• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I P E N D A H U L U A N

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I P E N D A H U L U A N"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

P E N D A H U L U A N

I.1. Latar Belakang

Kehidupan manusia selalu mempunyai batas, karena tidak ada yang abadi di dunia ini. Seperti ungkapan di dalam artikel sekilas karawitan karya Wiyono Undung Wasito, SS. “Dalam kepercayaan Jawa, mereka membagi tahapan siklus kehidupan manusia ini ke dalam 3 bagian utama atau lebih dikenal dengan Konsep tigaan, yaitu Purwa – Madya – Wasana. Purwa itu artinya awal, Madya artinya tengah, dan Wasana artinya akhir. Purwa mempunyai arti awal kehidupan manusia yang ditandai dengan kelahiran, Madya adalah masa menapak kehidupan semenjak dewasa hingga menjelang tua, sedangkan Wasana adalah kala senja seseorang hingga sampai akhirnya. Semua orang Jawa ingin selalu diingatkan bahwa tidak ada yang abadi di dunia ini, karena itu perjalanan hidup manusia Jawa ini selalu dimainkan dalam setiap awal pertunjukan wayang.

Keberadaan kesehatan sama dengan keberadaan kehidupan. Karena kesehatan adalah inti dan modal dari seseorang untuk terus hidup. Manusia adalah mahluk ciptaan Tuhan yang paling agung, tetapi manusia tetap memiliki keterbatasan yang sama dengan mahluk lainnya. Tidak selamanya manusia selalu sehat, ada saatnya manusia dapat jatuh sakit dan kemudian meninggal, seperti yang terlihat di dalam skema di bawah ini:

Sembuh Sembuh Sekarat Meninggal Sehat Sakit

Sakit berat Penyakit Fase akhir Proses kematian

Point of no return

(Titik tanpa balik kehidupan)

Gambar 1.1. Skema proses manusia sehat hingga meninggal

Sama hal nya dengan kelahiran, kematian merupakan proses normal yang harus dialami manusia. Perbedaan diantara keduanya adalah makna yang terkandung di dalamnya. Kelahiran menandai kedatangan seseorang di dalam dunia, sedangkan kematian menandakan kepergian seseorang dari dalam dunia. Kedua peristiwa ini sangat penting di dalam kehidupan manusia, karena itu keduanya memerlukan perhatian dan fasilitas khusus yang mampu mengakomodasi kebutuhannya masing-masing.

(2)

Peristiwa kematian sebagai peristiwa yang sifatnya global, artinya dapat menyerang siapa saja. Tidak hanya manula, orang dewasa, anak-anak dapat mengalami peristiwa ini. Seperti ada contoh kasus di Amerika seperti di bawah ini :

a. Children are not supposed to get sick or to die, but they do.

b. Over 50,000 children die each year in the United States alone. (Sumber : CHI Resources , Children Hospice International Resources )

Melihat dari banyaknya kasus yang telah menimpa anak-anak, maka dibutuhkan fasilitas yang secara khusus mampu mengakomodasi kebutuhan anak.

Indonesia sebagai negara berkembang mempunyai karakteristik yang berbeda dengan negara maju. Sebagai negara berkembang, Indonesia lebih menitikberatkan kepada persoalan ekonomi (Peningkatan & pertumbuhan ekonomi) sehingga hal-hal lain diluar pembahasan mengenai hal tersebut, terabaikan.

Melihat dari permasalahan di atas dapat disimpulkan :

1. Proses kematian dapat menimpa siapa saja (dari segala usia). 2. Proses kematian sifatnya sama penting dengan proses kelahiran.

3. Indonesia sebagai negara berkembang belum mempunyai fasilitas persiapan kematian.

Karena itu, dibutuhkan penyediaan fasilitas khusus yang mampu mengakomodasi proses persiapan kematian yang mengandung nilai-nilai kualitas kehidupan bagi anak-anak di wilayah Indonesia.

I.2. Perumusan Masalah

Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang berproses ke arah negara maju belum mempunyai fasilitas khusus yang mengakomodasi kematian bagi anak-anak dengan pendekatan penyakit yang terdiagnosa Life-limiting illness.

Sebagai kesatuan dari kelompok masyarakat terkecil di dalam sebuah negara, keluarga adalah elemen terpenting yang mampu memberikan dukungan dan kontribusi kepada perkembangan setiap anggota keluarganya. Karena itu pertolongan yang akan diberikan kepada anak-anak yang sudah terdiagnosa Life-limiting illness tidak hanya kepada penderita saja, tetapi juga kepada seluruh keluarganya karena karakteristik keluarga yang mengalami kondisi demikian biasanya bersifat isolatif (tertutup) dari masyarakat lainnya. Karena itu, sudah menjadi tujuan dari pengadaan fasilitas ini untuk :

(3)

2. Memberikan serangkaian proses penyembuhan dan penguatan secara mental, spiritual terhadap seluruh keluarga dari penderita.

Permasalahan yang akan dipecahkan di dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana menciptakan sebuah fasilitas yang mampu mendukung pelayanan untuk mempersiapkan kematian dengan penuh kebahagiaan, kekekalan, dan penghormatan baik bagi penderita, maupun keluarganya di wilayah Indonesia”.

I.3. Batasan Masalah

Dasar pembatasan yang akan digunakan di dalam fasilitas ini :

1.Batasan golongan dalam hal kultur sosial, ekonomi, budaya dan pendidikkan (Mengingat Indonesia merupakan negara berkembang yang sifatnya heterogen, sehingga walaupun sifat dari fasilitas ini sosial, namun sangat sulit jika tidak memberikan batasan, karena setiap golongan mempunyai tingkat kebutuhan yang berbeda).

2.Batasan usia.

3.Batasan pendekatan agama.

4.Batasan dalam pendekatan pelayanan kesehatan yang akan diberikan.

Indonesia sebagai kategori negara berkembang mempunyai banyak perbedaan dalam hal kultur sosial, ekonomi, budaya dan pendidikkan. Karena itu, dibutuhkan pemikiran khusus mengenai batasan-batasan tertentu yang mampu mengakomodasi pengguna dengan beragam perbedaan. Dalam kasus ini saya akan membatasi kelompok pengguna yang akan menggunakan fasilitas ini dalam kategeori kelas menengah.

Dalam batasan usia, saya akan membatasi penelitian saya di dalam wilayah penelitian mengenai anak-anak. Usia Anak-anak yang akan di berikan perawatan mulai dari usia 0 hingga 14 tahun, hingga kelanjutan usia anak-anak akhir – remaja (14-19 tahun), tanpa perbedaan kelamin, baik pria maupun wanita.

Alasan saya mengapa menggambil subyek penelitian mengenai anak-anak, karena :

1. Anak-anak mempunyai pendekatan penanganan yang berbeda dengan orang dewasa, sedangkan fasilitas dengan pendekatan terhadap proses persiapan kematian bagi anak-anak belum ada di Indonesia.

2. Jika dikaitkan dengan ilmu psikologis, Anak-anak sedang berada di dalam masa pertumbuhan. Di dalam masa ini, anak-anak masih belum menemukan jati dirinya. Sedangkan bagi orang tua, anak-anak merupakan sebuah harapan yang baru. Maka,

(4)

ketika anak-anak harus terdiagnosa Life-limiting illness maka saat inilah dukungan dan pertolongan dari orang lain yang mampu membuat mereka bertahan.

Seperti ada contoh kasus (di Amerika) orang tua yang mempunyai anak tervonis

Life-limiting illness : “Keluarga yang mempunyai anak dengan kondisi Life-Life-limiting illness

mempunyai pengalaman stress tingkat tinggi, termasuk tekanan emosional, sosial, spiritual, dan keuangan. Tekanan ini seringkali membuat kekuatan seluruh keluarga menjadi lemah, kadang-kadang menghasilkan disfungsional terhadap kedinamisan keluarga, tekanan keuangan, dan perceraian. Studi yang dilakukan oleh Edmarc Children Hospice menyatakan bahwa 75% keluarga yang mempunyai anak dengan kondisi yang akan meninggal terancam mengalami perceraian”.

Dalam batasan pendekatan agama, saya akan membatasi penelitian saya dengan memberikan pelayanan rohani, mental dan spiritual berbasiskan pendekatan agama Kristen Protestan.

Penyakit yang membuat penderita mengalami kondisi Life Limiting Illness tergolong sangat banyak, contohnya kanker, aids, leukimia, dsbnya. Namun pada kesempatan penelitian kali ini, penulis tidak akan membatasi pedekatan penyakit, karena masing-masing penyakit mempunyai penanganan kesehatan yang terlalu beragam.

Dalam batasan mengenai pelayanan kesehatan yang akan diberikan, sifatnya akan berbanding terbalik dengan fasilitas yang disediakan oleh Rumah Sakit. Di dalam Fasilitas ini,

- (75%) Pelayanan yang akan diberikan sifatnya mental, spiritual, rohani - (15%) Pelayanan yang sifatnya terapi fisik

- (10%) Pelayanan medis

Sifat dari serangkaian proses pelayanan yang akan diberikan di dalam fasilitas ini sifatnya “Palliative Care”, (Perawatan yang bertujuan untuk mengurangi rasa sakit / symptom control dibandingkan dengan usaha penyembuhan).

(5)

I.4. Kerangka Penelitian

Man, Health, Space TINJAUAN TEORITIS DESAIN

Studi banding, Wawancara

Standart kebutuhan fasilitas Program Aktivitas

HIPOTESA

Identifikasi Masalah

Penelaah masalah fisik pengguna Perencanaan fasilitas dan spesifikasi desain

Kriteria Konsep

Konsep Design ANALISA MASALAH

(6)

1.5. Metodologi Penelitian

Bedasarkan permasalahannya, penelitian desain interior ini menekankan kepada hal yang menyangkut teori dan kenyataan atau kecenderungan perkembangannya saat ini. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan menggunakan metode deskriptif dan metode korelasional yang merupakan kelanjutan dari metode deskriptif dengan mencari hubungan antara variabel yang diteliti. Dalam kasus ini, fasilitas ini termasuk kedalam kategori budaya baru dengan desain yang baru atau new design dengan sifat fiktif. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Kajian teoritis, yang mempunyai tujuan untuk mencari bahasan tentang : -Definisi mengenai kesehatan dan usaha perawatan kesehatan manusia -Mengetahui definisi dan jenis perawatan yang bersifat Palliative

-Mengetahui karakteristik perilaku pengguna melalui penggunaan teori psikologi -Mengetahui definisi Healing Environment dan usaha-usaha untuk menciptakan suasana

tersebut, khususnya bagi anak-anak

2. Studi banding dan survey, dilakukan dengan meninjau fasilitas yang sudah ada 3. Wawancara dengan pihak-pihak terkait, seperti :

-Para profesional yang sudah berpengalaman dalam menciptakan Healing

environment seperti, (Dokter anak, perawat, psikologi, Therapist, Pemuka agama, desainer

interior yang sudah pernah membuat fasilitas kesehatan).

- Pihak keluarga, untuk mengetahui perasaan dan sudut pandang orang tua.

I.6. Kerangka Teoritis

MAN

- Karakteristik dan kebutuhan penderita - Mengetahui cara untuk menciptakan Secara umum yang sedang menghadapi sebuah desain ruang yg berbasiskan Kematian. tema “Healing Environment”. - Mengenal pendekatan secara

Medis berbasiskan perawatan “Palliative Care”.

- Mengenal beragam pelayanan secara psikologis menggunakan pendekatan (rohani)mental dan spiritual untuk mengatasi trauma dan depresi.

Gambar 1.2. Skema Kerangka Teoritis

Tinjauan teoritis akan menggunakan metode tema yang berhubungan dengan

Man-Health-Space dan berlandaskan kajian ilmu Psikologi (Behaviour) agar desain yang diciptakan

mampu mengakomodasi kebiasaan dan kebutuhan pengguna.

BEHAVIOUR

(7)

1.7. Sistematika Penulisan

Penelitian desain interior ini terdiri dari empat bab yang disusun melalui sistematika penulisan sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan, bab pendahuluan terdiri dari :

1.Latar belakang masalah, menjelaskan tentang alasan yang menjadikan penelitian ini penting untuk dilakukan.

2.Perumusan masalah, menegaskan maksud dari penelitian sehingga diharapkan penelitian ini memiliki arahan yang pasti.

3.Batasan masalah, untuk memberikan batasan supaya penelitian ini tidak terlalu luas cakupannya.

4.Kerangka penelitian, berguna untuk mengetahui proses penelitian sehingga penulis dapat dengan mudah mengetahui proses atau tindakkan selanjutnya yang harus dilakukan setelah menyelesaikan satu bagian yang lain ke bagian

penelitian berikutnya.

5.Metoda penelitian, mencakup masalah pengumpulan data, pemilihan studi kasus/tempat survey serta teknik analisis terhadap data termasuk terhadap studi kasus. 6.Kerangka teoritis, untuk mengetahui penggunaan teori apa saja yang diperlukan untuk menelaah kasus ini dari berbagai sudut pandang.

7.Sistematika penulisan, untuk mengetahui sistem bahasan/penulisan pada setiap bab. 8.Kerangka berpikir,merupakan acuan berpikir yang membantu penelitian supaya tetap pada jalurnya.

Bab II Tinjauan Teoritis, berisi pembahasan mengenai hipotesa yaitu pengumpulan data secara literatur yang disesuaikan dengan permasalahan yang dihadapi oleh penulis untuk membuat perencanaan interior bagi anak-anak terdiagnosa Life-limiting illness.

Bab III Analisa Masalah, berguna untuk membuat analisa yang berisi solusi dari permasalahan yang telah ditemukan di dalam bab-bab sebelumnya. Jika dikaitkan dengan proses perencanaan yang akan dilakukan oleh penulis, Hasil analisa ini juga dapat digunakan sebagai TOR (Term Of Reference) dalam perencanaan interior.

Bab IV Pembahasan analisa masalah lanjutan, yang berguna untuk membuat analisa yang terkait dengan kondisi lingkungan sekitar (Arsitektural & Kondisi tapak untuk analisa perletakkan kebutuhan ruang).

Bab V Kesimpulan, yang berisi konsep dan eksekusi desain yang diterapkan

Daftar Pustaka yang berisi data-data informasi bahan bacaan dan buku literatur yang digunakan

(8)

I.8 Kerangka Berpikir TOPIK

KASUS PERMASALAHAN HASIL PENELITIAN

ANAK-ANAK SEBAGAI PENDERITA YANG MENGALAMI KONDISI LIFE THREATENING

CONDITIONS DAN LIFE LIMITING ILLNESS

MELALUI PENDEKATAN INTERIOR UNTUK MEMBANTU MEMFASILITASI ANAK-ANAK

BERKEBUTUHAN KHUSUS PERAWATAN PALLIATIVE

CARE / SYMPTOM CONTROL

PHYSICAL PSYCHO-SPIRITUAL

ANAK-ANAK BERKARAKTERISTIK LIFE LIMITING ILLNESS

PERAWATAN KEPADA PENDERITA DAN KELUARGA

ƒ MENGENAL KARAKTERISTIK PENGGUNA SEBAGAI PEMAKAI FASILITAS

ƒ MEMFASILITASI KEBUTUHAN PERAWATAN DI DALAM RUANG ƒ MEMFASILITASI PELAYANAN UNTUK

MEMPERSIAPKAN KEMATIAN DENGAN PENUH KEABADIAN & PENGHORMATAN

ƒ MEMBUAT TOR (TERM OF

REFERENCE)SEBAGAI GUIDELINES DI

DALAM PROSES MENDESAIN ƒ DAPAT MEMBUAT DESAIN YANG

SESUAI DENGAN KEBUTUHAN PENGGUNA

ƒ DAPAT MEMBUAT KONSEP DESAIN BERDASARKAN DATA

(9)

Anak-anak dapat berada di dalam kondisi “Life Threatening Condition dan Life Limiting

Illness” karena berbagai hal, salah satu contohnya karena beberapa penyakit yang tidak bisa

disembuhkan atau karena faktor genetik yang dapat mengancam dan membahayakan nyawa anak tersebut. Hal ini tidaklah mudah, karena anak-anak sebagai sebuah kelompok dengan usia termuda di dalam substansi masyarakat merupakan harapan baru bagi orang tua dan masyarakat, karena itu sebagai salah satu usaha untuk membantu memecahkan masalah, penulis akan mengkaji dari sudut ilmu interior untuk membantu memfasilitasi anak-anak berkebutuhan khusus (yang berada di dalam Kondisi “Life Threatening Condition dan Life

Limiting Illness”) dengan ragam kebutuhan pelayanan berbasiskan perawatan secara Palliative Care (Perawatan yang bertujuan untuk mengurangi rasa sakit/symptom control

dibandingkan dengan usaha penyembuhan).

Unsur utama yang penting dari perawatan Palliative adalah penyediaan perawatan yang tidak sekedar perawatan. fisik, melainkan perawatan secara physical dan psycho-spiritual sehingga perawatan palliative bersifat menyeluruh (Dalam artian, tidak hanya kepada pasien tetapi juga kepada seluruh keluarganya.)

Tujuan akhir dari laporan tugas akhir desain interior ini adalah mampu menemukan masalah yang berasal dari kebutuhan pengguna, kemudian dipecahkan melalui pendekatan analisis psikologi, sehingga menghasilkan perancangan yang mampu menjadi solusi bagi masalah-masalah desain yang sudah ditemukan sebelumnya.

Referensi

Dokumen terkait

19 Adanya penyewaan lahan sawah pertanian oleh industri gula yang di dalamnya terdapat pabrik beserta perkebunannya yang tidak sesuai dengan ketentuan,

Setiap instansi atau perusahaan yang berbadan hukum yang telah memenuhi persyaratan untuk melakukan usaha dapat memperoleh izin pemanfaatan atau pemakaian zat radioaktif dan

Jenis ketrampilan proses sains siswa yang diamati meliputi ketrampilan siswa mengamati (observasi), merumuskan hipotesis, menentukan ruang dan waktu, dan berkomunikasi.

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Pada Mata Kuliah Blok 10 Lbm

Où, Quel, Quand, Qu’est-ce que, Comment - Article indéfini/défini - adverbe VOCABULAIRE - Noms de métiers - le corps - Nom de pays - Memberikan suatu bacaan dengan

Mengukur efektivitas penggunaan listrik pra-bayar untuk dapat memastikan bahwa suatu produk yang diadakan tersebut efektif atau tidak, maka harus dilakukan dengan

Pembelajaran dengan model Teams Games Tournament adalah salah satu model dalam belajar kelompok yang dapat digunakan sebagai alternatif bagi pengajar untuk menyelesaikan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan bahwa 1)secara simultan kebijakan dividen, kebijakan hutang dan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap nilai