13
PARTISIPASI ORANG TUA
DALAM PENDIDIKAN BACA TULIS AL QUR’AN Cittra Juniarni
STIT – Al Qur’an AL Ittifaqiah Indralaya Ogan Ilir Email: [email protected]
ABSTRACT
In Increasing education quality of reading and writing Al Qur’an for children has very important aims in increasing the creativity of reading Al Qur’an or well known as Al Qur’an recitation. It is an important skill in the first phase to comprehend the holy quran. Recitation also has good relation with ritual muslims’ worship, such as prayer, hajj, and another pray activity. When doing prayer, it is not syah if doesn’t use arabic language. Al Qur’an education is the main foundation of science. The important of this basic skill is easier if it is applied for all muslims from early childhood. It’s because at that period, their mind and heart are clean and pure.
The result that was obtained in Islamic kindergarten Al Madani and Islamic kindergarten Al Ittifaqiah Indralaya Ogan Ilir are: the first; parent’s participation of reading and writing Al Qur’an are reminding children, increasing education of reading and writing Al Qur’an, teaching children at home, evaluating children’s skill, giving punishment for children who don’t be serious in learning, giving reward for dilligent children and having good comunication between parents and Islamic kindergarten’s boards. The second; support and abstacle factor for parent’s participation in reading and writing Al Qur’an covers internal and external factors.
14
A. Pendahuluan
Pendidikan adalah mempengaruhi anak dalam usaha bimbingannya supaya menjadi dewasa.Beberapa definisi para ahli menggambarkan bahwa pendidikan itu sebenarnya adalah merupakan suatu upaya dan aktivitas pembelajaran, pembimbingan, pelatihan terhadap anak sehingga menjadi manusia yang dewasa baik jasmani maupun rohani.1
Pendidikan bagi manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi, karena dengan pendidikan mereka dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep dan pandangan hidupnya hal ini relevan dengan kebutuhan bangsa sekarang ini yang masih dalam proses perkembangan. Dalam agama Islam, pendidikan merupakan suatu kewajiban yang harus dicari dan dituntut agar memperoleh kemuliaan dan kelebihan di sisi Allah SWT, QS: Al-Mujadalah (58): 11 yang berbunyi:
او ُ ُشُناَف اوُ ُشُنا َليِق اَذ
ِ
اَو ۖ ْ ُكَُل ُ هللَّا ِح َسْفَي ا وُح َسْفاَف ِسِلاَجَمْلا ِفِ اوُح هسَفَت ْ ُكَُل َليِق اَذ
ا اوُنَم أ َنيِ هلَّا اَ هيَُّأ َيَ
ِ
ٌ يِبَخ َنوُلَمْعَت اَمِب ُ هللَّاَو ۚ ٍتاَجَرَد َ ْلِْعْلا اوُتوُأ َنيِ هلَّاَو ْ ُكُنِم اوُنَم أ َنيِ هلَّا ُ هللَّا ِعَفْرَي
Artinya:
“Allah akan mengangkat derajat orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”.2
Dapat dikatakan pula bahwa, pendidikan merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam pembangunan nasional dan menjadi andalan utama yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia, dimana iman dan takwa kepada Allah SWT menjadi sumber motivasi di segala bidang.3Salah satu untuk menjadikan hidup penuh iman dan takwa adalah mempunyai ilmu pengetahuan Al Qur‟an.
Keterampilan membaca Al Qur‟an atau lebih dikenal dengan istilah mengaji merupakan keterampilan penting pada fase awal guna memahami isi kandungan Al Qur‟an. Mengaji juga memiliki keterkaitan erat dengan ibadahritual kaum muslim, seperti pelaksanaan shalat, haji dan kegiatan berdo‟a lainnya. Dalam pelaksanaan sholat atau haji misalnya, tidak sah hukumnya bila menggunakan bahasa selain bahasa Al Qur‟an (Bahasa Arab).Pendidikan Al Qur‟an merupakan pondasi utama pendidikan bagi disiplin ilmu. Pentingnya kemampuan dasar ini akan lebih mudah, bila diterapkan kepada semua umat Islam pada usia dini. Karena pada masa-masa itu, fikiran dan hati mereka masih bersih dan suci. Imam Suyuti mengatakan, sebagaimana dikutif oleh Muhammad Nur Abdul Hafidz Suwaid bahwa:
”Mengajarkan Al Qur‟an kepada anak-anak merupakan salah satu diantara pilar-pilar Islam, sehingga mereka bisa tumbuh diatas fitrah.Begitu juga cahaya hikmah akan terlebih
1
Ely Manizar, Psikologi Pendidikan, (Palembang: Rafah Press, 2009), hal. 7 2
Departemen Agama RI, Qur'an dan Terjemahnya, Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Qur'an (Jakarta: Jamunu, 1969), hal. 911
3
15
dahulu masuk ke dalam hati mereka sebelum dikuasai oleh hawa nafsu dan dinodai oleh kemaksiatan dan kesesatan”.4
Pendidikan Al Qur‟an secara tidak langsung menuntut adanya penanganan yang terpadu oleh semua pihak, baik pemerintah, masyarakat, maupun keluarga. Pendidikan Al Qur‟an merupakan proses budaya yang menyangkut harkat dan martabat manusia. Keluarga dalam pendidikan Al Qur‟an adalah salah satu pihak dari pendidikan bagi anak.Menurut Zakiyah Dradjat, pendidikan agama hendaknya dapat mewarnai anak, sehingga anak itu benar-benar menjadi pengendalian di dalam hidupnya di kemudian hari.5
Dari keterangan di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa pendidikan baca tulis Al Qur‟an pada anak sangat penting, maka partisipasi ataupun peranan orang tua kepada pembinaan atau didikan sangat diperlukan dari mereka. Dalam proses pembinaan tersebut, pendidikan merupakan suatu dasar yang sangat memberikan peran yang penting untuk direalisasikan oleh orang tua dan salah satu dari kesemuanya itu dapat dilakukan dalam satu komponen yakni kegiatan-kegiatan keagamaan yang diselenggarakan pada Taman Pendidikan Al Qur‟an (TK/TPA).
Sebagai salah satu pendidikan Islam yang berusaha untuk terus maju dan berkembang, di gang Gotong Royong RT. 8 LK. IV Kecamatan Indralaya Ogan Ilir memiliki 2 lembaga pendidikan baca tulis Al Qur‟anyakni TK/TPA Al Madani dan TK/TPA Al Ittifaqiah yang sudah menyelenggarakan sistem pendidikan yang terpadu dan seimbang antara Iman-Taqwa-Akhlak dan Ilmu Pengetahuan-Teknologi, menyelanggarakan pembelajaran, pembinaan dan pengasuhan serta uswah kepada anak-anak secara konsisten dan berkelanjutan, penanaman dan pengaplikasian nilai-nilai ajaran Islam dan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari, gali potensi dan prestasi serta penyaluran talenta.Pada penyelenggraan sistem pendidikan di atas sudah terlihat keseriusan orang tua dalam memegang peranan penting atas pendidikan anak-anaknya.Dari adanya 2 lembaga pendidikan baca tulis Al Qur‟an ini lah yang menarik peneliti untuk mengkaji lebih dalam bagaimana partisipasi orang tua dalam pendidikan baca tulis Al Qur‟an serta faktor penghambat dan pendukungnya diTK/TPA Al Madani dan TK/TPA Al Ittifaqiah.
Orang tua atau ibu dan ayah memegang peranan yang penting dan amat berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya.Sejak seorang anak lahir, ibunya lah yang selalu ada di sampingnya.Disamping itu pangkal ketentraman dan kedamaian hidup terletak dalam keluarga. Mengingat pentingnya hidup keluarga yang demikian, maka Islam memandang keluarga bukan hanya persekutuan hidup terkecil saja, melainkan lebih dari itu, yakni sebagai lembaga hidup manusia yang memberi peluang kepada para anggotanya untuk hidup celaka atau bahagia dunia dan akhirat.
B. Kerangka Teori
1. Partisipasi Orang Tua
4
Muhammad Nur Abdul Hafidz Suwaid, Mendidik Anak Bersama Nabi, (Solo: Pustaka Arafah, 2003), hal. 158
5
16
Menurut Keith Davis partisipasi dalam bukunya Suryobroto (2002:279) didefenisikan sebagai berikut: “Partisipation is defined as a mental and emotional involved at a person in a group situasion which encourager then contribut to group goal and share responsibility in them”. (Partisipasi dimaksudkan sebagai keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di dalamnya).6
Partisipasi adalah merupakan istilah dalam bidang manajemen, namun saat ini telah lebih berkembang luas jadi bukan monopoli ilmu manajemen saja, dalam artian istilah partisipasi itu sudah umum dan dalam arti yang luas, istilah ini sebenarnya diambil dari bahasa asing participation, yang artinya mengikut sertakan pihak lain.
Orang tua adalah pembina pribadi yang pertama dalam hidup si anak, kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup mereka merupakan unsur pendidikan yang tidak langsung dan sendirinya tumbuh. Sikap keagamaan anak akan sangat dipengaruhi oleh orang tua.7Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak bagi mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga.8 Menurut syariat Islam, orang tua memiliki kedudukan yang penting dan mulia dalam mendidik anak. Orang tua juga bertanggung jawab terhadap apa yang amanatkan yaitu anak.9
Sebagai orang tua yang beriman, tentu mempunyai suatu standar kehidupan. Standar kehidupan tersebut harus selalu selaras dengan kehendak Allah. Zaman boleh berubah, cara boleh berganti, tetapi prinsip kehidupan tidak boleh berubah. Itulah sebabnya diperlukan akal budi dan kebijakan oleh setiap ibu bapak, atau orang tua, atau siapa saja yang bertanggung jawab mendidik anak atau dapat mengarahkan anak-anaknya kepada prinsip hidup yang benar, dan mewariskan nilai-nilai luhur itu kepada generasi berikutnya.10 Kemampuan anak dalam memiliki dan mengembangkan nilai-nilai agama ini dapat dibangun orang tua melalui kebersamaan di antara sesama anggota keluarga, kosistensi dan kesatuan orang tua dengan anak, bantuan orang tua untuk memilih sahabat yang rajin menjalankan agama dan melalui diskusi yang penuh dengan nuansa-nuansa keagamaan.11
Oleh karena itu, kasih sayang orang tua terhadap anak-anak hendaklah kasih sayang yang sejati pula, yang berarti pendidik atau orang tua mengutamakan kepentingan dan kebutuhan anak-anak, dengan mengesampingkan keinginan dan kesenangan sendiri. Dalam hal ini hendaknya orang tua harus ingat bahwa pendidikan berdasarkan kasih sayang saja kadang-kadang mendatangkan bahaya.Kasih sayang harus dijaga jangan sampai berubah menjadi memanjakan anak.Kasih sayang harus dilengkapi dengan pandangan yang sehat tentang sikap orang tua terhadap anak.
6
Suryobroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), hlm. 279 7
Fitri Oviyanti, Internalisasi Nilai-Nilai Keagamaan di Usia Kanak-Kanak, (Palembang: IAIN Raden Fatah, 1997), hal. 27
8
Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1970), hal. 107 9
M. Fahd ats-Tsuwaini, Menjadi Orang Tua yang dicintai Anak, (Jakarta: Gema Insani Press, 2010), hal. 7
10
Ronald, Seri Psikologi Anak, (Bandung: Yrama Widya, 2006), hal. 132 11
17
1. Pengertian dan Tujuan Pendidikan Agama Islam
Indonesia merupakan negara berkembang yang terus melakukan pengembangan pada berbagai bidang secara terus menerus, diantarantanya pembangunan di bidang pendidikan.12
Karena itu, proses pendidikan harus memiliki sistem pendidikan. Sistem pendidikan tersebut tergabung secara terpadu dalam sistem pendidikan nasional, yang secara bersama-sama berusaha untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Selanjutnya pada bab II pasal 3 disebutkan bahwa fungsi dan tujuan pendidikan adalah pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cakap, berilmu, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.13
Pendidikan agama Islam adalah usaha untuk membimbing kearah pertumbuhan kepribadian peserta didik secara sistematis dan pragmatis supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam.Sehingga terjalin kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.14 Ibnu Hajar mengatakan dalam bukunya Chabib Thoha pendidikan agama Islam merupakan sebutan yang diberikan kepada salah satu subyek mata pelajaran yang harus dipelajari oleh peserta didik muslim dalam menyelesaikan pendidikannya pada tingkat tertentu.15 Dengan kata lain bahwa pendidikan agama Islam merupakan salah satu jenis pendidikan yang didesain dan diberikan kepada peserta didik yang beragama Islam dalam rangka untuk mengembangkan keberagamaan Islam mereka.
Pendidikan agama Islam ini dijelaskan dalam kurikulum 2004 bahwa pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hinga mengimani, bertaqwa dan berakhlaq mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab al-Qur’an dan al-Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman. Dibarengi tuntutan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antara umat beragama dalam masyarakat hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.16
Abdul Rachman Saleh mengatakan pendidikan agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik/murid agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam serta menjadikannya jalan kehidupan (way of life).17Menurut Tayar Yusuf yang dikutip oleh Abdul Majid dan Dian Andayanimengartikan pendidikan agama Islam sebagai usaha generasi tua untuk
12
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), hal. 122 13
UU RI No. 2 Tahun 2003, Tentang Sisdiknas Pasal 1 dan 2 dalam Himpunan Perundang-undangan RI
tentang Guru dan Dosen, (Bandung: CV. Nuansa Aulia, 2006), hal. 98-102
14
Zuhairini, dkk.,Metodologi Pendidikan Agama, (Solo : Ramadhani, 1993), hal. 10 15
Chabib Thoha (eds),Metodelogi Pengajaran Agama, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1999), hal. 14 16
Departemen Pendidikan Nasional, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Agama Islam SMP dan MTs, (Jakarta : Pusat Kurikulum, 2003), hal. 340
17
18
mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan dan keterampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi manusia bertakwa kepada Allah Swt.18
Mengingat pentingnya pendidikan agama Islam itu, maka ilmu-ilmu pendidikan agama Islam sangat perlu diketahui, dipelajari, digali, dipahami dan diyakini kebenarannya serta diamalkan oleh setiap pemeluknya sehingga kelak menjadi milik dan kepribadian hidup sehari-hari.Adapun TK/TPA adalah Taman Kanak-kanak, atau Taman Pendidikan Al Qur‟an karena memberikan pendidikan agama, atau mengajarkan baca tulis Al Qur‟an serta dalam memahaminya bagi anak-anak usia dini.
Kesimpulan yang dapat diambil dari pendapat-pendapat di atas adalah bahwa pendidikan agama Islam merupakan suatu usaha sadar dalam membimbing dan mengarahkan peserta didik dalam membentuk kepribadiannya agar mempunyai iman yang kuat dan bertakwa kepada Allah Swt. Baik melalui pendidikan formal maupun non formal sehingga peserta didik dapat hidup sesuai dengan ajaran agama Islam, dan akan mendapatkan keselamatan baik di dunia maupun di akhirat kelak.
1. Pendidikan Baca Tulis Al Qur’an
Pendidikan adalah mempengaruhi anak dalam usaha bimbingannya supaya menjadi dewasa.Beberapa definisi para ahli menggambarkan bahwa pendidikan itu sebenarnya adalah merupakan suatu upaya dan aktivitas pembelajaran, pembimbingan, pelatihan terhadap anak sehingga menjadi manusia yang dewasa baik jasmani maupun rohani.19Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk membuat anak menjadi manusia tertentu. Usaha membuat anak menjadi terdidik inilah yang dimakudkan pendidikan itu. Sedangkan manusia tertentu itu adalah manusia yang dikehendaki oleh Islam. Oleh karena Islam itu suatu ajaran dari Allah, maka manusia yang dikehendaki oleh Islam itu adalah manusia yang dikehendaki oleh Allah yaitu manusia yang mengabdikan dirinya kepada Allah atau pengabdi Allah. Dengan demikian, Pendidikan Islam adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk membuat anak menjadi pengabdi Allah.20
Khazanah pengetahuan dunia terus berlipat ganda dalam abad ke-20.Namun demikian, sangat sedikit masyarakat kita yang dapat membaca pengetahuan tertulis ini di atas taraf yang memuaskan. Jika kita ingin menjadi masyarakat yang tahu huruf, kita harus mengakui bahwa membaca adalah pengalaman pribadi yang memuaskan, pencarian informasi dan sebuah cara untuk berhubungan dengan dunia.21 Kata baca dalam Bahasa Indonesia mengandung arti: melihat, memperhatikan serta memahami isi dari yang tertulis dengan melisankan atau hanya dalam hati.22 Menurut Alisuf Sabri kata membaca merupakan kata
18
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi Konsep dan
Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 130
19
Ely Manizar, Psikologi... Op Cit., hal. 7 20
Akmal Hawi, Dasar-Dasar Pendidikan Islam, (Palembang: IAIN Raden Fatah, 2005), hal. 70 21
Laura Lipton, Menumbuhkembangkan Kemandirian Belajar, (Bandung: Penerbit Nuansa, 2005), hal. 123
22
19
kerja yang memiliki arti melihat, serta memaknai isi dari apa yang yang tertulis dengan melisankan atau hanya dalam hati.23
Adapun pengertian membaca menurut Tinker sebagaimana dalam bukunya Rudy S adalah kegiatan yang melibatkan simbol-simbol yang dicetak atau ditulis.Membaca merupakan kegiatan melapalkan huruf dan peristiwa psikologis serta fisiologis yang bersifat individual.Unsur utama membaca adalah otak, mata hanya alat yang mengantarkan gambar ke otak.Cahaya dari bacaan (tulisan) masuk melalui selaput bening (kornea mata), kemudian disalurkan oleh selaput pelangi dan terjadilah gambaran pada retina. Retina itu yang terdiri dari berjuta-juta reseptor cahaya yang mengubah energi cahaya menjadi syaraf dan disampaikan ke otak, syarat-syarat itu yang berjumlah 10 juta dicetak dan direkam menjadi gambar oleh sel neoren, dan disinilah terjadi proses membaca. Dalam proses ini tidak hanya terjadi proses psikologis yaitu bekerjanya alat-alat ucap sewaktu membaca, selain alat produksi suara, hal-hal grafis juga berperan yaitu besar, bentuk dan jenis huruf, gambar atau kertas.24Seperti yang disebutkan diatas membaca merupakan peristiwa individual.Apabila perkembangan berfikir atau mata seseorang tergangu maka dapat mengganggu perkembangan membaca seseorang.Atas dasar dua definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa tujuan membaca adalah menciptakan pengertian atas rangkaian bahasa tercetak atau tertulis.
Menulis adalah kegiatan menuangkan simbol huruf, sedangkan huruf adalah bentuk-bentuk yang merupakan lambang bunyi seperti “a” dari alat bunyi yang berada dalam rongga mulut dengan mulut dibuka lebar, sedangkan huruf “b” adalah lambang bunyi jika bibir atas dan bawah diletupkan.25Jadi menulis adalah menuangkan simbol lambang dan bunyi.
Dasar-dasar menulis secara umum sama dengan membaca perbedaanya hanya pada prosesnya saja, jika pada proses mambaca retina mata mengubah energi cahaya menjadi syaraf yang disampaikan keotak kemudian direkam dan dicetak kedalam syaraf alat ucap yang kemudian terjadilah peristiwa membaca. Sedangkan pada proses menulis setelah diproses oleh otak disampaikan kesyaraf motorik yang mengerakan reflek gerak tangan, dan terjadilah menulis. Menulispun merupakan peristiwa individual, dan apa bila perkembangan mata seseorang terganggu maka perkembangan dan kemampuan menulisnya akan terganggu pula. Menurut Alisuf Sabri kata tulis merupakan kata kerja yang memiliki arti melambungkan apa yang dilihat atau didengar baik berupa huruf maupun angka.26
Al Qur‟an Karim adalah mu‟jizat Islam yang abadi. Kemajuan ilmu itu tidak akan bertambah kecuali dengan meresapkan Al Qur‟an ini ke dalam jiwa. Al Qur‟an ini adalah mu‟jizat yang tiada taranya diturunkan kepada Rasul kita Muhammad SAW untuk mengeluarkan umat manusia ini dari kegelapan kepada terang benderang dan menunjukkan kepada jalan yang lurus.27Al Qur‟an adalah firman Allah yang didiktekan Nabi Muhammad SAW melalui suatu saluran dengan otoritas yang mutlak, atau melaui utusan (Malaikat) yang
23
Alisuf Sabri, Buletin Mimbar Agama dan Budaya (Jakarta: IAIN Raden Fatah, 1991), hal. 14 24
Iskandar Rudy S, Pengenalan Tipografi, (Buletin Pusat Perbukuan, 2002), hal. 14 25
Ibid., hal. 14
26
Alisuf Sabri,Buletin...Op Cit., hal. 14
20
berbicara melalui wahyu dan merupakan dokumen serta petunjuk bagi manusia dalam menjalani kehidupan agar senantiasa berada dalam kebahagiaan.28Al Qur‟an adalah sumber utama agama Islam. Siapapun orangnya yang mengaku bahwa dirinya adalah muslim, sudah seharusnya mengikuti segala perintah dan menjauhi larangan Allah yang tertulis di dalam Al Qur‟an. Mengikuti petunjuk Al Qur‟an, berarti memahami, mempercayai dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan seseorang tidak akan memahami isinya, apabila ia tidak mempelajarinya. Disinilah letak kewajiban setiap muslim untuk mempelajari Al Qur‟an. Pada dasarnya, kewajiban mempelajari Al Qur‟an bukan semata-mata karena ia muslim, tetapi dalam dunia pendidikan, semua orang wajib mempelajarinya, karena ia tidak lain adalah sumber dari segala ilmu pengetahuan. Banyak manfaat yang akan didapat bagi siapa saja yang mempelajari Al Qur‟an.29
Dari uraian-uraian di atas, konsep dalam Al Qur‟an telah jelas, bahwa telah diperintahkan untuk membaca, menulis dan mengamalkannya.Membacanya merupakan ibadah dan mengamalkannya merupakan kewajiban manusia khususnya yang beragama Islam.Al Qur‟an didalamnya terkandung konsep berbagai ilmu pengetahuan teknologi. Untuk mengetahui hal tersebut, diharuskan untuk mempelajari dengan cara membaca, menulis, memahami yang kemudian mengamalkannya. Proses belajar yang harus diterapkan adalah proses belajar diusia dini (TK/TPA) atau sekolah dasar (SD).
C. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yakni penelitian yang menjelaskan data-data dengan kata-kata, karena penelitian ini bermaksud memaparkan data yang diperoleh dari hasil penelitian di gang Gotong Royong RT. 8 LK. IV Kecamatan Indralaya Ogan Iliryang memiliki 2 lembaga pendidikan baca tulis Al Qur‟anyakni TK/TPA Al Madani dan TK/TPA Al Ittifaqiah sehubungan dengan partisipasi orang tua dalam pendidikan baca tulis Al Qur‟an serta faktor pendukung dan penghambatnya dalam bentuk informasi verbal atau memaparknnya dalam bentuk kata-kata atau kalimat.
2. Jenis Data
Penelitian ini memerlukan dua jenis data, yakni data primer dan data skunder.Data primer yaitu data yang peneliti dapatkan secara langsung melalui observasi dan wawancara yang berkaitan dengan partisipasi orang tua dalam pendidikan baca tulis Al Qur‟an serta faktor penghambat dan pendukungnya. Sedangkan data skunderadalah data yang didapat guna mendukung penelitian ini, yaitu data yang berkaitan dengan profil TK/TPA, arsip TK/TPA, absensi santri, program TK/TPA, laporan kegiatan santri, catatan prestasi santri yang ada di TK/TPA Al Madani dan TK/TPA Al Ittifaqiah.
28
M. Ali Hasan, Studi Islam Al Qur’an dan Sunnah, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2000), hal. 69 29
21
3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah: observasi, wawancara dan dokumentasi
4. Validitas dan Analisa Data
Data yang sudah diperoleh dari penelitia ini dilakukan pengecekan atas keabsahan atau validitasnya dengan menggunakan teknik triangulasi yaitu dengan membandingkan atau mengecek ulang derjat kepercayaan status informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda. Pengecekan ulang terhadap sumber-sumber data dengan cara:
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara.
b. Membandingkan apa yang dikatakan oleh seseorang di depan umum dengan yang dikatakan secara pribadi.
c. Membandingkan apa yang dikatakan oleh seseorang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain.
e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumentasi.
Dalam menganalisa data, peneliti mengikuti langkah-langkah analisis yang dikemukakan oleh Miles dan Haberman, sebagaimana yang dikutip oleh Iskandar (2008: 222), bahwa untuk melakukan analisis data penelitian harus mengikuti langkah-langkah:
a) Reduksi (pengumpulan) data b) Display/penyajian data
c) Mengambil kesimpulan lalu diverifikasi. D. Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Partisipasi Orang Tua dalam Pendidikan Baca Tulis Al Qur’an
Pembahasan ini mancakup bahasan tentang bentuk partisipasi orang tua dalam pendidikan baca tulis Al Qur‟andi TK/TPA Al Madani dan TK/TPA Al Ittifaqiahserta mengetahui faktor penghambat dan pendukungnya. Untuk mengetahui lebih jauh tentang hal ini, maka penelititerjun langsung ke lokasi penelitian dan melakukan observasi juga wawancara kepada para orang tua santri yang belajar baca tulis Al Qur‟an di gang Gotong Royong serta pengurus dan staf yang mengajar disana. Data yang diperoleh melalui metode wawancara, diantaranya kepada:
1. Bapak Ketua Rt 8 : Idris M. Diah 2. Pengurus Masjid Al Madani : Yunas Riansyah 3. Kepala TK/ TPA Al Madani : Maryono, S.Pd.I 4. Kepala TK/ TPA Al Ittifaqiah : Fitriyani, S.Pd.I 5. dan bapak/ ibu yang menjadi responden
22
Dalam pelaksanaan observasi dan juga wawancara kepada ketua Rt 8 lingkungan IV yakni bapak Idris M. Diah ini menyatakan bahwa pada wilayah penelitian ini terdapat 2 lembaga pendidikan baca tulis Al Qur‟an atau kata lain TK/TPA yaitu TK/TPA Al Madani dan TK/TPA Al Ittifaqiah.
Dari kegiatan belajar baca tulis Al Qur‟an di lokasi penelitian yakni di gang Gotong Royong Rt 8 Lingkungan IV yang dinyatakan oleh bapak Maryono yang menduduki sebagai kepala TK/TPA Al Madani menyatakan bahwa proses belajar mengajar di TK/ TPA Al Madani ini dilaksanakan setiap hari kecuali hari jum‟at, pendidikan baca tulis Al Qur‟an yang diadakan secara rutin setiap sore hari mulai dari jam 16.30 sampai dengan 17.30 wib. Para santri terdiri dari santri putra dan putri, santri putra berjumlah 22 orang dan santri putri berjumlah 16 orang. Jadi para santri secara keseluruhan adalah 38 orang. Para santri ini belajar baca tulis Al Qur‟an dengan metode Iqro‟ dengan tingkatan mulai dari Iqro‟ 1 sampai dengan 6. Setelah mencapai Iqro‟ 6 santri melanjutkan belajar Al Qur‟an. Khusus untuk hari kamis setiap minggunya santri belajar masalah keagamaan, antara lain meliputi belajar berwudhu, sholat, do‟a-do‟a harian, hapalan surat-surat pendek, dan lain sebagainya yang dibimbing langsung oleh para ustadz dan ustadzah.
Begitu juga halnya dengan TK/TPA Al Ittifaqiah yang dinyatakan oleh ibu Fitriyani yang menduduki sebagai kepala TK/TPA Al Ittifaqiah menyatakan bahwa proses belajar mengajar dilaksanakan setiap hari kecuali hari jum‟at juga, pendidikan baca tulis Al Qur‟an yang diadakan secara rutin setiap siag sampai sore hari mulai dari jam 14.00 sampai dengan 17.00 wib. Para murid terdiri dari 3 rombongan belajar yaitu TQ A yang berusia 5-7 tahun yang berjumlah 31 orang, TQ B yang berusia 8-9 tahun yang berjumlah 28 orang, TPA yang berusia 10-12 tahun yang berjumlah 11 orang, jadi jumlah murid putra dan putri seluruhnya adalah 70 orang. Para murid belajar baca tulis Al Qur‟an dengan metode Iqro‟ dengan tingkatan mulai dari Iqro‟ 1 sampai dengan 6. Setelah mencapai Iqro‟ 6 santri melanjutkan belajar Al Qur‟an. Khusus untuk belajar masalah keagamaan murid belajar pada waktu jam belajar formal berlangsung, antara lain meliputi belajar berwudhu, sholat, wirid, do‟a-do‟a harian, hapalan surat-surat pendek, dan lain sebagainya. Adapun sholat berjamaah yang dilakukan oleh murid-murid setiap sholat ashar yang pelaksananya dari murid itu sendiri, baik dari adzan, iqamah imam serta do‟a yang dibimbing langsung oleh para ustadz dan ustadzah.
Adapun untuk tempat pelaksanaan proses pendidikan baca tulis Al Qur‟an ini, bapak Idris M. Diah menyatakan bahwa biasanya tempat pelaksanaan dilakukan di masjid Al Madani untuk TK/TPA Al Madani dan tempat pelaksanaan TK/TPA Al Ittifaqiah secara tidak langsung bergantian dengan Taman Kanak-kanak Al Ittifaqiah yang dilaksanakan pagi hari dan seterusnya dipakai untuk pelaksanaan TK/TPA Al Ittifaiah pada siang hari.
Untuk memperdalam pemahaman pada bab ini, maka peneliti akan merincikan berbagai partisipasi orang tua dalam pendidikan baca tulis Al Qur‟an yang terdapat di TK/TPA Al Madani dan TK/TPA Al Ittifaqiah tersebut, yaitu:
23
a) Bentuk Partisipasi Orang Tua dalam Pendidikan baca TulisAl Qur’an Dalam meningkatkan pendidikan baca tulis Al Qur‟an, berbagai partisipasi yang dilakukan oleh orang tua murid yang belajar baca tulis Al Qur‟an di TK/TPA Al Madani dan TK/TPA Al Ittifaqiah, hal tersebut adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan baca tulis Al Qur‟an guna membiasakann anak untuk lebih mencintai, memahami dan menghayati serta mengamalkan Al Qur‟an di usia dini ataupun di masa depannya kelak. Dengan demikian, diharapkan akan terbentuk generasi muslim yang Qur'ani, yaitu generasi yang mencintai Al-Qur'an, menjadikan Al-Qur'an sebagai bacaan dan sekaligus pandangan hidupnya sehari-hari. Di antara bentuk partisipasi orang tua dalam pendidikan baca tulis Al Qur‟an di TK/TPA Al Madani dan TK/TPA Al Ittifaqiahialah:
a) Mengingatkan anak belajar baca tulis Al Qur‟an b) Upaya meningkatkan pendidikan baca tulis Al Qur‟an
c) Upaya jika anak tidak menuju tempat belajar baca tulis Al Qur‟an d) Mengajarkan baca tulis Al Qur‟an di rumah
e) Memberi hukuman atau sanksi bagi anak yang tidak bersungguh-sungguh belajar baca tuli Al Qur‟an.
f) Memberi hadiah atau reward bagi anak yang rajin belajar baca tulis Al Qur‟an. g) Bentuk komunikasi antara orang tua murid dengan pengurus TK/TPA
b) Keikutsertaan Pengurus TK/TPA dalam Pendidikan Baca Tulis Al Qur’an Dalam meningkatkan pendidikan baca tulis Al Qur‟an, maka tidak hanya mengaktifkan satu pihak saja, akan tetapi orang tua maupun pengurus TK/TPA harus bekerja sama. Tentu berbagai pihak yang tergabung dalam komponen kehidupan pendidikan haruslah melibatkan diri dalam pelaksanaannya. Hal ini sangat penting untuk diterapkan agar terjalin hubungan baik antara orang tua dan pengurus TK/TPA nya.
Orang tua yang memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat, maka orang tua murid yang belajar baca tulis Al Qur‟an di TK/TPA Al Madani dan TK/TPA Al Ittifaqiahjuga melakukan partisipasi dalam pendidikan baca tulis Al Qur‟an. Oleh karena itu, keikutsertaan ataupun partisipasi para pengurus TK/TPA sangat penting. Menurut ibu Ema Malini, bahwa pengurus TK/TPA di TK/TPA Al Madani dan TK/TPA Al Ittifaqiahsangat aktif dalam melibatkan diri terhadap berbagai kegiatan proses belajar mengajar pendidikan baca tulis Al Qur‟an.
Adanya hal ini, dapat dibuktikan dengan kesediaannya para pengurus/guru dan kepala TK/TPA (Fitriyani) yang dalam hal ini menyatakan bahwa upaya pengurus dalam meningkatkan motivasi orang tua tehadap pendidikan baca tulis Al Qur‟an yang terdapat di TK/TPA Al Ittifaqiahadalah penambahan jam belajar di kelas dan mengadakan PR (pekerjaan rumah) agar anak belajar ulang di rumah masing-masing. Selain belajar di TK/TPA anak dianjurkan untuk belajar di rumah. Khusus menulis, anak dianjurkan menulis sebanyak
24
mungkin (pelajaran kitabah, khot dan kaligrafi), dan khusus membaca, anak dianjurkan berlatih membaca Al Qur‟an sesering mungkin (pelajaran tartil dan tilawah).
Dengan demikian, maka berdasarkan pengamatan dan wawancara yang peneliti lakukan, dapat dinyatakan bahwa partisipasi pengurus TK/TPA Al madani dan TK/TPA AL Ittifaqiah dalam meningkatkan pendidikan baca tulis Al Qur‟an gang Gotong Royong Rt 8 Lingkungan IV sudah cukup baik.
c) Partisipasi Orang Tua dalam Pendidikan Baca Tulis Al Qur’an
Menurut keterangan dari masing-masing ketua TK/TPA di gang Gotong Royong Rt 8 Lingkungan IV yakni di TK/TPA Al Madani dan TK/TPA Al Ittifaqiah, bahwa partisipasi orang tua khususnya ibu-ibu dalam pendidikan baca tulis Al Qur‟an cukup berperan aktif. Hal ini dapat dilihat dari antar dan jemput orang tua, absensi dari kehadiran murid 99 % setiap harinya serta keberhasilan murid dalam menulis dan membaca Al Qur‟an. Akan tetapi ada sebagian orang tua murid yang tidak ikut berperan atau berpartisipasi, ia hanya menanyakan langsung atau menyerahkan sepenuhnya kepada pengurus TK/TPA. Hal ini disebabkan oleh beberapa kendala.
Jadi, berdasarkan keterangan di atas, maka dapat diambil benang merahnya yaitu partisipasi orang tua terhadap pendidikan baca tulis Al Qur‟an di TK/TPA Al Madani dan TK/TPA Al Ittifaqiah adalah sudah terbilang aktif.
2. Faktor Pendukung dan Penghambat Patisipasi Orang Tua dalam Pendidikan Baca Tulis Al Qur’an
Meningkatkan partisipasi orang tua dalam pendidikan baca tulis Al Qur‟an memiliki beberapa faktor yang mendukung dan menghambat hal tersebut. Adapun faktor pendukung dan penghambat partisipasi orang tua dalam pendidikan baca tulis Al Qur‟an di TK/TPA Al Madani dan TK/TPA Al Ittifaqiah ialah:
1) Faktor Pendukung
Adapun faktor internal dan eksternal yang mendukung partisipasi orang tua dalam pendidikan baca tulis Al Qur‟an di TK/TPA Al Madani dan TK/TPA Al Ittifaqiah ialah:
a) Faktor Internal
Fahamnya para orang tua murid tentang pentingnya pendidikan baca tulis Al Qur‟an bagi anak, orang tua murid berkeinginan menanamkan, menambah nilai keagamaan, dan meningkatkan pendidikan anak pada masyarakat. Semuanya bertujuan untuk mempersiapkan anak agar kedepannya lebih menguasai, memahami dan menerapkan ilmu agama dikehidupan masa depannya nanti.
25 b) Faktor Eksternal
Sedangkan faktor eksternalnya yaitu anak tidak serius jika belajar dengan orang tuanya sendiri, dilihat dari jarak lokasi serta tingkat kualitas pengajarnya tidak diragukan lagi, berbagai prestasi dari TK/TPA (keberhasilan dari para alumni), semangat tinggi yang dilakukan oleh pengurus TK/TPA dalam mengajar dari proses belajar mengajarnya yang sangat mendukung.
2) Faktor Penghambat
Adapun faktor internal dan eksternal yang menghambat partisipasi orang tua dalam pendidikan baca tulis Al Qur‟an di TK/TPA Al Madani dan TK/TPA Al Ittifaqiahialah;
a) Faktor Internal
Diantara faktor internal yang menghambat orang tua dalam pendidikan baca tulis Al Qur‟an di TK/TPA Al Madani dan TK/TPA Al Ittifaqiahadalah kurangnya kemampuan atau tingkat pendidikan orang tua itu sendiri, sehingga sebagian dari orang tua kurang faham akan ilmu pendidikan baca tulis Al Qur'an secara keseluruhan.
b) Faktor Eksternal
Adapun faktor eksternalnya ialah kesibukan sebagian kecil dari para orang tua murid, sehingga tidak ada waktu yang diluangkan untuk meninjau tempat belajar anak dan menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak kepada pengurus TK/TPA.
Agar pendidikan baca tulis Al Qur‟an ini dapat berjalan dengan baik, maka berbagai usaha yang dilakukan oleh pengurus TK/TPA gang Gotong Royong Rt 8 Lingkungan IV yakni TK/TPA Al Madani dan TK/TPA Al Ittifaqiah. Diantaranya adalah menfasilitasi pelajaran, berbagai kegiatan dan mengajak para orang tua murid untuk senantiasa mengajarkan anak dirumah, adanya penambahan jam belajar di kelas dan mengadakan PR (pekerjaan rumah) agar anak belajar ulang di rumah masing-masing.
Jadi, dengan mengetahui beberapa faktor penghambat yang menjadi kendala terhadap pendidikan baca tulis Al Qur‟an di TK/TPA Al Madani dan TK/TPA Al Ittifaqiah, maka pihak-pihak yang terkait diharuskan untuk mencari solusi yang tepat untuk menuntaskan hal-hal tersebut. Sebab, apabila hal-hal tersebut tidak segera diselesaikan, maka dikhawatirkan melemahnya semangat para orang tua serta terhapusnya ilmu pendidikan baca tulis Al Qur‟an dan nilai-nilai keagamaan yang ada pada masyarakat khususnya pada tempat penelitian yakni gang Gotong Royong Rt 8 Lingkungan IV Indralaya dalam melawan arus liberalisme dan budaya Barat yang dapat mengikis nilai keluhuran moral pada tiap-tiap individu masyarakat khususnya pada generasi muda (anak).
Oleh sebab itu, hal ini menjadi kewajiban utama khususnya para orang tua untuk selalu memberi arahan, pembinaan serta pembiasaan pada anak untuk lebih mencintai,
26
memahami dan menghayati serta mengamalkan Al Qur‟an di usia dini ataupun di masa depannya kelak.
E. Penutup
Dari paparan analisis di atas secara keseluruhan, maka hasil penelitian ini dapat peneliti simpulkan menjadi konsep partisipasi orang tua dalam pendidikan Baca Tulis Al Qur‟an di TK/TPA Al Madani dan TK/TPA Al Ittifaqiah Indralaya Ogan Ilir ini dititiktekankan pada pendekatan-pendekatan program hubungan masyarakat (orang tua)
James J, Jones (1969), dengantujuan terus menjalin hubungan masyarakat yang harmonis.
Dari keterangan di atas, dapat peneliti ilustrasikan sebagaimana gambar di bawah ini:
Gambar:
Konsep Partisipasi Orang Tua
dalam Pendidikan Baca Tulis Al Qur’an
di TK/TPA Al Madani dan TK/TPA Al Ittifaqiah Indralaya
mn v
Implikasi
Pendidikan Baca Tulis Al Qur’an
Melalui aktivitas para santri kurikuler Melalui aktivitas para pendidik Melalui kegiatan ekstrakurikuler Melalui kegiatan Intern dan Ekstern Melalui media massa
James J, Jones (1969)
Hubungan Pendidikan (TK/TPA) dengan Masyarakat (Orang Tua) yang Harmonis Partisipasi Orang
Tua Santri TK/TPA
Lulusan yang Berkualitas Anak senantiasa: Mencintai, Memahami, Menghayati, Mengamalkan Al Qur‟an - Mengingatkan belajar
- Mengajarkan ulang di rumah - Mengevaluasi kemampuan
baca tulis AL Qur‟an anak - Memberikan reward
- Memberikan hukuman/sanksi yang tidak serius belajar
- Memenuhi kebutuhan baca tulis Al Qur‟an, dan lain-lain.
Faktor Pendukung - Internal
Keinginan orang tua untuk menanamkan, menambah nilai keagamaan, dan meningkatkan pendidikan baca tulis Al Qur‟an anak.
- Eksternal
Terdiri dari pendidik yang professional serta PBM yang efektif dan efesien.
Faktor Penghambat - Internal
Sebagian besar kurangnya kemampuan atau tingkat pendidikan orang tua.
- Eksternal
Kesibukan sebagian kecil dari para orang tua santri yang tidak sempat meninjau tempat (TK/TPA) belajar anak.
Mencipt akan
27
Dalam hal ini, ada beberapa pokok pikiran yang menurut peneliti perlu diungkapkan disini sebagai saran, yaitu:
1. Orang tua diharapkan agar senantiasa menyadari bahwa betapa pentingnya pendidikan baca tulis Al Qur‟an dan nilai-nilai syariat Islam dalam kehidupan dengan menjadikannya sebagai pendorong untuk memotivasi dalam berbuat ma‟ruf dan menjauhi dari yang mungkar serta dapat meningkatkan bimbingan dan binaan pada anak dengan menanamkan pendidikan baca tulis Al Qur‟an sejak dini dalam keluarga sehingga dapat tercipta generasi yang berkualitas, bermoral dan baradat perilaku yang islami pada anak.
2. Sebagai orang tua hendaknya dapat meningkatkan pembinaan yang meliputi peranan atau tugas dan tanggung jawab sebagai orang tua, agar senantiasa memperhatikan keterampilan membaca dan menilis Al Qur‟an anak atau lebih dikenal mengaji merupakan keterampilan penting pada fase awal guna memahami isi Al Qur‟an. 3. Selanjutnya kepada pengurus TK/TPA dan orang tua agar senantiasa mencari solusi
dan jalan keluarnya secara bersama-sama untuk mengatasi berbagai faktor penghambat atau kendala terhadap pendidikan baca tulis Al Qur‟an pada masyarakat.
28
DAFTAR PUSTAKA
Ats-Tsuwaini, M Fahd. 2010. Menjadi Orang Tua yang dicintai Anak. Jakarta: Gema Insani Press.
Chabib Thoha. 1999. Metodelogi Pengajaran Agama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Agama Islam SMP dan MTs. Jakarta : Pusat Kurikulum.
Dradjat, Zakiyah. 2004. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. Daradjat, Zakiyah. 1997. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang.
Departemen Agama RI. 1969. Al-Qur'an dan Terjemahnya. Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Qur'an. Jakarta: Jamunu.
Hawi, Akmal. 2005. Dasar-Dasar Pendidikan Islam. Palembang: IAIN Raden Fatah. Hasbullah. 2001. Dasar-Dasar Ilmu pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hasan, M Ali. 2000. Studi Islam Al Qur’an dan Sunnah. Jakarta: PT Raja Grafindo.
Hanbal, Ahmad Ibn. 1993. Musnad Ahmad Ibn Hanbal. Beirut: Dar al-Kutub al-„Ilmiyyah. Ihsan, Fuad.2003. Dasar-dasar Kependidikan. Cet. III; Jakarta: Rineka Cipta.
Lipton, Laura. 2005. Menumbuhkembangkan Kemandirian Belajar. Bandung: Penerbit Nuansa.
Majid, Abdul. dan Andayani, Dian. 2004. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Manizar, Ely.2009. Psikologi Pendidikan. Palembang: Rafah Press.
Oviyanti, Fitri. 1997. Internalisasi Nilai-Nilai Keagamaan di Usia Kanak-Kanak. Palembang: IAIN Raden Fatah.
Quthan, Mana‟ul. 1998. Pembahasan Ilmu Al ur’an. Jakarta: Rineka Cipta. Ronald. 2006. Seri Psikologi Anak. Bandung: Yrama Widya.
Suwaid, Muhammad Nur Abdul Hafidz.2003. Mendidik Anak Bersama Nabi. Solo: Pustaka Arafah.
Suryobroto.2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta. Shochib, Moh. 2000. Pola Asuh Orang Tua.Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sabri, Alisuf. 1991. Buletin Mimbar Agama dan Budaya. Jakarta: IAIN Raden Fatah. S, Iskandar Rudy. 2002. Pengenalan Tipografi. Buletin Pusat Perbukuan.
Saleh, Abdul Rachman. 1976. Didaktik Pendidikan Agama. Jakarta: Bulan Bintang.
UU RI No. 2 Tahun 2003.2006. Tentang Sisdiknas Pasal 1 dan 2 dalam Himpunan Perundang-undangan RI tentang Guru dan Dosen. Bandung: CV. Nuansa Aulia. Zuhairini, dkk. 1993. Metodologi Pendidikan Agama. Solo : Ramadhani.