• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISI SIKLON TROPIS GILLIAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KONDISI CUACA DI WILAYAH JAWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISI SIKLON TROPIS GILLIAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KONDISI CUACA DI WILAYAH JAWA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

ANALISI SIKLON TROPIS GILLIAN DAN PENGARUHNYA

TERHADAP KONDISI CUACA DI WILAYAH JAWA

Yuni Maharani1, Indra Gustari2 1

Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Jakarta 2

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Jakarta Email : emailrani93@gmail.com

Abstrak

Siklon tropis merupakan sistem tekanan rendah yang terbentuk dan berkembang di

atas lautan luas di daerah tropis yang dapat menimbulkan kerusakan. Salah satu siklon

tropis yang terbentuk di area pemantauan TCWC Jakarta adalah siklon tropis Gillian yang

terjadi pada Maret 2014. Penelitian ini melakukan simulasi kejadian siklon tropis Gillian

untuk mengetahui pengaruh kondisi cuaca di wilayah Jawa. Simulasi dilakukan selama 8

hari (19 Maret sampai 26 Maret 2014). Hasil penelitian menunjukkan bahwa model

WRF-ARW dapat melakukan simulasi siklon tropis cukup baik dimana pola yang hampir sama

dengan observasi dan hanya curah hujan yang memberikan hasil lebih besar dibandingkan

observasi (over estimated). Kondisi cuaca, pola streamline yang menunjukkan adanya

wilayah shearline dan konvergensi di Jawa yang membuat kecepatan angin menjadi lemah,

dengan kelembaban udara yang cukup tinggi sehingga sangat mendukung untuk

tumbuhnya awan konvektif dan terjadi hujan.

Kata Kunci : Siklon Tropis Gillian, WRF, Simulasi, Kondisi Cuaca.

Abstract

Tropical cyclones are low pressure system formed and evolved over the vast ocean in the tropics that can cause damage. One tropical cyclone formed in TCWC Jakarta monitoring area is tropical cyclone Gillian that occurred in March 2014. This study did a simulation events of tropical cyclone Gillian to know the weather conditions inflicted at Java. Simulations were performed for 8 days (March 19 to March 26, 2014). The results showed that the WRF-ARW model can simulate quite well with a similar pattern with the observation and only precipitation that can give a results more bigger than observation (over estimated). Weather conditions in general during a tropical cyclone in the research area, the streamline patterns that indicate a shearline and a convergence territory in the area of Java, which makes the wind speed to be weak, with fairly high humidity so it is conducive to growth of convective clouds and rains.

(2)

2

1. PENDAHULUAN

siklon tropis adalah badai sirkulasi

yang dapat menimbulkan angin perusak

sampai wilayah sekitar 250 mil (155 km)

dari pusatnya. Kecepatan angin yang paling

kencang berada pada wilayah cincin yang

yang berdiameter 20 mil sampai 30 mil (

12,4 km sampai 18,6 km ) dari pusat

siklon,

wilayah

tersebut

mempunyai

kecepatan angin mencapai 150 mil/jam (93

km/jam). Sedangkan hujan deras dan angin

terpusat diwilayah pita (band) spiral yang

berputar. Siklon sendiri memiliki pusat

yang biasa disebut mata siklon dimana

pada wilayah tersebut memiliki kecepatan

angin yang justru lebih tenang dan

cenderung lemah (Zakir, 2006)

Sucahyono dan Ribudiyanto (2013)

siklon tropis memiliki ukuran yang sangat

besar serta angin kencang dan gumpalan

awan yang dimilikinya, siklon tropis

menimbulkan dampak yang sangat besar

pada

tempat-tempat

yang

dilaluinya.

Dampak ini bisa berupa angin kencang,

hujan deras berjam-jam, bahkan

berhari-hari yang dapat mengakibatkan terjadinya

banjir, gelombang tinggi, dan gelombang

badai (storm surge).

Telah terjadi fenomena siklon tropis di

wilayah selatan Indonesia yang diberi

nama siklon tropis Gillian. Siklon tropis

Gillian sendiri berlangsung selama 8 – 26

Maret 2014.

Penelitian ini akan melakukan simulasi

terjadinya siklon tropis Gillian serta

mengetahui pengaruhnya terhadap kondisi

cuaca

di

wilayah

Jakarta

dengan

memanfaatkan model Weather Research

and forcasting advanced research

(WRF-ARW).

Manfaat Penelitian ini memberikan

informasi

tentang

pengaruh

yang

ditimbulkan oleh siklon tropis khususnya

yang ada di Indonesia bagian Selatan serta

sebagai antisipasi dini untuk menghindari

kerusakan

parah

dan

meminimalisir

kerugian atau bahkan korban jiwa yang

disebabkan oleh pengaruh dari siklon

tropis.

Kanase dan Salvekar (2015). Penelitian

ini menyelidiki secara rinci mengenai

dampak

dari

pebedaan

skema

parameterisasi fisik dalam lintasan dan

intensitas dua badai siklon yaitu Aila dan

Jal yang terbentuk di Teluk Benggala

dengan menggunakan model WRF. ). Hasil

percobaan skema parameterisasi cumulus

yang cukup baik adalah

Betts-Miller-Janjic, Skema mikrofisika yang mampu

menampilkan

kejadian

dari

siklon

dibandingkan dengan skema lainnya yaitu

WSM6. Skema planetary boundary layer

(PBL) yang cukup baik yaitu skema YSU

yang berkontribusi terhadap simulasi

intensitas siklon tropis.

2. DATADAN METODE

Menggunakan siklon tropis Gillian. Penelitian dilakukan pada tanggal 19 – 26 Maret 2014. Koordinat wilayah penelitian 2,5° S – 27,5° S dan 100,0° E – 131,0° E.

Gambar 1. Domain Penelitian 2.1 Data

1. Data Siklon

Menggunakan data siklon tropis Gillian (8-26 Maret 2014) berupa data tanggal, jam, koordinat trayektori, tekanan dan kecepatan angin maksimum di pusat siklon tropis Gillian dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika TCWC Jakarta.

(3)

3 2. Data observasi

Menggunakan data observasi wilayah penelitian dengan waktu 19 - 26 Maret 2014.

3. Data Final Analysis (FNL)

Merupakan data input model WRF-ARW dengan resolusi spasial 1˚ × 1˚ dan resolusi temporal 6 jam yang didapat dari (http://rda.ucar.edu).

4. Data Satelit untuk melihat cakupan awan saat terjadi kumpulan awan yang tebal di wilayah sekitar penelitian. Data satelit yang digunakan didapat dari Digital typhoon dari Jepang.

2.2 Metode

1. Pengolahan menggunakan data FNL sebagai data input untuk menjalankan perangkat lunak WRF-ARW, dari data input tersebut akan menghasilkan file yang berekstansi *.ctl dan *.dat. Setelah itu hasil data tersebut akan diolah lagi dengan menggunakan GraDs untuk mendapatkan hasil visualisasinya.

2. Menggunakan data dari siklon tropis yang didapat dari TCWC Jakarta untuk mengetahui lokasi siklon tropis ( bujur, dan lintang), kecepatan angin yang terjadi di dinding mata siklon tropis Gillian dan tekanan yang terjadi di pusat siklon tropis yang diolah menggunakan ms.exel.

3. Menggunakan hasil pengolahan dari model WRF yang akan divisualisasikan dengan aplikasi Grads. Visualisasi yang dilakukan menggunakan aplikasi Grads berupa lintasan siklon tropis, tendensi curah hujan, tutupan awan, curah hujan, pola streamline, kelembaban udara, nilai vortisitas, dan nilai divergensi

4. Hasil visualisasi yang didapat dari perangkat lunak GraDs tersebut kemudian akan dilakukan analisis dan juga akan dilakukan perbandingan antara hasil model WRF dengan data observasi.

5. Menggunakan perhitungan nilai korelasi dan RMSE. Perhitungan menggunakan data hasil model WRF kemudian diolah menggunakan excel untuk dibandingkan dengan data observasi. Perhitungan tersebut

digunakan untuk menentukan seberapa besar hubungan antara dua variabel atau lebih dan mengetahui seberapa besar error yang terjadi dari hasil model WRF-ARW.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Tekanan Udara dan Kecepatan Angin di Siklon Tropis Gillian

Gambar 2. Tekanan Udara di Pusat Siklon Tropis Gillian

Pada gambar 2 terlihat bahwa tekanan udara menurun secara perlahan dimulai pada 21 - 24 Maret 2014. Pada tanggal 21 Maret 2014 tekanan udara berada pada 999 mb dan termasuk katagori 1 , dan terus mengalami penurunan hingga ke tekanan yang paling rendah berada pada tanggal 24 Maret 2014 sebesar 937 mb dimana siklon tropis Gillian di berada pada aktivitas puncak yang memilki katagori 4.

Gambar 3. Kecepatan Angin di Dinding Mata Siklon Tropis Gillian

Kecepatan angin yang terjadi saat kejadian Siklon Tropis yang memasuki kategori 1 sebesar 32 knot dan meningkat perlahan sampai mencapai kecepatan angin maksimum rata-rata 10 menit yang terjadi pada aktivitas puncak kejadian siklon tropis Gillian sebesar 102 knot pada tanggal 24 Maret 2014.

(4)

4 3.2 Lintasan Siklon Tropis Gillian

\

Gambar 4. Lintasan Siklon Tropis Gillian dengan Track TCWC Jakarta, Indonesia dan

Simulasi output data FNL setiap 6 jam Gambar 4. Informasi mengenaii perbandingan lintasan dari hasil model WRF dengan data observasi dari Tropical Cyclone Weather Center (TCWC), Jakarta. Dari Gambar 4. menunjukkan pola lintasan cukup mendekati keadaan sebenarnya. Hasil model WRF dapat melakukan simulasi lintasan siklon tropis Gillian dengan pola yang sama.

3.3 Tekanan Permukaan Laut

Gambar 5. Tekanan Permukaan Laut tanggal 22 Maret 2014 jam 00.00 UTC (a), Tekanan

Permukaan Laut tanggal 23 Maret 2014 jam 00.00 (b), Tekanan Permukaan Laut tanggal 24 Maret 2014 jam 00.00 (c)

Analisis tekanan pada Gambar 5 menunjukkan kondisi tekanan saat kejadian siklon tropis memasuki aktivitas puncak yang memiliki kategori 3 hingga 4. Pada Gambar 5 terlihat bahwa tekanan rendah ditunjukkan pada wilayah perairan. Pada tanggal 22 Maret 2014 siklon tropis Gillian berada di Jawa Tengah bagian selatan, kemudian tekanan rendah tersebut bergerak perlahan ke arah barat daya ke Samudera Hindia. Tekanan yang terjdi pada tanggal 22 – 24 Maret 2014 berkisar 950 mb - 1015 mb.

3.4 Tutupan Awan

Gambar 6. dBZ Output Model WRF-ARW (a), dan Citra Satelit MTSAT (b) pada tanggal

22 – 24 Maret 2014

Siklon tropis Gillian memasuki katagori 4, pada Gambar 6. Sirkulasi siklon tropis Gillian terlihat jelas. Tutupan awan dari hasil model WRF yang terjadi di sekitar pusat siklon mimiliki nilai dBZnya berkisar 30–50 dBZ yang mengindikasikan pada daerah tutupan awan yang tebal dapat terjadinya hujan. Tutupan awan terus bergerak seiring waktu ke wilayah perairan Samudera Hindia, sedangkan diwilayah daratan tidak terlalu banyak tutupan awan yang terjadi.

Pada tutupan awan dengan citra satelit MTSAT terlihat dengan jelas sirkulasi siklon tropis Gillian yang berada di selatan pulau

Keterangan

WRF TCWC

(a)

(c)

(5)

5 Jawa. Sirkulasi siklon tropis memberikan dampak terhadap wilayah Jawa Barat dan pulau Sumatera, dimana pada wilayah tersebut terjadi tutupan awal tebal yang memungkinkan wilayah akan terjadi hujan. Pada hari selanjutnya awan tebal dari siklon tropis bergerak perlahan ke Samudera Hindia. Terlihat bahwa output WRF dan satelit MTSAT memiliki tutupan awan yang cukup sama.

3.5 Curah Hujan

Gambar 7. Curah Hujan hasil keluaran WRF-ARW tanggal 23 dan 24 Maret 2014 jam 00.00 UTC (a), Curah Hujan Data GSMAP tanggal 23 dan 24 Maret 2014 jam 00.00 UTC

(b)

Pada tanggal 23 – 24 Maret 2014 menunjukkan curah hujan yang terjadi dari hasil output model WRF semakin hari semakin meluas, dan juga meningkatnya intensitas curah hujan. Curah hujan yag terjadi berkisar 1 mm – 100 mm. Curah hujan tertinggi berad di pusat sirkulasi siklon tropis.

Curah hujan yang di tampilkan dengan menggunakan data GSMAP curah hujan yang terjadi terdapat disekitar siklon tropis Gillian sebesar 5 – 45 mm. Secara keseluruhan curah hujan pada hasil WRF

memberikan hasil

yang lebih besar dibandingkan observasi

(over estimated)

3.6 Pola Streamline

Gambar 8. Pola Streamline Lapisan 850 mb (garis hitam) dan Kecepatan Angin (kontur berwarna dalam knot) tanggal 22 Maret 2014

jam 00.00 UTC (a), tanggal 23 Maret 2014 jam 00.00 UTC (b), tanggal 24 Maret 2014 jam

00.00 UTC (c),

Pada Gambar 8. Menunjukkan pola streamline di lapisan 850 mb menunjukan kecepatan angin yang terjadi di Jawa saat sirkulasi siklon tropis Gillian berada di selatan Jawa sebesar 19 Knot – 40 Knot, serta adanya daerah kovergensi di wilayah selatan Jawa yang mengindikasikan adanya kumpulan awan dan dapat menyebabkan cuaca buruk pada umumnya. 3.7 Kondisi Kelembaban Udara

Gambar 9. Kelembaban Udara Lapisan

700 mb tanggal 22 - 24 Maret 2014 jam

00.00 UTC (a), Kelembaban Udara

(b)

(a)

(a)

(b)

(c)

(a)

(b)

(c)

(a)

(b)

(a)

(b)

(6)

6

Lapisan 500 mb tanggal 22 - 24 Maret

2014 jam 00.00

Pada saat siklon tropis memasuki

tahap matang secara keseluruhan pada

lapisan bawah hingga menengah kondisi

kelembaban udara yang terjadi pada

lapisan 700 mb dan 500 mb memiliki

kondisi yang cukup lembab di wilayah

Jawa dimana dapat menjadi peluang untuk

terbentuknya awan konvektif yang dapat

menyebabkan terjadi cuaca buruk.

3.8 Nilai Vortisitas Lapisan 500 mb

Gambar 10. Pola Vortisitas Lapisan 500 mb tanggal 22 Maret 2014 jam 00.00 UTC (a), tanggal 23 Maret 2014 jam 00.00 UTC (b), tanggal 24 Maret 2014 jam 00.00 UTC (c)

Vortisitas yang terjadi pada Gambar 10 terlihat pola siklon Tropis Gillian dimana bergerak menuju perairan Samudera Hindia dengan nilai vortisitas di pusat negatif. Sedangkan nilai vortisitas pada daratan memiliki nilai vortisitas yang bervariasi. Pada tanggal 22 Maret 2014 wilayah Jawa Tengah yang memiliki nilai vortisitas yang negatif.

Pada tanggal 23 – 24 Maret 2014 Seiiring dengan pergerakan siklon tropis yang terus bergerak ke selatan membuat wilayah daratan memiliki nilai vortisitas yang positif. Hal ini menunjukkan bahwa vortisitas negatif dapat

membuat massa udara yang ada bergerak keatas .

3.9 Jumlah Curah Hujan di Jakarta

Gambar 11. Curah Hujan di Stasiun Meteorologi Cengkareng, Jakarta

Terlihat pada Gambar 11 curah hujan di Jakarta pada saat kejadian siklon tropis Gillian terjadi. curah hujan lebat yang terjadi di stasiun meteorologi Cegkareng Jakarta memiliki curah hujan yang cukup tinggi sebesar 106 mm yang terjadi saat siklon tropis Gilian memasuki tahap matang.

3.10 Verifikasi perhitunga Korelasi dan RMSE

Tabel 1. Nilai dari Perhitungan Korelasi dan RMSE

Pada tabel 1 menunjukan hasil perhitungan statistika untuk mendapatkan nilai korelasi dan RMSE dengan menggunakan tiga parameter dari data hasil output WRF dan data observasi Stasiun Meteorologi Cengkarang. Hasil menunjukkan nilai korelasi yang terjadi menghasilkan niali mendekati 1 dimana dapat diartikan adanya hubungan antara perbandingan kedua variabel.

Sedangkan nilai RMSE yang menunjukkan nilai error yang cukup baik.

PARAMETER KORELASI RMSE

RH 0.81 5.62

KEC. ANGIN 0.51 2.97

TEKANAN 0.73 1.19

(b)

(a)

(7)

7

3.11

Verifikasi di Pusat Siklon Tropis

Tabel 2. Nilai Korelasi dan RMSE di Pusat Siklon Tropis Gillian

Analisis dari tabel 2 menunjukkan nilai korelasi yang tejadi pada tekanan siklon tropis dari data model WRF dengan data yang didapat dari TCWC sebesar 0,8 dan nilai RMSE sebesar 12 – 25. Secara keseluruhan dari parameter tekanan dan kecepatan di siklon tropis memiliki hubungan yang cukup kuat atau sebanding.

3.12 Verifikasi Lintasan Siklon Tropis

Tabel 3. Nilai Korelasi dan RMSE di Pusat

Siklon Tropis Gillian

Analisis dari tabel 3 menunjukkan

perhitungan nilai korelasi dan RMSE pada

lintasan siklon tropis dengan menggunakan

data hasil model WRF yang dibandingkan

dengan data observasi dari TCWC. Nilai

korelasi yang terjadi sebesar 1 yang

menunjukkan pada kedua data memiliki

hubungan yang kuat atau sebanding dengan

nilai RMSE yang berkisar 1,5 – 2,2.

4. KESIMPULAN

1. Secara keseluruhan model WRF-ARW dapat mensimulasi siklon tropis Gillian karena memiliki pola lintasan, tutupan awan, streamline yang hampir sama. Namun hasil output WRF-ARW pada curah hujan memberikan hasil yang over estimated.

2. Perhitungan nilai korelasi dan RMSE menunjukkan hubungan yang kuat pada lintasan siklon,

serta parameter tekanan dan kecepatan angin di sekitar siklon tropis.

3.

Kondisi cuaca, pola streamline

yang

menunjukkan

adanya

wilayah shearline di Jawa yang

membuat

kecepatan

angin

menjadi

lemah,

dengan

kelembaban udara yang cukup

tinggi dan juga merupakan

daerah konvergensi sehingga

sangat

mendukung

untuk

tumbuhnya awan konvektif dan

terjadi hujan.

DAFTAR PUSTAKA

BMKG, 2010, Perka BMKG Nomor: KEP. 009 Tahun 2010 tentang Prosedur Standar Operasional Pelaksanaan Peringatan Dini, Pelaporan, dan Diseminasi Informasi Cuaca Ekstrim, BMKG, Jakarta.

Tjasyono, B.H.K. 2004. Klimatologi.

Penerbit

FIKTM

-

Institut

Teknologi Bandung. Bandung.

Kanase, R. D., Salvekar, P. S., 2015.

Impact

Of

Physical

Parameterization

Schemes

On

Track and Intensity Of Severe

Cyclonic Stroms In Bay Of Bengal.

Asia-Pasific Jornal at Atmospheric

Sciences.

Hadi, T. W., Junnaedhi, I. D. Gd. A.,

Satrya, L. I., Santriyani, M.,

Anugrah, M. P., dan Octarina, D.

T., 2011. Pelatihan Model WRF

(Weather

Research

and

Forecasting),

Laboratorium

Analisis Meteorologi (Weather and

Climate Prediction Laboratory).

Fakultas

Ilmu

dan

Teknologi

Kebumian ITB, Bandung.

Schott, T., Landsea, C., Hafele, G.,

Lorens, J., Taylor, A., Thurm, H.,

Ward, B., Wilis, Mark., dan

Zaleski, W. 2012. The Saffir

Hurricane

Wind

Scale.National

(8)

8

Oceanic

and

Atmospheric

Administration. USA

Thenu, Y. M. 2015. Analisis Siklon Tropis

Rusty Dan Pengaruhnya Terhadap

Curah Hujan di Kota Waingapu,

Skripsi,

Meteorologi.

Sekolah

Tinggi Meteorologi Klimatologi

dan Geofisika, Tangerang Selatan.

Zakir, A., dan Khotimah, M.K. 2006.

Badai dan Pengaruhnya Terhadap

Cuaca Buruk di Indonesia. Dalam

meteo.bmkg.go.id/arsippdf/Badai

Tropis.doc.

Tjasyono, B. 2006. Meteorologi Indonesia

Volume

I

Karakteristik

dan

Sirkulasi

Atmosfer,

Badan

Meteorologi dan Geofisika, Jakarta.

Sucahyono, S. D. dan Kukuh, R. 2013.

Cuaca dan Iklim Ekstrim di

Indonesia. ISBN :

978-602-128-00-7. Puslitbang BMKG, Jakarta

Gambar

Gambar 1. Domain Penelitian  2.1 Data
Gambar 2. Tekanan Udara di Pusat Siklon Tropis  Gillian
Gambar 4. Lintasan Siklon Tropis Gillian  dengan Track TCWC Jakarta, Indonesia dan
Gambar 8. Pola Streamline Lapisan 850 mb  (garis hitam) dan Kecepatan Angin (kontur  berwarna dalam knot)  tanggal 22 Maret 2014
+3

Referensi

Dokumen terkait

Jika dilihat dari jenis fenomena yang terjadi terlihat bahwa pada saat TC YVETTE masih dalam intensitas LPA hingga depresi tropis, yaitu antara periode 19-20

Keseimbangan curah jantung dan resistensi perifer berpengaruh terhadap tekanan darah. Pada sebagian besar kasus hipertensi esensial curah jantung biasanya normal

a) Adanya kerjasama diantara nakhoda (awak kapal), operator (pemilik) dan regulator (pemerintah) dalam membuat keputusan layak-tidaknya kapal beroperasi. Kualitas dari

Negarakartagama memiliki arti negara dengan tradisi (agama) yang suci. Dalam kitab ini terdapat istilah dari bahasa sansekerta yaitu “pancasila” yang berarti

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pola sebaran dan tingkat kepadatan populasi siput gonggong di perairan Madong serta menganalisis hubungan tingkat

Peserta yang berasal dari provinsi di luar pulau Jawa, dapat menggunakan transportasi udara kelas ekonomi, biaya perjalanan akan diganti setelah selesai kegiatan dengan menyerahkan

Bagaimana wujud rancang sebuah arena olahraga papan luncur, bmx, dan in-line skate di Yogyakarta—sebagai suatu tempat pelatihan yang representatif dan dapat menampung aktivitas,

Mempunyai tugas pokok menyiapkan bahan penyusunan rencana umum jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang, data informasi, penyusunan program, monitoring dan