• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN PENGARUH ANTARA LATIHAN CIRCUIT TRAINING DENGAN INTERVAL TRAINING TERHADAP PENINGKATAN STAMINA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERBANDINGAN PENGARUH ANTARA LATIHAN CIRCUIT TRAINING DENGAN INTERVAL TRAINING TERHADAP PENINGKATAN STAMINA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN PENGARUH ANTARA LATIHAN CIRCUIT TRAINING DENGAN INTERVAL TRAINING TERHADAP

PENINGKATAN STAMINA

(EksperimenpadaEkstrakurikuler Sepak Bola SMP Negeri 3 Tasikmalaya Tahun ajaran 2014/2015)

RIDWAN MAULANA1) AGUS MULYADI2) Program StudiPendidikanJasmani, KesehatandanRekreasiFakultasKeguruandanIlmuPendidikanUniversitasSili wangiTasikmalaya(Ridwanranger@yahoo.com) Program StudiPendidikanJasmani, KesehatandanRekreasiFakultasKeguruandanIlmuPendidikanUniversitasSili wangiTasikmalaya ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang latihan circuit training dengan interval training terhadap peningkatan stamina dalam permainan sepak bola padaekstrakurikuler sepak bola SMP Negeri 3 Tasikmalaya Tahun Ajaran 2014/ 2015.Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan uji statistik, ternyata secara empirik terdapat kontribusi yang berarti antara latihan circuit training dengan interval training terhadap peningkatan stamina dalam permainan sepak bola padaekstrakurikuler sepak bola SMP Negeri 3 Tasikmalaya Tahun Ajaran 2014/ 2015dan hasil hipotesisnya diterima.

Kata Kunci : Circuit Training, IntrvalTraining, Stamina,Sepak bola ABSTRACK

The purpose of this research is to get information about circuit training with interval training to increase stamina in ekstrakurikuler football games at SMP negeri 3 Tasikmalaya years 2014/2015. The method used is the experimental method. Based on the results of data processing by statistical test empirically turns out there is a meaningful contribution between circuit training with interval training to increase stamina in ekstrakurikuler football at SMP Negeri 3 tasikmalaya years 2014/2015 and the results of the hypothesis is accepted.

(2)

PENDAHULUAN

Pengertian training atau latihan menurut Harsono (2001: 3), adalah “suatu proses yang sitematis dari berlatih yang dilakukan secara berulang-ulang dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihannya”. Lebih lanjut Harsono (2001:3) menjelaskan yang dimaksud dengan sistematis, berulang-ulang dan kian hari ditambah bebannya (over load).

Kualitas kondisi fisik seseorang mencerminkan suatu hasil latihan yang telah dilakukan secara sistematik dengan menerapkan berbagai macam prinsip latihan. Komponen kondisi fisik yang harus dimiliki oleh setiap atlet dalam suatu cabang olahraga bermacam-macam tergantung dari karakteristik cabang olahraga masing-masing. Komponen kondisi fisik banyak sekali macamnya seperti yang dikemukakan oleh Dwijowinoto (1993 : 299) bahwa, “Kebugaran jasmani terdiri dari beberapa komponen yang masing-masing berciri khas dan secara fisiologis terpisah antar satu dengan yang lainnya”.

Dengan memperhatikan kalimat tersebut, jelas bahwa komponen kondisi fisik itu bermacam-macam seperti dikemukakan Harsono (1988) adalah “Daya tahan, kekuatan, kecepatan, fleksibilitas, stamina, kelincahan dan power”.

Dari kondisi fisik tersebut di atas ada empat macam kondisi fisik yang merupakan kondisi fisik pembentuk komponen kondisi fisik yang lain. Komponen kondisi fisik tersebut adalah kekuatan, daya tahan, kecepatan, dan fleksibilitas. Sedangkan tiga komponen kondisi fisik yang lainnya adalah merupakan perpaduan dari komponen kondisi fisik yang empat, misalnya kelincahan, koordinasi, daya ledak otot, dan keseimbangan. Sesuai permasalahan dalam penelitian ini penulis hanya akan membahas kndisi fisik stamina.

(3)

Stamina adalah tingkatan daya tahan yang lebih tinggi derajatnya daripada endurance. Oleh karena itu sebelum berlatih untuk stamina, atlet harus terlebih dahulu memiliki suatu tingkatan endurance tertentu. Kerja stamina adalah kerja pada tingkat anaerobik, di mana suplai atau pemasukan oksigen tidak cukup untuk meladeni kebutuhan pekerjaan yang dilakukan oleh otot. Oleh karena suplai yang tidak cukup ini maka kerja anaerobik akan selalu mengakibatkan atlet berhutang oksigen (oxygen-debt). Jatte dkk, mengatakan “Anaerobic capacity, or oxygen debt capacity ....”. (Taylor : 1975).

Berdasarkan uraiandiatas penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian dengan cara membandingan latihan circuit training dengan nterval training terhadap peningkatan stamina yang diberikan kepada siswa ekstrakurikuler sepak bola SMP Negeri 3 Tasikmalaya tahun ajaran 2014/ 2015.

(4)

METODE PENELITIAN

Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimenDalampenelitianinipenulismenggunakanvariabelbebasdanvariabelterik at, dimanavariabelbebaskesatu (X1) adalahcircuit training, variabelbebaskedua

(X2) adalahinterval training, danvariabelterikat (Y)

adalahhasilstaminadalampermainansepak bola

1. Penulis dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data yaitu studi lapangan (field research) dengan cara melaksanakanobservasidan serangkaian tesserta studi kepustakaan. Untukmemperoleh data yang diperlukandalampenelitianini, makaalatpengumpul data dalampenelitianiniadalahberupapelaksanaan latihan circuit training dengan interval training dalam permainan sepak bola.

Populasi dalam penelitian ini adalah anggota esktrakurikuler sepak bola SMP Negeri 3 Tasikmalaya TahunAkademik 2014/2015sebanyak 30 orang. Penulis mengambil sampel sebanyak 30 orang dengan cara total sampling. Dengan kriteria, sampel tidak cacat fisik terutama kakinya, dalam keadaan sehat.

Langkah-langkah yang penulis lakukan dalam penelitian ini yaitumenetapkanmetodepenelitian, menentukan populasiserta memilih dan menetapkan sampel, mempersiapkaninstrumenpenelitian, mengadakan pengambilan data melaluipelaksanaantes, mengolah dan menganalisis dataserta melakukan pengujian hipotesis, mengambil kesimpulan, danpelaporan hasil penelitian.

PEMBAHASAN

Dalam suatu penelitian, khususnya penelitian eksperimen perlu dipilih dan diterapkan suatu desain penelitian yang tepat, sesuai dengan variabel yang akan diteliti.

Desain penelitian ini menggunakan model pre test-treatment-post test design yang dapat divisualisasikan pada Gambar 3.1 di halaman berikut ini:

(5)

Gambar 3.1 Desain Penelitian Keterangan :

S = Sampel

T1 = Tes awal (pre test)

T2 = Tes akhir (post test)

X1 = Latihan circuit training

X2 = Latihan Interval Training

Setelah data penelitian terkumpul, maka dilakukan analisis statistika mulai analisis deskriptif sampai pengujian hipotesis penelitian.Hasil penghitungan nilai rata-rata, simpangan baku dan varians kedua kelompok latihan dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini.

Tabel 4.3

Hasil Penghitungan Nilai Rata-rata, Simpangan Baku Varians Kedua Kelompok Latihan

Kelompok Latihan Nilai Rata-rata Simpangan Baku Variansi Kelompok A Tes Awal 37,3 6,96 48,50 Tes Akhir 47,3 5,37 28,81 Kelompok B Tes Awal 36,5 6,64 44,12 Tes Akhir 45,0 5,22 27,29

A. Hasil Pengujian Persyaratan Analisis

1. Hasil Penghitungan dan Pengujian Normalitas Data dari Tiap Tes X1

S

X2

(6)

Setelah diketahui nilai rata-rata, standar deviasi, dan varians dari kedua kelompok tersebut, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian normalitas data. Pengujian normalitas menggunakan uji Liliefors. Hasil pengujian akan menentukan pendekatan mana yang akan dipergunakan dalam analisis data apakah pendekatan parametrik atau non parametrik. Pendekatan parametrik digunakan apabila hasil tes normal, sedangkan pendekatan non parametrik digunakan apabila hasil tes tersebut tidak normal.

Setelah proses perhitungan dilakukan, maka diperoleh hasil seperti dalam tabel 4.4 dibawah ini.

Tabel 4.4

Hasil Pengujian Normalitas Data Kedua Kelompok Tes Kelompok Latihan Nilai Lilirfors

Tabel (α = 0,05) Nilai Lilirfors Tabel (α = 0,05) Kesimpulan Kelompok A

Tes Awal 0,116 0,220 Normal

Tes Akhir 0,155 0,220 Normal

Kelompok B

Tes Awal 0,085 0,220 Normal

Tes Akhir 0,175 0,2220 Normal

2. Hasil Penghitungan Homogenitas Data dari setiap Kelompok

Untuk mengetahui homogen atau tidaknya data penelitian, perlu dihitung homogenitas data penelitian. Pengujian homogenitas ini, juga merupakan salah satu syarat digunakannya uji-t. Hasil penghitungan homogenitas sampel, sebagaimana dalam tabel 4.5 berikut ini.

(7)

Tabe1 4.5

Hasil Penghitungan Homogenitas Variabel tes Nilai Fhitung

Ftabel 0,05 dk = (14 : 14) Kesimpulan Kelompok A Tes Awal 1,68 2,48 Homogen Tes Akhir Kelompok B Tes Awal 1,62 2,48 Homogen Tes Akhir

Berdasarkan tabel di atas, jelas bahwa kelompok latihan A berasal dari distribusi yang homogen, begitu juga kelompok B berasal dari distribusi yang homogen, karena itu pengujian statistika dapat digunakan dengan menggunakan uji-t.

PengujianHipotesis

Pengujian bertujuan untuk membuktikan apakah hipotesis yang ditetapkan itu terbukti dan dapat diterima atau tidak. Untuk membuktikannyapenulis menggunakan uji kesamaan dua rata-rata, uji dua pihak dengan menggunakan Uji- t. Uji ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan (berarti) dari dua variabel yang diteliti. Sebelum melaksanakan uji hipotesis ini, maka perlu dirumuskan terlebih dahulu hipotesis nol (Ho) yang diajukan, yakni:

1. Circuit trainingberpengaruh terhadap peningkatan stamina padasiswa ekstrakurikuler sepak bola SMP Negeri 3 Tasikmalaya tahun ajaran 2014/ 2015.

(8)

2. Interval Trainingberpengaruh terhadap peningkatan stamina pada siswa ekstrakurikuler sepak bola SMP Negeri 3 Tasikmalaya tahun ajaran 2014/ 2015.

3. Latihan interval traininglebih efektif daripada circuit trainingterhadap peningkatan stamina padasiswa ekstrakurikuler sepak bola SMP Negeri 3 Tasikmalaya tahun ajaran 2014/ 2015.

Untuk menguji hipotesis tersebut, penulis telah menghitung rata-rata dari setiap tes, simpangan baku gabungan, dan varians yang digunakan dalam uji kesamaan dua rata-rata, uji dua pihak (uji t).Hasil Pengujian peningkatan sebagaimana dalam tabel 4.6 berikut ini.

(9)

Tabe1 4 .6

Hasil Pengujian Hipotesis

Variabel tes S. gab thitung t (⍺) = 0,05

t = 0,975 Keterangan Kelompok A Tes Awal 6,22 4,43 2,05 Signifikan Tes Akhir Kelompok B Tes Awal 5,98 3,91 2,05 Signifikan Tes Akhir

Kriteria pengujian adalah terima Ho jika t- hitung terletak antara - 2,05 dan 2,10 dan tolak Ho jika t-hitung mempunyai harga lain. Dari tabel di atas terlihat bahwa t-hitung untuk kedua kelompok tersebut lebih besar dari t-tabel dan berada diluar daerah penerimaan hipotesis (H). Dengan demikian terdapat peningkatan hasil latihan dari kedua kelompok tersebut.

Untuk melihat perbedaan hasil peningkatan prestasi, maka perlu di uji dengan kebermaknaan peningkatannya dari kedua kelompok tersebut. Sebelumnya perlu dirumuskan hipotesis nol (Ho) terlebih dahulu, yakni : “Terdapat perbedaan pengaruh antara circuit training dengan interval training terhadap peningkatan stamina padasiswa ekstrakurikuler sepak bola SMP Negeri 3 Tasikmalaya tahun ajaran 2014/ 2015”. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini.

Tabel 4.7

Uji Perbedaan Peningkatan Hasil Latihan Kelompok A dan Kelompok B Variabel tes Rata-rata S

Gabungan t-hitung t-tabel Hasil Kelompok A 10,07

4,29 0,72 2,05 Tidak terdapat perbedaan Signifikan Kelompok B 8,93

(10)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa t-hitung lebih kecil dari t-tabel. Dengan demikian, maka t- hitung berada di dalam daerah penerimaan hipotesis. Ini berarti tidak terdapat perbedaan peningkatan. Hasillatihan yang signifikan. Juga dapat disimpulkan bahwa latihan circuit training dan interval trainingberpengaruh terhadap peningkatan stamina pada siswa ekstrakurikuler sepak bola SMP Negeri 3 Tasikmalaya tahun ajaran 2014/ 2015.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Dalam pembahasan hasil penelitian ini, penulis mengadakan pencocokan terhadap hipotesis penelitian yang diajukan. Adapun hipotesis yang diajukan sebagaimana dalam BAB I penelitian ini sebagai berikut :

1. Circuit training memberi pengaruh yang berarti terhadap peningkatan stamina

Hipotesis tersebut hasilnya diterima, karena terbukti dari pengujian hipotesis secara statistika yang menyatakan bahwa secara signifikan circuit training berpengaruh terhadap peningkatan stamina. Kebenaran pengujian hipotesis tersebut didukung oleh data hasil penelitian dengan menggunakan uji-t, dengan hasil t-hitung 4,43 berada di luar daerah penerimaan hipotesis (t-tabel = 2,05).

2. Latihan interval training memberi pengaruh yang berarti terhadap peningkatan stamina

Hipotesis tersebut hasilnya diterima, karena terbukti dari pengujian hipotesis secara statistika yang menyatakan bahwa secara signifikan latihan

(11)

intreval training berpengaruh terhadap peningkatan stamina. Kebenaran pengujian hipotesis tersebut didukung oleh data hasil penelitiandengan menggunakan uji-t, dengan hasil t-hitung sebesar 3,91 berada di luar daerah penerimaan hipotesis (t-tabe! = 2,05).

3. Latihan interval traininglebih efektif daripada circuit trainingterhadap peningkatan stamina

Hipotesis tersebut hasilnya ditolak, karena terbukti dari pengujian hipotesis secara statistika yang menyatakan tidak terdapat pengaruh secara signifikan hasil latihan circuit training dengan latihan interval training terhadap peningkatan stamina pada Siswa Ekstrakulikuler Sepak Bola SMP Negeri 3 Tasikmalaya Kebenaran pengujian hipotesis tersebut didukung oleh data hasil penelitian dengan menggunakan uji-t, dengan hasil t-hitung sebesar 0,72 berada di dalam daerah penerimaan hipotesis sebesar 2,05.

PENUTUP Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data sebagaimana penulis ungkapkan pada Bab IV, maka penulis mengajukan beberapa kesimpulan hasil penelitian ini antara lain sebagai berikut :

1. Kelompok A yang menggunakancircuit training terdapat peningkatan hasil latihan yang berarti atau signifikan.

(12)

Berdasarkan analisis tersebut di atas, maka penulis kemukakan bahwa circuit training dapat meningkatkan stamina siswa ekstrakurikuler sepak bola SMP Negeri 3 Tasikmalaya tahun ajaran 2014/ 2015.

2. Untuk Kelompok B yang menggunakan interval training terdapat peningkatan hasil latihan yang berarti (signifikan).

Berdasarkan analisis tersebut di atas, maka penulis kemukakan bahwa interval training dapat meningkatkan stamina siswa ekstrakurikuler sepak bola SMP Negeri 3 Tasikmalaya tahun ajaran 2014/ 2015.

3. Untuk melihat perbedaan peningkatan tersebut berbeda, maka diadakan analisis terhadap hasil peningkatannya dari kedua kelompok latihan tersebut.

Hasilnya tidak terdapat perbedaan peningkatan hasil latihan dari kedua kelompok tersebut. Dengan demikian circuit training dan interval training sama efektifnya terhadap peningkatan stamina siswa ekstrakurikuler sepak bola SMP Negeri 3 Tasikmalaya tahun ajaran 2014/ 2015.

DAFTAR PUSTAKA

Sugiyono, MetodePenelitianPendidikan, (Bandung :Alfabeta, 2010), hlm: 117-118

Sugiyono. (2007). MetodePenelitianAdministrasi. Bandung : Alfabeta

Harsono (1988). Coaching dan Aspek-aspek Psikologi dalam Coaching. Bandung : Tambak Kusuma.

Harsono (2001). Coaching dan Aspek-aspek Psikologi dalam Coaching. Bandung Kusnadi, N (2013). Ilmu Kepelatihan Dasar. Tasikmalaya : PJKR FKIP UNSIL. Nurhasan dan Abdul Narlan (2013). Tes dan Pengukuran Pendidikan Olahraga.

Gambar

Gambar 3.1 Desain Penelitian   Keterangan  :

Referensi

Dokumen terkait

Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor SK-179/MBU/2013 tentang Pemberhentian, Perubahan Nomenklatur Jabatan dan Pengangkatan Anggota- Anggota Direksi Perusahaan

Diperlukan penyaringan terhadap depresi dengan mengajukan pertanyaan seperti, “Selama satu bulan yang lalu, apakah Anda seringkali merasa kesusahan berupa perasaan

(6) Dalam hal batas akhir perpanjangan waktu penjaringan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) juga tidak diperoleh kurang 2 (dua) Bakal Calon Anggota BPD dari unsur Keterwakilan

Kontingen dari BI perbarindo akhirnya harus mengakui keunggulan tim dari perbanas 2 dalam semi final cabang olahraga volley yang berlangsung kemaren // Sementara juara 1 dan dua

Tujuan dari adanya Perancangan Video Belajar Pinhole Digital Camera ialah untuk mengetahui proses terjadinya sebuah gambar dimana media perekaman konvensional digantikan

Dengan intensitas hari guruh (IKL) yang sangat tinggi dibanding daerah lainnya berkisar 100-200 hari pertahun, fenomena pengaruh tegangan impuls pada panel

Di dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal aturan alih teknologi hanya terdapat pada Pasal 10 Ayat (4) yang menyatakan bahwa perusahaan

Feri Prastiana S,Ag beliau berpendapat bahwasanya ketika seseorang akan melaksanakan pernikahan terlebih dahulu mereka harus memenuhi syarat dan rukun nikah