• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS USAHA DAN PROSPEK PENGEMBANGAN PADA UKM PETIKAN CITA HALUS CITAYAM, BOGOR DEDE NOERAENI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS USAHA DAN PROSPEK PENGEMBANGAN PADA UKM PETIKAN CITA HALUS CITAYAM, BOGOR DEDE NOERAENI"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS USAHA

DAN PROSPEK PENGEMBANGAN

PADA UKM ”PETIKAN CITA HALUS”

CITAYAM, BOGOR

DEDE NOERAENI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009

(2)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya, bahwa laporan akhir yang berjudul :

Analisis Usahadan Prospek Pengembangan pada UKM ”Petikan Cita Halus” Citayam, Bogor

merupakan hasil karya saya sendiri di bawah arahan dari komisi pembimbing. Laporan akhir ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain serta belum pernah dipublikasikan.

Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Juli 2009

(3)

ABSTRACT

DEDE NOERAENI. The Business Analysis and Development Prospect of “Petikan Cita Halus” Small Industry at Citayam, Bogor. Supervised by KOMAR SUMANTADINATA as Committee Chairman, and DARWIN KADARISMAN as member.

The fish processing business in Indonesia is generally dominated by middle and small scale industries. Yet, they are usually weak in some dimensions, such as capital, technology, information, management and marketing. The objectives of this study is (1) to find out the production system of “Petikan Cita Halus” small industry at Citayam, Bogor; (2) to evaluate its business feasibility; and (3) to develop its strategy.

The primary and secondary data were applied in this research. They were analyzed using the descriptive method, financial feasibility and the SWOT (Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats) matrix. The descriptive analysis was conducted to find out the company’s condition, management, technical and production, and marketing system. The analysis of its financial feasibility was done, firstly, by developing the cash flow. The method applied to assess its business feasibility was by the use of Payback Period (PP), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), and Benefit Cost Ratio (B/C Ratio), or Profitability Index (PI). An analysis of the financial ratio was also conducted to learn about the company’s financial performance. The ratios used were liquidity, leverage, activity, and profitability. The SWOT analysis was used to develop strategies by merging strength, weakness, opportunity and threat of the organization.

The result indicated that the production volume of “Petikan Cita Halus” small industry is 7.3 kg/ day at present, and that rays fish is the most produced. This production is still below the maximum capacity of small industries, which is 1 ton / day. This small enterprise is financially incapable, with a negative NPV (Rp1,031,409,954), a B/C Ratio less than one (0.45), and IRR equal to 0.71%, which is still below the discount rate required (16%), and a payback period of 10.03 years. The liquidity, debt and profitability ratios in 2007 showed a decline compared to those in 2006, whereas the activity ratio showed an increase.

The alternative strategy that can be applied at “Petikan Cita Halus” small industry is a) utilizing the advancement of information technology to promote products and expand market, b) maintaining and improving product quality to increase sale, and maintaining customers’ loyalty, c) establishing outlets and partnership to market products, d) improving the mastery of processing technology, e) optimizing productivity to minimize production cost, f) making cost-efficiency to cut production cost and enhance profit, and g) selecting the most profitable main products.

(4)

RINGKASAN

DEDE NOERAENI. Analisis Usaha dan Prospek Pengembangan pada UKM ”Petikan Cita Halus” Citayam, Bogor. Dibimbing oleh KOMAR SUMANTADINATA sebagai Pembimbing Utama dan DARWIN KADARISMAN, sebagai Pembimbing Anggota.

Usaha pengolahan hasil perikanan di Indonesia pada umumnya masih didominasi oleh pengolahan ikan berskala kecil dan menengah. Namun, usaha pengolahan hasil perikanan skala mikro kecil umumnya lemah dalam berbagai dimensi, baik dalam aspek permodalan, teknologi, informasi, manajemen maupun pemasaran. Untuk itu, dilakukan pengkajian aspek-aspek yang berpengaruh dalam pengembangan usaha UKM pengolahan ikan asap ”Petikan Cita Halus” Citayam, Bogor. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah 1) mengetahui sistem produksi, 2) mengevaluasi kelayakan usa, dan 3) menyusun strategi pengembangan usaha UKM tersebut.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Analisis data dilakukan secara deskriptif, kelayakan finansial dan SWOT (Strengths-Weakness-Opportunities-Threats Matrix). Analisis deskriptif digunakan untuk melihat keadaan umum perusahaan, kondisi manajemen, teknis dan produksi, serta sistem pemasaran. Analisis kelayakan finansial dilakukan dengan terlebih dahulu menyusun aliran tunai cash flow. Metode yang digunakan untuk menilai kelayakan usaha adalah Payback Period (PP), Net Present Value (NPV), Internal

Rate of Return (IRR) dan Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) atau Profitability Index (PI).

Selain analisis kelayakan usaha, digunakan juga analisis rasio keuangan untuk mengetahui secara cepat kinerja keuangan perusahaan. Jenis rasio keuangan yang digunakan adalah rasio likuiditas (liquidity ratio), rasio hutang (leverage ratio), rasio aktivitas (activity ratio) dan rasio keuntungan (profitability ratio). Analisis SWOT digunakan untuk menyusun strategi dengan menggabungkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki organisasi.

UKM Petikan Cita Halus merupakan kepanjangan dari UKM Petani Ikan Citayam Haji Amril Lubis yang didirikan oleh Haji Amril Lubis pada tahun 2001 dan secara resmi dideklarasikan pada tanggal 11 Maret 2002. Usaha ini berawal dari

(5)

coba-coba dengan responden tetangga dan rekan sejawat. Karena respon yang positif, Haji Amril Lubis memanfaatkannya menjadi usaha komersial. Saat ini, UKM Petikan Cita Halus berkembang dan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 25 orang. Produk UKM Petikan Cita Halus juga sudah sesuai dengan SNI, memiliki sertifikat halal dan terdaftar di Depkes RI. UKM Petikan Cita Halus terletak di Jl Akarwangi Raya Ds Ragajaya Citayam, Bogor, dan menempati lahan seluas 3800 m2.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa volume produksi UKM ”Petikan Cita Halus” saat ini adalah 7,3 kg/hari, masih jauh di bawah kapasitas produksi maksimum yaitu 1 ton/hari, dengan jumlah produksi ikan asap yang paling banyak adalah ikan asap pari. UKM ”Petikan Cita Halus” tidak layak secara finansial, dengan nilai NPV negatif (Rp -1.031.409.954), B/C ratio kurang dari satu (0,45), IRR sebesar 0,71% masih di bawah tingkat diskonto yang disyaratkan sebesar 16%, dan payback period selama 10,03 tahun. Rasio likuiditas, hutang dan profitabilitas pada tahun 2007 menunjukkan hasil yang menurun dibandingkan tahun 2006, sedangkan rasio aktivitas mengalami peningkatan.

Alternatif strategi yang dapat diterapkan di UKM “Petikan Cita Halus” adalah a) memanfaatkan kemajuan teknologi informasi untuk promosi produk dan

memperluas pasar, b) mempertahankan dan meningkatkan mutu produk untuk meningkatkan penjualan dan menjaga loyalitas pelanggan, c) membuka outlet-outlet dan kemitraan untuk memasarkan produk, d) meningkatkan penguasaan teknologi pengolahan, e) mengoptimalkan kemampuan produksi untuk meminimalkan biaya produksi, f) melakukan efisiensi biaya untuk menekan biaya produksi dan meningkatkan keuntungan, dan g) melakukan strategi pemilihan produk utama yang paling menguntungkan. Saran yang dapat diberikan untuk pengembangan usaha

adalah: a) UKM “Petikan Cita Halus” diharapkan untuk melakukan analisis prioritas terhadap 7 alternatif strategi yang telah diperoleh; dan b) UKM “Petikan Cita Halus” agar menyusun program kerja untuk melaksanakan strategi yang telah diprioritaskan

(6)

@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2009 Hak Cipta dilindungi Undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruhnya karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

(7)

ANALISIS USAHADAN PROSPEK PENGEMBANGAN PADA UKM ”PETIKAN CITA HALUS” CITAYAM, BOGOR

DEDE NOERAENI

Tugas Akhir

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada

Program Studi Industri Kecil Menengah

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2009

(8)
(9)

Judul Tugas Akhir : Analisis Usaha dan Prospek Pengembangan pada UKM ”Petikan Cita Halus” Citayam, Bogor

Nama Mahasiswa : Dede Noeraeni Nomor Pokok : F052050225

Program Studi : Industri Kecil Menengah

Menyetujui, Juli 2009

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Komar Sumantadinata Ir. Darwin Kadarisman, M.S.

Ketua Anggota

Mengetahui,

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Industri Kecil Menengah

Prof.Dr.Ir. H. Musa Hubeis, M.S., Dipl.Ing., D.E.A. Dr.Ir.H. Khairil A. Notodiputro, M.S.

(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tasikmalaya pada tanggal 21 Oktober 1961 dari ayah alm. Syamsudin dan ibu Iting Kartimah. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Pendidikan sarjana ditempuh di Fakultas Ekonomi Manajemen, Universitas Islam Nusantara, Bandung, dan lulus pada tahun 1986.

Pengalaman kerja penulis dimulai tahun 1986 sampai 1989 dengan bekerja di kantor konsultan Akutansi dan Perpajakan di Bandung. Tahun 1989-1992 sebagai supervisor impor pada perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) di Bandung, tahun 1992-1993 sebagai kepala bagian impor pada perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di Bandung. Penulis diterima sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian Republik Indonesia, dipekerjakan di Perum Prasarana Perikanan Samudera, Jakarta, pada tahun 1993. Pada tahun 2003 dimutasikan ke UPT Pelabuhan Perikanan Samudera Jakarta, dan pada tahun yang sama penulis dimutasikan ke Departemen Kelautan dan Perikanan RI dan ditempatkan di Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Jakarta sampai dengan sekarang.

(11)

PRAKATA

Dengan mengucapkan Alhamdulillah, laporan tugas akhir yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil Menengah ini berhasil diselesaikan.

Tugas akhir dengan judul Analisis Usaha dan Prospek Pengembangan pada UKM “Petikan Cita Halus” Citayam, Bogor ini dipilih dengan tujuan untuk mengetahui sistem produksi, mengevaluasi kelayakan usaha serta menyusun strategi pengembangan usaha UKM “Petikan Cita Halus” Citayam, Bogor. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan kajian dalam merencanakan pengembangan usaha dan mendapatkan alternatif strategi pengembangan usaha bagi UKM “Petikan Cita Halus” Citayam, Bogor sehingga dapat mengoptimalkan kapasitas produksi dan meningkatkan keuntungan.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Komar Sumantadinata dan Bapak Ir. Darwin Kadarisman, M.S. selaku Pembimbing atas pengarahan, bimbingan dan dorongannya dalam penyusunan dan penyelesaian tugas akhir ini. Di samping itu, penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA selaku Ketua Program Studi Industri Kecil Menengah, Program Pascasarjana, Bapak Haji Amril Lubis, pemilik UKM Petikan Cita Halus yang telah memperkenankan perusahaannya sebagai obyek analisis dan membantu dalam penyempurnaan informasi dan data yang dibutuhkan dalam penulisan tugas akhir ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibu, suami, anak-anak, cucu, mantu dan seluruh keluarga atas segala do’a dan dukungannya.

Semoga laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat dan membantu semua pihak yang membutuhkannya.

Bogor, Juli 2009

(12)

DAFTAR ISI Halaman PRAKATA ... viii DAFTAR TABEL ... x DAFTAR GAMBAR ... xi DAFTAR LAMPIRAN ... xi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Perumusan Masalah ... 2 C. Tujuan ... 2 D. Kegunaan ... 2

II. LANDASAN TEORI A. Pengolahan Ikan ... 3

B. Pengasapan Ikan ... 4

C. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) ... 4

D. Analisis Kelayakan Usaha ... 7

E. Strategi Pengembangan Usaha... 8

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data ... 10

B. Metode Analisis ... 10

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum ... 15

1. Sejarah Perusahaan ... 15

2. Lokasi dan Keadaan Geografis ... 15

B. Aspek Teknis dan Produksi ... 15

C. Aspek Komersial... 20

D. Aspek Manajemen ... 22

E. Aspek Finansial... 24

F. SWOT (Strengths-Weakness-Opportunities-Threats Matrix) ... 27

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 31

B. Rekomendasi ... 31

DAFTAR PUSTAKA... 32

(13)

DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman 1 Daftar Bangunan dan Peralatan yang Digunakan oleh UKM "Petikan

Cita Halus" Citayam, Bogor ... 16

2 Penggunaan Bahan Baku Ikan Asap UKM "Petikan Cita Halus" Citayam, Bogor ... 17

3 Proporsi Ikan Asap yang Dihasilkan oleh UKM "Petikan Cita Halus" Citayam, Bogor ... 20

4 Biaya Investasi UKM “Petikan Cita Halus” Citayam, Bogor ... 24

5 Biaya Operasional UKM “Petikan Cita Halus” Citayam, Bogor ... 25

6 Hasil Rasio Likuiditas UKM “Petikan Cita Halus” Citayam, Bogor ... 26

7 Hasil Rasio Hutang UKM “Petikan Cita Halus” Citayam, Bogor... 26

8 Hasil Rasio Aktivitas UKM “Petikan Cita Halus” Citayam, Bogor... 27

9 Hasil Rasio Keuntungan UKM “Petikan Cita Halus” Citayam, Bogor ... 27

10 Faktor-Faktor Strategis yang Terdapat pada UKM ”Petikan Cita Halus”, Citayam, Bogor ... 28

(14)

DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman 1 Matriks SWOT... 14 2 Denah Tataletak Pengolahan Ikan Asap UKM "Petikan Cita Halus"

Citayam, Bogor ... 16 3 Ruang Penerimaan Bahan Baku Ikan Sebelum Diolah Atau Disimpan ... 17 4 Diagram Alur Pengolahan Ikan Asap ... 18 5 Proses Penanganan Ikan Cakalang yang Dijepit oleh Bambu sampai Siap

Diasap ... 19 6 Contoh Produk Ikan Asap UKM “Petikan Cita Halus” Citayam, Bogor

yang Siap Dipasarkan ... 21 7 Struktur Organisasi UKM “Petikan Cita Halus” Citayam, Bogor... 23 8 Hasil Kombinasi Alternatif Strategi pada UKM ”Petikan Cita Halus”

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks Halaman

1 Kuesioner untuk UKM ”Petikan Cita Halus” Citayam, Bogor ... 34

2 Analisis Biaya UKM ”Petikan Cita Halus” Citayam, Bogor... 53

3 Neraca Keuangan UKM ”Petikan Cita Halus” Citayam, Bogor ... 54

(16)

1 I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia memiliki potensi sumberdaya perikanan yang cukup besar yang sampai saat ini belum dimanfaatkan secara optimal. Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan oleh Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan bekerjasama dengan P3O LIPI pada tahun 2001, potensi lestari (Maximum Sustainable Yield – MSY) sumberdaya perikanan laut di Indonesia diperkirakan sebesar 6,4 juta ton per tahun. Selain itu, terdapat pula potensi sumberdaya perikanan budidaya air payau, budidaya air tawar dan budidaya laut (P2HP, 2007). Volume produksi perikanan Indonesia, baik perikanan tangkap maupun budidaya, pada tahun 2005 sebesar 6,9 juta ton. Namun, hanya 20,3% atau 1,4 juta ton dari produksi perikanan yang diolah, baik berupa ikan kering/asin, ikan pindang, ikan peragian, ikan asap, ikan beku, ikan kalengan, maupun ikan olahan lainnya (DKP, 2006).

Ikan merupakan bahan pangan yang mudah rusak (membusuk). Hanya dalam jangka waktu 8 jam sejak ikan ditangkap dan didaratkan sudah akan timbul proses perubahan yang mengarah pada kerusakan. Oleh karena itu, agar ikan dan hasil perikanan lainnya dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin, perlu dijaga kondisinya. Pengolahan merupakan salah satu cara untuk mempertahankan ikan dari proses pembusukan, sehingga mampu disimpan lama sampai tiba waktunya untuk dikonsumsi. Pengolahan juga diharapkan dapat meningkatkan nilai ekonomis, kontinuitas dan konsumsi ikan (P2HP, 2007).

Salah satu cara pengolahan yang dilakukan adalah dengan pengasapan. Ikan asap merupakan produk olahan yang siap untuk dikonsumsi, artinya tanpa dilakukan pengolahan atau pemasakan ikan sudah siap untuk disantap, karena selama proses pengasapan ikan telah mendapat perlakuan panas yang cukup untuk memasak daging ikan dan sekaligus membunuh sebagian besar bakteri yang terdapat di dalamnya (BRKP, 2003).

Perkembangan UKM memiliki potensi yang besar dalam meningkatkan taraf hidup orang banyak, terutama di pedesaan. Hal ini telah ditunjukkan oleh keberadaan UKM yang berperan nyata dalam penyerapan tenaga kerja, yaitu

(17)

2 sebesar 85.416.493 orang atau 96,2% dari total penyerapan tenaga kerja yang ada, serta mampu memberikan kontribusi 53,3% dari total PDB nasional pada tahun 2006 (BPS dan KN KUKM, 2007).

Usaha pengolahan hasil perikanan di Indonesia pada umumnya masih didominasi oleh pengolahan ikan berskala kecil dan menengah. Dari 17.616 unit pengolahan ikan (UPI) yang ada, 96,3% diantaranya merupakan UPI tradisional dan 658 unit pengolahan skala besar (3,7%). Namun, usaha pengolahan hasil perikanan skala mikro kecil umumnya lemah dalam berbagai dimensi, baik dalam aspek permodalan, teknologi, informasi, manajemen maupun pemasaran (P2HP, 2007). Untuk itu, perlu dikaji aspek-aspek yang berpengaruh dalam pengembangan usaha tersebut.

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimana sistem produksi pada UKM ”Petikan Cita Halus”. 2. Bagaimana kelayakan usaha UKM ”Petikan Cita Halus”.

3. Bagaimana strategi pengembangan usaha UKM ”Petikan Cita Halus”.

C. Tujuan

1. Mengetahui sistem produksi pada UKM ”Petikan Cita Halus”. 2. Mengevaluasi kelayakan usaha UKM ”Petikan Cita Halus”.

3. Menyusun strategi pengembangan usaha UKM ”Petikan Cita Halus”.

D. Kegunaan

1. Sebagai bahan kajian bagi UKM ”Petikan Cita Halus” dalam merencanakan pengembangan usaha.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pelaku usaha lain yang berkeinginan untuk membuka usaha sejenis.

3. Mendapatkan alternatif strategi pengembangan usaha bagi UKM ”Petikan Cita Halus”.

(18)

3 II. LANDASAN TEORI

A. Pengolahan Ikan

Pengolahan merupakan salah satu cara untuk mempertahankan ikan dari proses pembusukan, sehingga mampu disimpan lama sampai tiba waktunya untuk dijadikan sebagai bahan konsumsi. Pembusukan itu disebabkan oleh pengaruh kegiatan bakteri dan pengaruh kegiatan enzim (autolisa), yaitu proses penguraian jaringan yang berjalan dengan sendirinya setelah ikan mati, yang semakin cepat bila suhu meningkat dan mencapai puncaknya pada suhu 37 oC (Moeljanto, 1992).

Pengolahan ikan yang diawali dengan cara tradisional menggunakan sinar matahari, yang berfungsi untuk meningkatkan daya simpan dengan jalan mengurangi kadar air. Namun, selama ini ikan tradisional masih mempunyai citra buruk di mata konsumen, karena rendahnya mutu dan nilai nutrisi, tidak konsistennya nilai fungsional serta tidak adanya jaminan mutu dan keamanan bagi konsumen (Heruwati, 2002). Terdapat beberapa cara pengolahan lain, yaitu pendinginan, pembekuan, pengasapan (Bykowski & Dutkiewicz, 1996), penggaraman, pemindangan dan peragian ikan (Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, 2000).

Komoditas perikanan diolah menjadi produk perikanan (produk akhir) yang dapat dikelompokkan menutur proses penanganan dan atau pengolahan sebagai berikut :

1. Produk hidup

2. Produk segar (fresh product) melalui proses peng-esan/pendinginan

3. Produk beku (frozen product) baik mentah (raw) atau masak (cooked) melalui proses pembekuan

4. Produk kaleng (canned product) melaui proses pemanasan dengan suhu tinggi (sterilisasi) dan pasteurisasi

5. Produk kering (dried product) melalui proses pengeringan alami atau mekanis 6. Produk asin kering (dried salted product) melaui proses penggaraman dan

(19)

4 7. Produk asap (smoked product) melalui proses pengasapan

8. Produk fermentasi (fermented product) melalui proses permentasi 9. Produk masak (cooked product) melalui proses pemasakan

10. Surimi based product melalui leaching atau pengepresan (minced) (P2HP, 2007).

Ikan olahan penting sebagai sumber gizi, yaitu protein dan mineral, seperti kalsium dan seng (P2HP, 2007).

B. Pengasapan Ikan

Ikan asap adalah suatu produk olahan perikanan dengan bahan baku ikan segar yang mengalami perlakuan: penyiangan, pencucian dengan atau tanpa perendaman dalam larutan garam, pencucian, penirisan, pengemasan, pengepakan serta penyimpanan (SNI 01-2725-1992). Ikan asap merupakan produk olahan yang siap untuk dikonsumsi, artinya tanpa dilakukan pengolahan atau pemasakan ikan sudah siap untuk disantap, karena selama proses pengasapan ikan telah mendapat perlakuan panas yang cukup untuk memasak daging ikan dan sekaligus membunuh sebagian besar bakteri yang terdapat di dalamnya. Pengasapan juga menghasilkan efek pengawetan yang berasal dari beberapa senyawa kimia yang terkandung di dalamnya, khususnya senyawa-senyawa aldehid, keton, dan berbagai asam organik (BRKP, 2003).

Penjenuhan bahan baku menggunakan asap kayu merupakan prinsip utama dari pengasapan. Selama proses ini, sebagian kadar air akan hilang serta terjadi perubahan warna dan rasa (Bykowski & Dutkiewicz, 1996). Terdapat dua tujuan utama dalam pengasapan ikan, yaitu pertama untuk mendapatkan daya awet yang dihasilkan asap, sedangkan bau, rasa dan tekstur bukan tujuan utama. Kedua, untuk memberikan aroma yang khas tanpa peduli kemampuan daya awetnya (Wibowo, 2002).

C. Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak

(20)

5 perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria, antara lain memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) (Undang-Undang Republik Indonesia No. 20, 2008).

Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah) (Undang-Undang Republik Indonesia No. 20, 2008).

Hubeis (1997) menyatakan bahwa usaha mikro, kecil dan menengah (UKM)/industri kecil menengah (IKM) mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:

a. Kelebihan

1). Organisasi internal sederhana terutama pada usaha mikro, kecil dan menengah (UMK), sedangkan pada usaha menengah cukup terstruktur. 2). Mampu meningkatkan ekonomi kerakyatan/padat karya dan berpeluang

untuk mengisi pasar ekspor dan mensubstitusi impor. 3). Relatif aman bagi perbankan dalam pemberian kredit 4). Bergerak dibidang usaha yang cepat menghasilkan 5). Mampu memperpendek rantai distribusi

6). Fleksibilitas dalam pengembangan usaha

b. Kekurangan

(21)

6

2). Keterbatasan ketersediaan keuangan

3). Ketidak mampuan pemenuhan aspek pasar

4). Keterbatasan pengetahuan produksi dan teknologi

5). Ketidak mampuan informasi

6). Tidak didukung kebijakan dan regulasi memadai

7). Tidak terorganisir dalam jaringan dan kerjasama

8). Sering tidak memenuhi standar

Pengembangan usaha kecil, menengah dan koperasi tergantung pada beberapa faktor, antara lain: 1) kemampuan usaha kecil, menengah, dan koperasi dijadikan kekuatan utama pengembangan ekonomi berbasis lokal yang mengandalkan endogenous resources di kota atau kabupaten, 2) kemampuan usaha kecil, menengah dan koperasi dalam peningkatan produktivitas, efisiensi dan daya saing, 3) menghasilkan produk yang bermutu dan berorientasi pasar (domestik maupun ekspor), 4) berbasis bahan baku domestik, 5) substitusi impor serta 6) agribisnis dan agroindustri (Syaukat, 2002).

Menurut Haryadi (1998), ada lima aspek yang berkaitan erat dengan perkembangan usaha kecil, yaitu aspek pemasaran, produksi, ketenagakerjaan, kewirausahaan dan akses kepada pelayanan. Dalam aspek pemasaran, tujuan dan orientasi pasar penting bagi perkembangan suatu usaha, karena akan menentukan pilihan-pilihan strategi adaptasi yang akan diambil dalam mengatasi kendala-kendala yang akan dihadapi, khususnya yang berkaitan dengan struktur pasar bahan baku produk.

Peran pemerintah sangat diharapkan dalam meningkatkan stabilitas kinerja UKM di Indonesia. Pemerintah telah membangun gedung pusat promosi KUKM yang diberi nama SMEsCO Promotion Center atau gedung SPC sejak tahun 2004 dalam rangka mengembangkan dan memudahkan kegiatan promosi produk KUKM di tingkat nasional maupun internasional (Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, 2007). Selain itu, pemerintah juga menerbitkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil dan menengah. Undang-Undang ini disusun dengan maksud untuk memberdayakan UKM. Secara umum struktur dan materi dari Undang-Undang ini memuat tentang ketentuan umum, asas, prinsip dan tujuan pemberdayaan, kriteria, penumbuhan iklim usaha, pengembangan usaha, pembiayaan dan

(22)

7 penjaminan, kemitraan, dan koordinasi pemberdayaan, sanksi administratif dan ketentuan pidana.

D. Analisis Kelayakan Usaha

Studi kelayakan usaha adalah suatu penelitian tentang layak tidaknya suatu usaha dilaksanakan, yaitu prakiraan bahwa proyek dapat atau tidak dapat menghasilkan keuntungan yang layak (Umar, 1997). Dari sisi keuangan, proyek dikatakan sehat apabila dapat memberikan keuntungan yang layak dan mampu memenuhi kewajiban finansialnya.

Tujuan dari analisis aspek finansial adalah untuk membandingkan pengeluaran dengan pendapatan, seperti ketersediaan dana, kemampuan proyek untuk dapat membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan, dan menilai apakah proyek akan dapat berkembang terus (Umar, 1997). Hal-hal tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan perhitungan aliran kas (cash flow). Pada umumnya ada empat metode yang biasa digunakan dalam penilaian aliran kas dari suatu investasi, yaitu metode payback period, net present value, internal

rate of return dan profitability index.

Payback period (PP) adalah metode untuk mencoba mengukur seberapa

cepat investasi bisa kembali. Karena itu, satuan hasilnya bukan persentase, tetapi satuan waktu. Kalau nilai PP lebih pendek dari yang disyaratkan, maka proyek dikatakan menguntungkan, namun apabila lebih lama proyek ditolak (Husnan & Suwarsono, 1994). Net present value (NPV) dapat diartikan sebagai nilai sekarang dari arus pendapatan yang ditimbulkan oleh investasi (Husnan & Suwarsono, 1994). Internal rate of return (IRR) adalah nilai discount rate yang membuat NPV dari suatu proyek sama dengan nol. IRR adalah tingkat rata-rata keuntungan intern tahunan bagi perusahaan yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan persen (Gittinger, 1986). Profitability index atau Benefit

Cost Ratio (B/C Ratio) adalah perbandingan antara nilai sekarang dari

penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang dengan nilai sekarang dari investasi (Umar, 1997).

Analisis rasio finansial merupakan teknik untuk mengetahui secara cepat kinerja keuangan perusahaan. Tujuannya adalah mengevaluasi situasi yang terjadi

(23)

8 saat ini dan memprediksi kondisi finansial masa yang akan datang (Rangkuti, 2005). Jenis rasio finansial ini antara lain: 1) rasio likuiditas (liquidity ratio), tujuan rasio ini adalah untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya, 2) rasio hutang (leverage ratio), tujuan rasio ini adalah untuk mengukur sampai seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh pihak luar, 3) rasio aktivitas (activity ratio), tujuan rasio ini adalah untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam mengelola sumber dana perusahaan dan 4) rasio keuntungan (profitability ratio), tujuan rasio ini adalah untuk mengukur efektivitas keseluruhan manajemen yang dapat dilihat dari keuntungan yang dihasilkan (Rangkuti, 2005).

E. Strategi Pengembangan Usaha

Perencanan strategis merupakan proses analisis, perumusan, dan evaluasi strategis yang bertujuan agar perusahaan dapat melihat secara objektif kondisi-kondisi eksternal dan internal untuk mampu mengantisipasi perubahan yang terjadi. Perencanan strategis penting untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan keinginan konsumen dengan dukungan yang optimal dari sumber daya yang ada agar dapat meningkatkan daya saing (Rangkuti, 2005). Menurut Umar (2003), lingkungan perusahaan dapat dibagi menjadi lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Lingkungan internal terdiri atas variabel-variabel yang merupakan kekuatan dan kelemahan bagi perusahaan dan berada di bawah kontrol perusahaan. Lingkungan eksternal terdiri atas variabel-variabel yang merupakan peluang dan ancaman bagi perusahaan dan tidak dapat dikontrol perusahaan.

Teknik perumusan strategi yang digunakan dalam membantu menganalisa, mengevaluasi dan memilih strategi terdiri atas tiga tahap yaitu: (1) tahap mengumpulkan data (input stage), (2) tahap pencocokan (matching stage), berfokus pada strategi alternatif yang layak dengan memadukan faktor-faktor eksternal dan internal, (3) tahap keputusan (decision stage), tahap pemilihan strategi yang terbaik dari berbagai strategi alternatif yang ada untuk diimplementasikan (David, 2003).

David (2003) menyebutkan ada beberapa faktor eksternal dalam identifikasi faktor eksternal perusahaan, antara lain: a) ekonomi, berkaitan dengan sifat dan

(24)

9 arah sistem ekonomi suatu usaha beroperasi, antara lain pola konsumsi, laju inflasi, ketersediaan kredit, tingkat pajak dan trend pertumbuhan ekonomi. b) Kebijakan pemerintah dan politik, c) teknologi, yang digunakan untuk menghindari keusangan dan mendorong inovasi, d) pesaing, e) ancaman pendatang baru, f) kekuatan tawar menawar konsumen, g) kekuatan tawar menawar pemasok, serta h) ancaman produk substitusi. Sementara itu, beberapa faktor internal dalam identifikasi faktor internal perusahaan, antara lain: a) manajemen, b) pemasaran, c) sumberdaya manusia, d) produksi dan operasi, serta e) keuangan.

Matriks SWOT memiliki empat alternatif strategi, yaitu: 1) strategi SO, yaitu strategi menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk memanfaatkan peluang, 2) strategi WO yaitu strategi memperbaiki kelemahan dengan memanfaatkan peluang, 3) strategi ST yaitu strategi menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari/mengurangi dampak ancaman, dan 4) strategi WT yaitu strategi mengurangi kelemahan dan menghindari ancaman.

(25)

10 III. METODE KAJIAN

A. Pengumpulan Data

Penelitian dilaksanakan di UKM ”Petikan Cita Halus” yang berlokasi di Citayam, Bogor. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan dan wawancara langsung (menggunakan kuesioner) dengan pemilik UKM ”Aneka Olahan Ikan Asap Citayam” (Lampiran 3). Sementara itu, data sekunder diperoleh dari data perusahaan yang meliputi laporan keuangan, peralatan, proses produksi, macam dan jumlah produk, bahan baku, dan data produksi milik UKM ”Aneka Olahan Ikan Asap Citayam” serta literatur-literatur sebagai bahan rujukan.

B. Metode Analisis

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, kelayakan finansial dan SWOT

(Strengths-Weakness-Opportunities-Threats Matrix). Analisis deskriptif digunakan untuk melihat keadaan umum

perusahaan, yaitu tentang sejarah berdiri dan perkembangannya, serta lokasi dan keadaan geografis. Di samping itu, analisis deskriptif juga digunakan untuk melihat kondisi manajemen, teknis dan produksi, serta sistem pemasaran.

Analisis kelayakan finansial usaha pengasapan ikan dilakukan dengan terlebih dahulu menyusun aliran tunai cash flow. Metode yang digunakan untuk menilai kelayakan usaha adalah PP, NPV, IRR dan B/C Ratio (Umar, 1997). Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. PP 1tahun bersih masuk Kas investasi Nilai PP= × Kriteria penilaian:

Apabila nilai PP lebih pendek dari yang disyaratkan, maka proyek dikatakan menguntungkan, namun apabila lebih lama proyek ditolak.

(26)

11 b. NPV o n 1 t t t I K) (1 CF NPV − + =

=

Dimana: CFt = aliran kas per tahun pada periode t Io = investasi awal pada tahun 0 K = suku bunga (discount rate) Kriteria penilaian:

- Apabila NPV>0, proyek dapat dilaksanakan.

- Apabila NPV=0, nilai perusahaan tetap walaupun proyek dilaksanakan maupun tidak.

- Apabila NPV<0, proyek ini lebih baik tidak dilaksanakan. c. IRR

= + = n 1 t t t ) (1 CF Io IRR Dimana: t = tahun ke n = jumlah tahun

Io = investasi awal pada tahun 0 CFt = aliran kas per tahun pada periode t IRR = tingkat bunga yang dicari harganya Kriteria penilaian:

Jika nilai IRR yang diperoleh lebih besar daripada tingkat bunga yang ditentukan, maka usaha dapat dilaksanakan.

d. B/C Ratio o o n 1 t t t I I K) (1 CF Ratio B/C − + =

= Kriteria penilaian:

- Apabila B/C Ratio>1, usaha dikatakan menguntungkan. - Apabila B/C Ratio<1, usaha dikatakan tidak menguntungkan

Selain analisis kelayakan usaha, digunakan juga analisis rasio finansial untuk mengetahui secara cepat kinerja keuangan perusahaan. Jenis rasio finansial

(27)

12 yang digunakan adalah rasio likuiditas (liquidity ratio), rasio hutang (leverage

ratio), rasio aktivitas (activity ratio) dan rasio keuntungan (profitability ratio)

(Rangkuti, 2005). Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Rasio Likuiditas 100% x s liabilitie current Total assets current Total ratio Current = s) liabilitie Current -assets (Current Inventory capital working to Inventory = Inventory s liabilitie Current inventory to debt Current = 100% x s liabilitie current Total assets quick Total ratio Quick = b. Rasio Hutang worth net Tangible worth net tangible to debt

Total = Totalhutang

worth net Tangible debt Current worth net tangible to debt Current = worth net Tangible assets Fixed worth net tangible to assets Fixed = Bunga bunga) pajak sebelum (Laba + = earned interest Time c. Rasio Aktivitas inventory e merchandis Average sold goods of Cost over turn e Merchandis =

Collection period = piutang dagang (account receivable) x 365 hari / net sales assets ed sales/Fix Net turnover asset Fixed = lancar) Hutang -lancar (Harta sales Net turnover capital Working =

(28)

13 d. Rasio Keuntungan sendiri Modal pajak sesudah bersih Laba equity) on (Return ROE = Penjualan pajak setelah bersih Laba margin Profit = aset Total pajak) -kasar n (Pendapata aset tas Produktivi = Penjualan Rasiogrossmargin=Grossmargin

Penjualan Rasiooperatingmargin=Operatingmargin

Analisis SWOT digunakan untuk menyusun strategi dengan menggabungkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki organisasi. Penyusunan matriks SWOT dapat dilakukan melalui 8 tahapan (David, 2003), yaitu :

1. Menentukan faktor-faktor eksternal yang menjadi peluang bagi perusahaan. 2. Menentukan faktor-faktor eksternal yang menjadi ancaman bagi perusahaan. 3. Menentukan faktor-faktor internal yang menjadi kekuatan bagi perusahaan. 4. Menentukan faktor-faktor internal yang menjadi kelemahan bagi perusahaan. 5. Menyesuaikan kekuatan internal dengan peluang eksternal untuk memperoleh

strategi SO.

6. Menyesuaikan kelemahan internal dengan peluang eksternal untuk memperoleh strategi WO.

7. Menyesuaikan kekuatan internal dengan ancaman eksternal untuk memperoleh strategi ST.

8. Menyesuaikan kelemahan internal dengan ancaman eksternal untuk memperoleh strategi WT.

(29)

14 IFE EFE Kekuatan (S) Daftar Kekuatan Kelemahan (W) Daftar Kelemahan Peluang (O) Daftar Peluang Strategi SO

Gunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

Strategi WO

Atasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang

Ancaman (T) Daftar Ancaman

Strategi ST

Gunakan kekuatan untuk menghindari ancaman

Strategi WT Meminimalkan kelemahan dan

menghindari ancaman

(30)

15 III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Keadaan Umum

1. Sejarah Perusahaan

UKM Petikan Cita Halus merupakan kepanjangan dari UKM Petani Ikan Citayam Haji Amril Lubis yang didirikan oleh Haji Amril Lubis pada tahun 2001 dan secara resmi dideklarasikan pada tanggal 11 Maret 2002. Kendala dalam hal pemasaran ikan melahirkan ide untuk membuat usaha pengolahan yang dapat berfungsi untuk mengawetkan atau memperpanjang daya simpan sekaligus memberikan nilai tambah, yaitu pengolahan ikan asap. Usaha ini berawal dari coba-coba dengan responden tetangga dan rekan sejawat. Karena respon yang positif, Haji Amril Lubis memanfaatkannya menjadi usaha komersial. Saat ini, UKM Petikan Cita Halus berkembang dan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 25 orang. Produk UKM Petikan Cita Halus juga sudah sesuai dengan SNI, memiliki sertifikat halal dan terdaftar di Depkes RI.

2. Lokasi dan Keadaan Geografis

UKM Petikan Cita Halus terletak di Jl Akarwangi Raya Ds Ragajaya Citayam, Bogor, dan menempati lahan seluas 3800 m2. Lokasi terletak di tengah perkampungan yang sebagian besar masyarakatnya membudidayakan ikan, sehingga memudahkan pasokan bahan baku.

B. Aspek Teknis dan Produksi

1. Investasi dan peralatan untuk proses produksi

UKM Petikan Cita Halus menempati lahan seluas ± 3800 m2. Bangunan rumah produksi dibangun pada tahun 2004 dengan luas 16x9 m yang terdiri atas dua lantai. Banguan dan peralatan yang dimiliki UKM terdapat pada Tabel 1 dan denah tataletak pada Gambar 2.

(31)

16

Tabel 1. Daftar Bangunan dan Peralatan yang Digunakan oleh UKM "Petikan Cita Halus" Citayam, Bogor

No Jenis bangunan dan peralatan

Jumlah

(buah) Uraian spesifikasi

1. Bangunan:

Kolam penampungan ikan

1 Berukuran 12x5x1,5 m terdiri atas 4 kolam dan dapat menampung 10 ton ikan segar

Ruang penyiangan/ penanganan bahan baku

1 Bangunan berukuran 8x5 m yang difungsikan untuk pembelahan/ penyiangan ikan, perendaman dan penirisan ikan

Ruang penyimpanan bahan baku

1 Bangunan berukuran 6x3 m dengan 8 buah freezer yang difungsikan sebagai tempat penyimpanan bahan baku Ruang pengasapan 1 Bangunan berukuran 16x3 m dengan 4 dapur (cerobong)

yang mempunyai kapasitas pengasapan 250 kg setiap dapur (cerobong).

Ruang pengemasan 1 Bangunan steril berukuran 6x6 m yang difungsikan untuk penimbangan, pengemasan dan proses vakum dengan dengan 2 vacuum sealer.

2. Mesin dan Peralatan:

Meja pembelahan 2 Berukuran 2x1x80 cm dengan bahan stainless steel Bejana pembersih

dan perendaman

2 Food grade

Kajang pengasapan 30 Berukuran 120x120 cm dibuat dari bahan anyaman bambu Rak penirisan 1 Berukuran 120x120x200 cm

Vacuum sealer 11 25 PSI

Freezer 8 1. 2 buah dengan kapasitas 800 lt (-250 C)

2. 2 buah dengan kapasitas 900 lt (-250 C) 3. 2 buah dengan kapasitas 800 lt (-450 C) 4. 2 buah dengan kapasitas 800 lt (-450 C)

Timbangan 4 Terdiri atas timbangan duduk dan timbangan dapur

Drum 10 Kapasitas 200 lt

Etalase 1 Berukuran 200x80x180 cm 3. Kendaraan:

Mobil operasional 2 Toyota Super Kijang tahun 1987 Toyota Kijang Capsule tahun 2001

Gambar 2. Denah Tata Letak Pengolahan Ikan Asap UKM "Petikan Cita Halus" Citayam, Bogor

(32)

17 2. Cara Produksi

Ikan yang dikirim sebagai bahan baku, seperti patin, lele, pari, tuna, cakalang, layur dan marlin (Tabel 2), dimasukkan ke ruang penanganan bahan baku untuk disiangi/dipotong atau dibersihkan. Ikan yang masuk ditempatkan dalam meja penirisan, kemudian dicuci di bak pencucian untuk menghilangkan kotoran, jeroan ikan dan darah. Ikan yang akan diolah/diasap, langsung direndam dalam larutan garam, sedangkan bila pengolahannya ditunda, akan ditiriskan kemudian dimasukkan ke dalam freezer. Bahan lain yang digunakan adalah garam, jeruk nipis dan kayu bakar. Denah ruang penyiangan/penerimaan bahan baku terdapat pada Gambar 3.

Tabel 2. Penggunaan Bahan Baku Ikan Asap UKM "Petikan Cita Halus" Citayam, Bogor Jumlah kebutuhan (kg) No Jenis ikan 2006 2007 Asal pasokan 1 Pari 4.738 5.092 Jakarta 2 Tuna 1.636 318 Jakarta 3 Marlin 1.502 126 Jakarta 4 Lele 727 366 Jakarta 5 Patin 672 386 Jakarta 6 Cakalang 407 440 Cilacap 7 Layur 120 - Juwana, Pati 8 Layaran 55 50 Cilacap 9 Nila 20 - Juwana, Pati

Jumlah 9.877 6.725

(33)

18 Pengasapan dibedakan menurut jenis ikan agar tidak tercampur. Tahapan pengolahan ikan asap di UKM "Petikan Cita Halus" dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 5 menunjukkan contoh model ikan asap yang dijepit oleh bambu, biasanya digunakan ikan cakalang.

Ikan beku dari ruang pendingin ↓↓↓↓

Pembilasan dengan air bersih, pembuangan tulang dan isi perut ikan, serta pemotongan sesuai ukuran

↓↓↓↓

Perendaman dalam larutan garam (30 menit) dan larutan jeruk nipis (30 menit)

↓↓↓↓

Penempatan pada tray dan pengasapan (6-8 jam) ↓↓↓↓

Pengemasan dengan plastik dan kardus ↓↓↓↓

Penyimpanan dalam freezer dan siap untuk dipasarkan

Gambar 4. Diagram Alur Pengolahan Ikan Asap

Ikan diambil dari ruang pendingin kemudian diletakkan di ruang pencucian dan pemotongan. Ikan dibilas dalam keadaan beku dengan air sumur yang bersih, dipotong sesuai dengan ukurannya dan ditempatkan dalam gentong plastik. Ikan yang sudah bersih direndam dalam larutan garam kurang lebih selama 30 menit, diangkat dan dimasukkan dalam larutan jeruk nipis untuk menghilangkan bau amis ikan dan direndam selama 30 menit. Khusus untuk ikan pari, setelah perendaman dengan air jeruk, selanjutnya direndam dalam air mentimun selama 20 menit. Tujuan perendaman dengan air mentimun untuk menghilangkan bau amis ikan pari yang sangat menusuk.

Tahapan berikutnya adalah menempatkan ikan di atas rak (tray) berukuran 1 m2 yang terbuat dari anyaman bambu. Tray ditempatkan dalam dapur (tempat pengasapan) dan proses pengasapan siap dimulai. Satu dapur

(34)

19 pengasapan mampu menampung sebanyak 10 tray dan waktu pengasapan berkisar antara 6 – 8 jam. Untuk menghasilkan asap yang banyak dan aroma yang khas, kayu bakar yang digunakan harus dipilih dari jenis kayu penghasil buah-buahan. Selain itu, kayu yang dibakar juga harus ditutup dengan daun pisang agar tidak menghanguskan ikan. Selama proses pengasapan berlangsung, rak/tray ikan harus dirotasi agar ikan mendapat panas yang merata sehingga matang secara menyeluruh.

Setelah kurang lebih 8 jam, ikan diangkat dan ditempatkan di meja penyajian untuk dilihat tingkat kematangannya. Ikan asap hasil sortiran selanjutnya dikemas dalam kemasan plastik menggunakan alat vacuum sealer dan diikuti kemasan dus, tujuannya untuk mempertahankan mutu ikan asap agar bisa dikonsumsi dalam waktu simpan yang cukup lama yaitu kurang lebih 1 tahun (masa kadaluarsa). Ikan asap disimpan dalam freezer dan siap dipasarkan.

Gambar 5. Proses Penanganan Ikan Cakalang yang Dijepit oleh Bambu sampai Siap Diasap

3. Jenis dan Jumlah Produk

UKM Petikan Cita Halus saat ini mengasilkan ikan asap dari bahan baku ikan patin, nila, lele, pari, cakalang, tuna dan layang. Jumlah produksi dari masing-masing jenis tersebut tergantung dari permintaan dan pasokan bahan baku. Data yang ditampilkan adalah data tahun 2006 dan 2007, karena data tahun sebelumnya dan 2008 belum tercatat. Terdapat penurunan total produksi pada tahun 2007 dibanding 2006, yaitu dari 3.175 kg menjadi 2.623 (Tabel 3). Jumlah produksi ikan asap yang paling banyak adalah ikan asap pari yang mencapai 47% pada tahun 2006 dan 73% tahun 2007 dari total produksi.

(35)

20

Tabel 3. Proporsi Ikan Asap yang Dihasilkan oleh UKM "Petikan Cita Halus" Citayam, Bogor Jumlah produksi (kg) Persentase

No Jenis ikan 2006 2007 2006 2007 1 Pari 1.494 1.926 47,1 73,4 2 Tuna 548 181 17,3 6,9 3 Marlin 492 105 15,5 4,0 4 Lele 236 120 7,4 4,6 5 Patin 201 127 6,3 4,8 6 Cakalang 132 148 4,2 5,6 7 Layur 46 0 1,4 0,0 8 Layaran 19 16 0,6 0,6 9 Nila 7 0 0,2 0,0 Jumlah 3.175 2.623

Kapasitas produksi ikan asap UKM Petikan Cita Halus dengan sarana dan SDM yang dimiliki mampu berproduksi sampai sekitar 360 ton per tahun atau 1 ton per hari. Sementara saat ini produksi ikan asap hanya 2,6 ton per tahun (tahun 2007) atau rata-rata volume produksi per hari adalah 7,3 kg. Angka ini sangat jauh bila dibandingkan dengan kemampuan produksi yang dimiliki perusahaan. Rendahnya angka produksi disebabkan oleh: 1) penyerapan pasar masih sedikit sehingga produksi ikan asap disesuaikan dengan kemampuan penjualan, dan 2) pasokan bahan baku terutama untuk ikan laut sering terlambat akibat faktor cuaca (musim) yang menyebabkan kelangkaan ikan di TPI.

B. Aspek Komersial

1. Pengemasan

Produk ikan asap yang ditawarkan kepada konsumen dikemas dalam kemasan kedap udara yang steril dalam berbagai ukuran, yaitu kemasan 205 g, 250 g, 500 g dan 1 kg. Kemasan ini mampu menjaga mutu produk selama satu tahun (masa kadaluarsa). Selain itu, untuk beberapa jenis ikan asap seperti marlin, tuna dan pari dijual dalam bentuk tanpa kemasan (curah) dan biasanya untuk pemasaran ke pasar swalayan. Sedangkan untuk label kemasan ikan asap yang digunakan adalah “Aneka Ikan Asap Citayam” (Gambar 6). Kemasan ini dipesan secara langsung berdasarkan desain yang diinginkan disertai dengan label nama produk, jenis, berat, komposisi bahan baku, masa kadaluarsa dan barcode.

(36)

21 Gambar 6. Contoh Produk Ikan Asap UKM ”Petikan Cita Halus” Citayam, Bogor

yang Siap Dipasarkan

2. Pemasaran

Ikan asap yang dihasilkan oleh UKM ”Petikan Cita Halus” mampu bertahan disimpan dalam freezer selama 8 bulan dengan mutu tetap terjaga. Selain itu, ikan asap UKM ini juga telah memiliki sertifikat Halal No. MUI - JB 01101007780805 dan Ijin dari Departemen. Kesehatan RI No. SP - 605/10.09/04. Keunggulan lain produk ikan asap UKM "Petikan Cita Halus" adalah: 1) nilai gizi setelah diolah tetap tinggi, 2) ada nilai tambah rasa (smoked), 3) tanpa bahan pengawet, 4) mudah diolah, 5) dapat langsung digunakan/dikonsumsi, dan 6) produk tidak kering karena mengalami pengemasan vacuum.

Pemasaran ikan asap UKM Petikan Cita Halus dilakukan dengan menjual secara langsung ke konsumen akhir melalui pendistribusian produknya di pasar-pasar tradisonal, “outlet mall” UKM dan beberapa “supermarket” seperti Hero, Giant dan Carefour. Bahkan saat ini, Giant dan Carefour bersedia menampung ikan asap UKM Petikan Cita Halus dalam jumlah yang tidak dibatasi. Dengan diterimanya ikan asap UKM Petikan Cita Halus di supermarket besar menunjukan bahwa produk tersebut sudah layak dijual dan cukup memiliki daya saing.

Faktor lain yang turut berperan dalam pemasaran adalah kegiatan promosi yang bertujuan untuk memperkenalkan produk ikan asap ke masyarakat luas serta. Bentuk-bentuk promosi yang telah dilaksanakan oleh manajemen UKM Petikan Cita Halus antara lain: penyebaran brosur dan leaflet, keikutsertaan dalam pameran nasional, promosi melalui media cetak (majalah dan koran) dan liputan di media elektronik oleh Trans TV, TV 7, dan TVRI.

(37)

22 C. Aspek Manajemen

UKM “Petikan Cita Halus” mempekerjakan tenaga kerja yang sebagian besar adalah masyarakat sekitar tempat usaha. Jumlah pegawai saat ini adalah 25 orang, yang terdiri atas 7 orang wanita dan 18 orang pria, dengan komposisi pegawai sebagai berikut :

1. Bagian produksi dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 11 orang, yang meliputi: − Sub bagian bahan baku

− Sub bagian prosesing − Sub bagian pengemasan − Sub bagian teknisi air Bagian ini memiliki tugas:

− Mencari/menyediakan bahan baku − melakukan negosiasi harga bahan baku − Melaksanakan proses produksi

− Mengupayakan peningkatan mutu produk dengan waktu dan biaya yang lebih efisien

− Melaksanakan pemeliharaan alat-alat produksi.

2. Bagian pemasaran dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 8 orang, yang meliputi: − Sub bagian pemasaran dalam negeri

− Sub bagian ekspor − Sub bagian transportasi − Sub bagian keagenan Bagian ini memiliki tugas:

− Mencari pelanggan/konsumen

− Melakukan negosiasi harga dan kemitraan

− Mendistribusikan produk melalui outlet-outlet di supermarket dan pasar-pasar tradisional

− Melakukan kegiatan promosi − Mengikuti pameran-pameran

− Mengkoordinasikan kegiatan pemasaran − Menciptakan jaringan pemasaran

(38)

23 − Melakukan analisa dan evaluasi pemasaran.

3. Bagian administrasi dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 3 orang, yang meliputi:

− Sub bagian administrasi keuangan − Sub bagian adminstrasi umum − Sub bagian sarana

Bagian ini memiliki tugas:

− Melaksanakan administrasi keuangan & kepegawaian perusahaan − Melaksanakan pembayaran gaji/upah pegawai

− Menentukan harga jual produk − Menentukan harga beli bahan baku

− Melaksanakan pembayaran pembelian bahan baku − Mendisposisikan pelatihan untuk pegawai

Sumber daya manusia yang dimiliki oleh UKM “Petikan Cita Halus” memiliki tingkat pendidikan yang beragam, yaitu antara SD sampai dengan Sarjana (S1). Komposisi pendidikan terakhir SDM adalah: a) Sarjana (S1) sebanyak 6 orang, b) Diploma (D3) sebanyak 4 orang, c) SMA sebanyak 2 orang, d) SMP sebanyak 1 orang dan e) SD sebanyak 12 orang. UKM “Petikan Cita Halus” merupakan usaha keluarga yang melibatkan seluruh anggota keluarga untuk mengelola kegiatan usahanya. Struktur organisasinya adalah:

Gambar 7. Struktur Organisasi UKM “Petikan Cita Halus” Citayam, Bogor

Pemilik (H. Amril Lubis, S.Sos.)

Ka. Produksi (Bellya Amwara, S.E.)

Ka. Pemasaran (Ceppy Amwara, S.Sos.)

Ka. Administrasi (Dra. Lilis Liswara)

Bagian Bahan Baku

Bagian Produksi

Bagian Pengemasan

Bagian Teknisi Air

Bagian Pemasaran Dalam Negeri Bagian Ekspor Bagian Transportasi Bagian Agen Bagian Administrasi Keuangan Bagian Administrasi Umum Bagian Sarana

(39)

24 D. Aspek Finansial

1. Biaya Usaha UKM “Petikan Cita Halus” Citayam, Bogor

Biaya yang digunakan dalam usaha UKM “Petikan Cita Halus” Citayam adalah biaya investasi dan operasional (Tabel 4 dan 5). UKM “Petikan Cita Halus” menggunakan modal sendiri untuk membiayai seluruh investasi usaha sebesar Rp 1.186.930,-. Besarnya biaya tanah dan bangunan adalah Rp 1.160.000.000,-, yaitu 97,7% dari total biaya investasi, sedangkan biaya peralatan sebesar Rp 26.930.000,- (2,3%).

Tabel 4. Biaya Investasi UKM “Petikan Cita Halus” Citayam, Bogor

Jenis pengeluaran Jumlah Harga Jumlah biaya (Rp) Umur ekonomis (tahun) Penyusutan selama 7 tahun (Rp) Nilai sisa setelah 7 tahun (Rp) Pembelian tanah 3380 m2 200.000 676.000.000 Bangunan

Rumah produksi 1 buah 400.000.000 15 26.666.667 213.333.333

Bak penampungan ikan 1 buah 75.000.000 10 7.500.000 22.500.000

Dapur 1 2 buah 1.500.000 3.000.000 7 428.571 0

Dapur 2 2 buah 2.500.000 5.000.000 7 714.286 0

Sumur bor + tangki air 1 buah 1.500.000 7 214.286 0

Peralatan

Timbangan 4 buah 50.000 200.000 5 40.000 0

Vacum sealer merk RRT 1 buah 7.500.000 7 1.071.429 0

Meja stainless steel 4 buah 150.000 600.000 5 120.000 0

Chest freezer sliding kaca 1 buah 4.750.000 7 678.571 0

Chest freezer 500 cc 1 buah 4.500.000 7 642.857 0

Chest freezer 1000 cc 3 buah 1.500.000 4.500.000 7 642.857 0

Chest freezer 250 cc 1 buah 3.000.000 7 428.571 0

Chest freezer 1 buah 1.000.000 7 142.857 0

Etalase 1 buah 350.000 5 70.000 0

Pisau 3 buah 10.000 30.000 1 30.000 0

Total 1.186.930.000 39.390.952 235.833.33

Pembelian bahan baku menempati proporsi tertinggi dari biaya operasional usaha yakni sebesar 56,3% pada tahun 2006 dan 44,5% pada tahun 2006. Terjadi penurunan biaya operasional pada tahun 2008, yang disebabkan oleh penurunan total produksi pada tahun 2007 dibanding 2006, yaitu dari 3.175 kg menjadi 2.623. Namun, biaya selain pembelian bahan baku yang dibelanjakan pada 2007 hampir sama dengan tahun 2006. Hal ini menyebabkan inefisiensi biaya, karena pengeluaran nilainya hampir sama namun penerimaan berkurang.

(40)

25

Tabel 5. Biaya Operasional UKM “Petikan Cita Halus” Citayam, Bogor

Jumlah biaya (Rp) Jenis pengeluaran

2006 2007

Pembelian bahan baku

Kayu bakar 1.500.000 1.200.000 Ikan segar Pari 27.483.100 30.877.200 Tuna 16.807.500 4.641.750 Marlin 22.522.000 1.839.000 Lele 5.584.000 2.890.500 Patin 5.440.500 3.858.000 Cakalang 3.165.000 3.676.000 Layur 967.500 - Layaran 632.500 - Nila 250.000 1.000.000 Jumlah 82.852.100 48.782.450 Sub total 84.352.100 49.982.450 Gaji 24.000.000 24.000.000 Biaya listrik 1.200.000 1.800.000 Biaya telepon 2.400.000 2.400.000 Biaya operasional langsung

Pembuatan kajang 1.125.000 1.125.000 Biaya pengasapan ikan 16.500.000 12.500.000 Biaya pengemasan 6.000.000 6.000.000 Transportasi 9.000.000 9.000.000 BBM 5.200.000 5.200.000 Sub Total 37.825.000 33.825.000 Biaya perawatan 150,000.00 150,000.00 Marketing 250,000.00 Total 149,927,100.00 112,407,450.00

2. Kelayakan Finanasial UKM “Petikan Cita Halus” Citayam, Bogor

Perhitungan analisis dilakukan dalam kurun waktu 7 tahun, yang disesuaikan dengan umur ekonomis sebagian besar peralatan. Suku bunga yang digunakan adalah 16%, yaitu suku bunga yang berlaku pada tahun tersebut (2006). Hasil analisis kelayakan finansial menunjukkan bahwa pada tingkat diskonto 16% diperoleh nilai NPV negatif (Rp -1.031.409.954), B/C ratio kurang dari satu (0,45), IRR sebesar 0,71% masih jauh di bawah tingkat diskonto yang disyaratkan sebesar 16%, dan PP selama 10,03 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa usaha pengasapan ikan “Petikan Cita Halus” belum layak secara finansial. Ketidaklayakan usaha pengomposan ini disebabkan oleh tingkat keuntungan yang masih rendah, bahkan negatif (Lampiran 4), dan kapasitas produksi yang belum optimal. Kapasitas maksimum UKM “Petikan Cita Halus” Citayam adalah 1 ton/hari, sedangkan produksi selama ini baru mencapai 7,3 kg. Angka ini sangat jauh bila dibandingkan dengan kemampuan produksi yang dimiliki perusahaan.

(41)

26 3. Kinerja Finansial UKM “Petikan Cita Halus” Citayam, Bogor

Secara keseluruhan terlihat bahwa rasio likuiditas, hutang dan profitabilitas pada tahun 2007 menunjukkan hasil yang menurun dibandingkan tahun 2006, sedangkan rasio aktivitas mengalami peningkatan.

Tabel 6. Hasil Rasio Likuiditas UKM “Petikan Cita Halus” Citayam, Bogor

Tahun Rasio likuiditas

2006 2007 Keterangan

Bobot nilai rasio (%)

Current ratio 36,2006 14,1023 Jelek -61,04

Inventory to working capital 0,5884 0,2862 Jelek -51,36

Current debt to inventory 0,0483 0,2667 Jelek 452,35

Quick ratio 15,4876 10,3523 Jelek -33,16

Rasio likuiditas yang dimiliki oleh UKM ”Petikan Cita Halus” secara umum menunjukkan hasil yang baik, yaitu semakin besar nilai current ratio dan

quick ratio mengindikasikan bahwa UKM dapat menutup hutang lancarnya

dengan segera. Nilai inventory to working capital dan current debt to inventory yang rendah berarti bahwa UKM memiliki kemampuan yang cukup besar untuk memenuhi hutang lancarnya (Rangkuti, 2005). Namun, terjadi penurunan kemampuan likuiditas pada current ratio dan quick ratio dari tahun sebelumnya yaitu rata-rata sebesar 47,1%.

Tabel 7. Hasil Rasio Hutang UKM “Petikan Cita Halus” Citayam, Bogor

Tahun Rasio hutang

2006 2007 Keterangan

Bobot nilai rasio (%)

Total debt to tangible net worth (%) 0,0026 0,0042 Jelek 58,85

Current debt to tangible net worth (kali) 0,0026 0,0042 Jelek 58,85

Fixed assets to tangible net worth (kali) 0,7530 0,7974 Jelek 5,90

Rasio ini bertujuan untuk mengukur seberapa besar kegiatan operasional perusahaan dibiayai oleh modal pinjaman (Rangkuti, 2005). Nilai rasio hutang yang dimiliki oleh UKM ”Petikan Cita Halus” adalah rendah, artinya dalam permodalan UKM hampir sebagian besar menggunakan modal sendiri. Hal ini dapat dilihat dari neraca keuangan UKM (Lampiran 3), yaitu hutang yang dimiliki UKM adalah hanya berupa hutang bahan baku. Terdapat peningkatan bobot rasio hutang dari tahun 2006 yaitu sebesar 41%, yang ditunjukkan dengan peningkatan hutang bahan baku.

(42)

27

Tabel 8. Hasil Rasio Aktivitas UKM “Petikan Cita Halus” Citayam, Bogor

Tahun Rasio aktivitas

2006 2007 Keterangan

Bobot nilai rasio (%)

Merchandise turn over (kali) 2,4312 6,6252 Baik 172,51

Collection period (hari) 3,3070 3,1831 Baik 3,75

Fixed asset turnover (kali) 0,1755 0,1299 Jelek -25,99

Working capital turnover (kali) 1,4306 1,8962 Baik 32,55

Rasio ini dapat mengukur efisiensi kegiatan operasional suatu perusahaan karena didasarkan pada perbandingan antara pendapatan dengan pengeluaran pada periode waktu tertentu (Rangkuti, 205). Pada tahun 2007 terjadi peningkatan rasio aktivitas dibanding tahun sebelumnya, yaitu sebesar 46%. Hal ini berarti UKM mampu mengelola sumber dananya secara lebih efektif dari tahun sebelumnya.

Tabel 9. Hasil Rasio Keuntungan UKM “Petikan Cita Halus” Citayam, Bogor

Tahun Rasio keuntungan 2006 2007 Keterangan Bobot nilai rasio (%) ROE (%) -0,0130 -0,0206 Jelek 58,58

Profit margin (%) -0,0984 -0,1992 Jelek 102,35

Produktivitas aset (%) -0,0984 -0,1992 Jelek 102,35

Rasio gross margin (%) 0,3279 0,3452 Baik 5,27

Rasio operating margin (%) 0,0971 0,0650 Jelek -33,02

Terdapat penurunan margin laba jika dibandingkan dengan laba pada tahun 2006, yaitu sebesar 59%. Hal ini disebabkan oleh menurunnya pendapatan perusahaan dengan biaya pengeluaran yang hampir sama, sehingga terjadi inefisiensi biaya. Hal ini dapat diatasi dengan penurunan biaya-biaya dan peningkatan penjualan.

E. SWOT (Strengths-Weakness-Opportunities-Threats Matrix)

1. Faktor Strategis Internal dan Eksternal UKM “Petikan Cita Halus” Citayam, Bogor

Hasil penelitian mendapatkan faktor-faktor yang termasuk dalam strategi internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman) UKM. Uraian faktor strategis terdapat pada Tabel 10.

(43)

28 Tabel 10. Faktor-Faktor Strategis yang Terdapat pada UKM “Petikan Cita

Halus” Citayam, Bogor

No Faktor Strategis Keterangan

1. Internal

a. Ketersediaan modal. S b. Kualitas SDM (tingkat pendidikan). W c. Mutu produk akhir. S d. Pengemasan produk. S e. Teknologi pengolahan. W f. Tingkat keuntungan perusahaan. W g. Kemampuan maksimal untuk berproduksi. S 2. Eksternal

a. Peran pemerintah dalam menggalakkan kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi makanan bergizi.

O b. Persaingan dengan produk olahan dari ayam dan sapi. T c. Biaya retribusi dari Pemda T d. Gaya hidup masyarakat yang serba praktis. O e. Kemajuan teknologi informasi sebagai sarana berpromosi. O f. Kemudahan mendapatkan bahan baku. O g. Kenaikan harga BBM dan bahan baku. T Keterangan: S= kekuatan (strength), W= kelemahan (weaknesses), O= peluang

(opportunity), T= ancaman (threat).

2. Perumusan Strategi UKM “Petikan Cita Halus” Citayam, Bogor

Hasil kombinasi alternatif strategi antara faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman terdapat pada Gambar 8.

Strategi SO

Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi untuk promosi produk dan memperluas pasar. Perkembangan teknologi informasi yang pesat dapat

dimanfaat oleh UKM untuk mempromosikan produk dengan jangkauan pasar yang lebih luas, misalnya promosi melalui media televisi, radio, internet, maupun media koran.

Mempertahankan dan meningkatkan mutu produk untuk meningkatkan penjualan dan menjaga loyalitas pelanggan. Jaminan mutu produk, selain dapat

menjaga loyalitas pelanggan lama, sekaligus juga dapat menarik pelanggan baru, melalui promosi dari mulut ke mulut.

Membuka outlet-outlet dan kemitraan untuk memasarkan produk. Kendala yang

saat ini dihadapi oleh UKM “Petikan Cita Halus” adalah rendahnya angka penjualan yang tidak sesuai dengan kemampuan produksi UKM. Strategi yang dapat dilaksanakan adalah membuka outlet-outlet di beberapa kota besar di

(44)

29 Indonesia, serta kerjasama dengan distributor/toko baru, selain kerjasama dengan Giant, Carrefour dan Hero supermarket.

Faktor Internal

Faktor Eksternal

Kekuatan (S):

1. Ketersediaan modal. 2. Mutu produk akhir. 3. Kemampuan maksimal untuk berproduksi. 4. Pengemasan produk. Kelemahan (W): 1. Kualitas SDM (tingkat pendidikan). 2. Teknologi pengolahan yang digunakan. 3. Tingkat keuntungan perusahaan. Peluang (O):

1. Peran pemerintah dalam menggalakkan kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi makanan bergizi.

2. Gaya hidup masyarakat yang serba praktis. 3. Kemajuan teknologi

informasi sebagai sarana berpromosi. 4. Kemudahan mendapatkan bahan baku. Strategi SO: 1. Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi untuk promosi produk dan memperluas pasar. 2. Mempertahankan dan

meningkatkan mutu produk untuk

meningkatkan penjualan dan menjaga loyalitas pelanggan.

3. Membuka outlet-outlet dan kemitraan untuk memasarkan produk. Strategi WO: 1. Meningkatkan penguasaan teknologi pengolahan. Ancaman (T): 1. Kenaikan harga BBM dan bahan baku. 2. Persaingan dengan

produk olahan dari ayam dan sapi.

3. Biaya retribusi dari Pemda. Strategi ST: 1. Mengoptimalkan kemampuan produksi untuk meminimalkan biaya produksi. Strategi WT: 1. Melakukan efisiensi biaya untuk menekan biaya produksi dan meningkatkan keuntungan. 2. Melakukan strategi

pemilihan produk utama yang paling

menguntungkan.

Gambar 8. Hasil Kombinasi Alternatif Strategi pada UKM “Petikan Cita Halus” Citayam, Bogor

Strategi WO

Meningkatkan penguasaan teknologi pengolahan. Teknologi pengolahan asap

yang saat ini dimiliki oleh UKM “Petikan Cita Halus” masih sederhana, meskipun beberapa alat sudah cukup modern, seperti vacuum sealer dan

freezer. Untuk meningkatkan daya saing, UKM perlu memperbarui peralatan

yang dimiliki, seperti penggunaan liquid smoke yang dapat menggantikan kayu baker dan mempersingkat waktu produksi.

(45)

30 Strategi ST

Mengoptimalkan kemampuan produksi untuk meminimalkan biaya produksi.

Optimalisasi kapasitas produksi, yaitu 1 ton per hari, dapat mengurangi biaya perawatan peralatan yang tidak digunakan dan meningkatkan keuntungan UKM.

Strategi WT

Melakukan efisiensi biaya untuk menekan biaya produksi dan meningkatkan keuntungan. Penurunan produksi dan penjualan produk, namun diikuti dengan

peningkatan biaya operasional perlu disiasati dengan efisiensi beberapa komponen biaya pengeluaran. Misalnya perlunya peninjauan sistem pembayaran gaji dan upah, beban penjualan dan promosi yang dibebankan oleh pihak supermarket, serta pengeluaran rutin lainnya.

Melakukan strategi pemilihan produk utama yang paling menguntungkan.

Penjualan dan tingkat marjin ikan pari saat ini merupakan yang tertinggi dibanding jenis ikan lainnya, diikuti oleh lele, patin dan tuna. Oleh karena itu, UKM perlu menjadikan ikan pari sebagai produk utama, dengan produk alternatif lain yaitu lele, patin dan tuna. Sedangkan jenis ikan lain dengan penjualan dan marjin yang rendah dapat dihentikan produksinya. Hal ini diharapkan dapat mengurangi biaya produksi dan efisiensi beban biaya lainnya.

(46)

 

 

 

KESIMPULAN DAN REKOMENDAI 

Tidak ada 

Gambar

Gambar 2.   Denah  Tata  Letak  Pengolahan  Ikan  Asap  UKM  &#34;Petikan  Cita  Halus&#34;
Tabel 2. Penggunaan Bahan Baku Ikan Asap UKM &#34;Petikan Cita Halus&#34; Citayam, Bogor   Jumlah kebutuhan (kg)  No  Jenis ikan  2006  2007  Asal pasokan  1  Pari  4.738  5.092  Jakarta  2  Tuna  1.636  318  Jakarta  3  Marlin  1.502  126  Jakarta  4  Lel
Gambar 5.   Proses Penanganan Ikan Cakalang yang Dijepit oleh Bambu sampai Siap  Diasap
Gambar 7.  Struktur Organisasi UKM “Petikan Cita Halus” Citayam, Bogor
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dengan mengetahui berbagai kendala di atas, baik yang terdapat pada peserta didik maupun guru, maka kita dapat merancang sebuah pembelajaran yang sesuai untuk mengajarkan

Pengkajian ini memberikan informasi kondisi penangkapan ikan yang telah berlangsung dalam kurun waktu tertentu, yaitu telah tangkap lebih ( overfishing ) atau

Setelah kegiatan P2M selesai dilaksanakan, 93.3% mitra memiliki keterampilan dalam mengolah makro alga menjadi beberapa produk olahan yang potensial dijadikan sebagai

Setiap kecelakaan penerbangan selalu menimbulkan kerugian bagi penumpang yang tentu saja melahirkan permasalahan hukum, khususnya berkenaan dengan tanggung jawab

Perencanaan Tingkat Puskesmas diartikan sebagai proses penyusunan rencana kegiatan Puskesmas pada tahun yang akan datang yang dilakukan secara sistematis

Akan tetapi, pada kali ini hanya akan dilakukan analisa kimia berupa kadar abu dan gluten pada tepung terigu cakra kembar, segitiga hijau, dan segitiga biru untuk

Penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan Dinas pertanian Tahun Anggaran 2017 mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang telah ditetapkan dengan

Sloka 2a dan 2b dalam Teks Bhuwana Mahbah menunjukkan bahwa pada mulanya tidak ada apa-apa, kemudian dari ketidakadaan tersebut Tuhan mengadakan diri-Nya yang menjadi awal dan