• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KADAR AIR AWAL BENIH DAN SUHU RUANG SIMPAN TERHADAP VIABILITAS, VIGOR, DAN PERTUMBUHAN BENIH SIRSAK (ANNONA MURICATA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH KADAR AIR AWAL BENIH DAN SUHU RUANG SIMPAN TERHADAP VIABILITAS, VIGOR, DAN PERTUMBUHAN BENIH SIRSAK (ANNONA MURICATA)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Diterima 11 Agustus 2014. Disetujui 16 Oktober 2014. Alamat Korespondensi : annisaarahman.18@gmail.com

PENGARUH KADAR AIR AWAL BENIH DAN SUHU RUANG SIMPAN

TERHADAP VIABILITAS, VIGOR, DAN PERTUMBUHAN BENIH

SIRSAK (ANNONA MURICATA)

The Effect Initial Seed Moisture Content and Temperature of Storage Room

on The Viability, Vigor, and Growth of Soursop Seed (Annona muricata)

Annisa Rahman1, Anne Nuraini2, dan Nursuhud2

1

Mahasiswa Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran

2

Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran ABSTRACT

The category of soursop seed was recalcitrant seed which has a high initial seed moisture so that shelf life of soursop seed was low and could not storage in the low temperature. The objective of this experiment was to find out the effect of initial seed moisture content and temperatur of storage room on the viability, vigor, and growth of soursop seed. The experiment was conducted at the Seed Technology Laboratory, Tissue Culture Laboratory, and Aclimatization Room, Agriculture Faculty, Universitas Padjadjaran from April 2014 to July 2014. The method of experiment was Complete Randomized Design that consist of 9 treament combination with 3 replications for two months. Initial seed moisture content that used for this experiment were 37%, 32%, and 27%, and the temperature of storage room were a room storage temperature (T 250-260C; RH ±70%), air conditioner room temperature (T 210-220C; RH ±60% ), and refrigerator temperature (T 110C; RH ±50%). Parameter that measured were seed moisture content, germination capacity, seed vigor index, high of shoot, root length, number of leaf, root dry weight, and shoot dry weight,. The result of this experiment showed that seed with initial seed moisture content 37% which stored in room storage (T 250-260C; RH ±70%) and seed with initial seed moisture content 27% which stored in refrigerator (T 250-260C; RH ±70%) gave the best result on viability, vigor, and growth of soursop seed.

Keywords : Moisture Content, Recalcitrant Seed, Seed Storage, Soursop Seed Temperature, Viabilitas, Vigor

ABSTRAK

Benih sirsak termasuk ke dalam kategori benih rekalsitran yang memiliki kadar air relatif tinggi sehingga memiliki daya simpan yang rendah dan tidak dapat disimpan pada suhu rendah. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kadar air awal benih dan suhu ruang simpan terhadap viabilitas, vigor, dan pertumbuhan benih sirsak. Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Benih, Laboratorium Kultur Jaringan, dan Ruang Aklimatisasi Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran pada bulan April sampai Juli 2014. Metode percobaan yang digunakan adalah metode eksperimen Rancangan Acak Lengkap yang terdiri dari 9 kombinasi perlakuan kadar air awal dan suhu ruang simpan dengan 3 kali ulangan selama dua bulan penyimpanan. Kadar air awal benih terdiri dari 37 %, 32%, dan 27%, sedangkan suhu ruang simpan terdiri dari suhu ruang kamar (T 250-260C; RH ±70%), suhu ruang AC (T 210-220C; RH ±60%), dan suhu kulkas (T 110C; RH ±50%). Parameter yang diukur adalah kadar air, daya berkecambah, indeks vigor, tinggi kecambah, panjang akar, jumlah daun berat kering akar, dan berat kering kecambah. Hasil percobaan

(2)

144

menunjukkan bahwa benih dengan kadar air awal 37% pada suhu ruang kamar (T 250-260C; RH ±70%) dan benih dengan kadar air awal 27% pada suhu ruang simpan kulkas (T 110C; RH ±50%) menghasilkan viabilitas, vigor, dan pertumbuhan benih sirsak terbaik

Kata Kunci : Benih Rekalsitran, Benih Sirsak, Kadar Air, Suhu, Penyimpanan Benih, Viabilitas, Vigor

PENDAHULUAN

Sirsak merupakan salah satu buah dengan khasiat bervariasi, mulai dari sumber pemenuhan vitamin dan mineral sampai berperan dalam bidang kesehatan. Menurut Muktiani (2011) hampir semua bagian dari pohon sirsak, mulai dari kulit batang, akar, daun, daging buah, hingga bijinya telah dijadikan obat secara turun temurun oleh manusia. Pemanfaatan bagian dari tanaman sirsak ini tidak hanya terjadi di Indonesia, bahkan di seluruh belahan dunia.

Banyaknya kandungan khasiat sirsak tersebut juga harus didukung dengan ketersediaan tanaman sirsak yang baik dalam kuantitas maupun kualitas. Namun, produksi sirsak di Indonesia tahun 2012 termasuk komoditas dengan tingkat produksi terendah yaitu 68,903 ton jika dibandingkan dengan komoditas buah lainnya seperti markisa, sukun, sawo, dll yang hasil produksinya diatas 100 ton (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2013).

Berdasarkan Badan Litbang Pertanian (2011) salah satu kendala utama yang dihadapi dalam pengembangan sirsak secara komersil adalah tidak tersedianya benih bermutu dalam jumlah banyak dan harga murah. Benih bermutu merupakan salah satu komponen produksi paling utama dalam dunia pertanian.

Benih sirsak termasuk jenis rekalsitran. Benih rekalsitran adalah kelompok benih yang tidak tahan (cepat rusak) apabila disimpan dalam waktu lama, tidak dapat diturunkan kadar airnya serta tidak dapat disimpan dalam suhu rendah (Roberts, 1973). Usaha penyimpanan benih yang bersifat rekalsitran sudah banyak dilakukan namun yang diperoleh masih merupakan penyimpanan jangka pendek (Tompset, 1987).

Faktor-faktor dalam penyimpanan benih antara lain bergantung pada sifat genetis benih, kondisi sebelum panen, struktur dan komposisi benih, kondisi kulit benih, daya simpan dan tingkat kemasakan benih, kerusakan mekanis, kevigoran benih, bahan pengemasan, kadar air benih, dan kondisi ruang simpan benih (Kuswanto, 2003).

Salah satu faktor penentu viabilitas benih yaitu suhu ruang simpan yang dipengaruhi juga oleh kelembaban. Tingginya suhu pada masa penyimpanan akan membahayakan dan mengakibatkan kerusakan pada benih. Suhu rendah dalam penyimpanan dapat menekan laju berkurangnya viabilitas benih (Sutopo, 2002). Benih bersifat higroskopis (mudah menyerap air) dan selalu berusaha mencapai kondisi equilibrium dengan lingkungannya sehingga apabila ruang simpan benih mempunyai kelembaban yang lebih tinggi daripada kadar air benih, maka benih akan menyerap air dari udara dan kadar air benih menjadi meningkat (Kuswanto, 2003)

Pada saat panen diusahakan benih yang dipanen dalam keadaan masak dengan kondisi kadar air rendah, namun jika sewaktu dipanen kadar air benih masih tinggi, maka benih tersebut harus dilakukan pengeringan terlebih dahulu sebelum disimpan. Kadar air yang tinggi pada waktu panen dapat mempengaruhi daya simpan benih dikarenakan benih mudah mengalami kerusakan pada waktu panen, perontokan, prosesing, dan penanganan lebih lanjut (Kuswanto, 2003).

Penyimpanan benih di Indonesia umumnya bergantung pada iklim Indonesia yang tropis sehingga adanya perubahan suhu dan kelembaban. Sifat benih yaitu higrokopis yang berarti bahwa benih selalu

(3)

145

melakukan keseimbangan kadar air dengan kelembaban di sekitarnya. Penelitian mengenai pengaruh perlakuaan kadar air awal benih dan suhu ruang simpan terhadap viabilitas, vigor, dan pertumbuhan benih sirsak diperlukan sebagai solusi dalam permasalahan penyimpanan pada benih sehingga dapat menghasilkan benih dengan kualitas yang baik dan kuantitas yang dapat mencukupi bagi produksi sirsak di Indonesia.

BAHAN DAN METODE

Percobaan dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih, Laboratorium Kultur Jaringan, dan Ruang Aklimatisasi Teknologi Benih, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Jatinangor. Percobaan ini akan dilaksanakan dari bulan April 2014 sampai dengan bulan Juli 2014. Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan adalah benih sirsak varietas lokal yang diperoleh Desa Pakidulan, Cianjur, Jawa Barat dan fungisida Dithane. Bahan untuk perkecambahan adalah air dan media perkecambahan benih berupa campuran tanah, pasir, dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1 berdasarkan bobot.

Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah metode eksperimen yang dirancang menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 9 perlakuan yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 27 unit percobaan. Pengujian dilakukan pada penyimpanan satu bulan dan dua bulan. Total keseluruhan unit percobaan menjadi 54 unit. Setiap unit terdiri dari 30 benih sirsak.

Perlakuan terdiri dari :

A = Kadar air awal 37% pada suhu kamar (T 250-260C; RH ±70%)

B = Kadar air awal 32% pada suhu kamar (T 250-260C; RH ±70%)

C = Kadar air awal 27% pada suhu kamar (T 250-260C; RH ±70%)

D = Kadar air awal 37% pada suhu AC (T 210-220C; RH ±60%)

E = Kadar air awal 32% pada suhu AC (T 210-220C; RH ±60%)

F = Kadar air awal 27% pada suhu AC (T 210-220C; RH ±60%)

G = Kadar air awal 37% pada suhu kulkas (T 110C; RH ±50%)

H = Kadar air awal 32% pada suhu kulkas (T 110C; RH ±50%)

I = Kadar air awal 27% pada suhu kulkas (T 110C; RH ±50%)

Benih sirsak diambil dari buah sirsak secara manual menggunakan tangan dan dibilas dengan air sebanyak tiga kali kemudian benih difermentasi dengan merendam benih menggunakan aquades pada wadah tertutup selama 24 jam. Benih yang telah difermentasi kemudian dibilas kembali dan dikeringanginkan selama 15 menit. Selanjutnya benih direndam menggunakan larutan fungsida Dithane dengan dosis 2 g/l selama lima menit, lalu benih dikeringanginkan selama 24 jam.

Pelakuan kadar air didapat dengan menurunkan kadar air benih dengan oven suhu 310C selama 2 jam sehingga kadar air menjadi 32%, sedangkan dalam waktu 4 jam kadar air menjadi 27%. Selanjutnya benih disimpan dalam kemasan (masing-masing kemasan berisikan 40 benih dan terdiri dari tiga kali ulangan per bulan) yang terdiri dari 18 kemasan disimpan di dalam ruang kamar (Laboratorium Teknologi Benih), 18 kemasan benih disimpan di dalam ruang AC (Laboratorium Kultur Jaringan), dan 18 kemasan disimpan di dalam kulkas.

Parameter pengamatan terdiri dari kadar air setelah penyimpanan, daya berkecambah benih, indeks vigor benih, tinggi kecambah, panjang akar, jumlah daun, berat kering akar, dan berat kering kecambah. Pengamatan dilakukan pada 1 dan 2 BSP (Bulan Setelah Penyimpanan). Pengamatan daya berkecambah dan indeks vigor benih dilakukan pada 26 HST (First

Day Count) sampai dengan 46 HST (Last Day Count).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada Tabel 1 dapat dilihat suhu dan kelembaban masing-masing ruang simpan berbeda. Suhu dan kelembaban pada ruang

(4)

146

penyimpanan kamar dan AC cenderung memiliki suhu dan kelembaban yang berbeda pada dua bulan penyimpanan, hal tersebut menunjukkan bahwa suhu dan

kelembaban ruang penyimpanan kamar dan AC berubah-ubah, namun tidak terlalu signifikan.

Tabel 1. Data Suhu dan Kelembaban Ruang Simpan selama periode 2 Bulan

Ruang Penyimpanan Bulan Pengamatan

Suhu (0C) Kelembaban (%)

Kamar April - Mei 25,75 72,83

Mei - Juni 26.02 72.85

AC April - Mei 21.74 60.75

Mei - Juni 22.19 64.27

Kulkas April - Juni ±11 ±50,00

Kondisi awal benih sebelum peyimpananan pada Tabel 3 menunjukkan hasil dari pengukuran kadar air awal benih sebesar 37 %. Benih sirsak tergolong dalam benih rekalsitran.

Tabel 2. Kondisi Awal Benih Sebelum Penyimpanan

Parameter Nilai

Kadar Air (%) 37

Daya Berkecambah (%) 85

Indeks Vigor 0,69

Daya kecambah benih awal yaitu 85 % seperti terlihat pada tabel 3. Daya kecambah benih memberikan informasi mengenai kemampuan benih dapat tumbuh normal menjadi tanaman dalam keadaan lingkungann optimum

Indeks vigor benih ditentukan dari kecambah normal yang tumbuh per satuan waktu, semakin banyak kecambah normal yang tumbuh maka semakin tinggi pula indeks vigornya. Indeks vigor maksimum dihitung dari semua total benih (30 benih) yang tumbuh pada 26 HST (First Day

Count) yaitu sebesar 1,15. Pada Tabel 2

dapat dilihat bahwa indeks vigor awal benih benih sirsak pada percobaan adalah 0,69 sehingga persentase vigor benih adalah 60% dari indeks vigor maksimum.

Hama yang menyerang benih sirsak selama penyimpanan adalah larva dari hama penggerek buah sirsak (Annonaepestis bengalella). Larva penggerek buah muncul pada satu bulan setelah penyimpanan benih. Larva penggerek buah menyerang benih pada

penyimpanan suhu ruang kamar, hal tersebut dikarenakan kelembaban pada suang simpan kamar yang lebih tinggi daripada kelembaban ruang simpan lainnya sehingga dapat memicu berkembangnya biaknya telur-telur penggerek buah yang menempel pada permukaan benih saat proses pemisahan buah dan benih sirsak (ekstrasi benih). Persentase serangan hama dihitung dari tiap kemasan yang terserang hama dibagi dengan banyaknya total kemasan perlakuan. Persentase serangan hama pada 1 BSP sebesar 18,5% dan pada 2 BSP sebesar 25,9%.

Penyakit yang menyerang tanaman sirsak adalah penyakit busuk coklat batang (Corticium sp). Penyakit ini menyerang batang dan dahan pada suhu yang terlalu dingin dan lembab (Zuhud, 2011). Gejala dari penyakit busuk pangkal batang yaitu pembusukan terjadi pada pangkal batang yang terbatas 5 cm dari permukaan tanah. Bagian pangkal yang terinfeksi akan berwarna cokelat dan tampak basah. Tanah yang ada disekitar bagian pangkal biasanya ditemui miselium berwarna putih (Basisdata Hama dan Penyakit Tanaman, 2010).

Kadar Air Akhir Setelah Penyimpanan Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa terdapat pengaruh kadar air awal benih dan suhu ruang simpan terhadap kadar air akhir setelah penyimpanan pada 1 BSP dan 2 BSP.

Kadar air akhir benih setelah penyimpanan benih pada 1 BSP dan 2 BSP mengalami penurunan yang cukup signifikan. Borner (1996) mengemukakan

(5)

147

bahwa benih rekalsitran selain tidak toleran terhadap suhu dan kelembaban yang rendah, juga peka terhadap penurunan kadar air. Hal ini menunjukkan bahwa kadar air benih rekalsitran sirsak umumnya menurun setelah disimpan pada kemasan yang tidak kedap udara. Penururan kadar air

ini bervariasi berdasarkan kadar air awal benih dan suhu ruang simpan. Terjadinya penurunan kadar air benih sirsak disebabkan oleh sifat benih yang higroskopis yaitu pada setiap keadaan kadar air benih akan selalu mengadakan kesetimbangan dengan udara di sekitarnya.

Tabel 3. Pengaruh Kadar Air Awal Benih dan Suhu Ruang Simpan terhadap Kadar Air Akhir Benih (%) 1 BSP dan 2 BSP

Pada Tabel 3 dapat dilihat pengaruh berbagai perlakuan kadar air awal benih dan suhu ruang simpan terhadap kadar air akhir benih setelah penyimpanan pada 1 BSP. Kadar air benih pada benih dengan kadar air awal 37% (A), 32% (B), dan 27% (C) pada suhu kamar (T 250-260C; RH ±70%) tidak berbeda nyata, namun berbeda nyata dan lebih tinggi kadar airnya dibandingkan perlakuan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa ruang simpan dengan suhu 250-260C dengan kelembaban 70% dapat menghasilkan kadar air akhir setelah penyimpanan yang lebih tinggi karena tidak terjadi penguapan kadar air dari dalam benih ke lingkungan secara signifikan dibandingkan perlakuan lainnya.

Pengaruh kadar air awal benih dan suhu ruang simpan terhadap kadar air akhir benih pada 2 BSP sama halnya pada penyimpanan 1 BSP. Kadar air akhir benih pada benih dengan kadar air awal 37% (A),

32% (B), dan 27% (C) pada suhu kamar (T 250-260C; RH ±70%) tidak berbeda nyata, namun berbeda nyata dan memiliki kadar air akhir yang lebih tinggi dibanding perlakuan lainnya.

Benih sirsak yang disimpan pada suhu kamar menunjukkan kadar air yang lebih tinggi dibandingkan suhu simpan AC dan kulkas. Hal tersebut diduga karena kondisi kelembaban udara pada suhu kamar yang tinggi yang menyebabkan kadar air yang menguap dari benih ke lingkungan lebih kecil sehingga benih dapat mempertahankan kadar airnya tetap tinggi daripada perlakukan lainnya.

Daya Berkecambah

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa terdapat pengaruh kadar air awal benih dan suhu ruang simpan terhadap daya berkecambah setelah penyimpanan pada 1 BSP dan 2 BSP.

(6)

148 Tabel 4. Pengaruh Kadar Air Awal Benih dan Suhu Ruang Simpan terhadap Daya Berkecambah (%) 1 BSP dan 2 BSP

Pada Tabel 5 dapat dilihat pengaruh berbagai perlakuan kadar air awal benih dan suhu ruang simpan terhadap daya berkecambah benih setelah penyimpanan pada 1 BSP. Daya berkecambah benih dengan kadar air awal 37% (G) dan 32% (H) pada suhu kulkas tidak berbeda nyata, namun berbeda nyata dan memiliki daya berkecambah yang lebih rendah dibandingkan perlakuan lainnya. Persentase daya berkecambah benih yang disimpan pada suhu kulkas menghasilkan perbedaan yang cukup signifikan antara kadar air 37% (G), 32%, (H) dan 32% (I). Daya berkecambah benih dengan kadar air awal 37% (G) dan 32% (H) pada suhu kulkas menghasilkan persentase yang lebih rendah dibandingkan daya berkecambah pada kadar air awal 27% (I) pada suhu kulkas. Hal tersebut disebabkan benih dengan kadar air awal 37% (G) dan 32% (H) memiliki kadar air yang lebih tinggi dibandingkan benih dengan kadar air 27% (I).

Menurut Chin dkk. (1989) kandungan air yang terlalu tinggi dapat menimbulkan kerusakan apabila disimpan pada suhu rendah. Kerusakan yang terjadi dinamakan chilling injury yang mengakibatkan kerusakan dalam membran sel, chilling injury umumnya terjadi pada produk yang disimpan di atas titik beku dan di antara suhu 5-150C tergantung dari sensitivitas komoditi. Menurut Harrington dikutip Wirawan (1986) penyebab utama yang menurunkan daya berkecambah benih di dalam penyimpanan adalah faktor kadar

air. Kadar air yang tinggi lebih cepat mengalami kemunduran dan lebih peka terhadap suhu ekstrim, fumigasi, perlakuan benih, cendawan, hama, pemanasan, dan kerusakan mekanik.

Tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan kadar air awal benih dan suhu ruang simpan memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap daya berkecambah pada 2 BSP. Sama halnya pada 1 BSP, daya berkecambah benih dengan kadar air awal 37% (G) dan 32% (H) pada ruang simpan kulkas (T 110C; RH ±50%) berbeda nyata dan memiliki daya berkecambah lebih rendah dibandingkan perlakuan lainnya.

Persentase daya berkecambah pada benih dengan kadar air awal 27% (I) pada ruang simpan kulkas menunjukkan hasil yang baik pada 1 BSP maupun 2 BSP. Hal tersebut menunjukkan bahwa benih dengan kadar air awal 27% pada ruang simpan kulkas dapat mempertahankan daya berkecambah. Pada suhu rendah, respirasi berjalan lambat dibanding suhu tinggi. Dalam kondisi tersebut, viabilitas benih dapat dipertahankan lebih lama Hal ini sesuai dengan pernyataan Chin dkk. (1989) yang menyatakan umumnya benih rekalsitran memerlukan kadar air di atas 20 % dengan suhu simpan 4-20 0C selama penyimpanan.

Benih yang disimpan selama dua bulan mengalami penurunan persentase daya berkecambah atau kemunduran benih (deteriorasi). Kemunduran benih selama penyimpanan diduga disebabkan dari sifat

(7)

149

genetis benih. Menurut Mugnisyah (1991) kemunduran benih karena sifat genetis biasa disebut proses deteriorasi yang kronologis. Artinya, meskipun benih ditangani dengan baik dan faktor lingkungannya pun mendukung namun proses ini akan tetap berlangsung.

Indeks Vigor Benih

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa terdapat pengaruh kadar air awal benih dan suhu ruang simpan terhadap daya berkecambah setelah penyimpanan pada 1 BSP dan 2 BSP.

Tabel 5. Pengaruh Kadar Air Awal Benih dan Suhu Ruang Simpan terhadap Indeks Vigor Benih 1 BSP dan 2 BSP

Sejalan dengan daya berkecambah pada Tabel 4, indeks vigor benih pada 1 BSP (Tabel 6) menunjukkan bahwa benih dengan kadar air 37% (G) dan 32% (H) pada suhu kulkas (T 110C; RH ±50%) berbeda nyata dari perlakuan lainnya dan memiliki indeks vigor lebih rendah dibandingkan perlakuan lainnya. Benih dengan kadar air 37% (G) dan 32% (H) diduga mengalami chilling injury yang menyebabkan benih kehilangan daya tumbuhnya akibat kerusakan membran sel yang terjadi di dalam benih.

Pada penyimpanan 1 BSP, benih dengan kadar air awal 32% (B) pada suhu kamar (T 250-260C; RH ±70%) menghasilkan indeks vigor yang lebih tinggi dibandingkan dengan benih dengan kadar air awal 37% (A) pada suhu kamar. Hal tersebut menunjukkan bahwa penurunan kadar air awal benih sirsak sampai kadar air benih 32% memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap indeks vigor benih pada suhu kamar.

Perlakuan kadar air awal benih dan suhu ruang simpan memberikan pengaruh berbeda nyata antar perlakuan terhadap indeks vigor benih pada 2 BSP. Indeks vigor pada benih dengan kadar air awal 32% (B) pada suhu kamar (T 250-260C; RH ±70%) berbeda nyata dengan benih

berkadar air awal 32% (E) pada ruang suhu AC (T 210-220C; RH ±60%). Hal tersebut menunjukkan bahwa penyimpanan benih dengan kadar air yang sama namun suhu ruang simpan yang berbeda menghasilkan pengaruh yang berbeda pula. Benih pada suhu simpan AC menghasilkan indeks vigor lebih besar daripada benih pada suhu kamar. Hal ini menunjukkan bahwa penurunan suhu penyimpanan benih dapat berpengaruh terhadap meningkatnya indeks vigor benih. Menurut hasil penelitian Samira (1999) pada benih jeruk besar (Citrus maxima Meer) melaporkan bahwa daya berkecambah dan kecepatan tumbuh benih yang disimpan dua minggu berbeda nyata antara suhu kamar dengan ruang ber-AC. Daya berkecambah dan kecepatan tumbuh benih yang disimpan pada ruang ber-AC lebih tinggi dibandingkan dengan daya berkecambah dan kecepatan tumbuh benih yang disimpan pada suhu kamar.

Indeks vigor pada seluruh perlakuan percobaan mengalami penurunan pada dua bulan penyimpanan. Pada umumnya vigor benih mengalami penurunan setelah melewati masa penyimpanan, karena setiap organisme hidup selalu mengalami penuaan. Sadjad (1993) menyatakan bahwa periode simpan akan berpengaruh terhadap vigor benih, dimana penurunannya seiring

(8)

150

dengan pertambahan waktu. Selain itu, dalam proses penyimpanan benih faktor kadar air juga sangat mempengaruhi, kadar air benih yang tinggi dapat meningkatkan laju kemunduran benih dalam tempat penyimpanan.

Pertumbuhan Kecambah Sirsak

Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa terdapat pengaruh kadar air awal benih dan suhu ruang simpan terhadap tinggi kecambah, panjang akar, dan jumlah daun setelah penyimpanan pada 1 BSP dan 2 BSP.

Tabel 6. Pengaruh Kadar Air Awal dan Suhu Ruang Simpan terhadap Tinggi Kecambah (cm), Panjang Akar (cm), dan Jumlah Daun 1 BSP dan 2 BSP

Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa pengaruh perlakuan kadar air awal dan suhu ruang simpan terhadap tinggi kecambah tidak berbeda nyata pada 1 BSP, tetapi pada penyimpanan 2 BSP terdapat pengaruh yang berbeda nyata pada beberapa perlakuan. Tinggi kecambah pada benih dengan kadar air awal 37% (G) dan 32% (I) pada suhu kulkas berbeda nyata dan lebih rendah dari perlakuan lainnya. Hal tersebut diduga karena tinggi tanaman pada benih dengan kadar air awal 37% (G) dan 32% (I) pada penyimpanan kulkas tidak maksimal. Tinggi kecambah menurun pada penyimpanan 2 BSP, hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan pertumbuhan benih akan berkurang seiring dengan lama nya masa simpan benih.

Pertumbuhan kecambah yang rendah diduga karena daya berkecambah dan indeks vigor benih yang rendah pula. Menurut Ardian (2008) lama perkecambahan dapat menjadi petunjuk perbedaan kekuatan tumbuh, semakin cepat pertumbuhan kecambah maka semakin tinggi vigor kecambah. Tinggi rendahnya vigor benih akan menggambarkan kekuatan

tumbuh dan pertumbuhan kecambah. Semakin tinggi vigor maka kekuatan perkecambahan menjadi lebih baik, begitu pula pertumbuhan tanaman.

Pengaruh kadar air awal benih dan suhu ruang simpan terhadap panjang akar pada 1 BSP terdapat pengaruh yang berbeda nyata. Benih dengan kadar air 37% pada suhu kulkas berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Perlakuan kadar air awal benih dan suhu ruang simpan terhadap panjang akar pada 2 BSP terdapat pengaruh yang berbeda nyata pula. Panjang akar pada benih dengan kadar air 37% (A) pada suhu kamar berbeda nyata dan menghasilkan panjang akar yang lebih tinggi daripada perlakuan lainnya. Panjang akar pada perlakuan kadar air awal dan suhu ruang simpan mengalami penurunan pada 2 BSP. Hal tersebut dikarenakan pertumbuhan tanaman yang semakin menurun seiring dengan menurunnya indeks vigor benih pada waktu simpan benih yang semakin lama.

Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa terdapat pengaruh yang berbeda nyata dari perlakuan kadar air awal benih dan suhu

(9)

151

ruang simpan terhadap jumlah daun pada 1 BSP. Benih dengan kadar air awal 37% (G) dan 32% (H) pada suhu kulkas (T 110C; RH ±50%) berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Pada perlakuan tersebut jumlah daun yang tumbuh lebih sedikit dibandingkan perlakuan lainnya, hal ini dikarenakan pertumbuhan kecambah lebih lambat atau memiliki indeks vigor yang lebih rendah dibandingkan oleh seluruh perlakuan lainnya. Pada 2 BSP, benih dengan kadar air awal 37% (A) pada ruang simpan kamar (T 250-260C; RH ±70%) berbeda nyata dengan benih kadar air awal

32% (B) dan 27% (C) pada ruang simpan yang sama. Hal tersebut menunjukkan bahwa benih dengan kadar air 37% (A) pada suhu simpan kamar memiliki pertumbuhan daun yang lebih baik dibandingkan dengan benih kadar air awal 32% (B) dan 27% (C).

Bobot Kering Akar

Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa terdapat pengaruh kadar air awal benih dan suhu ruang simpan terhadap bobot kering akar setelah penyimpanan pada 1 BSP dan 2 BSP.

Tabel 7. Pengaruh Kadar Air Awal dan Suhu Ruang Simpan terhadap Berat Kering Akar 1 BSP dan 2 BSP

Perlakuan kadar air awal benih dan suhu ruang simpan tidak terdapat pengaruh yang berbeda nyata terhadap bobot kering akar pada 1 BSP, sedangkan perlakuan kadar air awal benih dan suhu ruang simpan memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap bobot kering akar pada 2 BSP. Bobot kering akar benih pada 2 BSP dengan kadar air awal 37% (G) dan 32%

(H) pada suhu kulkas (T 110C; RH ±50%) menghasilkan pengaruh yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.

Bobot Kering Kecambah

Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa terdapat pengaruh kadar air awal benih dan suhu ruang simpan terhadap bobot kering kecambah setelah penyimpanan pada 1 BSP dan 2 BSP. Tabel 8. Pengaruh Kadar Air Awal dan Suhu Ruang Simpan terhadap Berat Kering Kecambah 1 BSP dan 2 BSP

(10)

152

Pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa pengaruh kadar air awal benih dan suhu ruang simpan berbeda nyata antar perlakuan pada 1 BSP. Bobot kering kecambah pada benih dengan kadar air 37% (G) pada suhu kulkas berbeda nyata dengan perlakuan lainnya, kecuali dengan perlakuan 32% (H) pada suhu ruang simpan kulkas. Pengaruh perlakuan kadar air awal dan suhu ruang simpan pada 2 BSP terhadap bobot kering kecambah menunjukkan bahwa benih dengan kadar air 37% (G) dan 32% (H) berbeda nyata pula dengan perlakuan lainnya. Rata-rata perlakuan mengalami penurunan berat kering kecambah pada 2 BSP. Penurunan berat kering kecambah seiring dengan penurunan pertumbuhan pada kecambah sirsak. Menurut Ardian (2008) berat kecambah dipengaruhi oleh lamanya pertumbuhan sejak permulaan sampai berjalannya proses perkecambahan, karena bila kecambah butuh waktu yang lama untuk tumbuh maka hasil kecambah yang diperoleh adalah kecambah pendek, ukuran daun kecambah kecil, hipokotilnya pendek dan volume akar kecil.

Bobot kering kecambah merupakan salah satu indikator vigor benih, tingginya nilai berat kering kecambah menunjukkan tingginya vigor benih (Justice dan Bass, 2002). Sadjad dkk., (1999) mengemukakan bahwa kemampuan berkecambah suatu benih berhubungan dengan banyaknya cadangan makanan yang dikandungnya. Prawiranata dkk., (1992) menjelaskan benih yang memiliki vigor tinggi mampu menghasilkan berat kering kecambah yang tinggi pada kondisi optimum dan suboptimum.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

1. Terdapat pengaruh kombinasi perlakuan kadar air awal benih dan suhu ruang simpan terhadap viabilitas, vigor, dan pertumbuhan benih sirsak. 2. Benih dengan kadar air awal benih

37% pada ruang simpan kamar (T 250 -260C; RH ±70%) dan benih dengan kadar air awal 27% pada ruang simpan

kulkas (T 110C; RH ±50%) menghasilkan viabilitas, vigor, dan pertumbuhan terbaik selama dua bulan penyimpanan.

Saran

1. Perlu dilakukan penelitian mengenai kemasan benih yang sesuai untuk penyimpanan benih sirsak agar dapat mencegah serangan hama pada saat penyimpanan.

2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui kadar air kritis dari benih sirsak.

DAFTAR PUSTAKA

Ardian. 2008. Pengaruh Perlakuan Suhu dan Waktu Pemanasan Benih terhadap Perkecambahan Kopi Arabika. Jurnal

Akta Agrosia. Vol. 11 (1): 1-9.

Badan Litbang Pertanian. 2011. Perbaikan Mutu Sirsak Melalui Polinasi. Sinar Tani 3429.

Basisdata Hama dan Penyakit Tanaman. 2010. Busuk Pangkal Batang. Departemen Proteksi Tanaman, Institut Pertanian Bogor.

Bonner, F.T. 1996. Response to drying of recalcitrant seed of Quercus nigra L. Ann. Bot. 78:181-187.

Chin, H.F., B. Chrisnapillay and P.C. Stanwood. 1989. Recalcitrant Vs Orthodox Seeds. P. 15-22. In Seed Moisture. CSSA Special Publication Number 14. Crop Science Society of America. Madison, Wisconsin, USA. Direktorat Jenderal Hortikultura. 2013.

Produksi Buah-Buahan di Indonesia. http://pkht.or.id/datastatistik/prod/data-prod-buah/94-dtstat/dt-pr-buah.

Diakses pada tanggal 8 Februari 2013 Kuswanto, H. 2003. Teknologi

Pemrosesan, Pengemasan, dan

Penyimpanan Benih. Kanisius:

Yogyakarta.

Mugnisyah. 2002. Pengantar Produksi Benih. Jakarta: Rajawali press.

Muktiani. 2011. Khasiat dan Cara Olah Sirsak untuk Kesehatan dan Bisnis

(11)

153

Makanan. Pustaka Baru Press: Yogyakarta.

Prawiranata, W., S. Harran dan P. Tjndronegoro. 1992. Dasar-dasar fisiologi tumbuhan. Fakultas Matemetika dan Ilmu Alam. IPB Bogor. 247 hal.

Roberts, H.F. 1973. Pedicting the viability of seeds. Seed Science and Technology 1:499-514.

Sadjad, S. 1993. Dari Benih Kepada Benih. Gramedia, Jakarta.

Samira, Diana. 1999. Pengaruh Cara Ekstraksi, Suhu Penyimpanan dan Periode Simpan Terhadap Viabilitas Benih Jeruk Besar (Citrus Maxima Meer). Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Sutopo, Lita. 2002. Teknologi Benih. Rajawali Pers: Jakarta.

Wirawan, Baran. 1986. Pengaruh Derajat Pengeringan Terhadap Kemunduran Benih Jeruk Siam (Citrus reliculata Blanco). Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Zuhud, Ervizal. 2011. Bukti Kedahsyatan Sirsak Menumpas Kanker. PT Agro Media Pustaka: Jakarta.

Gambar

Tabel 1. Data Suhu dan Kelembaban Ruang Simpan selama periode 2 Bulan
Tabel 3. Pengaruh Kadar Air Awal Benih dan Suhu Ruang Simpan terhadap Kadar Air Akhir Benih  (%) 1 BSP dan 2 BSP
Tabel  4  menunjukkan  bahwa  perlakuan  kadar  air  awal  benih  dan  suhu  ruang  simpan  memberikan  pengaruh  berbeda  nyata  terhadap  daya  berkecambah  pada 2 BSP
Tabel  5.  Pengaruh  Kadar  Air  Awal  Benih  dan  Suhu  Ruang  Simpan  terhadap  Indeks  Vigor  Benih  1  BSP dan 2 BSP
+3

Referensi

Dokumen terkait

Et alternativ er å åpne for tilgang fra fire av de største, langsgående bingene og ut til tallearealet, slik at alle sauene fra disse bingene kan velge hvor de vil ligge, enten

Penyusunan kurikulum Bahasa Inggris pada Sekolah Bertaraf Internasional mengacu pada Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan yang diperkaya dengan

UU 1989 dan 2003 memang dilengkapi dengan ayat bahwa hal-hal yang belum jelas akan dirincikan dalam PP, namun PP terakhir tentang Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah yang

Promosi sebagai salah satu komponen dari bauran pemasaran memiliki peranan penting dalam mengkomunikasikan suatu produk dan dapat menciptakan preferensi konsumen atau calon

Sering kita mendengar atau membaca berita, dimana terjadi pelaku pelanggaran asusila dilakukan oleh seorang siswa terhadap siswa lainnya, seperti terjadinya

Dari penelitian yang dilakukan dan berda- sarkan pembuktian secara simulasi meng- gunakan Simulink MATLAB, maka dapat diberikan kesimpulan untuk melakukan tun- ing parameter

Disamping itu orang tua dapat melihat kegiatan anak di laboratorium, di bengkel, dan di kebun (Soetopo, dan Soemanto 1989, hlm. Kunjungan orang tua siswa ke sekolah

-DGL .63 ³.$5<$ 0$1',5,´ 6HORQJ WLGDN PHPEXDW EXNX EHVDU QHUDFD VDOGR VDPSDL GHQJDQ ODSRUDQ NHXDQJDQ /DSRUDQ NHXDQJDQ NRSHUDVL EHUXSD ODSRUDQ SHU EXODQ EHULVL ODSRUDQ SLQMDPDQ