• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUPATI MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BUPATI MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BUPATI MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA

PERATURAN BUPATI MANDAILING NATAL NOMOR 47 TAHUN 2019

TENTANG

PENDELEGASIAN WEWENANG DI BIDANG PELAYANAN PERIZINAN DAN NONPERIZINANKEPADA KEPALA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN

PERIZINAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN MANDAILING NATAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MANDAILING NATAL,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka percepatan dan peningkatan

penanaman modal dan berusaha, perlu menerapkan pelayanan Perizinan Berusaha terintegrasi secara elektronik;

b. bahwa untuk maksud sebagaimana tersebut pada huruf a, maka Peraturan Bupati Mandailing Natal Nomor 19 Tahun

2018 tentang Pendelegasian Wewenang Bidang

Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Dan Nonperizinan kepada Kepala Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Mandailing Natal perlu disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Terintegrasi Secara Elektronik;

(2)

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Pendelegasian Wewenang Di Bidang Pelayanan Perizinan Berusaha dan Non Berusaha Kepada Kepala Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Mandailing Natal;

Mengingat

: 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1998 tentang

Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Toba Samosir dan Kabupaten Daerah Tingkat II Mandailing Natal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 188, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3794);

2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724);

3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038);

4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);

5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 244 Tahun 2014, Tambahan Lembaran

(3)

Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2008 tentang Pedoman Pemberian Insentif dan Pemberian Kemudahan Penanaman Modal Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 88, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4861);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 189, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5348);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 215, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5348);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887);

(4)

12. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6215);

13. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 221);

14. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Nomor 15 Tahun 2014 tentang Pedoman Standar Pelayanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 615);

15. Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 100 Tahun 2016 Tentang Pedoman Nomenklatur Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Dan Kabupaten/Kota (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1906);

16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 112 Tahun 2016 Tentang Status Wajib Pajak dalam Pemberian Layanan Publik Tertentu di Lingkungan Pemerintah Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 126); 17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 138 Tahun 2017

tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1956);

18. Peraturan Daerah Kabupaten Mandailing Natal Nomor 6 Tahun 2016 tentang Pembentukan Perangkat Daerah Kabupaten Mandailing Natal.

(5)

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PENDELEGASIAN

WEWENANG DI BIDANG PELAYANAN PERIZINAN DAN NON PERIZINAN KEPADA KEPALA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN MANDAILING NATAL.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Mandailing Natal.

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah lainnya sebagai Unsur Penyelenggara Pemerintah Daerah. 3. Bupati adalah Bupati Mandailing Natal.

4. Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Mandailing Natal, selanjutnya disingkat DPMPPTSP adalah organisasi

perangkat daerah yang memiliki tugas pokok

menyelenggarakan kegiatan penanaman modal dan pelayanan perizinan dan non perizinan di Kabupaten Mandailing Natal.

5. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Mandailing Natal.

6. Organisasi Perangkat Daerah Teknis, selanjutnya disingkat OPD Teknis adalah perangkat daerah di

(6)

lingkungan Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal yang secara teknis mengelola perizinan dan non perizinan. 7. Pendelegasian wewenang adalah penyerahan tugas, hak,

kewajiban dan tanggung jawab dari pejabat yang memiliki kewenangan kepada pejabat penerima atau yang diserahi kewenangan.

8. Pelayanan Terpadu Satu Pintu yang selanjutnya disingkat PTSP adalah kegiatan pelaksanaan suatu perizinan dan non perizinan yang mendapat pendelegasian atau pelimpahan wewenang dari lembaga atau instansi yang memiliki kewenangan perizinan dan non perizinan yang proses pengolahannya mulai tahap permohonan sampai ketahap terbitnya dokumen dilakukan secara terpadu dalam satu pintu dan satu tempat.

9. Perizinan adalah pemberian dokumen dan bukti legalitas persetujuan dari pemerintah kepada seseorang atau pelaku usaha/kegiatan tertentu sesuai peraturan perundang-undangan.

10. Perizinan Berusaha adalah pendaftaran yang diberikan kepada Pelaku Usaha untuk memulai dan menjalankan usaha dan/atau kegiatan dan diberikan dalam bentuk

persetujuan yang dituangkan dalam bentuk

surat/keputusan atau pemenuhan persyaratan dan/atau Komitmen.

11. Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik atau Online Single Submission yang selanjutnya disingkat OSS adalah Perizinan Berusaha yang diterbitkan oleh Lembaga OSS untuk dan atas nama menteri, pimpinan lembaga,

(7)

gubernur, atau bupati/wali kota kepada Pelaku Usaha melalui sistem elektronik yang terintegrasi.

12. Pelaku Usaha adalah perseorangan atau non perseorangan yang melakukan usaha dan/atau kegiatan pada bidang tertentu.

13. Pendaftaran adalah pendaftaran usaha dan/atau kegiatan oleh Pelaku Usaha melalui OSS.

14. Izin Usaha adalah izin yang diterbitkan oleh Lembaga OSS untuk dan atas nama menteri, pimpinan lembaga, gubernur, atau bupati/wali kota setelah Pelaku Usaha melakukan Pendaftaran dan untuk memulai usaha dan/atau kegiatan sampai sebelum pelaksanaan komersial atau operasional dengan memenuhi persyaratan dan/atau Komitmen.

15. Izin Komersial atau Operasional adalah izin yang diterbitkan oleh Lembaga OSS untuk dan atas nama menteri, pimpinan lembaga, gubernur, atau bupati/wali kota setelah Pelaku Usaha mendapatkan Izin Usaha dan untuk melakukan kegiatan komersial atau operasional dengan memenuhi persyaratan dan/atau Komitmen. 16. Perizinan Non Berusaha adalah segala bentuk persetujuan

yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah yang memilki kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, dan tidak termuat dalam sistem OSS.

17. Non Perizinan adalah pemberian dokumen dan bukti legalitas atas sahnya sesuatu kepada seseorang atau sekelompok orang dalam kemudahan pelayanan dan

(8)

informasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

18. Komitmen adalah pernyataan Pelaku Usaha untuk memenuhi persyaratan Izin Usaha dan/atau Izin Komersial atau Operasional.

19. Lembaga Pengelola dan Penyelenggara OSS yang selanjutnya disebut Lembaga OSS adalah lembaga pemerintah non kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang koordinasi penanaman modal.

20. Nomor Induk Berusaha yang selanjutnya disingkat NIB adalah identitas Pelaku Usaha yang diterbitkan oleh Lembaga OSS setelah Pelaku Usaha melakukan Pendaftaran.

21. Nomor Pokok Wajib Pajak yang selanjutnya disingkat NPWP adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.

22. Dokumen Elektronik adalah setiap informasi elektronik yang dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima, atau disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan, dan/atau didengar melalui komputer atau sistem elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, simbol atau perforasi

(9)

yang memiliki makna atau arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.

23. Tanda Tangan Elektronik adalah tanda tangan yang terdiri atas Informasi Elektronik yang dilekatkan, terasosiasi atau terkait dengan Informasi Elektronik lainnya yang digunakan sebagai alat verifikasi dan autentikasi. 31. Hari adalah hari kerja sesuai yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.

24. Tim Teknis adalah kelompok kerja yang terdiri dari unsur-unsur Perangkat Daerah teknis terkait yang mempunyai kewenangan untuk memberikan saran pertimbangan dalam rangka pemberian rekomendasi mengenai diterima atau ditolaknya suatu permohonan perizinan.

BAB II

MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 2

(1) Peraturan Bupati ini dimaksudkan sebagai pedoman dalam pelayanan Perizinan dan Nonperizinan.

(2) Tujuan diterbitkannya Peraturan Bupati ini adalah untuk:

a. meningkatkan kualitas Pelayanan Perizinan Dan Nonperizinan;

b. mewujudkan perlindungan dan kepastian hukum kepada masyarakat;

c. memberikan akses yang lebih luas kepada masyarakat untuk memperoleh pelayanan prima; dan

d. meningkatkan kemudahan berusaha dan daya saing daerah.

(10)

BAB III RUANG LINGKUP

Pasal 3

Ruang lingkup Peraturan Bupati ini meliputi: a. Jenis – jenis Perizinan Dan Nonperizinan;

b. Pendelegasian Wewenang Perizinan Dan Nonperizinan; c. Pelaksanaan, Pengawasan dan Pelaporan;

BAB IV

JENIS-JENIS PERIZINAN DAN NONPERIZINAN

Pasal 4

(1) Perizinan terbagi atas Perizinan Berusaha dan Non Berusaha.

(2) Setiap pemberian perizinan berusaha harus dilakukan melalui sistem OSS;

(3) Jenis Perizinan Berusaha terdiri atas : a. Izin Usaha; dan

b. Izin Komersial atau Operasioal.

(4) Jenis – jenis Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran I Peraturan Bupati ini.

(5) Jenis – jenis Perizinan Non Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran II Peraturan Bupati ini.

(11)

Pasal 5 Pelayanan Nonperizinan, terdiri dari : a. Pelayanan pengaduan;

b. Pelayanan informasi (helpdesk);

c. Pelayanan informasi perizinan dan nonperizinan.

BAB V

PENDELEGASIAN WEWENANG

Bagian Kesatu Umum

Pasal 6

(1) Bupati mendelegasikan kewenangan pelayanan Perizinan dan Nonperizinan kepada Kepala DPMPPTSP.

(2) Berdasarkan pendelegasian wewenang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), penyelenggaraan pelayanan Perizinan dan Nonperizinan meliputi:

a. penerimaan dan/atau penolakan berkas permohonan;

b. persetujuan dan/atau penolakan pemenuhan

Komitmen Izin Usaha dan Komitmen Izin Komersial atau Operasional;

c. penerbitan dokumen izin dan non izin;

d. penyerahan dokumen izin dan non izin; dan

e. pencabutan dan pembatalan dokumen izin dan non

(12)

Pasal 7

DPMPPTSP dalam menyelenggarakan pelayanan Perizinan dan Nonperizinan berkoordinasi dengan OPD Teknis terkait.

Bagian Kedua Pemohon Perizinan

Pasal 8 (1) Pemohon Perizinan terdiri atas :

a. Pelaku Usaha perseorangan; dan b. Pelaku Usaha non perseorangan.

(2) Pelaku Usaha perseorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan orang perorangan penduduk Indonesia yang cakap untuk bertindak dan melakukan perbuatan hukum.

(3) Pelaku Usaha non perseorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas :

a. perseroan terbatas; b. perusahaan umum;

c. perusahaan umum daerah;

d. badan hukum lainnya yang dimiliki oleh negara; e. badan layanan umum;

f. lembaga penyiaran;

g. badan usaha yang didirikan oleh yayasan; h. koperasi;

i. persekutuan komanditer ;

j. persekutuan firma (venootschap onder firma); dan k. persekutuan perdata.

(13)

BAB VI

PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PELAPORAN Bagian Kesatu

Umum

Pasal 9

(1) Pelaksanaan Perizinan Berusaha meliputi: a. pendaftaran;

b. penerbitan Izin Usaha dan penerbitan Izin Komersial atau Operasional berdasarkan Komitmen;

c. pemenuhan Komitmen Izin Usaha dan pemenuhan Komitmen Izin Komersial atau Operasional;

d. pembayaran biaya; e. fasilitasi;

f. masa berlaku; dan g. pengawasan.

(2) Pelaksanaan Perizinan Non Berusaha dengan tahapan

paling sedikit meliputi:

a. menerima dan memverifikasi berkas permohonan; b. memberikan tanda terima kepada pemohon;

c. menolak permohonan izin yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

d. memproses dan menerbitkan dokumen izin;

e. memproses pencabutan dan pembatalan dokumen izin; dan

f. menyerahkan dokumen izin yang telah selesai kepada pemohon.

(14)

Bagian Kedua

Penerbitan Perizinan Berusaha Dan Perizinan Non Berusaha

Pasal 10

(1) Penerbitan Perizinan Berusaha dilakukan melalui Lembaga OSS.

(2) Penerbitan Perizinan Non Berusaha mulai dari tahap penerimaan berkas permohonan sampai dengan tahap penerbitan dokumen Perizinan Non Berusaha dilakukan oleh DPMPPTSP.

(3) Penerbitan Perizinan Berusaha dan Non Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) dilakukan dalam bentuk Dokumen Elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang informasi dan transaksi elektronik.

(4) Dokumen Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (3), berlaku sah dan mengikat berdasarkan hukum serta merupakan alat bukti yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang informasi dan transaksi elektronik.

(5) Dokumen Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat dicetak (print out).

Pasal 11

(1) Penandatanganan izin dilakukan oleh Kepala Dinas atas nama Bupati Mandailing Natal.

(2) Penerbitan izin dilakukan setelah mendapat rekomendasi dari Tim Teknis.

(15)

(3) Pemberian pertimbangan teknis perizinan yang menjadi fungsi Organisasi Perangkat Daerah teknis dilakukan dengan penerbitan berita acara pemeriksaan (BAP) dan Rekomendasi oleh Organisasi Perangkat Daerah terkait.

Bagian Ketiga

Penolakan, Pembatalan dan Pencabutan Perizinan

Pasal 12

(1) Permohonan Perizinan ditolak jika persyaratan tidak lengkap dan/atau tidak benar serta pemohon tidak dapat memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(2) Penolakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberitahukan secara tertulis kepada pemohon dengan disertai alasan penolakannya

Pasal 13

(1) Pembatalan Perizinan dilakukan dalam hal:

a. data, informasi, dan keterangan yang disampaikan ternyata tidak benar;

b. pemilik Perizinan tidak melaksanakan ketentuan yang telah ditetapkan; dan/atau

c. melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Pembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan oleh Kepala Dinas melalui Keputusan Pembatalan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(16)

Pasal 14

(1) Pencabutan Izin dan non izin dilakukan dalam hal:

a. atas permintaan sendiri oleh pemilik Izin dan non Izin; b. rekomendasi dari OPD Teknis yang membidangi

Perizinan sesuai dengan kewenangannya;

c. dokumen persyaratan yang dilampirkan dalam permohonan terbukti tidak benar.

d. terjadi pelanggaran terhadap ketentuan yang telah ditetapkan dalam Izin dan non Izin;

e. melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan; dan/atau

f. dibatalkan oleh putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap (inkracht)

(2) Pencabutan Izin dan non Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Kepala Dinas dengan menerbitkan Keputusan Pencabutan Izin.

Bagian Keempat Legalisasi Dokumen Izin

Pasal 15

(1) Dokumen Izin dan non Izin dinyatakan sah dan berlaku setelah:

a. ditandatangani oleh Kepala Dinas; b. diberi nomor dan tanggal; dan

c. dibubuhi stempel basah dan stempel emboss atau Tanda Tangan Elektronik.

(2) Dokumen Izin dan non Izin dapat berwujud kertas yang ditandatangani secara manual atau secara elektronik.

(17)

(3) Tanda Tangan Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki kekuatan hukum dan akibat hukum yang sah selama memenuhi persyaratan yang ditetapkan peraturan perundang-undangan.

Bagian Kelima Tim Teknis

Pasal 16

(1) Dalam rangka menunjang kelancaran pelaksanaan PTSP, pada bidang yang menyelenggarakan pelayanan perizinan dibentuk tim teknis sesuai dengan kebutuhan yang merupakan representasi dari perangkat daerah terkait. (2) Tim Teknis PTSP sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

memiliki kewenangan untuk memberikan pertimbangan teknis untuk memberikan rekomendasi penerbitan izin. (3) Pembentukan Tim Teknis sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

Bagian Keenam Retribusi

Pasal 17

(1) Dalam hal suatu Perizinan Berusaha dan Non Berusaha dikenakan retribusi daerah, besarannya dihitung dan ditetapkan oleh pejabat OPD Teknis terkait sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Pemohon menyetorkan retribusi daerah langsung ke rekening kas Daerah.

(18)

(3) Tanda bukti setoran retribusi daerah diserahkan oleh pemohon kepada petugas Front Office DPMPPTSP pada saat pengambilan Izin.

Pasal 18

Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi pelayanan Perizinan dan Nonperizinan, DPMPPTSP tidak dibebani target penerimaan retribusi daerah.

Bagian Ketujuh Pengawasan

Pasal 19

(1) Dalam penyelenggaraan pelayanan Perizinan dan Nonperizinan, DPMPPTSP bertanggungjawab secara administratif, sedangkan tanggung jawab teknis berada pada OPD Teknis.

(2) Pengawasan dan evaluasi setelah terbitnya Perizinan Dan Nonperizinan menjadi tanggung jawab OPD Teknis, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Kedelapan Pelaporan

Pasal 20

Kepala DPMPPTSP wajib melaporkan perkembangan penyelenggaraan pelayanan Perizinan dan Nonperizinan

(19)

sesuai dengan kewenangannya kepada Bupati dengan tembusan disampaikan kepada Kepala Satuan Polisi Pamong Praja dan OPD Teknis terkait.

BAB VII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 21

Pada saat Peraturan Bupati ini mulai berlaku, Peraturan Bupati Mandailing Natal Nomor 19 Tahun 2018 tentang Pendelegasian Wewenang Bidang Pelayanan Perizinan dan Nonperizinan Kepada Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Mandailing Natal (Berita Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2018 Nomor 19) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 22

Peraturan Bupati ini berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Mandailing Natal.

Ditetapkan di Panyabungan

pada tanggal September 2019 BUPATI MANDAILING NATAL,

(20)

Diundangkan di Panyabungan pada tanggal September 2019

Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN MANDAILING NATAL,

MHD. SYAFE’I LUBIS

Referensi

Dokumen terkait

Pemborosan inputdana pihak ketiga rata-rata sebesar 16,3%, hal ini terjadi karena pihak perbankan syariah sebagai lembaga intermediaryingin meningkatkan jumlah dana

Bagi mahasiswa yang lulus dengan perbaikan maupun tidak maka sebelum di laksanakan penyerahan nilai Praktik Industri secara kolektif sesuai dengan daftar nilai

Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Mandailing Natal Tentang Tahapan, Program dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Bupati Dan Wakil Bupati Kabupaten Mandailing Natal

Pada saat Peraturan Bupati ini mulai berlaku, maka Peraturan Bupati Nomor 2 Tahun 2019 tentang Pendelegasian Sebagian Kewenangan Bupati Sintang di Bidang Pelayanan Perizinan dan

(1) Seksi Kelembagaan dan Perlindungan Tanaman mempunyai tugas Melakukan penyiapan bahan penyusunan kebijakan, pelaksanaan, dan pemberian bimbingan teknis serta pemantauan

Pada saat Peraturan Bupati ini mulai berlaku, Peraturan Bupati Pati Nomor 2 Tahun 2017 tentang Pendelegasian Sebagian Wewenang Penandatanganan Perizinan Kepada

(1) Seksi Penganekaragaman Konsumsi Pangan mempunyai tugas melakukan penyiapan koordinasi, pengkajian, penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, pemantapan, serta

(1) UPTD Pengelolaan Laboratorium Lingkungan Kelas A mempunyai tugas melaksanakan kegiatan operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang Dinas di bidang