• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENENTUAN ALTERNATIF ALIH FUNGSI PEMANFAATAN LAHAN DAN BANGUNAN BEKAS TERMINAL DHAKSINARGA WONOSARI DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENENTUAN ALTERNATIF ALIH FUNGSI PEMANFAATAN LAHAN DAN BANGUNAN BEKAS TERMINAL DHAKSINARGA WONOSARI DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BEKAS TERMINAL DHAKSINARGA WONOSARI

DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

Eka Sumarwati Putu Rudi Satiawan

Email: wati_yogya@yahoo.com

ABSTRAK

Dalam rangka pengembangan wilayah dan peningkatan perekonomian masyarakat pada tahun 2010 Pemerintah Kabupaten Gunungkidul merencanakan akan memindahkan lokasi terminal Dhaksinarga Wonosari. Dengan pindahnya terminal, maka lahan dan bangunan Terminal Dhaksinarga Wonosari seluas 1,9254 ha tersebut yang merupakan salah satu aset millik Pemerintah Kabupaten Gunungkidul akan terbengkalai. Karena hal tersebut Pemerintah Kabupaten Gunungkidul perlu menentukan alih fungsi pemanfaatan lahan dan bangunan agar dapat berfungsi optimal. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan jenis alternatif terbaik alih fungsi pemanfaatan lahan dan bangunan bekas Terminal Dhaksinarga Wonosari yang terbengkalai. Analisis penentuan jenis-jenis alternatif alih fungsi pemanfaatan lahan tersebut menggunakan analisis Uji Validitas dan Uji Reliabilitas. Selanjutnya jenis-jenis alternatif alih yang terpilih tersebut di analisis dalam Prinsip Penggunaan Tertinggi dan Terbaik (Highest and Best Use) dengan menggunakan 4 kriteria yang berfungsi sebagai alat uji kelayakan pada masing-masing alternatif pemanfaatan yang memungkinkan. Kriteria tersebut adalah secara hukum diizinkan (Legally permissible), secara fisik memungkinkan (Physically possible), secara finansial layak (Finanncially feasisble) dan berproduksi secara maksimal (Maximally productive). Untuk menentukan pemanfaatan yang terbaik, indikator yang digunakan adalah nilai pasar lahan dengan asumsi bahwa nilai pasar lahan yang tertinggi dari seluruh penggunaan yang dianalisis, akan menunjukkan pemanfaatan yang terbaik dari lahan tersebut.

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa ada 3 alternatif pemanfaatan lahan yang dipilih secara mayoritas oleh pemerintah dan masyarakat Kabupaten Gunungkidul yaitu : membangun pusat jajanan serba ada taman kota, pusat oleh-oleh dan kerajinan khas Kabupaten Gunungkidul, serta pusat perbelanjaan. Dari seluruh alternatif yang memungkinkan tersebut kemudian terpilih alternatif membangun pusat jajanan serba ada dan taman kota sebagai pemanfaatan yang terbaik pada lahan dan bangunan bekas Terminal Dhaksinarga di Kota Wonosari

dengan nilai pasar lahan sebesar Rp. 555.000,-/m2.

Kata kunci : Highest and Best Use, Pemanfaatan Lahan dan Bangunan PENDAHULUAN

Infrastruktur prasarana publik penting dalam mendukung segala aspek kehidupan dan pertumbuhan suatu kota, karena segala sesuatunya berdasarkan nilai ekonomis maka harus memperhatikan tingkat efisiensi dan efektif suatu infrastruktur. Pembangunan infrastruktur merupakan bentuk pelayanan kepada masyarakat yang wajib disediakan oleh pemerintah. Infrastruktur sarana dan

prasarana yang wajib disediakan antara lain terminal.

Kabupaten Gunungkidul saat ini memiliki Terminal Penumpang Dhaksinarga Wonosari yang dibangun sejak tahun 1974. Terminal ini merupakan terminal regional dengan luas area 1,9254 ha. Berdasarkan Keputusan Dirjen Hubdat No. SK.76/AJ.102/ DRJD/2000 tanggal 15 Pebruari Tahun 2000 tentang Penetapan Simpul Jaringan Transportasi

(2)

Jalan untuk Terminal Penumpang Tipe A di Seluruh Indonesia, Terminal Dhaksinarga

Wonosari dinaikan tipenya, menjadi

terminal Tipe A.

Untuk menindak lanjuti Surat Keputusan Dirjen Hubdat tersebut dan pemenuhan persyaratan luas area terminal Tipe A

minimal 5 ha serta pertimbangan

pengembangan wilayah perkotaan,

Pemerintah Kabupaten Gunungkidul segera merencanakan pemindahan lokasi Terminal Dhaksinarga Wonosari yang berada di Desa Baleharjo Kecamatan Wonosari di pindahkan ke Desa Selang Kecamatan Wonosari. Re-lokasi ini menyisakan sebidang lahan dan bangunan sebagai aset milik Pemda dengan lokasi yang strategis.

Dengan posisi yang strategis tersebut, maka berbagai alternatif pemanfaatan pada lahan dan bangunan bekas Terminal Dhaksinarga di

Kota Wonosari. Alternatif tersebut

diantaranya adalah membangun pusat

perbelanjaan, rumah toko (Ruko),

penginapan/hotel, gedung serbaguna, pusat oleh-oleh dan kerajinan khas Gunungkidul serta pusat jajanan serba ada (Pujasera) dan taman kota.

Sebelum menjatuhkan pilihan pada sebuah

alternatif pemanfaatan, pemerintah

Kabupaten Gunungkidul tentu membutuhkan analisis yang mendalam dengan metode yang tepat serta mengedepankan partisipasi seluruh elemen yang berperan sebagai pemangku kepentingan (stakeholder) yang akan bersentuhan langsung dengan fasilitas yang akan dibangun pada lokasi tersebut. Berdasarkan pada paparan di atas, maka dipandang perlu untuk memberikan masukan kepada pemerintah Kabupaten Gunungkidul

dalam menentukan pemanfaatan yang

terbaik untuk mengoptimalkan manfaat lahan dan bangunan bekas Terminal Dhaksinarga di Kota Wonosari tersebut. BATASAN STUDI

1. Daerah Penelitian adalah Wilayah Ibukota Kabupaten Gunungkidul.

2. Lokasi penelitian berada pada Bagian Wilayah Kota (BWK) B Kota Wonosari yang difungsikan sebagai pusat pengembangan aktivitas perdagangan dan jasa skala lokal dan regional.

3. Objek penelitian adalah lahan dan

bangunan bekas Terminal Dhaksinarga Wonosari Kecamatan Wonosari, seluas 1,9254 ha dan dilingkari oleh 2 (dua) jalan kolektor yaitu disebelah Utara Jl. MGR Sugiyo Pranoto dan sebelah Barat Jl. Baron. Selain itu tepat di sebelah utara lahan tersebut terdapat Pasar Besole. 4. Memilih dan menentukan jenis alternatif

alih fungsi pemanfaatan terbaik terhadap lahan dan bangunan bekas Terminal

Dhaksinarga Wonosari berdasarkan

persepsi responden.

5. Penentuan jenis pemanfaatan yang terbaik didasarkan pada besarnya Nilai Pasar Lahan yang dianalisis dalam Prinsip

Penggunaan Tertinggi dan Terbaik

(Highest and Best Use Principle)

menggunakan kriteria kelayakan hukum, kelayakan fisik, kelayakan finansial dan memaksimalkan produktifitas.

KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

Tanah dan bangunan sebagai salah satu bidang investasi yang paling populer dan yang paling mantap karena cirinya yang dapat melawan inflasi. Dengan kata lain seorang investor yang menginvestasikan uangnya dalam bentuk tanah dan/atau bangunan tidak perlu bimbang dengan keselamatan modalnya (Hidayati, Harjanto 2001). Menurut Jayadinata (1999), yang dimaksud dengan tata guna tanah (land use) adalah pengaturan penggunaan tanah. Hal

tersebut perlu dilakukan mengingat

penggunaan tanah terkait erat dengan sistem aktivitas antara manusia sampai

dengan kelembagaan (institusi) yang

mempunyai kepentingan berbeda.

Penggunaan tanah tersebut pada dasarnya

bermuara pada satu tujuan yakni

menentukan pilihan penggunaan yang

terbaik. Oleh karena itu, studi ini didasarkan pada prinsip Penggunaan Tertinggi dan Terbaik pada sebidang tanah kosong.

Berdasarkan Undang-undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, yang dimaksud bangunan adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang diatas dan/atau didalam dan/atau air yang berfungsi

sebagai tempat manusia melakukan

(3)

Definisi masalah

Kemungkinan yang beralasan penggunaan legal dari tanah kosong atau properti yang dikembangkan, secara fisik dimmungkinkan, dapat dibenarkan secara wajar, secara hukum sah, secara finansial layak dan menghasilkan nilai tinggi.

Tinjauan Ekonomi dan alternatif penggunaan, tinjauan ekonomi, tapak dan lokasi

Analisis pasar

Untuk menetukan penggunaan tertinggi yang memungkinkan (proses penyaringan) 1. Produktifitas properti

- Atribut fisik - Atribut legal - Atribut lokasi

2. Permintaan dan penawaran

Analisis Keuangan Empat Tes 1. Fisik dimungkinkan 2. Peraturan dimungkinkan 3. Keuangan layak 4. Keuntungan maksimal Kesimpulan Dalam batas khusus 1. Penggunaan lahan 2. Waktu

3. Partisipasi pasar

tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus. Selain itu fungsi bangunan harus sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur dalam Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/ Kota.

Terdapat banyak definisi penggunaan

tertinggi dan terbaik, menurut Grissom (1983) yang mengutip dari The Society of

Residential (SSA), definisinya adalah satu

konsep penilaian yang dapat diaplikasikan ke tanah atau bangunan yang biasanya diartikan sebagai penggunaan tanah yang akan memaksimalkan kekayaan pemilik melalui penggunaan tanah yang paling menguntungkan. The Appraisal Institute (1999;2001), mendefinisikan penggunaan tertinggi dan terbaik sebagai kemungkinan penggunaan yang logis dan legal dari sebuah tanah kosong atau properti yang telah

ditingkatkan, yang memungkinkan secara fisik, wajar, dan memungkinkan secara keuangan sehingga memberikan nilai yang paling tinggi.

Berdasarkan definisi tersebut, maka dalam

menentukan penggunaan tertinggi dan

terbaik dari sebidang tanah kosong, harus

dilakukan tahapan pengujian yang

melibatkan 4 kriteria yaitu (The Appraisal

Institute,1999;2001):

1. Secara hukum diizinkan 2. Secara fisik Memungkinkan 3. Secara Finansial Layak 4. Berproduksi secara maksimal

Proses seleksi berdasarkan kriteria tersebut, harus dilakukan secara berurutan. Hal ini karena mungkin saja penggunaan dari aspek keuangan memungkinkan tapi dari aspek hukum dan aspek fisik tidak mungkin dilakukan.

Proses Analisis Penggunaan Tertinggi dan Terbaik (Highest and Best Use)

(4)

e d d d c

r

i

r

i

i

=

+

(

1

)

Uji Kelayakan Hukum

Uji ini merupakan tahap seleksi terhadap semua alternatif penggunaan dengan fokus pengujian pada beberapa sub kriteria berikut ini:

1. Pembatasan pribadi 2. Penetapan wilayah 3. Peraturan bangunan 4. Peraturan lingkungan Uji Kelayakan Fisik

Merupakan proses seleksi terhadap alternatif

penggunaan tanah dengan melibatkan

analisis pada sub kriteria yang terkait dengan kondisi fisik tanah, yaitu:

1. Ukuran dan bentuk

2. Kelapangan/Tingkat kedataran 3. Akses ke lokasi

4. Ketersediaan dan kapasitas fasilitas umum

Uji Kelayakan Keuangan

Proses pengujian pada kriteria ini

melibatkan beberapa analisis yang harus dilalui oleh sebuah alternatif yaitu :

1. Analisa permintaan dan penawaran

(Supply and Demand) untuk mengetahui

kondisi pasar properti rencana.

2. Analisa tingkat pengembalian atas modal

(rate of return) untuk mengetahui

kemampuan properti rencana dalam mengembalikan biaya investasinya.

Pada analisis ini, terdapat beberapa

perhitungan yang harus dilakukan yaitu : 1. Menghitung pendapatan kotor

masing-masing alternatif dari persewaan dan penjualan serta pendapatan dari sumber lainnya.

2. Menghitung biaya operasional, yang meliputi biaya variabel dan beban tetap. 3. Menghitung pendapatan bersih yang diperoleh dari pengurangan pendapatan kotor dikurangi biaya operasional.

4. Menghitung tingkat pengembalian

investasi (Internal Rate of Return / IRR) dengan persamaan sbb (Pujawan, 2004):

0 = − =PWR PWE NPW atau

= = = − N t N t t t P F i t E P F i t R 0 0 * 0 ) %, , / ( ) %, , / ( dimana

PWR = jumlah nilai sekarang pemasukan

PWE = jumlah nilai sekarang pengeluaran

Rt : penerimaan netto pada periode ke-t

Et : pengeluaran netto pada periode ke-t

5. Menghitung tingkat pengembalian modal

yang disyaratkan (MARR) dengan

menambahkan prosentase tertentu pada

cost of capital. COC ini dihitung dengan

persamaan (Sartono, A, 1999) :

dimana ic = cost of capital, rd = rasio

antara hutang dengan modal, id = tingkat

pengembalian modal pinjaman, dan

ie = tingkat pengembalian modal sendiri

Uji Produktifitas Maksimum

Dari penggunaan yang layak secara finansial, penggunaan yang menghasilkan nilai sisa tanah yang tertinggi dan konsisten dengan tingkat pengembalian yang dipersyaratkan adalah penggunaan tertinggi dan terbaiknya. Metode Penilaian Tanah adalah metode untuk menentukan nilai sisa tanah. Metode-metode tersebut yaitu:

1. Metode Perbandingan Data Pasar 2. Metode Penyisaan Tanah

3. Metode Ratio Nilai Total Properti terhadap Nilai Tanah.

4. Metode Pengembangan Tanah.

Adapun yang digunakan dalam studi ini adalah Metode Perbandingan Data Pasar dan Metode Penyisaan Tanah.

Metode Perbandingan Data Pasar

Metode ini digunakan untuk menghitung nilai pasar tanah tanpa pengembangan, yaitu dengan membandingkan data jual beli tanah yang sejenis dan melakukan penyesuaian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi nilai. Rumus Umum Metode Perbandingan Data Pasar : (Supriyanto)

DPP + P = NIP dimana:

DPP : data pasar tanah yang sejenis/ sebanding

P : penyesuaian

NIP : nilai indikasi tanah yang dinilai

Metode Penyisaan Tanah

Metode ini biasanya digunakan untuk mencari Nilai Pasar Tanah yang digunakan

(5)

NPT TKT

PBT=

sebagai bangunan komersial. Nilai Pasar Tanah dicari dengan rumus berikut :

TKB NPB PBB= × PBB PBP PBT= − dimana:

PBB = pendapatan bersih bangunan

NPB = nilai pasar bangunan

TKB = tingkat kapitalisasi bangunan

PBT = pendapatan bersih tanah

PBP = pendapatan bersih properti

TKT = tingkat kapitalisasi tanah

NPT = nilai pasar tanah

METODA PENELITIAN

Metodologi analisis pada studi ini secara umum menggunakan Prinsip Penggunaan Tertinggi dan Terbaik dengan 5 analisis yaitu:

1) Analisis uji validitas dan reliabilitas

untuk mengetahui apakah

pertanyaan-pertanyaan kuisioner mampu mengukur apakah data yang terkumpul valid atau tidak dan mengukur konsistensi alat ukur dalam penggunaannya, apabila digunakan berkali-kali pada waktu yang berbeda dalam menentukan jenis-jenis alternatif.

2) Analisis perkiraan nilai pasar tanpa

pengembangan dengan menggunakan

Metode Perbandingan Data Pasar.

3) Analisis penentuan alternatif jenis pemanfaatan lahan dengan menyebarkan kuesioner. kepada pejabat Eselon II, III, IV Pemda Kabupaten Gunungkidul, pelaku

usaha dan pedagang di Kabupaten

Gunungkidul dan tokoh masyarakat di Kecamatan Wonosari.

4) Analisis perkiraan nilai pasar lahan dengan pengembangan yang melibatkan kriteria dalam prinsip Penggunaan Tertinggi dan Terbaik yaitu secara hukum diizinkan, secara fisik memungkinkan, secara finansial layak dan berproduksi secara maksimal. Dan

5). Analisis penentuan jenis

pemanfaatan lahan terbaik dengan

membandingkan nilai pasar lahan tanpa pengembangan dan nilai pasar lahan dengan pengembangan yang telah diperoleh. Nilai tertinggi diantara seluruh nilai pasar lahan yang diperoleh merupakan penggunaan tertinggi dan terbaik pada lahan tersebut.

ANALISA DAN HASIL

Analisis Perkiraan Nilai Pasar Lahan Tanpa Pengembangan

Dengan menggunakan metode Perbandingan data Pasar, diperoleh tiga data lahan sebagai pembanding dengan karakteristik yang sama dengan properti yang dinilai, tetapi dengan waktu transaksi

berbeda-beda. Perhitungan nilai pasar lahan

dilakukan dengan metode Jumlah Rupiah

sebagaimana tampak pada Tabel 1.

Tabel 1. Market Data Grid tersebut menunjukkan bahwa penyesuaian dilakukan hanya pada waktu penjualan, dan lebar jalan.

No Elemen Perbandingan Properti

Subjek

Pembanding 1 Pembanding 2 Pembanding 3

1 2 3 4 5 6

1 Lokasi Pusat Kota Pusat Kota Pusat Kota Pusat Kota

2 Pembayaran Tunai Tunai Tunai Tunai

3 Lebar Jalan (m) 12 m 12 m 14 m 12 m

4 Elevasi Lahan Rata Dengan

Jalan Rata Dengan Jalan Rata Dengan Jalan Rata Dengan Jalan

5 Pemanfaatan Kosong Kosong Kosong Kosong

6 Waktu Penjualan --- 4 tahun yang

lalu 3 tahun yang lalu 3 tahun yang lalu 7 Harga Jual/m2 --- Rp. 225.000 Rp. 375.000 Rp. 285.000 8 Penyesuaian Waktu Penjualan Rp. 90.000 Rp. 112.500 Rp. 85.500

(6)

9 Harga Tersesuaikan Rp. 315.000 Rp. 487.500 Rp. 370.500

10 Penyesuaian Lokasi 0 0 0

11 Penyesuaian Pembayaran 0 0 0

12 Penyesuaian Pemanfaatan 0 0 0

13 Harga Tersesuaikan Rp. 315.000 Rp. 487.500 Rp. 370.500

14 Penyesuaian Lebar Jalan 0 - Rp. 117.000 0

15 Harga Tersesuaikan Rp. 315.000 Rp. 370.500 Rp. 370.500 16 Penyesuaian Elevasi 0 0 0 17 Harga Tersesuaikan Rp. 315.000 Rp. 370.500 Rp. 370.500 18 Total Penyesuaian Rp. 90.000 Rp. 4.500 Rp. 85.500 19 Nilai Indikasi Rp. 315.000 Rp. 370.500 Rp. 370.500 20 Pembebanan 30 % 30 % 40 % 21 Nilai Rp. 94.500 Rp. 111.150 Rp. 148.200 22 Nilai Pasar Rp. 353.850

Sumber : Hasil survey dan perhitungan

Penyesuaian waktu penjualan, berdasarkan data pada Badan Pertanahan Negara tentang rata-rata kenaikan harga per meter persegi lahan kosong di Kota Wonosari yaitu sebesar 10 % per tahun. Pada faktor lebar jalan, penyesuaian hanya dilakukan pada data pembanding 2 yang merupakan besaran

selisih perbedaan harga jual antara

pembanding 2 dengan 3 sebelum

penyesuaian dilakukan, mengingat kedua pembanding ini hampir identik kecuali pada lebar jalan. Pembebanan dilakukan pada masing-masing data pembanding dengan

ditentukan berdasarkan besarnya nilai

penyesuaian. Aturan yang digunakan adalah

bobot pembebanan yang lebih besar

diberikan bagi pembanding yang mempunyai perbedaan yang paling sedikit dengan properti yang dinilai. Hasil perhitungan

dengan di atas menunjukkan bahwa

besarnya harga pasar wajar dari lahan bekas

lokasi Terminal Dhaksinarga di Kota

Wonosari sebesar Rp. 354.000,-/m2.

Analisis Alternatif Pemanfaatan

Berdasarkan Persepsi Konsumen

Survey yang dilakukan pada tanggal tanggal 7 Desember 2007 sampai dengan 10Januari

2008 dengan melibatkan 176 sampel

terstratifikasi.

Hasil survey yang diperoleh adalah sebagai berikut :

1.Pusat jajanan serba ada dan taman kota. 2.Pusat oleh-oleh dan kerajinan khas

Kabupaten Gunungkidul. 3.Pusat perbelanjaan.

Analisis Perkiraan Nilai Pasar Lahan dengan Pengembangan

Uji Kelayakan Hukum

Analisis pada kriteria ini menunjukkan bahwa seluruh alternatif mampu memenuhi Persyaratan pada seluruh sub kriteria yang ada sehingga dinyatakan bahwa semua alternatif tersebut layak untuk di analisis pada kriteria berikutnya. Hasil keseluruhan pada tabel 2.

Tabel 2. Hasil Uji Kelayakan Hukum pada Masing-masing Alternatif Uji Kelayakan Hukum

Jenis Alternatif Pusat Jajanan Serba

Ada dan Taman Kota

Pusat Oleh-oleh & Kerajinan Khas Gunungkidul Pusat Perbelanjaan 1 2 3 4 * Pembatasan secara pribadi * Penetapan daerah * Aturan ttg bangunan * Peraturan Lingkungan Lulus Uji Lulus uji Lulus uji Lulus uji Lulus uji Lulus uji Lulus uji Lulus Uji Lulus uji Lulus uji Lulus uji Lulus uji

(7)

Uji Kelayakan Fisik

Berdasarkan hasil analisis di seluruh sub kriteria pada Uji Kelayakan Fisik yang telah dilakukan, maka kondisi dan keberadaan

lahan dan bangunan bekas Terminal

Dhaksinarga Wonosari pada dasarnya baik dan layak dari segi fisik untuk penggunaan berupa alternatif pusat jajanan serba ada dan taman kota dan pusat perbelanjaan. Sedangkan untuk alternatif Pusat Oleh-oleh dan Kerajinan Khas Kabupaten Gunungkidul, lahan ini tidak layak dari segi fisik khususnya pada sub kriteria ukuran lahan. Adapun hasil uji kelayakan fisik selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.

Uji Kelayakan Finansial

Analisa Permintaan dan penawaran Pusat Jajanan Serba ada dan Taman Kota

Berdasarkan analisa permintaan dan

penawaran terhadap fasilitas pusat jajanan serba ada dan taman kota yang telah dilakukan, tampak bahwa populasi penduduk di Kabupaten Gunungkidul dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang senantiasa

meningkat setiap tahun, merupakan

konsumen yang potensial untuk fasilitas pusat jajanan serba ada dan taman kota.

Hal tersebut tidak sejalan dengan

ketersediaan sarana pusat jajanan serba ada dan taman kota yang masih minim.

Oleh karena itu, maka perlu dilakukan

perencanaan bangunan fasilitas pusat

jajanan serba ada dan taman kota. Tabel 3. Hasil Uji Kelayakan Fisik pada Masing-masing Alternatif

Sub Kriteria Uji Kelayakan Hukum

Jenis Alternatif Pusat Jajanan Serba

Ada & Taman Kota

Pusat Oleh-oleh & Kerajinan Khas Gunungkidul

Pusat Perbelanjaan 1 2 3 4 * Ukuran * Bentuk * Kedataran/kelandaian * Ketersediaan dan kapasitas fasilitas publik Lulus uji Lulus uji Lulus uji Lulus uji Tidak Lulus Tidak Diuji Tidak Diuji Tidak Diuji Lulus uji Lulus uji Lulus uji Lulus uji

Sumber : Hasil Analisis

Analisa Permintaan dan penawaran Pusat Perbelanjaan

Berdasarkan analisa permintaan dan

penawaran terhadap fasilitas pusat

perbelanjaan di Kabupaten Gunungkidul

khususnya Kota Wonosari dengan

dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu : 1. Hampir 50 % Pegawai Negeri Sipil yang

bekerja di Kabupaten Gunungkidul tidak bertempat tinggal di Gunungkidul. 2. Berdasarkan data BPS tahun 2005

tentang jumlah Penduduk Kabupaten

Gunungkidul Prasejahtera/miskin

sebesar 304.635 jiwa (+ 45 %),

menunjukkan bahwa masyarakat

Gunungkidul masuk dalam kelompok masyarakat miskin.

3. Tingkat perekonomian masyarakat

Gunungkidul sangat mempengaruhi

terhadap perkembangan pusat

perbelanjaan yang bersifat modern.

Selain itu jarak antara Kota Wonosari dengan kecamatan disekitarnya yang cukup jauh membuat masyarakat sekitar untuk berbelanja ke Kota Wonosari sangat kecil.

4. Tepat disebelah utara lokasi lahan obyek penelitian telah berdiri Pasar Besole

yang merupakan pasar tradisional

dengan bangunan kios permanen seluas

17.000 m2. Dengan dibangunnya sebuah

pusat perbelanjaan, akan dapat

mematikan kehidupan perekonomian Pasar Besole.

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, untuk

pusat perbelanjaan di Kabupaten

Gunungkidul khususnya Kota Wonosari

kurang berkembang. Oleh karena itu, alternatif untuk membangun fasilitas pusat perbelanjaan di lahan dan bangunan bekas terminal Dhaksinarga Wonosari, dinyatakan tidak lulus sehingga tidak layak untuk dianalisa secara ekonomi dalam prinsip Penggunaan Tertinggi dan Terbaik.

(8)

Perencanaan Bangunan Pusat Jajanan Serba Ada dan Taman Kota

Rencana Komersilisasi Bangunan

Dengan menggunakan pendekatan besaran KDB (BC) sebesar 65 % (aturan KDB tidak melebihi 50 % - 75 %) diperoleh luas lantai

dasar bangunan sebesar sebesar 12.515 m2.

ketinggian bangunan untuk pujasera

direncanakan 1 lantai. Lahan tersebut untuk

2 fungsi manfaat yaitu sebesar 5.006 m2 (40

% dari lahan seluas 12.515 m2) dan Taman

kota sebesar 7.509 m2 (60 %,dari 12.515 m2 )

Dari luas lantai komersil bangunan sebesar

5.006 m2. Rencana luas lantai untuk

bangunan direncanakan akan di sewakan semua. Rencana harga sewa lantai bangunan ditentukan dengan pendekatan metode

Perbandingan Data Pasar. Properti

pembanding diambil dari 2 kota berbeda yakni parkir wisata Malioboro dan paar seni

Gabusan. Parkir wisata Malioboro

menerapkan harga sewa sebesar

Rp.365.000/m2/ tahun dan pasar seni

gabusan menerapkan harga sewa sebesar

Rp.225.000 /m2 /tahun. Dengan metode ini

diperoleh rencana harga sewa lantai

bangunan sebesar Rp. 300.000,- /m2 /tahun

Biaya Pembangunan

Biaya ini dihitung berdasarkan harga riil

pelaksanaan konstruksi di Kabupaten

Gunungkidul pada saat survey dilaksanakan (harga per bulan Desember 2007). Harga

fisik bangunan per meter perseginya

direncanakan sebesar Rp. 740.000,-/m2.

Biaya tersebut ditambah dengan biaya

lainnya sehingga jumlah biaya yang

diperlukan untuk pembangunan proyek ini

adalah sebesar Rp. 11.614.000.000,-

selengkapnya tampak pada Tabel 4.

Pendapatan Kotor Potensial (Future Gross

Income)

Pendapatan kotor diperoleh dari : a) Pendapatan Sewa lantai bangunan dengan

harga sewa Rp. 300.000/m2/tahun dan

tingkat penghuniannya direncanakan tahun ke–1 sebesar 75 %, tahun ke–2 sebesar 80 %, tahun ke–3 sebesar 85 %, tahun ke–4 sebesar 90 %, tahun ke–5 sebesar 95 % dan tahun ke– 6 sampai dengan akhir tahun rencana (tahun ke–20) sebesar 100 %. b) Tingkat inflasi tiap tahun diasumsikan sebesar 10 %, maka kenaikan harga sewa ditetapkan sebesar 10% setiap tahun. c) Pendapatan kotor potensial lainnya diasumsikan untuk setiap tahunnya tetap, sebesar 20 % pendapatan kotor

potensial persewaan. Dengan asumsi

tersebut, diperoleh proyeksi pendapatan kotor potensial sewa dan pendapatan potensial lainnya seperti pada Tabel 5. Tabel 4 Estimasi Biaya Pembangunan Pusat Jajan Serba Ada dan Taman Kota

Id Komponen Biaya Volume Harga (Rp)

A Biaya pembangunan fisik bangunan 12.515m2X Rp. 740.000 9.261.100.000

B Jasa konsultan dan keuntungan kontraktor 7,5 % X A 694.582.500

C Total Biaya pembangunan fisik bangunan A + B 9.955.682.500

D Biaya Bunga selama masa konstruksi 11 % X 0,65 C 711.831.299

E Biaya Perijinan (IMB dan IOB ) 3 % X C 298.670.475

F Keuntungan Developer 6,5 % X C 647.119.363

G Total Biaya Pembangunan C + D + E + F 11.613.303.640

Sumber : Hasil Survey dan Analisis

Kerugian Persewaan

Kerugian dan kekosongan persewaan dari properti ini diasumsikan sebesar 10 % dari pendapatan kotor potensial (pendapatan

kotor potensial persewaan ditambah

pendapatan potensial lainnya).

Biaya Operasional

Asumsi dan dasar pertimbangan yang

digunakan adalah besarnya biaya

operasional properti dengan asumsi sebesar 20 % dari Pendapatan Kotor Efektif Persewaan. Perhitungannya pada Tabel 6.

(9)

Dengan melakukan pengurangan Pendapatan

Kotor Efektif Properti dengan Biaya

Operasional Properti, maka diperoleh

besaran Pendapatan Bersih Operasional Properti. Seperti pada Tabel 6.

Pendapatan Bersih Operasional Properti

(NOI)

Dengan melakukan pengurangan Pendapatan

Kotor Efektif Properti dengan Biaya

Operasional Properti, maka diperoleh

besaran Pendapatan Bersih Operasional Properti

Tabel 5. Proyeksi Pendapatan Kotor Potensial, Kerugian Persewaan dan Pendapatan Kotor Efektif

Tahun Pendapatan Kotor

Potensial Pendapatan Kotor lainnya Total Pendapatan Kotor Potensial Kerugian Persewaan (Rp) Pendapatan Kotor Efektif (Rp) 1 3 (4 = 3 X 0,20) (5 = 3 + 4) (6 = 0,10 X 5) (7 = 5 - 6) 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 2 5,006 m2X 0.75 X Rp. 300,000 1,126,350,000 225,270,000 1,351,620,000 135,162,000 1,216,458,000 3 5,006 m2X 0.8 X Rp. 330,000 1,321,584,000 264,316,800 1,585,900,800 158,590,080 1,427,310,720 4 5,006 m2X 0.85 X Rp. 363,000 1,544,601,300 308,920,260 1,853,521,560 185,352,156 1,668,169,404 5 5,006 m2X 0.9 X Rp. 399,300 1,799,006,220 359,801,244 2,158,807,464 215,880,746 1,942,926,718 6 5,006 m2X 0.95 X Rp. 439,230 2,088,846,111 417,769,222 2,506,615,333 250,661,533 2,255,953,800 7 5,006 m2X 1 X Rp. 483,153 2,418,663,918 483,732,784 2,902,396,702 290,239,670 2,612,157,031 8 5,006 m2X 1 X Rp. 531,468 2,660,530,310 532,106,062 3,192,636,372 319,263,637 2,873,372,735 9 5,006 m2X 1 X Rp. 584,615 2,926,583,341 585,316,668 3,511,900,009 351,190,001 3,160,710,008 10 5,006 m2X 1 X Rp. 643,077 3,219,241,675 643,848,335 3,863,090,010 386,309,001 3,476,781,009 11 5,006 m2X 1 X Rp. 707,384 3,541,165,842 708,233,168 4,249,399,011 424,939,901 3,824,459,110 12 5,006 m2X 1 X Rp. 778,123 3,895,282,427 779,056,485 4,674,338,912 467,433,891 4,206,905,021 13 5,006 m2X 1 X Rp. 855,935 4,284,810,669 856,962,134 5,141,772,803 514,177,280 4,627,595,523 14 5,006 m2X 1 X Rp. 941,529 4,713,291,736 942,658,347 5,655,950,083 565,595,008 5,090,355,075 15 5,006 m2X 1 X Rp. 1,035,681 5,184,620,910 1,036,924,182 6,221,545,092 622,154,509 5,599,390,583 16 5,006 m2X 1 X Rp. 1,139,250 5,703,083,001 1,140,616,600 6,843,699,601 684,369,960 6,159,329,641 17 5,006 m2X 1 X Rp. 1,253,174 6,273,391,301 1,254,678,260 7,528,069,561 752,806,956 6,775,262,605 18 5,006 m2X 1 X Rp. 1,378,492 6,900,730,431 1,380,146,086 8,280,876,517 828,087,652 7,452,788,865 19 5,006 m2X 1 X Rp. 1,516,341 7,590,803,474 1,518,160,695 9,108,964,169 910,896,417 8,198,067,752 20 5,006 m2X 1 X Rp. 1,667,975 8,349,883,821 1,669,976,764 10,019,860,586 1,001,986,059 9,017,874,527 Perhitungan 2

Sumber : Hasil Perhitungan Internal Rate of Return (IRR)

Untuk mengetahui kelayakan alternatif

pusat perbelanjaan ini maka tingkat

pengembalian (IRR) akan dibandingkan

dengan tingkat pengembalian yang

dipersyaratkan atau Minimum Attractive

Rate of Return (MARR). Jika IRR lebih besar

daripada MARR maka alternatif ini akan dinyatakan lulus dalam uji kelayakan finansial tetapi jika IRR lebih kecil daripada

MARR maka alternatif ini akan dinyatakan tidak lulus.

IRR dihitung dengan cara interpolasi

berdasarkan nilai sekarang (NPW)

pendapatan bersih pada 2 tingkat bunga yang berbeda yakni 15 % dan 16 %.

Perhtungn msing-masing NPW tersebut

tampak pada Tabel 6, dan dai nilai NPW itu diperoleh nilai IRR sebesar 15,62 %.

(10)

Tabel 6 Rencana Biaya Operasional, Pendapatan Bersih dan Perhitungan NPV pada 15 % & 16% Tahun Pendapatan Kotor Efektif (Rp) Biaya Operasional (Rp) Pendapatan Bersih Operasional (Rp) D.F 15 % NPV 15 % (Rp) D.F 16 % NPV 16 % (Rp) 1 2 (3 = 0,20 X 2) (4 = 2 - 3) 5 (6 = 4 X 5) 7 (8 = 4 X 7) 0 0 0 0 1 (11.614.000.000) 1 (11.614.000.000) 1 0 0 0 0.8696 0 0.8621 0 2 1,216,458,000 243,291,600 973,166,400 0.7561 735,853,611 0.7432 723,221,165 3 1,427,310,720 285,462,144 1,141,848,576 0.6575 750,783,974 0.6407 731,534,052 4 1,668,169,404 333,633,881 1,334,535,523 0.5718 763,025,017 0.5523 737,052,089 5 1,942,926,718 388,585,344 1,554,341,374 0.4972 772,782,370 0.4761 740,042,159 6 2,255,953,800 451,190,760 1,804,763,040 0.4323 780,248,866 0.4104 740,751,011 7 2,612,157,031 522,431,406 2,089,725,625 0.3759 785,605,266 0.3538 739,406,636 8 2,873,372,735 574,674,547 2,298,698,188 0.3269 751,448,515 0.3050 701,161,465 9 3,160,710,008 632,142,002 2,528,568,006 0.2843 718,776,841 0.2630 664,894,492 10 3,476,781,009 695,356,202 2,781,424,807 0.2472 687,525,674 0.2267 630,503,398 11 3,824,459,110 764,891,822 3,059,567,288 0.2149 657,633,253 0.1954 597,891,153 12 4,206,905,021 841,381,004 3,365,524,017 0.1869 629,040,503 0.1685 566,965,749 13 4,627,595,523 925,519,105 3,702,076,418 0.2042 755,832,590 0.1452 537,639,934 14 5,090,355,075 1,018,071,015 4,072,284,060 0.1413 575,530,441 0.1252 509,830,972 15 5,599,390,583 1,119,878,117 4,479,512,466 0.1229 550,507,378 0.1079 483,460,405 16 6,159,329,641 1,231,865,928 4,927,463,713 0.1069 526,572,275 0.0930 458,453,832 17 6,775,262,605 1,355,052,521 5,420,210,084 0.0929 503,677,828 0.0802 434,740,703 18 7,452,788,865 1,490,557,773 5,962,231,092 0.0808 481,778,792 0.0691 412,254,115 19 8,198,067,752 1,639,613,550 6,558,454,202 0.0703 460,831,888 0.0596 390,930,626 20 9,017,874,527 1,803,574,905 7,214,299,622 0.0611 440,795,719 0.0514 370,710,076 714,250,801 (442,555,968)

Sumber: Hasil perhitungan

Minimum Attractive Rate of Return (MARR)

MARR adalah tingkat pengembalian minimum yang harus dipenuhi oleh investasi

tersebut. Dengan bunga atas modal

pinjaman sebesar 11 % dan tingkat bunga modal sendiri sebesar 15,62 % maka MARR dapat dicari dengan menambahkan suatu prosentase tetap pada biaya modal (cost of capital) pusat jajanan serba dan taman kota. Hasil diperoleh sebesar 13 %.

Dengan nilai IRR dan MARR yang diperoleh, maka alternatif membangun Pusat jajanan

serba ada dan taman kota dinyatakan layak secara keuangan dan lulus uji kelayakan finansial dalam prinsip Penggunaan Tertinggi dan Terbaik.

Hasil Uji Kelayakan Finansial

Pada uji kelayakan finansial, pusat jajanan serba ada dan taman kota dinyatakan lulus uji sedang pusat perbelanjaan dinyatakan tidak lulus. Selengkapnya tampak pada Tabel 7.

Tabel 7 Hasil Uji Kelayakan Finansial pada Masing-masing Alternatif

No Sub Kriteria Uji Kelayakan Finansial

Jenis Alternatif

Pusat jajanan serba ada dan taman kota Pusat Perbelanjaan 1.

2.

Permintaan dan penawaran Tingkat pengembalian modal

Lulus Lulus

Tidak Lulus Tidak Diuji Sumber : Hasil Analisis

Uji Produktifitas Maksimum Tingkat Kapitalisasi

Dengan asumsi bahwa tingkat kapitalisasi atas modal sendiri merupakan IRR, dan tingkat kapitalisasi atas modal pinjaman dicari dengan annuitas pada tingkat bunga sebesar 11 % , maka dengan metode Band of

Investment Method, atas proyek sebesar

13,63 %

Estimasi Nilai Pasar Lahan

Untuk menentukan nilai pasar lahan dan bangunan jika di atasnya dibangun pusat jajanan serba ada dan taman kota, asumsi dan batasan yang digunakan adalah : 1) Biaya pembangunan fisik Rp. 11.614.000.000 yang diasumsikan sama dengan Nilai Pasar

(11)

Bangunan dianggap baru. 2) MARR 13 % nilai Pendapatan Bersih Properti sebesar Rp. 2.970.000.000,-. 3) Tingkat Kapitalisasi Bangunan 13,63 %. 4) Tingkat Kapitalisasi Tanah sama dengan MARR yakni 13 %. Hasil akhir dari uji kelayakan produktifitas adalah nilai pasar lahan dan bangunan bekas

lokasi Terminal Dhaksinarga di Kota

Wonosari jika di atas lahan tersebut dibangun fasilitas pusat jajanan serba ada dan taman kota sebesar Rp. 10.670.000.000,

sebesar Rp. 555.000,-/m2.

Analisis Penentuan Jenis Pemanfaatan Lahan Terbaik

Berdasarkan analisis yang telah telah dilakukan menghasilkan 2 nilai pasar lahan. jika lahan dibiarkan kosong maka nilai pasar

lahan tersebut sebesar Rp. 354.000,-/m2.

Jika di atas lahan tersebut dibangun fasilitas berupa pusat jajanan serba ada dan taman kota, maka nilai pasar lahan sebesar

Rp. 555.000,-/m2.

Maka penggunaan tertinggi dan terbaik pada lahan dan bangunan bekas lokasi Terminal Dhaksinarga di Kota Wonosari adalah membangun fasilitas pusat jajanan serba ada dan taman kota.

KESIMPULAN

Dari hasil studi yang telah dilakukan maka kesimpulan yang dapat diambil sbb:

1. Lahan dan bangunan bekas terminal Dhaksinarga Wonosari yang dibangun sudah berumur 34 tahun. Menurut umur ekonomis bangunan sudah tidak layak, maka untuk alih fungsi pemanfaatan

semua bangunan harus dibongkar.

Pemerintah dan masyarakat Kabupaten Gunungkidul memiliki pandangan yang

beragam tentang bentuk alternatif

pemanfaatan pada lahan tersebut.

Namun dari beragam alternatif tersebut, terdapat 3 alternatif yang menduduki peringatan tertinggi yaitu:

a. Pusat jajanan serba ada dan taman kota.

b. Pusat oleh-oleh dan kerajinan khas Kabupaten Gunungkidul.

c. Pusat perbelanjaan.

2. Analisis dengan Prinsip penggunaan

wa pemanfaatan yang terbaik adalah membangun pusat jajanan serba ada dan taman kota yang menghasilkan nilai

pasar lahan sebesar Rp. 555.000,-/m2.

DAFTAR PUSTAKA

Bappeda Kabupaten Gunungkidul (2006), ”Laporan Rencana Detail Tata Ruang

Kota Wonosari Tahun 2007 – 2011”,

Gunungkidul.

BPS Kabupaten Gunungkidul, (2006),

“Kabupaten Gunungkidul Dalam Angka, 2006”, BPS, Gunungkidul.

Fanniing, S.F, Terry V.G, and Thomas D.P, (1994), Market Analysis for Valuation

Appraisals, Appraisal Institute Chicago,

lllinois.

Grissom, T.V, (1983), “ The Sematic Debate:

Highest and Best Use vs Most Probable Use”, The Appraisal Journal,

Hidayati W dan Harjanto B, (2001), Konsep

Dasar Penilaian Properti, BPFE, Yogyakarta

Jayadinata, J.T, (1999), Tata Guna Tanah

dalam Perencanaan Pedesaan, Perkotaan dan Wilayah, ITB Bandung

Pujawan, I.N, (2004), Ekonomi Teknik, Edisi Pertama Cetakan Kedua, Guna Widya, Surabaya.

Sartono, A, (1999), Manajemen dan

Keuangan Teori dan Aplikasi, Edisi ke 3,

BPFE, Yogyakarta.

Supriyanto, B, Rekayasa Penilaian, MAPPI, Jakarta

Supriyanto, B, Rekayasa Penilaian Lanjutan, MAPPI, Jakarta

The Appraisal Institute, (1999), The

Appraisal of Real Estate, Eleven Edition.

Chicago, lllinois.

Wijaya, A, (2006), Analisa Penentuan

Pemanfaatan Lahan Bekas Lokasi Pasar Sentral di Kota Bulukumba, Tesis Pasca

Sarjana, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.

Gambar

Tabel  1.  Market  Data  Grid  tersebut  menunjukkan  bahwa  penyesuaian  dilakukan  hanya  pada waktu penjualan, dan lebar jalan
Tabel 2. Hasil Uji Kelayakan Hukum pada Masing-masing Alternatif   Uji Kelayakan Hukum
Tabel 3.  Hasil Uji Kelayakan Fisik pada Masing-masing Alternatif  Sub Kriteria Uji
Tabel 4 Estimasi Biaya Pembangunan Pusat Jajan Serba Ada dan Taman Kota
+3

Referensi

Dokumen terkait

Terkait dengan permasalahan yang penulis angkat mengenai keabsahan BAP penyidikan saksi yang dijadikan sebagai alat bukti surat dalam surat tuntutan yang dibuat

Kriteria Inklusi Ekslusi Population / Problem Jurnalnasional dan international yang berhubunganden gantopikpenelitiy akniregulasi emosi dan intensitas nyeri haid Selain

Latihan keterampilan ini merupakan kegiatan penerapan teori pengetahuan yang diperoleh dari beberapa keterampilan kegiatan ekstrakurikuler. Setiap siswa diharapkan

Dari hasil analisis yang dilakukan maka diperoleh solusi permasalahan dengan membuat game bernuansa lokal yang menarik yang mengambil tema dari salah satu cerita legenda

(2) Lingkup kerja Fasilitator dan Operator Komputer diatur dalam Kerangka Acuan Kerja, Pedoman Umum (Pedum), Petunjuk Pelaksanaan (Juklak), PTO Generasi Sehat dan

(3) Inspektur, Sekretaris, Kepala Sub Bagian, Inspektur Pembantu Wilayah dalam lingkungan Inspektorat dalam melaksanakan tugasnya, melakukan pengawasan,

Pencapaian kompetensi pada praktik kepemimpinan dan manajemen keperawatan sesuai dengan Pencapaian kompetensi utama lulusan Ners antara lain peserta didik