• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK DITINJAU DARI UU NO. 14 TAHUN 2008 DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTASI KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK DITINJAU DARI UU NO. 14 TAHUN 2008 DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SKRIPSI"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK DITINJAU DARI UU NO. 14 TAHUN 2008 DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU

SKRIPSI

Oleh:

MUHAMMAD ARFIAN No. Mahasiswa: 13410292

PROGRAM STUDI S1 ILMU HUKUM F A K U L T A S H U K U M UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA 2017

(2)

IMPLEMENTASI KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK DITINJAU DARI UU NO. 14 TAHUN 2008 DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna memperoleh Gelar Sarjana (Strata-1) pada Fakultas Hukum

Universitas Islam Indonesia Yogyakarta

Oleh:

MUHAMMAD ARFIAN No. Mahasiswa: 13410292

PROGRAM STUDI S1 ILMU HUKUM F A K U L T A S H U K U M UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA 2017

(3)
(4)
(5)
(6)

CURRICULUM VITAE

1. Nama Lengkap : Muhammad Arfian

2. Tempat Lahir : Jakarta

3. Tanggal Lahir : 10 Januari 1996

4. Jenis Kelamin : Laki-laki

5. Golongan Darah : O

6. Alamat Terakhir : Jl. Demangan GK. 1 No. 33 Gondokusuman

Yogyakarta

7. Alamat Asal : Jl. Pantai Impian Gg. Lumba-lumba III No. 23

Tanjungpinang, Kepulauan Riau 8. Identitas Orang

/Wali

a. Nama Ayah : Ridwan Hamta

Pekerjaan Ayah : PNS

b. Nama Ibu : Siti Anizar

Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga

Alamat Wali : Jl. Pantai Impian Gg. Lumba-lumba III No. 23

Tanjungpinang, Kepulauan Riau 9. Riwayat Pendidikan

a. SD : SD Negeri 014 Bukit Bestari, Tanjungpinang

b. SMP : SMP Negeri 1 Tanjungpinang

c. SMA : SMA Negeri 2 Tanjungpinang

10. Hobby : Futsal dan Lari

Yogyakarta, 15 Mei 2017 Yang Bersangkutan,

( Muhammad Arfian ) NIM. 13410292

(7)

HALAMAN MOTTO

“Barang siapa keluar untuk mencari ilmu, maka dia berada di jalan Allah”

(H.R. Turmudzi)

“Pikiran kita akan mempengaruhi sikap kita, Sikap kita akan menentukan tindakan kita, Tindakan kita akan menentukan hasilnya.”

(8)

Persembahan

Karya tulis ini saya persembahkan kepada: Ayah saya: Ridwan Hamta

Ibu saya: Siti Anizar dan Keluarga.

(9)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr Wb

Alhamdulillahirobbil’alamin. Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat, hidayah, dan karunianya-Nya maka penulis dapat menyelesaikan tugas akhir (skripsi) ini dengan judul “Implementasi Keterbukaan Informasi Publik ditinjau dari UU No. 14 Tahun 2008 di Provinsi Kepulaiuan Riau”. Kemudian shalawat serta salam dihaturkan kepada Sang Junjungan, Rasulullah SAW yang menjadi panutan umat manusia dalam kehidupan.

Penulis menyadari dalam proses penulisan skripsi ini tidak terlepas atas bantuan dan dukungan dari beberapa pihak hingga karya ilmiah ini dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih diantara lain kepada.

1. Kedua orang tua penulis, Bapak Ridwan Hamta dan Ibu Siti Anizar atas untaian doa yang tidak henti dipanjatkan, berjuntai kasih dan dukungan yang selalu diberikan, usaha-usaha yang terus diupayakan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Firdaus Hamta, selaku paman dan sekaligus pihak yang memberikan arahan dan masukan selama proses penulisan skripsi ini.

(10)

3. Bapak Moh. Hasyim, S.H., M.Hum, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan terbaik dengan meluangkan waktu dan energi selama proses penulisan skripsi.

4. Dr. Aunur Rohim Faqih, S.H., M.Hum, selaku Dekan FH UII beserta seluruh jajaran Dosen dan karyawan FH UII yang telah membekali penulis dengan ilmu ilmiah maupun amaliyah. Penulis hanya mampu memanjatkan doa setulus hati semoga menjadi amal jariyah dengan penuh keberkahan.

5. Sahabat-sahabat terbaik penulis, Kevin Samosir, Yogi Rahmadinata, dan Sarafina serta teman-teman seperjuangan angkatan 2013, terima kasih atas dukungan dan semangat yang diberikan.

6. Semua pihak yang tidak dapat dicantumkan satu persatu, penulis dengan segala kerendahan hati menyampaikan terima kasih.

Pada akhirnya penulis menyadari bahwa segala kekurangan dalam karya ilmiah ini, sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun akan penulis terima untuk kemajuan proses pembelajaran dikemudian hari.

Billahi taufiq wal hidayah, Assalamu’alaikum Wr Wb.

Yogyakarta, 16 Mei 2017 Penulis

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGAJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN TUGAS AKHIR ... iv

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... v

HALAMAN CURRICULUM VITAE ... vi

HALAMAN MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

ABSTRAK ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 6 C. Tujuan Penelitian ... 6 D. Orisinalitas Penelitian ... 7 E. Tinjauan Pustaka ... 9 F. Metode Penelitian ... 15 G. Sistematika Penulisan ... 19

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK A. Pengertian dan Prinsip Good Governance(Pemerintahan yang Baik) ... 21

(12)

C. Pengertian Informasi, Informasi Publik, dan Badan Publik... 26

D. Asas-Asas Keterbukaan Informasi Publik ... 27

E. Tujuan Keterbukaan Informasi Publik ... 30

F. Ruang Lingkup Informasi Publik ... 31

G. Hak dan Kewajiban Pengguna Informasi Publik Serta Hak dan Kewajiban Badan Publik ... 35

H. Pengelolaan Informasi, Mekanisme Memperoleh Informasi, dan Mekanisme Keberatan terhadap Informasi ... 39

I. Pengertian, Tugas dan Wewenang Komisi Informasi ... 43

J. Perspektif Hukum Islam Mengenai Informasi Publik ... 48

BAB III IMPLEMENTASI KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU A. Gambaran Objek Penelitian ... 50

B. Implementasi ... 54 C. Kendala ... 69 D. Upaya Efektif ... 72 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ... 75 B. Saran ... 77 DAFTAR PUSTAKA ... 78

(13)

ABSTRAK

Studi ini bertujuan untuk mengetahui kondisi objektif Implementasi Keterbukaan Informasi Publik ditinjau dari Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 di Provinsi Kepulauan Riau. Rumusan masalah yang diajukan yaitu: Bagaimana Implementasi Keterbukaan Informasi Publik ditinjau dari UU No. 14 Tahun 2008 di Provinsi Kepulauan Riau?; Apa kendala dalam mengimplementasikan Keterbukaan Informasi Publik di Provinsi Kepulauan Riau?; dan Bagaimana upaya efektif yang seharusnya dilakukan dalam mengimplementasikan Keterbukaan Informasi Publik di Provinsi Kepulauan Riau?. Penelitian ini termasuk tipologi penelitian hukum empiris. Data penelitian diperoleh dari wawancara dengan subjek penelitian dan dari metode kepustakaan dengan mempelajari buku-buku referensi yang berkaitan dengan masalah, kemudian data tersebut diolah dalam bentuk deskriptif di hasil penelitian. Analisis dilakukan dengan pendekatan kualitatif dengan berusaha mencoba menerangkan sesuatu yang terjadi di lapangan. Hasil studi ini menunjukkan bahwa Implementasi Keterbukaan Informasi Publik di Provinsi Kepulauan Riau belum berjalan optimal sehingga perlu menjadi perhatian khusus aparatur pemerintahan untuk lebih konsisten meningkatkan implementasi Keterbukaan Informasi publik. Adapun kendalanya dari aparatur pemerintah/daerah yang belum konsisten dan sungguh-sungguh untuk mengimplementasikan Keterbukaan Informasi Publik. Upaya yang seharusnya dilakukan yaitu pimpinan/kepala daerah harus bertindak tegas kepada aparatur pemerintahan untuk mengimplementasikan Keterbukaan Informasi Publik sesuai dengan ketentuan Undang-Undang dengan diiringi pelaksanaan program sosialisasi kepada seluruh aparatur pemerintah dan elemen masyarakat di daerah. Penelitian ini menyarankan pemerintah daerah untuk meningkatkan implementasi Keterbukaan Informasi publik dengan melengkapi informasi yang bersifat manual maupun elektronik dan perlu menggalakkan program sosialisasi di daerah; perlu peningkatan partisipatif masyarakat untuk mengawal proses penyelenggaraan pemerintahan daerah dimana peran aktif publik merupakan salah satu unsur Keterbukaan Informasi Publik guna mengoptimalkan penyelenggaraan negara guna mengedepankan kepentingan publik.

Kata Kunci:Implementasi, Keterbukaan Informasi Publik, Provinsi Kepulauan Riau

(14)

BAB I PENDAHULUAN

H. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara demokrasi dimana keterbukaan dan transparansi informasi menjadi perhatian khususnya sejak bergulirnya era reformasi. Seiring dengan itu di zaman modern seperti saat ini, teknologi dan informasi sudah menjadi kebutuhan dasar bagi setiap orang, sehingga informasi sangat mudah di akses oleh masyarakat.

Konstitusi Indonesia yakni Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, Pasal 28F menegaskan bahwa Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, dan menyimpan informasi dengan

menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.1

Informasi merupakan suatu keterangan, pernyataan, gagasan, dan tanda-tanda yang mengandung nilai, makna, dan pesan, baik data, fakta, maupun penjelasannya yang dapat dilihat, didengar, dan dibaca yang disajikan dalam berbagai kemasan dan format sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi secara elektronik ataupun nonelektronik.

Undang-undang No. 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik menegaskan bahwa, kebutuhan akan informasi pada era sekarang ini

(15)

sangat diperlukan guna menunjang pengetahuan akan proses kehidupan sehari-hari maupun bernegara. Dalam proses kehidupan bernegara, tidak asing dengan yang namanya Informasi Publik. Informasi Publik adalah informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim, dan/atau diterima oleh suatu badan publik yang berkaitan dengan penyelenggara dan penyelenggaraan negara dan/atau penyelenggara dan penyelenggaraan badan publik lainnya yang sesuai dengan Undang-Undang ini serta informasi lain yang berkaitan dengan kepentingan

publik2. Berkaitan dengan Informasi Publik, dalam pemerintahan dikenal adanya

Keterbukaan Informasi Publik. Keterbukaan Informasi Publik merupakan bentukuntuk mengoptimalkan pengawasan publik terhadap penyelenggaraan negara yang berkaitan dengan kepentingan publik atau umum guna terwujudnya prinsip good governance, yaitu transparansi, partisipasi, dan akuntabilitas.

Keterbukaan Informasi Publik, hak memperoleh informasi merupakan elemen penting dalam mewujudkan penyelenggaraan negara yang terbuka untuk

diawasi publik, sehingga penyelenggaraan negara semakin dapat

dipertanggungjawabkan. Bersamaan dengan itu, Keterbukaan Informasi Publik akan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan publik, karena partisipasi masyarakat tidak berarti tanpa jaminan Keterbukaan Informasi Publik. Keterbukaan Informasi Publik sekaligus mendorong terciptanya clean and good governance karena pemerintah dan badan-badan publik

(16)

dituntutmenyediakan informasi yang lengkap mengenai kegiatan-kegiatan

pemerintah secara terbuka, transparan dan akuntabel.3

Penerapan Keterbukaan Informasi Publik, publik yang ingin mengetahui informasi terkait Badan Publik dapat mengajukan permintaan untuk memperoleh Informasi Publik kepada Badan Publik secara tertulis atau tidak tertulis. Dalam pelayanan informasi dalam Badan Publik, Undang-Undang No. 14 Tahun 2008

tentang Keterbukaan Informasi Publik menegaskan bahwa yang

bertanggungjawab adalah Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi. Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi adalah pejabat yang bertanggung jawab di bidang penyimpanan, pendokumentasian, penyediaan, dan/atau pelayanan

informasi di badan publik.4

Penelitian ini penulis menempatkan objek penelitian di Provinsi Kepulauan Riau dengan meninjau implementasi Keterbukaan Informasi Publik di beberapa Pemerintahan Daerah di Provinsi Kepulauan Riau dengan fokus penelitian menyangkut transparansi informasi publik yang ditinjau berdasarkan pada Pasal 9, Pasal 11, dan Pasal 13 Undang-Undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.

3

S.F. Marbun, Hukum Administrasi Negara II, Cetakan pertama, FH UII Press, Yogyakarta, 2013,hlm 36

4Pasal 1 Angka 9 Undang-Undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi

(17)

Undang-Undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publiksudah mengatur mengenai Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi

(PPID), dimana diatur dalam Pasal 13, yang menjelaskan bahwa5:

(1) Untuk mewujudkan pelayanan cepat, tepat, dan sederhana setiap badan publik :

a. menunjuk Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi; dan

b. membuat dan mengembangkan sistem penyediaan layanan informasi secara cepat, mudah, dan wajar sesuai dengan petunjuk teknis standar layanan Informasi Publik yang berlaku secara nasional.

(2) Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dibantu oleh pejabat fungsional.

Fenomena yang terjadi yang berkaitan dengan Pasal 13 Undang-Undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, di Provinsi Kepulauan Riau masyarakat atau publik yang meminta membuka informasi kepada badan publik mereka menolak dengan alasan mereka belum siap terutama mengenai

transparansi keuangan dan rencana proyek6. Dapat dilihat bahwa pemahaman

aparatur pemerintah terhadap Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik masih sangat minim. Sehingga penyebab inilah yang menyebabkan terjadinya sengketa informasi.

Meninjau dari masalah yang terjadi seperti yang telah disebutkan di atas, menurut penulis pentingnya Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) di Badan Publik adalah untuk memudahkan masyarakat untuk mendapatkan informasi.

5Pasal 13 UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik

6Wawancara dengan Anggha Agustian, Staf Komisi Informasi Provinsi Kepulauan Riau,

(18)

Berkaitan dengan masalah di atas, Pasal 9 Undang-Undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik mengatur mengenai Informasi yang

wajib disediakan dan diumumkan Badan Publik, yang mejelaskan bahwa7:

(1) Setiap Badan Publik wajib mengumumkan Informasi Publik secara berkala.

(2) Informasi Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. informasi yang berkaitan dengan Badan Publik;

b. informasi mengenai kegiatan dan kinerja Badan Publik terkait; c. informasi mengenai laporan keuangan; dan/atau

d. informasi lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. (3) Kewajiban memberikan dan menyampaikan Informasi Publik

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan paling singkat 6 (enam) bulan sekali.

(4) Kewajiban menyebarluaskan Informasi Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan dengan cara yang mudah dijangkau oleh masyarakat dan dalam bahasa yang mudah dipahami.

(5) Cara-cara sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditentukan lebih lanjut oleh Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi di Badan Publik terkait.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban Badan Publik memberikan dan menyampaikan Informasi Publik secara berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur dengan Petunjuk Teknis Komisi Informasi.

Fenomena selanjutnya yang terjadi di lingkungan Pemerintah Daerah baik Provinsi maupun tingkat Kabupaten/Kota di Kepulauan Riau, informasi publik yang disediakan dan diumumkan, belum optimal dan belum sejalan dengan Amanah Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik. Masih adanya Badan Publik di lingkungan Pemerintah Provinsi, Kabuapaten/Kota di Kepulauan Riau

(19)

yang belum transparan terhadap informasi seperti informasi yang terkait dengan

anggaran dan rencana program atau proyek.8

Terkait Badan Publik yang tidak transparan atas informasi yang diminta publik mengenai anggaran dan proyek, tentu saja juga tidak sesuai dengan Pasal 11 Undang-Undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik yang menjelaskan bahwa Badan Publik wajib menyediakan Informasi Publik setiap saat yang meliputi rencana kerja proyek termasuk di dalamnya perkiraan pengeluaran tahunan Badan Publik.

Meninjau dari masalah di atas, dapat dilihat keseriusan Badan Publik

dalam mewujudkan pemerintahan yang bersih belum optimal

mengimplementasikan peraturan yang seperti akses kepada publik dalam proses pengambilan kebijakan maupun kegiatan badan publikitu sendiri. Karena itu, dibutuhkan peran serta masyarakat atau publik untuk dapat mewujudkan terciptanya prinsip good governance yaitu transparan, partisipasi dan akuntabel.

I. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan dari penelitian adalah hal-hal berikut ini.

1. Bagaimana Implementasi Keterbukaan Informasi Publik ditinjau dari UU No. 14 Tahun 2008 di Provinsi Kepulauan Riau?

8Wawancara dengan Anggha Agustian, Staf Komisi Informasi Provinsi Kepulauan Riau,

(20)

2. Apa kendala dalam mengimplementasikan Keterbukaan Informasi Publik di Provinsi Kepulauan Riau?

3. Bagaimana upaya efektif yang seharusnya dilakukan dalam mengimplementasikan Keterbukaan Informasi Publik di Provinsi Kepulauan Riau?

J. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi arah dan tujuan penelitian adalah hal-hal berikut ini. 1. Untuk mengetahui Implementasi Keterbukaan Informasi Publik

ditinjau dari UU No. 14 Tahun 2008 di Provinsi Kepulauan Riau. 2. Untuk memaparkan kendala dan upaya efektif di Provinsi Kepulauan

Riau dalam mengimplementasikan Keterbukaan Informasi Publik. 3. Untuk mengkaji upaya efektif yang dilakukan Provinsi Kepulauan

Riau dalam mengimplementasikan Keterbukaan Informasi Publik.

K. Orisinalitas Penelitian

Bahwa penelitian ini benar-benar orisinil dalam arti belum pernah ada yang meneliti, dalam penelitian ini penulis memfokuskan Implementasi Keterbukaan Informasi Publik berdasarkan Pasal 9, Pasal 11 dan Pasal 13 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008. Adapun penelitian sebelumnya yang mengangkat mengenai Implementasi Keterbukaan Informasi Publik tetapi terdapat perbedaan pada objek penelitian. Penelitian-penelitian terdahulu mengenai Implementasi Keterbukaan Informasi Publik adalah berikut ini.

(21)

1. Implementasi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik untuk pemenuhan hak masyarakat atas Informasi Publik pada Dinas Perizinan Kota Yogyakarta. Pada penelitian tersebut pada intinya fokus meneliti seberapa efektifkah Dinas Perizinan Kota Yogyakarta dalam penerapan Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik. Diteliti oleh Vladira, Mahasiswa S1

Ilmu Hukum UGM, 2016.9

2. Implementasi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik di Kabupaten Pandeglang (Studi pada

Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi Kabupaten

Pandeglang). Pada penelitian tersebut lebih fokus kepada peranan PPID Kabupaten Pandeglang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Diteliti oleh Rakhmat, Bakhtiar dan Agustino, Mahasiswa

Ilmu Sosial Politik Universitas Sultan Sgeng Tirtayasa, 2014.10

3. Implementasi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik untuk mewujudkan Good Governance di Pemerintah Daerah Kabupaten Kudus. Pada penelitian tersebut fokus mengkaji mengenai bagaimana Implementasi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik di Kabupaten Kudus, bagaimana pengelolaan informasi publik di Pemerintah Daerah Kabupaten Kudus dan bagaimana penilaian

9

http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=opac&sub=Opac&act=view&typ=html& perpus_id=&perpus=1&searchstring=%20keterbukaan%20informasi%20publik&self=1&op=revie w diakses tanggal 25 April pukul 20.20

10

(22)

masyarakat terhadap pengelolaan informasi publik di Pemerintah Daerah Kabupaten Kudus. Diteliti oleh Slamet Riyadi, Mahasiswa S1

Ilmu Hukum Universitas Muria Kudus, 2012.11

Berdasarkan penelitian terdahulu yang sudah diuraikan di atas, dapat dilihat perbedaan yang jelas dengan penelitian yang dilakukan penulis. Hal tersebut dapat dilihat perbedaan fokus penelitian dan objek penelitian.

L. Tinjauan Pustaka

1. Asas Keterbukaan Informasi Publik

Asas Keterbukaan Informasi Publik ditentukan pada Pasal 2 yang terdiri dari12:

a. setiap informasi publik bersifat terbuka dan dapat diakses oleh setiap pengguna informasi publik. Dengan informasi bersifat terbuka maka penyelenggaraan pemerintahan akan terbuka untuk diawasi dan bersifat terbuka juga karena setiap orang berhak untuk memperoleh informasi. Bahkan partisipasi atau pelibatan masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan mustahil terwujud tanpa jaminan keterbukaan Informasi Publik;

b. informasi publik yang dikecualikan bersifat ketat dan terbatas. Artinya, meskipun prinsip dasarnya Informasi Publik bersifat terbuka, namun tetap saja ada pengecualiaan dan pengecualian itu benar-benar dilakukan dengan ketat dan terbatas, sehingga tidak menyebabkan hilang atau berkurangnya sifat terbuka sebagai asas utama;

c. setiap informasi publik harus dapat diperoleh setiap pemohon Informasi Publik dengan cepat dan tepat waktu, biaya ringan, dan cara sederhana. Tepat waktu maksudnya pemenuhan atas permintaan informasi dilakukan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini. Biaya ringan maksudnya biaya yang dikenakan secara proporsional berdasarkan standar biaya pada umumnya,

11http://eprints.umk.ac.id/646/1/COVER_MOTTO_DAN_PERSEMBAHAN.pdf diakses

tanggal 25 April 2017 pukul 21.00

(23)

sedangkan cara sederhana artinya informasi yang diminta dapat diakses secara mudah dalam hal prosedur dan juga mudah difahami; dan

d. informasi publik yang dikecualikan bersifat rahasia sesuai dengan Undang-Undang, kepatutan, dan kepentingan umum didasarkan pada pengujian tentang “konsekuensi” yang timbul apabila suatu

informasi diberikan kepada masyarakat serta setelah

dipertimbangkan dengan seksama bahwa menutup Informasi Publik dapat melindungi kepentingan yang lebih besar daripada

membukanya atau sebaliknya. Yang dimaksud dengan

“konsekuensi” yang timbul adalah konsekuensi yang

membahayakan kepentingan yang dilindungi berdasarkan Undang-Undang ini apabila suatu Informasi dibuka. Suatu Informasi yang dikategorikan terbuka atau tertutup harus didasarkan pada kepentingan publik. Jika kepentingan publik yang lebih besar dapat dilindungi dengan menutup suatu Informasi, Informasi tersebut harus dirahasiakan atau ditutup dan/ atau sebaliknya.

2. Tujuan Keterbukaan Informasi Publik

Tujuan Keterbukaan Informasi Publik diatur dalam Pasal 3 yakni untuk13:

a. menjamin hak warga negara untuk mengetahui rencana pembuatan kebijakan publik, program kebijakan publik, dan proses pengambilan keputusan publik, serta alasan pengambilan suatu keputusan keputusan publik;

b. mendorong partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan kebijakan publik;

c. meningkatkan peran aktif masayarakat dalam pengambilan kebijakan publik dan pengelolaan Badan Publik yang baik;

d. mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik, yaitu yang

transparan, efektif dan efisien, akuntabel serta dapat

dipertanggungjawabkan;

e. mengetahui alasan kebijakan publik yang mempengaruhi hajat hidup orang banyak;

f. mengembangkan ilmu pengetahuan dan mencerdaskan kehidupan bangsa; dan/atau

g. meningkatkan pengelolaan dan pelayanan informasi di lingkungan Badan Publik untuk menghasilkan layanan informasi yang berkualitas.

3. Asas Transparansi

(24)

Dalam hal transparansi pemerintahan terdapat beberapa aspek yang harus tampak, yaitu : bahwa asas keterbukaan mewajibkan pemerintah untuk secara aktif memberikan informasi kepada masyarakat tentang suatu permohonan atas suatu rencana tindak pemerintahan dan mewajibkan untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat atas hal yang diminta. Keterbukaan pemerintah memungkinkan peran serta masyarakat dalam pengambilan keputusan. Untuk itu dibutuhkan sarana peran serta, misalnya saran, keberatan, dengar pendapat, komisi pertimbangan (penasihat) dan lain-lain. Disamping itu, asas keterbukaan memberikan kewajiban bagi pemerintah untuk mengumumkan setiap rencana pengambilan keputusan

pemerintahan yang akan maupun yang telah diambilnya.14

4. Asas Partisipasi

Prinsip Partisipasi memiliki makna yaitu adanya keterlibatan berbagai pihak dalam tahap pengambilan suatu kebijakan. Partisipasi mencakup keterlibatan masyarakat untuk turut serta dalam pengambilan keputusan baik dalam kaitannya pembuatan, pelaksanaan maupun evaluasi dalam suatu kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah. Keaktifan masyarakat

sangat dibutuhkan untuk mewujudkan good governance.15

5. Asas Akuntabilitas

14

Husni Thamrin, Hukum Pelayanan Publik Di Indonesia, cetakan II, Aswaja Pressindo, Yogyakarta, 2013, hlm 39

15Dadang Solihin, Mewujudkan Keuangan Negara Yang Transparan, Partisipatif, Dan

(25)

Akuntabilitas berarti pertanggung jawaban pemerintah dalam kebijakan yang diambil dan tindakan yang dilakukan, karena semua kebijakan dan tindakan pemerintah harus dipertanggung jawabkan kepada

masyarakat.16

6. Hak dan Kewajiban Pengguna Informasi

Hak pengguna Informasi Publik17:

(1) Setiap orang berhak memperoleh Informasi Publik sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini.

(2) Setiap orang berhak:

a. melihat dan mengetahui Informasi Publik;

b. menghadiri pertemuan publik yang terbuka untuk umum untuk memperoleh Informasi Publik;

c. mendapatkan salinan Informasi Publik melalui permohonan sesuai dengan Undang-Undang ini; dan/atau

(3) Setiap Pemohon Informasi Publik berhak mengajukan permintaan Informasi Publik disertai alasan permintaan tersebut.

(4) Setiap Pemohon Informasi Publik berhak mengajukan gugatan ke pengadilan apabila dalam memperoleh Informasi Publik mendapat hambatan atau kegagalan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini.

Kewajiban pengguna Informasi publik18:

(1) Pengguna Informasi Publik wajib menggunakan Informasi Publik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Pengguna Informasi Publik wajib mencantumkan sumber dari mana ia memperoleh Informasi Publik, baik yang digunakan untuk kepentingan sendiri maupun untuk keperluan publikasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

7. Hak dan Kewajiban Badan Publik

Hak Badan Publik19:

16Ibid

17Pasal 4 UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik 18Pasal 5 UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik

(26)

(1) Badan Publik berhak menolak memberikan informasi yang dikecualikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Badan Publik berhak menolak memberikan Informasi Publik apabila tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Informasi Publik yang tidak dapat diberikan oleh Badan Publik, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :

a. informasi yang dapat membahayakan negara;

b. informasi yang berkaitan dengan kepentingan perlindungan usaha dari persaingan usaha tidak sehat;

c. informasi yang berkaitan dengan hak-hak pribadi;

d. informasi yang berkaitan dengan rahasia jabatan; dan/atau e. informasi Publik yang diminta belum dikuasai atau

didokumentasikan.

Kewajiban Badan Publik20:

(1) Badan Publik wajib menyediakan, memberikan dan/atau

menerbitkan Informasi Publik yang berada di bawah

kewenangannya kepada Pemohon Informasi Publik, selain informasi yang dikecualikan sesuai dengan ketentuan.

(2) Badan Publik wajib menyediakan Informasi Publik yang akurat, benar, dan tidak menyesatkan.

(3) Untuk melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Badan Publik harus membangun dan mengembangkan sistem informasi dan dokumentasi untuk mengelola Informasi Publik secara baik dan efisien sehingga dapat diakes dengan mudah. (4) Badan Publik wajib membuat pertimbangan secara tertulis setiap

kebijakan yang diambil untuk memenuhi hak setiap orang atas Informasi Publik.

(5) Pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) antara lain memuat pertimbangan politik, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau pertahanan dan kemanan negara.

(6) Dalam rangka memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (4) Badan Publik dapat

memanfaatkan sarana dan/atau media elektronik dan

nonelektronik.

8. Informasi yang Wajib Disediakan dan Diumumkan

Informasi yang wajib disediakan dan diumumkan secara berkala21:

19Pasal 6 UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik 20Pasal 7 UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik

(27)

(1) Setiap Badan Publik wajib mengumumkan Informasi Publik secara berkala.

(2) Informasi Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. informasi yang berkaitan dengan Badan Publik;

b. informasi mengenai kegiatan dan kinerja Badan Publik terkait; c. informasi mengenai laporan keuangan; dan/atau

d. informasi lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. (3) Kewajiban memberikan dan menyampaikan Informasi Publik

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan paling singkat 6 (enam) bulan sekali.

(4) Kewajiban menyebarluaskan Informasi Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan dengan cara yang mudah dijangkau oleh masyarakat dan dalam bahasa yang mudah dipahami.

(5) Cara-cara sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditentukan lebih lanjut oleh Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi di Badan Publik terkait.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban Badan Publik memberikan dan menyampaikan Informasi Publik secara berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur dengan Petunjuk Teknis Komisi Informasi.

Informasi yang Wajib Tersedia Setiap Saat22:

(1) Badan Publik wajib menyediakan Informasi Publik setiap saat yang meliputi :

a. daftar seluruh Informasi Publik yang berada di bawah penguasannya, tidak termasuk informasi yang dikecualikan;

b. hasil keputusan Badan Publik dan pertimbangannya;

c. seluruh kebijakan yang ada berikut dokumen pendukungnya; d. rencana kerja proyek termasuk di dalamnya perkiraan

pengeluaran tahunan Badan Publik;

e. perjanjian Badan Publik dengan pihak ketiga;

f . informasi dan kebijakan yang disampaikan Pejabat Publik dalam pertemuan yang terbuka untuk umum;

g. prosedur kerja pegawai Badan Publik yang berkaitan dengan pelayanan masyarakat; dan/atau

21Pasal 9 UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik 22Pasal 11 UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik

(28)

h. laporan mengenai pelayanan akses Informasi Publik sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

(2) Informasi Publik yang telah dinyatakan terbuka bagi masyarakat berdasarkan mekanisme keberatan dan/atau penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48, Pasal 49, dan Pasal 50 dinyatakan sebagai Informasi Publik yang dapat diakses oleh Pengguna Informasi Publik.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan kewajiban Badan Publik menyediakan Informasi Publik yang dapat diakses oleh pengguna Informasi Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Petunjuk Teknis Komisi Informasi.

M. Metode Penelitian

Penulis menentukan beberapa metode penelitian, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat penelitian hukum empiris, artinya penelitian ini dilakukan dengan mengkonsepsikan hukum sebagai pola perilaku masyarakat hukum dan/atau hukum sebagai aksi interaksi sosial yang meninjau praktek yang ada.

2. Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pemerintah se-Provinsi Kepulauan Riau dengan meninjau Implementasi Keterbukaan Informasi Publik.

3. Subjek Penelitian

Subjek penelitian pada penelitian ini yakni institusi pemerintah daerah di Provinsi Kepulauan Riau, ditentukan dengan pertimbangan bahwa objek penelitian merupakan representase dari Pemerintah Daerah di Provinsi Kepulauan Riau dengan kategori:

(29)

a. provinsi induk;

b. kabupaten/Kota tertua dan termuda yang terbentuk di Provinsi Kepulauan Riau;

c. memiliki website untuk publikasi; dan d. mudah di akses.

Maka penulis menentukan daerah objek penelitian, meliputi:

1) Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau 2) Pemerintah Kabupaten Bintan

3) Pemerintah Kota Batam

4) Pemerintah Kabupaten Karimun 5) Pemerintah Kabupaten Anambas.

Maka penulis menentukan pihak yang memiliki kapasitas untuk memberikan informasi atau keterangan tentang masalah yang diteliti sebagai berikut:

a) PPID Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau b) PPID Pemerintah Kota Batam

c) PPID Pemerintah Kabupaten Karimun d) PPID Pemerintah Kabupaten Bintan

e) PPID Pemerintah Kabupaten Kepulauan Anambas f) Ketua Komisi Informasi Provinsi Kepulauan Riau

g) Tokoh masyarakat yang memiliki kapasitas perihal subjek dan objek penelitian.

(30)

a. Data Primer

Data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian atau lapangan penelitian yang didapat dari wawancara ataupun data yang bersifat aktual.

b. Data Sekunder

1) Bahan Hukum Primer yaitu bahan yang mempunyai kekuatan mengikat secara yuridis seperti peraturan perundang-undangan, yang meliputi:

a) Undang-Undang Dasar 1945

b) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik

c) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik

d) Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.

2) Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang tidak mempunyai kekuatan mengikat secara yuridis sebagai pendukung untuk pelengkap bahan hukum primer atau smua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi. Dimana penulis mengunakan literatur-literatur kepustakaan

(31)

atau buku-buku yang berkaitan dengan penelitian, jurnal, internet serta media lainnya.

c. Teknik Pengumpulan Data

1) Metode Kepustakaan

Penelitian dalam membaca, mempelajari buku-buku referensi dan sumber-sumber lain yang berkaitan dengan masalah yang diteliti untuk mengambil teori-teori yang dapat membantu dalam menjawab tinjauan rumusan masalah dalam penelitian ini.

2) Wawancara

Yaitu melakukan tanya jawab kepada subjek penelitian untuk mendapatkan informasi yang lebih komplit mengenai fenomena yang terkait Implementasi Keterbukaan Informasi Publik di Provinsi Kepulauan Riau.

5. Analisis Data

Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif, penelitian kualitatif pada dasarnya adalah penelitian yang bersifat ekspolratif. Penelitian ini

berusaha mencoba menerangkan sesuatu yang terjadi. Sebuah

permasalahan sosial digali secara mendalam untuk mengetahui suatu kejadian maupun proses yang sedang berlangsung. Penelitian kualitatif

(32)

dibagi tiga model: kualitatif deskriptif, kualitaif verifikasi dan ground research.23

N. Sistematika Penulisan

Hasil penelitian ini disusun menjadi karya ilmiah dalam bentuk skripsi yang berjudul “Implementasi Keterbukaan Informasi Publik Ditinjau Dari Undang-Undang No. 14 Tahun 2008 Di Provinsi Kepulauan Riau” dan disajikan dalam bentuk deskripsi dan sistematika penulisan seperti berikut ini.

1. BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis menguraikan mengenai latar belakang dilakukannya penelitian ini, rumusan masalah, tujuan penelitian, orisinalitas penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian (jenis penelitian, pendekatan penelitian, objek penelitian, subjek penelitian, lokasi penelitian, sumber data penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data) sistematika penulisan dan daftar pustaka.

2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berisi tinjauan pustaka sesuai dengan judul dan atau rumusan masalah, memberikan berbagai pengertian, dasar hukum dan meyebutkan segala hal yang ada di literatur terkait dengan penelitian. Bab ini meliputi tinjauan umum tentang keterbukaan informasi publikdan peneliti diwajibkan memuat satu sub-bab terakhir tentang perspektif hukum islam terhadap pokok permasalahan penelitian.

3. BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

(33)

Bab ini menguraikan gambaran umum serta gambaran objek serta menjelaskan tentang hasil penelitian dan menjawab permasalahan- permasalahan dari penelitian dan menguraikan pembahasan mengenai implementasi dan penegakan hukumnya.

4. BAB IV PENUTUP

Bab ini memuat kesimpulan dan saran. Kesimpulan berisi ringkasan jawaban atas permasalahan yang diteliti sesuai dengan rumusan masalah. Saran berisi hal-hal yang diusulkan untuk perbaikan yang sesuai dengan hasil temuan penelitian.

(34)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

F. Good Governance

1. Pengertian Good Governance

Good governance merupakan suatu kesepakatan menyangkut pengaturan negara yang diciptakan bersama oleh pemerintah, masyarakat madani dan sektor swasta. Kesepakatan tersebut keseluruhan termasuk mekanisme, proses dan lembaga-lembaga dimana warga dan kelompok masyarakat mengutarakan kepentingannya, menggunakan hak hukumnya, memenuhi kewajiban dan menjembatani perbedaan diantara mereka. Istilah governance adalah pelaksanaan politik, ekonomi, dan administrasi dalam mengelola masalah-masalah bangsa. Pelaksanaan kewenangan tersebut dikatakan baik (good atau sound) jika dilakukan dengan efektif atau efisien, responsif terhadap kebutuhan rakyat, dalam suasana demokratis, akuntabel

serta transparansi.24

Good governance sebenarnya mempunyai makna sebagai kepengelolaan atau pengarahan yang baik bukan kepemerintahan yang baik, good governance juga dapat dipahami sebagai pijakan pertama dari

akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.25

24

Sirajudin dkk, Hukum Pelayanan Publik Berbasis Partisipasi & Keterbukaan Informasi, Setara Press, Malang, 2011, hlm 38-39

25Riant Nugroho Dwijowijoto, Kebijakan Publik (Formulasi, Implementasi, dan

(35)

Secara umum pengertian good governance menurut Lembaga Administrasi Negara (LAN) mengandung dua makna. Pertama, nilai-nilai yang menjunjung tinggi keinginan atau kehendak rakyat, dan nilai-nilai yang dapat meningkatkan kemampuan rakyat yang dalam pencapaian tujuan (Nasional) kemandirian pembangunan berkelanjutan dan berkeadilan sosial. Kedua, aspek-aspek fungsional dari pemerintahan yang efektif dan efisien

dalam pelaksanaan tugas-tugasnya untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.26

2. Prinsip Good Governance

UNDP (United Nation Development Program) mengatur 9 (sembilan)

prinsip good governance sebagai berikut27:

a. partisipasi, partisipasi menuntut setiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban untuk mengambil bagian dalam proses bernegara, berpemerintahan serta bermasyarakat. Partisipasi dapat dilakukan secara langsung maupun melalui institusi intermediasi seperti DPRD, LSM, dan lain sebagainya;

b. penegakan hukum, salah satu syarat kehidupan demokrasi adalah adanya penegakan hukum yang dilaksanakan dengan adil dan tanpa pandang bulu;

c. transparansi, adanya keterbukaan yang mencakup aspek aktivitas yang menyangkut kepentingan publik mulai dari proses pengambilan keputusan, penggunaan dana-dana publik sampai pada tahapan evaluasi;

d. daya tanggap, semua komponen yang terlibat dalam pembangunan good governance perlu memiliki daya tanggap terhadap keinginan maupun keluhan stakeholder;

e. berorientasi pada konsensus, di dalam good governance

pengambilan keputusan maupun pemecahan masalah diutamakan berdasarkan konsensus, yang dilanjutkan kesediaan konsisten melaksanakan konsensus yang telah diputuskan bersama;

f. keadilan, melalui prinsip good governance setiap warga negara mempunyai kesempatan yang sama untuk memperleh kesejahteraan,

26R Muhammad Mihradi, Kebebasan Informasi Publik Versus Rahasia Negara, Ghalia

Indonesia, Bogor, 2011, hlm 39

(36)

akan tetapi karena kemampuan masing-masing warga negara berbeda-beda, maka sektor publik perlu memainkan peranan agar kesejahteraan dan keadilan dapat berjalan seiring sejalan;

g. keefektifan dan efisiensi, agar mampu berkompetisi secara sehat dalam pencaturan dunia, kegiatan ketiga domain dalam governance perlu mengutamakan efektifitas dan efisiensi dalam setiap kegiatan; h. akuntabilitas, setiap kegiatan yang berkaitan dengan kepentingan

publik perlu mempertanggung jawabkannya kepada publik; dan i. visi strategis, dalam era yang berubah secara dinamis seperti

sekarang ini, visi itu sendiri dapat dibedakan antara visi jangka (20-25 tahun) dan visi jangka pendek sekitar 5 tahun.

3. Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik

Sejarah kelahiran AAUPB yakni sejak dianutnya konsepsi welfare state, yang menempatkan pemerintah sebagai pihak yang bertanggung jawab terhadap kesejahteraan umum warga negara dan untuk mewujudkan kesejahteraan ini pemerintah diberi wewenang untuk campur tangan dalam segala lapangan kehidupan masyarakat, yang dalam campur tangan ini tidak saja berdasarkan pada peraturan perundang-undangan, tetapi dalam keadaan tertentu dapat bertindak tanpa bersandar pada peraturan-perundangan, tetapi berdasarkan pada inisiatif sendiri melalui freies ermessen, ternyata menimbulkan kekhawatiran di kalangan warga negara. Karena dengan freies ermessen muncul peluang terjadinya benturan kepentingan antara pemerintah dengan rakyat baik dalam bentuk onrechtmatig overheidsdaad, detoutnement de pouvoir, maupun dalam bentuk willekeur, yang merupakan bentuk-bentuk penyimpangan tindakan pemerintah yang mengakibatkan terampasnya hak-hak asasi warga negara. Guna menghindari atau meminimalisasi terjadinya benturan tersebut, pada 1946 Pemerintah Belanda membentuk komisi yang dipimpin oleh de Monchy yang bertugas memikirkan dan meneliti beberapa alternatif tentang Verhoogde Rechtsbescherming atau peningkatan perlindungan hukum bagi rakyat dari tindakan administrasi negara yang menyimpang. Pada 1950 komisi de Monchy kemudian melaporkan hasil penelitiannya tentang ”algemene beginselem van behoorlijk bestuur” atau asas-asas umum pemerintahan

yang baik.28

Asas-asas umum pemerintahan yang baik dapat dipahami sebagai asas-asas umum yang dijadikan sebagai dasar dan tata cara dalam penyelenggaraan pemerintahan yang baik, yang dengan cara demikian penyelenggaraan pemerintahan itu menjadi baik, sopan,adil dan terhormat, bebas dari kezaliman, pelanggaran peraturan, tindakan penyalahgunaan

28Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, RajaGrafindo Persada, Jakarta,2016, hlm

(37)

wewenang, dan tindakan sewenang-wenang. Adapun macam-macam

AAUPB tersebut adalah sebagai berikut29:

a. asas kepastian hukum (principle of legal security); b. asas keseimbangan (principle of proportionality);

c. asas kesamaan dalam mengambil keputusan (principle of equality); d. asas bertindak cermat (principle of equality);

e. asas motivasi untuk setiap keputusan (principle of motivation); f. asas tidak mencapuradukkan kewenangan (principle of non misuse

of competence);

g. asas permainan yang layak (principle of fair play);

h. asas keadilan dan kewajaran (principle of reasonable or prohibition of arbitrariness);

i. asas kepercayaan dan menanggapi pengharapan yang wajar (principle of meeting raised expectation);

j. asas meniadakan akibat suatu keputusan yang batal (principle of undoing the concequences of an annuled decision);

k. asas perlindungan atas pandangan atau cara hidup pribadi (principle

of protecting the personal may of life); l. asas kebijaksanaan (sapientia); dan

m. asas penyelenggaraan kepentingan umum (principle of public service).

4. Asas-Asas Umum Penyelenggaraan Negara

Pasal 3 Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas KKN menyebutkan asas-asas umum

penyelenggaraan negara meliputi30:

a. asas kepastian hukum, yaitu asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggara negara;

b. asas tertib penyelenggaraan negara, yaitu asas yang menjadi landasan keteraturan, keserasian, dan keseimbangan dalam pengendalian penyelenggara negara;

c. asas kepentingan umum, yaitu asas yang mendahulukan

kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif, dan selektif;

d. asas keterbukaan, yaitu asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak

diskriminatif tentang penyelenggraan negara dengan tetap

29Ibid hlm 244 30Ibid hlm 241

(38)

memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara;

e. asas proporsionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban penyelenggara negara;

f. asas profesionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan

g. asas akuntabilitas, yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggara negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

G. Dasar Hukum Keterbukaan Informasi Publik

Keterbukaan informasi publik di Indonesia memiliki dasar hukum, dasar

hukum tersebut adalah sebagai berikut31:

1. UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.

2. UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.

3. UU No. 43 tahun 2009 tentang Kearsipan.

4. PP No. 61 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan UU No. 14 Tahun 2008

tentang Keterbukaan Informasi Publik.

5. PP No. 96 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan UU No. 25 Tahun 2009

tentang Pelayanan Publik.

6. PP No. 28 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan UU No. 43 Tahun 2009

tentang Kearsipan.

31

(39)

7. Permendagri No. 35 Tahun 2010 tentang Pedoman Pengelolaan Pelayanan Informasi dan Dokumentasi di Lingkungan Kementerian

Dalam Negeri dan Pemerintahan Daerah.

8. Peraturan Komisi Informasi No. 1 Tahun 2010 tentang Standar Layanan

Informasi Publik.

9. Peraturan Komisi Informasi No. 1 Tahun 2013 tentang Prosedur

Penyelesaian Sengketa Informasi Publik.

H. Pengertian Informasi, Informasi Publik, dan Badan Publik 1. Pengertian Informasi

Informasi adalah keterangan, pernyataan, gagasan, dan tanda-tanda yang mengandung nilai, makan, dan pesan, baik data, fakta maupun penjelasannya yang dapat dilihat, didengar, dan dibaca yang disajikan dalam berbagai kemasan dan format sesuai dengan perkembangan teknologi

informasi dan komunikasi secara elektronik ataupun nonelektronik.32

2. Pengertian Informasi Publik

Informasi publik adalah informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim, dan/atau diterima oleh suatu badan publik yang berkaitan dengan penyelenggara dan penyelenggaraan negara dan/atau penyelenggara dan

(40)

penyelenggaraan badan publik lainnya yang sesuai dengan Undang-Undang

ini serta informasi lain yang berkaitan dengan kepentingan publik.33

3. Pengertian Badan Publik

Badan publik adalah lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, dan badan lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara, yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, atau organisasi nonpemerintah sepanjang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, sumbangan masyarakat, dan/atau

luar negeri.34

I. Asas-Asas Keterbukaan Informasi Publik

1. Asas Keterbukaan Informasi Publik Menurut UU No. 14 Tahun 2008 Asas Keterbukaan Informasi Publik ditentukan pada Pasal 2 Undang-Undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik yang terdiri dari35:

a. setiap informasi publik bersifat terbuka dan dapat diakses oleh setiap pengguna informasi publik. Dengan informasi bersifat terbuka maka penyelenggaraan pemerintahan akan terbuka untuk diawasi dan bersifat terbuka juga karena setiap orang berhak untuk memperoleh informasi. Bahkan partisipasi atau pelibatan

33Ibid angka 2 34Ibid angka 3

(41)

masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan mustahil terwujud tanpa jaminan keterbukaan Informasi Publik;

b. informasi publik yang dikecualikan bersifat ketat dan terbatas. Artinya, meskipun prinsip dasarnya Informasi Publik bersifat terbuka, namun tetap saja ada pengecualiaan dan pengecualian itu benar-benar dilakukan dengan ketat dan terbatas, sehingga tidak menyebabkan hilang atau berkurangnya sifat terbuka sebagai asas utama;

c. setiap informasi publik harus dapat diperoleh setiap pemohon Informasi Publik dengan cepat dan tepat waktu, biaya ringan, dan cara sederhana. Tepat waktu maksudnya pemenuhan atas permintaan informasi dilakukan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini. Biaya ringan maksudnya biaya yang dikenakan secara proporsional berdasarkan standar biaya pada umumnya, sedangkan cara sederhana artinya informasi yang diminta dapat diakses secara mudah dalam hal prosedur dan juga mudah difahami; dan

d. informasi publik yang dikecualikan bersifat rahasia sesuai dengan Undang-Undang, kepatutan, dan kepentingan umum didasarkan pada pengujian tentang “konsekuensi” yang timbul apabila suatu

informasi diberikan kepada masyarakat serta setelah

dipertimbangkan dengan seksama bahwa menutup Informasi Publik dapat melindungi kepentingan yang lebih besar daripada

membukanya atau sebaliknya. Yang dimaksud dengan

“konsekuensi” yang timbul adalah konsekuensi yang

membahayakan kepentingan yang dilindungi berdasarkan Undang-Undang ini apabila suatu Informasi dibuka. Suatu Informasi yang dikategorikan terbuka atau tertutup harus didasarkan pada kepentingan publik. Jika kepentingan publik yang lebih besar dapat dilindungi dengan menutup suatu Informasi, Informasi tersebut harus dirahasiakan atau ditutup dan/ atau sebaliknya.

2. Asas Keterbukaan Informasi Publik dalam Pengertian Umum

Pertama adalah asas transparansi, dalam hal transparansi pemerintahan terdapat beberapa aspek yang harus tampak, bahwa asas transparansi mewajibkan pemerintah untuk secara aktif memberikan informasi kepada masyarakat tentang suatu permohonan atas suatu rencana tindak pemerintahan dan mewajibkan untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat atas hal yang diminta. Disamping itu, asas transparansi memberikan kewajiban bagi pemerintah untuk mengumumkan setiap rencana pengambilan keputusan pemerintahan yang akan maupun yang

telah diambilnya36. Asas Transparansi dalam pengertian lain yakni adanya

36Husni Thamrin, Hukum Pelayanan Publik Di Indonesia, cetakan II, Aswaja Pressindo,

(42)

keterbukaan yang dibangun atas dasar kebebasan memperoleh informasi. Artinya berbagai proses, institusi, dan informasi harus dapat diakses oleh semua pihak yang berkepentingan. Dengan perkataan lain bahwa segala informasi yang berkaitan dengan kepentingan publik dapat diperoleh secara

langsung dan tepat waktu bagi yang membutuhkan37. Transparansi lebih

mengarah pada kejelasan mekanisme formulasi dan implementasi kebijakan, program dan proyek yang dibuat dan dilaksanakan pemerintah. Pemerintahan yang baik adalah pemerintah yang bersifat transparan terhadap rakyatnya. Rakyat secara pribadi dapat mengetahui secara jelas dan tanpa ada yang ditutupi mengenai proses perumusan kebijakan publik dan

implementasinya38. Indikator minimal suatu lembaga dapat dikatakan

transparan antara lain tersedianya informasi yang memadai pada setiap proses penyusunan dan implementasi kebijakan publik, selanjutnya adanya akses pada informasi yang siap, mudah dijangkau, bebas diperoleh dan tepat waktu. Perangkat pendukung indikator minimal suatu lembaga dapat dikatakan transparan antara lain: peraturan yang menjamin hak untuk mendapatkan informasi; pusat/balai informasi; website; iklan layanan

masyarakat, media cetak dan pengumuman.39

Kedua adalah asas partisipasi, asas partisipasi memiliki makna yaitu adanya keterlibatan berbagai pihak dalam tahap pengambilan suatu kebijakan. Partisipasi mencakup keterlibatan masyarakat untuk turut serta dalam pengambilan keputusan baik dalam kaitannya pembuatan, pelaksanaan maupun evaluasi dalam suatu kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah. Keaktifan masyarakat sangat dibutuhkan untuk mewujudkan good governance. Pemerintah yang baik adalah pemerintah yang bersifat terbuka dan transparan dalam memberikan data dan informasi yang memadai bagi masyarakat sebagai bahan untuk melakukan penilaian atas

jalannya pemerintahan40. Asas partisipasi merupakan cerminan budaya

demokratis yang menekankan bahwa proses perumusan sebuah regulasi harus memperhatikan aspirasi masyarakat. Sebab, regulasi yang dirumuskan melalui proses yang transparan dan partisipatif akan lebih efektif memperoleh dukungan dari stakeholder dibandingkan dengan regulasi yang dihasilkan dari teori Otonomi Negara ataupun teori koalisi dan kepentingan

ekonomi.41

Ketiga adalah asas akuntabilitas, akuntabilitas berarti pertanggung jawaban pemerintah dalam kebijakan yang diambil dan tindakan yang dilakukan, karena semua kebijakan dan tindakan pemerintah harus dipertanggung jawabkan kepada masyarakat. Akuntabilitas dalam pengertian lain adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan

37Deddy Mulyadi dkk, Administrasi Publik Untuk Pelayanan Publik, Alfabeta, Bandung,

2016, hlm 22

38R Muhammad Mihradi, Op.Cit hlm 43 39

Dadang Solihin, Op.Cit, hlm 11

40Ibid

41Kristian Widya Wicaksono, Telaah Kritis Administrasi & Manajemen Sektor Publik di

(43)

hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggung jawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

yang berlaku42. Adapun akuntabilitas yang harus dipenuhi oleh badan

publik, yaitu43:

a. akuntabilitas kejujuran dan hukum (accountability for probity and legality) yang berarti akuntabilitas terkait dengan penghindaran

penyalahgunaan wewenang (abuse ofpower), sedangkan

akuntabilitas hukum terkait dengan jaminan adanya

kepatuhanterhadap hukum dan peraturan lain dalam penggunaan dana publik;

b. akuntabilitas proses (process accountability) yang berarti akuntabilitas proses terkait dengan apakah prosedur yang digunakan dalampelaksanaan tugas sudah cukup baik dalam hal kecukupan sistem informasiakuntansi, sistem informasi manajemen dan prosedur administrasi, Akuntabilitas proses tercermin dalam pemberian pelayanan publik yang cepat, responsif, dan murah biaya;

c. akuntabilitas program (program accountability) yang berarti akuntabilitas program terkait dengan pertimbangan apakah tujuan yang ditetapkan dapat mencapai atau tidak dan apakah telah mempertimbangkan alternatif programyang memberikan hasil yang optimal dengan biaya yang minimal; dan

d. akuntabilitas kebijakan (policy accountability) yang berarti akuntabilitas kebijakan terkait dengan pertanggungjawaban pemerintah ataskebijakan yang diambil kepada legislatif dan masyarakat.

J. Tujuan Keterbukaan Informasi Publik

Tujuan Keterbukaan Informasi Publik diatur dalam Pasal 3 Undang- Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi publik yakni untuk44:

a. menjamin hak warga negara untuk mengetahui rencana pembuatan kebijakan publik, program kebijakan publik, dan proses pengambilan

42Sirajudin dkk, Op.Cit hlm 41

43Mardiasmo, Akuntansi Sektor Publik, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2000, hlm 55 44Pasal 3 UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik

(44)

keputusan publik, serta alasan pengambilan suatu keputusan keputusan publik;

b. mendorong partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan kebijakan publik;

c. meningkatkan peran aktif masayarakat dalam pengambilan kebijakan publik dan pengelolaan Badan Publik yang baik;

d. mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik, yaitu yang transparan, efektif dan efisien, akuntabel serta dapat dipertanggungjawabkan; e. mengetahui alasan kebijakan publik yang mempengaruhi hajat hidup

orang banyak;

f. mengembangkan ilmu pengetahuan dan mencerdaskan kehidupan

bangsa; dan/atau

g. meningkatkan pengelolaan dan pelayanan informasi di lingkungan Badan Publik untuk menghasilkan layanan informasi yang berkualitas.

Dalam pelaksanaan Keterbukaan Informasi Publik, seluruh jajaran pejabat publik harus menjadi lebih transparan, bertanggung jawab, dan berorientasi pada pelayanan rakyat yang sebaik-baiknya karena pelaksanaan Keterbukaan Informasi Publik bukan semata-mata tugas Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi saja, tetapi menjadi tugas Badan Publik beserta seluruh sumber daya

manusianya.45

G. Ruang Lingkup Informasi Publik

1. Informasi yang Wajib Diumumkan Secara Berkala

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik mengatur tentang informasi yang wajib diumumkan secara berkala

sebagaimana diatur dalam Pasal 9, yang menjelaskan bahwa46:

(1) Setiap Badan Publik wajib mengumumkan Informasi Publik secara berkala.

(2) Informasi Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

45Penjelasan Umum Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik

(45)

a. informasi yang berkaitan dengan Badan Publik;

b. informasi mengenai kegiatan dan kinerja Badan Publik terkait; c. informasi mengenai laporan keuangan; dan/atau

d. informasi lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. (3) Kewajiban memberikan dan menyampaikan Informasi Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan paling singkat 6 (enam) bulan sekali.

(4) Kewajiban menyebarluaskan Informasi Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan dengan cara yang mudah dijangkau oleh masyarakat dan dalam bahasa yang mudah dipahami.

(5) Cara-cara sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditentukan lebih lanjut oleh Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi di Badan Publik terkait.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban Badan Publik memberikan dan menyampaikan Informasi Publik secara berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur dengan Petunjuk Teknis Komisi Informasi.

2. Informasi yang Wajib Tersedia Setiap Saat

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik mengatur tentang informasi yang wajib tersedia setiap saat

sebagaimana diatur dalam Pasal 11, yang menjelaskan bahwa47:

(1) Badan Publik wajib menyediakan Informasi Publik setiap saat yang meliputi:

a. daftar seluruh Informasi Publik yang berada di bawah penguasannya, tidak termasuk informasi yang dikecualikan;

b. hasil keputusan Badan Publik dan pertimbangannya;

c. seluruh kebijakan yang ada berikut dokumen pendukungnya; d. rencana kerja proyek termasuk di dalamnya perkiraan

pengeluaran tahunan Badan Publik;

e. perjanjian Badan Publik dengan pihak ketiga;

f . informasi dan kebijakan yang disampaikan Pejabat Publik dalam pertemuan yang terbuka untuk umum;

g. prosedur kerja pegawai Badan Publik yang berkaitan dengan pelayanan masyarakat; dan/atau

(46)

h. laporan mengenai pelayanan akses Informasi Publik sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

(2) Informasi Publik yang telah dinyatakan terbuka bagi masyarakat berdasarkan mekanisme keberatan dan/atau penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48, Pasal 49, dan Pasal 50 dinyatakan sebagai Informasi Publik yang dapat diakses oleh Pengguna Informasi Publik.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan kewajiban Badan Publik menyediakan Informasi Publik yang dapat diakses oleh pengguna Informasi Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Petunjuk Teknis Komisi Informasi.

3. Informasi yang Dikecualikan

Setiap Badan Publik wajib membuka akses bagi setiap Pemohon

Informasi Publik untuk mendapatkanInformasi Publik, kecuali48:

a. informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada pemohon Informasi Publik dapatmenghambat proses penegakan hukum, yaitu informasi yang dapat:

1) menghambat proses penyelidikan dan penyidikan suatu tindak pidana;

2) mengungkapkan identitas informan, pelapor, saksi, dan/atau korban yang mengetahui adanya tindak pidana;

3) mengungkapkan data intelijen kriminal dan rencana-rencana yang berhubungan dengan pencegahan dan penanganan segala bentuk kejahatan transnasional;

4) membahayakan keselamatan dan kehidupan penegak hukum dan/atau keluarganya; dan/atau

5) membahayakan keamanan peralatan, sarana, dan/atau prasarana penegak hukum.

b. informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada pemohon Informasi Publik dapat mengganggu kepentingan perlindungan hak atas kekayaan intelektual dan perlindungan dari persaingan usaha tidak sehat;

c. informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada pemohon Informasi Publik dapat membahayakan pertahanan dan keamanan negara, yaitu:

1) informasi tentang strategi, intelijen, operasi, taktik dan teknik yang berkaitan denganpenyelenggaraan sistem pertahanan dan keamanan negara, meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan dan

(47)

pengakhiran atau evaluasi dalam kaitan dengan ancaman dari dalam dan luar negeri;

2) dokumen yang memuat tentang strategi, intelijen, operasi, teknik dan taktik yang berkaitan dengan penyelenggaraan sistem pertahanan dan keamanan negara yang meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan dan pengakhiran atau evaluasi;

3) jumlah, komposisi, disposisi, atau dislokasi kekuatan dan kemampuan dalampenyelenggaraan sistem pertahanan dan keamanan negara serta rencanapengembangannya;

4) gambar dan data tentang situasi dan keadaan pangkalan dan/atau instalasi militer;

5) data perkiraan kemampuan militer dan pertahanan negara lain terbatas pada segala tindakan dan/atau indikasi negara tersebut yang dapat membahayakan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan/atau data terkait kerjasama militer dengan negara lain yang disepakati dalam perjanjian tersebut sebagai rahasia atau sangat rahasia;

6) sistem persandian negara; dan/atau 7)sistem intelijen negara.

d. informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada pemohon Informasi Publik dapat mengungkapkan kekayaan alam Indonesia;

e. informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada pemohon Informasi Publik, dapat merugikan ketahanan ekonomi nasional:

1) rencana awal pembelian dan penjualan mata uang nasional atau asing, saham dan aset vital milik negara;

2) rencana awal perubahan nilai tukar, suku bunga, dan model operasi institusi keuangan;

3) rencana awal perubahan suku bunga bank, pinjaman pemerintah, perubahan pajak, tarif, atau pendapatan negara/daerah lainnya; 4) rencana awal penjualan atau pembelian tanah atau properti; 5) rencana awal investasi asing;

6) proses dan hasil pengawasan perbankan, asuransi, atau lembaga keuangan lainnya; dan/atau

7) hal-hal yang berkaitan dengan proses pencetakan uang.

f. informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada pemohon Informasi Publik, dapat merugikan kepentingan hubungan luar negeri:

1) posisi, daya tawar dan strategi yang akan dan telah diambil oleh negara dalam hubungannya dengan negosiasi internasional; 2) korespondensi diplomatik antarnegara;

(48)

3) sistem komunikasi dan persandian yang dipergunakan dalam menjalankan hubunganinternasional; dan/atau

4) perlindungan dan pengamanan infrastruktur strategis Indonesia di luar negeri.

g. informasi publik yang apabila dibuka dapat mengungkapkan isi akta otentik yang bersifat pribadi dan kemauan terakhir ataupun wasiat seseorang;

h. informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada pemohon Informasi Publik dapat mengungkap rahasia pribadi, yaitu:

1) riwayat dan kondisi anggota keluarga;

2) riwayat, kondisi dan perawatan, pengobatan kesehatan fisik, dan psikis seseorang;

3) kondisi keuangan, aset, pendapatan, dan rekening bank seseorang;

4) hasil-hasil evaluasi sehubungan dengan kapabilitas,

intelektualitas, dan rekomendasikemampuan seseorang; dan/atau 5) catatan yang menyangkut pribadi seseorang yang berkaitan dengan kegiatan satuanpendidikan formal dan satuan pendidikan nonformal.

i. memorandum atau surat-surat antar Badan Publik atau intra Badan Publik, yang menurut sifatnya dirahasiakan kecuali atas putusan Komisi Informasi atau pengadilan; dan/atau

j. informasi yang tidak boleh diungkapkan berdasarkan Undang-Undang.

H. Hak dan Kewajiban Pengguna Informasi Publik Serta Hak dan Kewajiban Badan Publik

Gambar

Tabel 3.1 Rekapitulasi Sengketa Informasi Publik Pertahun  REKAPITULASI SENGKETA INFORMASI PUBLIK DI

Referensi

Dokumen terkait

Implementasi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik di Kabupaten Pandeglang. Identifikasi masalah : 1) keterbukaan Informasi di Kabupaten Pandeglang

(1) Upaya penyelesaian Sengketa Informasi Publik diajukan kepada Komisi Informasi Pusat dan/atau Komisi Informasi provinsi dan/atau Komisi Informasi kabupaten/kota

Implementasi kebijakan pengelolaan kawasan perbatasan yang dikaji pada penelitian ini adalah, bagaimana Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau dalam mengimplementasikan

Salah satu prestasi Pemerintah Republik Indonesia dalam bidang Keterbukaan Informasi Publik membanggakan ialah diterbitkanya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang

Pemerintah pusat sebagai induk pemerintahan diharapkan mendukung upaya pengelolaan sumber daya laut oleh Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Riau dengan mengeluarkan

Pembahasan mengenai efektivitas penegakan hukum terhadap badan publik yang tidak memberikan informasi publik di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Faktor- faktor yang

Dengan Peraturan Daerah ini dibentuk Lembaga Penyiaran Publik Lokal Televisi Pendidikan Provinsi Kepulauan Riau yang selanjutnya disebut LPPL TV Pendidikan Kepri dan

Selain sasaran yang sudah dijelaskan diatas dalam keterbukaan informasi publik selain kelompok sasaran, sasaran yang dicapai dengan diterapkannya keterbukaan informasi publik yaitu