• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berarti banyak, berkali-kali, dan berputar-putar, sedangkan wisata berarti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berarti banyak, berkali-kali, dan berputar-putar, sedangkan wisata berarti"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pariwisata

Kata ‘pariwisata’ berasal dari dua suku kata, yaitu pari dan wisata. Pari berarti banyak, berkali-kali, dan berputar-putar, sedangkan wisata berarti perjalanan atau bepergian. Jadi pariwisata adalah perjalanan atau bepergian yang dilakukan secara berkali-kali atau berkeliling.

Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan bahwa pengertian pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Dan wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam waktu sementara.

Pariwisata menurut Yoeti, O (1992: 8) adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari satu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk berusaha atau untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.

Sedangkan menurut beberapa ahli, pengertian pariwisata diantaranya adalah:

(2)

• Menurut Richard Sihite dikutip Marpaung dan Bahar (2000: 46-47)

suatu perjalanan yang dilakukan orang untuk sementara waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain meninggalkan tempatnya semula, dengan suatu perencanaan dan dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati kegiatan pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.

Menurut Spillane, J (1982: 20) yang dikutip oleh Susantio

kegiatan melakukan perjalanan dengan tujuan mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan, mengetahui sesuatu, memperbaiki kesehatan, menikmati olahraga atau istirahat, menunaikan tugas, berziarah dan lain-lain.

Menurut Wahab, S yang dikutip Yoeti, O (1994: 116)

suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar yang mendapat pelayanan secara bergantian diantara diantara orang-orang dalam suatu negara itu sendiri atau di luar negeri, meliputi pendiaman orang-orang, dari daerah lain untuk sementara waktu mencari kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang dialaminya, dimana ia memperoleh pekerjaan tetap.

Lebih lanjut Suyitno (2001) menjelaskan tentang pariwisata sebagai berikut:

1. Bersifat sementara, bahwa dalam jangka waktu pendek pelaku wisata akan kembali ke tempat asalnya.

2. Melibatkan beberapa komponen wisata, misalnya sarana transportasi, akomodasi, restoran, obyek wisata, souvenir dan lain-lain.

3. Memiliki tujuan tertentu yang intinya untuk mendapatkan kesenangan.

4. Tidak untuk mencari nafkah di tempat tujuan, bahkan keberadaannya dapat memberikan kontribusi pendapatan bagi masyarakat atau daerah yang dikunjungi, karena uang yang dibelanjakannya dibawa dari tempat asal.

(3)

Jadi, pariwisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata.

Sedangkan menurut Hornby As yang dikutip oleh Suyitno (2001: 8) wisata adalah “sebuah perjalanan di mana seseorang dalam perjalanannya singgah sementara di beberapa tempat dan akhirnya kembali lagi ke tempat asal dimana ia mulai melakukan perjalanan.”

1. Wisatawan

Wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan untuk berlibur, berobat, berbisnis, berolahraga serta menuntut ilmu dan mengunjungi tempat-tempat yang indah atau sebuah negara tertentu. Menurut Soekadijo (1997: 3) wisatawan adalah orang yang mengadakan perjalanan dari tempat kediamannya tanpa menetap di tempat yang didatanginya atau hanya untuk sementara waktu tinggal di tempat yang didatanginya.

Berdasarkan Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, pengertian wisatawan masih sama dengan pengertian pada Undang-Undang No. 9 tahun 1990, yaitu orang yang melakukan kegiatan wisata.

Menurut I Gede Iwan Suryadi, wisatawan adalah seseorang atau kelompok orang yang melakukan suatu perjalanan wisata jika lama tinggalnya sekurang-kurangnya 24 jam di daerah atau negara yang dikunjungi, seperti :

Pesiar (leisure), untuk keperluan rekreasi, liburan, kesehatan, studi/ penelitian, keagamaan dan olah raga.

(4)

• Hubungan dagang, sanak saudara, handai taulan,, konferensi, misi, dan sebagainya.

B. Objek dan Daya Tarik Wisata

Menurut Beta Budisetyorini dalam buku Diklat Perencanaan Pariwisata (2003) bahwa objek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan dan atau aktifitas dan fasilitas yang berhubungan, yang dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang ke suatu daerah atau tempat tertentu.

Menurut Undang-Undang Kepariwisataan No. 10 tahun 2009 bahwa daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.

Sementara itu, Marpaung dalam buku Pengetahuan Kepriwisataan (2002: 78) yang dikutip oleh Mulyani dalam Manajemen Resort & Leisure (2009: 10), menyatakan bahwa “Objek dan Daya Tarik Wisata adalah suatu bentukan dan atau aktifitas dan fasilitas yang berhubungan yang dapat menarik wisatawan atau pengunjung untuk datang kesuatau daerah atau tempat tertentu.”

C. Jenis Wisata

Menurut Pendit (1994), pariwisata dapat dibedakan menurut motif wisatawan untuk mengunjungi suatu tempat. Jenis-jenis pariwisata tersebut adalah sebagai berikut:

(5)

Wisata budaya yaitu perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan kunjungan atau peninjauan ketempat lain atau ke luar negeri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan adat istiadat, cara hidup, budaya dan seni.

Perjalanan seperti ini sering disatukan dengan kesempatan-kesempatan mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan budaya, seperti eksposisi seni (seni tari, seni drama, seni musik, dan seni suara), atau kegiatan yang bermotif kesejarahan dan sebagainya.

2. Wisata Maritim atau Bahari

Jenis wisata ini banyak dikaitkan dengan kegiatan olah raga di air, terutama di danau, pantai, teluk, atau laut seperti memancing, berlayar, menyelam sambil melakukan pemotretan, kompetisi berselancar, balapan mendayung, melihat-lihat taman laut dengan pemandangan indah di bawah permukaan air serta berbagai rekreasi perairan yang banyak dilakukan di daerah-daerah atau negara-negara maritim.

3. Wisata Cagar Alam (Taman Konservasi)

Untuk jenis wisata ini biasanya banyak diselenggarakan oleh agen atau biro perjalanan yang mengkhususkan usaha-usaha dengan jalan mengatur wisata ke tempat atau daerah cagar alam, taman lindung, hutan daerah pegunungan dan sebagainya yang kelestariannya dilindungi oleh undang-undang.

Wisata cagar alam ini banyak dilakukan oleh para penggemar dan pecinta alam dalam kaitannya dengan kegemaran memotret binatang atau marga satwa serta pepohonan berbunga beraneka warna yang mendapat perlindungan dari

(6)

pemerintah dan masyarakat. Wisata ini banyak dikaitkan dengan kegemaran akan keindahan alam, kesegaran hawa udara di pegunungan, keajaiban hidup binatang dan marga satwa yang langka serta tumbuh-tumbuhan yang jarang terdapat di tempat-tempat lain.

4. Wisata Konvensi

Wisata konvensi adalah jenis wisata yang biasanya berhubungan dengan politik. Di berbagai negara saat ini, membangun wisata konvensi harusmenyediakan fasilitas bangunan dengan ruangan-ruangan tempat bersidang bagi para peserta suatu konferensi, musyawarah, konvensi atau pertemuan lainnya baik yang bersifat nasional maupun internasional. Biro konvensi harus menarik organisasi atau badan-badan nasional maupun internasional untuk mengadakan persidangan di pusat konvensi dengan menyediakan fasilitas akomodasi dan sarana pengangkutan dengan harga reduksi yang menarik serta menyajikan program-program atraksi yang menggiurkan.

5. Wisata Pertanian (Agrowisata)

Sebagai halnya wisata industri, wisata pertanian ini adalah pengorganisasian perjalanan yang dilakukan ke proyek-proyek pertanian, perkebunan, ladang pembibitan dan sebagainya dimana wisatawan rombongan dapat mengadakan kunjungan dan peninjauan untuk tujuan studi maupun melihat-lihat sekeliling sambil menikmati segarnya tanaman beraneka warna dan suburnya pembibitan berbagai jenis sayur-sayuran dan palawija di sekitar perkebunan yang dikunjungi.

(7)

Jenis ini banyak dilakukan di negara-negara yang memiliki daerah atau hutan tempat berburu yang diijinkan oleh pemerintah dan diselenggarakan oleh berbagai agen atau biro perjalanan. Wisata buru ini diatur dalam bentuk safari buru ke daerah atau hutan yang telah ditetapkan oleh pemerintah negara yang bersangkutan.

7. Wisata Ziarah

Jenis wisata ini biasanya dikaitkan dengan agama, sejarah, adat istiadat dan kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat. Wisata ziarah banyak dilakukan oleh perorangan atau rombongan ke tempat-tempat suci, ke makam-makam orang besar atau pemimpin yang diagungkan, ke bukit atau gunung yang dianggap keramat, tempat pemakaman tokoh atau pemimpin sebagai manusia ajaib penuh legenda. Wisata ziarah ini banyak dihubungkan dengan niat atau hasrat wisatawan untuk memperoleh restu, kekuatan batin, keteguhan iman dan tidak jarang pula untuk tujuan memperoleh berkah dan kekayaan melimpah.

D. Komponen Wisata

Menurut Suyitno, wisata terjadi karena adanya keterpaduan antara berbagai fasilitas yang saling mendukung dan berkesinambungan. Fasilitas-fasilitas yang dilibatkan dalam penyelenggaraan wisata itu lazim disebut sebagai komponen wisata, antara lain:

1). Sarana Transportasi

Transportasi merupakan sarana yang berkaitan dengan mobilisasi wisatawan, yaitu untuk membawa wisatawan dari satu tempat ke tempat lain. Penyediaan

(8)

transportasi dapat disediakan oleh perusahaan angkutan wisata, seperti pesawat, kapal laut, kereta api, taksi, rent car, bus, dan angkutan umum.

2). Sarana Akomodasi

Sarana akomodasi dibutuhkan apabila wisata diselenggarakan dalam waktu lebih dari 24 jam. Akomodasi sebagai komponen wisata memiliki berbagai jenis, mulai dari home stay, losmen, motel, hotel melati hingga hotel berbintang.

3). Sarana Makan dan Minum (Restoran)

Di lihat dari loksinya, ada restoran yang berada di hotel ada juga yang berdiri sendiri secara independent.

4). Objek dan Atraksi Wisata

Objek dan atraksi wisata dapat dibedakan atas dasar asal-usulnya, yaitu objek dan atraksi wisata yang bersifat alami, buatan manusia serta perpaduan antara buatan manusia dan keadaan alami. Dalam penelitian ini, objek dan atraksi yang ditawarkan merupakan hasil buatan manusia. Dalam penyelenggaraan ini juga perlu diperhatikan beberapa hal, antara lain: daya tarik wisata, lokasi, fasilitas, dan kemudahan-kemudahan lainnya.

5). Sarana Hiburan

Hiburan yang dapat ditawarkan kepada wisatawan adalah hiburan yang menyajikan kesenian dan budaya daerah Jawa Barat. Yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah daya tarik, kapasitas, fasilitas, lokasi, dan biaya.

(9)

Komponen ini erat kaitannya dengan oleh-oleh atau kenang-kenangan dalam bentuk barang tertentu.

7). Pramuwisata dan Pengatur Wisata

Pramuwisata dan pengatur wisata merupakan petugas purna jual yang bertindak sebagai wakil peruasahaan yang mengelola wisata untuk membawa, memimpin, member informasi, dan layanan lain kepada wisatawan sesuai dengan acara yang telah disepakati.

Dalam kenyataanya, ketujuh komponen diatas tidak selamanya selalu dilibatkan dalam penyelenggaraan sebuah wisata, tergantung atas kondisi wisata yang diselenggarakan, baik menyangkut jenis maupun kondisi harganya.

E. Objek dan Daya Tarik Wisata Sejarah.

Menurut Sjamsuddin, H (2007: 1-2) dalam bahasa Inggris, sejarah disebut history. Secara etimologis kata ini berasal dari bahasa Yunani historia yang berarti inkuiri (inquiry), wawancara (interview), interogasi dari seorang saksimata, dan juga laporan mengenai hasil-hasil tindakan itu; seorang saksi (witness), seorang hakim (judge), dan seorang yang tahu.

Menurut pandangan "Bapa Sejarah" Herodotus, sejarah ialah satu kajian untuk menceritakan satu kisaran jatuh bangunnya seorang tokoh, masyarakat dan peradaban. Sedangkan berdasarkan keterangan dari Aristoteles bahwa sejarah merupakan satu sistem yang mengira kejadian semula terjadi dan tersusun dalam bentuk kronologi. Pada masa yang sama, menurut beliau juga sejarah adalah

(10)

peristiwa-peristiwa masa lalu yang mempunyai catatan, recording atau bukti-bukti yang kukuh.

Menurut James Henry Robinson yang dikutip oleh Sjamsuddin, H (2007: 8-9) sejarah dalam arti kata yang luas adalah “semua yang kita ketahui tentang setiap hal yang pernah manusia lakukan, pikirkan, atau rasakan.” Dalam kutipan yang sama Hayden White mengemukakan bahwa sejarah ialah “suatu wacana naratif yang isinya diimajinasikan atau diciptakan sebanyak yang ditemukan”.

Kutipan lainnya juga mengemukakan bahwa sejarah juga sebagian terbesarnya dapat dilihat sebagai sebuah sains, sebuah batang tubuh pengetahuan terorganisasi yang diperoleh melalui penelitian yang dilaksanakan sesuai dengan metode-metode yang disepakati umum, dipresentasikan dalam laporan-laporan yang dipublikasikan, dan menjadi pokok yang direviu oleh pakar mitra (Evans, 1997: 73).

Menurut Henry Steele Commager dalam Ismaun (2005: 160) yang dikutip oleh Muslimah, R (2009) dalam skripsi Potensi Gunung Puntang Sebagai Objek Wisata Sejarah di Kabupaten Bandung bahwa ‘sejarah merupakan rekaman keseluruhan tentang masa lampau, hukum, pranata sosial, agama, bangunan, filsafat, dan semua yang teringat dalam memori manusia’.

Dalam kutipan yang sama Inu Kencana Syafiie (2009: 52-52) bahwa sejarah merupakan kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi pada masa lampau dan akan menjadi sejarah bagi kita di masa yang akan sekarang, begitu pula peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi sekarang akan menjadi sejarah bagi orang-orang pada waktu masa yang akan datang.

Dan daya tarik kepariwisataan yang sesungguhnya memiliki unsur-unsur sebagai berikut:

1. Daya Tarik Budaya 2. Daya Tarik Sejarah 3. Daya Tarik Keindahan

(11)

Sedangkan objek wisata sejarah adalah tempat yang layak untuk dikunjungi dan dilestarikan karena ada unsur kelebihan tertentu dibandingkan dengan tempat/peristiwa lain atau tempat atau kawasan yang memiliki nilai-nilai sejarah dan bukti-bukti sejarah yg difungsikan sebagai tempat wisata (Wikipedia).

F. Perencanaan Produk Wisata 1. Perencanaan Pariwisata

Perencanaan adalah suatu proses atau usaha dalam penyusunan berbagai keputusan yang telah ditentukan dan akan dilaksanakan di masa yang akan datang. Dalam mata kuliah manajemen, perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktifitas kerja organisasi. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain seperti pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan, tidak akan dapat berjalan dengan baik (Wikipedia.com).

Sedangkan perencanaan pariwisata adalah pengorganisasian secara menyeluruh pengembangan atau pembangunan fasilitas-fasilitas pariwisata, sehingga fasilitas-fasilitas itu secara efektif dapat memenuhi tugas-tugas sebagaimana mestinya (Muljadi, A. J: 68)

Oka A. Yoeti yang dikutip oleh Muljadi bahwa aspek-aspek yang perlu diketahui dalam perencanaan pariwisata, yaitu :

1. Wisatawan. Melalui penelitian, karakteristik wisatawan yang diharapkan datang harus diketahui lebih dahulu.

(12)

2. Transportasi. Melakukan penelitian tentang bagaimana fasilitas transportasi yang tersedia untuk membawa calon wisatawan menuju daerah tujuan wisata.

3. Daya tarik wisata. Daya tarik wisata yang dijual harus memenuhi tiga syarat agar memberikan kepuasan kepada wisatawan, antara lain:

a. Apa yangt dilihat (something to see)

Yang dapat dilihat dari something to see ini adalah keberadaan Monumen Bandung Lautan Api, stilasi dan tempat-tempat bersejarah. b. Apa yang dapat dilakukan (something to do)

Dalam tahapan ini, yang dapat dilakukan oleh wisatawan adalah melakukan perjalanan untuk menelusuri jejak peristiwa Bandung Lautan Api.

c. Apa yang dapat dibeli (something to buy)

Dan dalam kategori ini, yang dapat dibeli adalah aneka merchandise seperti baju, buku-buku, atau barang-barang yang berhubungan dengan Bandung atau Bandung Lautan Api.

d. Apa yang dipelajari (something to learn)

Dibagian ini wisatawan yang datang merupakan orang awam yang ingin mengetahui sejarah Bandung lautan Api.

4. Fasilitas pelayanan. Daerah tujuan wisata harus memiliki fasilitas untuk menunjang kegiatan wisatawan berupa akomodasi, restoran, pelayanan umum seperti bank, kantor pos, atau telepon.

(13)

5. Informasi dan promosi. Calon wisatawan perlu memperoleh informasi tentang tujuan yang akan dikunjunginya.

Menurut Suyitno (2001: 22) tahapan perencanaan wisata dibagi kedalam lima tahapan, yaitu diagnosa pasar, formulasi tujuan, observasi, analisis data, penetapan rencana, dan pelaksanaan rencana. Dalam penelitian ini, tahapan yang digunakan hanya formulasi tujuan, observasi, analisis data, dan penetapan rencana. Berikut adalah tahapan-tahapan dalam perencanaan wisata :

1. Formulasi tujuan

Tujuan yang dirumuskan harus dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sudah umum dengan rumusan 5W 1H, yaitu wisata apa yang akan disusun, mengapa wisata itu disusun, siapa saja yang akan terlibat dalam wisata tersebut, kapan wisata tersebut dilaksanakan, dimana dan bagaimana wisata itu diselenggarakan.

2. Observasi

Hal-hal yang akan diobservasi merupakan masalah-masalah yang dipertanyakan dalam formulasi tujuan. Dalam penelitian ini, observasi akan dilakukan pada setiap bangunan bersejarah berdasarkan lokasi yang telah dipilih sebagai lokasi penelitian yang telah disebutkan diatas agar dapat dibuat atraksi yang cocok untuk melengkapi perjalanan wisata. Dalam observasi diperlukan instumen-instrumen untuk melancarkan penelitian, antara lain: inventarisasi atraksi wisata dan inventarisasi fasilitas wisata.

(14)

Data yang sudah didapatkan kemudian dikelola dan dianalisis dengan tujuan untuk menentukan strategi tujuan, mengidentifikasi kendala yang mungkin timbul serta mencari alternatif yang mungkin dapat ditempuh. Dan pada tahap inilah metode yang digunakan yaitu metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

5. Penetapan rencana

Hasil analisis dipakai sebagai dasar untuk melakukan revisi terhadap formulasi tujuan, perbaikan inilah yang akan menghasilkan suatu rencana.

Gambar 2.1

Tahap Perencanaan Produk Perjalanan Wisata Sejarah Bandung Lautan Api

2. Produk Wisata

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dikutip oleh Suyitno, produk adalah “barang atau jasa yang dibuat dengan ditambah gunanya atau nilainya dalam proses produksi dan menjadi hasil akhir dari proses-proses produksi itu”.

Formulasi Tujuan

Observasi

Analisis Data Metode Sejarah

Penetapan Rencana Produk Perjalanan & Program Wisata Tahap

Perencanaan Wisata

(15)

Menurut A.J. Muljadi, produk wisata adalah suatu bentukan yang nyata dan tidak nyata, dalam suatu kesatuan rangkaian perjalanan yang hanya dapat dinikmati apabila seluruh rangkaian perjalanan tersebut dapat memberikan pengalaman yang baik bagi yang melakukan perjalanan tersebut.

Dalam buku Perencanaan Wisata, Suyitno menjelaskan bahwa proses produksi wisata dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor makro dan mikro. Faktor makro merupakan komponen yang bersifat global, yang tidak secara khusus diperuntukkan bagi kegiatan wisata, seperti ekonomi, politik, lingkungan hidup dan tata guna tanah, kebutuhan koordinasi, dan sosio budaya. Sedangkan faktor mikro adalah komponen yang secara langsung terlibat dengan kegiatan wisata. Luas perencanaan pariwisata mikro bersifat relatif, bisa dibentuk dari suatu daerah administratif (kabupaten, kotamadya, kecamatan), gabungan beberapa daerah administratif, dan memiliki tema area bersangkutan. Dalam hal ini, penelitian merupakan bagian dari faktor mikro, karena lokasi penelitian berada di wilayah administratif Kota Bandung.

Dan faktor-faktor mikro yang mempengaruhi proses produksi wisata, antara lain:

a. Wisatawan

Wisatawan berperan sebagai konsumen dan komponen produksi. Wisatawan adalah konsumen yang membeli dan menikmati wisata itu serta terlibat langsung dalam proses pembentukan wisata.

b. Waktu

(16)

1). Saat penyelenggaraan, yakni kapan wisata tersebut diselenggarakan. Dalam penelitian ini penyelenggaraan dilaksanakan pada malam peringatan Bandung Lautan Api sekali dalam satu tahun.

2). Lama penyelenggaraan, yakni berapa lama sebuah wisata dilakukan. c. Harga

Harga wisata menentukan kelas wisata yang akan dipilih oleh wisatawan. Namun, penelitian ini tidak mencakup harga sehingga factor mikro yang digunakan hanyalah selain dari harga.

3. Perjalanan Wisata

Dalam Info Pariwisata Master & Travel (2010) secara sederhana perjalanan dapat diartikan sebagai suatu aktivitas seseorang yang berpindah tempat dari satu tempat ke tempat lain yang mempunyai tujuan atas perpindahan tersebut. Perjalanan wisata atau lazim disebut tour tatap muka merupakan suatu perjalanan yang memiliki cirri-ciri suatu perjalanan, tetapi perjalana wisata memiliki cirri-ciri khas yang memperlihatkan warna kegiatan wisata. Pengertian perjalanan wisata dapat didefinisikan dari dua sudut pandang, diantaranya adalah:

1). Tour sebagai suatu produk adalah suatu rencana perjalanan menuju satu atau beberapa tempat persinggahan dan kembali ke tempat asal dengan merangkai beberapa komponen perjalanan yang diperlukan dalam perjalana tersebut.

(17)

2). Tour sebagai suatu perjalanan adalah suatu kegiatan perjalanan yang mempunyai ciri-ciri tersendiri yang memberikan warna wisata yang bersifat santai, gembira, dan untuk bersenang-senang.

(18)

G. KERANGKA PEMIKIRAN

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran

Malam peringatan Bandung Lautan Api merupakan acara tahunan di Kota Bandung yang dapat meningkatkan kunjungan wisatawan terhadap pelaksanaan event sejarahnya melalui perencanaan perjalanan wisata.

Kota Bandung

Penetapan Rencana Perjalanan dan Program Wisata Sejarah

Bandung Lautan Api Analisis Deskriptif - Kualitatif Fisik Sosial dan budaya

Perjalanan Wisata

Penggunaan Lahan Sirkulasi Masyarakat Bandung Komunitas

Bangunan Bersejarah

Malam Peringatan Bandung Lautan Api

Monumen Sejarah

Gambar

Gambar 2.2  Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil temuan dan pengolahan data maka diperoleh hasil bahwa SKH Kedaulatan Rakyat sudah menerapkan lima dari sembilan elemen jurnalisme yaitu kewajiban

Masing-masing putusan tersebut menyatakan terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana pemilihan sebagai ASN dengan sengaja membuat keputusan

Ia merujuk pada peristiwa yang terjadi pada sebagian sahabat nabi 8 , walaupun ada catatan bahwa; para sahabat dalam safar mereka sedang kelaparan dan berhajat kepada makanan,

Sehubungan dengan penulisan laporan tugas akhir ini, penulis membahas prosedur audit dan hasil audit akun utang pajak yang dilakukan oleh KAP Paul Hadiwinata dan

Oleh sebab itu, perlu adanya usaha untuk meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia atas peran dan manfaat koperasi untuk meningkatkan taraf hidup warga masyarakat dengan

Maka dapat disimpulkan bahwa selama periode Tahun Anggaran 2017 akuntabilitas kinerja di Badan PengelolaanKeuangan dan Pajak Daerah Kota Surabaya mengenai laporan

Hasil analisis sttistik menunjukkan bahwa panjang luka pada kontrol positif yang diinduksi streptozotocin pada hari ke-3, 7, dan 14 berbeda nyata (p<0,05) terhadap kontrol

Bab VI Analisis Pemecahan Masalah berisi analisis hasil pengolahan data metode NASA-TLX dan work sampling serta analisis grafik alat EEG, kemudian pemberian usulan pada rumah sakit