• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam konteks branding desa yang baru pada tahap awal, protokol branding dapat dimanfaatkan sedini mungkin :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Dalam konteks branding desa yang baru pada tahap awal, protokol branding dapat dimanfaatkan sedini mungkin :"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Pemanfaatan perangkat branding untuk membangun citra positif brand

tempat telah dipilih menjadi strategi pembangunan lokal mengatasi

hambatan pemasaran produk dan jasa

• Program OVOP yang diinisiasi pedesaan di Jepang memanfaatkan protokol tersebut mengatasi hambatan daya saing produk pedesaan untuk menembus pasar nasional dan global.

Dalam konteks branding desa yang baru pada tahap awal, protokol branding

dapat dimanfaatkan sedini mungkin :

• sebagai perencanaan pembangunan desa secara (brand desa);

(3)

Branding tempat adalah pendekatan pembangunan endogenus :

Pembangunan endogenus mendorong pembangunan pedesaan

melalui aktivitas berorientasi komunitas memanfaatkan sumber daya

dan pengetahuan lokal.

Pembangunan Pedesaan Endogenus sebagai berikut :

diversifikasi, kelentingan, berkelanjutan;

determinasi lokal;

kontrol lokal;

penyimpanan keuntungan secara lokal;

sumber daya lokal (alam, manusia dan budaya);

penetapan harga terhadap “lokal” dan “tempat”;

pasca produktivitas;

(4)

Desa dalam konteks undang – undang (6/2014) desa adalah

“tempat”. Karenanya, desa dapat menjadi objek praktek

branding tempat :

Dalam konteks branding tempat, desa dapat saja menjadi brand

payung (umbrella brand) atau brand produk (product brand).

Atau, sebagai brand payung desa diisi oleh beragam brand

produk.

Brand korporat adalah brand yang diaplikasikan untuk produk

dan jasa dalam kerangka kerja organisasi korporat. Brand

tempat adalah aplikasi brand untuk produk dan jasa dalam

kerangka kerja politik/geografi.

(5)

Brand Korporat Brand Tempat

Komponen tunggal produk/jasa Banyak komponen produk/jasa Hubungan kohesif dengan pemangku

kepentingan

Hubungan terfragmentasi dengan pemangku kepentingan

Kompleksitas organisasi rendah Kompleksitas organisasi tinggi Fungsional Eksperensial/Hedonis

Orientasi individual Orientasi kolektif

Koheren dengan subbrand Ketidakseimbangan dan persaingan dengan subbrand

Perusahaan swasta Kemitraan publik dengan swasta Tanpa peran pemerintah Dengan peran pemerintah

Konsisten dengan atribut produk Atribut produk bersifat musiman

Fleksibel dalam penawaran produk Kurang fleksibel dalam penawaran produk

(6)

(Pike 2007 dalam Rausch, 2008: 139 – 140)

Dimensi ekonomi tempat bentuk materinya : efisiensi, kemakmuran, kualitas, nilai dan lain – lain. Bentuk simboliknya adalah pusaka, reputasi, status, tradisi dan lain – lain.

Dimensi masyarakat tempat bentuk materinya adalah sejarah, bahasa, tengeran,

demografi dan lain – lain. Bentuk simboliknya: memori, keajegan, reputasi, gaya, saling percaya dan lain – lain.

Bentuk dimensi tempat politik adalah administrasi, institusi, kepemimpinan dan lain – lain. Bentuk simboliknya adalah kompetensi, kharisma, tradisi, visi dan lain – lain.

Dimensi budaya tempat bentuk materinya : artefak (benda – benda), cerita rakyat, mitos, cerita – cerita, teks dan lain – lain. Bentuk simboliknya : ikon, identitas, reputasi, tradisi, penanda visual dan lain – lain.

Dimensi ekologi tempat: karakteristik, lingkungan, lansekap dan lain – lain. Bentuk simboliknya: otentisitas, kualitas, keunikan, dan lain – lain.

Dan dimensi geografi tempat: lokal, lokasi dalam ruang dan waktu, dan lain – lain. Bentuk simboliknya: kepemilikan, pusaka, sejarah, memori, sense terhadap tempat, dan lain – lain.

(7)

(Simon Anholt, 2007 : 4 – 7)

Brand adalah produk, jasa atau organisasi yang

dipertimbangkan apabila dikombinasikan dengan nama,

identitas, dan reputasi.

Branding adalah proses perancangan, perencanaan dan

pengomunikasian nama dan identitas dalam rangka

membangun atau mengelola reputasi.

Empat aspek dari brand, yaitu identitas brand (brand

identity), citra brand (brand image), maksud/tujuan brand

(brand purpose) dan ekuitas brand (brand equity).

(8)
(9)

Desa yang memiliki identitas berdaya saing mengacu kepada:

UU No 6/2014 dan peraturan turunannya; Data Podes 2014;

Dan Permendagri No 39 tahun 2015 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan

Disusunlah Indeks Pembangunan Desa (IPD) 2014. IPD tersebut mencakup lima dimensi:

(1) pelayanan dasar ; (2) kondisi infrastruktur; (3) aksesibilitas/transportasi;

(4) pelayanan publik;

dan (5) penyelenggaraan pemerintahan.

Di samping kelima dimensi tersebut, perlu ditambahkan tiga dimensi lain untuk mengonstruksi desa sebagai brand tempat endogenus. Tiga dimensi tersebut :

(6) produk; (7) budaya;

dan (8) destinasi.

Tiga dimensi tambahan tersebut hanya mungkin terjadi jika lima dimensi sebelumnya bekerja. Jadi, tiga dimensi dapat saja dikatakan turunan /hasil yang emerge dari kinerja lima dimensi. Lima dimensi dan tiga dimensi menjadi identitas desa berdaya saing

(10)
(11)

(Vancaly, 2011 : 70-71)

Makanan khas daerah

Festival daerah Situs

terasosiasi dengan seniman Situs industri Minuman khas daerah

Situs arsitektur Situs

keagamaan

Situs sejarah Cerita rakyat Situs musik

(gedung pertujukan)

Situs olah raga Situs kriminal

Bahasa dan dialek daerah

Situs film Situs

politik/ideologi Situs indigenus/arke ologi Seni dan kerajinan daerah Situs kesusasteraan

Situs militer Situs

(12)

(Ray, 2001)

Aset budaya berbasis tempat tersebut sebagai penanda budaya

suatu teritori. Penanda budaya tersebut merentang dari:

makanan, bahasa dan dialek, kerajinan, cerita rakyat, seni visual,

drama, kesusasteraan, sejarah, situs – situs pra sejarah, lansekap

dan flora serta fauna yang terasosiasi.

Para pihak mengontrol ekonomi lokal dengan melakukan penilaian

ulang terhadap tempat melalui identitas budaya, yang dinamakan

dengan pendekatan pembangunan berbasiskan ekonomi budaya.

Ekonomi terkait dengan relasi sumber daya, produksi, dan

konsumsi di mana budaya mereorganisasikan ekonomi dalam skala

geografi, yaitu teritori budaya lokal.

(13)

(Ray, 2001)

Sumber ide ekonomi budaya ada 3 (tiga), yaitu perubahan keadaan

dari pasca industri kapitalis konsumen. Kapitalis konsumen

menciptakan kesamaan dalam produk dan jasa (McDonalisasi),

memberikan pilihan yang seragam. Ini menyebabkan lahirnya

tuntutan untuk memberikan pilihan atau diversifikasi terhadap

produk dan jasa.

Lintasan kebijakan rural EU. Lintasan kebijakan EU menunjukan

kecenderungan berpindah dari sektoral ke teritorial.

Pertumbuhan regionalisme sebagai gejala Eropa dan global. Ini

membuka peluang pembangunan ekonomi budaya di daerah rural.

Region – region juga sedang mencoba meningkatkan daya saing

dengan melakukan promosi terhadap region.

(14)

Empat Model Operasional

Ekonomi Budaya

(Ray, 2001)

• Model I adalah komodifikasi budaya lokal/regional. Esensinya adalah penciptaan dan penetapan nilai sumber daya – sumber daya yang memiliki identitas tempat dan dapat dipasarkan secara lansung atau menggunakan pemasaran teritori

• Model II terjadi sebagai konstruksi dan proyeksi identitas teritori (baru) kepada pihak luar. Model ini menekankan penggabungan sumber – sumber budaya kepada identitas korporat untuk tujuan promosi. Model ini lebih cocok sebagai inisiasi pengembangan teritorial baru dalam organisasi yang sudah eksis atau struktur kooperasi baru untuk terlihat menonjol dalam perdagangan yang lebih luas dan kebijakan lingkungan

• Model III masih menekankan kepada strategi teritorial tetapi lebih merupakan sebagai inisiatif baru teritorial terlibat dalam penjualan dirinya secara internal : kepada komunitas, bisnis, asosiasi dan badan – badan lokal.

• Model IV mendukung ekonomi lokal dengan membelokan sumber daya budaya hingga mampu membuka jalan untuk strategi pembangunan dalam berbagai cara, dan teritori dapat memilih salah satu atau beberapa opsi. Perhatian terhadap teritori dimulai dengan berpikir dalam terminologi mengolah repertoar pembangunan teritori itu sendiri. Repertoar adalah persediaan sumber daya atau teknik - teknik reguler yang digunakan. Pemilik

(15)
(16)

Sesi ini adalah pelatihan untuk Saudara – saudara membranding produk/jasa

budaya suatu desa. Perhatikan petunjuk di bawah :

1.

Branding desa adalah perencanaan dan perancangan pembangunan desa

(brand desa); dan produk turunannya di bidang ekonomi, pariwisata,

budaya dan lain – lain (brand produk).

2.

Saudara sebutkan nama satu desa dan berikan analisis ringkas tentang

kondisi geografi dan topografi; demografi; ekonomi; sosial dan budaya

3.

Tuliskan sejarah ringkas desa tersebut. (a) Kalau disebutkan nama desa

tersebut, apa asosiasiai pertama/utama yang muncul di benak Saudara? (b)

Mengapa nama desa tersebut dinamakan desa “a”? Apa asosiasinya?

4.

Gambarkan kondisi desa tersebut dalam lima dimensi identitas desa berdaya

saing? Dari gambaran tersebut, apa saja aset budaya desa tersebut? Dan

mengapa aset tersebut dapat disebutkan sebagai penanda teritori?

5.

Pilihlah satu aset budaya yang paling menjol dan deskripsikan elemen –

elemenya?

6.

Pilihlah salah satu model operasional yang paling sesuai untuk produk/jasa

budaya tersebut?

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan kriteria kesesuaian lahan tanaman wijen, pada kedua bagian lahan pasir pantai Kecamatan Puger yaitu pada bagian arah pasang surut air laut 1 (I.A) dan arah

3 Tahun 1976, sebagai akibat hukum dari pelaksanaan amandemen UUD Tahun 1945, khususnya tentang aturan kewarganegaraan, telah merubah paradigm hukum yang tadinya

Luk Ulo Melange Complex is situated in Central Java, this complex is characterized by the occurrence of Tertiary and Pre-Tertiary rocks as fragments embedded in sheared clay

Dengan demikian penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar kata yang telah dipadankan dalam bahasa Saluan memiliki variasi ditinjau dari daerah pengamatan, variasi

Menurut Labis (1992), daun kelapa sawit yang biasa diserang ulat api adalah daun ke 9-25 dari pangkal tanaman. Cendawan Entomopatogen Beauveria bassiana.. Beauveria bassiana

Hal ini sejalan dengan pernyataan Wea (2007) bahwa daerah NTT memiliki potensi untuk dikembangkan ternak babi, terutama babi lokal dan sebagai gambaran (Kecamatan Kelapa

Tujuan aplikasi caring pada klien menjelang ajal adalah memberikan perasaan tenang dan tentram kepada klien dalam menghadapi maut dengan memberikan bantuan fisik dan spiritual

Model analisis data yang digunakan untuk menganalisis dominasi daerah (kabupaten/kota) berdasarkan nilai tambah pertanian dikaitkan dengan penyerapan tenaga kerja dan