocement menjual sekitar 18,7 juta ton semen di 2014, yang menjadikannya perusahaan entitas tunggal penjual semen terbanyak di Indonesia. Produk semen Perseroan adalah Portland Composite Cement (PCC), Ordinary Portland Cement (OPC Tipe I, II, dan V), Oil

Well Cement (OWC), Semen Putih, dan TR-30 Acian Putih.

Indocement merupakan satu-satunya produsen Semen Putih di Indonesia.

Selain penjualan semen, Indocement, melalui PT Pionirbeton Industri yang memroduksi beton siap-pakai, menjual 3,9 juta m3

(9)

RMC dan menjadikannya pemimpin pasar dalam bisnis RMC di Indonesia.

Dalam bisnis agregat, PT Tarabatuh Manunggal, perusahaan yang 100% sahamnya dimiliki Indocement, mulai berproduksi sejak 10 September 2014. Selain itu, Indocement memiliki tambang agregat lainnya melalui PT Mandiri Sejahtera Sentra.

Pada 31 Desember 2014, Indocement memiliki kapasitas produksi terpasang mencapai 20,5 juta ton semen, 5 juta m3 RMC dengan 41 batching plant dan 706 truk mixer, serta kapasitas produksi agregat sebesar 2,8 juta ton per tahun dengan total cadangan agregat mencapai 80 juta ton dari dua tambang.

Dalam menjalankan usahanya, Indocement terus fokus pada pembangunan berkelanjutan dengan komitmen mengurangi emisi karbon dioksida dari proses produksi semen. Indocement adalah perusahaan pertama di Asia Tenggara yang menerima Emisi Reduksi yang Disertifikasi (Certified Emission Reductions/CER) dalam kerangka Mekanisme Pembangunan Bersih (Clean

Development Mechanism/CDM). Indocement merupakan

perusahaan pertama di Indonesia yang menggunakan terak pasir tanur (granulated blast furnace slag), produk ampas leburan baja, beberapa tahun setelah diluncurkannya proyek semen campuran (blended cement). Bahan cementitious ini digunakan dalam

(10)

produksi semen untuk mengurangi kandungan klinker dan menurunkan emisi CO2.

b. Profil Perusahaan

1) Nama Perusahaan : PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.

2) Bidang Usaha : Industri Semen

3) Kepemilikan Saham : Birchwood Omnia Ltd.

(HeidelbergCement Group) 51%, PT Mekar Perkasa 13,03%, dan Masyarakat 35,97%

4) Tanggal Pendirian : 16 Januari 1985

5) Dasar Hukum : Akta pendirian No. 227 tanggal 16 Januari 1985, Notaris Ridwan Suselo, SH

6) Modal Dasar : Rp8.000,00 miliar 7) Modal Ditempatkan : Rp1.840,6 miliar

dan Disetor Penuh

8) Alamat Kantor : Wisma Indocement, Lantai 8 Jl. Jenderal Sudirman Kav. 70-71 Jakarta 12910, Indonesia P. +6221 251 2121 F. +6221 251 0066 www.indocement.co.id

(11)

c. Visi dan Misi Perusahaan

Perseroan memiliki visi menjadi pemain terkemuka dalam bisnis semen dan beton siap-pakai, pemimpin pasar di Jawa, pemain kunci di luar Jawa, memasok agregat dan pasir untuk bisnis beton siap-pakai secara mandiri.

Perseroan juga memiliki misi berkecimpung dalam bisnis penyediaan semen dan bahan bangunan berkualitas dengan harga kompetitif dan tetap memerhatikan pembangunan berkelanjutan. B. Analisis Data dan Pembahasan

1. Perbandingan Kinerja Keuangan antara PT Semen Indonesia Tbk. dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. berdasarkan Rasio Likuiditas pada Laporan Keuangan Periode 2010-2014.

Rasio likuiditas mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahaan relatif terhadap hutang lancarnya. Rasio ini terdiri dari rasio lancar, rasio cepat, dan rasio kas.

a. Rasio Lancar

Rasio lancar merupakan rasio yang dihitung untuk membandingkan antara jumlah hutang lancar dengan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Rasio lancar ini umumnya digunakan untuk mengetahui ukuran perusahaan dalam memenuhi hutangnya ketika jatuh tempo. Rasio lancar untuk perusahaan yang normal dan baik berkisar pada

(12)

angka 1 dan lebih dari angka 1 (Hanafi dan Halim, 2003:77). Rumusnya:

Tabel 3.1

Perhitungan Rasio Lancar Tahun 2010-2014

PT Semen Indonesia Tbk. dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (dalam jutaan rupiah)

Tahun

Perhitungan Rasio dan Keterangan

Semen Indonesia Indocement Semen Indonesia Indocement

2010 2,9 (Baik) 5,6 (Baik) 2011 2,7 (Baik) 7 (Baik) 2012 1,7 (Baik) 6 (Baik) 2013 1,9 (Baik) 6,2 (Baik) 2014 2,2 (Baik) 4,9 (Baik) Sumber: http://www.idx.co.id/

Berdasarkan tabel 3.1 di atas, rasio lancar PT Semen Indonesia Tbk. pada tahun 2010 adalah 2,9 yang berarti setiap Rp1,00 hutang lancarnya dapat dijamin dengan aktiva lancar sebesar Rp2,9. Sedangkan rasio lancar PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. pada tahun 2010 juga adalah 5,9 yang berarti setiap Rp1,00 hutang lancarnya

(13)

dapat dijamin dengan aktiva lancar sebesar Rp5,9. Dalam hal ini kedua perusahaan ini memiliki rasio lancar yang baik ditunjukkan oleh aktiva lancarnya dapat menjamin setiap hutang lancarnya. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. memiliki tingkat rasio lancar yang lebih tinggi daripada PT Semen Indonesia Tbk. karena jumlah aktiva lancar yang dimiliki PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. lebih banyak daripada PT Semen Indonesia Tbk. ditambah lagi dengan hutang PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. lebih sedikit daripada PT Semen Indonesia Tbk. dibarengi dengan penjualan yang tidak sedikit, sehingga PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. lebih baik dalam mengelola likuiditasnya.

b. Rasio Cepat

Rasio cepat merupakan turunan dari rasio lancar, tetapi dalam rasio cepat ini, aktiva lancar yang paling sulit untuk diubah menjadi kas (dicairkan) harus dikeluarkan. Jenis aktiva lancar tersebut adalah persediaan. Persediaan juga dianggap sebagai aktiva lancar yang memungkinkan terjadinya kerugian. Secara umum dapat dikatakan bahwa suatu perusahaan yang memiliki rasio kas kurang dari angka 1:1 atau 100% dianggap kurang baik tingkat likuiditasnya (Nugrahaningsih dan Falikhatun, 2007:22). Rumusnya:

(14)

Tabel 3.2

Perhitungan Rasio Cepat Tahun 2010-2014

PT Semen Indonesia Tbk. dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (dalam jutaan rupiah)

Tahun

Perhitungan Rasio dan Keterangan

Semen Indonesia Indocement Semen Indonesia Indocement 2010 2,3 (Baik) 4,6 (Baik) 2011 2 (Baik) 7 (Baik) 2012 1,2 (Baik) 5,4 (Baik) 2013 1,4 (Baik) 5,6 (Baik) 2014 1,7 (Baik) 4,4 (Baik) Sumber: http://www.idx.co.id/

Berdasarkan tabel 3.2, pada tahun 2010, rasio cepat pada PT Semen Indonesia Tbk. adalah 2,3. Ini artinya setiap Rp1,00 hutang lancar yang dimiliki akan dipenuhi dengan Rp2,3 aktiva lancar yang telah dikurangi persediaan. Sedangkan rasio cepat PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. adalah 4,6 yang berarti setiap Rp1,00 hutang lancar

(15)

yang dimiliki akan dipenuhi dengan Rp4,6 aktiva lancar yang telah dikurangi persediaannya. Nilai rasio cepat kedua perusahaan ini menunjukkan di atas angka 1 pada tahun 2010-2014, tetapi PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. lebih baik. Hal ini disebabkan oleh persediaan PT Indocement Tunggal Prakarsa lebih sedikit daripada PT Semen Indonesia Tbk. dari tahun ke tahun.

c. Rasio Kas

Rasio kas dapat menghitung kemampuan perusahaan untuk memenuhi hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya tetapi dengan mengeluarkan persediaan dan piutang dari aset lancarnya. Rasio ini membandingkan total kas dan setara kas dan investasi jangka pendek dengan total hutang lancar. Semakin besar nilai rasio kas maka akan mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut memiliki performa yang baik (Nugrahaningsih dan Falikhatun, 2007:23). Rumusnya:

(16)

Tabel 3.3

Perhitungan Rasio Kas Tahun 2010-2014

PT Semen Indonesia Tbk. dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (dalam jutaan rupiah)

Tahun

Perhitungan Rasio dan Keterangan

Semen Indonesia Indocement Semen Indonesia Indocement 2010 1,6 (Baik) 3,6 (Baik) 2011 1,3 (Baik) 4,8 (Baik) 2012 0,7 (Kurang Baik) 4,4 (Baik) 2013 0,8 (Kurang Baik) 4,7 (Baik) 2014 1 (Baik) 3,6 (Baik) Sumber: http://www.idx.co.id/

Berdasarkan tabel 3.3 di atas, rasio kas PT Semen Indonesia Tbk. pada tahun 2010 adalah 1,6 yang berarti setiap Rp1,00 hutang jangka pendeknya dapat ditutup dengan Rp1,6 aktiva lancar tanpa persediaan dan piutangnya. Dari tahun ke tahun rasio kas PT Semen Indonesia Tbk. semakin menjadi kurang baik tetapi pada tahun 2013 dan 2014 menjadi baik. Sedangkan rasio kas PT

(17)

Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. pada tahun 2010 adalah 3,6 yang berarti setiap Rp1,00 hutang jangka pendeknya dapat dipenuhi dengan Rp3,6 aktiva lancar tanpa persediaan dan piutangnya. Dari tahun ke tahun rasio kas PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. terus membaik. Hal ini dikarenakan jumlah aktiva lancar yang besar sehingga dapat memperbesar rasio kasnya. Menurut rasio kas, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. lebik baik dalam mengelola likuiditasnya.

2. Perbandingan Kinerja Keuangan antara PT Semen Indonesia Tbk. dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. berdasarkan Rasio Profitabilitas pada Laporan Keuangan Periode 2010-2014.

Rasio profitabilitas adalah rasio yang menunjukkan besarnya laba yang diperoleh sebuah perusahaan dalam periode tertentu. Semakin tinggi rasio profitabilitas maka semakin tinggi juga kemampuan perusahaan menghasilkan laba atau keuntungan.

a. Rasio Profit Margin

Analisa laporan keuangan dengan menggunakan rasio profit margin merupakan analisa yang mampu menggambarkan seberapa jauh perusahaan dalam rangka menghasilkan laba bersih jika dibandingkan dengan penjualan. Semakin tinggi nilai rasio profit margin maka

(18)

akan semaki baik performa yang ditunjukkan oleh perusahaan (Hanafi dan Halim, 2003:161). Rumusnya:

Tabel 3.4

Perhitungan Rasio Profit Margin Tahun 2010-2014

PT Semen Indonesia Tbk. dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (dalam jutaan rupiah)

Tahun

Perhitungan Rasio dan Keterangan

Semen Indonesia Indocement Semen Indonesia Indocement

2010 0,26 (Baik) 0,29 (Baik) 2011 0,24 (Baik) 0,26 (Baik) 2012 0,25 (Baik) 0,28 (Baik) 2013 0,24 (Baik) 0,28 (Baik) 2014 0,21 (Baik) 0,26 (Baik) Sumber: http://www.idx.co.id/

Berdasarkan tabel di atas, raiso profit margin yang dihasilkan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. lebih baik dibandingkan PT Semen Indonesia Tbk. Rasio profit

margin PT Semen Indonesia Tbk. pada tahun 2010 adalah

0,25 yang artinya setiap Rp1,00 penjualan dapat

(19)

menghasilkan Rp0,25 laba bersih. Sedangkan pada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. adalah 0,29 yang membuatnya lebih tinggi daripada PT Semen Indonesia Tbk. Keseluruhan rasio profit margin PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. juga lebih tinggi dari pada PT Semen Indonesia Tbk. Dari tahun ke tahun PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. menghasilkan laba bersih yang tidak terlalu jauh daripada PT Semen Indonesia Tbk. Namun PT Indocement Tunggal Prakarsa menghasilkan penjualan yang lebih kecil daripada PT Semen Indonesia Tbk. Hal ini menyebabkan rasio profit margin-nya lebih besar.

b. Rasio Return On Asset (ROA)

ROA merupakan jenis rasio yang dapat memperlihatkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih jika dilihat dari jumlah tingkat aset yang dimiliki. Rasio ini juga mengetahui seberapa jauh manajemen perusahaan dapat menunjukkan efisiensi aset yang dimiliki. Rasio ROA sangat dipengaruhi oleh biaya-biaya yang menjadi tanggungan perusahaan. Biaya-biaya-biaya tersebut dapat memengaruhi jumlah laba yang dihasilkan jika perusahaan tidak berusaha meminimalkannya. Semakin besar Rasio ROA maka akan semakin baik kinerja

(20)

perusahaan. (Nugrahaningsih dan Falikhatun, 2007:31). Rumusnya:

Tabel 3.5

Perhitungan Rasio ROA Tahun 2010-2014

PT Semen Indonesia Tbk. dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (dalam jutaan rupiah)

Tahun

Perhitungan Rasio dan Keterangan

Semen Indonesia Indocement Semen Indonesia Indocement

2010 0,23 (Baik) 0,21 (Baik) 2011 0,2 (Baik) 0,2 (Baik) 2012 0,19 (Baik) 0,21 (Baik) 2013 0,19 (Baik) 0,2 (Baik) 2014 0,16 (Baik) 0,18 (Baik) Sumber: http://www.idx.co.id/

Berdasarkan tabel di atas, rasio ROA PT Semen Indonesia Tbk. pada tahun 2010 adalah 0,23 berarti setiap Rp1,00 aktiva dapat dijamin dengan Rp0,23 laba bersih. Sedangkan rasio ROA PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. pada tahun 2010 adalah 0,21. Pada tahun-tahun selanjutnya rasio ROA kedua perusahaan ini hampir sama,

(21)

tetapi milik rata-rata rasio ROA PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. lebih tinggi. Total aktiva PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. lebih sedikit daripada PT Semen Indonesia Tbk. Berarti PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. lebih efisien dalam menggunakan aktivanya.

c. Rasio Return On Equity (ROE)

ROE adalah rasio profitabilitas yang memperlihatkan

perbandingan laba bersih dengan jumlah saham yang dimiliki oleh perusahaan. Dalam hal ini yang dihitung adalah saham sendiri tanpa melibatkan saham preferen, karena pada dasarnya ROE digunakan untuk mengetahui jumlah hak saham biasa yang dimiliki oleh pemegang saham. Semakin besar nilai ROE yang dimiliki oleh suatu perusahaan mengindikasikan performa perusahaan dalam keadaan baik (Nugrahaningsih dan Falikhatun, 2007:31). Perhitungan dengan rumus:

(22)

Tabel 3.6

Perhitungan Rasio ROE Tahun 2010-2014

PT Semen Indonesia Tbk. dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (dalam jutaan rupiah)

Tahun

Perhitungan Rasio dan Keterangan

Semen Indonesia Indocement Semen Indonesia Indocement

2010 0,3 (Baik) 0,25 (Baik) 2011 0,27 (Baik) 0,23 (Baik) 2012 0,27 (Baik) 0,25 (Baik) 2013 0,27 (Baik) 0,22 (Baik) 2014 0,22 (Baik) 0,21 (Baik) Sumber: http://www.idx.co.id/

Berdasarkan tabel di atas, rasio ROE dari PT Semen Indonesia Tbk. pada tahun 2010 adalah 0,3. Sedangkan rasio ROE PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. pada tahun 2010 adalah 0,25. Pada tahun-tahun selanjutnya sedikit menurun hingga pada tahun 2014 nilainya 0,21. Peningkatan rasio ROE PT Semen Indonesia Tbk. dikarenakan laba bersihnya yang meningkat drastis tidak sama dengan rasio ROE pada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. yang menurun rasionya karena peningkatan

(23)

modalnya tidak dibarengi dengan peningkatan laba bersihnya.

3. Perbandingan Kinerja Keuangan antara PT Semen Indonesia Tbk. dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. berdasarkan Rasio Solvabilitas pada Laporan Keuangan Periode 2010-2014.

Rasio solvabilitas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya baik itu kewajiban jangka panjang maupun kewajiban jangka pendeknya.

a. Rasio Total Hutang terhadap Total Aset (Debt to Total

Asset)

Rasio Debt to Total Asset akan memperlihatkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh hutang yang dimiliki menggunakan total aset yang dimilikinya. Dalam rasio ini akan dapat dilihat tingkat resiko tak tertagihnya suatu hutang yang dimiliki oleh perusahaan. Jika rasio ini menghasilkan angka yang rendah maka akan menunjukkan performa perusahaan yang semakin baik, karena dapat dipastikan hutang yang dimiliki jumlahnya sedikit dibandingkan dengan aset yang akan dijadikan jaminan atas hutang-hutangnya (Hanafi dan Halim, 2003:82). Perhitungan menggunakan rumus:

(24)

Tabel 3.7

Perhitungan Rasio Debt to Total Asset Tahun 2010-2014 PT Semen Indonesia Tbk. dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.

(dalam jutaan rupiah)

Tahun

Perhitungan Rasio dan Keterangan

Semen Indonesia Indocement Semen Indonesia Indocement

2010 0,22 (Baik) 0,15 (Baik) 2011 0,26 (Baik) 0,13 (Baik) 2012 0,32 (Baik) 0,15 (Baik) 2013 0,29 (Baik) 0,14 (Baik) 2014 0,27 (Baik) 0,14 (Baik) Sumber: http://www.idx.co.id/

Berdasarkan tabel di atas, selama tahun 2010-2014 rasio Debt to Total Asset pada PT Semen Indonesia Tbk. lebih besar dibandingkan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Hal ini dapat diartikan bahwa PT Semen Indonesia Tbk. dalam mendanai setiap Rp1,00 aktivanya dibutuhkan pendanaan dari kreditur rata-rata sebesar Rp0,27. Sedangkan pada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. dalam mendanani setiap Rp1,00 aktivanya dibutuhkan pendanaan rata-rata sebesar Rp0,14. Setiap tahun total

(25)

hutang PT Semen Indonesia Tbk. mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Hal ini menyebabkan nilai rasio Debt to

Total Asset-nya membesar juga. Sedangkan pada PT

Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. tiap tahun hutangnya mengalami kenaikan yang tidak terlalu signifikan sehingga nila rasio Debt to Total Asset-nya tidak terlalu besar.

b. Rasio TIE (Time Interest Earned Ratio)

Rasio TIE yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan operasi perusahaan dalam memberikan proteksi kepada kreditur jangka panjang, khususnya dalam hal pembayaran bunga. Dengan adanya hutang, maka bunga merupaka beban pokok yang menjadi tanggungan semua perusahaan setiap periode pembayaran hutang. Semakin besar angka yang dihasilkan oleh rasio TIE maka akan mengindikasikan performa perusahaan yang semakin baik karena dapat membayar beban bunga yang dimilikinya (Nugrahaningsih dan Falikhatun, 2007:33). Perhitungan menggunakan rumus:

(26)

Tabel 3.8

Perhitungan Rasio TIE Tahun 2010-2014

PT Semen Indonesia Tbk. dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (dalam jutaan rupiah)

Tahun

Perhitungan Rasio

Semen Indonesia Indocement Semen Indonesia Indocement

2010 248 Kali 253 Kali 2011 177 Kali 185 Kali 2012 59 Kali 181 Kali 2013 32 Kali 119 Kali 2014 35 Kali 278 Kali Sumber: http://www.idx.co.id/

Berdasarkan pada tabel di atas, rasio TIE PT Semen Indonesia Tbk. berada pada kisaran angka 80 hingga 248 kali, dengan demikian dapat dikatakan bahwa Rp1,00 laba operasi dapat memenuhi 248 kali beban bunga yang menjadi tanggungan perusahaan. Sedangkan pada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. berada pada kisaran angka 119 hingga 278 kali. Nilai rasio TIE PT Semen Indonesia tiap tahun menurun sementara nilai raiso TIE PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. mengalami naik turun

(27)

namun pada tahun 2014 meningkat tinggi. Hal ini disebabkan oleh jumlah beban bunga yang tidak terlalu besar. Dengan demikian, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. lebih baik dalam pengelolaan pembayaran bunga untuk hutang terhadap kreditur.

c. Rasio Fixed Charge Coverage

Pada kedua perusahaan ini mengenai rasio fixed

charge coverage tidak ada yang perlu dianalisis

dikarenakan biaya sewa tidak tercantum dalam annual

report.

C. Temuan

Berdasarkan hasil analisis rasio kinerja keuangan dan pembahasan mengenai perusahaan penghasil semen yang berperan penting dalam perkembangan dan pembangunan di Indonesia, maka ditemukan beberapa kekuatan dan kelemahan yang terdapat pada PT Semen Indonesia Tbk. dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.

1. PT Semen Indonesia Tbk. a. Kekuatan

1) Rasio ROE PT Semen Indonesia Tbk. menunjukkan angka rasio yang lebih baik daripada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan banyaknya pembangunan infrastruktur di Indonesia, menyebabkan bertambahnya

(28)

modal saham pada PT Semen Indonesia Tbk. tiap tahunnya.

b. Kelemahan

1) Rasio likuiditas PT Semen Indonesia Tbk. menunjukkan angka rasio yang lebih rendah darpada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Hal ini dikarenakan oleh selisih antara aktiva lancar dan hutang lancar PT Semen Indonesia Tbk. tidak terlalu besar. Sehingga PT Semen Indonesia Tbk. tidak terlalu baik daripada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. dalam mengelola likuiditasnya. 2) Rasio TIE PT Semen Indonesia Tbk. menunjukkan angka

rasio yang lebih rendah dibandingkan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Sehingga PT Semen Indonesia Tbk. tidak terlalu baik daripada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. dalam mengelola pembayaran bunga untuk hutang terhadap kreditur.

2. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. a. Kekuatan

1) Rasio likuiditas PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. menunjukkan angka rasio yang jauh lebih tinggi daripada PT Semen Indonesia Tbk. Hal ini dikarenakan selisih antara aktiva lancar dan hutang lancar yang cukup besar.

(29)

2) Rasio ROA PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. menunjukkan angka rasio yang lebih baik daripada PT Semen Indonesia Tbk. Berarti PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. dapat menggunakan total aktiva yang lebih sedikit PT Semen Indonesia Tbk. tetapi lebih efisien. b. Kelemahan

1) Rasio ROE PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. menunjukkan angka rasio yang lebih rendah daripada PT Semen Indonesia Tbk.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil Penelitian yang dilakukan penulis mengenai pengaruh Kualitas Produk, Harga, Promosi Penjualan dan Brand Image terhadap keputusan pembelian mobil

Gejala yang klasik  yaitu terjadinya “trias malaria” secara berurutan  periode dingin ( 15  –  60 menit) yaitu penderita mulai menggigil, sering membungkus diri dengan

meningkatkan penjualan, harga pokok penjualan dan laba bruto induk perusahaan tapi tidak mempengaruhi pendapatan anak perusahaan sampai barang dagang tersebut dijual kembali

Nilai rata-rata dari variabel ukuran perusahaan (UP) pada sektor property, real estate dan konstruksi banguna adalah 29,4192553 dengan nilai standar deviasi

Kondisi dinamis dalam FGD ini (Kriyantono, 2009 : 116-117) me- munculkan sedikit informasi yang cukup tidak disangka-sangka bah- wa mendirikan BUMDes ternyata

bentuk apapun yang disebabkan karena akta ini, maka pora ---­ pihak yang membuat ke'cerangan dengan ini berjanj i dan ---­ mengikatkan dirinya untuk bertanggung

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan  bahwa  hipotesis  penelitian  ini diterima yaitu terdapat hubungan antara welas asih  diri  dan 

- Guru memberikan bimbingan kepada peserta didik yang belum mampu memahami arti lambang atau simbol pada lambang negara yaitu Garuda Pancasila. - Guru memberikan bimbingan