PENENTUAN STATUS KEIMIGRASIAN
DAN KEWARGANEGARAAN
Devi Laksmi
Friment F.S. Aruan
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA
2020
MODUL BEST PRACTICE
Teknis Substantif
BPSDM KUMHAM Press
Jalan Raya Gandul No. 4 Cinere – Depok 16512
Telepon (021) 7540077, 754124 Faksimili (021) 7543709, 7546120 Laman : http://bpsdm.kemenkumham.go.id
Cetakan ke-1 : September 2020 Perancang Sampul : Sigit Supradah Penata Letak : Bimo Setyoseno Ilustrasi Sampul : cleanpng.com x+46 hlm.; 18 × 25 cm
ISBN: 978-623-6869-16-1
Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang mengutip dan mempublikasikan
sebagian atau seluruh isi buku tanpa izin dari Penerbit Dicetak oleh:
PERCETAKAN POHON CAHAYA isi di luar tanggung jawab percetakan
Penulis : Devi Laksmi Friment F.S. Aruan
PENENTUAN STATUS KEIMIGRASIAN
DAN KEWARGANEGARAAN
MODUL BEST PRACTICE
Teknis Substantif
KATA SAMBUTAN
KATA SAMBUTAN
Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya Modul Best Practice berjudul “Jaminan Fidusia Online Dalam Memberikan Kepastian Hukum” telah terselesaikan. Modul ini disusun untuk membekali para pembaca agar mengetahui dan memahami salah satu tugas dan fungsi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Modul Best Pratice merupakan strategi pendokumentasian pengetahuan
tacit yang masih tersembunyi dan tersebar di banyak pihak, untuk menjadi bagian
dari aset intelektual organisasi. Langkah ini dilakukan untuk memberikan sumber – sumber pengetahuan yang dapat disebarluaskan sekaligus dipindah tempatkan atau replikasi guna peningkatan kinerja individu maupun organisasi. Keberadaan Modul Best Practices dapat mendukung proses pembelajaran mandiri, pengayaan materi pelatihan dan peningkatan kemampuan organisasi dalam konteks pengembangan kompetensi yang terintegrasi (Corporate University) dengan pengembangan karir.
Modul Best Practices pada artinya dapat menjadi sumber belajar guna memenuhi hak dan kewajiban pengembangan kompetensi paling sedikit 20 jam pelajaran (JP) bagi setiap pegawai. Hal ini sebagai implementasi amanat Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Aparatur Sipil Negara (ASN).
Dalam kesempatan ini, kami atas nama Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Hukum dan Hak Asasi Manusia menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak atas dukungan dan kontribusinya dalam penyelesaian modul ini. Segala kritik dan saran sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas publikasi ini. Semoga modul ini dapat berkontribusi positif bagi para pembacanya dan para pegawai di Lingkungan Kementerian Hukum dan HAM.
iv Penentuan Status Keimigrasian dan Kewarganegaraan Jakarta, Agustus 2020
Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Hukum dan Hak Asasi Manusia,
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas kehendak dan perkenan-Nya masih diberikan kesempatan dan kesehatan dalam rangka penyusunan Modul Best Practice berjudul Layanan Kekayaan Intelektual
Berbasis Teknologi Informasi Melalui Iproline Merek.
Modul Best Practice Layanan Kekayaan Intelektual Berbasis Teknologi
Informasi Melalui Iproline Merek sebagai sumber pembelajaran dalam meningkatkan pemahaman dan pengetahuan terhadap keberagaman bidang tugas dan fungsi serta kinerja organisasi Kemenkumham. Selain itu upaya untuk memperkuat dan mengoptimalkan kegiatan pengabadian aset intelektual dari pengetahuan tacit individu menjadi pengetahuan organisasi. Pengetahuan tacit yang berhasil didokumentasikan, akan sangat membantu sebuah organisasi dalam merumuskan rencana strategis pengembangan kompetensi baik melalui pelatihan maupun belajar mandiri, serta implementasi Kemenkumham Corporate
University (CorpU).
Demikian Modul Best Practice Layanan Kekayaan Intelektual Berbasis
Teknologi Informasi Melalui Iproline. disusun, dengan harapan modul ini dapat
bermanfaat dalam meningkatkan kompetensi bagi pembaca khususnya pegawai di lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Depok, 26 Oktober 2020
Kepala Pusat Pengembangan Diklat Teknis dan Kepemimpinan,
Hantor Situmorang
DAFTAR ISI
KATA SAMBUTAN ... iii
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Deskripsi Singkat ... 3
C. Manfaat Modul ... 5
D. Tujuan ... 5
BAB II SEJARAH SINGKAT UNDANG - UNDANG KEWARGANEGARAAN INDONESIA ... 7
A. Undang - Undang No.62 Tahun 1958 ... 7
1. Siapa Warganegara Republik Indonesia. ... 8
2. Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia. ... 9
3. Persyaratan Permohonan SBKRI. ... 10
4. Prosedur Permohonan SBKRI ... 15
B. Peraturan Perundang - undang Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia Era Reformasi . ... 16
1. Siapa saja Warga negara Indonesia ... 17
2. Syarat Tata Cara Memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia ... 18
3. Kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia ... 22
viii Penentuan Status Keimigrasian dan Kewarganegaraan
BAB III ANAK BERKEWARGANEGARAAN GANDA ... 27
1. Siapa saja yang menjadi Anak Berkewarganegaraan Ganda .... 27
2. Pendaftaran Anak Berkewarganegaraan Ganda dan Permohonan Fasilitas Keimigrasian. ... 30
3. Fasilitas Keimigrasian ... 31
BAB IV SURAT KETERANGAN KEIMIGRASIAN ... 35
1. Pengertian Surat Keterangan Keimigrasian ... 35
2. Persyaratan Surat Keterangan Keimigrasian ... 35
3. Proses Perolehan Surat Keterangan Keimigrasian ... 38
BAB V PENUTUP ... 41
Persyaratan Pewarganegaraan ... 18
Alur Permohonan Pewarganegaraan ... 18
Pewarganegaraan berdasarkan Perkawinan Pasal 19 secara online sistem 19 Alur Permohonan Kewarganegaaraan non elektronik ... 19
Alur Penyampaian Permohonan Kewarganegaraan Secara Elektronik ... 20
Persyaratan Pewarganegaraan melalui Penghargaan ... 21
Pewarganegaraan melalui Penghargaan ... 21
Surat Keputusan Kewarganegaraan ... 25
Anak Berkewarganegaraan Ganda ... 27
Tata cara pendaftaran Anak Berkewarganegaraan Ganda ... 30
Tata Cara Permohonan Surat Keterangan Keimigrasian ... 36
Contoh Surat Keterangan Keimigrasian ... 39
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Warga negara adalah merupakan salah satu syarat berdirinya suatu negara selain wilayah dan pemerintahan, oleh karena itu Warga Negara merupakan salah satu hal yang bersifat principal dalam kehidupan bernegara. Tidaklah mungkin suatu negara dapat berdiri tanpa adanya Warga Negara. Disini Pemerintah dapat menentukan siapa saja yang dapat menjadi Warga Negara dengan memenuhi persyaratan yang diatur dalam peraturan perundang - undangan tentang Kewarganegaraan.
Gambaran ini juga berlaku di Indonesia dimana Warga Negara Republik Indonesia adalah merupakan unsur dari negara Republik Indonesia dan setiap orang yang menjadi warga negara Republik Indonesia, terikat secara juridis terhadap ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia. Keterikatan itu merupakan komitmen warga negara terhadap negara Republik Indonesia yang berdasarkan atas hukum (rechtstaat). Bentuk pengaturan tentang Kewarganegaraan di Indonesia dimulai sejak masa Proklamasi Kemerdekaan dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 3 Tahun 1946 Tentang Warganegara dan Penduduk Negara yaitu sebagai upaya pemerintah melakukan pembenahan atas perlindungan terhadap hak warganegaranya hingga Tahun 1958 yaitu dengan dikeluarkannya Undang- undang Nomor 62 Tahun 1958 Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. Namun demikian peraturan yang ada saat itu belum memenuhi kebutuhan dan mengakomodir akan hak dari warganegara, hal ini disadari bahwa secara filosofis, yuridis dan sosiologis Undang-undang Nomor 62 Tahun 1958 tidak sesuai lagi dengan perkembangan masyarakat dan ketatanegaraan Republik Indonesia. Seiring memasuki era reformasi, Pemerintah telah mengundangkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia
2 Penentuan Status Keimigrasian dan Kewarganegaraan sebagai pengganti Undang-Undang Kewarganegaraan Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 1958 yang lebih memberikan perlindungan kepada warganya.
Sejatinya pemilikan status kewarganegaraan Republik Indonesia oleh seseorang membawa akibat yang luas yaitu menyangkut hak dan kewajibannya terhadap Pemerintah dan Negara Republik Indonesia. Keadaan demikian dampaknya akan terkena langsung kepada kejelasan status kewarganegaraan seseorang, agar tidak terjadi kesalahan penentuan status kewarganegaraan bagi mereka yang selalu melintasi batas wilayah negara dalam rangka pergaulan masyarakat dunia. Hal tersebut sejalan dengan pembaruan undang-undang kewarganegaraan yang mencerminkan aspek kebutuhan masa kini dan masa depan agar dapat menunjang etos kerja pembangunan bidang hukum sebagai jaminan kepastian hukum mengenai status kewarganegaraan seseorang yang pada gilirannya dapat mengatur ketertiban kehidupan masyarakat dalam era globalisasi saat ini.
Direktorat Jenderal Imigrasi adalah unsur pelaksana tugas dan fungsi Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia dibidang Keimigrasian yang merupakan bagian dari perwujudan pelaksanaan penegakan kedaulatan atas wilayah Indonesia dalam rangka menjaga ketertiban kehidupan berbangsa dan bernegara menuju masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Perkembangan global dewasa ini mendorong meningkatnya mobilitas penduduk dunia yang menimbulkan berbagai dampak, baik yang menguntungkan maupun yang merugikan kepentingan dan kehidupan bangsa dan negara Republik Indonesia. Untuk menghadapi situasi tersebut dalam pelaksanaan tugas dan fungsi Keimigrasian sangatlah penting bagi Pejabat Imigrasi untuk memiliki
pengetahuan tentang kewarganegaraan. Seperti dalam hal penerbitan Paspor Republik Indonesia Pejabat Imigrasi harus dapat terlebih dahulu memastikan bahwa yang akan diberikan paspor Republik Indonesia tersebut adalah warga negara Indonesia bukan orang asing. Demikian juga halnya dengan Pejabat Imigrasi yang bertugas di Tempat Pemeriksaan Imigrasi harus mengetahui bahwa kepemilikan 2 (dua) paspor kebangsaan tidak diperbolehkan bagi Warga Negara Indonesia yang mana akan berdampak tehadap kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesa,
terkecuali bagi Anak Berkewarganegaraan Ganda diperbolehkan memiliki 2 (dua) paspor kebangsaan sampai batas waktu tertentu sebagaimana diatur dalam undang – undang dimana kemudian mereka harus memilih menjadi asing atau warga negara Indonesia. Pengetahuan kewarganegaraan bukan hanya penting bagi Pejabat Imigrasi yang bertugas di wilayah Republik Indonesia tapi juga bagi Pejabat Imigrasi yang ditempatkan di Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi Keimigrasian memberikan pelayanan Keimigrasian, penegakan hukum, keamanan negara dan sebagai fasilitator pembangunan kesejahteraan masyarakat.
B. Deskripsi Singkat
Modul status keimigrasian dan kewarganegaraan ini dibuat dengan tujuan memberikan pemahaman dan pengetahuan bagi pembaca mengenai permasalahan kewarganegaraan meliputi siapa yang menjadi Warga Negara Indonesia, bagaimana cara memperoleh Kewarganegaraan Indonesia, bagaimana kehilangan kewarganegaraan Indonesia dan bagaimana cara memperoleh Kembali kewarganegaraan Indonesia. Adanya perkawinan campur antara warga negara Indonesia dengan orang asing akan melahirkan anak berkewarganegaraan ganda yang mengakibatkan adanya hak dan kewajiban anak berkewarganegaraan ganda. Bagi orang asing yang akan mengajukan permohonan untuk menjadi warga negara Indonesia baik melalui pewarganegaraan atau menyampaikan pernyataan untuk menjadi warga negara Indonesia terlebih dahulu harus memiliki Surat Keterangan Keimigrasian yang menerangkan tentang masa tinggal orang asing tersebut di Indonesia.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Hukum Dan HAM RI nomor 29 Tahun 2015 tanggal 29 September 2015 Tentang Oraganisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Republik Indonesia, Direktorat Izin Tinggal Keimigrasian mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pemberian bimbingan teknis dan supervisi , pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang Izin Tinggal Keimigrasian sesuai dengan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Imigrasi.
Dalam pelaksanaan tugas tersebut Direktorat Izin Tinggal Keimigrasian Menyelenggarakan fungsi :
4 Penentuan Status Keimigrasian dan Kewarganegaraan a. Penyiapan perumusan kebijakan teknis di bidang izin tinggal, alih status izin
tinggal , serta status keimigrasian dan kewarganegaran;
b. Penyiapan penyusunan standarisasi di bidang izin tinggal, alih status izin tinggal serta status keimigrasian dan kewarganegaraan;
c. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi di bidang izin tinggal, alih status izin tinggal serta status keimigrasian dan kewarganegaraan;
d. Pelaksanaan kebijaksanaan teknis di bidang izin tinggal, alih status izin tinggal serta status keimigrasian dan kewarganegaraan;
e. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang izin tinggal, alih status izin tinggal serta status keimigrasian dan kewarganegaraan; dan
f. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga, serta evaluasi dan penyusunan laporan Direktorat Izin Tinggal Keimiggrasian.
Direktorat Izin Tinggal Keimigrasian terdiri dari beberapa bagian yaitu : a. Subdirektorat Izin Tinggal;
b. Subdirektorat Alih Status Izin Tinggal;
c. Subdirektorat Status Keimigrasian dan Kewarganegaraan; dan d. Subbagian Tata Usaha; dan
e. Kelompok Jabatan Fungsional.
Penentuan Status Keimigrasian dan Kewarganegaraan merupakan tugas dari Subdirektorat Status Keimigrasian dan Kewarganegaraan yang meliputi melaksanakan penyiapan bahan perumusan koordinasi dan pelaksanaan kebijakan, pemberian bimbingan teknis dan supervisi serta evaluasi di bidang penelaahan status keimigrasian dan kewarganegaraan serta pemberian surat keterangan keimigrasian dalam rangka pewarganegaraan atau pernyataan menjadi warga negara Indonesia.
Subdirektorat Kewarganegaraan mempunyai fungsi:
a. Penyiapan bahan perumusan, standardisasi, dan koordinasi kebijakan serta bimbingan teknis, supervisi, dan evaluasi penelaahan status keimigrasian dan kewarganegaraan; dan
b. Penyiapan bahan perumusan, standardisasi, dan koordinasi kebijakan serta bimbingan teknis, supervisi, dan evaluasi pemberian surat keterangan keimigrasian.
Subdirektorat Status Keimigrasian dan Kewarganegaraan terdiri atas: (1). Seksi Penelaahan Status yang mempunya tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan, koordinasi kebijakan, bimbingan teknis, supervisi, dan evaluasi penelaahan status keimgirasian dan kewarganegaraan serta pelaksanaan kebijakan di bidang penelaahan status keimigrasian dan kewarganegaraan. (2). Seksi Surat Keterangan Keimigrasian mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan, koordinasi kebijakan, bimbingan teknis, supervisi, dan evaluasi serta pelaksanaan kebijakan persetujuan pemberian surat keterangan keimigrasian.
C. Manfaat Modul
Modul merupakan sebuah buku yang berisi materi untuk memberi pemahaman baik secara konsep maupun praktis. Adapun beberapa manfaat dari modul ini antara lain:
1. Memberikan pengetahuan tentang permasalahan kewarganegaraan.
2. Sebagai upaya untuk memberikan persepsi yang sama bagi pembaca sehingga mempunyai basic dan pola pikir yang relatif sama dengan substansi kelembagaan dan pelayanan.
D. Tujuan
Tujuan dari Modul ini para pembaca diharapkan mampu mengetahui da memahami tentang :
1. Sejarah Kewarganegaraan dan aturan tentang kewarganegaraan yang pernah belaku di Indonesia;
2. pengertian dari warga Negara dan Kewarganegaraan. 3. Tata cara memperoleh Kewarganegaraan Indonesia. 4. Penyebab kehilangan Kewarganegaraaan Indonesia.
5. Cara memperoleh kembali status Kewarganegaraan Indonesia. 6. Akibat Kehilangan Kewarganegaraan Indonesia.
7. Anak Berkewarganegaraan Ganda, 8. Surat Keterangan Keimigrasian.
BAB II
SEJARAH SINGKAT UNDANG - UNDANG
KEWARGANEGARAAN INDONESIA
A. Undang - Undang No.62 Tahun 1958
Bentuk pengaturan tentang kewarganegaraan di Indonesia di mulai sejak masa Proklamasi Kemerdekaan dengan dikeluarkannya Undang – Undang Nomor 3 Tahun 1946 Tentang Warga Negara dan Penduduk Negara yaitu sebagai upaya pemerintah melakukan pembenahan atas perlindungan terhadap hak warganegaranya hingga tahun 1958 yaitu dengan dikeluarkannya Undang – Undang Nomor 62 Tahun 1958 Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia yang berlaku sejak tanggal 1 Agustus 1958.
Mari kita telusuri Perundang-undangan, Perjanjian (negara) atau peraturan apa saja yang pernah berlaku di negara Republik Indonesia yang pembahasan masalah kewarganegaraan Republik Indonesia yang setidaknya sampai tanggal 1 Agustus 1958 masih berlaku (valid) berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam pasal 1 huruf a Undang-undang Kewarganegaraan RI No.62 tahun 1958.
1. Undang-undang No.3 tahun 1946 tentang Warga Negara, Penduduk negara yang kemudian telah diubah dan ditambah dalam Undang-undang No.6 tahun 1947, Undang-undang No .8 tahun 1947 dan No.11 tahun 1948. 2. Persetujuan Pembagian Warga Negara (PPWN) antara Republik Indonesia
Serikat dan Belanda (Lembaran Negara No.2 tahun 1950) yang mulai diberlakukan tanggal 27 Desember 1949 (saat penyerahan kedaulatan dari Kerajaan Belanda kepada Republik Indonesia Serikat) dan peraturan pelaksanaannya tercantum dalam Peraturan Pemerintah (Republik Indonesia Serikat) No.1 Tahun 1950 tanggal 31 Januari 1950. Persetujuan tersebut banyak menunjuk kepada Undang-undang Belanda: Nederlands Onderdaanschap van niet Nederlanders (Wet van 10 Pebruari 1910
8 Penentuan Status Keimigrasian dan Kewarganegaraan 3. Peraturan Penguasa Militer No.Prt / PM / 09/1957 tentang Kewarganegaraan
yang kemudian dirubah dan ditambah dalam Instruksi Menteri Pertahanan selaku Penguasan Militer No. II / 7 / PMT 1957 B.N. 1957 No.87 tentang Pelaksanaan peraturan Penguasa Militer / K.S.A.D No.Prt / PM / 09/1957 dan Peraturan Penguasa Perang Pusat No.Prt / Peperpu
/ 014/1958 tentang Beberapa hal mengenai kewarganegaraan.
4. Persetujuan Perjanjian antara Negara Republik Indonesia dan Negara Republik Rakyat Cina tentang Dwi Kewarganegaraan (Undang-undang No.2 tahun 1958 L.N.3 / 1958).
5. Keputusan Presiden R.I. No.7 tahun 1971 tentang pernyataan yang digunakannya ketentuan-ketentuan dalam Undang- undang No.3 tahun 1946 tentang warganegara dan penduduk negara Republik Indonesia untuk mendapatkan kewarganegaraan Republik Indonesia bagi penduduk Irian Barat.
6. Undang-undang No.3 tahun 1976 tentang Perubahan Pasal 18 Undang- undang No.62 tahun 1958.
Mari kita telaah apa saja isi dari tiap – tiap Undang - undang / Peraturan / Persetujuan tersebut di atas.
1.1. Siapa Warganegara Republik Indonesia.
Pasal 1 Undang-undang No. 62 Tahun 1958 tentang kewarganegaraan Republik Indonesia menentukan siapa saja yang menjadi Warganegara Republik Indonesia, yaitu:
a. orang-orang berdasarkan undangan dan/atau perjanjian-perjanjian dan/atau peraturan-peraturan yang berlaku sejak proklamasi 17 Agustus 1945 sudah warga negara Republik Indonesia;
b. orang yang pada waktu lahirnya mempunyai hubungan hukum kekeluargaan dengan, seorang warganegara Republik Indonesia, dengan pengertian bahwa kewarganegaraan Republik Indonesia tersebut dimulai sejak adanya hubungan hukum kekeluargaan termaksud, dan bahwa hubungan hukum kekeluargaan ini telah ada sebelum orang itu berumur 18 tahun atau sebelum ia kawin pada usia di bawah 18 tahun;
c. anak yang lahir dalam 300 hari setelah ayahnya meninggal dunia, apabila ayah itu pada waktu meninggal dunia warganegara
Republik Indonesia;
d. Orang yang pada waktu lahir ibunya warganegara Republik Indonesia, apabila ia pada waktu itu tidak mempunyai hubungan hukum kekeluargaan dengan ayahnya;
e. Orang yang pada waktu lahir ibunya warganegara Republik Indonesia, jika ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan, atau selama tidak diketahui kewarganegaraan ayahnya;
f. Orang yang lahir di dalam wilayah Republik Indonesia selama tidak diketahui kedua orang tuanya;
g. Seorang anak yang ditemukan di dalam wilayah Republik Indonesia selama tidak diketahui kedua orang tuanya;
h. Orang yang lahir di dalam wilayah Republik Indonesia, jika kedua orang tuanya tidak mempunyai kewarganegaraan atau selama kewarganegaraan kedua orang tuanya tidak diketahui;
i. Orang yang lahir di dalam wilayah Republik Indonesia yang pada waktu lahirnya tidak mendapat kewarganegaraan ayah atau ibunya, dan selama ia tidak mendapat kewarganegaraan ayah atau ibunya; j. Orang yang memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia
menurut aturan-aturan Undang-undang ini.
1.2. Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia.
Kewarganegaraan Republik Indonesia berdasarkan peraturan- peraturan tersebut di atas, memperlihatkan aneka ragam bukti kewarganegaraan Republik Indonesia. Untuk memenuhi kebutuhan seorang warganegara Republik Indonesia akan sebuah dokumen sebagai bukti kewarganegaraan itu, maka pada tahun 1978 dikeluarkan peraturan yang mengatur cara penerbitan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia (SBKRI), yaitu Peraturan Menteri Kehakiman No. JB. 3 / 4/ 12 tanggal 14 Maret 1978 dan surat edaran Direktur Jenderal Hukum dan Perundang-undangan
10 Penentuan Status Keimigrasian dan Kewarganegaraan No. JBH./3/31/3 tanggal 10 Juli 1978. sehingga dokumen kewarganegaraan Republik Indonesia dapat diseragamkan.
Sekalipun warganegara Republik Ind onesia tidak diwajibkan memiliki bukti tersebut, namun dalam lalu lintas hukum sehari- hari, menjadi kenyataan bahwa warganegara Republik Indonesia keturunan asing memerlukan bukti kewarganegaraannya itu. Maka untuk memenuhi kebutuhan tersebut akan bukti kewarganegaraan Republik Indonesia tersebut, berikut ini uraian tentang persyaratan dan prosedur permohonan SBKRI.
1.3. Persyaratan Permohonan SBKRI.
Persyaratan yang ditentukan tergantung pada bagaimana cara kewarganegaraan Republik Indonesia tersebut di peroleh, yaitu:
1. Wargenagara Republik Indonesia melalui Naturalisasi berdasarkan pasal 5 UU nomor 3/1946, yaitu melalui undang- undang yang memberikan naturalisasi itu;
2. Istri dari pemegang SBKRI yang menjadi WNI dengan naturalisasi; 3. Anak sah dari pemegang SBKRI yang belum berumur 21 tabu dan
belum kawin pada saat orang tuanya memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia dan anak-anak yang lahir sesudahnya;
4. Warganegara Republik Indonesia karena pernah menyatakan keterangan memilih kebangsaan Indonesia dalam masa opsi berdasarkan pasal 3 Persetujuan Perihal Pembagian Warganegara (PPPWN) antara RIS dengan Kerajaan Belanda;
5. Istri warga negara Indonesia yang memilih kebangsaan Indonesia dalam masa opsi;
6. Anak sah / diakui dari warga negara Indonesia yang memilih kebangsaan Indonesia dalam masa opsi yang pada tanggal 27 Desember 1949 belum berumur 18 tahun dan belum kawin serta anak- anak yang lahir sesudah tanggal tersebut;
7. Laki-laki atau wanita ex kaulanegara Belanda, bukan subyek Perjanjian Dwi kewarganegaraan RI- RRC yang pada 27 Desember 1949 sudah berumur 18 tahun atau sudah pernah kawin. (Pasal 1 huruf a UU 62/1958 jo. Pasal 5 PPPWN).
8. Istri orang ex kaulanegara Belanda, bukan subyek Perjanjian Dwi kewarganegaraan RI-RRC yang perkawinannya dilakukan sebelum tanggal 27 Desember 1949.
9. Laki-laki atau wanita ex Kaulanegara Belanda Keturunan asing bukan subyek Perjanjian Dwi Kewarganegaraan Republik Indonesia-Republik Rakyat Tiongkok yang pada tanggal 27 Desember 1949 belum berumur 18 tahun dan belum kawin. (Menjadi Warganegara Republik Indonesia berdasarkan pasal 1 huruf a Undang- undang No.62 Tahun 1958 jo. Pasal 8 dan 9 PPPWN).
10. Anak sah dari ya Laki-laki atau wanita ex kaulanegara Belanda, bukan subyek Perjanjian Dwi kewarganegaraan RI-RRC yang lahir pada tanggal 27 Desember 1949 atau sesudah tanggal tersebut (Menjadi Warganegara Republik Indonesia berdasarkan pasal 1 huruf b jo. Pasal VIII Peraturan Penutup Undang-undang No.62 Tahun 1958). 11. Anak sah dari Laki-laki atau wanita ex kaulanegara Belanda, bukan
subyek Perjanjian Dwi kewarganegaraan RI-RRC menjadi warganegara Indonesia berdasarkan pasal 1 huruf b. Jo. Pasal VIII Peraturan Penutup Undang-undang No.62 Tahun 1958).
12. Anak angkat yang memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia berdasarkan pasal 2 Undang-undang No.62 Tahun 1958.
13. Orang yang memperoleh kewarganegara Republik Indonesia karena pewarganegaraan berdasarkan pasal-pasal 3, 4, 5, 6 dan pasal V Peraturan Peralihan Undang-undang No.62 Tahun 1958.
14. Wanita asing yang kawin dengan pria warganegara Republik Indonesia (Memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia karena terkait berdasarkan pasal 7 ayat I jo. Pasal Il Peraturan Peralihan Undang-undang No.62 Tahun 1958).
15. Wanita asing yang kawin dengan warganegara Republik Indonesia (Menjadi Warganegara Republik Indonesia karena diperolehnya secara passif berdasarkan pasal 7 ayat (2) jo. Pasal II Peraturan Peralihan Undang-undang No.62 Tahun 1958).
12 Penentuan Status Keimigrasian dan Kewarganegaraan 16. Wanita dalam perkawinan yang ikut memperoleh kewarganegaraan
Republik Indonesia yang didapat oleh suaminya (Menjadi warganegara Republik Indonesia berdasarkan pasal 9 ayat 1 Undang- undang No.62 Tahun 1958).
17. Memperoleh kembali kewarganegaraan Republik Indonesia bagi orang yang disebabkan oleh akibat dari perkawinannya kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia (menjadi warganegara Republik Indonesia karena menyatakan keterangan berdasarkan pasal 11 Undang-undang No.62 Tahun 1958).
18. Anak yang ikut memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia yang didapat orang tuanya (pasal 13 UU No. 62 Tahun 1958).
19. Orang yang telah menjadi warganegara Republik Indonesia karena menyatakan keterangan kewarganegaraan itu berdasarkan pasal 16 UU No.62 Tahun 1958.
20. Orang yang menjadi warganegara Indonesia karena menyatakan keterangan memperoleh Kembali kewarganegaraan itu berdasarkan pasal 18 ayat 1 UU No.62 Tahun 1958 jo. UU No.3 Tahun 1976.
21. Wanita asing yang kawin dengan warganegara Republik Indonesia antara tanggal 27 Desember 1949 sampai tanggal 01 Agustus 1958 (berdasarkan pasal I Peratursn Peralihan UU No.62/1958).
22. Wanita yang menjadi warganegara Republik Indonesia karena menyatakan keterangan memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia berdasarkan pasal III Peraturan Peralihan Undang-undang no.62 Tahun 1958.
23. Orang laki-laki yang menjadi warganegara Republik Indonesia karena menyatakan keterangan dengan Formulir I / IA.
24. Anak orang laki-laki yang menjadi warganegara Republik Indonesia karena menyatakan keterangan dengan Formulir I / IA .
25. Wanita yang menjadi warganegara Republik Indonesia karena menyatakan keterangan dengan Formulir II / II A.
27. Orang yang menjadi warganegara Republik Indonesia karena menyatakan keterangan dengan Formulir III / III A.
28. Anak dari pemegang Formulir III / III A.
29. Orang yang menjadi warganegara Republik Indonesia karena menyatakan keterangan dengan Formulir IV / IV A.
30. Anak dari pemegang Formulir IV / IV A.
31. Orang yang menjadi warganegara Republik Indonesia karena menyatakan keterangan dengan Formulir V / V A.
32. Anak dari pemegang Formulir V / V A.
33. Orang yang menjadi warganegara Republik Indonesia karena menyatakan keterangan dengan Formulir VI / VI A.
34. Anak dari pemegang Formulir VI / VI A.
35. Warganegara Republik Indonesia pemegang Surat Keterangan Formulir C.
36. Anak dari pemegang Formulir C.
37. Warganegara Republik Indonesia pemegang Surat Keterangan Formulir D.
38. Anak dari pemegang Formulir D.
39. Wanita yang menjadi warganegara Republik Indonesia berdasarkan pasal X Perjanjian antar Republik Indonesia dengan Republik Rakyat Tiongkok soal Dwi Kewarganegaraan.
40. Orang yang menjadi warganegara Republik Indonesia berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No.7 Tahun 1971 jo. Pasal 1 huruf a undang No.62 Tahun 1958 jo. Pasal 1 huruf b. Undang-undang No.3 Tahun 1946.
41. Istri Orang yang menjadi warganegara Republik Indonesia berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No.7 Tahun 1971 yang perkawinannya di langsungkan sebelum tanggal 17 Februari 1971 dan hingga saat permohonan diajukan perkawinannya belum terputus.
14 Penentuan Status Keimigrasian dan Kewarganegaraan 42. Janda Orang yang menjadi warganegara Republik Indonesia berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 7 Tahun 1971 yang perkawinannya terputus sebelum tanggal 17 Februari 1971. 43. Orang yang pada tanggal 17 Agustus 1945 tidak mempunyai ayah
lagi, belum berumur 21 tahun dan belum kawin, sedangkan ayahnya pada waktu meninggal memenuhi syarat-syarat tersebut dalam pasal 1 huruf b Undang-undang No.3 Tahun 1945. (memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia berdasarkan pasal 1 huruf a Undang- undang No.62 Tahun 1958 jo. Pasal I Peraturan Peralihan Undang-undang nomor 3 Tahun 1946).
44. Wanita yang pada tanggal 17 Agustus 1945 tidak mempunyai suami lagi karena suami yang terakhir telah meninggal dunia, sedangkan suaminya itu pada waktu meninggal dunia memenuhi syarat- syarat tersebut dalam pasal 1 sub a atau sub b Undang- undang No.3 Tahun 1946 dan ia sendiri tidak memenuhi syarat tersebut dan kemudian setelah tanggal 17 Agustus 1945 wanita bersangkutan tidak pernah kawin lagi. (memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia berdasarkan pasal II Peraturan Peralihan Undang-Undang No.3 Tahun 1946 jo. Telah diubah dan ditambah dengan Undang-undang No.6 Tahun 1947).
45. Anak sah, disahkan, diakui atau diangkat secara sah dari seorang laki – laki atau wanita ex kaulanegara Belanda keturunan asing bukan subjek Perjanjian Dwi Kewarganegaraan Republik Indonesia – Republik Rakyat Tiongkok yang pada tanggal 27 Desember 1949 belum berumur 18 tahun dan belum kawin yang pada tanggal 17 Agustus 1945 belum berumur 21 tahun atau yang lahir antara tanggal 17 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949.
46. Orang-orang keturunan asing yang berdasarkan pasal 1 Undang-undang No.62 Tahun 1958 sudah menjadi warganegara Republik Indonesia, akan tetapi saat ini tidak memiliki bukti kewarganegaraan.
1.4. Prosedur Permohonan SBKRI
1. Permohonan diajukan, di Indonesia melalui Pengadilan Negeri dan di luar negeri melalui Perwakilan Republik Indonesia setempat, kepada Menteri Kehakiman. Permohonan hanya dapat diajukan oleh warganegara Republik Indonesia yang sudah berumur 18 tahun atau sudah kawin, bagi anak-anak diwakili oleh orang tua atau walinya. Permohonan harus ditulis dalam Bahasa Indonesia diatas kertas bermaterai cukup dengan melampirkan persyaratan yang ditentukan dalam rangkap 2 (dua).
2. Pemohon membayar bea administrasi sebesar Rp.3000 (tiga ribu rupiah).
3. Pemohon menyerahkan pasfoto ukuran 4 x 6 cm (5 lembar) dan dibalik setiap foto ditulis nama pemohon atau anak-anaknya. Sedangkan yang dua lembar, dilekatkan masing-masing pada daftar isian (dua rangkap).
4. Pengadilan Negeri atau Perwakilan Republik Indonesia memeriksa kelengkapan dan kebenaran persyaratan bukti yang dilampirkan dan melegalisir semua Salinan fotocopy sesuai dengan aslinya.
5. Apabila ternyata pemohon telah memenuhi syarat untuk diberikan SBKRI, maka permohonan diteruskan kepada Menteri Kehakiman c.q Direktur Jendral Hukum dan Perundang-undangan, c.q Direktur Tatanegara dan Hukum Internasional disertai dengan pertimbangan / pendapat seperlunya.
6. Apabila pejabat yang memeriksa permohonan tersebut tidak ada keraguan, maka kepada pemohon dan anak-anaknya yang menyertai permohonan tersebut akan diberikan SBKRI masing- masing, kecuali anak-anak yang berusia kurang dari 5 tahun.
7. SBKRI dikirimkan kepada Pengadilan Negeri atau Perwakilan Republik Indonesia, untuk diteruskan kepada pemohon. Sebelum SBKRI diserahkan pemohon harus dibubuhkan tanda tangan dan sidik ibu jari tengah kiri pada tempat yang sudah ditentukan.
16 Penentuan Status Keimigrasian dan Kewarganegaraan
B. Peraturan Perundang - undang Tentang Kewarganegaraan
Republik Indonesia Era Reformasi .
Setelah masa reformasi, saat ini di Indonesia terdapat beberapa Peraturan perundang – undangan yang mengatur permasalahan di bidang kewarganegaraan Republik Indonesia yaitu :
1. UU No 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia; 2. PP No 2 Tahun 2007 Tentang Tata Cara Memperoleh, Kehilangan, Pembatalan,
Dan Memperoleh Kembali Kewarganegaraan Republik Indonesia;
3. Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia No M.01.HL.03.01. Tahun 2006 Tentang Tata Cara Pendaftaran untuk Memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia Berdasarkan Pasal 41 dan Memperoleh Kembali Kewarganegaraan RI Berdasarkan Pasal 42 UU No 12 Tahun 2006 Tentang KEWARGANEGARAAN R I (Expired);
4. Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Nomor ; M.HH.19. AH.10.01 Tahun 2011 Tentang Tata Cara Penyampaian Pernyataan Memilih Kewarganegaraan Bagi Anak Berkewarganegaraan Ganda;
5. Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia No.47 Tahun 2016 Tentang Tata Cara Penyampaian Permohonan Kewarganegaraan RI Secara Elektronik;
6. Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia No.35 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Penegasan Status Kewarganegaraan RI Bagi WNI Keturunan Asing Yang Tidak Memiliki Dokumen Kewarganegaraan .
Masing – masing perundang – undangan tersebut mengatur hal tentang :
1. UU No 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia mengatur :
1.1. Siapa saja Warga negara Indonesia;
1.2. Syarat dan Tata Cara Memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia;
1.3. Kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia;
1.4. Memperoleh Kembali Kewarganegaraan Republik Indonesia; 1.5. Pembatalan Kewarganegaraan Republik Indonesia.
Uraian lengkapnya sebagai berikut :
1.1. Siapa saja Warga negara Indonesia ;
a. Setiap orang yang berdasarkan peraturan per-undang2-an dan/ atau berdasarkan perjanjian Pemerintah RI dengan negara lain sebelum UU ini berlaku sudah menjadi WNI;
b. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah ayah dan ibunya WNI; c. Anak yang lahir dari perkawinan sah ayah WNI dan Ibu WNA; d. Anak yang kahir dari perkawinan sah dari Ayah WNA dan ibu
WNI;
e. Anak yang lahir dari perkawinan sah ibu WNI , tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum negara ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan;
f. Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayahnya meningal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya WNI; g. Anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari ibu WNI;
h. Anak yang lahir di luar perkawinan yang dari ibu WNA, yang diakui oleh ayahnya WNI dan pengakuan tersebut diberikan sebelum berusia 18 tahun/belum kawin;
i. Anak yang lahir di wilayah RI yg pada waktu lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah/ibunya;
j. Anak yang baru lahir ditemukan di wilayah RI selama ayah dan ibunya tidak diketahui;
k. Anak yang lahir di wilayah negara RI apabila ayah dan ibunya tidak mempunyai kewarganegaraan atau tidak diketgahui keberadaanya;
l. Anak yang lahir di luar wilayah RI dari ayah dan ibu keduanya WNI karena ketentuan negara tempat anak dilahirkan memberikan kewarganegaraan;
m. Anak yang lahir dari ayah/ibu yang telah dikabulkanya permohonan kewarganegaraannya, karena meninggal dunia sebelum mengucapkan sumpah/janji setia;
18 Penentuan Status Keimigrasian dan Kewarganegaraan
1.2. Syarat dan Tata Cara Memperoleh Kewarganegaraan
Republik Indonesia; Untuk memperoleh
kewarganegaraan Indonesia dapat melalui :
a. Pewarganegaraan adalah tata cara bagi orang asing untuk
memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia melalui permohonan Pewarganegaraan; (NATURALISASI) Pasal 9 Undang – Undang No. 12 Tahun 2006;
Persyaratan Pewarganegaraan
b. Perkawinan;
. Warga negara asing yang kawin secara sah dengan Warga Negara Indonesia dapat memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia dengan menyampaikan pernyataan menjadi warga negara di hadapan Pejabat (Karena PERKAWINAN) Pasal 19 Undang - Undang No. 12 Tahun 2006;
Pewarganegaraan berdasarkan Perkawinan Pasal 19 secara online sistem
20 Penentuan Status Keimigrasian dan Kewarganegaraan
Alur Penyampaian Permohonan Kewarganegaraan Secara Elektronik
Perubahan mendasar dalam layanan Pewarganegaraan Online: Layanan dilakukan secara manual menjadi secara elektronik ; Waktu penyelesaian menjadi 10 hari sejak diterima dokumen fisik lengkap;
Penandatanganan Keputusan Menteri oleh Dirjen.AHU secara elektronik ; Pemohon dapat mencetak sendiri keputusan Menteri
c. Orang yang berjasa kepada negara.
Pewarganegaraan karena PEMBERIAN oleh Presiden Republik Indonesia Pasal 20 Undang - Undang No. 12 Tahun 2006. Diberikan kepada Orang asing yang telah berjasa kepada negara Republik Indonesia atau dengan alasan kepentingan negara dapat diberi Kewarganegaraan Republik Indonesia oleh Presiden setelah memperoleh pertimbangan DPR-RI kecuali dengan pemberian kewarganegaraan tersebut mengakibatkan yang bersangkutan berkewarganegaraan ganda.
Persyaratan Pewarganegaraan melalui Penghargaan
Alur Penyelesaian Pewarganegaraan Melalui Penghargaan
22 Penentuan Status Keimigrasian dan Kewarganegaraan
1.3. Kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia ;
Seseorang warga negara Indonesia dapat kehilangan kewarganegaraan bila:
a. memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauannya sendiri; b. tidak menolak / melepaskan kewarganegaraan lain;
c. dinyatakan hilang kewarganegaraannya oleh Presiden; d. masuk dinas tentara asing;
e. Secara sukarela masuk dinas negara asing;
f. Secara sukarela mengangkat sumpah atau menyatakan janji setia kepada negara asing atau bagian dari negara asing tertentu; g. turut serta pemilihan yg bersifat ketetanegaraan negara asing; h. mempunyai paspor atau surat lainnya dari negara asing;
i. Bertempat tinggal selama 5 tahun secara terus menerus atau 10 tahun tidak berturut-turut dan tidak menyatakan untuk tetap menjadi Warga Negara Indonesia, tidak melapor ke Perwakilan RI “sepanjang yang bersangkutan tidak menjadi tanpa kewarganegaraan”;
j. Karena Perkawinan;
1.4. Memperoleh Kembali Kewarganegaraan Republik Indonesia.
Bagaimana seseorang yang telah kehilangan kewarganegaraan Indonesianya dapat memperoleh kembali kewarganegaraan Indonesianya, ketentuan mengenai hal ini diatur dengan:
a. Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2007 Tentang Tata Cara Memperoleh, kehilangan, pembatalan, dan Memperoleh Kembali Kewarganegaraan Republik Indonesia Republik Indonesia yang di dalamnya memuat tentang :
1. Tata cara penyampaian Memperoleh Kembali kewarga-negaraan Republik Indonesia;
2. Persyaratan memperoleh kembali kewarganegaraan Republik Indonesia.
b. Memperoleh kembali kewarganegaraan Indonesia dapat juga dilakukan dengan Pendaftaran, siapa saja orang yang termasuk di dalamnya diatur sesuai dengan Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia No M.01.HL.03.01. TH 2006 Tentang Tata Cara Pendaftaran Untuk Memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia, berdasarkan Pasal 41 dan Memperoleh Kembali Kewarganegaraan Republik Indonesia Berdasarkan Pasal 42 Undang-Undang No 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia yang mengatur :
1. Permohonan pendaftaran memperolah kewarganegaraan Republik Indonesia bagi anak berkewarganegaraan ganda;Produknya adalah SK Menteri Hukum dan HAM yang nantinya digunakan sebagai salah satu persyaratan memilih kewarganegaraan Republik Indonesia;
2. Permohonan pendaftaran memperoleh kembali kewarga-negaraan Republik Indonesia, Produknya adalah SK Menteri Hukum dan HAM. Diperuntukkan bagi orang- orang yang telah 5 tahun berturut- turut atau 10 tahun tidak berturut- turut tinggal di luar negeri dan tidak melaporkan diri atau bagi eks warga negara Indonesia. Kedua permohonan tersebut saat ini telah berakhir sejak tahun 2009 dan tahun 2010.
c. Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Nomor M.HH.19.AH.10.01 Tahun 2011 Tentang Tata Cara Penyampaian Pernyataan Memilih Kewarganegaraan Bagi Anak Berkewarganagaraan Ganda.
Hal-hal yang diatur:
a. Penyampaian Pernyataan Memilih Kewarganegaraan Republik Indonesia;
b. Penyampaian Pernyataan Memilih Kewarganegaraan Asing; dan
24 Penentuan Status Keimigrasian dan Kewarganegaraan c. Anak Berkewarganegaraan Ganda yang tidak memilih salah
satu Kewarganegara.
Siapa saja yang disebut Anak Berkewarganegaraan Ganda Terbatas :
1. Anak yg lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu Warga Negara Asing;
2. Anak yg lahir dari perkawinan yang sah dari ayah WNI dan ibu Warga Negara Asing ;
3. Anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara Asing yang diakui oleh seorang ayah Warga Negara Indonesia sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum berusia 18 tahun atau belum kawin; 4. Anak yang lahir diluar wilayah Republik Indonesia dari ayah
dan ibu Warga Negara Indonesia, yang karena ketentuan negara tersebut memberikan kewarganegaraan ;
5. Anak Warga Negara Indonesia yang lahir diluar perkawinan yang sah, belum berusia 18 tahun atau belum kawin diakui sah oleh ayahnya Warga Negara Asing , tetap diakui Warga Negara Indonesia ;
6. Anak Warga Negara Indonesia yang belum berusia 5 tahun diangkat secara sah oleh Warga Negara Asing berdasarkan Penetapan Pengadilan tetap menjadi Warga Negara Indonesia.
Penyampaian Pernyataan Memilih Kewarganegaraan Republik Indonesia bagi Anak Berkewarganegaraan Ganda dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Anak yang lahir sebelum undang – undang melampirkan Keputusan Menteri;
2. Anak yang lahir setelah undang – undang melampirkan bukti affidafit.
d. Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia No.47 Thn 2016 Tentang Tata Cara Penyampaian Permohonan Kewarganegaraan RI Secara Elektronik
Hal-hal yang diatur:
1. Pernyataan Memilih Bagi Anak Berkewarganegaraan Ganda;
2. Pernyataan tetap sebagai WNI;
3. Laporan Kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia dengan sendirinya;
4. Kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia atas permohonan sendiri kepada Presiden;
5. Surat Keterangan Kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia; dan
6. Memperoleh kembali Kewargaraan Republik Indonesia Dasar diterbitkannya Permenkumham 47 Tahun 2016 adalah untuk :
1. Mempermudah dan mempercepat layanan kewarganegaraan;
2. Mewujudkan layanan yang lebih efektif dan efisien 3. Mengurangi ekonomi biaya tinggi.
BAB III
ANAK BERKEWARGANEGARAAN GANDA
1. Siapa saja yang menjadi Anak Berkewarganegaraan Ganda
Anak Berkewarganegaraan Ganda
Undang-undang no.12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia mengatur tentang anak berkewarganegaraan ganda sebagai berikut : 1. Pasal 4 huruf c,d,h,l UU No. 12 Th,2006:
a. Pasal 4 huruf c:
anak yang lahir dari parkawinan yang sah dari seorang ayah Warga Negara Indonesia dan Ibu warga negara asing;
28 Penentuan Status Keimigrasian dan Kewarganegaraan b. Pasal 4 huruf d:
anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara asing dan ibu Warga Negara Indonesia;
c. Pasal 4 huruf h:
anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara asing yang diakui oleh seorang ayah
d. Pasal 4 huruf I:
anak yang dilahirkan di luar wilayah negara RepublikIndonesia dari seorang ayah dan ibu Warga Negara Indonesia yang karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan.
2. pasal 5 UU No. 12 Th 2006 : a. pasal 5 ayat (1) :
Anak Warga Negara Indonesia yang lahir di luar perkawinan yang sah, belum berusia 18 (delapan belas) tahun dan belum kawin diakui secara sah oleh ayahnya yang berkewarganegaraan asing tetap diakui sebagai Warga Negara Indonesia.
b. Pasal 5 ayat (2) :
Anak Warga Negara Indonesia yang belum berusia 5 (lima) tahun diangkat secara sah sebagai anak oleh warga negara asing berdasarkan penetapan pengadilan tetap diakui sebagai Warga Negara Indonesia. 3. Pasal 41 UU No. 12 tahun 2006:
Anak yang lahir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c, huruf d, huruf h, huruf I dan anak yang diakui atau diangkat secara sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 sebelum Undang-Undang ini diundangkan dan belum berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia berdasarkan Undang-Undang ini dengan mendaftarkan diri kepada Menteri melalui Pejabat atau Perwakilan Republik Indonesia paling lambat 4 (empat) tahun setelah Undang-Undang ini diundangkan.
4. Pasal 21 UU No. 12 tahun 2006: a. Pasal 21 ayat (1) :
Anak yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin, berada dan bertempat tinggal di wilayah negara Republik Indonesia, dari ayah atau ibu yang memperoleh Kewarganegaren Republik Indonesia dengan sendirinya berkewarganegaraan R e p u b l i k Indonesia.
b. Pasal 5 ayat (2) :
Anak warga negara asing yang belum berusia 5 (lima) tahun yang diangkat secara sah menurut penetapan pengadilan sebagai anak oleh Warga Negara Indonesia memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia.
5. Pasal 25 UU No. 12 tahun 2006: a. Pasal 25 ayat (1):
Kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia bagi seorang ayah tidak dengan sendirinya berlaku terhadap anaknya yang mempunyai hubungan hukum dengan ayahnya sampai dengan anak tersebut berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin.
b. Pasal 25 ayat (2):
Kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia bagi seorang ibu tidak dengan sendirinya berlaku terhadap anaknya yang tidak mempunyai hubungan hokum dengan ayahnya sampai dengan anak tersebut berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin.
c. Pasal 25 ayat (3) :
Kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia karena memperoleh kewarganegaraan lain bagi seorang ibu yang putus perkawinannya, tidak dengan sendirinya berlaku terhadap anaknya sampai dengan anak tersebut berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin. 6. Pasal 4 huruf m UU No. 12 tahun 2006: anak dari seorang ayah atau ibu
yang telah dikabulkan permohonan kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia.
30 Penentuan Status Keimigrasian dan Kewarganegaraan
2. Pendaftaran Anak Berkewarganegaraan Ganda Dan
Permohonan Fasilitas Keimigrasian.
Tata cara pendaftaran Anak Berkewarganegaraan Ganda
Dalam Peraturan Menteri Hukum Dan HAM nomor 22 tahun 2012 menyatakan bahwa Pendaftaran Anak Berkewarganegaraan Ganda wajib didaftarkan oleh orang tua atau wali. Bila berada di wilayah Indonesia Pendaftaran diajukan kepada Kepala Kantor Imigrasi yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal Anak Berkewarganegaraan Ganda. Bila Pendaftaran dilakukan di luar wilayah Indonesia Pendaftaran diajukan kepada Kepala Perwakilan Republik Indonesia atau Pejabat Imigrasi yang ditunjuk oleh Menteri yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal Anak Berkewarganegaraan Ganda.
Pendaftaran diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia yang memuat paling sedikit :
a. nama lengkap Anak Berkewarganegaraan Ganda b. tempat/tanggal lahir
c. jenis kelamin d. alamat
e. nama orang tua
f. kewarganegaraan orang tua dan g. status perkawinan orang tua.
Kemudian mengisi formulir serta melampirkan dokumen asli dan fotokopi : a. Akte kelahiran;
b. Akte perkawinan, buku nikah, atau akte perceraian orang tua; c. Paspor kebangsaan asing anak bagi yang memiliki;
d. Paspor kebangsaan asing ayah atau ibu bagi anak yang tidak memiliki paspor kebangsaan asing; dan
e. Pasfoto Anak Berkewarganegaraan Ganda terbaru berwarna dan berukuran 4 x 6 cm (empat kali enam centi meter) sebanyak 4 (empat) lembar.
3. Fasilitas Keimigrasian
Fasilitas Keimigrasian adalah kartu yang diberikan kepada anak subyek kewarganegaraan ganda pemegang paspor kebangsaan asing yang diberikan secara affidavit. Setiap Anak berkewarganegaraan ganda yang memiliki paspor kebangsaan asing dapat diberikan fasilitas keimigrasian. Prinsipnya adalah fasilitas keimigrasian bagi Anak berkewarganegaraan ganda diberikan berdasarkan anak yang terdaftar oleh sistem keimigrasian daiam subjek anak berkewarganegaraan ganda terbatas, serta sebagai bukti ditunjukan pada Kartu Fasilitas Keimigrasian. Fasilitas keimigrasian anak berkewarganegaraan ganda dimaksud pada Pasal 10 Ayat 1 Peraturan Menteri Hukum dan Ham Nomor 22 Tahun 2012 berupa:
1. Pembebasan dari kewajiban memiliki visa.
2. Pembebasan dari kewajiban memiliki Izin Tinggal dan Izin Masuk Kembali. 3. Pemberian Tanda Masuk atau Tanda Keluar yang diperlakukan sebagaimana
32 Penentuan Status Keimigrasian dan Kewarganegaraan Berikut adalah tata cara permohonan Fasilitas Keimigrasian :
1. Setiap Anak Berkewarganegaraan Ganda yang memiliki Paspor kebangsaan asing dapat diberikan Fasilitas Keimigrasian.
2. Fasilitas Keimigrasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa : a. pembebasan dari kewajiban memiliki visa;
b. pembebasan dari kewajiban memiliki izin keimigrasian dan izin masuk kembali; dan
c. pemberian tanda masuk atau tanda keluar yang diperlakukan sebagaiamana layaknya warga negara Indonesia.
3. Fasilitas Keimigrasian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan berdasarkan permohonan.
4. Pemohonan Fasilitas Keimigrasian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan:
a. di wilayah Indonesia, atau b. di luar wilayah Indonesia
Bila permohonan fasilitas Keimigrasian dilakukan di Wilayah Indonesia maka permohonan diajukan kepada Kepala Kantor Imigrasi yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal Anak Berkewarganegaraan Ganda.
Bila permohonan fasilitas Keimigrasian dilakukan di luar Wilayah Indonesia (di luar negeri ) maka permohona diajukan kepada :
a. Kepala Perwakilan Republik Indonesia; atau b. Pejabat lain yang ditunjuk oleh Menteri.
Permohonan Fasilitas Keimigrasian diajukan dengan mengisi formulir serta melampirkan dokumen asli dan fotokopi;
a. paspor kebangsaan asing Anak Berkewarganegaraan Canda; dan b. bukti pendaftaran Anak Berkewarganegaraan Ganda.
Bagi Anak Berkewarganegaraan Ganda yang memiliki paspor kebangsaan asing harus menggunakan paspor yang sama pada saat masuk dan keluar wilayah Indonesia. Pejabat imigrasi di Tempat Pemeriksaan Imigrasi selain memberikan tanda masuk atau tanda keluar juga membubuhkan cap keimigrasian sebagai Anak Berkewarganegaraan Ganda pada kartu embarkasi atau debarkasi.
Pada saat Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia nomor 22 Tahun 2012 mulai diberlakukan maka :
a. Anak Berkewarganegaraan Ganda yang telah memnperoleh paspor biasa sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini harus melakukan pendaftaran berdasarkan Peraturan Menteri ini paling lama sebelumAnak Berkewarganegaraan Ganda berusia 18 (delapan ibelas) tahun atau belum kawin; dan
b. Anak Berkewarganegaraan Ganda yang telah memperoleh Fasilitas Keimigrasian sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini harus melakukan penggantian dokumen Fasilitas Keimigrasian pada Kantor Imigrasi, Kantor Perwakilan Republik Indonesia, atau tempat lain yang ditentukan oleh Menteri paling lama sebelum anak Berkewarganegaraan Ganda berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin.
Sebagaimana diamanatkan oleh Undang – Undang nomor 12 tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia bahwa anak Berkewarganegaraan Ganda harus menyatakan memilih kewarganegaraannya pada saat berusia 18 (delapan belas ) tahun atau sudah kawin. Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan tersebut dibuat secara tertulis dan disampaikan kepada Pejabat dengan melampirkan dokumen sebagaimana ditentukan di dalam peraturan perundang – undangan.Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan disampaikan dalam waktu paling lambat 3 (tiga) tahun setelah anak berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin.
Dalam hal kepemilikan paspor RI, apabila Anak Berkewarganegaraan Ganda tersebut belum menentukan pililhan kewarganegaraan dan belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun kepadanya dapat diberikan paspor biasa yang masa berlakunya dibatasi sampai Anak Berkewarganegaraan Ganda berusia 21 (dua puluh satu) tahun.
Contoh kasus :
Pendaftaran Anak berkewarganegaraan Ganda adalah merupakan kewajiban dari orang tua atau wali Anak Berkewarganegaraan Ganda tersebut. Pendaftaran dilakukan di Kantor Imigrasi yang membawahi wilayah tempat tinggal Anak
34 Penentuan Status Keimigrasian dan Kewarganegaraan berkewarganegaraan Ganda dan sebagai syarat untuk mengajukan permohonan Fasilitas Keimigrasian. Kelalaian orang tua atau wali untuk mendaftarkan anaknya yang berkewarganegaraan ganda sering kali berdampak gagalnya rencana rencana perjalanan yang sudah disiapkan bersama keluarga. Anak Berkewarganegaraan Ganda pemegang paspor kebangsaan/asing, apabila melakukan perjalanan ke luar negeri bersama orang tua, saat berada di Bandarara atau pelabuhan harus memperlihatkan kepada petugas Imigrasi Kartu Fasilitas Keimigrasian yang dimilikinya sebagai Tanda Pengenal bahwa ia adalah Anak berkewarganegaraan Ganda yang berhak atas Fasilitas Keimigrasian yaitu dibebaskan dari kewajiban memiliki visa, dibebaskan dari kewajiban memiliki Izin Tinggal dan Izin Masuk Kembali serta pemberian tanda masuk atau tanda keluar yang diberlakukan sebagaimana layaknya warga negara Indonesia. Bila tidak memiliki Kartu Fasilitas Keimigrasian petugas akan menolak memberangkatkan karena anak tersebut akan diperlakukan seperti orang asing pada umumnya yang harus memiliki Izin Tinggal dan Izin Masuk Kembali.
BAB IV
SURAT KETERANGAN KEIMIGRASIAN
1. Pengertian Surat Keterangan Keimigrasian
Sesuai dengan Peraturan Menteri Hukum Dan Hak asasi Manusia Republik Indonesia nomor M.HH-01.GR.01.14 Tahun 2010 yang dimaksud dengan Surat Keterangan Keimigrasian yang selanjutnya disebut SKIM adalah dokumen keimigrasian yang memuat keterangan mengenai masa tinggal warga negara asing di wilayah Republik Indonesia selam 5 (lima) tahun berturut – turut atau 10 (sepuluh) tahun tidak berturut – turut sebagai salah satu persyaratan permohonan kewarganegaraan Indonesia baik melalui proses pewarganegaraan maupun menyampaikan pernyataan menjadi warga negara Indonesia.
2. Persyaratan Surat Keterangan Keimigrasian
Bagi orang asing yang ingin memperoleh Surat Keterangan Keimigrasian baik dalam rangka pewarganegaraan maupun menyampaikan pernyataan menjadi warga negara Indonesia dapat mengajukan permohonan di kantor Imigrasi sesuai dengan wilayah tempat tinggal orang asing tersebut.
Dengan ketentuan sebagai mana diatur dalam Peraturan Menteri Hukum Dan Ham RI Nomor M.HH-01.GR.01.14 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Permohonan Surat Keterangan Keimigrasian.
Orang asing yang mengajukan permohonan Surat Keterangan Keimigrasian perlu memenuhi persyaratan masa tinggal di wilayah negara Republik Indonesia. Surat Keterangan Keimigrasian diterbitkan setelah melalui penelitian yang akurat dan objektif.
36 Penentuan Status Keimigrasian dan Kewarganegaraan
Tata Cara Permohonan Surat Keterangan Keimigrasian
Surat Keterangan Keimigrasian dalam rangkap kewarganegaraan melampirkan persyaratan sebagal berikut:
a. mengisi formulir yang ditentukan;
b. menunjukan asli dan melampirkan fotokopi:
1. paspor kebangsaan yang sah dan masih berlaku; dan 2. Izin Tinggal Tetap yang sah dan masih berlaku.
c. pada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di wilayah negara Republik Indonesia untuk jangka waktu:
1. paling singkat 5 (lima) tahun berturut-turut; atau 2. paling singkat 10 (sepuluh) tahun tidak berturut-turut. d. tidak terdapat dalam daftar pencegahan;
e. pas foto terbaru berlatar warna merah berukuran 3 cm x 4 cm sebanyak 2 (dua) lembar dan ukuran 4 cm x 6 cm sebanyak 4 (empat) lembar;
f. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); dan
Selain memenuhi persyaratan tersebut ada persyaratan tambahan khusus bagi:
a. tenaga kerja asing atau pimpinan tertinggi perusahaan harus melampirkan: 1. Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing;
2. akta pendirlan perusahaan; dan 3. Tanda Daftar Perusahaan.
b. penanam modal harus melampirkan surat keterangan terakhir darl Badan Koordinasi Penanaman Modal dan Surat Izin Usaha Tetap
c. rohaniawan harus melampirkan surat rekomendasi dari Kementerian Agama. Surat Keterangan Keimigrasian untuk proses menyampaikan pernyataan menjadi warga negara Indonesia diberikan Kepada orang asing yang kawin secara sah dengan warga negara Indonesia, adapun persyaratannya sebagai berikut: a. mengisi formulir yang ditentukan;
b. menunjukan asli dan melampirkan fotokopi:
1. paspor kebangsaan yang sah dan masih berlaku;
2. izin Tinggal Terbatas/Izin Tinggal Tetap yang sah dan masih berlaku; dan
3. kutipan akta perkawinan/buku nikah yang sah dan keterangan masih dalam Ikatan perkawinan dari lembaga yang berwenang.
c. pada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di wllayah negara Republik Indonesla untuk jangka waktu:
1. paling singkat 5 (lima) tahun berturut-turut; atau 2. paling singkat 10 (sepuluh) tahun tidak berturut-turut. d. tidak terdapat dalam daftar pencegahan;
e. pasfoto terbaru berlatar warna merah berukuran 3 cm x 4 cm sebanyak 2(dua) lembar dan ukuran 4 cm x 6 cm sebanyak 4 (empat ) lembar; dan f. surat kuasa bermateral jika penyampaian permohonan dikuasakan.
Selain memenuhi persyaratan tersebut khusus untuk perkawinan yang dilangsungkan di luar negeri wajib melampirkan surat tanda pelaporan perkawinan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
38 Penentuan Status Keimigrasian dan Kewarganegaraan
3. Proses Perolehan Surat Keterangan Keimigrasian
Permohonan Surat Keterangan Keimigrasian diajukan oleh pemohon atau kuasanya kepada Kepala Kantor Imigrasi yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal pemohon. Bila telah memenuhi syarat permohonan akan diteruskan ke Kantor Wilayah Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia u.p.Divisi Keimigrasian dan bila permohonan memenuhi syarat akan diteruskan ke Direktorat Jenderal Imigrasi dengan pertimbangan untuk mendapatkan persetujuan. Berikut proses lengkap perolehan Surat Keterangan Keimigrasian :
1. Permohonan diajukan oleh pemohon atau kuasanya kepada Kepala Kantor Imigrasi yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal pemohon.
2. Kepala Kantor Imigrasi memeriksa kelengkapan persyaratan permohonan Surat Keterangan Keimigrasian, bila persyaratan tidak terpenuhi Kepala Kantor Imigrasi akan menerbitkan surat penolakan dan bila persyaratan sudah lengkap akan meneruskan permohonan tersebut kepada Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia u.p.Kepala Divisi Keimigrasian.
3. Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia u.p.Kepala Divisi Keimigrasian akan meneruskan permohonan Surat Keterangan Keimigrasian disertai pertimbangan kepada Direktur Jenderal Imigrasi.
4. Direktur Jenderal Imigrasi memberikan persetujuan atau penolakan permohonan Surat Keterangan Keimigrasian kepada Kepala Kantor Imigrasi dengan tembusan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia u.p.Kepala Divisi Keimigrasian.
5. Bila permohonan Surat Keterangan Keimigrasian disetujui Direktur Jenderal Imigrasi, pemohon wajib membayar biaya sesuai ketentuan perundang – undangan .
Surat Keterangan Keimigrasian ini dapat dinyatakan gugur dan tidak berlaku jika pemegangnya:
a. tidak memperpanjang Izin tinggal;
b. meninggalkan wilayah Indonesia dan kembali melampaul batas waktu izin masuk
c. atas kemauan sendiri menlnggalkan wilayah Indonesia dan tidak kembali; d. mendapatkan keputusan perceralan yang berkekuatan hukum
tetap bagi:
1. warga negara asing yang sedang menyampalkan pernyataan menjadi warga negara Indonesla; atau
2. warga negara asing yang sedang mengajukan pewarganegaraan yang status Izin Tinggal Tetapnya diperoleh karena penyatuan keluarga. e. mendapatkan keputusan pencegahan dan penangkalan;
f. dikenakan tindakan keimigraslan; atau g. meninggal dunia.
40 Penentuan Status Keimigrasian dan Kewarganegaraan Surat Keterangan Keimigrasian, merupakan salah satu persyaratan yang harus dilampirkan saat mengajukan permohonan pewarganegaraan maupun pernyataan untuk menjadi warga negara Indonesia yang diajukan ke Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum.
Contoh kasus :
Orang asing yang mengajukan permohonan Surat Keterangan Keimigrasian dalam rangka pewarganegaraan atau menyampaikan pernyataan menjadi warga negara Indonesia haruslah sudah tinggal di Indonesia selama 5 lima) tahun berturut – turut atau 10 (sepuluh) tahun tidak berturut – turut. Masa tinggal orang asing tersebut di Indonesia dihitung sejak yang bersangkutan diberikan Izin Tinggal Sementara atau Izin Tinggal Tetap bagi pemohon Surat Keterangan Keimigrasian dalam rangka menyampaikan pernyataan menjadi warga negara Indonesia dan di hitung sejak yang bersangkutan diberikan Izin Tinggal Tetap yang dapat di tambahkan dengan masa tinggal yang bersangkutan selama menggunakan Izin Tinggal Sementara bagi mereka yang mengajukan permohonan Surat Keterangan Keimigrasian dalam rangka pewarganegaraan.
Ada beberapa permohonan Surat Keterangan Keimigrasian yang pernah ditolak di Direktorat Jenderal Imigrasi karena belum terpenuhinya masa tinggal orang asing tersebut di Indonesia selama paling sedikit 5 (lima) tahun berturut – turut atau 10 sepuluh) tahun tidak berturut – turut dengan menggunakan Izin Tinggal Sementara dan atau Izin Tinggal Tetap. Beberapa waktu yang lalu ada orang asing mengajukan permohonan Surat Keterangan Keimigrasian yang dalam rangka menyampaikan pernyataan menjadi warga negara Indonesia ,jika dihitung masa tinggal yang bersangkutan dengan menggunakan Izin Tinggal Sementara memang sudah 5 (lima) tahun, tapi belum memenuhi ketentuan 5 ( lima) tahun berturut – turut, karena pada tahun ke 3 (tiga) yang bersangkutan meninggalkan wilayah Indonesia dan mengembalikan dokumen Keimigrasiannya. Beberapa bulan kemudian yang bersangkutan masuk kembali ke Wilayah Indonesia dengan menggunakan Vitas baru. Unsur 5 (lima) tahun berturut – turut yang bersangkutan gugur dan masih harus tinggal lebih lama lagi di Indonesia untuk masa tinggal 10 (sepuluh) tahun tidak berturut – turut.
Karena persyaratan pemberian Surat Keterangan Keimigrasian belum terpenuhi maka permohonan yang bersangkutan ditolak.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
1. Sejak Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, ihwal kewarganegaraan diatur dalam Undang – Undang Nomor 3 Tahun 1946 tentang Warga Negara dan Penduduk Negara. Undang- Undang tersebut kemudian diubah dengan Undang – Undang nomor 6 Tahun 1947 Tentang Perubahan Undang – Undang Nomor 3 Tahun 1946 dan diubah lagi dengan Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1947 tentang Memperpanjang Waktu untuk Mengajukan Pernyataan Berhubung dengan Kewarganegaraan Indonesia dan Undang – Undang Nomor 11 Tahun 1948 Tentang Memperpanjang waktu lagi untuk Mengajukan Pernyataan Berhubung dengan Kewarganegaraan Indonesia. Selanjutnya ihwal Kewarganegaraan terakhir diatur dengan Undang – Undang Nomor 62 Tahun 1958 Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1976 Tentang Perubahan Pasal 18 Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia.
2. Secara Filosofis, Yuridis dan Sosiologis Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan masyarakat dan ketatanegaraan Republik Indonesia, maka kemudian lahirlah Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia dengan pokok materi muatan meliputi :
a. Siapa yang menjadi warga negara Indonesia;
b. Syarat dan Tata Cara Memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia;
c. Kehilangan Kewarganegaraan Indonesia;
d. Syarat dan Tata Cara Memperoleh kembali Kewarganegaraan Indonesia.
42 Penentuan Status Keimigrasian dan Kewarganegaraan 3. Pada prinsipnya Undang – Undang Nomor 12 Tahun 2006 menganut
prinsip kewarganegaraan tunggal, tetapi diterapkan juga prinsip dwikewarganegaraan terbatas yaitu bagi anak-anak yang dilahirkan dari perkawinan campuran sebagaimana tertuang dalam Pasal 4 huruf c, huruf d huruf h dan huruf 1 dan Pasal 5. Dengan demikian seorang anak yang dilahirkan dari orang tua yang berbeda kewarganegaraan (salah satunya berkewarganegaraan Indonesia) berstatus dwikewarganegaraansampai berusia 18 (delapan belas) tahun, setelah 18 (delapan belas) tahun harus memilih salah satu kewarganegaraannya.
4. Bagi anak-anak yang telah lahir sebelum Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 diundangkan dan belum 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin diberikan kesempatan untuk mendaftarkan sebagai Warga Negara Indonesia dalam waktu 4 (empat) tahun sesudah undang-undang kewarganegaraan berlaku (1 Agustus 2006). Dengan mendaftarkan diri anak tersebut menjadi dwikewarganegaraan sampai usia 18 (delapan belas) tahun.
5. Anak Berkewarganegaraan Ganda wajib didaftarkan oleh orang tua atau wali, bila berada di wilayah Indonesia pendaftaran diajukan kepada Kepala Kantor Imigrasi yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal Anak Berkewarganegaraan Ganda. Bila Pendaftaran dilakukan diluar wilayah Indonesia Pendaftaran diajukan kepada Kepala Perwakilan Republik Indonesia atau pejabat Imigrasi yang ditunjukoleh Menteri yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal anak Berkewarganegaraan Ganda.
6. Anak Berkewarganegaraan Ganda yang sudah terdaftar dapat mengajukan permohonan Fasilitas Keimigrasian yang akan diberikan berbentuk Keimigrasian. Adapun Fasilitas Keimigrasian yang di dapat Anak Berkewarganegaraan Ganda yaitu :
a. Pembebasan dari kewajiban memiliki visa;
b. Pembebasan dari kewajiban memiliki Izin Tinggal dan Izin Masuk Kembali;
c. Pemberian Tanda Masuk atau Tanda Keluar yang diperlakukan sebagaimana layaknya warga negara Indonesia.
7. Setiap orang asing yang akan mengajukan permohonan untuk menjadi warga negara Indonesia baik melalui proses Pewarganegaraan maupun proses Menyampaikan Pernyataan Menjadi Warga negara Indonesia harus memiliki dokumen Keimigrasian berupa Surat Keterangan Keimigrasian yang berisikan Keterangan mengenai masa tinggal warga negara asing di wilayah Republik Indonesia selama 5 lima) tahun berturut – turut atau 10 (sepuluh) tahun tidak berturut – turut.
8. Permasalahan Anak berkewarganegaraan Ganda yang mengemuka saat ini adalah mereka yang lahir sebelum Undang – Undang nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia diundangkan tidak memanfaatkan waktu yang diberikan untuk melakukan pendaftaran sampai dengan batas waktu yang diberikan pada tahun 2010 yang mengakibatkan mereka menjadi Asing, namun mereka tidak bisa mengurus dokumen Keimigrasiannya karena tidak memiliki dokumen yang disyaratkan dalam permohonan izin tinggal. Masalah lain timbul dari Anak Berkewarganegaraan Ganda yang sudah mendaftar namun tidak melaksanakan kewajibannya untuk memilih kewarganegaraan sampai batas umur yang diberikan untuk memilih dengan berbagai alasan, ini mengakibatkan mereka dengan sendirinya menjadi asing.
Untuk mengakomodir permasalahan Anak Berkewarganegaraan Ganda tersebut, saat ini Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum sedang melakukan perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Tata Cara Memperoleh, Kehilangan, Pembatalan Dan Memperoleh Kembali Kewarganegaraan Republik Indonesia. Yang mana perubahan tersebut nanti akan diikuti dengan perubahan terhadap Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.HH-01. GR.01.14 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Permohonan Surat Keterangan Keimigrasian, yang juga akan mengakomodir permasalahan Anak Berkewarganegaraan Ganda tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Saleh Wiramihardja. 2008. Perspektif Sejarah Hukum Kewarganegaraan Indonesia, Perbandingan dengan Hukum Kewarganegaraan di beberapa
negara, Jakarta: Direktorat Jenderal Imigrasi
Ajat Sudrajat Havid. 2008. Formalitas Keimigrasian Dalam Perspektif Sejarah, Jakarta: Direktorat Jenderal Imigrasi
Undang Undang Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Kewarganegaraan Undang Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian
Undang Undang Nomor 62 Tahun 1958 Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia
Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan Pelaksana Undang Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian
Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan Pelaksana Undang Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Tata Cara Memperoleh, Kehilangan, Pembatalan Dan Memperoleh Kembali Kewarganegaraan Republik Indonesia
Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2012 Tentang Tata Cara Pendaftaran Anak BerkewarganegaraanGanda Dan Permohonan Fasilitas Keimigrasian
Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.HH- 01.GR.01.14 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Permohonan Surat Keterangan Keimigrasian