• Tidak ada hasil yang ditemukan

Saintek ITM, Volume 33, Nomor 2 Juli Desember 2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Saintek ITM, Volume 33, Nomor 2 Juli Desember 2020"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

62 PENERAPAN KONSEP ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR PADA BANGUNAN

KOMERSIAL DI KOTA MEDAN

(Studi Kasus: Perumahan MERCY, Rumah Sakit Jiwa di Ildrem Saleh, Motel Danau

Toba)

Nurul Adinda Yulia, Natasa Al Kindi Saragih, Libra Riduan Sihombing, Hibnul Walid, Suprayetno

Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Jurusan Arsitektur, Institut Teknologi Medan, Jalan Gedung Arca, No. 52, Medan

E-mail: natasasaragih@gmail.com

ABSTRAK

Arsitektur neo vernakular suatu penerapan elemen arsitektur yang telah ada, baik fisik, (bentuk konstruksi), maupun non fisik (konsep, filosopi, tata ruang). Arsitektur neo vernakular paham dari aliran arsitektur post-modern yang lahir sebagai respon, dan kritik atas moderenisme yang mengutamakan nilai rasionalisme dan fungsionalisme yang dipengaruhi perkembangan teknologi industry. Konsep yang digunakan pada arsitektur neo-vernakular mengacu dan mendekatkan pada ciri-ciri dan prinsip dari neo- vernakular kemudian diterapkan pada rancangan baru ketiga studi kasus yang ditentukan. Bangunan modern pada saat ini telah banyak mengesampingkan nilai-nilai tradisi setempat, dengan ini penelitian ini menggunakan unsur budaya lokal dengan menlai dari tiap-tiap objek bangunan seperti misalnya Perumahan Mercy Barn, Rumah Sakit Jiwa ildrem saleh, dan Motel Danau Toba.

Kata Kunci : Neo-Vernakular, Perumahan, Rumah Sakit Jiwa, Motel, Transformasi.

ABSTRACT

Neo vernacular architecture is an application of existing architectural elements, both physical, (forms of construction) and non-physical (concepts, philosophy, spatial planning). Neo-vernacular architecture understands the flow of post-modern architecture that was born as a response, and criticism of modernism that prioritizes the value of rationalism and functionalism that are influenced by the development of industrial technology. The concept used in neo-vernacular architecture refers to and draws closer to the characteristics and principles of neo-vernacular then is applied to the new designs of the three determined case studies. Modern buildings at this time have largely ruled out the values of local traditions such as Mercy Barn Housing, Ildrem pious Mental Hospital, and Lake Toba Motel from none of the three building forms use Neo-Vernacular elements, so this research uses local cultural elements and transforms the shape of the building design.

Keywords: Neo- Vernakular, Building, Mental hospital, Motel, Transformation.

PENDAHULUAN

Arsitektur merupakan hasil pemikiran (rancangan) yang diwujudkan atau dibangun sebagai tanggapan terhadap sekumpulan kondisi yang ada, kadang hanya bersifat fungsional semata atau juga refleksi dari berbagai derajat sosial, ekonomi, budaya, politik dan bahkan untuk tujuan simbolis

Neo-Vernakular sendiri berasal dari bahasa Yunani , kata Neo berarti baru dan vernacular berarti lokal pribumi, jadi neo-vernakular berarti bahasa setempat yang

diucapkan dengan cara baru. Sedangkan Arsitektur Neo-Vernakular adalah suatu penerapan elemen arsitektur yang telah ada, baik fisik (bentuk, konstruksi) maupun non fisik (konsep, filosopi, tata ruang) dengan tujuan melestarikan unsur-unsur lokal yang telah terbentuk secara empiris oleh sebuah tradisi yang kemudian sedikit atau banyaknya mengalami pembaruan menuju suatu karya yang lebih modern atau maju tanpa mengesampingkan nilai-nilai tradisi setempat (Ratih dan Nyoman, 2017).

(2)

63 Hal ini berkaitan dengan arsitektur

neo vernakular yang akan diterpakan nantinya Terkhusunya ada tiga studi kasus yang peneliti teliti yaitu perumahan di mercy barn, bangunan rumah sakit jiwa Prof. Ildrem Saleh dan bangunan motel danau toba peneliti mengambil tiga studi kasus ini karna pada umunya ketiga studi kasus ini hanya menggunakan bentuk-bentuk yang monoton dan juga menggunakan budaya yang berbeda beda pada masing masing bangunan. Pada

bangunan perumahan mercy barn

menggunakan budaya eropa yang sangat kental di bangunannya berbeda dengan rumah sakit jiwa Prof. Ildrem Saleh yang menggunakan arsitektur klasik dan terdapat unsur batak pada atap bangunan rumah sakit jiwa prof. Ildrem saleh dan bangunan motel danau toba yang menggunakan bentuk khas budaya batak toba. Hal ini untuk penerapan neo vernakular pada bangunan komersial di kota medan dapat sesuai dengan prinsip dan ciri-ciri arsitektur neo vernakular dengan tujuan agar tidak hilangnya ciri khas dari kota medan tersebut.

Kata Neo atau New berarti baru atau hal yang baru, sedangkan kata vernacular berasal dari kata vernaculus (bahasa latin) yang berarti asli. Maka Arsitektur neo-vernacularadalah suatu penerapan elemen arsitektur yang telah ada, baik fisik (bentuk, konstruksi) maupun non fisik (konsep, filosopi, tata ruang) dengan tujuan melestarikan unsur unsur lokal yang telah terbentuk secara empiris oleh sebuah tradisi yang kemudian sedikit atau banyaknya mengalami pembaruan menuju suatu karya yang lebih modern atau maju tanpa mengesampingkan nilai - nilai tradisi setempat. Arsitektur neo-vernakular, tidak hanya menerapkan elemen-elemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modern tapi juga elemen non fisik seperti budaya, pola pikir, kepercayaan, tata letak, religi dan lain – lain. (Pradnya dan Tjok Putra, 2013).

Ciri-ciri Arsitektur Neo-vernakular

Dari pernyataan Charles Jencks dalam bukunya “language of Post-Modern Architecture (1990)” (Hendry dan Agung,

2011) ciri-ciri arsitektur Neo-Vernakular sebagai berikut:

1. Selalu menggunakan atap bumbungan. Atap bumbungan menutupi tingkat bagian tembok sampai hampir ke tanah sehingga lebih banyak atap yang diibaratkan sebagai elemen pelidung dan penyambut dari pada tembok yang digambarkan sebagai elemen pertahanan yang menyimbolkan permusuhan.

2. Batu bata (dalam hal ini merupakan elemen konstruksi lokal).

Bangunan didominasi penggunaan batu bata abad 19 gaya Victorian yang merupakan budaya dari arsitektur barat.

3. Mengembalikan bentuk-bentuk

tradisional yang ramah lingkungan dengan proporsi yang lebih vertikal. 4. Kesatuan antara interior yang terbuka

melalui elemen yang modern dengan ruang terbuka di luar bangunan.

5. Warna-warna yang kuat dan kontras. Prinsip – Prinsip Desain Arsitektur Neo-Vernakular

Adapun beberapa prinsip-prinsip desain arsitektur Neo-Vernakular secara terperinci adalah sebagai berikut:

1. Hubungan Langsung, merupakan

pembangunan yang kreatif dan adaptif terhadap arsitektur setempat disesuaikan dengan nilai-nilai fungsi dari bangunan sekarang.

2. Hubungan Abstrak, meliputi

interprestasi ke dalam bentuk bangunan yang dapat dipakai melalui analisa

tradisi budaya dan peninggalan

arsitektur.

3. Hubungan Lansekap, mencerminkan dan menginterprestasikan lingkungan seperti kondisi fisik termasuk topografi dan iklim.

4. Hubungan Kontemporer, meliputi

pemilihan penggunaan teknologi, bentuk ide yang relevan dengan program konsep arsitektur.

5. Hubungan Masa Depan, merupakan

pertimbangan mengantisipasi kondisi yang akan datang.

(3)

64 Arsitektur Tradisional Belanda

Perkembangan arsitektur modern di Eropa pada akhir abad 19 dan awal abad ke 20, tidak dipelopori oleh negara-negara industri besar seperti Inggris dan Perancis, tapi justru oleh negara-negara industri baru Eropa yang relatif lebih kecil seperti Belgia, Austria, Jerman dan Belanda, yang pada awalnya berkembang disekitar Amsterdam, berakar pada sebuah aliran yang dinamakan sebagai nieuwe kunst di Belanda. Nieuwe kunst adalah versi Belanda dari aliran “art nouveau” yang masuk ke Belanda pada peralihan abad 19 ke 20, (1892-1904). Agak berbeda dengan ‘art nouveau‘, didalam dunia desain “nieuwe kunst” yang berkembang di Belanda, berpegang pada dua hal yang pokok, pertama adalah ‘orisinalitas’ dan kedua adalah ‘spritualitas’, disamping rasionalitas yang membantu dalam validitas universal dari bentuk yang diciptakan.

Aliran ‘Amsterdam Shool’

menafsirkan ‘orisinalitas’ ini sebagai sesuatu yang harus dimiliki oleh setiap perancang, sehingga setiap desain yang dihasilkan, harus merupakan ekspresi pribadi perancangnya. Sedangkan ‘spritualitas’ ditafsirkan sebagai metode penciptaan yang didasarkan atas

penalaran yang bisa menghasilkan

karyakarya seni (termasuk arsitektur), dengan memakai bahan dasar yang berasal dari alam (bata, kayu, batu alam, tanah liat, dsb.nya). Bahan-bahan alam tersebut dipasang dengan ketrampilan tangan yang tinggi sehingga memungkinkan dibuatnya bermacam-macam ornamentasi yang indah.

Tapi semuanya ini harus tetap

memperhatikan fungsi utamanya. Hal ini dapat diperjelas melalui contoh karya Michael de Klerk seperti Gambar 1.

Bentuk material yang dipakai oleh Michael de klerk lebih banyak yang berasal dari alam. Banyaknya block rumah dalam komplek dalam komplek perumahan “The Ship” mengingatkan kita pada kelompok rumah- rumah tradisional yang ada banya di kepulauan Indonesia.

Gambar 1. Tampak “The Ship” (Sumber: Handinoto Samuel Hartono,2010)

Gambar 2. Plantsoen Publik ‘Garden’ (Sumber: Handinoto Samuel Hartono, 2019) Plantsoen Publik ‘Garden’ Yang ada di serbrang jalan dari perumahan “The Ship” karya Michael de Klerkd degan bentuk khas segitiga melengkung pada atapnya seperti Gambar 2.

Arsitektur Tradisional Batak

Suku batak merupakan salah satu suku yang memiliki adat keras, keras yang dimaksud adalah gaya bicara yang selalu mengunakan suara keras, dari beberapa type suku batak, mereka membentuk suatu daerah perkampungan yang cukup unik, dimana mereka memiliki 2 rumah, yaitu rumah jantan dan rumah betina. Rumah jantan terletak disebelah selatan, fungsinya sebagai rumah tinggal, sedangkan rumah betina terletak di sebelah utara, fungsinya sebagai tempat menyimpan padi seperti Gambar 3.

(4)

65 Gambar 3. Rumah Adat Batak

(Sumber: Nurazizah, 2019)

Gambar 4. Gorga batak (Sumber: Rian Eko Hutagalung, 2019)

Bentuk simbolik dari setiap suku merupakan ciri khas dari budaya yang dimiliki suku batak itu sendiri juga beragam seperti rumah batak toba dihiasi dengan simbol–simbol yang diukir di hampir seluruh bangunan rumah. Gorga gorga (rumah-rumah) yang ditunjukkan Gambar 4 tersebut memiliki arti dan maknanya tersendiri. Ornamentasi dan dekorasi dari rumah adat Batak Toba mengandung nilai filosofi bagi keselamatan penghuni. Hiasan ini dapat berupa ukiran, dapat diberi warna, atau hanya berupa gambar saja. Tiga elemen warna yang penting adalah merah, putih dan hitam. Merah melambangkan pengetahuan/ kecerdasan, putih melambangkan kejujuran/

kesucian dan hitam melambangkan

kewibawaan / kepemimpinan. Arsitektur Tradisonal Melayu

Rumah Melayu Cindai merupakan satu bentuk budaya bagi orang Melayu yang

dahulu pernah mendiaminya kota Medan. Rumah Melayu Cindai dapat dijadikan model referesentatif mewakili seni bina orang Melayu Deli. Dalam Perencanaan bentuk rumah tersebut menggambarkan

kebijaksanaan dalam penggunaan dan

keluasan ruang mengikuti keperluan zaman, mengadaptasi cuaca dan penggunaan bahan bangunan. Rumah Melayu Cindai bercirikan Seni Ukir Ornamen (hiasan) melambangkan cara hidup dan sikap terbuka orang Melayu Deli dan kota Medan itu sendiri.

Rumah panggung moderen ‘Cindai’ suatu kajian penerapan ornamen melayu menurut Julaihi Wahid dan Bhakti Alamsyah (2013), arsitektur Melayu merupakan bangunan yang dirancang berbentuk rumah tempat kediaman atau rumah tinggal. Rumah merupakan hasil cara hidup masyarakat Melayu yang berpegang pada nilai keluarga, adat, agama dan masyarakat banyak. Karena

itu konsep bangunan Melayu harus

dirujukkan kepada rancang bangun yang diamalkan oleh masyarakat penggunanya Selain itu Cindai juga menerapkan beberapa ornamen Melayu pada setiap sisi bangunan.

Beberapa contoh ciri-ciri bangunan Melayu yang menerapkan ornamen Melayu antara lain: Motif Bidai Susun I untuk rumah orang biasa, Motif Bidai Susun II untuk rumah bangsawan, Motif Bidai Susun III untuk rumah Raja atau Istana, dan Motif Sayap Latang untuk rumah penduduk biasa. Rumah Cindai yang ada di Cemara asri mengadopsi bentuk dan jenis ragam hias Melayu, yang umumnya digunakan pada rumah adat tradisional Melayu, dan warna cokelat dan putih adalah warna yang banyak diterapkan pada bangunan rumah Cindai ini. Ornamen ornamen yang digunakan pada Rumah Cindai ini berupa, Kaligrafi, Bunga kendur, Kembang jatun, Terali biola, kembang jatun, bunga cina, Jala-jala, Awan larat, Kelopak empat, Atap limas, Sanding tiang dan Bintang-bintang. Bentuk ornamen Melayu tidak banyak ditemukan di rumah Cindai ini, namun bangunan rumah Cindai ini sesiring dengan ciri rumah adat Melayu klasik (tradisional) ditunjukkan Gambar 5.

(5)

66 Gambar 5. Ornamen dan hiasan khas Melayu

(Sumber: Ayu Kartini, 2016) METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif melalui data berdasarkan penelitian kepustakaan melalui internet dan jurnal. Metode penelitian di bab ini meliputi: teknik pengumpulan data, penentuan sample, analisis data dan penyimpulan hasil peneltian. Rinciannya adalah sebagai berikut: Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan alat bantu dalam proses penelitian agar kegiatan tersebut tersusun sistematis.

Observasi

Observasi merupakan teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan mengamati secara langsung keadaan atau situasi dari subjek penelitian. Teknik observasi digunakan untuk meneliti terkait kondisi eksisting, gejala-gejala alam, perilaku manusia dan lainnya.

Literatur (Studi Pustaka)

Studi beberapa pustaka ini dilakukan untuk melakukan analisis terhadap topik

permasalahan yang ingin diteliti. Data dalam penelitian studi pustaka tersebut diambil dari dokumen, arsip atau buku-buku.

Tahapan Penelitian

Penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu:

Tahap Awal

Menentukan obyek studi yang sesuai terkait dengan bangunan komersial dan memiliki ciri-ciri adanya penelrapan neo vernakular.

Tahap Pengumpulan Data

Tahap pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan data-data dari lapangan

(observasi), hasil observasi

didokumentasikan dalam bentuk foto dan sketsa. Sedangkan data literatur akan

digunakan dalam menganalisa neo

vernacular.

Tahap Analisa Data

Tahap ini melakukan analisa hasil pengumpulan data yang didapat di lapangan

(6)

63 dan studi literatur, Melakukan analisis

penerapan neo vernakular pada obyek studi.

Tahap Menarik Kesimpulan

Menyimpulkan hasil analisa,

menjawab permasalahan dari penelitian. Penentuan Sampel

Penentuan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan pertimbangan sebagai berikut:

1. Obyek, merupakan bangunan komersial dan sosial.

2. Obyek Studi Memilik Ciri Arsitektur Modern Dan Vernakular.

3. Dalam Melakukan Observasi

Mendapatkan Izin Melakukan

Penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Metode analisis yang dilakukan oleh peneliti dalam menganalisa ketiga studi kasus yaitu berdasarkan ciri- ciri dan prinsip Arsitektur Neo Vernakular ak.an dijelaskan pada Tabel 1.

Tabel 1. Fokus penelitian (sumber: analisa peneliti,2020)

NO FASAD

1.

Rumah di Belanda

Rumah mercy barn

Hubungan langsung

 Atap: bentuk atap yang berkesan modern yang mengikuti bangunan sekarang.

 Bentuk Dasar: bentuk dasar persegi dengan unsur minimalis moderen dengan pendekatan budaya belanda.

 Warna: warna coklat muda dan dikombinasikan dengan warna dasar putih memberikan kesan minimalis, dan putih sebagai ciri khas dari buadaya belanda.

Material: material yang digunakan atap genteng tanah liat.

2.

Bentuk Rumah Mercy Barn

Hubungan Abstrak

 Atap: bentuk atap tidak menggunakan unsur budaya dari belanda tersebut melainkan lebih ke minimalis modern saja.

 Bentuk Dasar: bentuk dasar persegi belum menggunaka unsur arsitektur neo vernacular.

 Warna: dasri segi warna yang diguakan belum masuk poin abstrak yaitu budaya tersebut.

(7)

63 Tabel 1. Lanjutan

3. Hubungan Lansekap:

 Atap: penggunaan bentuk yang diguakan bubungan yang memperhatikan kondisi iklim di tapak.

 Bentuk Dasar: penggunaan bentuk dasar persegi memperhatikan dai iklim setempat.

 Warna: penggunaan warna putih kurang baik terhadap iklim apalagi dengan curah hujan yang tinggi karena mudah mengalami perubahan.

Material: penggaaan material beton baik untuk kondisi fisik termasuk topografi di lingkungan sekitar tapak.

4. Hubungan Masa Depan

 Atap: dari segi ketahanan bentuk atap prisai dapat mengantisipasi dari pada penggunaan atap Benton dengan curah hujan yang cukup tinggi di sekitar tapak.

 Bentuk Dasar: dari bentuk dasar persegi dapat mengatisipasi kondisi yang akan datang.

 Warna: penggunaan warna juga belum mengantsipasi kondisi yang akan datang.

Material: penggunaan material beton yang memiliki

daya tahan lama, ini berhubungan dengan

mengantisipasi kondisi yang kan datang.

5. Hubungan langsung

 Atap: bentuk atap prisai RSJ, sesuai dengan fungsi dari banguann sekarang.

 Bentuk Dasar: bentuk dasar yang digunakan persegi karena sudah memenuhi fungsi dari bangunan sekarang tetapi masi terlihat monoton.

 Warna: warna dasar putih belum memberikan kesan budaya tetapi lebih ke warna modern yaitu putih.  Material: material yang digunakan atap geneteng

tanah liat.

6. Hubungan Abstrak

 Atap: Bentuk atap prisai RSJ, menggunakan atap bubungan tetapi belum menggunakan unsru abstrak karena tidak menggunakan budaya.

 Bentuk Dasar: terhadap bentuk dasar elum menggnakan unsru abstrak yang mengaitkan unsur budaya.

 Warna: dasri segi warna yang diguakan belum masuk poin abstrak yaitu budaya tersebut.

(8)

64 Tabel 1. Lanjutan

7. Hubungan Lansekap

 Atap: bentuk atap perisai mempertimbangkan iklim setempat.

 Bentuk Dasar: penggunaan bentuk dasar persegi memperhatikan dari iklim setempat.

 Warna: penggunaan warna putih, kurang baik terhadap iklim apalagi dengan curah hujan yang tinggi karena mudah mengalami perubahan.

Material: penggunaan material beton baik untuk kondisi fisik termasuk topografi di lingkungan sekitar tapak.

8. Hubungan Masa Depan

 Atap: dari segi ketahanan bentuk atap perisai dapat mengantisipasi dari pada penggunaan atap Benton dengan curah hujan yang cukup tinggi di sekitar tapak.  Bentuk Dasar: dari bentuk dasar persegi dapat

mengantisipasi kondisi yang akan datang.

 Warna: penggunaan warna juga belum mengantsipasi kondisi yang akan datang.

Material: penggunaan material beton yang memiliki daya tahan lama. hal ini berhubungan dengan

mengantisipasi kondisi yang akan datang.

9. Hubungan langsung

 Atap: atap menggunakan bentuk prisma yang disesuaikan dnegan nilai, fungsi dari bangunan sekarang.

 Bentuk Dasar : bentuk dasar persegi hal ini sesuai dengan kondisi yang akan dating.

 Warna : warna cream yang menjadi warna dasar yang disesuaikan dengan nilai dan fungsi banguannanya.  Material : penggunaan material beton pada dinding

banguanan, menambah kesan estetika hal ini memperhatikn dari fungsi bangunan sekarang.

10. Hubungan Abstrak

 Atap: atap yang digunkan prisma yang tiak bercirikan atap batak yaitu gorga batak tetapi memenuhi ciri ciri atap neo vernacular yaitu atap bubugan.

 Bentuk Dasar: dengan bentukya yang persegi yang masih berkesan monoton belum mengarah pada budaya batak tetapi sudah menggunakan uncsur modern.

 Warna: selain penggunaan warna cream sebagai warna dasar dan warna merah pada ukiran batak pada dinding

Material: material beton yang diukir gorga batak pada pintu masuk motel danau toba.

(9)

65 Tabel 1. Lanjutan

11. Hubungan Lansekap:

 Atap: bentuk atap prisma dapat mengerti dari kondisi fisik topografi dan iklim setempat.

 Bentuk Dasar: bentuk persegi dapat memepertimbangkan dari kondisi fisik topografi dan iklim setempat.

 Warna: pada warna yang digunakan yaitu cream, orange adalah warna yang tempat untuk kondisi iklim setempat.

 Material: penggunaan material beton juga mempertimbangkan kondisi iklim setempat.

12. Hubungan Masa Depan

 Atap: dari segi bentuk dan ketahanan dapat megantisipasi yang kan datang karana memakai bentuk bubungan yang sesuai dari ciri- ciri neo vernakular.

 Bentuk Dasar: bentuk dasar persegi bertujun untuk mempertimbangkan, mengantisipasi kondisi yang akan datang tetapi masih terlihat monoton.

 Warna: warna yang digunakan juga

mempertimbangkan kondisi yang akan datang  Material: penggunaan material, beton, kaca, dan

batu alam memperhatikan hubungan masa depan yang dpat berkelanjutan.

KESIMPULAN

Arsitektur neo vernakular suatu penerapan elemen arsitektur yang telah ada,baik fisik, (bentuk konstruksi), maupun non fisik (konsep,filosopi, tata ruang). Arsitktur neo vernakular paham dari aliran arsitektur post-modern yang lahir sebagai respon, dan kritik atas moderenisme yang mengutamakan nilai rasionalisme dan

fungsionalisme yang dipengaruhi

perkembangan teknologi industry. Konsep yang digunakan pada arsitektur neo-vernakular mengacu dan mendekatkan pada ciri-ciri dan prinsi dari neo- vernakular kemudian diterpakan pada rancangan baru ketiga studi kasus yang ditentukan.

Tujuan utama Arsitektur Neo

Vernakuler adalah untuk melaraskan unsur

budaya setempat dengan modern agar identitas dari daerah sekitar tidak hilang kemudian menyatukan unsur modern dengan budaya agar tidak tertinggal zaman, yang ini semua berdasarkan teori, ciri-ciri, prinsip dari neo vernakular.

DAFTAR PUSTAKA

Alma, Ananda, S, Salain, P. R & Suarya, I. M. (2018). Penerapan Tema Neo-Vernacular Pada Fasad dan Interior Perancangan Pusat Pameran Kain Tenun Cag-Cag di Jembrana, Bali. E-Jurnal Arsitektur : Universitas Udayana.

(10)

66 Budiarto, Andy, Irma Indriani, I & Ratna, A.

M. (2017). Tipologi Fasad Arsitektur Melayu dengan Fasad Arsitektur Tradisional Pelembang. Temu Ilmiah Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia (IPLBI) 6 :Universitas Tridinanti Palembang.

Fajrine, Purnomo, A. B & Jimmy Siswanto Juwana. (2017). Penerapan Konsep Arsitektur Neo Vernakular Pada

Stasiun Pasar Minggu. Seminar

Nasional Cendekiawan.

Irawan & Della. (2017). Resort Hotel Danau Singkarak Sumatera Barat Penekanan

Arsitektur Neo Vernakular

PublikasiIlmiah: Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Pangendra, Dyos., Wahyu Hidayat, W & Susilawati, M. D. (2018). Penerapan

Unsur-Unsur Arsitektur

Neo-Vernakular Pada Perancangan Galeri

Seni Budaya Melayu Riau Di

Pekanbaru.

Pandu & Dendy, W. (2016). Arsitektur Neo Vernakular Prambanan Heritage Hotel & Convention.

Ratih & Nyoman, P.S. (2017). Paham Arsitektur Neo Vernakular Di Era Post Modern.

Susanto, S, Triyono, J & Sumalyo, Y. (2011). Tentang Arsitektur Neo Vernakular. Tjok & Putra, P. (2017). Tentang Pengertian

Gambar

Gambar 1.  Tampak “The Ship”
Gambar 3.  Rumah Adat Batak  (Sumber: Nurazizah, 2019)
Gambar 5. Ornamen  dan hiasan khas Melayu         (Sumber: Ayu Kartini, 2016)  METODE PENELITIAN
Tabel 1. Fokus penelitian  (sumber: analisa peneliti,2020)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Metode perhitungan galian yang akan digunakan adalah metode koordinat untuk perhitungan luas penampang dan metode prismoida untuk perhitungan tinggi pada Microsoft

termasuk alat musik membranophone. Berdasarkan hasil analisis pada pola tabuhan permainan orang tua dan kaum muda Dayak Mualang dalam memainkan musik tradisional

Enterotomi untuk mengangkat benda asing pada kura-kura Pardalis dapat dilakukan dengan metode coelio-plastronomi dan harus didukung dengan prosedur esofagostomi,

dengan model experiential learning pada materi prinsip dasar bioteknologi serta implikasinya pada salingtemas dan peran bioteknologi serta implikasi hasil-hasil dalam proses

Berdasar atas pembahasan yang telah dilakukan pada sub Bab 4.2.2 (untuk perhitungan Total Return ) dan 4.2.3 (untuk perhitungan Expected Return ) maka dari

Jadi post partum sectio caesaria atas indikasi letak sungsang adalah masa setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu dimana kelahiran janinnya dilakukan

Resiko terhadap penyakit periodontal untuk semua subjek lebih besar pada orang dengan tekanan finansial tinggi, ditandai dengan level keparahan kehilangan perlekatan dan