Sarah Kemalasari
Sarah Kemalasari – – 11020102641102010264
SKENARIO 3 SKENARIO 3
1.
1. Memahami dan menjelaskanMemahami dan menjelaskan Plasmodium Plasmodium a.
a. DefinisiDefinisi Plasmodium
Plasmodium merupakan parasit penyakit malaria, dapat menyerang manusia,merupakan parasit penyakit malaria, dapat menyerang manusia, kera, simpanse, dan primata lainnya.
kera, simpanse, dan primata lainnya. Domain : Eukaryota Domain : Eukaryota Kingdom : Chromalveolata Kingdom : Chromalveolata Superphylum : Alveolata Superphylum : Alveolata Phylum : Apicomplexa Phylum : Apicomplexa Kelas : Aconoidasida Kelas : Aconoidasida Ordo : Haemosporida Ordo : Haemosporida Famili : Plasmodiidae Famili : Plasmodiidae Genus : Plasmodium Genus : Plasmodium b. b. KlasifikasiKlasifikasi
Parasit malaria pada manusiaParasit malaria pada manusia
--
Plasmodium vivax Plasmodium vivax--
Plasmodium ovale Plasmodium ovale--
Plasmodium malariae Plasmodium malariae--
Plasmodium falciparum Plasmodium falciparum Parasit malaria pada kera dan simpanseParasit malaria pada kera dan simpanse
--
Plasmodium cynomologi Plasmodium cynomologi--
Plasmodium rodhaini Plasmodium rodhaini (Afrika)(Afrika)--
Plasmodium brasilianum Plasmodium brasilianum(Amerika Selatan)(Amerika Selatan)--
Plasmodium knowlesi Plasmodium knowlesi Parasit malaria pada hewan dan manusiaParasit malaria pada hewan dan manusia Plasmodium
Plasmodium knowlesiknowlesi (pertama kali menginfeksi manusia dilaporkan di(pertama kali menginfeksi manusia dilaporkan di Malaysia)
Malaysia) c.
c. Siklus hidupSiklus hidup
Plasmodium vivax Plasmodium vivaxdan Plasmodium ovaledan Plasmodium ovale Pada
Pada P.vivax P.vivax dandan P.ovale P.ovale sebagian sporozoit yang menjadi hipnozoit setelahsebagian sporozoit yang menjadi hipnozoit setelah beberapa w
beberapa waktu (beberapa aktu (beberapa bulan sbulan sampai ampai 5 5 tahun) tahun) menjadi menjadi aktif aktif kembali kembali dandan mulai dengan skizogoni eksoeritrosit sekunder. Proses tersebut dianggap mulai dengan skizogoni eksoeritrosit sekunder. Proses tersebut dianggap sebagai penyebab timbulnya relaps yaitu parasit ditemukan kembali dalam sebagai penyebab timbulnya relaps yaitu parasit ditemukan kembali dalam darah setelah pemberian obat skizontisida darah yang adekuat. Daur darah setelah pemberian obat skizontisida darah yang adekuat. Daur skizogoni (fase eritrosit) pada
skizogoni (fase eritrosit) pada P.vivax P.vivax berlangsung 48 berlangsung 48 jam jam dan padadan pada P.ovale P.ovale 50 jam.
Plasmodium malariae dan Plasmodium falciparum
Pada P.falciparum dan P.malariae tidak mempunyai fase eksoeritrosit sekunder, sehingga kekambuhannya disebabkan oleh proliferasi stadium eritrositik, dikenal sebagai rekrudesensi. Hal ini dapat disebabkan skizontisida darah tidak seluruhnya mengeliminasi stadium parasit yang ada dalam sel darah, imunitas alami berkurang atau adanya varian parasit baru yang tidak dikenali hospes. Daur skizogoni (fase eritrosit) pada P.malariae berlangsung 72 jam dan pada P. falciparumkurang dari 48 jam.
2. Memahami dan menjelaskan vektor malaria di Indonesia a. Morfologi
Vektor malaria adalah nyamuk Anopheles. Stadium telur
-
Berbentuk seperti perahu yang bagian bawahnya konveks dan bagian atasnya konkaf-
Mempunyai sepasang pelampung yang terletak pada sebelah lateral Stadium larvabagian-bagian badan berbentuk khas,yaitu :
-
Spirakel pada bagian posterior abdomen-
Tergal plate pada bagian tengah sebelah dorsal abdomen-
Bulu palma pada bagian lateral abdomen Stadium pupa
Mempunyai tabung pernafasan (respiratory trumpet ) yang berbentuk lebar dan pendek, digunakan untuk mengambil O2 dari udara
Stadium dewasa
-
Pulpus nyamuk jantan dan betina mempunyai panjang hampir sama dengan panjangprobosisnya-
Nyamuk jantan ruas palpus bagian apikal berbentuk gada (club form), sedangkan nyamuk betina ruas palpusnya mengecil-
Sayap pada bagian pinggir (kosta dan vena I) ditumbuhi sisik sayap yang berkelompok membentuk gambaran belang-belang hitam putih dan bagianujung sisik sayap membentuk lengkung (tumpul)
-
Bagian posterior abdomennya sedikit lancipb. Klasifikasi
Vektor Tempat Perindukan Larva Perilaku Nyamuk Dewasa Epidemiologi
An.sundaicus
Muara sungai yang dangkal pada musim kemarau, tambak
ikan yang kurang terpelihara, parit- parit di sepanjang pantai bekas galian yang terisi air payau, tempat penggaraman
(Bali) di air tawar (KalTim dan Sum)
Antropofilik > zoofilik; menggigit sepanjang malam Tit: di dalam dan di luar rumah Sumatera, Jawa Sulawesi, Nusa tenggara An. aconitus
Persawahan dengan saluran irigasi, tepi sungai pada musim kemarau, kolam ikan dengan tanaman rumput di tepinya
Zoofilik > antropofilik eksofagik menggigit di waktu senja sampai dengan dini hari
Tit: di luar rumah
Jawa
An. subpictus
Kumpulan air yang
permanen/sementara, celah tanah bekas kaki binatang, tambak ikan dan bekas galian di pantai (pantai utara pulau jawa)
Antropofilik > zoofilik Menggigit di waktu malam Tit: di dalam dan di luar rumah (kandang)
Jawa Sulawesi, Nusa tenggara
An. barbirostis
Sawah dan saluran irigasi, kolam, rawa, mata air, sumur dan lain- lain
Antropofilik (sul & NT) zoofilik (jawa & sumatera) eksofagik > endofagik Menggigit malam hari Tit: di luar rumah (pada tanaman)
Sulawesi, Nusa tenggara
An. balanbacensis
Bekas roda yang tergenang air, air, bekas jejak kaki binatang yang berlumpur yang berair, tepi sungai pada musim
kemarau, kolam atau kali yang berbatu di hutan atau daerah pedalaman
Antropofilik < zoofilik endofilik menggigit malam hari
Tit: di luar rumah (di sekitar kandang)
Jawa,
Kalimantan
An. letifer
Air tergenang (tahan hidup ditempat asam) terutama dataran pinggir pantai
Antropofilik > zoofilik Tit: bagian bawah atap di
Sumatera, Kalimantan
luar rumah
An. farauti
Kebun kangkung, kolam, genangan air dalam perahu, genangan air hujan, rawa-rawa dan saluran air
Antropofilik > zoofilik Eksofagik menggigit malam hari
Tit: di dalam dan diluar rumah
Maluku dan Irian Jaya
An. punctulatus
Air di tempat terbuka dan terkena sinar matahari, pantai (pada musim penghujan), tepi sungai
Antrofopolik > zoofilik Menggigit malam hari Tit: di dalam rumah
Maluku dan Irian Jaya
An. ludlowi Sungai di daerah pegunungan Antropofilik >> zoofilik Sulawesi
An. koliensis
Bekas jejak roda kendaraan, lubang- lubang di tanah yang berisi air, saluran- saluran,
kolam, kebun kangkung dan rawa- rawa tertutup
Antropofilik >> zoofilik Menggigit malam hari Tit: di dalam rumah
Maluku dan Irian Jaya
An. nigerrimus Sawah, kolam dan rawa yang ada tanaman air
Zoofilik > antropofilik Menggigit pada senja-malam hari
Tit: di luar rumah (kandang)
Sumatera, Sulawesi
An. sinensis Sawah, kolam dan rawa yang ada tanaman air
Zoofilik > antropofilik Menggigit pada senja-malam hari
Tit: di luar rumah (kandang)
Sumatera, Jawa Sulawesi
An. flavirostis
Sungai dan mata air terutama apabila bagian tepinya
berumput
Zoofilik > antropofilik Tit: belum ada laporan
Sulawesi
An. karwari
Air tawar yang jernih yang terkena sinar matahari, di daerah pegunungan
Zoofilik > antropofilik Tit: di luar rumah
Maluku dan Irian Jaya
An. maculatus
Mata air dan sungai dengan air jernih yang mengalir lambat di
daerah pergunungan dan perkebunan teh (di jawa)
Zoofilik > antropofilik Mengigit malam hari Tit: di luar rumah (sekitar kandang)
Sumatera, Jawa
An. bancrofti
Danau dangan tumbuhan bakung, air rawa yang
tergenang dan rawa dengan tumbuhan pakis
Zoofilik > antropofilik Tit: belum jelas
Maluku dan Irian Jaya
An. barbumbrosus
Di pinggir sungai yang terlindung dengan air yang mengalir lambat dekat hutan di dataran tinggi
Bionomiknya belum banyak dipelajari antropofiliknya
Sulawesi
c. Daur hidup
Nyamuk Anophelini mengalami metamorfosis sempurna. Telur menetas menjadi larva yang kemudian melakukan pengelupasan kulit/eksoskelet sebanyak 4 kali, lalu tumbuh menjadi pupa dan akhirnya menjadi nyamuk dewasa jantan atau betina. Waktu yang diperlukan untuk pertumbuhan sejak telur diletakan sampai menjadi dewasa bervariasi antara 2-5 minggu, tergantung pada spesies, makanan yang tersedia dan suhu udara. Tempat perindukan anophelini bermacam-macam tergantung pada spesies dan dapat dibagi menurut 3 kawasan yaitu kawasan pantai, pedalaman kaki gunung dan kawasan gunung. d. Perilaku dan habitat vektor
Aktivitas nyamuk Anophelini sangat dipengaruhi oleh kelembaban udara dan suhu. Umumnya nyamuk Anophelini aktif mengisap darah hospes pada malam hari atau sejak senja sampai dini hari. Jarak terbang nyamuk Anophelini biasanya 0,5-3 km, tetapi dapat mencapai puluhan km karena dipengaruhi transportasi dan kecepatan angin. Umur nyamuk dewasa Anophelini di alam bebas 1-2 minggu, tetapi di laboratorium dapat mencapai 3-5 minggu.
3. Memahami dan menjelaskan malaria a. Definisi
Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh Plasmodium yang menyerang sel hati dan eritrosit. Dapat berlangsung akut atau kronik serta dapat berlangsung dengan atau tanpa komplikasi.
b. Etiologi
Plasmodium vivax
Hospes perantaranya adalah manusia dan hospes definitifnya adalah nyamuk Anopheles betina. P.vivax menyebabkan malaria vivaks atau malaria tersiana. Plasmodium malariae
Hospes perantaranya adalah manusia dan hospes definitifnya adalah nyamuk Anopheles betina. P.malariae menyebabkan malaria malariae atau malaria
kuartana.
Plasmodium ovale
Hospes perantaranya adalah manusia dan hospes definitifnya adalah nyamuk Anopheles betina. P.ovale menyebabkan malaria ovale.
Plasmodium falciparum
Hospes perantaranya adalah manusia dan hospes definitifnya adalah nyamuk Anopheles betina. P.falciparum menyebabkan malaria falsiparum atau
malaria tropika atau malaria tersiana maligna. c. Epidemiologi
Infeksi malaria tersebar pada lebih dari 100 negara di benua Afrika, Asia, Amerika (bagian selatan) dan daerah Oceania dan kepulauan Caribia. Lebih dari 1.6 triliun manusia terpapar oleh malaria dengan morbiditas 200-300 juta dan mortalitas lebih dari 1 juta pertahun. Beberapa negara yang bebas malaria yaitu Amerika Serikat, Kanada, negara di eropa (kecuali Rusia), Israel, Singapura, Hongkong, Jepang, Taiwan, Korea, Brunei, dan Australia. Negara tersebut terhindar dari malaria karena vektor kontrolnya yang baik, walaupun demikian banyak dijumpai kasus malaria yang di import karena pendatang dari negara
malaria ataupun penduduknya mengunjungi daerah-daerah malaria.
Plasmodium falciparum dan Plasmodium Malariae umumnya di jumpai pada semua negara dengan malaria; Afrika, Haiti dan Papua Nugini umumnya Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax banyak di Amerika Latin. Di Amerika Selatan, Asia Tenggara, negara Oceania dan India umumnya Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax. Plasmodium ovale biasanya hanya di Afrika. Di Indonesia kawasan Timur mulai dari Kalimantan, Sulawesi Tengah sampai Utara, Maluku, Irian Jaya dan dari Lombok sampai Nusa Tenggara Timur serta Timor Timur merupakan daerah endemis malaria dengan Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax. Beberapa daerah di Sumatera mulai dari Lampung, Riau, Jambi dan Batam kasus malaria cenderung meningkat.
d. Patogenesis
e. Manifestasi klinis
Malaria mempunyai gambaran karakteristik demam periodik, anemia dan splenomegali. Masa inkubasi bervariasi pada masing – masing Plasmodium. keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya demam berupa lesu, malaise, sakit kepala, anoreksia, perut terasa tidak enak.
Keluhan prodromal sering terjadi pada P.vivax dan P ovale. Gejala yang klasik yaitu terjadinya “trias malaria” secara berurutan periode dingin ( 15 – 60 menit) yaitu penderita mulai menggigil, sering membungkus diri dengan selimut atau sarung dan pada saat menggigil seluruh badan bergetar dan gigi saling terantuk diikuti dengan meningkatnya temperatur, diikuti dengan periode panas yaitu penderita muka penderita berwarna merah, nadi cepat, dan panas badan tetap
tinggi beberapa jam, diikuti dengan keadaan berkeringat. Kemudian periode berkeringat yaitu penderita berkeringat banyak dan temperatur turun dan penderita merasa sehat. Trias malaria lebih sering terjadi pada infeksi P. vivax.
Anemia merupakan gejala yang sering di jumpai pada infeksi malaria . Beberapa keadaan klinik dalam perjalanan infeksi malaria ialah :
Serangan primer : yaitu keadaan mulai dari akhir masa inkubasi dan mulai terjadi serangan paroksismal yang terdiri dari dingin, panas, berkeringat. Serangan paroksismal ini dapat pendek atau panjang tergantung dari perbanyakan parasit dan keadaan imunitas penderita.
Periode laten : yaitu periode tanpa gejala dan tanpa parasitemia selama terjadinya malaria. Biasanya terjadi diantara dua keadaan paroksismal.
Recrudescense : berulangnya gejala klinik dan parasitemia dalam masa 8 minggu sesudah berakhirnya serangan primer. Recrudescense dapat terjadi berupa berulangnya gejala klinik sesudah priode laten dari serangan primer. Relaps atau rechute : ialah berulangnya gejala klinik atau parasitemia yang
lebih lama dari waktu diantara serangan periodik dari infeksi primer yaitu setelah periode yang lama dari masa laten(sampai 5 tahun), biasanya terjadi karena infeksi tidak sembuh atau oleh bentuk di luar eritrosit (hati) pada malaria vivaks atau ovale.
Plasmodium Masa inkubasi (hari) Tipe panas (jam)
Relaps Rekrudensi Manifestasi Klinis Falciparum 12 (9-14) 24, 36,48 -- + Gejala gastrointestinal, hemolisis, anemia, ikterus, hemoglobinuria, syok, algid malaria, gejala serebral, edema paru, hipoglikemi, gangguan kehamilan, kelainan retina, kematian
Vivax 13(12-17) 48 ++ -- Anemia kronik,
splenomegali, ruptur limpa
Ovale 17 (16-18) 48 ++ -- Sama seperti
P.Vivax
Malariae 28 (18-40) 72 -- + Rekrudensi
sampai 50 tahun, splenomegali
menetap, limpa jarang ruptur,
sindroma nefrotik f. Diagnosis dan diagnosis banding
Anamnesis
Keluhan utama yang sering muncul adalah trias malaria. Sumber penyakit harus ditelusuri, apakah pernah bepergian dan bermalam di daerah endemik malaria dalam satu bulan terakhir, apakah pernah tinggal di daerah endemik, apakah pernah penderita penyakit ini sebelumnya, dan apakah pernah meminum obat malaria. Kecurigaan malaria berat dapat dilihat dari adanya gejala seperti gangguan kesadaran, kelumpuhan otot, kejang-kejang, kekuningan pada mata atau kulit, adanya pendarahan hidung atau gusi, muntah darah atau berak darah.
Pemeriksaan fisik
Pasien mengalami demam 37,5-40C, serta anemia yang dibuktikan dengan konjungtiva palpebra yang pucat. Penderita sering disertai splenomegali dan hepatomegali. Bila terjadi serangan malaria berat, gejala dapat disertai dengan syok yang ditandai dengan menurunnya tekanan darah, nadi berjalan cepat dan lemah, serta frekuensi napas meningkat.
Diagnosis banding
Demam : infeksi virus pada sistem respirasi, influenza, bruselosis, demam tifoid, demam dengue, dan infeksi bakteri lainnya.
Pada malaria ikterus : demam tifoid dengan hepatitis, kolesistisis, abses hati, dan leptospirosis.
Malaria serebral : meningitis, ensefalitis, tifoid ensefalopati, tripanososmiasis.
g. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan tetes darah untuk malaria
Pemeriksaaan mikroskopik darah tepi untuk menemukan adanya parasit malaria sangat penting untuk menegakkan diagnosis. Pemeriksaan satu kali dengan hasil negatif tidak mengenyampingkan dignosis malaria. Pemeriksaan darah tepi 3 kali dan hasil negatif maka diagnosis malaria dapat dikesampingkan. Pemeriksaan pada saat penderita demam atau panas dapat meningkatkan kemungkinan ditemukannya parasit. Pemeriksaan parasit malaria melalui aspirasi sumsum tulang belakang hanya untuk maksud akademis dan tidak sebagai cara diagnosis yang praktis.
-
Tetesan darah tebal.Merupakan cara terbaik untuk menemukan parasit malaria karena tetesan darah cukup banyak dibandingkan preparat darah tipis. Pemeriksaan parasit dilakukan selama 5 menit (diperkirakan 100 lapang pandangan dengan pembesaran kuat). Preparat dinyatakan negatif bila setelah diperiksa 200 lapang pandangan dengan pembesaran kuat 700-1000 kali tidak ditemukan parasit.
Digunakan untuk identifikasi Plasmodium. Kepadatan parasit dinyatakan sebagai hitung parasit ( parasite count ), dapat dilakukan berdasarkan jumlah eritrosit yang mengandung parasit per 1000 sel darah merah. Bila jumlah parasit > 10000/ul darah menandakan infeksi yang berat. Hitung parasit penting untuk menentukan prognosa penderita malaria, walaupun
komplikasi juga dapat timbul dengan jumlah parasit yang minimum. Tes antigen : P-F test
Yaitu mendeteksi antigen dari P. falciparum ( Histidine Rich Protein II).
Deteksi sangat cepat hanya 3-5 menit, tidak memerlukan latihan khusus, sensitivitasnya baik, tidak memerlukan alat khusus. Deteksi untuk antigen
vivax sudah beredaran di pasaran yaitu dengan metode ICT. Tes sejenis dengan mendeteksi laktat dehidrogenase dari Plasmodium (pLDH) dengan cara immunochromatografic telah dipasarkan dengan nama tes OPTIMAL. Optimal dapat mendeteksi dari 0-20 parasit/ul darah dan dapat membedakan apakah infeksi P. falciparum atau P. vivax. sensitivitas sampai 95% dan hasil positif salah lebih rendah dari tes deteksi HRP-2. Tes ini sekarang dikenal sebagai tes cepat (rapid test ). Tes ini tersedia dalam berbagai nama tergantung pabrik pembuatnya.
Tes serologi
Tes serologi dengan memakai teknik indirect flourescent antibody test. Tes ini berguna untunk mendeteksi adanya antibodi spesifik terhadap malaria atau pada keadaan dimana parasit sangat minimal. Manfaat tes serologi terutama untuk penelitian epidemiologi atau alat uji saring donor darah. Titer >1:200 dianggap sebagai infeksi baru, dan test >1:20 dinyatakan positif. Metode tes serologi yang lain antara lain, indirect haemagglutination test, immuno-precipitation techniqu, ELISA test, radio-immunoassay.
Pemeriksaan PCR
Pemeriksaan ini dianggap sangat peka dengan teknologi amplifikasi DNA, waktu dipakai cukup cepat dan sensitivitas maupun spesifitasnya tinggi. Keunggulan tes ini walaupun jumlah parasit sangat sedikit dapat memberikan hasil yang positif. Tes ini baru dipakai sebagai sarana penelitian dan belum untuk pemeriksaan rutin.
h. Komplikasi
Malaria serebral Gagal ginjal akut Kelainan hati Hipoglikemia
Blackwater fever (Malaria haemoglobinuria) : sindrom dengan karakteristik serangan akut, menggigil, demam, hemolisis intravaskular, hemoglobinemi, hemoglobinuri, gagal ginjal.
Malaria algid : terjadi syok vaskular yang ditandai dengan hipotensi, perubahan tahanan perifer, dan berkurangnya perfusi jaringan.
Kecenderungan pendarahan Edema paru
Hiponatremia
Gangguan metabolik lainnya : hipermagnesemia, hipoalbuminemia, dll. i. Penatalaksanaan
Berdasarkan suseptibilitas berbagai stadium parasit malaria, maka obat malaria dibagi dalam 5 golongan:
1. Skizontosida jaringan primer : proguanil, pirimerin, dapat membasmi parasit praeritrosit sehingga mencegah masuknya parasit ke dalam eritrosit, dapat
digunakan sebagai profilaksis kasual.
2. Skizontosida jaringan sekunder : primakuin, dapat membasmi parasit daur eritrosit atau stadium jaringan. P.vivax dan P.ovale digunakan untuk pengobatan radikal sebagai obat anti relaps.
3. Skizontosida darah : membasmi parasit stadium eritrosit, yang berhubungan dengan penyakit akut disertai gejala klinis. Skizontosida darah juga mengeleminasi stadium seksual di eritrosit P.vivax, P.ovale dan P.malariae, tetapi tidak efektif terhadap gametosit P.falciparum yang matang. Skizontosida darah yang ampuh adalah kina, amodikuin, halofatrine, golngan artemisisin sedangkan efeknya terbatas adalah proguanil dan pirimetin.
4. Gametosida : mengeleminasi stadium seksual termasuk gametosit P.falciparum, juga mempengaruhi stadium perkembangan parasit malaria dalam nyamuk Anopheles. Beberapa obat gametosit bersifat sporontosida. Primakuin adalah gametosida untuk keempat spesies, sedangkan kina, klorokuin, amodiakuin adalah gemetosida untuk P.vivax, P.malariae, P.ovale.
5. Sporotonsida : mencegah ata menghambat gametosit dalam darah umtuk memebentuk ookista dan sporozoit dalam nyamuk Anopheles. Obat ini mencegah transmisi penyakit malaria dan disebut juga obat sporogonik. Obat yang termasuk golongan ini adalah primakuin dan proguanil.
Obat antimalaria
Klorokuin dan turunannya (klorokuin, amodiakuin, dan hidroksiklokuin)
–
Farmakodinamiko Aktivitas antimalaria : hanya efektif terhadap parasit dalam fase
eritrosit. Efektivitasnya sangat tinggi terhadap Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, Plasmodium ovale, dan terhadap strain Plasmodium falciparum yang sensitif klorokuin. Demam akan hilang dalam 24 jam dan sediaan hapus darah, umumnya negatif dalam waktu 48-72 jam.
o Mekanisme kerja obat : menghambat aktifitas polymerase heme
plasmodia
o Resistensi terhadap klorokuin ditemukan pada Plasmodium falciparum
yang melibatkan berbagai mekanisme genetic yang kompleks
–
Farmakokinetiko Absorbsi : setelah pemberian oral terjadi lengkap dan cepat, dan
adanya makanan mempercepat absorbsi ini.
o Kadar puncak dalam plasma dicapai setelah 3-5 jam. Kira-kira 55%
dari jumlah obat dalam plasma akan terikat pada non-diffusible plasma constituent.
o Metabolisme : berlangsung lambat sekali
o Ekskresi : metabolit klorokuin (monodesetilklorokuin dan
bisdesitilklorokuin) diekskresi melalui urin.
–
Efek sampingo Sakit kepala ringan, gangguan pencernaan, gangguan penglihatan, dan
gatal-gatal.
o Pengobatan kronik sebagai terapi supresi kadang kala menimbulkan
sakit kepala, penglihatan kabur, diplopia, erupsi kulit, rambut putih, dan perubahan gambaran EKG.
o Dosis tinggi parenteral yang diberikan secara cepat dapat
menimbulkan toksisitas terutama pada sistem kardiovaskular berupa hipotensi, vasodilatasi, penekanan fungsi miokard, yang pada akhirnya dapat menyebabkan henti jantung.
–
Kontra indikasio Pada pasien dengan penyakit hati atau pada pasien dengan gangguan
saluran cerna
o Tidak dianjurkan dipakai bersama fenilbutazol atau preparat yang
mengandung emas karna menyebabkan dermatitis
o Tidak dianjurkan dipakai bersama meflokuin karna akan meningkatkan
resiko kejang
o Tidak dianjurkan dipakain bersama amiodaron atau halofantrin karna
akan meningkatkan resiko terjadinya aritmia jantung Pirimetamin
Turunan pirimidin yang berbentuk bubuk putih, tidak terasa, tidak larut dalam air, dan hanya sedikit larut dalam asam klorida.
–
Farmakodinamiko Merupakan skizontosid darah yang bekerja lambat o Waktu paruhnya lebih panjang dibanding proguanil
o Dalam bentuk kombinasi, pirimetamin dan sulfadoksin digunakan
secara luas untuk profilaksis supresi malaria, terutama yang disebabkan oleh strain Plasmodium falciparum yang resisten terhadap klorokuin.
o Mekanisme kerja : pirimetamin menghambat enzim dihidrofolat
reduktase plasmodia yang bekerja dalam rangkainan reaksi sintesis purin, sehingga penghambatannya menyebabkan gagalnya pembelahan
inti pada pertumbuhan skizon dalam hati dan eritrosit.
o Kombinasi dengan sulfonamid memperlihatkan sinergisme karena
keduanya mengganggu sintesis purin pada tahap yang berurutan.
o Resistensi pada pirimetamin dapat terjadi pada penggunaan yang
berlebihan dan jangka lama yang menyebabkan terjadinya mutasi pada gen-gen yang menghasilkan perubahan asam amino sehingga mengakibatkan penurunan afinitas pirimetamin terhadap enzim dihidrofolat reduktase plasmodia .
–
Farmakokinetiko Absorbsi : melalui saluran cerna, berlangsung lambat tetapi lengkap. o Kadar puncak plasma dicapai dalam waktu 4-6 jam.
o Ditimbun terutama di ginjal, paru, hati, dan limpa.
o Ekskresi : lambat dengan waktu paruh kira-kira 4 hari dan
–
Efek sampingo Dengan dosis besar dapat terjadi anemia makrositik yang serupa
dengan yang terjadi pada asam folat. Primakuin
Turunan 8-aminokuinolon
–
Farmakodinamiko Efek toksisitasnya terutama terlihat pada darah.
o Aktifitas antimalaria : dalam penyembuhan radikal malaria vivax dan
ovale, karena bentuk laten jaringan Plasmodium ini dapat dihancurkan oleh primakuin.
o Golongan 8-aminokuinolon memperlihatkan efek gametosidal terhadap
ke-4 jenis plasmodium terutama Plasmodium falciparum.
o Mekanisme antimalaria : mungkin primakuin berubah menjadi
elektrolit yang bekerja sebagai mediator oksidasi-reduksi. Aktivitas ini membantu aktivitas anti malaria melalui pembentukan oksigen reaktif atau mempengaruhi transportasi elektron parasit.
–
Farmakokinetiko Absorbsi : setelah pemberian oral, primakuin segera diabsorbsi o Distribusi : luas ke jaringan
o Pada pemeriksaan dosis tunggal, konsentrasi plasma mencapai
maksimum dalam 3 jam dan waktu paruh eliminasinya 6 jam.
o Metabolisme : berlangsung cepat, metabolisme oksidatif primakuin
menghasilkan 3 macam metabolit utama pada manusia dan merupakan metabolit yang tidak toksik, sehingga metabolit lain memiliki aktivitas hemolitik yang lebih besar dari primakuin.
o Ekskresi : hanya sebagian kecil dari dosis yang diberikan yang
diekskresi ke urin dalam bentuk asal
–
Efek sampingo Yang paling berat adalah anemia hemolitik akut pada pasien yang
mengalami defisiensi enzim glukosa 6-fosfat dehidrogenase (G6PD).
o Dengan dosis yang lebih tinggi dapat timbul spasme usus dan
gangguan lambung. Dosis yang lebih tinggi lagi dapat menyebabkan sianosis.
–
Kontra indikasio Pada pasien sistemik yang berat yang cenderung mengalami
granulositopenia misalnya arthritis rheumatoid dan lupus eritematosus.
o Tidak dianjurkan diberikan bersamaan dengan obat lain yang dapat
menimbulkan hemolisis dan obat yang dapat menyebabkan depresi sumsum tulang.
o Tidak diberikan pada wanita hamil
Kina dan Alkaloid sinkoma
o Kina dan kuinidin serta sinkonin dan sinkonidin
o Kuinidin 2 kali lebih kuat dari pada kina, kekuatan 2 alkaloid lainnya
hanya setengah dari kina
o Kuinidin sebagai antimalaria lebih kuat dari kina, tetapi juga lebih toksik
o Kina beserta pirimetamin dan sufadoksin masih merupakan regimen
terpilih untuk Plasmodium falciparum yang resisten terhadap klorokuin.
o Kina terutama berefek skizontosid darah dan juga berefek gametosid
terhadap Plasmodium vivaxdan Plasmodium malariae
o Untuk terapi supresi dan serangan klinik, obat ini lebih toksik dan
kurang efektif dibanding dengankan dengan klorokuin.
o Mekanisme kerja : bekerja di dalam organel (vakuol makanan)
Plasmodium falciparum melalui penghambatan aktivitas heme polymerase, sehingga terjadi penumpukan substrat yang bersifat
sitotoksik yaitu heme.
–
Farmakokinetiko Absorbsi : baik terutama melalui usus halus bagian atas
o Kadar puncak dalam plasma dicapai dalam 1-3 jam setelah suatu dosis
tunggal
o Distribusi : luas, terutama ke hati dan melalui sawar urin, tetapi kurang
ke paru, ginjal, dan limpa.
o Metabolisme : didalam hati
o Ekskresi : hanya kira-kira 20% yang di ekskresi dalam bentuk utuh di
urin
o Waktu paruh eliminasi kina pada orang sehat 11 jam, sedangkan pada
pasien malaria berat 18 jam.
–
Efek sampingo Dosis terapi kina dapat menyebabkan sinkonisme yang tidak terlalu
memerlukan penghentian pengobatan. Gejalanya mirip salsilimus yaitu tinnitus, sakit kepala, gangguan pendengaran, pandangan kabur, diare, dan mual.
o Pada keracunan yang lebih berat terlihat gangguan gastrointestinal,
saraf, kardiovaskular, dan kulit. Lebih lanjut lagi terjadi gangguan ssp, seperti bingung, gelisah, dan delirium. Pernapasan mula-mula dirangsang, lalu dihambat, kulit menjadi dingin dan sianosis, suhu kulit dan tekanan darah menurun, akhirnya pasien meninggal karena henti napas.
o Pada wanita hamil yang menderita malaria terjadi reaksi
hipersensitivitas kina yang menyebabkan black water fever dengan gejala hemolisis berat, hemoglobinemia, dan hemoglobinurin.
–
Indikasio Untuk terapi malaria Plasmodium falciparum yang resisten terhadap
klorokuin Tatalaksana
1. Malaria vivax
Prinsip dasar pengobatan malaria vivaks adalah pengobatan radikal yang ditujukan terhadap stadium hipnozoit di sel hati dan stadium lain yang berada di eritrosit.
P.vivax yang mulai resisten terhadap klorokuin yang diberikan selama tiga hari disertai primakuin selama 14 hari. Dengan cara ini, maka primakuin akan bersifat sebagai skizontisida darah selain membunuh hipnozoit di sel hat. Obat lain yang sebagai alternatif yang dapat diberikan adalah
atesunat-amodikuin, dihidroartemisinin-piperakuin, atau non-altemisinin seperti meflokuin dan atovaquone-proguanil.
2. Malaria malariae
Penderita malaria malariae dapat diobati dengan pemberian klorokuin basa yang akan mengeleminasi semua stadium di sirkulasi darah. P.malariae sensitif terhadap obat antimalaria baru seperti artemisin dan pironaridin. 3. Malaria falsiparum
Penderita malaria falsiparum tanpa komplikasi sebaiknya diberikan drug of choice kombinasi artemisin, misalnya artesunat – amodikuin (masing-masing 3 hari) per oral tanpa menunggu penderita jatuh dalam malaria berat, dosis artesunat adalah 4 mg/kgBB/hari selama 3 hari, sedangkan amodikuin basa 10 mg/kgBB/hari selama 3 hari. Kombinasi artemisin lainnya adalah artemer-lumefantrine selama 3 hari dan dihidroartemisin-piperakuin selama 2 atau 3 hari. Bila terjadi kegagalan pengobatan dapat diberikan kombinasi kina dan doksisiklin. Dosis kina adalah 3x10 mg/kgBB/hari dan doksisiklin 100 mg/kgBB/hari, masing-masing selama 7 hari.
Pada penderita malaria falciparum berat dapat diberikan suntikan sodium artesunat (intramuskular dan intravena) atau artemeter (intramuskular) selama 5-7 hari. Dosis awal artesunat 2,4 mg/kgBB i.m. diikuti 1,2 mg/kgBB setiap 24 jam, selama 6 hari. Dosis awal artemeter 3,2 mg/kgBB i.m. pada hari ke-1, diikuti 1,6 mg/kgBB sampai hari ke-6. Pemberian lebih lanjut dengan pemberian kombinasi kina dan doksisiklin per oral dapat dipertimbangkan bila dikuatirkan terjadi rekrundensensi (kekambuhan disebabkan oleh proliferasi stadium eritrosit). Peningkatan gametosit setelah pemberian artemisinin bukan merupakan indikasi terjadinya kegagalan pengobatan.
Malaria pada kehamilan
Malaria sering dijumpai pada kehamilan trisemester I dan II dibandingkan pada wanita tidak hamil. Pencegahan terhadap malaria pada ibu hamil dengan pemberian klorokuin 250 mg tiap minggu mulai dari kehamilan trisemester III
sampai 1 bulan postpartum. j. Kemoprofilaksis
Tujuannya adalah untuk mengurangi risiko terinfeksi malaria, sehingga bila terinfeksi maka gejala klinisnya tidak berat. Kemoprofilaksis ditujukan bagi orang yang bepergian ke daerah endemik malaria dalam waktu yang tidak terlalu lama. Untuk kelompok atau individu yang akan bepergian atau bertugas dalam jangka waktu lama sebaiknya menggunakan self protection. Kemoprofilaksis ditujukan untuk infeksi P.falciparum karena virulensinya tinggi, dengan pemberian doksisiklin setiap hari dengan dosis 2mg/kgBB selama tidak lebih dari 4-6 minggu. Doksiksiklin tidak boleh diberikan pada ibu hamil dan anak usia <8 tahun. Kemoprofilaksis pada P.vivax adalah dengan pemberian klorokuin dengan dosis 5 mg/kgBB setiap minggu, diminum 1 minggu sebelum masuk ke daerah endemik sampai 4 minggu setelah kembali. Klorokuin tidak boleh digunakan lebih dari 3-6 bulan.
k. Pencegahan
Berbasis masyarakat
-
Pola perilaku hidup bersih dan sehat-
Menemukan dan mengobati penderita sedini mungkin-
Melakukan penyemprotan Berbasis pribadi
-
Pencegahan gigitan nyamuk-
Pengobatan profilaksis bila akan memasuki daerah endemik-
Pencegahan dan pengobatan malaria pada wanita hamil-
Informasi tentang donor darah4. Memahami dan menjelaskan Gebrak Malaria (Gerakan Berantas Kembali Malaria) a. Definisi
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 293/MENKES/SK/IV/2009, Gebrak Malaria adalah gerakan nasional seluruh komponen masyarakat untuk memberantas malaria secara intensif melalui kemitraan antara pemerintah, dunia usaha, lembaga swadaya dan badan internasional serta penyandang dana.
b. Tujuan
Tujuan pemberantasan adalah untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian, sehingga tidak lagi merupakan masalah kesehatan masyarakat. Pemberantasan dilakukan dengan mematahkan mata rantai daur hidup parasit, yaitu dengan memusnahkan parasitnya dalam badan manusia dengan pengobatan atau memusnahkan nyamuk vektornya dengan berbagai cara.
c. Pelaksanaan
Program pemberantasan malaria yang saat ini dilakukan meliputi 8 kegiatan antara lain :
Diagnosis awal dan pengobatan yang tepat
Program kelambu dengan insektisida
Penyemprotan
Pengawasan deteksi aktif dan pasif Survei demam dan pengawasan migran
Deteksi dan kontrol epidemik
Langkah-langkah lain seperti larvaciding Peningkatan kemampuan (capacity building )