• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI DAKWAH KULTURAL DKM MASJID BAITURRAHMAN DALAM PENGEMBANGAN NILAI-NILAI AGAMA ISLAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRATEGI DAKWAH KULTURAL DKM MASJID BAITURRAHMAN DALAM PENGEMBANGAN NILAI-NILAI AGAMA ISLAM"

Copied!
163
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI DAKWAH KULTURAL DKM MASJID BAITURRAHMAN DALAM PENGEMBANGAN NILAI-NILAI AGAMA ISLAM

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos)

Disusun Oleh

RADHINA RIFA MUTHIAH NIM: 11160510000037

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1442 H / 2020 M

(2)
(3)
(4)
(5)

iv ABSTRAK Radhina Rifa Muthiah

11160510000037

Strategi Dakwah Kultural DKM Masjid Baiturrahman dalam Pengembangan Nilai-Nilai Agama Islam

Fenomena perkembangan teknologi yang sangat maju menjadikan umat Muslim terbengkalai dan mengenyampingkan nilai-nilai agama Islam, namun DKM Masjid Baiturrahman secara konsisten terus melakukan kegiatan-kegiatan dakwah kulturalnya. Sesuai dengan konteks di atas, maka Peneliti merumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimana strategi dakwah kultural yang dilakukan oleh DKM Masjid Baiturrahman dalam pengembangan nilai-nilai agama Islam? 2. Bagaimana pengembangan nilai-nilai agama Islam yang dilakukan oleh DKM Masjid Baiturrahman dalam menjalankan strategi dakwah kulturalnya?.

Teori yang digunakan adalah teori strategi dakwah kultural dari Abdul Basit. Dimana strategi dakwah kultural adalah strategi penyampaian misi Islam yang lebih terbuka, toleran, dan mengakomodir budaya serta adat masyarakat setempat di mana dakwah tersebut dilakukan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian deskriptif analisis dengan menjabarkan data ke dalam tulisan yang mendalam dan terstruktur. Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan observasi lapangan untuk mencari fakta suatu kejadian, melakukan wawancara mendalam, dan dokumentasi.

Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa kegiatan-kegiatan dakwah kultural DKM Masjid Baiturrahman dalam pengembangan nilai-nilai agama Islam, dijalankan serta dilakukan dengan baik dan benar sesuai dengan teori strategi dakwah kultural dari Abdul Basit.

Kata Kunci: Strategi Dakwah Kultural, DKM Masjid Baiturrahman, Kegiatan Dakwah, Nilai-Nilai Agama Islam.

(6)

v

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim Assalammu’alaikum Wr. Wb

Pertama-tama penulis mengucapkan segala puji bagi Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya. Atas izin-Nya jugalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Strategi Dakwah Kultural DKM Masjid Baiturrahman dalam Pengembangan Nilai-Nilai Agama Islam”. Tidak lupa juga shalawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada baginda Nabi Muhammad Saw, berkat jasanyalah dunia dapat menjadi terang.

Dalam hal ini penulis menyadari masih jauh dengan kata sempurna. Namun tidak menghilangkan rasa terimakasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penulisan skripsi ini, baik secara lahir maupun batin. Keberhasilan penelitian ini penulis berikan kepada pihak-pihak yang memberikan bantuan. Dengan demikian peneliti mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Hj. Ammany Burhanuddin Lubis, Lc., M.A., sebagai Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Suparto, M.Ed, Ph.D, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. Siti Napsiyah, S. Ag, BWS. MSW sebagai Wakil Dekan I bidang Akademik. Dr. Sihabudin Nour, M. Ag, sebagai Wakil Dekan II bidang Administrasi Umum, dan Drs. Cecep

(7)

vi

Castrawijaya, M.A, sebagai Wakil Dekan III bidang Kemahasiswaan.

3. Dr. Armawati Arbi, M. Si sebagai Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Dr. Edy Amin, M. A, sebagai Sekertaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Kalsum Minangsih, M. A sebagai Dosen Pembimbing Akademik (PA) yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama menjadi mahasiswi. 5. Drs. S. Hamdani, M. A, sebagai Dosen Pembimbing

yang telah memberikan arahan, kritik, dan saran yang membangun sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan kebaikan kepada beliau, serta diberikan kesehatan dan kelancaran rezeki, Aamiin.

6. Segenap seluruh Staff dan Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu, wawasan, dan pengalamannya serta membimbing selama penulis menjalani studi.

7. Staff Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan banyak referensi buku dan jurnal terhadap peneliti dalam penelitian ini.

8. Staff Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

(8)

vii

memfasilitasi penulis mencari buku-buku dan jurnal sebagai referensi dari penelitian ini.

9. Narasumber Agung Priyambodo, Muhammad Ari Wibowo, dan Azas Mabrur sebagai pengurus DKM Masjid Baiturrahman yang telah berkenan memberikan waktunya untuk membantu penulis dan mempermudah penulis untuk mengambil berbagai data terkait.

10. Teruntuk Bunda dan Ayahku tersayang, Emilia dan Deri Derajat. Terimakasih atas didikan dan pengajarannya selama ini, serta selalu support aku dalam keadaan apapun. Semoga Bunda dan Ayah selalu diberikan kesehatan, rezeki yang berlimpah, dan panjang umurnya hingga dapat melihat Rifa menjadi anak yang sukses dan dapat membanggakan kalian berdua. Aamiin.

11. Teruntuk saudara-saudara kandungku yang kadang suka bikin kesal, Faizah Mardhiah, Raisa Nur Kamila, dan Hania Nur Shabrina. Terimakasih telah menemani Teteh kalian ini walau suka bikin kalian emosi, terimakasih sudah mau membersamai Teteh dalam suka dan duka.

12. Teruntuk Aditya Wishnu Pramanca sebagai suppot system dan calon teman hidupku, terimakasih telah memberikan banyak sekali support dan motivasinya kepada peneliti hingga skripsi ini selesai. Semoga selesainya skripsi ini, kita bisa langsung gas.

(9)

viii

13. Teruntuk sahabat dan teman-teman seperjuangan, Geng Cue dan Geng Malaykats, Irbithul Fikriyah, Azkia Nurfajrina, Putri Indah Sari, Dinda Hapsari, Rumini Fajar, Muhammad Reza, Muhammad Fadhly, Muammar Kadafi, Diki Mujianto, Muhammad Dewo, dan Muhammad Isro, yang telah memberikan warna di masa perkuliahan hingga saat ini mau menjalani susah senang bersama.

14. Serta teman-teman KPI 2016 dan rekan-rekan yang telah kenal dekat dan menemani penulis selama di kampus, Ninda Aulia Faradila, Laelatin Nafi’ah, Kak Zizi, Nisrina, Rahma Putri, Naila, Eko, Yuyun, Aul, Kak Dwi, Fifi, Rahmi Fitria, Ali Akbar, Faza, Kak Seli, Manda, Shakira, Fathiyah, Chicy Siregar, Sri, dan Robiah yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas pertemanannya selama ini.

15. Teruntuk organisasi-organisasi yang selama masa perkuliahan mengisi waktu luang penulis jadi bermanfaat, LDK Syahid FIDIK maupun pusat, teman-teman Lidah Lebah, Media 23, dan Media Jurnalistik, KAMMI, RDK FM, Madrasah Relawan Banten dan Tangerang, serta Indonesia Juara Emas, atas pengalaman organisasi yang luar biasa, penulis menyadari bahwasannya ilmu didapatkan bukan hanya sekedar dari perkuliahan saja tetapi dapat didapatkan dari organisasi pun penting untuk menambah wawasan peneliti.

(10)

ix

16. Teruntuk semua pihak yang telah membantu memberikan kontribusi serta doanya dalam masa studi peneliti dan juga dalam tahap penyelesaian skripsi, yang tidak dapat disebutkan satu persatu namun tidak mengurangi rasa hormat peneliti. Semoga atas seluruh kontribusi dan doanya diberikan keberkahan dan pahala yang berlimpah dan dicatat sebagai amal baik oleh Allah SWT. Aamiin.

Demikian ucapan terimakasih yang bisa peneliti sampaikan. Semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian semua, memberikan kalian kesehatan, rezeki yang berlimpah, dan semoga kita semua dapat bertemu di surga-Nya kelak, Aamiin. Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu peneliti berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan di masa mendatang. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat tidak hanya untuk penulis tetapi juga untuk pembaca serta segenap keluarga besar akademika Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 28 September 2020

Radhina Rifa Muthiah NIM. 11160510000037

(11)

x DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN………..………i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING………....ii

LEMBAR PENGESAHAN.………...……iii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

E. Review Kajian Terdahulu ... 8

F. Kerangka Pemikiran ... 10

G. Metodologi Penelitian ... 11

H. Sistematika Penulisan ... 16

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 19

A. Strategi Dakwah Kultural ... 19

1. Pengertian Strategi ... 19

2. Pengertian Dakwah Kultural ... 21

(12)

xi

4. Pengertian Strategi Dakwah Kultural ... 28

5. Nilai-Nilai Agama Islam ... 31

6. Pengembangan Nilai-Nilai Agama Islam ... 33

B. Masjid ... 34

1. Pengertian Masjid ... 34

2. Peranan Masjid ... 35

3. Pentingnya Masjid ... 36

4. Manfaat Masjid ... 38

BAB III GAMBARAN UMUM DKM MASJID BAITURRAHMAN... 40 A. Sejarah Berdirinya ... 40 B. Letak Geografis ... 41 C. Tujuan ... 42 D. Struktur Kepengurusan ... 42 E. Program Kegiatan ... 44

F. Sarana dan Prasarana ... 51

G. Profil DKM Masjid Baiturrahman ... 53

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ... 55

A. Strategi Dakwah Kultural DKM Masjid Baiturrahman ... 55

1. Pembentukan Struktur Organisasi ... 56

2. Pengenalan Sasaran Dakwah ... 58

3. Pengkajian Tujuan ... 63

4. Efektifitas dan Efisiensi Dakwah ... 71

(13)

xii

B. Pengembangan Nilai-Nilai Agama Islam Dakwah Kultural

DKM Masjid Baiturrahman ... 78

1. Kegiatan Dakwah Kultural DKM Masjid Baiturrahman ………...78

2. Nilai-Nilai Agama Islam yang Dikembangkan ... 84

BAB V PEMBAHASAN ... 87

A. Analisis Strategi Dakwah Kultural DKM Masjid Baiturrahman... 87

1. Pembentukan Struktur Organisasi ... 87

2. Pengenalan Sasaran Dakwah ... 89

3. Pengkajian Tujuan ... 92

4. Efektifitas dan Efisiensi Dakwah ... 94

5. Tantangan dalam Menjalankan Dakwah Kultural ... 96

B. Analisis Pengembangan Nilai-Nilai Agama Islam Dakwah Kultural DKM Masjid Baiturrahman ... 98

1. Kegiatan Dakwah Kultural DKM Masjid Baiturrahman...97

2. Nilai-Nilai Agama Islam yang Dikembangkan………….99

BAB VI PENUTUP ... 107

A. Kesimpulan... 107

B. Saran ………108

DAFTAR PUSTAKA ... 110

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Struktur Kepengurusan DKM Masjid Baiturrahman………...………....43 Tabel 3.2 Program Kegiatan Harian DKM Masjid Baiturrahman………...………44 Tabel 3.3 Program Kegiatan Mingguan DKM Masjid Baiturrahman………...44 Tabel 3.4 Program Kegiatan Bulanan DKM Masjid Baiturrahman……….………..46 Tabel 3.5 Program Kegiatan Tahunan DKM Masjid Baiturrahman………..………….47 Tabel 5.1 Intisari Temuan……..………..………...103

(15)

xiv DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1 ……….………41 Gambar 3.2 ……….………42 Gambar 3.3 ……….………52 Gambar 3.4 ……….………52 Gambar 3.5 ……….………52 Gambar 3.6 ……….………52 Gambar 3.7 ……….………52 Gambar 3.8 ……….………53 Gambar 4.1 ……….………62 Gambar 4.2 ……….………64 Gambar 4.3 ……….………64 Gambar 4.4 ……….………66 Gambar 4.5 ……….………79 Gambar 4.6 ……….………79 Gambar 4.7 ……….………82 Gambar 4.8 ……….………82

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dakwah merupakan aktivitas yang menyeru atau mengajak kepada kebaikan. Dakwah erat kaitannya dengan Islam yang menganjurkan para pemeluknya untuk berdakwah di jalan Allah SWT. Rasulullah, para nabi, maupun para sahabat pun dulu melakukan aktivitas dakwah dengan mensyiarkan agama Islam lebih meluas. Terdapat dua kegiatan dakwah Nabi Muhammad yang dilakukan yaitu dakwah secara sembunyi-sembunyi kepada para kerabat serta keluarga Rasulullah dan dakwah secara terang terangan.

Berbeda dengan zaman sekarang, dahulu Nabi Muhammad saw serta para sahabat saat berdakwah secara terang-terangan, sampai melakukan peperangan untuk berdakwah membela agama Islam, tak sedikit pula ada pasukan Muslim yang mati syahid pada peperangan melawan kaum kafir Quraisy.

Sebagaimana yang telah diperintahkan oleh Allah di dalam Alquran maupun hadits, umat Muslim harus selalu berdakwah kepada manusia dengan cara yang baik dan lemah lembut, yakni bisa berdakwah melalui lisan, tulisan, maupun perbuatan. Pentingnya berdakwah pun juga harus dilakukan dengan hati yang ikhlas dan tulus yang berlandaskan Alquran serta hadits. Allah berfirman dalam Alquran surah An-Nahl ayat 125:

َحْلا ِةَظِع ْوَمْلا َو ِةَمْك ِحْلاِب َكِ ب َر ِلْيِبَس ىٰلِا ُعْدُا ُنَُۗسَْحَْا َيِْهِ ْيِْتِ لاِب ْمُْهُْلِداَجَ َو ِةَنََسَ َك ب َر نِا ْهُُمْلاِب ُمَْلْعَا َوُهِ َو ٖهِلْيِبَس ْنَُۗع لَض ْنَُۗمِب ُمَْلْعَا َوُهِ َنُْۗيِدَتِ -١٢٥

(17)

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan jalan yang baik dan berdebatlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya tuhanmu ialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang orang yang mendapat petunjuk.” (QS. 16:125)

Dalam hal berdakwah, tentu diperlukannya sebuah strategi dakwah dalam menjalankan misi dakwahnya. Jika dilihat dari sisi pendekatan strategi dakwah, terdapat strategi dakwah kultural yang diperlukan dalam hal pendekatan terhadap sasaran dakwahnya. Menurut Syamsul Hidayat, dakwah kultural merupakan kegiatan dakwah yang memerhatikan potensi dan kecenderungan manusia sebagai makhluk berbudaya, guna menghasilkan budaya alternatif yang Islami, yakni berkebudayaan dan berperadaban yang dijiwai oleh pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran Islam yang bersumber dari Alquran dan Assunnah, serta melepaskan diri dari budaya yang dijiwai oleh kemusyrikan, takhayul, bid’ah, dan khufarat. Jadi strategi dakwah kultural adalah sebuah strategi dakwah yang dilakukan melalui pendekatan kultural yang ada di masyarakat. Saat ini banyak strategi dakwah kultural yang dapat umat Muslim lakukan untuk mensyiarkan agama Islam, yaitu dengan adanya tempat ibadah yang dapat mempertemukan maupun menyatukan aktivitas dakwah di jalan-Nya yaitu masjid. Masjid dapat menjadi arena strategi dakwah kultural karena dakwah model ini menggunakan pendekatan kepada budaya lokal, kultur masyarakat, serta nilai-nilai yang telah mapan, tetapi tetap mempunyai semangat kepada ijtihad (usaha yang sungguh-sungguh) dan tajdid (pembaruan)

(18)

dalam rangka purifikasi.1 Masjid adalah tempat ibadah umat muslim untuk menunaikan salat lima waktu secara berjamaah, mengaji ayat suci Alquran, berdoa, berzikir, mengkaji ilmu agama Islam, serta melakukan kegiatan yang dapat mengembangkan nilai-nilai agama Islam.

Maka dari itu, masjid perlu mengoptimalkan fungsinya sebaik mungkin demi kemaslahatan umat Muslim dalam penggunaannya, karena masjid adalah tempat yang sangat strategis bagi umat Muslim mensyiarkan agama Islam. Selain itu, di masjid pula umat Muslim dapat menyemai pahala sebanyak mungkin karena masjid merupakan tempat ibadah bagi umat Muslim.

Sejarah mencatat bahwa masjid bukan hanya sebagai tempat ibadah, tapi juga sebagai pusat pendidikan, pengajian keagamaan, pendidikan militer, dan fungsi-fungsi sosial ekonomi lainnya.2 Sebagaimana makna atau kata dari masjid itu sendiri yaitu tempat sujud, masjid selain tempat ibadah dapat pula difungsikan sebagai tempat kegiatan masyarakat Islam, baik yang berkenaan dengan sosial, ekonomi sosisal budaya, serta sosial politik.3

Pada zaman Nabi Muhammad saw, masjid pun memiliki peran sebagai tempat peribadatan, pusat kegiatan masyarakat untuk bertukar pikiran ataupun berdiskusi, dan kebudayaan. Dari masjid itulah Nabi Muhammad saw melaksanakan bimbingan Islam dan

1 Abdul Basit, Filsafat Dakwah, Jakarta: Rajawali Pers, 2013, Cet. Ke-1, hal. 174.

2 Qurais Shihab, Wawasan Alquran, Bandung: Mizan, 1998, hal. 462 3 Sidi Ghazalba, Masjid Pusat Ibadah dan Kebudayaan Islam, Jakarta: Pustaka Al Husna, 1989, hal. 126

(19)

pembinaan terhadap masyarakat. Allah berfirman dalam Alquran surah At-Taubah ayat 18:

ْوَيْلا َو ِ هللّٰاِب َنَُۗمٰا ْنَُۗم ِ هاللّٰ َد ِجٰسََم ُرُمْعَي اَم نِا ىَتَٰا َو َةَوٰل صَّلا َمِاَقََا َو ِر ِخِٰ ْلْاٰا ِمِ ا َشْخَي ْمَْل َو َةَوٰك زل َتِْهُُمْلا َنُِۗم ا ْوُن ْوُك ي ْنَا َكِٕىٰٰۤلوُا ىٰٰٓسََعَف َ هاللّٰ لْاِٰا َنُْۗيِد -١٨

Artinya: “Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. 9:18)

Menurut pandangan penulis, kiranya di sinilah perlunya sebuah strategi dakwah kultural yang dilakukan oleh DKM Masjid dalam penyelenggaraan kegiatan nilai-nilai agama Islam agar pengelolaan dan pergerakan dalam pengembangan proses kegiatan keagamaan berlangsung secara efektif dan efisien. Terlebih fenomena perkembangan teknologi yang sangat maju menjadikan umat Muslim terbengkalai dan mengenyampingkan nilai-nilai agama Islam. Ada banyak faktor baik alamiah maupun sosial yang menjadikan sifat umat Muslim berubah dan berkembang. Di sinilah peran DKM Masjid dalam pengembangan nilai-nilai agama Islam bagi umat Muslim dengan memanfaatkan masjid sebagai tempat ibadah dan sebagainya bagi umat Muslim.

Untuk pengembangan nilai-nilai agama Islam perlu adanya strategi dakwah kultural yang dilakukan DKM Masjid Baiturrahman untuk menarik jamaah umat Muslim di era sekarang ini, serta mengingatkan untuk selalu berada dalam ranah dengan nilai-nilai agama Islam, terlebih letak Masjid Baiturrahman ini di dalam Kompleks Pesona Kalisari namun jamaahnya tak hanya berada di dalam kompleks, bahkan dari luar kompleks pun ada.

(20)

Tentu adanya strategi dakwah kultural yang dipakai oleh DKM Masjid Baiturrahman dalam hal tersebut. Adanya fasilitas-fasilitas yang dihadirkan pada Masjid Baiturrahman pun mampu mengoptimalkan dalam sarana berdakwah, seperti adanya penyejuk ruangan berupa kipas maupun air conditioner (ac), sajadah yang lembut, tempat wudu dan toilet yang bersih, parkiran luas, mainan anak di taman masjid, dan masih banyak lagi. Adapun agenda rutin dari Masjid Baiturrahman berupa kajian keagamaan untuk mengembangkan nilai-nilai agama Islam kepada para jamaah berdasarkan Alquran dan hadits, serta pengadaan kegiatan sosial yang berbeda dari masjid yang lainnya, yaitu adanya koperasi, majelis taklim, pengajian untuk semua usia, buka puasa gratis, dan tausiah dari ustaz ternama pun dihadirkan di Masjid Baiturrahman yang memberikan pengembangan kepada umat Muslim dalam nilai-nilai agama Islam.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “STRATEGI DAKWAH KULTURAL DKM MASJID BAITURRAHMAN

DALAM PENGEMBANGAN NILAI-NILAI AGAMA

ISLAM”.

B. Identifikasi Masalah

Memasuki era digital yang berkembang pesat, teknologi menjadi santapan yang acap kali melenakan umat Muslim dalam mengenyampingkan ibadah maupun melenakan umat Muslim guna menambah pahala dengan nilai-nilai keagaamaan. Maka dari itu, masjid merupakan tempat ibadah umat Muslim yang dapat mempertemukan dan menyatukan inilah yang jika dengan

(21)

bersama-sama akan terasa lebih mudah dan indah. Peran DKM Masjid Baiturrahman pula dapat mengumpulkan jumlah jamaah yang banyak walau Masjid Baiturrahman ini berada di dalam kompleks namun jamaahnya terdapat pula dari luar kompleks tersebut. Banyaknya nilai-nilai keagamaan juga sering dan konsisten diselenggarakan oleh DKM Masjid Baiturrahman.

Maka dari itu penulis ingin mengetahui bagaimana “Strategi Dakwah Kultural DKM Masjid Baiturrahman dalam Pengembangan Nilai-Nilai Agama Islam”.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Penulis membatasi permasalahan pada strategi dakwah kultural yang dilakukan DKM Masjid Baiturrahman dalam pengembangan nilai-nilai agama Islam. Pembatasan ini dilakukan agar penulis menjadi fokus dan terarah dalam memproses pencarian data. Selain itu, pembatasan masalah ini berguna untuk menghindari perluasan pembahasan.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang akan dibahas, maka penulis merumuskan masalahnya, yaitu:

a. Bagaimana strategi dakwah kultural yang dilakukan oleh DKM Masjid Baiturrahman dalam pengembangan nilai-nilai agama Islam?

b. Bagaimana pengembangan nilai-nilai agama Islam yang dilakukan oleh DKM Masjid Baiturrahman dalam menjalankan strategi dakwah kulturalnya?

(22)

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut: a. Mengetahui strategi dakwah kultural yang dilakukan

oleh DKM Masjid Baiturrahman dalam pengembangan nilai-nilai agama Islam.

b. Mengetahui pengembangan nilai-nilai agama Islam yang dilakukan oleh DKM Masjid Baiturrahman dalam menjalankan strategi dakwah kulturalnya. 2. Manfaat Penelitian

a. Secara praktis

Penulisan ini diharapkan menjadi informasi yang dapat menambahkan wawasan bagi umat Muslim, mahasiswa, masyarakat, dan bagi pihak-pihak yang terkait untuk mengetahui strategi dakwah kultural dari DKM Masjid Baiturrahman dalam pengembangan nilai-nilai agama Islam. Serta memberikan masukan dan bahan evaluasi bagi DKM Masjid Baiturrahman dalam upaya penerapan maupun pengembangan nilai-nilai agama Islam bagi strategi dakwah kulturalnya dan pengetahuan untuk penelitian serupa di masa yang akan datang. b. Secara akademis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bentuk kontribusi penulisan terapan dan memperkaya ilmu di bidang dakwah dan komunikasi, khususnya dalam memahami apa saja strategi dakwah kultural dari DKM

(23)

Masjid Baiturrahman dalam pengembangan nilai-nilai agama Islam.

E. Review Kajian Terdahulu

Agar tidak terjadi tindakan plagiarisme dan juga menjadi bahan rujukan penulis untuk dapat menyelesaikan penulisan skripsi, maka dari itu penulis telah menyiapkan beberapa skripsi dari berbagai sumber yang dapat dijadikan referensi. Sebagai review kajian terdahulu penulis ingin melihat apakah persamaan dan perbedaan dari skripsi yang akan ditulis nantinya. Beberapa di antaranya adalah :

1. STRATEGI DAKWAH PENGURUS MASJID

ITTIHADUL MUHAJIRIN RENI JAYA BARU - PAMULANG. Komunikasi Penyiaran Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang diteliti oleh Nur Ardiansyah pada tahun 2013. Dalam skripsi ini terdapat beberapa persamaan dengan penelitian yang penulis buat yaitu dalam hal metode kualitatif melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi serta pemakaian teori tentang dakwah dan masjid. Perbedaan pada judul dan teori strategi dakwahnya yang masih general, berbeda dengan penulis yang jelas dengan teori strategi dakwah kultural.4

2. STRATEGI DAKWAH DKM AL-QOLAM DEPOK. Manajemen Dakwah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

4http://repository.uinjkt.ac.id diakses pada tanggal 4 Maret 2020, pukul 20.21 WIB.

(24)

yang diteliti oleh Fitriani Nurhasanah pada tahun 2012. Dalam skripsi ini terdapat beberapa persamaan dengan penelitian yang penulis buat yaitu dalam hal metode kualitatif melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi serta pemakaian teori tentang dakwah dan masjid. Perbedaan pada judul dan teori strategi yang dipakai masih general, berbeda dengan penulis yang jelas dengan teori strategi dakwah kultural.5

3. STRATEGI DAKWAH PENGURUS MASJID DALAM MEMAKMURKAN MASJID (Studi pada Masjid Abu Bakar Ash-Shidiq Kelurahan Pekan Sabtu Kota Bengkulu). Manajemen Dakwah, IAIN Bengkulu, yang diteliti oleh Mandala Putra pada tahun 2019. Persamaannya adalah metode kualitatif melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi serta pemakaian teori tentang dakwah dan masjid. Perbedaan pada judul serta teori strategi dakwah yang dipakai masih general, berbeda dengan penulis yang jelas dengan teori strategi dakwah kultural.6

5http://repository.uinjkt.ac.id diakses pada tanggal 4 Maret

2020, pukul 20.25 WIB.

6 http://repository.iainbengkulu.ac.id diakses pada tanggal 4 Maret 2020, pukul 20.30 WIB.

(25)

10

F. Kerangka Pemikiran

Teori yang peneliti gunakan adalah teori Strategi Dakwah Kultural dari Abdul Basit. Menurut Abdul Basit, dilihat dari sisi pendekatan dakwah Islam, strategi dakwah kultural dianggap mampu dalam mengembangkan dakwah di Indonesia. Adanya perubahan budaya yang terjadi pada umat Muslim, menjadikan sebuah tantangan baru untuk melakukan strategi dakwah kultural. Konsepsi dakwah kultural ini dikaitkan dengan strategi komunikasi efektif, arah kebijakan, dan penerapan kegiatan yang dilakukan oleh DKM Masjid Baiturrahman terhadap jamaahnya.

Perubahan Budaya pada Umat Muslim

Strategi Dakwah Kultural (Abdul Basit) Strategi Komunikasi Efektif Arah Kebijakan Penerapan Kegiatan DKM Masjid Baiturrahman

(26)

G. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian ialah suatu pengkajian dlam mempelajari peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian. Ditinjau dari sudut filsafat, metodologi merupakan epistimologi penelitian yaitu yang menyangkut bagaimana kita mengadakan penelitian.7

1. Metode Penelitian

Metode penelitian ialah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis.8 Dengan demikian, peneliti mengambil metode penelitian ini dengan menggunakan metode penelitian deskriptif analisis yang merupakan sebuah cara atau langkah-langkah untuk meneliti sebuah objek dengan menggunakan pemaparan menyeluruh serta analisis kasus.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian adalah usaha peneliti untuk menetapkan sudut pandang atau cara mendekati persoalan yang dipilih oleh peneliti sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan.9 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif merupakan pendekatan penelitian yang diarahkan untuk mencapai tujuan memperoleh penjelasan secara mendalam atas penerapan sebuah teori. Dengan demikian, lebih banyak menggunakan

7 Husain Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian

Sosial, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, hal. 41.

8 Husain Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian

Sosial, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, hal. 41.

9 Rully Indrawan dan R. Poppy Yaniawati, Metodologi Penelitian:

Kuantitatif, Kualitatif, dan Campuran untuk Manajemen, Pembangunan, dan Pendidikan, Bandung: PT. Refika Aditama, 2014, hal. 28.

(27)

berpikir induktif (empiris).10 Bogdan dan Taylor juga mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian kualitatif berusaha mencari apa yang ada dibalik tindakan, bukan fenomena luar tetapi fenomena dalam dan lebih menekankan pada makna dan proses daripada hasil dari suatu aktivitas.11

3. Paradigma Penelitian

Paradigma merupakan seperangkat konsep yang menghubungkan satu sama lain secara logis, membentuk sebuah kerangka pemikiran yang berfungsi untuk memahami, menafsirkan, dan menjelaskan kenyataan dan masalah yang dihadapi.12 Dalam penelitian ini paradigma yang digunakan yaitu paradigma konstruktivisme. Menurut pandangan paradigma konstruktivisme, bahasa tidak lagi hanya dilihat sebagai alat untuk memahami realitas objektif belaka dan yang dipisahkan dari subjek sebagai penyampai pernyataan, konstruktivisme justu menganggap subjek sebagai faktor sentral dalam kegiatan wacana serta hubungan-hubungan

10 Rully Indrawan dan R. Poppy Yaniawati, Metodologi Penelitian:

Kuantitatif, Kualitatif, dan Campuran untuk Manajemen, Pembangunan, dan Pendidikan, Bandung: PT. Refika Aditama, 2014, hal. 29.

11 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori Dan Praktik , Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2013, hal. 116.

12 Mahfud Junaedi, Paradigma Baru Filsapat Pendidikan Islam, Jakarta: KENCANA, 2017, hal. 145.

(28)

sosialnya.13 Maka dari itu peneliti akan melakukan wawancara dengan DKM Masjid Baiturrahman dan jamaahnya.

4. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek atau sesuatu yang ingin diteliti dalam penelitian ini adalah DKM Masjid Baiturrahman. Sedangkan objek dari penelitian ini adalah strategi dakwah kultural dalam pengembangan nilai-nilai agama Islam.

5. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Masjid Baiturrahman dengan waktu penelitian dimulai dari bulan Februari 2020 sampai dengan bulan September 2020.

6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan peneliti untuk melakukan suatu proses pengumpulan data. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data, sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan.14 Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan penelitian dengan teliti, serta pencatatan secara sistematis. Dalam penelitian ini penulis melakukan

13 Zikri Fachrul Nurhadi, Teori Komunikasi Kontemporer, Jakarta: KENCANA, 2017, hal. 27.

14Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi,

Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana, 2010, Cet.

(29)

pengamatan terhadap kegiatan yang diadakan oleh DKM Masjid Baiturrahman secara berkala.

b. Wawancara

Wawancara adalah percapakan dengan maksud tertentu. Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.15 Wawancara dilakukan untuk memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan, dengan atau tanpa pedoman wawancara. Dalam wawancara, pewawancara bermaksud memperoleh persepsi, sikap, dan pola pikir dari yang diwawancarai yang relevan yang masalah yang diteliti.16 Dalam penelitian ini, penulis mewawancari ketua, wakil ketua, dan jamaah dari DKM Masjid Baiturrahman.

c. Dokumentasi

Teknik ini digunakan untuk menelusuri data historis, sejumlah besar fakta dan data sosial tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi.17 Dalam penelitian ini, penulis menelusuri dokumen-dokumen yang terkait

15Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991, Cet. Ke-3, hal. 135.

16 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, Jakarta: Bumi Aksara, 2013, Cet. Ke-1, hal. 162.

17 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi,

Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana, 2010, Cet.

(30)

dengan kegiatan yang diselenggarakan oleh DKM Masjid Baiturrahman serta sarana dan prasarana masjidnya. 7. Data Penelitian

Adapun data-data yang penulis peroleh dari lokasi/subjek/objek penelitian, terbagi menjadi dua, data yang diperlukan dalam penelitian merupakan indikator dari dimensi variabel. Jenis data digolongkan kepada data primer dan data sekunder, seperti yang dipaparkan berikut ini:18

a. Data Primer

Data primer adalah data yang berupa hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi penulis dengan DKM Masjid Baiturrahman yang mengacu pada penelitian.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang berupa data-data yang mendukung objek penelitian, seperti buku-buku, jurnal-jurnal, dan bahan lainnya yang dapat dijadikan referensi.19

8. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses mengatur data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar.20 Analisis data merupakan proses

18 Ardial, Paradigma dan Model Penelitian Komunikasi, Jakarta: Bumi Aksara, 2014, hal. 359-360.

19 Deddy Mulyana, Metlit Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi

dan Ilmu Sosial Lainnya, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004, Cet Ke-4,

hal. 158.

20 Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006, edisi revisi, hal. 280.

(31)

sistematis pencarian dan pengaturan transkripsi wawancara, catatan lapangan, dan materi-materi lain yang telah dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman mengenai materi-materi tersebut dan untuk memungkinkan pemahaman mengenai materi-materi tersebut serta untuk memungkinkan menyajikan temuan-temuan tersebut.21

Dalam penelitian ini, penulis mengolah data dan mengorganisasikan hasil temuan data dari pengamatan, hasil wawancara, penelusuran data media sosial, online, serta dokumentasi yang terkait dengan kegiatan yang diselenggarakan DKM Masjid Baiturrahman, serta sarana dan prasarananya. Pengolahan data dilakukan secara sistematis dan penulis menganalisis dengan teori yang digunakan. 9. Pedoman Penulisan

Pedoman penulisan ini menggunakan buku pedoman penulisan karya ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2017.

H. Sistematika Penulisan

Demi memberikan gambaran secara sederhana agar mempermudah penulisan skripsi, maka peneliti membagi menjadi enam bab yang terdiri dari:

BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat

21 Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data , Jakarta: Rajawali Pers 2012, Cet. Ket-3, hal. 85.

(32)

penelitian, review kajian terdahulu, kerangka pemikiran, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bab ini membahas tentang teori yang digunakan sebagai landasan penelitian yang terdiri dari teori-teori pada strategi dakwah kultural dan masjid, sebagai berikut: pengertian strategi, pengertian dakwah kultural, pengertian strategi dakwah, pengertian strategi dakwah kultural, nilai agama Islam, pengembangan nilai-nilai agama Islam, pengertian masjid, peranan masjid, pentingnya masjid, dan manfaat masjid.

BAB III GAMBARAN UMUM DKM MASJID

BAITURRAHMAN

Bab ini berisi tentang gambaran umum penelitian DKM Masjid Baiturrahman seperti sejarah berdirinya, letak geografis, tujuan, struktur kepengurusan, program kegiatan, sarana dan prasarana, serta profil.

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Bab keempat ini memaparkan mengenai hasil temuan dan data- data yang terkait dengan penelitian dari berbagai sumber. Kemudian nantinya, hasil dari temuan ini mengenai strategi dakwah kultural DKM Masjid Baiturrahman dalam pengembangan nilai-nilai agama Islam yang berisikan beberapa poin, yaitu strategi dakwah kultural DKM Masjid Baiturrahman dengan subbab pembentukan struktur organisasi, pengenalan sasaran dakwah, pengkajian tujuan, efektifitas dan efisiensi dakwah, serta tantangan dalam menjalankan dakwah kultural. Lalu poin selanjutnya yaitu pengembangan nilai-nilai agama Islam dakwah kultural DKM

(33)

Masjid Baiturrahman dengan subbab kegiatan dakwah kultural DKM Masjid Baiturrahman dan nilai-nilai agama Islam yang dikembangkan.

BAB V PEMBAHASAN

Bab kelima ini membahas lebih mendalam hasil dari temuan atau menganalisis hasil temuan yang berada pada bab keempat dengan poin-poin serta subbab yang sesuai.

BAB VI PENUTUP

Bagian ini berisi jawaban terkait rumusan masalah dan memberikan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian.

(34)

19 BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Strategi Dakwah Kultural 1. Pengertian Strategi

Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan implementasi ide atau gagasan, perencanaan, dan pelaksanaan sebuah kegiatan dalam kurun waktu tertentu. Pada awalnya kata strategi dipergunakan untuk kepentingan militer saja, tetapi kemudian berkembang ke berbagai bidang yang berbeda, termasuk dalam kegiatan dakwah.1

Seperti yang dikatakan oleh Joel dan Michail bahwa sebuah organisasi tanpa adanya strategi umpama kapal tanpa ada kemudinya, bergerak dan berputar dalam lingkaran. Organisasi yang dimiliki seperti pengembara tanpa adanya tujuan tertentu.2 Adapun proses strategi terdiri dari tiga tahapan:

a. Perumusan Strategi

Teknik perumusan strategi yang penting dapat dipadukan menjadi kerangka kerja di antaranya:

1 Abdul Basit, Filsafat Dakwah, Jakarta: Rajawali Pers, 2013, Cet. Ke-1, hal. 165.

2 Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, Jakarta: Prenhalindo, 2002. Hal. 3.

(35)

1). Tahap Input (Masukan)

Dalam tahapan ini dilakukan peringkasan informasi sebagai masukan awal, dasar yang diperlukan untuk merumuskan strategi.

2). Tahap Pencocokan

Proses yang dilakukan adalah memfokuskan pada upaya menghasilkan strategi alternatif yang layak dengan memadukan faktor-faktor eksternal dan internal.3

b. Implementasi Strategi

Implementasi strategi sering pula disebut sebagai tindakan dalam strategi karena implementasi berarti juga memobilisasi untuk mengubah strategi yang telah dirumuskan menjadi tindakan.

c. Evaluasi Strategi

Tahapan terakhir dalam sebuah strategi adalah evaluasi strategi. Adapun tiga macam aktivitas mendasar untuk melakukan evaluasi strategi, yaitu:

1) Meninjau faktor-faktor eksternal (berupa peluang dan ancaman) dan faktor-faktor internal (berupa kekuatan dan kelemahan) yang menjadi dasar asumsi pembuatan strategi.

2) Mengukur prestasi (membandingkan hasil yang diharapkan dengan kenyataan yang didapat).

3 Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, Jakarta: Prenhalindo, 2002. Hal. 8.

(36)

3) Mengambil tindakan korektif untuk memastikan bahwa prestasi sesuai dengan rencana.

2. Pengertian Dakwah Kultural a. Dakwah

Dakwah (Arab: ةَوعد, da'wah; "ajakan") adalah kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil orang untuk beriman dan taat kepada Allah sesuai dengan garis aqidah, syari'at dan akhlak Islam. Kata dakwah merupakan masdar (kata benda) dari kata kerja da'a yad'u yang berarti panggilan, seruan atau ajakan. Orang yang menyampaikan dakwah disebut "Dai" sedangkan yang menjadi objek dakwah disebut "Mad'u". Setiap Muslim yang menjalankan fungsi dakwah Islam adalah "Dai".

Menurut Syaikh Ali Mahfudz, dakwah adalah mendorong (memotivasi) manusia untuk melaksanakan kebaikan dan mengikuti petunjuk serta memerintah berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatan munkar agar mereka memeroleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat.4

b. Unsur-Unsur Dakwah 1). Dai

Dai adalah seseorang yang melakukan dakwah. Dalam hal ini, dai adalah menjadi unsur terpenting dari unsur-unsur dakwah lainnya. Seorang dai harus mengetahui apa tugas dari seorang dai, modal dan

4Abdul Basit, Filsafat Dakwah, Jakarta: Rajawali Pers, 2013, Cet. Ke-1, hal. 44.

(37)

bekal apa yang harus dirinya punya, serta bagaimana akhlak yang harus dimiliki oleh seorang dai.5 Adapun perintah Allah kepada umat Islam untuk berdakwah di dalam Surah Al-Imran ayat 110:

َن ْو ُرُمْأَتَ ِسا نَلِل ْتَجَ ِرْخُِا ٍة مُا َرْيَخِ ْمُْتِْنَُك ْنَُمْلا ِنَُۗع َن ْوَهُْنََتَ َو ِف ْو ُرْعَمْلاِب ِرَك ِ هللّٰاِب َن ْوُنَِم ْؤُتَ َو ِبِٰتِِكْلا ُلْهَِا َنَُۗمٰا ْوَل َو ْؤُمْلا ُمُْهُْنَِم ْمُْهُ ل ا ًرْيَخِ َناَكَل َن ْوُنَِم َن ْوُقِسَٰفْلا ُمُْهِ ُرَثْكَا َو -١٠ ١

Artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. 3:110) 2). Mad’u

Mad’u adalah objek dakwah. Perlunya seorang dai memahami mad’u atau objek dakwahnya agar memudahkan seorang dai saat berdakwah.

3). Metode Dakwah

Menurut Fathul Bachri, metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang dai (komunikator) kepada mad’u (komunikan) untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang. Tujuan adanya metodologi dakwah adalah untuk memberikan kemudahan dan keserasian baik bagi dai maupun bagi mad’u itu sendiri.

5 Said Bin Ali Bin Wahi Al-Qathani, Dakwah Islam Dakwah Bijak, Jakarta: PT. Gema Insani Press, 1994, Cet. Ke-1, hal. 84.

(38)

4). Materi Dakwah

Materi dakwah ialah pesan yang disampai seorang dai kepada mad’u. Wajib halnya seorang dai menyampaikan materi dakwah sesuai ajaran Alquran dan hadits.6

5). Sarana dan Prasana Dakwah

Sarana dan prasarana dakwah di sini, ialah yang menunjang seorang dai saat berceramah. Dalam hal ini mencakup lokasi, perlengkapan, dan sebagainya agar saat dai menyampaikan dakwahnya bias secara maksimal diserap oleh mad’u.

c. Tujuan Dakwah

Secara umum tujuan dakwah adalah mengajak umat manusia kepada jalan yang benar dan diridhai Allah agar dapat hidup bahagia dan sejahtera di dunia maupun di akhirat.7 Merumuskan tujuan dakwah bermanfaat untuk mengetahui arah yang ingin dicapai dalam melaksanakan aktivitas dakwah.8 Tanpa tujuan yang jelas, aktivitas dakwah menjadi kurang terarah, sulit untuk diketahui keberhasilannya, dan bisa pula menyimpang dari target atau sasaran yang ingin dicapai. Untuk itulah seorang dai perlu membuat tujuan berdakwah secara jelas dan

6 Mohammad Ali Aziz, Ilmu Dakwah, Jakarta: Perpustakaan Nasional, 2004, hal. 94.

7 Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: Al-Ikhlas, 1983, hal. 51.

8 Abdul Basit, Filsafat Dakwah, Jakarta: Rajawali Pers, 2013, Cet. Ke-1, hal. 51.

(39)

terperinci serta dapat membuat orang menjalankan kebaikan dakwah yang disampai oleh dai tersebut. d. Pengertian Dakwah Kultural

Dakwah kultural adalah aktivitas dakwah yang menekankan pendekatan Islam kultural.9 Kata kultural sendiri yang berada di belakang kata Islam berasal dari bahasa Inggris, culture yang berarti kesopanan, kebudayaan, dan pemeliharaan. Pada KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), kultural memiliki arti segala sesuatu yang berhubungan dengan kebudayaan.10 Teori lain mengatakan bahwa culture berasal dari bahasa latin cultura yang artinya memelihara atau mengerjakan, mengolah.

Menurut Syamsul Hidayat, dakwah kultural merupakan kegiatan dakwah yang memerhatikan potensi dan kecenderungan manusia sebagai makhluk berbudaya, guna menghasilkan budaya alternatif yang Islami, yakni berkebudayaan dan berperadaban yang dijiwai oleh pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran Islam yang bersumber dari Alquran dan Assunnah, serta melepaskan diri dari budaya yang dijiwai oleh kemusyrikan, takhayul, bid’ah, dan khufarat.11 Maka dalam hal ini, perlu adanya pemahaman budaya yang ada

9 Muhammad Sulthon, Menjawab Tantangan Zaman Desain Ilmu

Dakwah Kajian Ongologis, Epistemologis, dan Aksiologis, Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2003, Cer. Ke-1, hal. 26.

10 https://kbbi.web.id/kultural diakses pada tanggal 17 November 2020, pukul 11.40 WIB.

11 http://eprints.ums.ac.id/278/1/Artikel-1.doc diakses pada tanggal 5 April 2020, pukul 01.05 WIB.

(40)

pada masyarakat guna diterimanya penyampaian dakwahnya.

Sementara, menurut Hussein Umar, mantan Sekjen Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), dakwah kultural lebih merupakan refleksi pemahaman, pendekatan, dan metodologi tentang medan dakwah. Oleh karenanya, cara yang ditempuh lebih banyak mengakomodir budaya setempat, serta lebih menyatu dengan kondisi lingkungan setempat.12

Melihat dari dua pendapat di atas, terdapat dua kata kunci utama dalam memahami dakwah kultural, yaitu: pertama, dakwah kultural merupakan dakwah yang memerhatikan audiens atau manusia sebagai makhluk yang berbudaya. Pada pemahaman yang pertama ini sesuai dengan hadits nabi, “Ajaklah manusia sesuai dengan kemampuan akalnya”. Kedua, dakwah kultural merupakan sebuah cara atau metodologi untuk mengemas Islam sehingga mudah dipahami oleh manusia. Dengan demikian, dakwah kultural merupakan sebuah strategi penyampaian misi Islam yang lebih terbuka , toleran dan mengakomodir budaya dan adat masyarakat setempat di mana dakwah tersebut dilakukan.13

Dakwah kultural dapat juga dimaknai sebagai dialog antara idealitas nilai-nilai agama dan realitas kultur

12 Republika.com diakses pada tanggal 12 April 2020, pukul 10.45 WIB.

13 Abdul Basit, Filsafat Dakwah, Jakarta: Rajawali Pers, 2013, Cet. Ke-1, hal. 170.

(41)

masyarakat yang multi. Dakwah kultural menemukan relevansinya dengan realitas sosial, yakni dalam rangka untuk mengubah kebudayaan dan seni budaya yang bertentangan dengan akidah Islam tanpa perlu menimbulkan resistensi, terutama dari para pengusung kebudayaan tersebut. Oleh karena itu, dakwah kultural sebenarnya hanya sebentuk strategi dakwah yang berperan menjembatani ketegangan yang terjadi antara doktrin agama dan doktrin budaya lokal masyarakat.14

3. Pengertian Strategi Dakwah a. Strategi Dakwah

Strategi dakwah merupakan metode, siasat, dan taktik yang harus digunakan dalam aktivitas dakwah.15 Menurut Abu Zahrah, strategi dakwah Islam adalah perencanaan, penyerahan kegiatan operasi dakwah Islam yang dibuat secara rasional untuk mencapai tujuan-tujuan Islam yang meliputi seluruh dimensi kemanusiaan.16

Strategi dakwah tidak berbeda dengan strategi komunikasi. Jika dalam berdakwah menggunakan strategi komunikasi, maka dakwah yang dilakukan akan berhasil karena pada hakikatnya berdakwah adalah berkomunikasi pula yang sama-sama mengarah dan mengajak para audiens atau pendengar.

14 Abdul Basit, Filsafat Dakwah, hal. 174.

15 Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: Al-Ikhlas, 1983, hal. 32.

16 Acep Aripuddin dan Syukriadi Sambas, Dakwah Damai: Pengantar

Dakwah Antar Budaya, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2007, Cet. Ke-1,

(42)

b. Prinsip-Prinsip Strategi Dakwah

Dalam strategi dakwah, ada beberapa prinsip atau asas yang harus diperhatikan agar dakwah berjalan efektif dan tepat pada sasaran. Prinsip atau asasnya yaitu sebagai berikut:

1) Asas fisiologis: asas ini erat hubungannya dengan tujuan-tujuan yang akan dicapai dalam aktivitas dakwah.

2) Asas sosiologis: asas ini berbicara tentang masalah yang berkaitan dengan situasi dan kondisi sasaran dakwah.

3) Asas kemampuan dan keahlian dai.

4) Asas psikologis: asas ini membahas tentang masalah yang berhubungan dengan kejiwaan manusia.

5) Asas efektifitas dan efisiensi: asas ini maksudnya adalah dalam aktivitas dakwahnya harus dapat menyeimbangkan antara biaya, waktu ataupun tenaga yang dikeluarkan dengan pencapain hasilnya.17

Berdasarkan asas-asas strategi dakwah di atas, maka seorang dai perlu memiliki ilmu-ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan asas atau prinsip tersebut yaitu unsur-unsur dakwah seperti yang telah dibahas. Unsur-unsur-unsur dakwah dapat membantu para dai dalam menentukan

(43)

strategi dakwah agar dakwahnya berjalan dengan efektif. c. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Penetapan Strategi Dakwah

Suatu strategi harus efektif dan jelas karena ia mengarahkan organisasi kepada tujuannya, untuk itu konsep suatu strategi harus memperhatikan faktor-faktor penetapan strategi, diantaranya:

1) Lingkungan, lingkungan tidak pernah berada pada kondisi permanen, tapi selalu berubah. Perubahan yang terjadi berpengaruh sangat luas pada segala sendi kehidupan manusia. Sebagai individu masyarakat, tidak hanya kepada cara berpikir tetapi juga tingkah laku, kebiasaan, kebutuhan dan pandangan kehidupan.

2) Kepemimpinan, S.P. Siagian memberikan definisi tentang kepemimpinan yakni seorang pemimpin adalah orang tertinggi dalam mengambil keputusan. Oleh karena itu setiap pemimpin dalam menilai perkembangan yang ada dalam lingkungan baik eksternal atau internal berbeda.18

4. Pengertian Strategi Dakwah Kultural

Abdul Basit mengatakan bahwa dalam problem kultural muncul ketika arus globalisasi mampu mengubah tingkah laku manusia sebagai individu, masyarakat, maupun bangsa dalam

18 S.P. Siagian, Manajemen Modern, Jakarta: Masagung, 1994, Cet. Ke-2, hal. 9.

(44)

suatu negara. Aktivitas kebudayaan banyak diwarnai oleh aspek budaya material sehingga gejala cultural lag sedemikian mewarnai arah perubahan sosio-cultural. Gaya hidup yang konsumeristis dan materialistis berkembang dalam realitas yang sedemikian marak dan merangsang perubahan gaya hidup masyarakat.19 Sebagai contoh, majunya teknologi saat ini tentu memberikan perubahan yang besar bagi kultural yang ada di masyakat, adanya pencampuran bahkan juga pembaruan budaya.

Jika dakwah kultural dikaitkan dengan strategi komunikasi, maka dakwah kultural sejatinya merupakan aplikasi dari konsep komunikasi efektif.20 Pengembangan dakwah kultural pun perlu dilakukan sebagai strategi dakwah di era modern. Kreativitas untuk mengeksplorasi strategi dan bentuk dakwah yang menarik, bervariasi, dan enak dinikmati amat dibutuhkan. Dalam kenikmatan terhadap sesuatu, alam bawah sadar manusia pasti menerima pengaruh, sehingga pesan-pesan dakwah dapat sampai secara efektif.21

Istilah dakwah kultural memiliki kata kunci yang dijadikan landasan dasar di dalam dakwah kultural ialah kebijaksanaan (hikmah). Kata al-hikmah secara etimologi mengandung makna yang banyak sekali dan berbeda-beda, di

19 Abdul Basit, Filsafat Dakwah, Jakarta: Rajawali Pers, 2013, Cet. Ke-1, hal. 169.

20 Syamsul Hidayat dan Arief Budiman, Materi Induk Peningkatan

Kualitas Mubaligh, Jakarta: MTDK PPM, 2009, hal. 86.

21 Abdul Munir Mulkhan, dkk., Dakwah Islam Kontemporer:

(45)

antaranya: al-adl (keadilan), al-hilm (kesabaran dan ketabahan), al-nubuwwah (kenabian), yang dapat mencegah seseorang dari kebodohan, yang mencegah seseorang dari kerusakan dan kehancuran, setiap perkataan yang cocok dengan kebenaran, meletakkan sesuatu pada tempatnya, kebenaran perkara, dan sebagainya.22 Sebagai pendekatan dakwah, kata hikmah berkaitan erat dengan proses dakwah, di mana dakwah bil-hikmah dimaksudkan sebagai dakwah yang dilakukan dengan terlebih dahulu memahami secara mendalam segala persoalan yang berhubungan dengan sasaran dakwah, tindakan-tindakan yang akan dilakukan masyarakat, situasi tempat dan waktu saat dakwah dilaksanakan, dan sebagainya.23 Karena itu, kata Sayyid Qutb, seorang dai yang bijaksana (hikmah) janganlah bertindak sewenang-wenang melampaui hikmah disebabkan karena kebenaran, kekuatan, dan ghiroh yang dimilikinya.24 Demikian juga, seorang dai dapat menggunakan berbagai macam bentuk metode yang disesuaikan dengan objek dakwahnya.25

Dakwah kultural dapat dipahami sebagai sebuah strategi perubahan sosial bertahap sesuai dengan kondisi empirik yang diarahkan kepada pengembangan kehidupan Islami yang

22 Muhamad Abu Al-Fath Al-Bayanuni , Al-Madkhal ila Ilm

al-Dakwah, Beirut: Muassasah al-Risalah, 1991, hal. 244.

23 Abd. Rosyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1986, hal. 73.

24 Sayyid Qutb, Fi Zhilal al-Quran Juz 13, Beirut: Dar Ihya al-Turats al-Arabi, 1971, hal. 292.

25 M. Husein Fadhullah, Metodologi Dakwah Islam dalam al-Quran, Jakarta: Lentera, 1997, hal. 46.

(46)

bertumpu kepada pemurnian pemahaman dan pengamalan ajaran Islam dengan meghidupkan ijtihad dan tajdid. Dengan demikian, dakwah model ini menggunakan pendekatan kepada budaya lokal, kultur masyarakat, serta nilai-nilai yang telah mapan, tetapi tetap memiliki semangat kepada ijtihad dan tajdid dalam rangka purifikasi. Secara teknis, dakwah kultural dapat juga dimaknai sebagai dialog antara idealitas nilai-nilai agama dan realitas kultur masyarakat yang multi.26 Dakwah kultural sebenarnya hanya sebentuk strategi dakwah yang berperan untuk menjembatani ketegangan yang terjadi antara doktrin agama dan doktrin budaya lokal masyarakat. Pengembangan dakwah melalui jalur cultural nonformal, misalnya melalui pengembangan masyarakat, kebudayaan, sosial, dan bentuk nonformal lainnya.27

5. Nilai-Nilai Agama Islam

Islam adalah agama Allah yang diperuntukkan bagi seluruh umat manusia.28 Untuk menyampaikan dan mengajarkan agama Islam, Allah mengutus Rasul-Nya. Allah dan Rasul-Nya hanya mengajak manusia kepada Islam, yakni agar masuk dalam Islam secata kaffah., yaitu baik hatinya, akal, perasaan, tenaga, serta perbuatan dan tingkah lakunya dalam keadaan apapun. Dengan demikian manusia akan bisa

26 Abdul Basit, Filsafat Dakwah, Jakarta: Rajawali Pers, 2013, Cet. Ke-1, hal. 174.

27 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, hal. 109.

28 Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam: Upaya Pembentukan

Pemikiran dan Kepribadian Muslim, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011,

(47)

memiliki kepribadian sebagaimana uang dikehendaki Allah; memeroleh kehidupan yang baik, dan dapat mencapai tujuan hidupnya yaitu terwujudnya khaira ummatin ukhrijat linnas (umat yang terbaik yang dilahirkan di tengah-tengah umat manusia). Itulah masyarakat yang memeroleh keselamatan di dunia dan akhirat. Adapun pokok-pokok ajaran Islam adalah sebagai berikut:

a. Akidah

Jamil Shaliba dalam Kitab Mu’jam al-Falsafi, mengartikan akidah (secara bahasa) adalah menghubungkan dua sudut sehingga bertemu dan bersambung secara kokoh. Karakteristik akidah Islam bersifat murni, baik dalam isi maupun prosesnya, dimana hanyalah Allah yang wajib diyakini, diakui, dan disembah. Keyakinan tersebut sedikit pun tidak boleh dialihkan kepada yang lain, karena akan berakibat penyekutuan yang berdampak pada motivasi ibadah yang tidak sepenuhnya didasarkan atas panggilan Allah SWT. b. Syariah

Kata syariah menurut pengertian hukum Islam berarti hukum-hukum dan tata aturan yang disampaikan Allah agar ditaati hamba-hamba-Nya. Atau syariah juga diartikan sebagai satu sistem norma Ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan sesama manusia, serta hubungan manusia dengan alam lainnya. Lingkup syariah Islam meliputi dua hal, yaitu ibadah dan muamalat.

(48)

c. Akhlak

Akhlak adalah merupakan salah satu khazanah intelektual muslim yang kehadirannya hingga saat ini semakin dirasakan. Ruang lingkup ajaran akhlak adalah sama dengan ruang lingkup ajaran Islam itu sendiri, khususnya yang berkaitan dengan pola hubungan. Akhlak dalam ajaran Islam mencakup berbagai aspek, dimulai akhlak terhadap Allah, hingga kepada sesama makhluk (manusia, binatang,tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda tak betnyawa).

6. Pengembangan Nilai-Nilai Agama Islam

Pengembangan nilai-nilai agama Islam tentunya dilakukan dengan kegiatan-kegiatan dakwah yang konsisten dilaksanakan. Dalam hal ini harus adanya kesabaran dan ketekunan dari para panitia penyelenggara dalam melakukan kegiatan dakwahnya. Tentu nilai-nilai agama Islam akan berkembang dalam diri sasaran dakwah atau mad’u nya. Jika dilakukan terus menerus dan dan rutin, maka hasil dari pengajaran nilai-nilai agama Islam yang dilakukan akan berkembang menjadi lebih baik lagi dan tertanam dalam diri masing-masing individu untuk pengaplikasiannya sehari-hari, sungguh hal ini akan mengalir deras pahala dakwahnya.

Dalam studi kasus yang dilakukan mahasiswa PG PAUD UPI Kampus Ciburu terhadap guru-guru Taman Kanak-Kanak (TK) di Jawab Barat, implementasi strategi pengembangan

(49)

nilai-nilai agama dan moral melalui kegiatan rutinitas dilakukan oleh hampir seluruh guru TK di Jawa Barat, sejumlah 90,25% guru mengetahui, memahami, dan mengimplementasikannya pada pelaksanaan kegiatan rutinitas, dan dikategorikan baik.29 Maka dari itu, pengembangan nilai-nilai agama Islam yang dilakukan secara konsisten tentu akan diterima dan berdampak baik bagi sasarannya.

B. Masjid

1. Pengertian Masjid

Kata masjid terulang sebanyak dua puluh delapan kali di dalam Alquran. Dari segi bahasa, kata tersebut berasal dari kata sajada-sujud, yang berarti patuh, taat, serta tunduk dengan penuh hormat dan takzim. Meletakkan dahi, kedua tangan, lutut, dan kaki ke bumi, yang kemudian dinamai sujud oleh syariat, adalah bentuk lahiriah yang paling nyata dari makna-makna di atas. itulah sebabnya mengapa bangunan yang dikhususkan untuk melaksanakan shalat dinamakan masjid, yang artinya "tempat bersujud". Dengan demikian, masjid adalah tempat sujud atau tempat menundukkan kepala hingga ke tanah sebagai ungkapan ketundukan penuh terhadap Allah SWT.30 Dalam pengertian sehari-hari, masjid

29 Edi Rohendi, Titing Rohayati, dan Jenuri, Strategi Pengembangan

Nilai-Nilai Agama dan Moral pada Anak Usia Dini (Studi Kasus pada Taman Kanak-Kanak di Jawa Barat), E- Journal UPI EDU Vol. 5, No. 2, (Bandung,

2014).

30 Cecep Castrawijaya, Manajemen Masjid Antara Teori dan Praktek, Bogor: Titian-Nusa Press, 2010, Cet. Ke-1, hal. 1.

(50)

merupakan bangunan tempat shalat kaum Muslim. Tetapi, karena akar katanya mengandung makna tunduk dan patuh, hakikat masjid adalah tempat melakukan segala aktivitas yang mengandung kepatuhan kepada Allah semata. Firman Allah di dalam Alquran pada Surah Al-Jin ayat 18:

ۖاًدَحَْا ِ هاللّٰ َعَم ا ْوُعْدَتَ َلََف ِ ه ِللّٰ َد ِجٰسََمْلا نَا و

-١٨

Artinya: “Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah.”

2. Peranan Masjid

Masjid merupakan tempat disemaikannya berbagai nilai kebajikan dan kemaslahatan umat. Baik yang berdimensi ukhrawi maupun duniawi. Masjid bukan saja tempat shalat, tetapi juga sebagai pusat pendidikan, pengajian keagamaan, pendidikan militer dan fungsi-fungsi sosial ekonomi lainnya. Masjid yang fungsinya dapat dioptimalkan secara baik adalah masjid yang didirikan atas dasar taqwa, sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surah At-Taubah ayat 108:

ِهْيِف ِهْيِف َمِ ْوُقَتَ ْنَا ُّقَحَْا ٍمِ ْوَي ِل وَا ْنُِۗم ى ٰوْق تِلا ىَلَع َسِ سُا ٌد ِجْسََمَل اًدَبَا ِهْيِف ْمُْقَتَ َلْاٰ ُهاللّٰ َو ا ْو ُر هَُطَتِ ي ْنَا َن ْوُّب ِحُّي ٌلاَجَ ِر َنُْۗي ِرِ هُ طُمْلا ُّبِ ِحُي

-١٠٨

Artinya: “Janganlah kamu bersembahyang dalam masjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa (mesjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. Di dalamnya masjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih.”

Untuk bisa mengoptimalkan peran masjid pada masa sekarang, terlebih dahulu kita harus mengetahui bagaimana

(51)

masjid difungsikan pada masa Rasulullah SAW sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah SWT. Peran masjid pada masa Rasulullah SAW inilah yang sangat penting untuk diketahui agar tidak menyimpang dari aturan, antara lain:

a. Tempat beribadah b. Tempat pertemuan c. Tempat bermusyawarah d. Tempat kegiatan sosial

e. Tempat pengobatan orang sakit

f. Tempat latihan dan mengatur siasat perang g. Tempat penerangan dan madrasah ilmu h. Tempat berdakwah31

3. Pentingnya Masjid

Pentingnya masjid bagi umat Muslim karena masjid dijadikan sebagai pusat pembersihan diri umat Islam dari segala dosa, nista, dan kemaksiatan yang dilakukan, haruslah mendapat perhatian serius di kalangan umat Islam.32 Pengembangan kembali masjid sebagai pusat-pusat rehabilitasi spiritual dan bengkel reparasi umat untuk menuju dan membentuk manusia seutuhnya yang berakhlakul karimah (berbudi pekerti yang luhur sejalan dengan nilai-nilai kesopanan, tatakrama, dan lain sebagainya) melalui pelaksanaan ibadah solat dan kegiatan-kegiatan keagamaan

31 Ahmad Yani dan Ahmad Satori Ismail, Menuju Masjid Ideal, Jakarta: LP2SI Haramain, 2001, Cet. Ke-1, hal. 9-18.

32 Cecep Castrawijaya, Manajemen Masjid Antara Teori dan Praktek, Bogor: Titian-Nusa Press, 2010, Cet. Ke-1, hal. 4.

(52)

lainnya yang diselenggarakan di dalam masjid merupakan keniscayaan yang harus mendapat perhatian utama dan diwujudkan dalam kegiatan sehari-hari.33

Urgensi masjid bagi umat Islam menurut Ahmad Yani dan Achmad Satori Ismail, ialah sebagai sarana pembinaan iman, sarana pembinaan masyarakat Islami, sara pengokoh ukhuwah islamiyah, sarana perjuangan, dan sarana tarbiyyah.34

Selain itu di masa Rasul dan para sahabat, pentingnya masjid sebagai tempat pertemuan dengan selalu bertemu di masjid dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT, maka Rasul dan para sahabatnya menjadi hamba-hamba Allah yang memiliki kekuatan jiwa yang luar biasa dalam mengemban amanah perjuangan menegakkan nilai-nilai Islam di muka bumi ini. Bahkan, dengan semangat dan hikmah mementingkan solat berjamaah dan sering berkumpul di masjid, Rasulullah Saw dan para sahabatnya juga memiliki kekuatan ukhuwah yang membuat perjuangan yang berat bisa dilaksanakan dengan perasaan hati yang ringan.35

Dengan demikian, meskipun sekarang ini sarana komunikasi sudah semakin canggih, tetap saja sarana komunikasi yang canggih itu tidak bisa mengganti keharusan bertemu secara fisik yang kenikmatannya tidak bisa dirasakan

33 Ahmad Yani dan Achmad Satori Ismail, Menuju Masjid Ideal, Jakarta: LP2SI, 2002, Cet. Ke-1, hal. 9.

34 Ahmad Yani dan Achmad Satori Ismail, Menuju Masjid Ideal, Jakarta: LP2SI, 2002, Cet. Ke-1, hal. 3-7.

35 Ahmad Yani, Panduan Memakmurkan Masjid: Kajian Praktis bagi

(53)

oleh media komunikasi. Karena itu, masjid sangat diperlukan keberadaannya dengan dengan fungsi untuk mengkomunikasikan jasmani dan rohani kaum muslimin yang memang tidak bisa diganti dengan alat-alat yang amat canggih sekalipun.

4. Manfaat Masjid

Sebagai Muslim, kita tidak boleh merasa puas dengan hanya menyaksikan keberhasilan pembangunan masjid yang megah dan elegan pada arsitekturnya yang menelan biaya ratusan juta bahkan milyaran rupiah,36 namun kita harus memanfaatkan masjid dalam menciptakan suasana keagaamaan di dalam suatu wilayah masjid tersebut dibangun.37 Sehingga dakwah yang dilakukan bermanfaat dalam menarik jamaah untuk melakukan pembinaan umat.

Berikut di bawah ini merupakan manfaat-manfaat masjid, antara lain:38

a. Masjid adalah tempat kaum muslimin beri’tikaf, membersihkan diri, menggembleng batin/keagamaan sehingga selalu terpelihara keseimbangan jiwa dan raga serta keutuhan kepribadian.

36 Cecep Castrawijaya, Manajemen Masjid Antara Teori dan Praktek, Bogor: Titian-Nusa Press, 2010, Cet. Ke-1, hal. 4.

37 Nana Rukmana, Masjid dan Dakwah, Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2002, Cet. Ke-1, hal. 43.

38 Moh. E. Ayub, dkk., Manajemen Masjid, Jakarta: Gema Insani Press, 1997, hal. 7.

(54)

b. Masjid adalah tempat bermusyawarah kaum muslimin guna memecahkan persoalan-persoalan yang timbul dalam masyarakat.

c. Masjid adalah tempat kaum muslimin berkonsultasi, mengajukan kesulitan-kesulitan, meminta bantuan dan pertolongan.

d. Masjid adalah tempat membina keutuhan ikatan jamaah dan kegotongroyongan di dalam mewujudkan kesejahteraan bersama.

e. Masjid dengan majlis taklimnya merupakan wahana untuk meningkatkan kecerdasan dan ilmu pengetahuan.

f. Masjid adalah tempat pembinaan dan pengembangan kader-kader pimpinan umat.

g. Masjid tempat menghimpun dana, menyimpan, dan membagikannya.

h. Masjid adalah tempat melaksanakan pengaturan dan supervisi sosial.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa masjid merupakan pusat ibadat dalam pengertian luas yang mencakup juga pusat kegiatan muamalat. Di masjid kita dapat melakukan akad nikah, ketika rencana kehidupan rumah tangga dimulai.39 Dari masjid pula kita bisa mendapatkan petuah dan wejangan ilmu agama yang bermanfaat untuk kita dalam kehidupan sehari-hari.

39 Nana Rukmana, Masjid dan Dakwah, Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2002, Cet. Ke-1, hal. 50.

Gambar

Tabel  3.1  Struktur  Kepengurusan  DKM  Masjid  Baiturrahman………………………………………...………....43  Tabel  3.2  Program  Kegiatan  Harian  DKM  Masjid  Baiturrahman…………………………………...………………44  Tabel  3.3  Program  Kegiatan  Mingguan  DKM  Masjid  Baiturrahman…………………………
Foto bersama narasumber

Referensi

Dokumen terkait

Peserta didik dalam kelompok melakukan pengujian kembali dan mengolah data kembali dengan langkah yang sama dengan menggunakan model peraga lain untuk membuktikan

ABSTRAK: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara Keterlibatan Kerja dan Kepuasan Kerja dengan Perilaku Sosial Organisasi. Penelitian ini dilakukan di

Berikut syarat yang harus dipenuhi oleh seorang muhtasib : a. Merdeka, akil baligh dan adil. Memiliki pandangan yang luas serta berpegang teguh kepada ajaran Islam. Memiliki

Larutan sampel dibuat triplo dan ditotolkan pada lempeng KLT yang sama menggunakan mikropipet sebanyak 1 µL untuk larutan sampel ekstrak rimpang kunyit dan 2 µL untuk

Risk Based Inspection (RBI) adalah sebuah pendekatan sistematis tentang metode pengelolaan inspeksi terhadap peralatan atau unit kerja yang didasarkan pada tingkat

Pelaksanaan full day school dalam membentuk karakter religius siswa di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura ini dilakukan dengan adanya kegiatan wajib pagi yaitu 5S (salam,

[r]

Penjalaran gelombang dari Laut Jawa (tipe gelombang laut transisi) menuju ke Perairan Timbul Sloko (tipe gelombang laut dangkal) yakni pendangkalan gelombang