• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUSINESS PROCESS MANAGEMENT KEGIATAN PRA PRODUKSI PADA LPP TVRI DKI JAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BUSINESS PROCESS MANAGEMENT KEGIATAN PRA PRODUKSI PADA LPP TVRI DKI JAKARTA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BUSINESS PROCESS MANAGEMENT

KEGIATAN PRA PRODUKSI PADA LPP

TVRI DKI JAKARTA

Ardiyanto

Jalan Angke Indah GG.6 340 Jakarta Barat, +861212173343,chenxiaob@yahoo.co.id

Seftiana

Binus Square Jalan Budi Raya No 21 Kebon Jeruk Jakarta Barat, +6281808724033, seftiana93@yahoo.com

Irdila Regiteta

Komplek Deppen Blok KK No 1 Depok, +6281282852544, irketaren@gmail.com

Titan

Titan.halim@gmail.com

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan kelemahan-kelemahan pada sistem yang ada pada TVRI, memberikan usulan proses bisnis baru dan sistem yang sudah dirancang sehingga dapat menjadi solusi atas permasalahan sistem berjalan yang ada pada TVRI. Metode yang digunakan adalah metode Business Process Management (BPM) yang terdiri dari metode analisa yaitu Organization Strategy Phase, Process Architecture Phase, Launch Pad Phase, Understand Phase dan metode perancangan yaitu Innovate Phase, People Phase, Develop Phase dan Implement Phase. Hasil yang di capai adalah analisa proses bisnis berjalan pada LPP TVRI DKI Jakarta yang didasari atas kebutuhan perusahaan menyangkut visi dan misi perusahaan. Proses bisnis yang masuk kedalam lingkup penelitian adalah pada proses pra produksi, yaitu mencakup Proses Merancang Produksi, Proses Menunjuk Tim Produksi, Proses Meminta Persetujuan Produksi dan Hunting, dan Proses Melakukan Permintaan Panjar Kerja. Analisis didapatkan setelah dilakukannya survei beberapa kali, dan ditemukannya beberapa kendala pada sistem TVRI khususnya pada proses permintaan approval yang masih dilakukan secara manual sehingga proses menjadi suka terhambat. Maka dari itu diusulkan rancangan sistem approval sehingga permintaan approval dapat berjalan menjadi lebih efektif. Simpulan dari skripsi ini TVRI mengalami kendala pada sistem saat ini, dan perancangan sistem yang dibuat diharapkan dapat memberikan solusi atas permasalahan tersebut.

(2)

Abstract

The purpose from this research was to obtain the weaknesses in the existing system at TVRI, providesthe proposednewbusinessprocessesandsystemsthat have beendesignedso that it canbe a solution tothe existingproblems of the systemrunningonTVRI. The method which use by us is Business Process Management (BPM) methodwhich consist from analysis method like Organization Strategy Phase, Process Architecture Phase, Launch Pad Phase, Understand Phase and designing method like Innovate Phase, People Phase, and Develop Phase. The results obtained from this research are analysis of current business process at LPP TVRI DKI Jakarta based upon the requirements of the companyconcerning the vision and mission of the company. Business processesthat enter intothe scope ofthe research is pre production process , which include Designing the Production Process, Deciding the Production Team Process, Requesting for Production Approval Process and Hunting, and Do Request for Panjar Kerja process.Analysis obtained after we did a survey for several times, and found some of the constraints on TVRI's system especially in requesting for approval are still done manually, so the process become stunted.Therefore we porpose for designing the approval system so that process can run more effective in the future.The summary from this thesis is TVRI had constraint on their current systems, and the designing systems that are made are expected to provide solutions to these problems.

Kata Kunci :BPM PraProduksiSiaran TVRI, BPM di TVRI, Pra Produksi Siaran TVRI, Business Process Management Pra Produksi Siaran TVRI

1.

PENDAHULUAN

Keunggulan teknologi yang berkembang pesat tidak dapat dipungkiri penggunaannya akan dibutuhkan untuk membantu proses bisnis yang ada pada organisasi. Dengan penggunaan teknologi, sebuah organisasi atau pun perusahaan dapat menjalankan proses bisnis secara effective dan efficient demi mencapai tujuannya. Demikian halnya pada Lembaga Penyiaran Publik Televisi Republik Indonesia yang dikenal dengan (LPP) TVRI DKI Jakarta yang merupakan lembaga penyiaran daerah Jakarta milik negara. LPP TVRI DKI Jakarta memiliki tanggung jawab untuk menyediakan siaran yang bermutu mengenai seluk beluk kota Jakarta seperti budaya, kesenian, obyek wisata, serta komunitas apa saja yang telah terbentuk di Ibu Kota. Materi siaran tersebut yang kemudian akan disiapkan oleh Bagian Program dan Pengembangan Usaha melalui prosedur yang telah ditetapkan oleh LPP TVRI DKI Jakarta.

Proses bisnis dalam melakukan pra produksi pada LPP TVRI DKI Jakarta terlihat tidak efektif dan juga efisien, salah satu contohnya dapat dilihat dari dokumen pelengkap seperti SPKP (Surat Perintah Kerja Produksi), SPKKT (Surat Perintah Kerabat Kerja Teknik) dan Voucher Pengeluaran yang masih membutuhkan tanda tangan sebagai tanda persetujuan, yang dimana tanda tangan tersebut hanya bisa didapat apabila penanggungjawab berada di tempat. Selain itu, Bidang Program dan Pengembangan Usaha juga harus menunggu nama kerabat kerjateknik yang akan ditunjuk oleh Bidang Teknik serta akomodasi dari Bagian Keuangan dan juga kendaraan serta sopir yang diberikan oleh Bagian Umum karena persetujuan yang berupa tanda tangan tersebut. Dengan demikian, proses pra produksi pada LPP TVRI DKI Jakarta akan membutuhkan waktu yang cukup lama. Dimana idealnya sebuah proses pra produksi dapat dilakukan dalam waktu satu hingga tiga hari namun dapat mundur hingga satu minggu bahkan dapat pula batal produksi. Begitu pun dengan penyimpanan berkas atau dokumen proses produksi yang tidak terorganisir dengan baik sehingga sulit bagi LPP TVRI Stasiun DKI untuk melihat atau mengambil kembali berkas atau track record yang dibutuhkan. Proses dokumentasi dan penyimpanan yang masih menggunakan kertas dan tinta tersebut juga memiliki resiko hilang.

Permasalahan yang sama juga terjadi pada PT . Indonesia Indah Tobacco Citraniaga (PT IITC ) yang dibahas didalam jurnal Jeff Edwin (2014) yang berjudul “RANCANG BANGUN APLIKASI DOCUMENT MANAGEMENT SYSTEM PADA BAGIAN PERSEDIAAN DI PT.INDONESIA INDAH TOBACCO CITRANIAGA”, dimana kegiatan - kegiatan yang terjadi pada PT. Indonesia Indah Tobacco Citraniaga (PT. IITC) membutuhkan banyak dokumen beredar dan arsip disimpan dimasing-masing bagian sesuai dengan tempat terjadinya transaksi. Hal ini terjadi karena

(3)

pada setiap transaksi menghasilkan dokumen dan dokumen tersebut akan digunakan untuk proses selanjutnya oleh bagian lain yang tersebar dibeberapa kota. Dan permasalahan yang terjadi adalah, dokumen yang beredar pada siklus aliran dokumen tersebut membutuhkan persetujuan (approval) dari masing-masing bagian yang hanya bisa dilakukan didalam kantor, sedangkan pada umumnya banyak bagian-bagian yang harus bekerja diluar kantor mereka. Hal ini menyebabkan, banyaknya proses persetujuan yang tertunda dan memperlambat proses penyaluran dokumen ke bagian selanjutnya.

2.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penulisan Skripsi BPM ini, yaitu: 2.1 Metodologi Studi Pustaka

Pencarian data dan informasi dari berbagai literatur yang berhubungan dengan penelitian ini. Data yang diperoleh akan diolah sedemikian rupa sehingga mampu mendukung penelitian dalam Skripsi BPM ini.

2.2 Metodologi Studi Lapangan

Dimana dalam metodologi studi lapangan terdapat tiga akti-fitas yang dilakukan dalam pembuatann skripsi ini, yaitu :

2.2.1 Survey

Dilakukan survey pada LPP TVRI DKI Jakarta antara lain adalah dengan melakukan wawancara karyawan perusahaan dan mengamati proses bisnis yang berjalan didalam perusahaan.

2.2.2 Observasi

Observasi yang dilakukan meliputi kegiatan dan proses bisnis pada perusahaan agar dapat mengetahui masalah yang dihadapi perusahaan

2.2.3 Wawancara

Dengan melakukan wawancara dengan karyawan perusahaan, maka dapat diketahui struktur organisasi perusahaan, proses bisnis dan informasi lainnya yang dibutuhkan dalam penulisan ini.

2.2.4 Metode Business Process Management

Metode Business Process Management meliputi fase – fase berikut:

a. Organization strategy

Mengetahui strategi organisasi mulai dari visi misi, proses bisnis, dan struktur organisasi yang dimiliki.

b. Process architecture

Membuat rancangan process architecture berdasarkan permintaan dan aturan yang diberikan oleh perusahaan.

c. Launch pad

• Mengetahui titik mula sebuah proyek BPM dilakukan

• Goal atau tujuan yang diperoleh organisasi mendapat persetujuan • Melaksanakan proyek

d. Understand

Untuk melakukan proyek, tim yang ada sudah cukup memahami keadaan perusahaan terlebih dalam proses bisnis yang dimiliki perusahaan.

e. Innovate

Fase dimana kreatifitas merupakan tuntutan dalam pelakasanaan proyek yang melibatkan proses bisnis serta management pada organisasi.

f. Develop

Fase ini memastikan bahwa setiap komponen pada proyek telah siap diimplementasi.

g. People

Pada fase ini, proyek diharapkan dapat sesuai dengan peran dan proses bisnis pada organisasi.

h. Implement

Mempersiapkan proses implementasi mulai dari struktur organisasi, dilakukan pula pelatihan dalam penerapan sistem yang baru.

(4)

Memastikan bahwa perusahaan mendapat keuntungan dari penerapan sistem yang baru.

j. Sustainable performance

Tim proyek memantau proyek yang telah selesai dan melakukan maintenance serta peningkatan mutu.

Terdapat delapan fase yang digunakan dalam penelitian ini, yakni:

1. Organization Strategy 2. Process Architecture 3. Launch Pad 4. Understand 5. Innovate 6. Develop 7. People 8. Implement

3.

HASIL DAN BAHASAN

3.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang dilakukan melalui metode penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya adalah sebagai berikut:

A. Proses Bisnis Pra Produksi LPP TVRI DKI Jakarta

Bidang Program dan Pengembangan Usaha yakni Produser merancang produksi sesuai dengan mata acara yang sudah ada. Kemudian Produser membuat jadwal produksi dan mencatatnya. Kepala Seksie Program kemudian meminta nama kerabat kerja teknik yang akan ditugaskan ke Bidang Teknik.

Setelah itu Kepala Seksie Teknik Produksi dan Penyiaran menentukan kerabat kerja teknik yang akan ditugaskan. Kemudian Kepala Seksie Teknik Produksi dan Penyiaran mengecek status kerabat kerja. Apabila kerabat kerja tersebut sudah dua kali melakukan produksi pada hari tersebut produksi maka yang akan ditugaskan adalah kerabat kerja yang lain. Namun apabila kerabat kerja teknik yang ditunjuk tidak dapat melakukan produksi maka yang akan ditugaskan adalah kerabat kerja yang ada sekalipun ia telah bertugas pada hari tersebut hanya saja nama yang dicantumkan adalah nama kerabat kerja yang telah ditunjuk sebelumnya. Kepala Seksie Teknik Produksi dan Penyiaran kemudian membuat Surat Perintah Kerabat Kerja Teknik (SPKKT) yang telah ditandatangan.

Setelah itu Kepala Seksie Program membuat Surat Permintaan Kendaraan (SPK) yang ditandatangan oleh yang Kepala Bidang Program dan Pengembangan Usaha untuk diajukan kepada Bagian Umum untuk penyediaan transportasi dan supir. Kepala Sub Bagian Perlengkapan yang berada di bawah naungan Kepala Bagian Umum kemudian menyediakan transportasi dan supir berdasarkan SPK tersebut.

Selanjutnya Kepala Seksie Program membuat Surat Perintah Kerja Produksi (SPKP) untuk hunting. Surat itu kemudian ditandatangan oleh Kepala Bidang Program dan Pengembangan Usaha sebelum diserahkan kepada Kepala Stasiun.

Bidang Program dan Pengembangan Usaha kemudian meminta persetujuan produksi dan juga hunting kepada Kepala Stasiun. Dalam persetujuan produksi yang dibutuhkan adalah Surat Penunjukkan Pengarah Acara (SPPA), SPKP untuk hunting yang telah dibuat sebelumnya, dan Rancangan Anggaran Produksi (RAP). Dengan demikian Unit Manager segera membuat SPPA lalu ditandatangan oleh Kepala Bidang Program dan Pengembangan Usaha. Unit Manager juga membuat RAP yang kemudian ditandatangan oleh Unit Manager serta Kepala Bidang Program dan Pengembangan Usaha. Kepala Stasiun kemudian akan menerima berkas tersebut lalu mengeceknya dan memberikan tanda tangan pada RAP sebagai persetujuan dan juga membuatkan disposisi. Ketika sudah selesai maka tim produksi dapat hunting lokasi produksi.

Selanjutnya adalah proses pengajuan Panjar Kerja (acuan pagu biaya produksi yang dibutuhkan) ke Bagian Keuangan berdasarkan RAP yang telah dibuat. Unit Manager kemudian mengisi voucher pengeluaran dan ditandatangan oleh Unit Manager serta Kepala Bidang Program dan Pengembangan Usaha juga oleh Kepala Seksie Program.

Unit Manager kemudian menyerahkan voucher pengeluaran kepada Kepala Stasiun

(5)

Bendahara kemudian menerima voucher pengeluaran lalu cek apakah tanda tangan lengkap, termasuk juga tanda tangan dari Kepala Sub Bagian Akuntansi dan Kepala Bagian Keuangan. Bendahara tidak akan memberikan atau mengeluarkan uang apabila belum mendapat tanda tangan dari Kepala Sub Bagian Akuntasi, Kepala Bagian Keuangan, dan Kepala Stasiun. Apabila Panjar Kerja telah dikeluarkan oleh Bagian Keuangan, maka Bidang Program dan Pengembangan Usaha dapat melaksanakan proses produksi.

B. Analisa Masalah dan Solusi

a. Analisa

Berdasarkan proses bisnis yang telah diuraikan sebelumnya, masalah yang dihadapi oleh LPP TVRI Stasiun DKI Jakarta antara lain adalah:

1. Stasiun DKI yang prosesnya terlalu panjang, baik dalam proses pembuatan surat sebelum melakukan proses pra produksi. Hal ini dikarenakan setiap surat yang dibuat harus mendapat persetujuan melalui tanda tangan pejabat setempat dan juga dari kerabat kerja yang bertugas.

2. Penunjukkan kerabat kerja teknik (yang memiliki hanya satu keahlian) yang terkadang mendapat kegiatan produksi lebih dari dua kali dalam sehari yang menyebabkan penugasan tidak terbagi secara adil.

3. Sistem filling atas dokumentasi proses pra produksi tidak terorganisir dengan baik sehingga sulit dalam melakukan pengecekan track record dan juga rentan terhadap risiko kehilangan file.

b. Solusi

Berdasarkan analisa permasalahan yang terjadi pada LPP Stasiun TVRI DKI, usulan pemecahan masalah adalah sebagai berikut:

1. Merancang sistem agar approval dari setiap bagian menjadi lebih cepat. 2. Merancang sistem dengan database karyawan yang dapat membantu dalam

penunjukkan kerabat kerja yang akan bertugas.

3. Merancang proses atau sistem filling atas dokumentasi rangkaian proses pra produksi agar lebih rapi dan minim risisko hilang atau tercecer.

3.2 Bahasan

Berdasarkan solusi yang diajukan maka hasil yang didapat adalah perubahan proses yang akan digambarkan melalui activity diagram pada proses “Menunjuk Tim Produksi”, “Meminta Persetujuan Produksi dan Hunting”, dan “Melakukan Permintaan Panjar Kerja” , yakni:

(6)

Gambar 3.1: Activity Diagram Proses Menunjuk Tim Produksi –Updated

Gambar 3.1menggambarkan proses menunjuk tim produksi yang telah diperbaharui. Dengan menggunakan sistem maka Surat Permintaan Kerabat Kerja Teknik (SPKKT), Surat Permintaan Kendaraan (SPK), dan Surat Perintah Kerja Produksi (SPKP) dapat diketahui dan juga mendapat

approve dari user yang berkepentingan dengan lebih cepat. Rincian dari proses ini adalah

sebagai berikut:

1. Produser menunjuk tim produksi

2. Kepala Seksie Program meminta nama kerabat kerja teknik yang akan ditugaskan 3. Kepala Seksie Teknik Produksi dan Penyiaran kemudian mengisi data pada SPKKT 4. Sistem akan menyimpan dan mengirimkan SPKKT kepada Kepala Bidang Teknik

untuk reviewing

5. Kepala Seksie Program kemudian input data SPK

6. Sistem akan save and sending SPK kepada Kepala Bidang Program dan Pengembangan Usaha untuk approval serta Kepala Sub Bagian Perlengkapan untuk

reviewing

7. Kepala Sub Bagian Perlengkapan kemudian menyediakan kendaraan serta supir 8. Kepala Seksie Program kemudian input data SPKP untuk keperluan hunting 9. Sistem akan save and sending SPKP kepada Kepala Bidang Program dan

Pengembangan Usaha untuk approval

Perbedaan dengan proses bisnis sebelumnya adalah terdapat penggunaan sistem ketika proses pengurusan Surat Perintah Kerja Produksi (SPKP), Surat Perintah Kerabat Kerja Teknik (SPKKT), dan Surat Permintaan Kendaraan (SPK).

(7)

Gambar 3.2: Activity Diagram Proses Meminta Persetujuan Produksi dan Hunting – Updated

Gambar 3.2menggambarkan proses meminta persetujuan produksi dan hunting yang telah diperbaharui. Dengan meng-gunakan sistem maka yang akan diajukan kepada Kepala Stasiun hanya Surat Penunjukkan Pengisi Acara (SPPA) dan Rancangan Anggaran Produksi (RAP). Hal ini dikarenakan Surat Perintah Kerja Produksi (SPKP) untuk keperluan hunting telah sampai kepada Kepala Stasiun pada saat proses menunjuk tim produksi. Rincian dari proses ini adalah sebagai berikut:

1. Unit Manager mengisi data pada SPPA

2. Sistem akan menyimpan dan mengirimkan SPPA kepada Kepala Bidang Program dan Pengembangan Usaha untuk approval serta Kepala Stasiun untuk reviewing 3. Unit Manager mengisi data pada RAP

4. Sistem akan save and sending RAP kepada Kepala Bidang Program dan Pengembangan Usaha serta Kepala Stasiun untuk approval

5. Tim produksi akan hunting lokasi jika semua prosedur telah selesai

Perbedaan proses bisnis dengan yang sebelumnya adalah terdapat penggunaan sistem ketika proses pengurusan Surat Permintaan Pengisi Acara (SPPA), dan Rancangan Anggaran Biaya (RAP). Lalu pada proses sebelumnya Surat Perintah Kerja Produksi (SPKP) baru akan terlampir ketika proses ini dilakukan sedangkan dengan menggunakan sistem maka Unit Manager tidak lagi perlu menyerahkan SPKP karena pada proses “Menunjuk Tim Produksi” dokumen tersebut telah sampai kepada Kepala Stasiun.

(8)

Gambar 3.3:Activity Diagram Proses Melakukan Permintaan Panjar Kerja – Updated

Gambar 3.3 Menggambarkan proses melakukan permintaan panjar kerja yang telah diperbaharui. Dengan menggunakan sistem maka Voucher Pengeluaran yang diajukan akan diterima oleh user yang berkepentingan secara bersamaan. Hal ini akan membantu bendahara untuk mengeluarkan uang panjar yang sebelumnya harus terhambat karena menunggu tanda tangan yang lengkap. Rincian dari proses ini adalah sebagai berikut:

1. Kepala Bidang Program dan Pengembangan Usaha melakukan permintaan panjar kerja

2. Unit Manager mengisi data pada Voucher Pengeluaran

3. Sistem akan menyimpan dan mengirimkan Voucher Pengeluaran kepada Kepala Bidang Program dan Pengembangan Usaha, Kepala Seksie Program, Kepala Bagian Keuangan, Kepala Sub Bagian Keuangan serta Kepala Stasiun untuk approval juga kepada Bendahara untuk reviewing

4. Bendahara mengeluarkan uang panjar kerja

5. Unit Manager akan mengutus tim produksi untuk segera melakukan produksi. Perbedaan dengan proses bisnis sebelumnya adalah terdapat penggunaan sistem ketika proses pengurusan Voucher Pengeluaran dimana pada proses ini Voucher Pengeluaran tersebut dapat diterima secara bersamaan oleh Kepala Bidang Program dan Pengembangan Usaha, Kepala Seksie Program, Kepala Stasiun, Kepala Bagian Keuangan, Kepala Sub Bagian Akuntansi dan juga Bendahara.

4.

SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan

Berdasarkan survey dan analisis yang dilakukan pada LPP TVRI DKI Jakarta maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

• Adanya perbedaan kegiatan dalam proses bisnis “Meminta Persetujuan Produksi”, “Meminta Persetujuan Produksi dan Hunting”, dan “Melakukan Permintaan Panjar Kerja” antara proses yang berjalan dengan usulan, dimana pada proses tersebut

(9)

terdapat penggunaan sistem dalam hal pengurusan dokumen seperti Surat Perintah Kerja Produksi (SPKP), Surat Permintaan Kendaraan (SPK), Rancangan Anggaran Produksi (RAP), dll.

• Birokrasi LPP TVRI DKI Jakarta yang berbelit-belit baik dalam proses pembuatan surat sebelum melakukan proses pra produksi. Hal ini dikarenakan beberapa surat yang dibuat harus mendapat tandatangan sebagai tanda persetujuan atau tanda bahwa pejabat setempat telah mengetahui rangkaian proses tersebut. Dengan demikian maka usulan yang diberikan adalah dengan menggunakan proposed system sebagai bagian dari sistem pra produksi sehingga approval dapat dilakukan dengan lebih cepat dan tidak terjadi pengoperan berkas yang rentan hilang. Dengan menggunakan approved system, sebagai contoh pada proses menunjuk tim produksi sebelumnya untuk aktivitas menandatangani SPK oleh kepala bidang program dan pengembangan usaha yang sebelumnya waktu untuk satu produksi 30 menit dan total keseluruhan 3 produksi 90 dengan biaya pegawai per produksi Rp. 26.250,- (asumsi biaya gaji kepala bidang program dan pengembangan usaha Rp. 17.500,- x waktu produksi perhari / 60 ) memakan biaya tahunan sebesar Rp. 6.562.500,- dengan usaha tahunan 12% menurun menjadi 5 menit untuk 1 produksi dan 15 menit untuk total produksi dengan biaya pegawai per produksi menjadi Rp. 4.375,- dan hanya memakan biaya tahunan sebesar Rp. 1.054.688,- dengan usaha tahunan2%.

• Penunjukkan kerabat kerja teknik (yang hanya memiliki satu keahlian) yang terkadang mendapat kegiatan produksi lebih dari dua kali dalam sehari yang menyebabkan penugasan tidak terbagi secara adil. Dengan sistem pra produksi yang diusulkan maka status kehadiran dan status kerja pada karyawan operasional teknik dapat terlihat sehingga dapat terjadwal dengan baik.

System filling atas dokumentasi proses pra produksi tidak terorganisir dengan baik sehingga sulit dalam melakukan pengecekan track record dan juga rentan terhadap risiko kehilangan file. Seperti pada kesimpulan yang dipaparkan pada point pertama, system pra produksi dirancang untuk mencakup penyimpanan dokumentasi menjadi lebih terstruktur.

4.2Saran

Saran yang diusulkan oleh penulis sebagai masukan demi kemajuan perusahaan antara lain: • Melakukan implementasi atas usulan proses bisnis dan juga sistem baru, ada pun

hal-hal yang harus dipersiapkan untuk implementasi seperti training dan peningkatan kualitas perangkat komputer yang digunakan.

Menambahkan sistem time sheet di bagian resource untuk mengetahui status kehadiran karyawan dan juga karyawan yang sedang cuti. Time sheet ini juga berguna untuk mengantisipasi ketika seseorang yang telah ditunjuk atau dijadwalkan untuk bertugas mendadak sakit.

Untuk mendukung penggunaan sistem time sheet disarankan untuk mengembangkan sistem untuk proses pasca produksi. Laporan yang dibuat dalam proses pasca produksi dapat memuat perubahan mengenai siapa saja yang bertugas saat praktek di lapangan bila tak sesuai dengan Surat Perintah Kerabat Kerja Teknik (SPKKT) dan Surat Perintah Kerja Produksi (SPKP).

5.

REFERENSI

[http 1] Arief Sosiawan, Edwi. Dasar – Dasar Broadcasting. UPN Veteran Yogyakarta. http://edwi.upnyk.ac.id/DASBRO_11.pdf

07 Januari 2015

[http 2] bpmn.org. Object Management Group Business Process Model and Notation. http://www.bpmn.org/

10 Januari 2015

Carter, & Usry. (2002). Akuntansi Biaya Jilid 1 (Edisi 13). Yogyakarta: Salemba Empat.

Edwin,Jeff., Sulistiowati, Mirza M, Yoppi (2014). “RANCANG BANGUN APLIKASI DOCUMENT

MANAGEMENT SYSTEM PADA BAGIAN PERSEDIAAN DI PT. INDONESIA INDAH TOBACCO CITRANIAGA”. Stikom Surabaya. Surabaya.

(10)

Efraim, T., Leidner, D., Mclean, E., & Wetherbe, J. (2007). Information Technology for

Management: Transforming Organizations in the Digital Economy. New York: Willey.

Jeston, John., Johan Nelis. (2008).Business Process Management, Practical Guidelines to Successful

Implementations: 2ndEdition. Elsevier Ltd. Burlington.

Karouw, Stanley., R Rarumangkay, Juan., Rawis, Zwingly (2007). “PEMODELAN PROSES BISNIS

ADMISI CALON MAHASISWA BARU DI UNIVERSITAS SAM RATULANGI”. Seminar

Nasionai Aplikasi Teknologi 1nformasi 2007. Yogyakarta.

Kusrini, M.Kom., Andri Koniyo. (2008). Tuntunan Praktis Membangun Sistem InformasiAkuntansidenganVisualBasicdanMicrosoftSQLServer. Penerbit Andi. Jakarta. Laudon, Kenneth C., Jane P. Laudon. (2010). Management Information System, Managing The

Digital Firm: 11thEdition.Pearson Education Inc. New Jersey.

M. Suyanto (2004). “Analisis dan Desain Grafis Multimedia”. Yogyakarta. Andi.

Meyliana (2009). “Mengoptimalkan Proses Bisnis Dengan Metode Business Process Management Pada Sektor Jasa Pendidikan". Seminar Nasionai Aplikasi Teknologi 1nformasi 2009. Surabaya.

Mulyadi. 2003. Sistem Akuntansi. Jakarta : Salemba Empat.

O’Brien JA, Marakas G. 2005. Management Information sistem. Ninth edition. Boston: Mc Graw Hill, Inc

O’Brien, J and Marakas, G. 2008. Management Information System. 8 th edition. Mc.Graw .Hill International Edition

O'Brien, J. A. and G.M. Marakas. (2010). Introduction to Information System (15th ed.). New York: McGraw-Hill.

R. Cooper, R.S. Kaplan (1991). "The design of cost management sistems: Text, cases and readings". Prentice-Hall, Englewood Cliffs, NJ, .

Rosmala, Dewi., Falaha (2007). “Pemodelan Proses Bisnis B2B dengan BPMN (Studi Kasus

Pengadaan Barang Pada Divisi Logistik)”. Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi

Informasi 2007. Yogyakarta.

Satzinger, J. W., Jackson, R. ., & Burd, S. D. (2005). Object Oriented Analysis & Design with the

Unified Process. United States of America : Cengange Learning, Inc.

Weske, Mathias. (2010). Business Process Management, Concepts, Languages,

Architectures.Springer.Heidelberg.

Weske, M. (2012). Business Process Management: Concepts, Languages, Architectures. New York: Springer.

6.

RIWAYAT PENULIS

Ardiyanto lahir di Jakarta pada tanggal 1 November 1993, Penulis menamatkan pendidikan S1 di

Binus University dalam bidang sistem informasi pada tahun 2015

Seftiana lahir di Samarinda pada tanggal 3 September 1993, Penulis menamatkan pendidikan S1 di

Binus University dalam bidang sistem informasi pada tahun 2015

Irdila Regiteta lahir di Jakarta pada tanggal 06Desember 1993, Penulis menamatkan pendidikan S1

Gambar

Gambar 3.1: Activity Diagram Proses Menunjuk Tim Produksi –Updated
Gambar 3.2: Activity Diagram Proses Meminta Persetujuan Produksi dan Hunting – Updated   Gambar  3.2menggambarkan  proses  meminta  persetujuan  produksi  dan  hunting  yang  telah  diperbaharui
Gambar 3.3:Activity Diagram Proses Melakukan Permintaan Panjar Kerja – Updated  Gambar  3.3  Menggambarkan  proses  melakukan  permintaan  panjar  kerja  yang  telah  diperbaharui

Referensi

Dokumen terkait

Indeks Tendensi Konsumen (ITK) di DKI Jakarta pada Triwulan IV-2016 adalah sebesar 104,28 yang artinya kondisi ekonomi konsumen pada triwulan tersebut secara umum dikatakan

Karena itu program pada client adalah aplikasi front-end yang digunakan sebagai antarmuka bagi pemakai untuk berinteraksi dengan server selain itu client menangani

Sistem tersebut dapat diakses 4 jenis user yaitu Admin sebagai user utama untuk mengelola fungsi utama sistem dan data master, user HRD untuk mengelola pelanggaran serta

Para Pengurus orang-orang yang sibuk, perlu dimunculkan kesadaran bahwa Himpenindo diperlukan oleh para peneliti. Kegiatan-kegiatan Himpenindo TIDAK terinformasikan ke para anggota

Dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa suatu pekerjaan dapat dilaksanakan secara tepat, efektif, efisien apabila pekerjaan tersebut dilaksanakan dengan

Oleh sebab itu, Amin perlu memobilisasi massa, mendirikan partai idea-nya, merumuskan ideologi partai politik berdasar pemahaman Hizbullah yang ia pahami, serta menegaskan

(Delivered presentation notes available in Appendix 2).. Group Discussion on Formulating the Agenda for Multi Stakeholder Forum. The workshop participants were divided into

Ragam jenis dan hasil kegiatan pengabdian kepada masyarakat (PkM) yang dapat dilaksanakan oleh mahasiswa desain interior Universitas Kristen Petra adalah :3. Camp