• Tidak ada hasil yang ditemukan

KRISTINA NOVITA SARI. S NIM. P

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KRISTINA NOVITA SARI. S NIM. P"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

i

STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN

JALAN NAFAS PADA AN. A DENGAN INFEKSI SALURAN

PERNAFASAN ATAS (ISPA) DI RUANG BAKUNG

RS PANTI WALUYO SURAKARTA

DI SUSUN OLEH:

KRISTINA NOVITA SARI. S

NIM. P. 10032

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

(2)

i

STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN

JALAN NAFAS PADA AN. A DENGAN INFEKSI SALURAN

PERNAFASAN ATAS (ISPA) DI RUANG BAKUNG

RS PANTI WALUYO SURAKARTA

Karya Tulis Ilmiah

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

DI SUSUN OLEH :

KRISTINA NOVITA SARI. S

NIM. P. 10032

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

(3)

ii

SURAT PERYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Kristina Novita Sari. S

NIM : P. 10032

Program Studi : Diploma III Keperawatan

Judul Karya Tulis Ilmiah : ASUHAN KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS PADA AN. A

DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ( ISPA ) DI RUANG BAKUNG RS PANTI

WALUYO SURAKARTA.

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan akademik yang berlaku

Surakarta, April 2013 Yang Membuat Peryataan

KRISTINA NOVITA SARI. S NIM. P. 10032

(4)

iii

LEMBAR PERSETUJUAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Kristina Novita Sari. S

NIM : P. 10032

Program Studi : Diploma III Keperawatan

Judul Karya Tulis Ilmiah : ASUHAN KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS PADA AN. A

DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ( ISPA ) DI RUANG BAKUNG RS PANTI

WALUYO SURAKARTA.

Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Ditetapkan di : Surakarta

Hari/ Tanggal : Jumat / 7 – Juni – 2013

Pembimbing : Noor Fitriyani, S. Kep., Ns. ( ... ... ) NIK. 201187085

(5)

iv

HALAMAN PENGESAHAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Kristina Novita Sari. S

NIM : P. 10032

Program Studi : Diploma III Keperawatan

Judul Karya Tulis Ilmiah : ASUHAN KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS PADA AN. A

DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ( ISPA ) DI RUANG BAKUNG RS PANTI

WALUYO SURAKARTA.

Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Ditetapkan : Surakarta

Hari / Tanggal : Senin / 10 Juni 2013

DEWAN PENGUJI

Penguji I : Noor Fitriyani, S. Kep., Ns (……….) NIK: 201187085

Penguji II : Siti Mardiyah, S. Kep.,Ns (……….) NIK: 201183063

Penguji III : Tyas Ardy S., S. Kep.,Ns (……….) NIK: 201185077

Mengetahui,

Ketua Program Studi DIII keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Setiyawan, S.Kep. Ns NIK. 201084050

(6)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS PADA AN. A DI RUANG BAKUNG RS. PANTI WALUYO SURAKARTA.”

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:

1. Bapak Setiyawan, S.Kep.,Ns, selaku Ketua Program Studi DIII keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.

2. Ibu Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns, selaku Sekretaris Ketua Program Studi DIII keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.

3. Ibu Noor Fitriyani, S.Kep.,Ns, selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai penguji I yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.

(7)

vi

4. Ibu Siti Mardiyah, S.Kep.,Ns selaku penguji II yang telah memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.

5. Ibu Tyas Ardi S., S.Kep.,Ns selaku penguji III yang telah memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.

6. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu yang bermanfaat.

7. Kedua orang tuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk menyelesaikan program pendidikan.

8. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.

Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan. Amin

Surakarta, April 2013

(8)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix DAFTAR LAMPIRAN ... x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Tujuan Penulisan ... 4 C. Manfaat penulisan ... 5

BAB II LAPORAN KASUS A. Identitas Klien ... 6

B. Pengkajian ... 6

C. Perumusan Masalah Keperawatan ... 10

D. Perencanaan Keperawatan ... 10

E. Implementasi Keperawatan ... 11

(9)

viii

BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

A. Pembahasan ... 16 B. Simpulan ... 25 C. Saran ... 26 Daftar Pustaka

Lampiran

(10)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(11)

x

LAMPIRAN

Lampiran I Look Book

Lampiran II Format Pendelegasian

Lampiaran III Surat Keterangan Pengambilan Data

Lampiran IV Asuhan Keperawatan

Lampiran V Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

(12)

1

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Word Health Organitation (WHO) tahun 2003, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah merupakan salah satu penyakit penyebab kematian ke-4 didunia yang diperkirakan sebanyak 15 juta terjadi pada anak usia di bawah lima tahun setiap tahunnya (Yamin dkk, 2006).

Menurut Departemen Kesehatan (Depkes) tahun 2000, kejadian penyakit ISPA di Indonesia masih cukup tinggi terutama pada Balita. Sekitar 20% sampai 30% kematian anak Balita disebabkan oleh penyakit ISPA. Berbagai faktor risiko yang dapat meningkatkan insiden ISPA pada Balita antara lain: umur < 2 bulan, gizi kurang, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), tidak mendapat ASI yang cukup, polusi udara, kepadatan tempat tinggal, imunisasi yang tidak memadai, defisiensi vitamin A, pemberian makanan tambahan terlalu dini dan ventilasi rumah yang kurang (Prasasti dkk, 2005).

Kasus ISPA di Puskesmas Nanjung Mekar Bandung, merupakan penyakit yang setiap tahun menempati urutan pertama dari sepuluh pola penyakit rawat jalan dan mengalami peningkatan (Yamin dkk, 2006).

ISPA adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun riketsia, tanpa atau disertai radang parenkim paru. ISPA disebabkan oleh virus. Virus yang menyebabkan ISPA terdapat 10-100 kali lebih banyak didalam mukosa

(13)

2

2

hidung dari pada mukosa faring ( Alasagaf dan Mukty, 2005). Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) tahun 1999, Manifestasi klinis ISPA dapat berupa batuk, kesulitan bernafas, sakit tenggorokan, pilek, demam dan sakit telinga (Nurhidayat dkk, 2008).

ISPA disebabkan oleh lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan ricketsia. Virus merupakan penyebab tersering infeksi saluran nafas. Pada paparan pertama virus akan menyebabkan mukosa membengkak dan menghasilkan banyak lendir, sehingga akan menghambat aliran udara melalui saluran nafas. Batuk merupakan mekanisme pertahan tubuh untuk mengeluarkan lendir keluar dari saluran pernafasan. Bakteri dapat berkembang dengan mudah dalam mukosa yang terserang virus, sehingga hal ini menyebabkan infeksi sekunder yang akan menyebabkan terbentuknya nanah dan memperburuk penyakit (Nurhidayat dkk, 2008).

Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21%pada tekanan 1 atmosfir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh. Oksigen (O2) merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Kebutuhan oksigen (O2) dan pertukaran gas merupakan salah satu kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia. Pemenuhan kebutuhan oksigen dan pertukaran gas merupakan kebutuhan dasar manusia secara fisiologis yang sangat penting, bermanfaat atau diperlukan untuk menjaga homeostasis dan kehidupan itu sendiri (Saryono dan Widianti, 2010).

(14)

3

3

Gangguan oksigenasi dapat berupa perubahan pola napas, hipoksia, dan

obstruksi pernapasan. Hal ini bila terjadi pada anak yang mengalami ISPA,

maka perlu ditangani dengan baik dan tepat. Jika ISPA tidak sembuh dalam satu minggu dan daya tahan tubuh anak sedang menurun, maka ISPA yang sebelumnya hanya menginfeksi saluran napas atas ini bisa merembet ke saluran napas bawah, sehingga mengakibatkan gangguan pada sistem pernafasan. Gangguan pada sistem pernafasan menyebabkan kadar oksigen atau suplai dalam tubuh (sel) tidak adekut, yang akhirnya berakibat ke kematian jaringan bahkan dapat mengancam kehidupan (Mubaraq dan Chayatin, 2005).

Hasil pengkajian di ruang Bakung pada An. A dengan ISPA di Rumah Sakit (RS) Panti Waluyo Surakarta, didapatkan data subjektif dari Ny. N mengatakan bahwa An. A kurang lebih 1 minggu mengalami batuk, disertai dahak yang sulit keluarkan, pilek dan deman. Data objektif, An. A terlihat batuk disertai dahak yang sulit dikeluarkan pada pemeriksaan paru ditemukan ekspansi dada simetri dan datar tidak ada penggunaan otot bantu nafas dan tidak ada retraksi, palpasi vokal fremitus paru kanan dan kiri sama, perkusi sonor, Auskultasi suara nafas terdapat suara tambahan ronkhi basah dilobus kanan atas, pernafasan 30x permenit dengan irama irreguler.

Berdasarkan kasus di atas maka penulis tertarik untuk melakukan studi kasus yang berjudul “Asuhan Keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Pada An. A dengan ISPA di Ruang Bakung Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta”.

(15)

4

4

B. Tujuan Penulis

1. Tujuan Umum

Melaporkan kasus ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada An. A dengan ISPA di RS Panti Waluyo Surakarta.

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada An. A dengan ISPA.

b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada An.A dengan ISPA.

c. Penulis mampu menyusun rencana Asuhan Keperawatan ketidakefektifan jalan nafas pada An. A dengan ISPA.

d. Penulis mampu melakukan implementasi ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada An. A dengan ISPA.

e. Penulis mampu melakukan evaluasi ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada An. A dengan ISPA.

f. Penulis mampu menganalisa kondisi ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada An. A dengan ISPA.

C. Manfaat

1. Bagi Penulis

a. Mengetahui informasi serta mampu menerapkan asuhan keperawatan tentang pemenuhan kebutuhan oksigensi pada pasien ISPA, sehingga dapat mengembangkan wawasan penulis.

(16)

5

5

b. Mendorong penulis untuk mengembangkan diri, berpandangan luas, serta bersikap profesional dalam memberikan asuhan keperawatan anak khususnya pada pasien ISPA.

2. Bagi Institusi : a. Rumah Sakit

Dapat memberikan informasi tentang asuhan keperawatan anak pada pasien dengan pemenuhan kebutuhan oksigenasi, khususnya pada pasien ISPA sehingga perawat dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan lebih optimal serta meningkatkan ketrampilan dalam memberikan penatalaksanaan yang lebih baik pada pasien ISPA. Perawat mampu bersikap profesional dalam memberikan asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada pasien ISPA.

b. Institusi Pendidikan

Sebagai informasi kepada mahasiswa tentang asuhan keperawatan anak pada pasien ISPA, sehingga dapat memberikan gambaran tentang penatalaksanaan pemenuhan oksigenasi pada pasien ISPA.

(17)

6

BAB II

LAPORAN KASUS

Pada bab ini akan disampaikan laporan asuhan keperawatan pada An. A dengan ISPA yang dilakukan tanggal 22 – 24 April 2013 di ruang Bakung RS Panti Waluyo Surakarta. Laporan asuhan keperawatan meliputi pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

A. Identitas Klien

Klien dengan inisial An. A, berjenis kelamin laki-laki, umur 9 bulan, An. A lahir pada tanggal 21-07-2012, beragama Islam, alamat Kartasura. Penanggung jawab klien adalah Ny. N, umur 43 tahun, pendidikan SI, pekerjaan guru. Hubungan dengan klien adalah ibu sekaligus informan dan tinggal 1 rumah dengan klien.

B. Pengkajian

Pengkajian di lakukan pada tanggal 22 April 2013 jam 12.15 WIB, pada kasus ini diperoleh dengan cara auto anamnesa dan allo anamnesa. Keluhan utama, ibu pasien mengatakan An. A batuk disertai dahak yang sulit dikeluarkan. Riwayat kesehatan sekarang ibu pasien mengatakan sejak 1 minggu yang lalu sebelum masuk rumah sakit An. A mengalami batuk disertai dahak yang sulit dikeluarkan, pilek dan badannya panas. Saat

(18)

7

7

dilakukan pemeriksaan pernafasan 32x permenit irama nafas tidak teratur (irreguler) nadi 132x permenit, pemeriksaan diauskultasi terdengar suara nafas tambahan ronkhi basah di lobus kanan atas. dan dokter mendiagnosa ISPA dan setelah dari IGD dipindahkan di Ruang Bakung.

Riwayat kesehatan masa lalu: dari pengkajian kehamilan, Ny.N mengatakan An. A lahir dengan kehamilan cukup bulan, Persalinan dengan

sectio caesaria atas indikasi panggul sempit. Saat lahir kondisi An. A sehat,

dengan BB = 3000 gram. Sebelumnya An. A pernah sakit seperti : demam, batuk dan pilek, dan tidak mempunyai alergi pada makanan maupun obat – obatan. Imunisasi yang sudah diberikan Hepatitis, BCG, DPT, Polio, namun imunisasi campak belum diberikan. Pertumbuhan dan perkembangan An. A sekarang, berat badan 10 kilogram, panjang badan 63cm, lingkar kepala 46cm, lingkar dada 46cm, lingkar lengan atas 11cm. Kebiasaan khusus An. A suka mengigit jari dan menghisap jempol.

Riwayat kesehatan keluarga: ibu An. A mengatakan dalam keluarga tidak ada mempunyai penyakit keturunan seperti: Jantung, DM dan HT. Ayah pasien mempunyai kebiasaan merokok.

(19)

8

8

An. A ( umur 9 bulan)

Gambar 2. 1. Genogram An. A Keterangan : : Meninggal : Laki-laki : Perempuan : Pasien : Tinggal serumah

Status nutrisi, An. A dari lahir sampai sekarang diberikan susu formula. Makanan pendamping ASI diberikan pada An. A mulai usia 6 bulan. Pada status nutrisi sekarang sebelum sakit An. A makan 3 kali sehari dengan 1/ 2 porsi habis. Menu makanan terdiri dari nasi bubur atau pun biskuit. Minum air putih 4 sampai 5 gelas perhari sedangkan susu formula diberikan kurang lebih 3 x @120cc perhari, sedangkan selama sakit keluarga klien mengatakan

(20)

9

9

klien makan 3 kali sehari dengan 1/ 2 porsi habis. Menu makanan terdiri dari bubur yang terbuat dari beras, minum 3 sampai 4 gelas perhari dan minim susu formula 3 x @120cc botol tergantung keinginan ibu dalam memberikan susu formula pada An A. Untuk status gizi An. A dengan perhitungan Z - Score, berat badan berdasarkan umur = WAZ = BB – Median

SD upp

=10 – 9 = 1 =1 (gizi normal) 1,00 1,00

Hasil pemeriksaan fisik dan penilaian keadaan umum An. A baik. Tingkat kesadaran pasien sadar penuh (composmentis) dengan nilai Gaslow Coma Scale (GCS) = 15 (Eyes4, Motorik5, Verbal6), Pemeriksaan paru:

inspeksi paru pengembangan dada kanan-kiri simetris, palpasi vocal fremitus

kanan kiri sama, saat diperkusi bunyi paru sonor, dan saat diauskultasi terdengar suara nafas tambahan ronkhi basah di lobus kanan atas. Tanda- tanda vital pada hasil pemeriksaan suhu tubuh 378 o C, respirasi 30 kali per menit irama nafas tidak teratur ( irreguler ), denyut nadi 132 kali per menit.

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 22 April 2012 didapatkan hasil hemoglobin 10,0 g/dl (N P:12-16 g/dl, Lk: 14-18 g/dl). Hematokrit 31,1 % (N P: 38-47 % Lk : 40-54 %), basofil 1,5 % ( N 0-1%), neutrofil 18 % ( N 29-72% ), limfosit 369.000 % ( N 360.000-520.000% ), monosit 17,8 % ( N 0-5% ). mch 20 pg (N: 28-31 pg).

Terapi Pengobatan yang diperoleh An. A pada tanggal 22-24 April 2013 yaitu kalfoxime 3 x 200 mg, lameson 3 x 1/5 125 mg, puyer yang berisi

(21)

10

10

ocuson 0,25 mg dan mucosulvan 0,25 mg, syirup sanmol (jika panas) ½ sendok takar ( 1 sendok takar = 5 ml, 5 ml=120 mg ) dan infus Rl 15 menit perjam. Pada hari ketiga An. A mendapatkan terapi yaitu, sanmol 3 x 1 sendok takar ( 1 sendok takar = 5 ml, = 125 mg ), dan puyer 3 x 1 bungkus yang berisi ocuson 0,25 mg dan mucosulvan 0,25 mg. Nebulizer setiap 6 jam dengan komposisi Ventolin 1,25 mg + Pulmicort 0,6 mg.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan analisa data dengan hasil : data subyektif : Klien mengeluh batuk disertai dahak yang sulit dikeluarkan. Data obyektif, klien terlihat batuk berdahak pilek terus menerus, terdapat suara nafas tambahan ronkhi basah di lobus kanan atas, irama napas tidak teratur dan frekuensi pernapasan 30 kali permenit, nadi 132x permenit, suhu 37,80C. Hasil analisa data diatas, maka penulis menganalisa diagnosa keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas sebagai prioritas utama.

D. Intervensi Keperawatan

Berdasarkan masalah keperawatan di atas, maka penulis membuat tujuan dan kriteria hasil berdasarkan kriteria SMART ( Spesifik, Measurable,

Achievable, Reasonable, Time), setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 3x24 jam diharapkan masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas dapat teratasi, dengan kriteria hasil: batuk klien berkurang dahak keluar

(22)

11

11

dengan encer, irama reguler dan frekuensi pernafasan dalam rentang normal (20-30 kali per menit), auskultasi tidak terdengar suara nafas tambahan / suara nafas bersih.

Intervensi atau rencana tindakan keperawatan yang akan penulis lakukan, dengan rasional yaitu kaji ulang karakteristik batuk pasien dan pantau tanda - tanda vital, dengan rasional : tanda-tanda vital merupakan indikator penting untuk mengetahui perkembangan keadaan klien, rasional : untuk mengetahui karakteristik batuk, lakukan auskultasi suara nafas pada bagian dada anterior dan posterio dengan rasional, : untuk mengetahui adanya bunyi suara tambahan, anjurkan asupan cairan oral atau air hangat , rasional: mencukupin kebutuhan cairan dalam tubuh, dan kaloborasi dengan dokter dalam pemberian terapi bronkidilator, rasional: sebagai substansi anti bakterial dan sebagai preparat yang menyebabkan dilantasi bronkus.

E. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan atau tindakan keperawatan dilakukan selama 3 hari. Hari pertama pada tanggal 22 April 2013 pada jam 12.30 WIB memantau status keadaan umum pasien respon subyektif: respon objektif: An A tidak rewel dan tampak tidur. Mengkaji karakteristik batuk klien respon subjektif: Ny.N mengatakan An. A batuk, data onjektif: dahak yang sulit dikeluarkan, frekuensi 30 kali per menit irama nafas tidak teratur, fokal fremitus sama antara kanan dan kiri, suhu 37,80 C nadi 132x permenit. Pada jam 12.35 WIB memberikan tindakan nebulizer respon subyektif : keluarga

(23)

12

12

mengatakan klien batuk, respon obyektif : terdapat suara napas tambahan

ronkhi, di lobus kanan atas dan dahak belum keluar, ventolin ½ dan pulmicort

½

sudah masuk. Pada jam 12.45 WIB menganjurkan keluarga untuk memberikan klien air putih hangat, respon subyektif : keluarga menyetujui respon obyektif : klien terlihat minum air putih hangat dibantu keluarga. Pada jam 13.00 WIB Kolaborasi dengan dokter pemberian obat sesuai indikasi, respon subyektif : keluarga menyetujui, respon obyektif : klien tampak di njeksi kalfoxime 3 x 200 mg, lameson 3 x 1/5 125 mg masuk secara intra vena, puyer yang berisi ocuson 0,25 mg dan mucosulvan 0,25 mg, syirup sanmol 1sendok takar ( 1 sendok takar = 5 ml, 5 ml=120 mg ) masuk secara oral.

Tindakan keperawatan pada tanggal 23 April 2013, Pada jam 08.00 WIB memantau status keadaan umum pasien respon subyektif: respon objektif: An A tidak rewel dan tampak tidur. mengkaji karakteristik batuk klien respon subjektif: mengatakan An. A batuk, dahak sulit dikeluarkan, dan pilek frekuensi 28x permenit nadi 122x permenit, fokal fremitus sama antara kanan dan kiri, irama napas tidak teratur suhu 36,70 C. Pada jam 08.05 WIB memberikan tindakan nebulizer respon subyektif : keluarga mengatakan klien masih batuk, respon obyektif : terdapat suara napas tambahan ronkhi, di lobus kanan atas dan dahak belum keluar, ventolin ½ dan pulmicort ½ sudah masuk. Pada jam 08.20 WIB menganjurkan keluarga untuk memberikan klien air putih hangat, respon subyektif : keluarga menyetujui respon obyektif : klien terlihat minum air putih hangat dibantu keluarga. Pada jam 08.25 WIB

(24)

13

13

menganjurkan asupan cairan oral atau susu formula, respon subjektif: Ny.N mengatakan bersedia, data obyektif: An. A terlihat minum banyak.Pada jam 13.00 WIB Kolaborasi dengan dokter pemberian obat sesuai indikasi, respon subyektif : keluarga menyetujui, respon obyektif : klien diinjeksi kalfoxime 3 x 200 mg, lameson 3 x 1/5 125 mg masuk secara intra vena, puyer yang berisi ocuson 0,25 mg dan mucosulvan 0,25 mg masuk secara oral.

Tindakan keperawatan pada tanggal 24 April 2013 yaitu pada jam 08.00 WIB memantau status keadaan umum pasien respon subyektif: -, respon objektif: An A tidak rewel. mengkaji karakteristik batuk klien respon subjektif: mengatakan An. A batuk, dahak yang sulit dikeluarkan, dan pilek frekuensi 25 kali per menit, fokal fremitus sama antara kanan dan kiri, irama napas tidak teratur suhu 36,50 C, nadi 116x permenit. Pada jam 12.35 WIB memberikan tindakan nebulizer respon subyektif : keluarga mengatakan klien masih batuk, respon obyektif : terdapat suara napas tambahan ronkhi, di lobus kanan atas dahak keluar sedikit, konsitensi kental warna kekuningan, ventolin ½ dan pulmicort ½ sudah masuk. Pada jam 12.45 WIB menganjurkan keluarga untuk memberikan klien air putih hangat, respon subyektif : keluarga menyetujui respon obyektif : klien terlihat minum air putih hangat dibantu keluarga. Pada jam 13.00 WIB Kolaborasi dengan dokter pemberian obat sesuai indikasi, respon subyektif : keluarga menyetujui, respon obyektif : klien tampak diinjeksi kalfoxime 3 x 200 mg, lameson 3 x 1/5 125 mg masuk secara intra vena, puyer yang berisi ocuson 0,25 mg dan mucosulvan 0,25 mg, masuk secara oral.

(25)

14

14

F. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi yang dilakukan penulis dengan menggunakan metode Subjektif, Objektif, Analisa, dan Planing (SOAP). Evaluasi hari pertama tanggal 22 April 2013 jika hasil dari evaluasi respon telah diuraikan pada sub bab sebelumnya (implementasi). Evaluasi hasil dilakukan sesuai dengan tujuan dari masing – masing intervensi pada diagnosa keperawatan yang muncul.

Evalusi pada hari senin tanggal, 22 April 2013, jam 13.00 Wib didapatkan hasil data Subjektif: Ny. N mengatakan An. A batuk, dahak yang sulit dikeluarkan, data Objektif: An. A tampak diam, denyut nadi 132 kali per menit, frekuensi nafas 30 kali permenit irama nafas tidak teratur, fokal fremitus sama antara kanan dan kiri, ada suara nafas tambahan ronchi basah di lobus kanan atas, ekspansi (pengembangan dada normal), klien batuk, disertai dahak belum keluar. Hasil Analisa masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas belum teratasi. Intervensi yang di lanjutkan monitor vital sign, lakukan tindakan nebulizer, anjurkan minum air hangat, kolaborasi dengan dokter pemberian terapi nebulizer.

Evaluasi pada hari selasa tanggal 23 April 2013, jam 13.00 Wib didapatkan hasil data Subjektif: Ny. N mengatakan An. A batuk, disertai dahak yang sulit dikeluarkan, dan pilek An. A rileks, data Objektif: tampak masih batuk, frekuensi nafas 28 kali permenit irama nafas tidak teratur, ada suara tambahan ronchi basah, ekspansi (pengembangan dada normal), suhu : 36,7 oC, nadi : 122 kali per menit, dahak belum keluar, irama nafas tidak

(26)

15

15

teratur. dari data Analisa tersebut maka disimpulkan masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas belum teratasi, intervensi dilanjutkan adalah kaji pola nafas (frekuensi, irama, suara tambahan), monitor vital sign, lakukan tindakan nebulizer, kolaborasi dengan dokter pemberian terapi nebulizer.

Evaluasi pada hari rabu tanggal 24 April 2013, jam 13.00 Wib didapatkan hasil data Subjektif: Ny. N mengatakan An. A tidak menangis, masih batuk dan pilek, data Objektif: tampak batuk, dan dahak sudah keluar sedikit, konsitensi kental warna kekuningan, suhu : 36,5o C, nadi : 116 kali per menit, fokal fremitus sama antara kanan dan kiri, ada suara tambahan ronkhi basah, frekuensi nafas 25 kali permenit irama nafas tidak teratur, ekspansi (pengembangan dada normal), setelah pemberian terapi nebulizer dahak sedikit keluar, konsitensi kental warna kekuningan. dari data Analisa tersebut maka disimpulkan masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas teratasi sebagian, intervensi masih dilanjutkan, observasi TTV klien, berikan tindakan nebulizer, anjurkan minum air putih hangat.

(27)

16

BAB III

PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

A. Pembahasan

Pada bab ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatn ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada An. A dengan ISPA yang dilakukan pada tanggal 22-24 April 2013 di ruang Bakung RS Panti Waluyo. Asuhan keperawatan meliputi tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Penulis akan membahas adanya kesesuaian dengan kesenjagan antara kasus dengan teori dan berfokus pada pemenuhsn kebutuhan dasar manusia.

1. Pengkajian

Tahap selanjutnya adalah pengkajian. Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi, dan komunikasi data tentang klien. Pengkajian adalah langkah awal dari tahapan proses keperawatan. Dalam mengkaji, harus memperhatikan data dasar pasien. Informasi yang didapat dari klien (sumber data primer), data yang didapat dari orang lain (data sekunder), catatan kesehatan klien, informasi atau laporan laboratorium, tes diagnostik, keluarga dan orang yang terdekat atau anggota tim kesehatan merupakan pengkajian data dasar (Hidayat A, 2003).

Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi yang disebabkan mikroorganisme di struktur saluran napas atas yang tidak berfungsi untuk pertukaran gas, termasuk rongga hidung, faring dan laring. Penyakit yang

(28)

17

termasuk dalam ISPA antara lain pilek, faringitis atau radang tenggorok,

laringitis, dan influenza tanpa komplikasi (Corwin, 2009).

Keluhan utama, ibu pasien mengatakan An. A batuk disertai dahak yang sulit dikeluarkan. Riwayat kesehatan sekarang ibu pasien mengatakan sejak 1 minggu yang lalu An. A mengalami batuk, disertai dahak yang sulit dikeluarkan, pilek dan badannya panas, hasil pemeriksaan dari IGD klien tampak lemas. Nadi 132 kali permenit, suhu 37,8 0C respirasi 32 kali per menit dengan irama napas tidak teratur.

Hasil pemeriksaan fisik di atas, dapat dilihat bahwa tanda gejala yang sering dijumpai pada pasien dengan ISPA adalah rinitis, nyeri tenggorokan, batuk-batuk dengan dahak kuning atau putih kental, nyeri retrosternal dan

konjunctivitis. Suhu badan meningkat antara 4-7 hari, disertai malaise, mialgia, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah-muntah dan insomnia. Pada

tahap ISPA ada beberapa sindrom yaitu sindrom korisa, sindrom faring, sindrom faringkonjungtiva, sindrom influenza, sindrom herpangina dan sindrom laringotrakeobronkitis obstruktif akut. Beberapa sindrom di atas yang paling sering dijumpai adalah sindroma influensa yang ditandai batuk, lemah badan, malaise, anoreksia, panas badan, nyeri tenggorok. Penyakit ISPA pada anak-anak umumnya sama seperti orang dewasa, menyebabkan inflamasi dan pembengkakan pada saluran pernapasan. Tanda gejala yang terjadi pada anak-anak akan lebih nyata karena saluran napas lebih sempit daripada orang dewasa sehingga anak-anak lebih rentan untuk terjadi sumbatan jalan napas (Alsagaff dan Mukty, 2006).

(29)

18

Pemeriksaan fisik adalah mengukur tanda-tanda vital dan pengukuran lainnya. Pemeriksaan serta pemeriksaan semua bagian tubuh. Pemeriksaan fisik menggunakan teknik inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi (Potter dan Perry, 2005 : 159). Hasil pengkajian fisik pada klien didapatkan Pemeriksaan keadaan umum pasien baik, sadar penuh (composmetis), tanda-tanda vital nadi 132 kali per menit, suhu 37,80 C pernafasan 30 kali per menit irama napas tidak teratur, Pada pemerikasaan hidung, simetris, tidak ada luka, sedikit ada sekret dan pemeriksaan paru : inspeksi paru pengembangan dada kanan-kiri simetris, palpasi vocal fremitus kanan kiri sama, saat diperkusi bunyi paru sonor dan saat di auskultasi terdengar suara nafas tambahan ronkhi basah di lobus kanan atas.

Pasien ISPA akan timbul penyempitan atau tersumbatnya saluran pernafasan. Semua jenis infeksi mengaktifkan respon imun dan inflamasi, sehingga terjadi pembengkakan pada jaringan yang terinfeksi. Reaksi inflamasi menyebabkan peningkatan produksi mukus yang berperan menimbulkan ISPA, yaitu kongesti sehinga muncul gejala hidung tersumbat,

sputum berlebihan, dan rabas hidung atau pilek (Hartono dan Rahmawati,

2012).

Pada infeksi saluran pernapasan akut terjadi peradangan selaput lendir sekitar tenggorokan dan terdapat bintik-bintik yang melekat berwarna kuning atau putih. Hal tersebut mengakibatkan menyempitnya atau tersumbatnya saluran pernapasan, Sekret yang terakumulasi akan mengakibatkan sumbatan pada saluran nafas, Tubuh mengkompensasinya

(30)

19

dengan cara meningkatkan usaha napas, ditandai dengan perubahan frekuensi dan irama napas (Handayaningsih, 2009).

Pemerikasaan darah hemoglobin 10,0 g/dl (N P:12-16 g/dl, Lk: 14-18 g/dl). Hematokrit 31,1 % (N P: 38-47 % Lk : 454 %), basofil 1,5 % ( N 0-1%), neutrofil 18 % ( N 29-72% , monosit 17,8 % ( N 0-5% ). mch 20 pg (N: 28-31 pg).

2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan penulis, dapat ditegakkan diagnosa keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas. Hal ini ditandai dengan data subjektif : ibu An. A mengatakan An. A batuk disertai dahak yang sulit dikeluarkan, data objektif : An. A tampak diam, dan lemas, saat diauskultasi terdapat suara napas tambahan (ronkhi basah) dilobus kanan atas, batuk tidak efektif dan pernafasan 30x permenit irama nafas tidak teratur, nadi 132x permenit, suhu tubuh 37,70 C.

Ketidakefektifan bersihan jalan napas adalah ketidakmampuan dalam membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk menjaga bersihan jalan napas. Batasan karakteristik dari ketidakefektifan bersihan jalan napas adalah batuk yang tidak efektif, penurunan bunyi napas, suara napas tambahan (rales, crakles, ronkhi, wheezing), sputum dalam jumlah berlebih, sianosis, kesulitan bicara, mata terbuka lebar, perubahan frekuensi napas, perubahan irama napas, dan gelisah (Nanda, 2010).

(31)

20

Ketidakefektifan bersihan jalan napas tidak efektif adalah suatu keadaan ketika individu mengalami suatu ancaman nyata atau potensial pada status pernapasan karena ketidakmampuannya untuk batuk secara efektif. Diagnosis ini ditegakkan jika terdapat tanda mayor berupa ketidakmampuan untuk batuk atau kurangnya batuk atau ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekret dari jalan napas, tanda minor yang mungkin ditemukan untuk menegakkan diagnosis ini adalah bunyi napas abnormal,

stridor dan perubahan frekuensi irama dan kedalaman napas (Anas Tamsuri,

2004 : 63). 3. Intervensi

Menurut tujuan keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan suatu tindakan yang dapat diukur berdasarkan kemampuan dan kewenangan perawat. Penulis dalam menentukan tujuan dan kriteria hasil kasus di atas didasarkan pada metode SMART. S : Spesifik, tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda. M : Measureble, tujuan keperawatan harus dapat diukur, khususnya tentang perilaku klien, dapat dilihat, didengar, diraba, dirasakan dan dibau. A : Achievable, tujuan harus dapat dicapai, R :

Reasonable, tujuan harus dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, T : Time,mempunyai batasan waktu yang jelas (Nursalam, 2003).

Adapun tujuan dan kriteria yang telah ditetapkan oleh penulis adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas dapat teratasi, dengan kriteria hasil; klien menunjukkan pembersihan jalan napas efektif, dahak keluar

(32)

21

dengan encer, irama teratur dan frekuensi pernafasan dalam rentang normal (20-30 kali per menit), auskultasi tidak terdengar suara nafas tambahan ronkhi.

Di dalam teori, permasalahan utama yang terjadi pada pasien dengan ketidakefektifan bersihan jalan nafas. Karena keluhan utama yang dirasakan adalah batuk dan dahak yang sulit dikeluarkan ssehingga harus segera diatasi agar kebutuhan oksigenasi pasien terpenuhi.

Intervensi adalah rencana keperawatan yang akan penulis rencanakan kepada klien sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan sehingga kebutuhan klien dapat terpenuhi. Berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah dicetuskan maka penulis menyusun intervensi yang telah disesuaikan dengan NIC, kaji ulang karakteristik batuk pasien dan pantau tanda - tanda vital, rasional : tanda-tanda vital merupakan indikator penting untuk mengahui perkembangan suhu klien, rasional : untuk mengetahui karakteristik batuk, lakukan auskultasi suara nafas pada bagian dada

anterior dan posterior, rasional, : untuk mengetahui adanya bunyi suara

tambahan, anjurkan minum air putih hangat, rasional: mengencerkan dahak, kaloborasi dengan dokter dalam pemberian bronkidilator, rasional: sebagai substansi anti bakterial dan sebagai preparat yang menyebabkan dilatasi bronkus (Wilkinson, 2006).

4. Implementasi

Berdasarkan intervensi yang telah direncanakan, adapun implementansi yang telah dilakukan pada tanggal 22 – 24 April 2013 adalah

(33)

22

mengkaji ulang karakteristik batuk pasien dan pantau tanda – tanda vital, tanda-tanda vital merupakan indikator penting untuk mengetahui perkembangan suhu dan keadaan klien dan mengatahui jenis batuk klien (Nanda, 2010).

Implementasi yang ke-2 melakukan auskultasi suara nafas pada bagian dada anterior dan posterior. Auskultasi suara nafas pada dada, untuk mengetahui adanya bunyi suara tambahan (Wilkikinson, 2006).

Implementasi ke-3 Menganjurkan keluarga untuk memberikan air minum yang hangat, Menurut Wong (2008), pemberian minum air hangat efektif merupakan salah satu untuk menurunkan viskositas sekresi atau mengencerkan sekret.

Implementasi yang ke-4 memberi terapi bronkodilator sesuai advis dokter: terapi inhalasi dengan Ventolin dan pulmicort menggunakan perbandingan 1:1 , melalui nebulizer. Obat oral syirup sanmol 3 x 1 sendok takar ( 1 sendok takar = 5 ml, = 125 mg ), dan puyer 3 x 1 bungkus.

Terapi inhalasi adalah pemberian obat secara langsung ke dalam saluran napas melalui penghisapan. Terapi pemberian ini, saat ini makin berkembang luas dan banyak dipakai pada pengobatan penyakit-penyakit saluran napas. Berbagai macam obat seperti antibiotik, mukolitik, anti inflamasi dan bronkodilator sering digunakan pada terapi inhalasi (Yamin dkk., 2006).

(34)

23

5. Evaluasi

Dalam tahap evaluasi penulis menggunakan metode SOAP. S: Subyektif data, O: Obyektif data, A: Analisis atau Assesment dan P: planning Setelah melalukan implementasi diatas selama 3 hari dari tanggal 22–24 April 2013 didapatkan evaluasi pada tanggal 23 April 2012 masalah belum teratasi subyektif : keluarga klien mengatakan klien masih batuk pilek dahak yang sulit dikeluarkan. Obyektif : klien terlihat masih batuk dan pilek, frekuensi pernapasan 30 kali permenit, irama napas tidak teratur, dahak belum bisa keluar, analisa: masalah belum teratasi, intervensi dilanjutkan. Masalah belum teratasi dikarenakan penyakit klien sendiri yang sudah masuk pada tahap sindroma influensa sehingga menyebabkan penumpukan sekret yang berat dan mengakibatkan sumbatan jalan napas. Hal ini di tambah dengan keadaan klien yang masih berumur 9 bulan sehingga intervensi ajarkan batuk efektif yang berfungsi untuk pengeluaran sekret tidak dapat dilakukan.

Evaluasi pada tanggal 24 April 2012 masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas teratasi sebagian, yang ditandai dengan, subyektif : Ny. N mengatakan An. A tidak menangis, masih batuk dan pilek, data Objektif: tampak masih batuk, dahak keluar sedikit, konsintensi kental warna kekuningan, suhu : 365 oC, nadi : 116 kali per menit, fokal fremitus sama antara kanan dan kiri, ada suara tambahan ronkhi, frekuensi nafas 25 kali permenit, ekspansi ( pengembangan dada normal ), irama nafas tidak teratur setelah pemberian terapi dan dahak sedikit keluar, konsitensi kental warna

(35)

24

kekuningan. Masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas teratasi sebagian, observasi ku pasien dan TTV, berikan tindakan nebulizer dan ajurkan minum iar putih hangat.

B. Simpulan

Dari uraian bab pembahasan, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

a. Hasil pengkajian yang telah dilakukan penulis pada tanggal 24 April 2013 data subjektif ibu pasien mengatakan keluhan utama yang dirasakan An. A adalah batuk, disertai dahak dan pilek terus menerus, data objektif frekuensi pernapasan 25 kali permenit, irama napas tidak teratur, terdapat suara napas tambahan ronki basah di lobus kanan atas.

b. Diagnosa keperawatan utama pada An. A adalah ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas.

c. Intervensi keperawatan : kaji karakteristik batuk, anjurkan minum air putih hangat, lakukan auskultasi dada anterior dan posterior, kaloborasi dengan dokter pemberian obat sesuai dengan advis dokter.

d. Tindakan keperawatan pada tanggal 22-24 April 2013 berdasarkan rencana keperawatan yang telah dibuat, antara lain mengkaji ulang karakteristik batuk efektif pasien dan memantau tanda – tanda vital, melakukan tindakan

nebulizer mengauskultasi dada anterior dan posterior, menganjurkan

minum air hangat, mengkaloborasi dengan dokter pemberian obat sesuai dengan advis dokter.

(36)

25

e. Pada tahap akhir, penulis mengevaluasi kepada pasien setelah tindakan keperawatan yang dilakukan selama tiga hari. Hasil eveluasi pada tanggal 24 April 2013 yaitu data Subjektif: Ny. N mengatakan An. A tidak menangis, masih batuk dan pilek, data Objektif: tampak batuk, dan dahak sudah keluar sedikit, konsitensi kental warna kekuningan, suhu : 365 oC, nadi : 116 kali per menit, fokal fremitus sama antara kanan dan kiri, ada suara tambahan ronkhi basah, frekuensi nafas 25 kali permenit irama nafas tidak teratur, ekspansi (pengembangan dada normal), setelah pemberian terapi nebulizer dahak sedikit keluar, konsitensi kental warna kekuningan. dari data Analisa tersebut maka disimpulkan masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas teratasi sebagian, intervensi masih dilanjutkan, observasi TTV klien, berikan tindakan nebulizer, anjurkan minum air putih hangat.

f. An. A dengan ISPA didapatkan masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas. Selama pengelola asuhan keperawatan 3x24 jam, masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas teratasi sebagian, sehingga intervensi dilanjutkan.

C. Saran

Dengan memperhatikan kesimpulan di atas, penulis dapat memberi saran sebagai berikut :

(37)

26

a. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan dapat memberikan pelayanan kepada pasien lebih optimal dan meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Memberikan kemudahan dalam pemakaian sarana dan prasarana yang merupakan fasilitas bagi mahasiswa untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan ketrampilannya dalam melalui praktik klinik dan pembuatan laporan.

c. Bagi Penulis selanjutnya

Diharapkan penulis dapat menggunakan atau memanfaatkan waktu lebih efektif, sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan pada klien secara optimal.

(38)

27

DAFTAR PUSTAKA

Alsagaff hood, Mukty Abdul, (2006), Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru, Penerbit Airlangga University Press, Surabaya.

Anom, dkk. 2006. Deperterminan Sanitasi Rumah Dn Sosial Ekonomi Keluarga

Terhadap Kejadian ISPA Pada Anak Balita Serta Manajemen

Penanggulangannya Di Pukesmas http : //

Jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/Jurnal/10308141146.pdf diakses pada tanggal 30 April 2013

Corwin, Elisabeth J, (2009), Baku Saku Patofisiologi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Handayani isti,dkk (2009), Dokumentasi Keperawatan “DAR” Panduan, Konsep,

dan Aplikasi, Penerbit Mitra Cendikia Jogjakarta.

Hartono, Rahmawati, (2012), ISPA Gangguan Pernafasan Pada Anak ,Nuha Medika: Yogjakarta.

Hidayat A. Aziz Alimul, (2003), Pengantar Dokumentasi Proses Keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Mubara Wahit Iqbal, Chayatin Nurul, (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar

Manusia Teori dan Aplikasi Dalam Praktik, Penerbit Buku Kedokteran

EGC, Jakarta.

Nursalam, (2003), Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Klinik, Penerbit Salemba Medika, Jakarta.

Nurhidayah, Fatimah, dkk. 2008. Upaya Keluarga Dalam Pencegahan Dan

perawatan ISPA Di Rumah Pada Balita Di Kecematan Ciawai Kabupaten

Tasimakalaya http : //eprints.up.ac.id/1443/1/6_ Fatimah_Nurhidayah.pdf

Diakses pada tanggal 28 April 2013

Potter Patricia A, Perry Anne Griffin, (2005), Buku Ajar Fundamental

Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik Edisi 4 Volume 1, Penerbit

Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Saryono, dkk 2010. Kebutuhan Dasar Manusia Oksigenasi dalam Suatu Asuhan

Keperawatan, Penerbit Bahtera Buku, Jogjakarta

Sarasvati Kine, (2010), Menjadi Dokter Bagi Anak Anda, Penerbit Bahtera Buku, Jogjakarta

(39)

28

Tamsuri Anas, (2008), Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Pernafasan. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Wilkinson Judith M, (2006), Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi

Nic dan Kriteria Hasil Noc, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Wong, Donna L. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong Edisi 6 Vol.2. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Yamin, Susanti dan Sulastri 2006 Kebiasaan Ibu Dalam Pencegahan Primer

Penyakit ISPA Pada Balita Keluarga Non Gakin Di Desa Nanjung Mekar Wilayah Kerja Pukesmas Nanjung Mekar Kabupaten Bandung. http :

//Journal.unair.ac.id/filler PDF/KESLING-1-2-02. Pdf. Diakses pada tanggal 30 April 2013.

Gambar

Gambar 2. 1.                                                                              Genogram An

Referensi

Dokumen terkait

Nama Dokter yang tidak kerjasama dengan Allianz dalam pelayanan Rawat Jalan dan Rawat Inap : 1. Sudarto

Dari hasil identifikasi dan simulasi yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa algoritma adaptif yang dirancang dapat bekerja dengan baik dan perlu diimplementasikan

Setelah nilai kecocokan diperoleh maka aplikasi ini akan menghitung nilai total integral dari setiap penyakit yang terpilih kemudian akan dilakukan proses perankingan dan nilai

Unit ini berlaku untuk elemen memeriksa program kerja dalam melakukan separasi fluida reservoir, memeriksa kondisi dan lokasi unit separasi fluida

Diriwayatkan oleh At Tabrani dari sahabat Al Muqotthom bin Al Miqdam Radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa aalihi wa shohbihi wa sallam

Penelitian ini menggunakan teknik analisis framing dengan konsep Entman kepada dua media online di Indonesia yaitu Sindonews.com dan Mediaindonesia.com, dalam

Misalnya, jika harga penjualan dari suatu produk termasuk jumlah yang dapat diidentifikasikan untuk jasa lanjutan, maka jumlah tersebut ditangguhkan dan diakui sebagai

Kriteria inklusi dalam peneliatan ini yaitu pasien dewasa di bangsal rawat inap penyakit dalam yang terdiagnosa infeksi saluran kemih akibat kateterisasi periode