• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dari formula diatas dengan mempertimbangkan V = B + S, maka bisa dikonversikan kedalam bentuk lain yaitu (Awat, 1998, p.85-86):

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Dari formula diatas dengan mempertimbangkan V = B + S, maka bisa dikonversikan kedalam bentuk lain yaitu (Awat, 1998, p.85-86):"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

168 JURNAL EKSEKUTIIT, VOLUME 3, NOMOR 2, AGUSTUS2U06 (V) adalah gabungan antara market value ofdebt

outstanding (B) dan inarket value of stock out- standing (S) atau V = B

+

S, maka formula KO diatas bisa diganti menjadi:

Dari formula diatas dengan mempertim- bangkan V = B

+

S

,

maka bisa dikonversikan kedalam bentuk lain yaitu (Awat, 1998, p.85-86):

Dari hubungan ini terlihat bahwa K, diatas K, yaitu sebesar (KO

-

K, ) (BfS). dalam ha1 ini KO menunjukkan risiko bisnis yang dihadapi per- usahaan dari jumlah pendapatan, sedangkan pre- mi risiko bisnis ini bisa diperoleh sebesar (KO

-

KJ (BW.

Sesuai dengan formula diatas terlihat bah- wa masalah yang selalu muncul dalam analisa struktur modal yaitu menyangkut hubungan anta- ra KO

,

K, dan K. dengan struktur modal (BE). Teori struktur modal selalu mencari struktur mo- dal yang optimal dengan mencari nilai minimum dari KO (Overall capitalization rate) yang dalam ha1 ini merupakan biaya modal rata-rata tertim- bang (Weighted average cost of capital). EBIT (Earning Before Interest and Tax) bisa dimaksi- mumkan jika

KO

bisa diminimumkan.

Dalam memecahkan masalah di atas para ahli menggunakan pelbagai pendekatan. Artikel ini akan menguraikan secara ringkas beberapa pendekatan yang digunakan para ahli keuangan tersebut.

MACAM PENDEKATAN STRUKTUR

MODAL

Pendekatan Laba Bersih (Net Income Ap- proach)

Pada pendekatan laba bersih (NIA) dia- sumsikan bahwa investor mengkapitalisasi atau menilai tingkat laba perusahaan dengan tingkat kapitalisasi atau biaya modal sendiri (K,) berge- rak konstan dengan tidak terpengaruh oleh besar- nya struktur modal perusahaanlbegitu juga deng-

an tingkat hutang, bisa ditingkatkan ju~nlahn~a dengan tingkat biaya hutang (KJ yang konstan pula. Mengingat tingkat biaya modal sendiri (Kc) dan biaya hutang (K,) sifatnya adalah konstan, maka semakin banyak l~utang yang diambil oleh perusahaan akan mengakibatkan besarnya biaya modal rata-rata tertimbang atau Weighted Avera- ge Cost of Capital (KO) menjadi lebih kecil. Se- perti diketahui bahwa biaya modal sendiri (KJ merupakan ekspektasi dari pemegang saham ter. hadap return dari dana yang ditanam didalam perusahaan. Ekspektasi ini tentu akan lebih tinggi daripada biaya hutang (K,). pada pendekatan ini digambarkan biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) akan turun jika adanya penurunan penggunaan modal sendiri dan memperbanyak hutang yang relatif lebih murah dibanding deng- an modal sendiri tersebut. Dengan mendapatkan biaya modal rata-rata tertimbang yang lebih mu- rah, diharapkan akan menaikkan laba bersih peru- sahaan yang seterusnya akan menaikkan nilai perusahaan.

Pendeltatan Laba Operasi Bersih (Net Ope- rating Income Approach)

Pendekatan Laba operasi bersih atau Nel Operating Approach (NOI) melihat dari sudut pandang yang berbeda dibanding dengan Pende- katan Laba Bersih @I). Asumsi yang digunakan dalam pendekatan laba operasi bersih ini tetap menganggap biaya hutang (Kt) konstan. Sedang- kan pandangan investor mulai berubah terhadap biaya modal sendiri (K,). dengan semakin me- ningkatnya hutang yang diambil oleh perusahaan, akan mengakibatkan meningkat juga risiko yang akan dihadapi oleh perusahaan, akibatnya para investor menuntut adanya imbal h a i l yang lebih besar sebagai premi atas risiko yang mereka ha- dapi tersebut. Peningkatan biaya modal sendiri (K,) tersebut dan biaya hutang

(K,)

yang konstan mengakibatkan biaya rata-rata (K,)rnenjadi tetap tidak terjadi perubahan. Karena biaya rata-rata tersebut tidak mengalami perubahan, maka'nilai perusahaan juga tidak akan mengalami perubah- an.

Pendekatan ini menekankan bahwa harga saham dan nilai perusahaan tidak terpengaruh oleh adanya perubahan pada struktur modal (Van

(3)

Teddy Cltandra, Analisis tentang Pe~tdekatart-Pendekatalt dalam Penelitian Struktur Modal 169 lhnya nstan i (Kg) lstan, oleh biaya Vera- I. Se- w.) n ter- lalam inggi in ini bang iunan inyak ieng- atkan I mu- peru- nilai ope- 1 Net sudut ende- iakan tetap dang- mdap I me- .haan, Yang para lebih :a ha- endiri ~nstan tetap a-rata I' nilai ubah- harga garuh (Van

-

I.

Horne, 1999, p.253). Pada pendekatan ini struk- tilr modal yang optimal dianggap tidak ada, da- lam artian seniua struktur modal dianggap sama dan tidak akac mempengaruhi harga saham dan nilai perusahaan.

pendelatan Tradisional

Pendekatan tradisional merupakan pende- katan yang menjadi jalan tengah dari pendekatan laba bersih (N1) dan peedekatan laba operasi ber- sih (NOI) yang sangat ekstrim tersebut. Pende- katan yang banyak dianut oleh para praktisi dan akademisi ini mengasumsikan penambahan hu-

tang hingga pada batas tertentu, risiko perusaha- an tidak mengalami perubahan. Karena tidak ada- nya perubahan pada risiko akibat penambahan hutang tersebut, maka biaya hutang (K,) dan biaya modal sendiri (K,) relatif tidak mengalami perubahan atau berada pada posisi konstan. Se- perti juga pada pendekatan laba bersih (NI) deng- an kondisi biaya hutang (K,) dan biaya modal sendiri (K,) yang konstan mengakibatkan biaya modal rata-rata tertimbang

(KO)

menjadi turun. Tetapi penambahan hutang secara terus menerus setelah melewati batas tersebut akan mengakibat- kan pqmegang saham mulai berpikir untuk me- nuntut adanya premi risiko. Tuntutan premi risi- ko inilah yang mengakibatkan adanya kenaikan biaya modal sendiri

(K,).

Karena kenaikan biaya modal sendiri (K,) lebih besar dibanding dengan penurunan biaya liutang (K,), mengakibatkan bia- ya modal rata-rata tertimbang yang semula sudah menurun menjadi naik. Efek yang terjadi pada nilai perusahaan yang semula naik karena adanya penurunan biaya modal rata-rata tertimbang (KO) menjadi turun setelah biaya modal rata-rata ter- timbang

(KO)

terjadi kenaikan. Pendekatan tradi- sional ini mengakui adanya struktur modal yang optimal yang bisa meningkatkan total nilai peru- sahaan (Van Horne, 1999, p.254). kondisi struk- tur modal yang optimal akan tercapai saat nilai perusahaan mencapai maksimum (V) dan biaya modal rata-rata tertimbang (KO) mencapai tingkat yang paling minimum.

Pendeltatan Modigliani

-

Miller (MM) Tanpa Pajalc

Modigliani dan Millcr (MM) meneliti ten- tang hubungan antara struktur modal dengan bia- ya modal (cost of capita[) dan mendukung pen- dekatan laba operasi bersih (NOI). Mereka me- nentang pendekatan tradisional dengan penjelas- an perilaku biaya modal rata-rata tertimbang (KO) yang menurun dan naik setelah mencapai batas struktur modal yang optimal (Van Horne, 1999, p.255). Pada masa ini MM mendukung kesim- pulan pendekatan laba operasi bersih yang me- nyatakan tidak ada struktur modal yang optimal. MM memperketat asumsi-asumsi dalam peneli- tiannya. Bukan hanya tidak ada pajak, tetapi juga pasar modal dianggap sempurna atau efisien se- hingga tidak ada biaya dalam transaksi, harapan

Earning Before Interest and Tax (EBIT) peru- sahaan ole11 semua investor dianggap sama, se- hingga investor dianggap memiliki harapan yang sama terhadap EBIT maupun risiko yang akan dihadapi. Disamping itu MM juga membuat asumsi risiko bisnis yang dihadapi oleh perusaha- an adalah sama. Asumsi yang paling penting da- lam penelitian ini adalah tidak ada pajak, walau- pun kemudian pernyataan ini terpaksa dikoreksi lagi.

Pendekatan Modigliani

-

Miller (MM) Dengan Pajalc

Pendekatan Modigliani

-

Miller tanpa pa- iak diatas dipublikasi pertama kali pada tahun i958. Pada tahun 1963, ~ o d i ~ l i a n i -Miller kem- bali mengkoreksi asumsi yang sudah dibuat yaitu dengan memasukkan unsur pajak dalam analisa- nya. Dengan adanya pajak perusahaan ini, MM mulai mempertimbangkan kebenaran pendekatan laba bersih (NI) yaitu perubahan struktur modal akan mempengaruhi nilai perusahaan. Jika argu- mentasi pendekatan laba bersih (NI) Durand menganggap nilai perusahaan akan meningkat dengan adanya penambahan hutang yang akan mengakibatkan menurunnya biaya modal rata- rata tertimbang (WACC). Pada pendekatan MM dengan pajak ini, nilai perusahaan akan mening- kat juga karena adanya peningkatan pemakaian hutang perusahaan, tetapi pengurangan biaya mo- dal rata-rata tertimbang (WACC) terjadi akibat

(4)

170 JURNAL EKSEKUTIF, VOLUME 3, NOMOR

adanya tax saving atau penghernatan pajak kare- na meningkatnya biaya bunga (a Tax Deductible Expence). Dengan kata lain, jika ada dua peru- sahaan yang memperoleh laba operasi (EBIT) yang sama, perusahaan yang pertama mengguna- kan hutang (leverage firm) untuk membiayai perusahaannya (dengan membayar bunga) se- mentara yang lain tidak menggunakan hutang (unleverage firm) dalam membiayai perusahaan- nya. Perusahaan pertama akan membayar pajak penghasilan perusahaan yang lebih kecil diban- ding dengan perusahaan kedua, akibat dari peng- hematan pajak penghasilan dari adanya biaya bunga yang dibayar. Dengan membayar pajak penghasilan perusahaan yang lebih kecil diban- ding dengan perusahaan yang tidak mengguna- kan hutang (unleverage) &an mengakibatkan la- ba perusahaan perlembar saham (Earning Per Share) akan lebih besar yang seterusnya akan meningkatkan nilai perusahaan.

Untuk mengambarkan keterkaitan antara struktur modal yang memasukkan unsur modal dengan nilai perusahaan, bisa dilihat dari model yang ditawarkan oleh MM sebagai berikut (Brig- ham & Daves, 2004, p.528):

Dimana disini dikatakan Value of levera- gedfirm (VL) sama dengan Value ofunleveraged firm (VU) ditambah dengan jumlah pajak peru-

sahaan dikalikan dengan jumlah hutang. Pendekatan Miller Model

Pada tahun 1976 Merton 1-1. Miler mengo- reksi model MM dengan tetap memperhatikan pajak. Koreksi yang dilakukan oleh Miller adalah dengan memperhatikan adanya pajak pribadi atau perorangan. Pajak perorangan yang dimaksud adalah pajak pribadi (Ts) untuk penghasilan dari saham dan penghasilan dari obligasi (Td). Miller membuat model dasar sama dengan model MM yaitu :

V L = V U + T . D Dimana

2, AGUSTUS 2006

Sehingga (Brigham & Daves, 2002, p.535):

dimana:

T, : Pajak Perusahaan (Corporate Tax Rate) Ts : Pajak Perseorangan dari penghasilan saham

(Personal Tax Rate on Stock Income). Td : Pajak Perseorangan dari penghasilan obli-

gasi (Personal Tax Rate on Bond Income). D : Hutang Perusahaan.

Dalam analisanya Miller mengasumsikan bahwa jika tidak adanya pajak, maka pajak peru- sahaan (Tc), pajak perseorangan dari penghasilan saham (Ts), pajak perseorangan dari penghasilan obligasi (Td) yaitu semua sama dengan no1 (0). Sehingga model Miller akan menjadi sama dengan model MM tanpa pajak yaitu VL = VU.

Sernentara jika hanya pajak pribadi yang tidak ada, maka hanya pajak perseorangan dari penghasilan saham (Ts) dan pajak perseorangan dari penghasilan obligasi (Td) yang sama dengan no1 (0). Akibat pada model Miller yaitu sama dengan model MM dengan pajak yaitu VL = VU + T D. -

Dengan model ini, apakah Miller juga akan menyarankan untuk menggunakan hutang seba- nyak-banyaknya seperti model MM dengan pajak ? Miller ternyata lebih hati-hati dalam mereko- mendasikan bal ini. Miller menyatakan bahwa keuntungan dari penggunaan hutang untuk mem- biayai perusahaan tergantung dari pajak perusa- haan (Tc), pajak perseorangan dari penghasilan saham (Ts), pajak perseorangan dari penghasilan obligasi (Td), dan jumlah penggunaan hutang oleh perusahaan (D).

Mengingat besarnya pajak untuk capital gain biasanya lebih kecil dari pada pajak peng- hasilan biasa dan bisa dibayar belakangan, maka pajak perseorangan dari penghasilan saham (Ts) biasanya lebih kecil dari pada pajak perseorangan dari penghasilan obligasi (Td).

Walaupun sudah adanya perbaikan model Miller ini dibanding dengan model MM, namun ternyata model ini masih mempunyai kelemahan utama vaitu tidak mempertimbangkan adanya ri- siko kebangkrutan dan biaya agency.

(5)

Teddy Cliandra, Analisis tentang Petidekafn rr-Prndckatan dalam Penelitian Strirktrrr Modal 171

pendekatan Trade OffModel

Untuk menggunakan hutang sebanyak-ba- nyaknya seperti yang disarankan oleh model MM dengan pajak, perlu dipertimbangkan risiko dari pemakaian liutang tersebut oleh perusahaan. Pada model MM tanpa pajak sebenarnya MM sudali mempertimbangkan adanya risiko pemakaian hu- tang oleh perusahaan yang mengakibatkan ada- nya proses Arhilrage oleh investor. Tetapi pada model MM tanpa pajak tersebut, MM masih belum menjelaskan risiko apa yang dipertim- bangkan oleh investor.

Model Trade Off mencoba menjalaskan adanya faktor risiko kebangkrutan dari perusaha- an yang akan mengakibatkan timbulnya biaya- biaya kalau perusahaan harus mengalami kesulit- an keuangan (Financial Distress). Biaya kesulit- an keuangan tersebut bisa berupa biaya untuk menjyal aset perusallaan dibawah harga pasar, biaya pengurusan likuidasi perusahaan, maupun biaya atas kekhawatiran pihak manajemen untuk berjaga-jaga agar tidak mengalami kebangkrutan sehingga tidak konsentrasi mengurus operasional perusahaan. Biaya kebangkrutan ini akan sema- kin meningkat sesuai dengan peningkatan peng- gunaan hutang oleh perusahaan.

Disamping faktor kebangkrutan yang dima- sukkan dalam pertimbangan model Trade Offini, faktor manajer yang kurang serius juga menjadi pertimbangan khusus. Dengan adanya pihak in- vestor, menajemen, dan kriditor, menjadikan ada- nya hubungan yang saling curiga. Kecurigaan terjadi tertutama antara pemegang saham dengan pihak manajemen. Pihak manajemen diberi kebe- basan untuk berhutang untuk membiayai peru- sahaan, tetapi pemegang saham bisa merasa curi- ga atas penggunaan dana hutang tersebut untuk membiayai proyek-proyek yang berbahaya. Aki- batnya pemegang saham harus selalu memonitor perusahaan, sebaliknya manajemen juga merasa kehilangan kebebasan dalam bergerak. Biaya aki- bat kehilangan kebebasan dan biaya untuk me- monitor perusahaan ini yang selalu disebut seba- gai biaya agency.

Dengan memasukkan biaya kebangkrutan dan biaya agency kedalam model MM dengan pajak maka diperolelilah model baru yaitu model

Trade Offseperti dibawah ini (Brigham & Daves, 2002, p.543) :

PV of expected PVof V, = V,

+

T.D

-

[

cost of financial

-

agency

distress

[

costs Dari model diatas terlihat bahwa semakin besar penggunaan hutang akan semakin mening- katkan nilai perusahaan, tetapi di lain pihak pe- ningkatan penggunaan hutang untuk membiayai perusahaan tersebut akan semakin meningkatkan

financial distress dan agency cost. Peningkatan

financial distress dan agency cost akan menjadi lebih besar daripada keuntungan dari penggunaan hutang. Dari sini bisa diartikan bahwa penggu- naan hutang baik dan bisa meningkatkan nilai perusahaan, tetapi pada batas tertentu kenaikan pemakaian hutang lersebut justru akan menurun- kan nilai perusahaan.

Trade off model mengakui adanya penga- ruh dari struktur modal terhadap nilai perusaha- an, nilai perusahaan juga dipengaruhi oleh risiko yaitu financial distress dan agency cost. Kesim- pulan yang paling penting dari model ini adalah bahwa model ini mengakui adanya struktur mo- dal yang optimal dimana untuk mendapatkan ni- lai perusahaan yang maksimum bisa dicapai de- ngan mendapatkan struktur modal yang optimal. Pendekatan Pecking Order Theory

Pengertian pecking order theory itu sendiri bisa dijelaskan sebagai berikut (Bradley &

Myers, 1996, p.500) :

Perusahaan lebih menyukai pendanaan dari internal (internal finance), yaitu pendanaan dari hasil operasi perusahaan sendiri yang biayanya lebih murah dibanding dengan hu- tang.

0 Perusahaan berusaha untuk konsisten dengan

target pembagian dividen (dividend payout ratio) untuk kepentingan investasi dimasa yang akan datang. Perusahaan selalu meng- hindari adanya perubahan secara mendadak terhadap kebijakan dividen ini.

Dengan kebijakan dividen yang ketat atau konsisten, disertai dengan fluktuasi keun-

(6)
(7)

rmetric 1 yang anding m saat rkiraan :an sa- diang- westor tentang al bah- belum- m saat mena- ri pada erbitan i harga :an in- ih teori {atakan ,h flow kurang dikem- :r akan hankan m 1 per- an nilai im me- yak-ba- :i biaya menge- nanajer ~ i h pro- saharn. bahwa jadi le- :r daya Model Model lsusnya

Teddy Clzandra, Analisis tenfang Pe~zdekamn-Pe~rdekata~t dalam Penelitinn Strukfrrr Modal 173 lisik~ .pasar (P). Bentuk dasar dari pendekatan

cAPM ini adalah hubungan linier antara return dari saham individual dengan stock market re- turn Dengan menggunakan analisa regresi linier least square bisa dibuat formula sebagai berikut (Block & Hirt, 1994, p.326):

K j = a + P K m + e Dirnana :

Kj : Return on individual common stock of company.

a : Alpha, the intercept on the Y-axis.

p

: Beta the coefficient.

Km : Return on stock market.

e : Error term of regression equation.

Rumus diatas menggunakan data historis untuk menghitung koefisien beta (8) yang meru- pakan ukuran return performance dari saham berbanding dengan return performance dari pa- sar. Pada formula tersebut return saham ditcntu- kan dari intercept ditambah dengan beta dikali- kan dengan return market. Mengingat investor menghadapi risiko yang lebih besar, sehingga mereka menuntut return yang lebih besar sebagai premium atas risiko yang dihadapi tersebut yang disebut dengan market risk premium. Dari for- mula dasar tersebut kemudian dikembangkan ru- mus yang bisa mengakomodir market risk p,r-

mium tersebut sebagai berikut (Block & Hirt, 1994, p.326) :

Kj = R f +

P

(Km-Rr) Dimana:

Kj : Return on individual common stock of company.

Rf :' Risk free rate of return.

B

: Beta the coefficient.

Km : Return on stock market.

Km-Rf : Premium or excess return of the market versus the risk free rate. $ (Km-R3 : Expected return above the riskfree

rate for the stock of company.. Pada formula diatas masih terdapat beta Yang mengukur sensitivitas dari return saham pa- da return pasar. Dengan menggunakan model

CAPM yang kedua (K, = Rf

+

(Km-Rf) di- peroleh grafik garis Security Market Line (SML).

Di Amerika yang menjadi riskpee return adalah T-Bil, sementara di Indonesia yang bisa dijadikan sebagai pedoman risk free return ada- lah SBI (Sertifikat Bank Indonesia).

Untuk mengakomodir teori CAPM khusus- nya dalam kaitan dengan beta terhadap struktur modal, Robert Hamada (1972) mencoba mengga- bungkan antara teori CAPM dengan teori MM dengan pajak. Adapun model yang ditawarkan untuk menghitung KSL (Cost of equity) peru- sahaan yang menggunakan hutang adalah sebagai berikut (Brigham & Daves, 2002, 534) :

KSL= Riskpee rate

+

Premium for business risk

+ Premium forfinancial risk

Yang bisa juga dibuat dengan rumus seba- gai berikut :

Dimana :

Ks, : Cost of Equity. K R ~ : Risk free return.

K : tingkat bunga yang diliarapkan dari pasar. bu : beta untuk perusahaan yang tidak meng-

gunakan hutang. T : pajak.

D : proporsi hutang. S : proporsi modal sendiri.

Riskpee return (Kw) merupakan kompo- nen biaya modal yang diberikan kepada peme- gang saham sebagai kompensasi atas waktu dari uang yang ditanamkannya (The Time Value of Money), sementara komponen premium dari risiko bisnis dan risiko keuangan merupakan tam- bahan biaya modal yang diberikan kepada peme- gang saham atas kesediaannya untuk menang- gung risiko yang melekat pada perusahaan. Jika perusahaan tidak menggunakan hutang dalam operasinya (D=O) maka pemegang saham hanya akan mendapatkan tambahan kompensasi atas ri- siko bisnis saja.

(8)
(9)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini hendak mene- mukan tata nilai karakter toleran terhadap pluralitas agama di dalam makna teks Syair lba Hati karya Hamzah Fansuri

Hal tersebut menunjukkan bahwa adanya tugas yang kompleks pada pekerjaan audit tidak akan memberikan pengaruh terhadap kinerja auditor karena auditor menganggap bahwa

Dari penelitian ini dapat disimpulkan: (1) pelaksanaan penerapan mata kuliah Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) berorientasi 3R (Reuse, Reduce and Recycle) ada

adalah peneliti akan meneliti ekstrak flavonoid daun kersen (Muntingia calabura L.) yang di formulasikan dengan lotion terhadap sebagai antibakteri pada ulkus diabetikum.

Kesimpulan: Perkembangan motorik kasar dan halus anak Usia 1-3 tahun ( Toddler) di Kelurahan Mamboro Barat wilayah kerja Puskesmas Mamboro sebagian besar adalah baik

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran menggunakan pendekatan SETS dapat meningkatkan minat belajar peserta didik kelas VII A SMP Negeri 3

Pelecehan seksual adalah segala tindakan seksual yang tidak diinginkan , permintaan untuk melakukan perbuatan seksual, tindakan lisan atau fi sik atau isyarat yang bersifat

Sebagian besar debu yang dihasilkan di tempat kerja merupakan hasil dari akitivitas pengempaan/press barang- barang rusak/butut adalah debu besi dan alumunium yang sudah