• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN LINGKUNGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 4 ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN LINGKUNGAN"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 4

ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN LINGKUNGAN

4.1 ANALISIS SOSIAL 4.1.1 Kemiskinan

Pembangunan infrastruktur permukiman pada dasarnya dimaksudkan untuk mencapai 3 (tiga) strategic goals yang salah satu diataranya adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Lebih lanjut dijelaskan bahwa yang dimaksudkan meningkatkan kesejahteraan masyarakat utamanya difokuskan untuk mengurangi kemiskinan dan memperluas lapangan kerja. Dapat dipahami bahwa kesejahteraan masyarakat sangat berhubungan dengan faktor kemiskinan dan kesempatan kerja. Sedangkan indikator kemiskinan itu sendiri sangat ditentukan oleh tingkat pendapatan masyarakat.yang berkorelasi langsung dengan kesempatan kerja.

Data Badan PMDP dan KB tahun 2015 menyebutkan bahwa angka kemiskinan di Kabupaten Ketapang pada tahun 2014 mencapai 54.200 orang atau sebesar 11,60 % dari jumlah penduduk. Garis kemiskinan tersebut di ukur berdasarkan pendapatan masyarakat dibawah atau sama dengan Rp. 330.763 per Kap/bulan. Jumlah penduduk miskin tersebut tersebar secara sporadis di 20 kecamatan dan yang terbanyak berada di Kecamatan Jelai Hulu dan Manismata.

Berdasarkan data di atas bahwa jumlah penduduk miskin di Kabupaten Ketapang tergolong cukup besar yang disebabkan kurangnya kesempatan kerja atau bekerja namun dengan penghasilan yang sangat rendah. Faktor kemiskinan tersebut berpengaruh terhadap daya beli masyarakat untuk memenuhi pelayanan dasar air minum dan perumahan. Akibatnya, masyarakat berpenghasilan rendah tinggal di rumah-rumah kumuh yang tidak dilengkapi infrastruktur permukiman seperti air bersih/minum dan sanitasi yang layak dan berkelanjutan. Padahal infrastruktur tersebut mempunyai peranan yang sangat penting dalam meningkatkan kesehatan dan produktivitas penduduk sehingga dapat hidup sejahtera keluar dari jurang kemiskinan.

Kemiskinan merupakan salah satu faktor yang berkontribusi terhadap rendahnya cakupan pelayanan perumahan, air bersih dan sanitasi di Kabupaten Ketapang. Untuk itu, kebijakan pembangunan kawasan permukiman dan infrastruktur pendukungnya haruslah berorientasi serta memberdayakan masyarakat utamanya kelompok masyarakat miskin agar berkontribusi terhadap upaya penanggulangan kemiskinan itu sendiri. Pengutamaan partisipasi masyarakat dalam pembangunan permukiman dan infrastruktur pendukungnya

(2)

merupakan salah satu amanat dari UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. Dalam peraturan tersebut dinyatakan bahwa penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman dilakukan oleh pemerintah dan pemerintah daerah dengan melibatkan peran masyarakat, baik dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, maupun evaluasi. Dengan konsepsi ini diharapkan maksud pembangunan infrastruktur permukiman untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dapat diwujudkan secara optimal.

4.1.2 Pengarusutamaan Gender

Gender adalah perbedaan-perbedaan sifat, peranan, fungsi dan status antara laki-laki dan perempuan yang bukan berdasarkan pada perbedaan biologis, tetapi berdasarkan sosial budaya yang dipengaruhi oleh struktur masyarakat yang luas. Dalam mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender, Pemerintah Indonesia mendorong pengarusutamaan gender disetiap bidang pembangunan nasional, termasuk di antaranya dalam bidang Cipta Karya. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender mengamanatkan semua Kementerian, dan Lembaga, Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten, dan Kota untuk melaksanakan pengarusutamaan gender, sehingga seluruh proses penyusunan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi dari seluruh kebijakan, program dan kegiatan di seluruh sektor pembangunan mempertimbangkan aspek gender.

Pemerintah Kabupaten Ketapang dalam penyelenggaraan pembangunan pada dasarnya telah melibatkan peran semua pihak tanpa memandang jenis kelamin dan status sosial masyarakat. Dalam pelaksanaan musrenbang misalnya, berbagai kelompok organisasi perempuan di hadirkan untuk menampung berbagai aspirasi mereka pada tahap perencanaan. Pada kenyataanya banyak sekali usulan program kegiatan yang muncul berkenaan dengan pembangunan infrastruktur kecipta-karyaan khususnya terkait dengan pemenuhan pelayanan air minum dan sanitasi. Disamping itu, dalam perencanaan pembangunan Bidang Kecipta Karyaan diantaranya penyusunan dokumen SPPIP, SSK dan RAD-AMPL, kelompok perempuan dilibatkan sejak dari pendataan hingga finalisasi melalui forum konsultasi publik. Pada tahap pelaksanaan program kegiatan kecipta-karyaan, pelibatan kelompok perempuan terlihat mulai dari proses sosialisasi hingga pembangunan fisik khususnya pamsimas, sanimas dan PNPM perdesaan. Sedangkan pada tahap pasca pembangunannya pelibatan kelompok perempuan nampak dalam proses pembentukan kelompok pengelola bahkan menjadi anggota pengelola misalnya MCK Plus.

Keterlibatan perempuan dalam pembangunan Bidang Kecipta Karyaan pada kenyataanya sangat urgen dan menjadikan implementasi program kegiatan

(3)

terelaisasi dengan mudah dan lancar. Ada kearifan lokal yang masih dipegang oleh masyarakat hingga kini bahwa perempuan khususnya kaum ibu sangat dihormati eksistensi dan titahnya ketika berurusan dengan dapur dan kebersihan rumah tangga dan lingkungan sekitarnya. Artinya komitmen dan konsistensi mereka dalam memenuhi kebutuhan, menjaga dan memelihara keberlanjutan sumber air dan kebersihan lingkungan tetap ada demi kesejahteraan keluarga. Oleh karena itu sudah selayaknya kita memberikan fasilitas dengan pembangunan inrastruktur kecipta karyaan terutama air bersih/minum misalnya dengan maksud agar akses ibu rumah tangga dapat mengambil air dalam jarak dekat dan terus menerus. Di samping itu, anak-anak juga terjaga kesehatannya dan terhindar dari penyakit diare karena memiliki akses terhadap sanitasi yang layak.

4.1.3 Dampak Pembangunan Bidang Cipta Karya

Indikator keberhasilan pembangunan selalu di ukur dari ada tidaknya dampak yang terjadi pada sasaran penerima manfaat akhir yaitu manusia itu sendiri, misal perubahan prilaku, perubahan mata pencaharian, perubahan pendapatan dan lain sebagainya. Dampak pembangunan itu idealnya haruslah bersifat positif dan bergerak kerah peningkatan secara berkelanjutan dan bukan sebaliknya. Begitu pula dengan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya tentunya telah memberikan dampak positif guna peningkatan kesejahteraan masyarakat penerima manfaat langsung maupun tidak langsung (masyarakat diluar kelompok sasaran).

Pembangunan Bidang Cipta Karya di Kabupaten Ketapang, berdasarkan pengamatan dilapangan menunjukkan ada indikasi dampak positif terhadap aktivitas perekonomian dan pendapatan masyarakat. Sebagai contoh adalah pembangunan perumahan di Kelurahan Sukaharja, Desa Paya Kumang dan Desa Kalinilam secara nyata memberikan dampak posisitif berupa munculnya warung, ruko, perbengkelan dan berbagai aktivitas jasa lainnya dalam jumlah yang signifikan. Kondisi tersebut dari aspek sosial menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitanya dan tentu saja bersifat jangka panjang. Dari aspek ekonomi terciptanya lapangan kerja baru tersebut akan akan berkontribusi terhadap peningkatan pendapatan masyarakat. Pada akhirnya, dengan meningkatnya pendapatan masyarakat sekitar akan memampukan mereka untuk mengakses layanan infrastruktur permukiman lainnya seperti air bersih dan sanitasi sehingga dapat hidup sehat dan sejahtera. Meskipun kesimpulan ini tidak didukung data kuantitaitf maupun hasil penelitian ilmiah, akan tetapi fakta dilapangan menunjukkan indikasi demikian adanya.

Kesimpulan analisis dampak pembangunan Bidang Cipta Karya diatas telah sesuai dengan maksud pembangunan infrastruktur permukiman yaitu untuk mencapai 3 (tiga) strategic goals dimana pada huruf a berbunyi "meningkatkan

(4)

pertumbuhan ekonomi kota dan desa, hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan peran pusat-pusat pertumbuhan ekonomi desa dan meningkatkan akses infrastruktur bagi pertumbuhan ekonomi lokal", sebagaimana tertuang dalam Renstra Ditjen Cipta Karya Tahun 2015-2019.

4.1.4 Penanganan Sosial Pasca Pembangunan Bidang Cipta Karya

Output kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya harus memberi manfaat bagi masyarakat. Manfaat tersebut diharapkan minimal dapat terlihat secara kasat mata dan secara sederhana dapat terukur, seperti kemudahan mencapai lokasi pelayanan infrastruktur, waktu tempuh yang menjadi lebih singkat, hingga pengurangan biaya yang harus dikeluarkan oleh penduduk untuk mendapatkan akses pelayanan tersebut.

4.2 ANALISIS EKONOMI

Kabupaten Ketapang memiliki potensi sumber daya alam yang nelimpah baik didarat maupun perairannya. Pemanfaatan sumber daya alam tersebut telah berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 5,33 % pada tahun 2015 yang sebelumnya sempat turun hingga 2,75 % di tahun 2014. Kondisi ini disebab anjloknya harga komoditas perkebunan dan pertambangan yang berimbas pula terhadap gairah perekonomian masyarakat dan penurunan pendapatan daerah. Efek domino penurunan pendapatan tentu akan mengurangi kemampuan pembiayaan pembangunan ternasuk di Bidang Cipta Karya. Oleh karena itu kekuatan ekonomi yang didominasi oleh perusahaan besar berbasis sumber daya alam sangat rentan terhadap pengaruh ekonomi global. Hal ini menuntut perencana pembangunan untuk selalu bersikap adaptif manakala sumber pendanaan untuk membiayai pembangunan berkurang. Hal ini pula menjadi sebab ketergantungan pemerintah daerah terhadap sumber pendanaan APBN untuk membiayai pembangunan khsusnya di Kabupaten Ketapang. Sementara itu sumber penerimaan dari perusahaan daerah sampai saat ini belum menunjukkan hasil yang menggembirakan.

Peningkatan pertumbuhan ekonomi tahun 2015 ternyata dikuti pula peningkatan inflasi dari 4,67 tahun 2014 menjadi 4,94 persen. Angka inflasi tersebut tergolong tinggi yang diduga akibat kelesuan perdagangan ekspor komoditas perkebunan dan pertambangan serta kondisi infrastruktur transfortasi yang buruk sehingga meyulitkan aksesibilitas orang dan barang ke berbagai pelosok daerah. Tingginya angka inlasi juga merupakan salah satu sebab meningkatnya angka kemiskinan di Kabupaten Ketapang karena menurunkan kemampuan daya beli yang dirasakan terutama masyarakat di perkotaan. Berkurangnya kemampuan daya beli tersebut akan berdampak pada akses masyarakat terhadap layanan air minum dan sanitasi layak secara berkelanjutan sehingga

(5)

menurunkan derajat kesehatan dan produktivitas. Oleh karena itu kebijakan dan strategi pembangunan infrastruktur permukiman diarahkan pula pada upaya peningkatan pendapatan masyarakat dengan indikasi tumbuhnya ekonomi lokal di daerah sasaran sebagai bentuk dukungan terhadap pengurangan kemiskinan dan kesenjangan sosial.

Penetapan Kabupaten Ketapang sebagai Pusat Pelayanan Wilayah, Kawasan Industri Prioritas dan Kawasan Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang akan memicu perkembangan wilayah terutama di pusat kota Ketapang. Perkembangan pusat kota Ketapang disatu sisi akan meningkatkan perekonomian masyarakat namun disisi lain akan terjadi peningkatan jumlah penduduk akibat urbanisasi lokal maupun trans lokal. Berdasarkan data BPS Ketapang Tahun 2015 penduduk kota telah berjumlah 128.513 orang atau mencapai 26.99 % dari jumlah penduduk kabupaten yang menempati lahan seluas 481,88 km2. Kecenderungan perkembangan kota dan peningkatan jumlah penduduknya potensial timbulnya permukiman liar dan kawasan kumuh perkotaan serta berbagai permasalahan yang menyertainya. Oleh karena itu penataan kawasan perkotaan harus segera dilakukan dan hasilnya diperkuat dengan regulasi sehingga dapat berfungsi sebagai instrumen pengendalian. Penataan kawasan perkotaan dalam konteks kecipta-karyaan dimaksudkan untuk mengatur dan menyeimbangkan antara perkembangan penduduk dengan penyediaan infrastruktur permukiman.

4.3 ANALISIS LINGKUNGAN

Undang-undangn 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup mengamanatkan kepada pemerintah dan pemerintah daerah wajib melaksanakan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program. Kewajiban melaksanakan KLHS ini ditujukan ke dalam penyusunan atau evaluasi Kebijakan, Rencana dan Program (KRP) yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau resiko lingkungan hidup, diantaranya Rencana Tata Ruang Kabupaten (RTRWK) dan Rencana Program Jangka Menengah Daerah (RPJMD).

Pemerintah Kabupaten dalam menjalankan amanat tersebut telah membentuk Tim KLHS dengan SK Bupati Ketapang No. 433/Bappeda/2013 tanggal 18 September 2013 dengan tugas melaksanakan KLHS terhadap RTRW. Hasil kerja Tim KLHS tersebut adalah tersususnya dokumen KLHS Ranperda RTRW Kabupaten Ketapang 2014-2034 pada tahun 2014.

(6)

Hasil analisis KLHS Ranperda RTRW Kabupaten Ketapang 2014-2034 terhadap isu strategis pembangunan berkelanjutan terkait Bidang Cipta Karya disajikan pada matrik dibawah ini :

Tabel 4-1

Identifikasi Isu Strategis Pembangunan Berkelanjutan

No KRP PENATAAN RUANG

ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

ASPEK LINGKUNGAN ASPEK SOSEKBUD

Fungsi

Kawasan Keragaman Hayati Pencemaran Lingkungan Konflik Kemiskinan

1. Rencana Pemindahan Bandara Rahadi Oesman ke Kec, Muara Pawan, Benua Kayong dan MH. Selatan (lokasi alternatif) Pemindahan lokasi berdampak pada perubahan secara permanen peruntukan lahan pertanian produktif dan menyebabkan degradasi lingkungan Pembukaan dan pembersihan lahan menyebabkan hilangnya habitat, keragaman flasma nutfah dan jenis flora/fauna langka yang dilindungi UU.

Akativitas bandara dan penerbangan berdampak: - Timbulnya polusi

suara, udara dan air yang menyebabkan penurunan kesehatan. - Gangguan hidrologi

dan ekologi menyebabkan ganguan aliran air, banjir, ketersediaan air tanah, sidementasi Pembebasan lahan berdampak terhadap pemicuan konflik kepentingan berbagai pihak baik vertikal maupun horizontal karena ketidak jelasan status dan kepemilikan yang menyebabkan keresahan dan ketidak amanan. Pemindahan lokasi berdampak pada : - Marginalisasi warga sekitar karena perubahan aktivitas ekonomi lokal yang menyebabkan kemiskinan - Peningkatan pengeluaran warga karena penurunan kesehatan yang potensi menyebabkan kemiskinan - Munculnya permukiman kumuh karena kemiskinan yang menyebabkan kerusakan lingkungan 2. Rencana Peruntukan Kawasan Perkebunan Komoditi Unggulan Kelapa Sawit seluas 495.228,30 Ha Luasan rencana pembangunan kebun kelapa sawit berdampak perubahan kawasan hutan, pertanian, kebun karet yang produktif dan degradasi lingkungan serta rusaknya siklus tata air sehingga menyebabkan kekeringan dimusim kemarau dan banjir di musim penghujan Pembangunan kebun kelapa sawit yang luas menyebabkan hilangnya habitat, keragaman flasma nutfah dan jenis flora/fauna langka yang dilindungi UU Pembukaan/pembersihan lahan berdampak pada : - Kebakaran

hutan/lahan yang menyebabkan polusi udara dan penurunan kesehatan. - Erosi dan sidementasi

serta pendangkalan sungai yang menyebabkan pencemaran air sehingga kualitas dan kuantitas air tanah/permukaan menurun. Aktivitas penanaman/ pemeliharaan berdampak pada :

- Pencemaran air tanah dan sungai akibat

Pembebasan lahan berdampak terhadap : - Pemicuan konflik kepentingan berbagai pihak baik vertikal maupun horizontal karena ketidak jelasan status, batas dan kepemilikan yang menyebabkan keresahan dan ketidak amanan. - Timbulnya kecemburuan sosial terhadap tenaga kerja dari luar oleh warga lokal yang menyebabkan

Pembangunan kebun kelapa sawit yang luas berdampak : - Berkurangnya kepemilikan lahan warga/adat yang produktif menyebabkan kehilangan pendapatan dan kemiskinan. - Rekrutmen warga

lokal menjadi buruh dari petani mandiri yang menyebabkan kemiskinan - Munculnya kawasan permukiman kumuh karena kemiskinan yang menyebabkan kerusakan lingkungan

(7)

pupuk dan racun tanaman yang menyebabkan air tidak layak konsumsi. - Penurunan cadangan

air tanah yang menyebkan kekeringan Kegiatan industri pengolahan CPO berdampak pada : - Pencemaran air tanah

dan sungai akibat pupuk dan racun tanaman yang menyebabkan tidak layak konsumsi. - Pencemaran udara yang menyebabkan penurunan kesehatan konflik. - Benturan budaya

luar dan lokal yang menyebabkan keresahan dan ketidak amanan - Peningkatan pengeluaran warga karena penurunan kesehatan yang potensi menyebabkan kemiskinan 3. Rencana kawasan peruntukan HPK 72.911 Ha di Kec. MH. Utara, MH Selatan dan Simpang Hulu

Perubahan fungsi kawasan HPK yang luas berdampak pada berkurangnya kawasan hutan, perubahan tutupan lahan, degradasi lingkungan serta rusaknya siklus tata air sehingga menyebabkan kekeringan dimusim kemarau dan banjir di musim penghujan Pelepasan kawasan HPK yang luas menyebabkan hilangnya habitat, keragaman flasma nutfah dan jenis flora/fauna langka yang dilindungi UU Pelepasan kawasan HPK yang luas berdampak pada sistem hidrologi dan ekologi menyebabkan pencemaran air dan berkurangnya ketersediaan air tanah.

Pelepasan kawasan HPK yang luas berdampak terhadap pemicuan konflik kepentingan berbagai pihak baik vertikal maupun horizontal karena ketidak jelasan kepemilikan dan kehilangan lahan produktif yang menyebabkan keresahan dan ketidak amanan. Pelepasan kawasan HPK yang luas berdampak pada : - Marginalisasi warga dalam/sekitar HPK karena kepentingan ekonomi dan perubahan aktivitas ekonomi lokal yang menyebabkan kemiskinan - Peningkatan pengeluaran warga karena konsumtif yang menyebabkan kemiskinan 4. Rencana kawasan peruntukan pertambangan di seluruh Kecamatan Kawasan peruntukan pertambangan yang luas berdampak pada perubahan tofografi lahan, tutupan lahan, degradasi lingkungan serta rusaknya siklus tata air sehingga menyebabkan kekeringan dimusim kemarau dan banjir di musim Kegiatan pengupasan dan penggaliain lahan yang luas menyebabkan hilangnya habitat, keragaman flasma nutfah dan jenis flora/fauna langka yang dilindungi UU

Kegiatan pengupasan dan penggaliain lahan yang luas berdampak pada pencemaran tanah baik fisik, kimia maupun biologi tanah yang menyebabkan penurunan produktivitas tanah. Aktivitas pemurnian logam berdampak : - pencemaran air dari bahan berbahaya yang menyebabkan air tidak layak konsumsi dan penurunan kesehatan - Pencemaran udara yang menyebabkan Pembebasan lahan berdampak terhadap : - Pemicuan konflik kepentingan berbagai pihak baik vertikal maupun horizontal karena ketidak jelasan status, batas dan kepemilikan yang menyebabkan keresahan dan ketidak amanan. - Timbulnya kecemburuan sosial terhadap Pembangunan pertambangan berdapak pada : - Hilangnya produktivitas lahan warga/adat yang menyebabkan kehilangan pendapatan dan kemiskinan. - Peningkatan pengeluaran warga karena konsumtif yang menyebabkan kemiskinan - Munculnya kawasan permukiman kumuh yang menyebabkan

(8)

penghujan serta erosi dan sidementasi berat.

penurunan kesehatan tenaga kerja dari luar oleh warga lokal yang menyebabkan konflik. - Benturan budaya

luar dan lokal yang menyebabkan keresahan dan ketidak amanan - Timbulnya penyakit sosial karena kurangnya pengawasan yang menyebabkan konflik penurunan kesehatan - Peningkatan pengeluaran warga karena penurunan kesehatan yang potensi menyebabkan kemiskinan

Sumber : Diolah dari dokumen KLHS Ranperda RTRW Kabupaten Ketapang, 2014

Berdasarkan tabel diatas KRP penataan ruang yang berpotensi menimbulkan dampak terhadap isu strategis baik aspek lingkungan maupun sosial, ekonomi dan budaya (sosekbud) terkait dengan pembangunan Bidang Cipta Karya secara berkelanjutan antara lain :

1. Apek Lingkungan

➢ Perubahan tofografi, hidrologi, erosi dan sidementasi (pendangkalan) serta vegetasi tutupan lahan (hutan) akan sangat menggangu ketersedian air baku terutama air permukaan di Daerah Aliran Sungai (DAS) mulai dari perhuluan hingga ke hilir. Kondisi ini akan sangat mempengaruhi pembangunan intake air baku untuk pelayanan air besih/minum maupun pelayanan untuk jaringan irigasi pertanian.

➢ Pencemaran air baku akibat kegiatan penambangan dan perkebunan akan meningkatkan biaya pengolahan air sehingga meningkatkan biaya penyediaan air maupun akses masyarakat terhadap pelayanan air bersih/minum.

➢ Pencemaran air, tanah, dan suara serta stres akibat konflik menyebabkan terjadinya penurunan derajat kesehatan masyarakat sehingga akan menambah beban pengeluaran untuk berobat yang sangat potensial memicu terjadinya kemiskinan apabila paparan kesakitan berdampak jangka panjang. Pada akhirnya menyebabkan ketidakmampuan warga mengakses layanan infrastruktur permukiman yang layak dan berkelanjutan.

2. Aspek Sosekbud

➢ Marginalisasi, kehilangan lahan produktif, dan perubahan prilaku ekonomi yang cepat dan tidak mampu diimbangi warga lokal mengakibatkan kemiskinan yang pada akhirnya menyebabkan ketidakmampuan warga

(9)

mengakses layanan infrastruktur permukiman yang layak dan berkelanjutan.

➢ Potensi urbanisasi ke perkotaan akibat ketidak mampuan bersaing dengan tenaga kerja pendatang sangat mungkin terjadi sehingga akan memicu munculnya kawasan permukiman kumuh diperkotaan.

(10)

BAB 5

KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

BIDANG CIPTA KARYA

5.1 POTENSI PENDANAAN APBD

Laporan relisasi fisik Bidang Cipta Karya pada Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kabupaten Ketapang selama periode 2011-2014 menunjukkan bahwa konsentrasi pembangunan lebih terarah pada sektor pengembangan kawasan permukiman (PKP) yang rata-rata alokasi anggaran pertahunnya mencapai 67,07 persen dengan rata-rata pertumbuhan pertahun mencapai 27,83 persen. Target fisik terbangun lebih lebih difokuskan pada peningkatan jalan lingkungan dan barau timbun sedangkan sasaran lokasi lebih terarah pada permukiman non formal. Untuk sektor penataan bangunan dan lingkungan (PBL) pada tahun 2014 mendapat alokasi anggaran yang signifikan sebesar Rp 15.584 miliar atau mencapai 84,83 persen dari tahun sebelumnya. Alokasi anggaran tersebut dipergunakan untuk membiayai pembangunan dan rehabilitasi bangunan pemerintah diantaranya rehab berat kantor Bupati Ketapang, kantor pemerintah baik dinas/instansi maupun kantor camat dan desa. Proporsi alokasi anggaran untuk sektor sistim penyediaan air minum (SPAM) dan sektor penyehatan lingkungan permukiman (PLP) sangat kecil dan dipergunakan untuk kegiatan optimalisasi pipanisasi serta pembangunan infrastruktur pengolahan air limbah padat berupa MCK komunal. Pertumbuhan alokasi anggaran sektor penyehatan lingkungan permukiman rata-rata hanya sekitar 2,66 persen bahkan untuk sektor penyediaan air minum pertumbuhan rata-ratanya minus 39,89 persen.

Tabel 5-1

Potensi Pendanaan APBD Kabupaten Ketapang

BIDANG CIPTA KARYA

PENDANAAN APBDKABUPATEN ( X RP 1000000)

REALISASI PROYEKSI 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Sektor PKP 12.026 20.052 35.499 35.483 45.358 57.982 74.119 94.748 121.118 Sektor PBL 3.198 2.206 2.364 15.584 18.003 20.797 24.025 27.754 32.062 Sektor SPAM 4.238 4.605 2.838 1.716 6.081 8.030 10.603 14.000 18.486 Sektor PLP 2.005 2.786 3.435 2.472 4.535 5.989 7.908 10.441 13.787

Total APBD Bidang CK 20.841 26.676 45.854 67.865 89.611 118.325 156.241 206.305 272.412

Total Belanja APBD 1.041.920 1.173.820 1.444.720 1.702.690 1.814.420 1.946.690 1.960.280 2.039.530 2.093.900

(11)

Gambaran realisasi pendanaan APBD tahun 2011-2014 bidang cipta karya seperti tabel diatas menunjukkan bahwa ada ketimpangan alokasi anggaran antar sektor yang berdampak pada ketertinggalan pencapaian target pada sektor yang lain yakni sektor air minum dan sanitasi. Kondisi ini bisa saja disebabkan oleh penetapan sasaran dan target kegiatan yang tidak didukung data eksisting hasil evaluasi program dan pemetaan permasalahan yang mendesak untuk ditangani. Potensi pendanaan untuk pembangunan bidang cipta karya pada belanja APBD Kabupaten Ketapang sesuai proyeksi yang didasarkan hasil perhitungan geometris hingga tahun 2019 meningkat hampir disemua sektor. Proporsi besaran jumlah dana yang dibutuhkan per sektor dalam persentase dapat dilihat pada grafik dibawah ini.

Grafik 5-1

Proporsi Anggaran Antar Sektor

Berdasarkan Realisasi dan Proyeksi Pendanaaan Dalam ABPD 2015-2019

Rasio potensi kebutuhan pendanaan rata persektor terhadap proyeksi rata-rata belanja total APBD untuk periode 2015-2019 masih sangat kecil yaitu berada dibawah angka 4 persen. Sementara itu potensi kebutuhan pendanaan terbesar akan terjadi pada sektor PKP yang tumbuh rata-rata 21,77 persen, sektor PBL 13,44 persen, sektor SPAM 21,17 dan sektor PLP 14,05 persen persen terhadap perkembangan belanja APBD yang rata-ratanya hanya berkisar di angka 5,40 persen. Khusus untuk sektor SPAM dan PLP, disamping penggunaan metode

10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 SEKTORPLP 10.58 10.11 7.65 4.18 5.46 5.12 4.79 4.47 4.17 SEKTORSPAM 22.37 16.71 6.32 2.90 7.98 8.16 8.32 8.47 8.61 SEKTORPBL 16.88 8.00 5.27 26.37 24.59 22.89 21.27 19.72 18.26 SEKTORPKP 63.48 72.74 79.08 60.03 61.97 63.83 65.62 67.33 68.96 pe rs enta se

(12)

geometris, perhitungan proyeksi pertumbuhan kebutuhan pendanaan dilakukan pula dengan pendekatan atau skema optimistis oleh karena mempertimbangkan kondisi eksisting cakupan pelayanan yang masih rendah serta target pencapaian yang tinggi pada akhir tahun 2019.

Grafik 5-2

Rasio Proyeksi Kebutuhan Pendanaan Per Sektor Terhadap Total Belanja APBD Periode 2015-2019

Hasil perhitungan secara matematis atau statistik diatas menggambarkan bahwa proporsi kebutuhan pendanaan pembangunan infrastruktur kecipta-karyaan tergolong sangat kecil dibandingkan besaran anggaran belanja APBD, namun disisi lain jumlah belanja APBD selama periode 2015-2019 tidak mengalami pertumbuhan sebagaimana sektor-sektor bidang cipta karya, akibatnya akan banyak program kegiatan yang telah direncanakan tidak akan mendapatkan alokasi anggaran pembiayaan. Kondisi ini menuntut para perencana program kegiatan khususnya terkait pembangunan dan pengembangan infrastruktur kecipta-karyaan untuk bersikap adaftif dan berusaha mencari sumber pendanaan alternatif. Sikap adaftif dapat ditunjukkan dengan melakukan penyeimbangan kembali terhadap besaran alokasi pembiayaan per sektor bidang cipta karya yang selama ini tidak proporsional. Alokasi anggaran pembiayaan terutama yang bersumber dari APBD Kabupaten harus diarahkan untuk mencapai sasaran dan target prioritas sesuai gerakan nasional bidang cipta karya untuk menuntaskan cakupan pelayanan air bersih dan sanitasi layak di akhir tahun 2019. Berdasarkan analisis data diatas dan kondisi eksisting cakupan pelayanan air bersih dan sanitasi tergolong masih sangat rendah maka sektor SPAM dan PLP harus ditingkatkan proporsi anggaran pembiayaan pembangunannya agar dapat mengejar target tersebut. Program dan kegiatan pada kedua sektor diatas harus dipilih secara selektif dengan mencermati efektivitas dampak bagi penerima manfaat secara langsung serta pertimbangan

4.13 1.30

0.52 0.24

(13)

sasaran diutamakan bagi masyarakat kurang mampu pada kawasan yang kondisi lingkungan permukiman yang buruk. Hal ini dimaksudkan agar target yang dicapai dapat menyentuh dan menuntas beberapa persoalan secara terpadu dan tuntas sekaligus baik kemiskinan, lingkungan permukiman buruk, serta pemicuan tumbuhnya ekonomi lokal. Dengan arahan dan strategi diatas diharapkan kontribsusi bidang cipta karya terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui penyediaan infrastruktur permukiman yang layak secara berkelanjutan dapat terwujud.

Grafik 3-3

Proyeksi Rata-rata Pertumbuhan Per Sektor Periode 2015-2019

Selain itu, penggalian potensi pendanaan untuk membiayai pelaksanaan program prioritas dan pencapaian target pembangunan infrastruktur kecipta-karyaan di Kabupaten Ketapang harus terus dilakukan mengingat sasaran dan target yang akan dicapai dengan kondisi eksisting pelayanan memiliki gap yang sangat jauh. Espektasi yang tinggi untuk mencapai target Gerakan Nasional 100-0-100 Bidang Cipta Karya pada tahun 2019 untuk menuntaskan 100 persen penyediaan air bersih/minum, 0 persen kawasan kumuh dan 100 persen akses masyarakat terhadap pelayanan sanitasi akan sangat membutuhkan biaya yang sangat besar.

5.2 POTENSI PENDANAAN APBN

Sumber pendanaan APBN untuk membiayai pembangunan infrastruktur bidang cipta khususnya, masih sangat dibutuhkan oleh pemerintah daerah. Dengan kondisi eksisting capaian pelayanan bidang cipta karya di Kabupaten yang masih rendah, sementara itu semangat untuk menuntaskan persoalan infrastruktur kecipta-karyaan secara nasional diakhir tahun 2019 sangat tinggi,

SEKTOR PKP SEKTOR PBL SEKTOR SPAM SEKTOR PLP BELANJA APBD RERATA PERTUMBUHAN 21.77 13.44 21.17 14.05 5.40 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 Pe rsen tase

(14)

tentu akan menjadi beban berat bagi daerah. Oleh karena itu dengan berbagai keterbatasannya, pemerintah daerah akan sangat bergantung pada anggaran pusat untuk mendukung pencapaian target nasional tersebut.

Tabel 5-2

Penggunaan Sumber Dana APBN Bidang Cipta Karya Di Kabupaten Ketapang BIDANG CIPTA KARYA REALISASI APBN( X RP 1000000) JUMLAH 2011 2012 2013 2014 DAKAIR MINUM 874 735 145 3.946 5.700 DAKSANITASI 925 1.107 1.098 5.051 8.181 TOTAL DAK 1.799 1.842 1.243 8.997 13.881

TOTAL ALOKASI APBN 46.596 76.844 93.887 101.580 318.907

Sumber : Laporan DAK Kab.Ketapang Tahun 2011-2015

Berdasarkan laporan realisasi penggunaan dana DAK pusat untuk pembiayaan pembangunan bidang cipta karya selama rentang waktu 2011-2014 rata-rata sebesar Rp. 3,47 miliar. Jumlah tersebut hanya mencapai 2,89 persen dari total penggunaan dana APBN dan sekitar 8,61 persen dari total belanja APBD bidang cipta karya. Dari data tersebut terlihat bahwa alokasi pendanaan pembangunan bidang cipta karya untuk sektor air minum dan sanitasi masih tergolong kecil jika dibandingkan dengan sektor lain dalam belanja APBN maupun APBD yang disalurkan melalui bidang cipta karya DPUTR. Pertumbuhan sumber pendanaan DAK air minum dan sanitasi tersebut rata-rata 13,44 persen pertahun sedangkan pertumbuhan total alokasi APBN untuk Kabupaten Ketapang selama periode tersebut lebih tinggi yakni mencapai angka 21,70 persen.

Grafik 5-4

Pertumbuhan Sumber Pendanaan APBN Bidang Cipta Karya di Kabupaten Ketapang

DAK AM+S DANA APBN DANA APBD CK RERATA PERTUMBUHAN 13.44 21.7 32.04 0 5 10 15 20 25 30 35

(15)

Jika melihat proporsi besaran alokasi anggaran DAK air minum dan sanitasi terhadap total belanja dana APBN yang terealiasi sampai akhir tahun 2014 persentasenya sangat kecil. Untuk DAK air minum hanya sebesar 1,79 persen dan DAK sanitasi sekitar 2,57. Artinya peningkatan sumber pendanaan APBN untuk membiayai pembangunan di Kabupaten Ketapang lebih besar dialokasikan untuk sektor lain ketimbang air minum dan sanitasi yang menggunakan sumber dana DAK. Rendahnya alokasi dana DAK untuk kedua sektor diatas berdampak terhadap perlambatan penyediaan layanan dasar air minum dan sanitasi kepada masyarakat. Kondisi ini bersesuaian manakala melihat laporan Pokja RAD-AMPL Ketapang tahun 2015 bahwa pencapaian target cakupan pelayanan air bersih hanya sekitar 60,24 persen dan sanitasi 53,26 persen sampai tahun 2014 di Kabupaten Ketapang. Pencapaian target pembangunan infrastruktur kecipta-karyaan tidak harus melihat kepada aspek pendanaan semata jauh lebih penting adalah memformulasikan alokasi dana secara proporsional diantara sektor sesuai program, sasaran dan target secara selektif, terpadu serta sinergi.

Grafik 5-5

Proporsi Rata-rata Sumber Pendanaan DAK Terhadap Belanja APBN dan Belanja APBD-CK 2011-2014

0 25 50 75 100

DAK AIR MINUM DAK SANITASI DAK SEKTOR LAIN

DAK AIR MINUM DAK SANITASI DAK SEKTOR LAIN BELANJA ABPD-CK 3.54 5.07 91.39 BELANJA APBN 1.79 2.57 95.64

(16)

Hampir sama dengan proporsi besaran alokasi anggaran DAK terhadap total belanja dana APBN diatas, kasus yang sama terjadi pula pada proporsi pendanaan DAK terhadap belanja APBD bidang cipta karya. Proporsi pendanaan DAK air minum terhadap belanja APBD tersebut hanya mencapai 3,56 sedangkan untuk DAK sanitasi sedikit lebih tinggi yakni sebesar 5,07 persen. Artinya peningkatan sumber pendanaan APBD bidang cipta karya untuk membiayai pembangunan di Kabupaten Ketapang lebih besar dialokasikan untuk sektor lain ketimbang air minum dan sanitasi yang menggunakan sumber dana DAK.

Potensi pendanaan sumber APBN untuk pembangunan bidang cipta karya di Kabupaten Ketapang untuk periode 2015-2019 berdasarkan realisasi penggunaan dana APBN selama tahun 2011-2014 diprediksi akan meningkat pada semua sektor. Optmisme ini didukung manakala mencermati pertumbuhan pendanaan APBN termasuk DAK pada periode tersebut cenderung positif meskipun bersifat fluktuatif. Disamping itu mempertimbangkan rencana ambisius pencapaian target nasional pembangunan bidang cipta karya melalui Gerakan Nasional 100-0-100 otomatis mewajibkan pemerintah untuk menyediakan pembiayaanya pelaksanaannya.

5.3 ALTERNATIF SUMBER PENDANAAN

Capaian pelayanan infrastruktur kecipta-karyaan di Kabupaten Ketapang berdasarkan laporan OPD terkait dan standar pelayanan minimal sampai tahun 2015 masih sangat rendah. Dalam rangka memenuhi target pembangunan nasional bidang cipta karya melalui Gerakan Nasional 100-0-100 hingga tahun 2019 tentu menjadi beban yang berat untuk di capai. Keterbatasan anggaran pemerintah daerah, persebaran permukiman penduduk yang tidak merata dan sulit dijangkau merupakan kendala yang tidak mudah dicarikan solusinya. Oleh karena itu pemerintah daerah akan lebih meningkatkan peran pihak swasta yang beroperasi di wilayah Kabupaten Ketapang untuk berkontribusi dalam

pembiayaan pembangunan infrastruktur kecipta-karyaan. Kontribusi

pembiayaan tersebut dalam bentuk atau skema Corporate Social Responsibility (CRS) dan lebih diarahkan untuk pembangunan infrastruktur yang berlokasi disekitar areal perusahaan dan sulit dijangkau pemerintah daerah. Adapun kegiatan yang rencananya akan dilaksanakan melalui skema pembiayaan CRS antara lain sebagai berikut :

(17)

Tabel 5-3

Potensi Pembiayaan Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya Melalui Skema CSR

PROGRAM /KEGIATAN DISKRISI PROGRAM /KEGIATAN PEMBIAYAAN KFELAYAKAN

INANSIAL SASARAN Sektor PKP ▪ Dibiayai sendiri oleh donatur secara langsung ▪ Dibiayai oleh beberapa donatur secara proporsional ▪ Dibiayai bersama dengan pemerintah secara sharing ▪ Menyesuaikan kebutuhan yang dibahas secara bersama pihak donatur dan bersama masyarakat ▪ Studi kelayakan untuk kegiatan skala besar dan dapat di fasilitasi oleh pemerintah ▪ Sasaran kegiatan adalah masyarakat yang bermukim disekitar kosesi perusahaan serta sekolah, pelayanan kesehatan, tempat ibadah dan ruang publik. ▪ Sasaran lokasi adalah daerah tertinggal, areal berisko sanitasi, daerah rawan air, daerah rawan bencana. ▪ Sasaran donatur potensial diantaranya perusahaan besar yang beroperasi di wilayah kabupaten ketapang serta BUMN ▪ Pemerintah daerah mengkoordinir melalui forum musrenbang ▪ 1 Pembangunan jalan

lingkungan Pembangunan jalan di permukiman penduduk maupun yang menghubungkan antar dusun dan desa .

2. Perumahan tidak

layak huni Perbaikan rumah tidak layak huni bagi masyarakat miskin SEKTOR SPAM

1. Penyediaan Sumber Air Non Perpipaan

Bantuan PAH, sumur gali atau sumur bor sesuai keinginan masyarakat dan kondisi fisik lingkungan permukiman penduduk

2. Penyediaan Sumber

Air Perpipaan Pembangunan pipanisasi sistem grafitasi mulai dari bangunan broncap, pipa transmisi, bak penampung hingga kran umum. Pipanisasi akan diutamakan pada daerah yang memiliki sumber mata air yang cukup dan layak sebagai sumber air baku.

SEKTOR PLP

1. Penyediaan Sarana

Air Limbah a. Pembangunan MCK Komunal, bantuan closet individual, dan dukunga/fasilitasi sosialisasi atau kampanye kepada masyarakat untuk ber PHBS atau CTPS.

2. Penyediaan Sarana

Persampahan Pengadaan sarana angkutan persampahan, sarana persampahan terutama terutama jenis container dan TSP 3 R untuk sekolah dan tempat umum,

5.4 STRATEGI PENINGKATAN INVESTASI

5.4.1 Peningkatan DDUB Kabupaten dan Propinsi

Dana Daerah untuk Urusan Bersama atau DDUB pada dasarnya adalah bentuk komitmen bersama antara pemerintah daerah dengan pusat untuk pembiayaan pembangunan. Penyediaan DDUB sering menjadi persolan di daerah oleh

(18)

karena berbagai alasan yang salah satunya adalah keterbatasan anggaran daerah. Disamping itu adanya mis program kegiatan prioritas antara pusat dan daerah atau munculnya program kegiatan tersebut di akhir tahun anggaran. Pada dasarnya komunikasi intern antara aparatur pemerintah pusat dan daerah harus terus ditingkatkan dalam penyelenggaraan pembangunan sehingga akan berjalan lancar, efektif dan efisien.

Penyediaan DDUB adalah merupakan suatu kebijakan yang dimulai dengan penyamaan konsepsi perencanaan program kegiatan serta indikator sasaran dan target yang akan dicapai, dimana salah satu wujudnya adalah dokumen RPIJM ini. Kesamaan konsepsi perencanaan harus mempunyai kekuatan mengikat antara pusat dan daerah yang akan dipergunakan sebagai dasar serta acuan bersama. Langkah selanjutnya adalah penyediaan DDUB Kabupaten sebagai bentuk komitmen dan konsistensi dari kesepakatan yang telah dicapai. Untuk itu strategi peningkatan DDUB Kabupaten yang akan dilakukan antara lain sebagai berikut :

a. Meningkatkan pendapatan daerah melalui pajak, retribusi, serta pendapatan syah lainnya.

b. Melakukan efisiensi belanja APBD agar diperoleh ketersediaan anggaran untuk DDUB.

c. Mendorong perangkat daerah yang terkait pembangunan infrastruktur kecipta-karyaan untuk merasionalisasi pembiayaan program secara internal serta mengalokasikan anggaran DDUB dalam Rencana Kerja sesuai RPIJM tahun berjalan.

d. Melakukan pendekatan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) baik secara kelembagaan maupun personal mendukung penyediaan DDUB dalam rangka pelaksanaan pembangunan bidang cipta karya.

e. Meningkatkan peran swasta dalam pembiayaan pembangunan infrastruktur kecipta-karyaan sehingga ada ruang bagi pemerintah daerah untuk menghimpun dana DDUB.

5.4.2 Peningkatan Penerimaan Daerah dan Efisiensi Anggaran

Kebijakan pengelolaan pendapatan daerah yang dilakukan pada kurun waktu 2011-2015 diarahkan pada intensifikasi dan ekstensifikasi pengelolaan pendapatan daerah terutama sumber penerimaan dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) termasuk pajak daerah dan retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah, serta penerimaan lain-lain PAD yang sah. Kebijakan pengelolaan pendapatan daerah juga dilakukan dengan mengoptimalkan dana perimbangan termasuk dana alokasi khusus dan dana bagi hasil.

(19)

Pengelolaan pendapatan daerah selama periode 2011-2015 menunjukkan kinerja yang baik dan dapat memenuhi target yang telah ditetapkan. Penerimaan daerah terus menerus meningkat sejak dari tahun 2011 hingga tahun 2015 dengan kenaikan rata-rata sebesar 11,58 persen.

Tabel 5-4

Kinerja Penerimaan Daerah Kabupaten Ketapang Periode 2011 - 2015

KOMPONEN PENDAPATAN DAERAH

PERKEMBANGAN PENDAPATAN DAERAH (X RP 1000000)

2011 2012 2013 2014 2015

PENDAPATAN ASLI DAERAH 44,08 60,61 132,08 107,18 122,30

1. Pajak Daerah 8,86 28,88 95,50 49,44 59,22

2. Retribusi Daerah 4,30 7,34 7,94 10,93 6,53

3. Bagian Laba Usaha Daerah 4,88 5,45 5,28 5,48 5,35

4. Lain-lain Pendapatan 26,04 18,94 23,36 41,33 51,20

DANA PERIMBANGAN 853,23 991,16 1.145,29 1.313,09 1.245,25

1. Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak 107,40 130,61 123,56 155,68 148.40

2. Dana Alokasi Umum 670,70 776,58 898,33 1.020,38 1.070,46

3. Dana Alokasi Khusus 75,13 83,97 123,40 137,03 174,79

LAIN-LAIN PENERIMAAN SYAH 116,60 92,12 119,42 122,53 298,47

JUMLAH PENERIMAAN DAERAH 1.013,91 1.143,89 1.396,79 1.542,80 1.666,02

Sumber : Data RPJMD Kabupaten Ketapang, 2015

Secara keseluruhan selama periode 2011-2015 kontribusi Pendapatan Asli Daerah terhadap penerimaan daerah belum berhasil melewati angka dua digit atau 10 %. Struktur pendapatan tersebut menunjukkan ketergantungan yang sangat tinggi terhadap dana perimbangan sebagai sumber utama pendapatan daerah. Dengan demikian, tantangan dalam lima tahun mendatang adalah perlunya optimalisasi PAD sebagai sumber utama pendapatan daerah dengan memperhatikan keberlanjutan fiskal dan prinsip pembangunan berkelanjutan.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pendeteksian ditampilkan pada interface , kemudian dilakukan analisis dari nilai yang dihasilkan serta dibandingkan dengan hasil pengujian dengan organoleptik sehingga

"pabila individu sudah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara intensif, maka ia akan maju pada fase tawar menawar dengan memohon kemurahan tuhan. 6espon ini sering di

Peluang penguatan terjadi jika harga mampu bertahan di (atas) support level tersebut, di mana berpeluang menuju resistance level hingga IDR 1,925.. Stochastic

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat anugerah dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Dosis Kromanon Deamina Terhadap

antara kemahiran berbicara dan prestasi belajar bahasa Indonesia siswa kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Tanjungpinang Tahun Pelajaran 2013/2014 tergolong

Struktur IV menunjukkan bahwa igan anion karboksilat bertindakn sebagai ligan bidentat, tetapi kedua logam M terkoordinasi hanya pada satu atom O saja sedangkan atom O yang

Habermas untuk meningkatkan kesadaran sejarah siswa kelas XI IPS SMA Bina Bangsa Palembang dalam pelaksanaannya ditemukan kendala-kendala yang dihadapi oleh guru

Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimanakah perkembangan bahasa serta pola kalimat yang dihasilkan oleh anak yang berusia 2-3 tahun dan berapakah banyak