1
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
THINK PAIR SHARE BERBASIS OUTDOOR STUDY
TERHADAP KOMPETENSI PENGETAHUAN IPA
Ni Putu Dharmayanti
1, I Ketut Ardana
2, Ni Wayan Suniasih
31,2,3
Jurusan PGSD
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
email: dharmayanticute@gmail.com
1, ketut_ardana@yahoo.com
2,
wyn_suniasih@yahoo.com
3, undiksha.ac.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA antara siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe TPS berbasis Outdoor Study dengan yang dibelajarkan secara konvensional pada siswa kelas V SDN 1 Sumerta Denpasar Timur Tahun Pelajaran 2016/2017. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan rancangan penelitian non ekuivalen. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V di SDN 1 Sumerta Denpasar Timur Tahun Pelajaran 2016/2017 berjumlah 102 orang. Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik sampel kelompok. Untuk menyetarakan kelompok sampel digunakan teknik matching. Setelah melakukan uji kesetaraan ditentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan dilakukan pengundian didapatkan siswa kelas VC SD Negeri 1 Sumerta berjumlah 32 orang siswa sebagai kelompok eksperimen dan siswa kelas VA SD Negeri 1 Sumerta berjumlah 32 orang siswa sebagai kelompok kontrol. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode tes jenis objektif bentuk pilihan ganda biasa. Data yang telah terkumpul dianalisis menggunakan metode analisis statistik inferensial (uji-t). berdasarkan hasil analisis data, diperoleh thit = 3,74
dengan taraf signifikansi 5% dan dk = 62 diperoleh nilai ttab = 2,00, thit = 3,74 > ttab = 2,00.
Perhitungan nilai rata-rata siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe TPS berbasis Outdoor Study (X = 88,18) > dengan siswa yang
dibelajarkan secara konvensional (X = 79,69). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe TPS berbasis Outdoor Study berpengaruh terhadap kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas V SD Negeri 1 Sumerta Kecamatan Denpasar Timur Tahun Pelajaran 2016/2017.
Kata kunci: Think Pair Share, Outdoor Study, Kompetensi Pengetahuan IPA
.
Abstract
This study aimed to determine the significant difference of science knowledge competence between students who are taught using cooperative learning model of TPS based on Outdoor Study with conventionally learned in grade V student SDN 1 Sumerta Denpasar Timur Lesson Year 2016/2017. This type of research was a quasi-experimental research with non-equivalent research design. The population of this study were all students of class V in SDN 1 Sumerta Denpasar Timur Lesson Year 2016/2017 amounted to 102 people. Determination of sample in this research is done by group sample technique. To match the sample group used matching technique. After conducting the equality test, the experimental group and control group were selected by the students. The result was the students of VCD SD Negeri 1 Sumerta class of 32
2
students as the experimental group and the students of VA SD Negeri 1 Sumerta class were 32 students as the control group. Data collection method in this research was test method. Data collected by instruments in the form of objective test (Multiple Choice Test). The collected data were analyzed using inferential statistical analysis method (t-test). Based on result of data analysis, obtained tarithmetic = 3,74 with significance level 5% and dk = 62 obtained value ttable =
2,00, so tarithmetic = 3,74> ttable = 2,00. The calculation of the average score of students who follow
the learning using cooperative learning model TPS-based Outdoor Study (= 88.18)> with students who conventionally learned (= 79.69). Thus, the conclusion of this research is the implementation of cooperative learning model of TPS based on Outdoor Study has an effect on science knowledge competence of grade V students of SD Negeri 1 Sumerta Kecamatan Denpasar Timur Lesson Year 2016/2017.
Keywords: Think Pair Share Type, Outdoor Study, Knowledge Science Competency.
PENDAHULUAN
Sekolah Dasar (SD) merupakan salah satu jenjang pendidikan formal. SD merupakan jenjang yang amat penting bagi siswa, karena pada jenjang ini siswa memperoleh kemampuan dasar untuk mengembangkan potensinya saat ini dan pada jenjang pendidikan yang akan ditempuh selanjutnya. Keberhasilan dan kegagalan siswa selama mengikuti pembelajaran di SD akan sangat menentukan masa depannya pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi.
Di sekolah dasar terdapat beberapa muatan materi yang dikemas satu tema, salah satu muatan materi pokok yang terdapat didalamnya ialah muatan materi IPA. Muatan materi ini sangat penting diberikan bagi siswa SD, karena melalui muatan materi ini siswa diajarkan untuk mengenal lingkungan alam di sekitarnya dan untuk dapat menjalani kehidupan yang baik di tengah-tengah lingkungan tersebut. IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Siswa dalam belajar IPA bertujuan untuk mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan baik melalui penyelidikan, percobaan, pengamatan, dan lain sebagainya. Agar pembelajaran IPA sesuai dengan apa yang diharapkan, diperlukan suatu strategi pembelajaran yang mampu
membangkitkan minat siswa dalam pembelajaran IPA. Pembelajaran hendaknya bervariasi serta kreatif sehingga siswa tertarik dan tidak bosan dalam mengikuti pembelajaran. Sejalan dengan pendapat dari Susanto (2015) menyatakan untuk mengembangkan potensi siswa perlu diterapkan sebuah model pembelajaran inovatif dan konstruktif. Dalam mempersiapkan pembelajaran, para pendidik harus memahami karakteristik materi pembelajaran, karakteristik murid atau peserta didik, serta memahami metodelogi pembelajaran sehingga proses pembelajaran akan lebih variatif, inovatif, dan konstruktif dalam merekonstruksi
wawasan pengetahuan dan
implementasinya sehingga akan meningkatkan aktivitas dan kreativitas peserta didik.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 3 Januari 2017 di SD Negeri 1 Sumerta, terdapat kendala dalam proses pembelajaran khususnya pada muatan materi IPA. Hal tersebut terjadi karena model pembelajaran yang digunakan kurang bervariasi dan terkesan monoton. Siswa kurang memahami kompetensi pengetahuan khususnya pada muatan materi IPA yang dipelajari. Oleh sebab itu, pembelajaran menjadi membosankan, siswa kurang konsentrasi mengikuti pembelajaran, sehingga kompetensi pengetahuan siswa rendah. IPA merupakan muatan materi yang sangat penting dalam proses pembelajaran di sekolah dasar, karena muatan materi IPA
3 bertujuan agar siswa memiliki sikap peduli terhadap lingkungan dan dapat menerapkan pengetahuan yang dimiliki dalam kehidupan sehari-hari.
Sesuai dengan Lampiran III Permendikbud RI Nomor 57 tahun 2014 tentang pembelajaran tematik terpadu, pembelajaran IPA di kelas I, II, dan III menggunakan pendekatan inter-disipliner yakni pendekatan dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar mata pelajaran agar terkait satu sama lain. Sehingga untuk kelas I, II, dan III tidak ada mata pelajaran IPA tetapi muatan IPA terintegrasi ke mata pelajaran lain terutama Bahasa Indonesia. Sedangkan pembelajaran IPA di kelas IV, V, dan VI berdiri sendiri dengan menggunakan pendekatan multi-disipliner yakni pendekatan tanpa menggabungkan kompetensi dasar sehingga setiap mata pelajaran mempunyai kompetensi dasarnya sendiri tetapi tetap menggabungkan kompetensi beberapa mata pelajaran dalam satu tema. Salah satu kompetensi yang dikembangkan dalam muatan materi IPA adalah kompetensi pengetahuan IPA. Kompetensi pengetahuan IPA adalah kemampuan dasar terhadap penguasaan
pembelajaran IPA berdasarkan
pengetahuan yang dimiliki oleh peserta didik mencakup dimensi pengetahuan faktual dan konseptual pada jenjang kemampuan berpikir mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis yang diukur dengan tes kompetensi pengetahuan.
Menyikapi permasalahan tersebut peran guru sangatlah penting dalam
merancang pembelajaran agar
pembelajaran menjadi menarik, aktif, dan menyenangkan. Salah satu upaya yang bisa digunakan oleh guru dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) berbasis outdoor study.
Model pembelajaran TPS adalah suatu model pembelajaran yang berorientasi pada masalah yang dipecahkan langsung oleh siswa dengan menggunakan metode diskusi. Menurut Huda (2013:206) Model Pembelajaran TPS merupakan strategi pembelajaran yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor Frank Lyman di University of Maryland
pada 1981 dan diadopsi oleh banyak penulis di bidang pembelajaran kooperatif pada tahun-tahun selanjutnya. Strategi ini memperkenalkan gagasan tentang waktu tunggu atau berpikir (wait or think time) pada elemen interaksi pembelajaran kooperatif yang saat ini menjadi salah satu faktor ampuh dalam meningkatkan respons siswa terhadap pertanyaan.
Menurut Kurniasih (2016) Model pembelajaran TPS merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam TPS dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu. Model pembelajaran TPS menggunakan metode diskusi berpasangan yang dilanjutkan dengan diskusi pleno. Dengan model pembelajaran ini siswa dilatih bagaimana mengutarakan pendapat dan siswa juga belajar menghargai pendapat orang lain dengan tetap mengacu pada materi atau tujuan pembelajaran. Adapun langkah-langkah model pembelajaran TPS adalah 1) Langkah pertama Berpikir (Thinking) Guru mengajukan suatu pertanyaan pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah. Siswa membutuhkan penjelasan bahwa berbicara atau mengerjakan bukan bagian berpikir. 2) Langkah kedua Berpasangan
(Pairing) Selanjutnya guru meminta siswa
untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan, atau menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasi. Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berdiskusi dengan pasangan. 3) Langkah ketiga Berbagi (Sharing) Pada langkah akhir, guru meminta setiap pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan sampai sekitar
4 sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan.
Untuk menunjang pembelajaran kooperatif tipe TPS didukung dengan pembelajaran di luar kelas (outdoor study).
Vera (2012:16) memberikan
pengertian”pembelajaran di luar kelas secara khusus adalah kegiatan pembelajaran antara guru dan murid, namun tidak dilakukan di dalam kelas, tetapi dilakukan di luar kelas atau alam terbuka, sebagai kegiatan pembelajaran siswa”. Dapat dikatakan pembelajaran di luar kelas bisa dipahami sebagai suatu kegiatan menyampaikan pembelajaran di luar kelas, sehingga kegiatan atau aktivitas pembelajaran berlangsung di alam terbuka dan melibatkan alam secara langsung sebagai sumber belajar.
Tujuan yang ingin dicapai melalui aktivitas belajar di luar kelas atau di luar lingkungan sekolah ialah sebagai berikut: 1) mengarahkan peserta didik untuk mengembangkan bakat dan kreativitas mereka dengan seluas-luasnya di alam terbuka. 2) kegiatan belajar-mengajar di luar kelas bertujuan menyediakan latar
(setting) yang berarti bagi pembentukan
sikap dan mental peserta didik. 3) meningkatkan kesadaran, apresiasi dan pemahaman peserta didik terhadap lingkungan sekitarnya, serta cara mereka bisa membangun hubungan baik dengan alam. 4) menunjang keterampilan dan ketertarikan peserta didik. Bukan hanya ketertarikan terhadap mata pelajaran tertentu yang bisa dikembangkan di luar kelas, melainkan juga ketertarikan terhadap kegiatan-kegiatan di luar kelas. 5) mengenalkan berbagai kegiatan di luar kelas yang dapat membuat pembelajaran lebih kreatif. 6) memanfaatkan sumber-sumber yang berasal dari lingkungan dan komunitas sekitar untuk pendidikan. 7) agar peserta didik dapat memahami secara optimal seluruh mata pelajaran.
Berdasarkan uraian tersebut, model pembelajaran kooperatif tipe TPS berbasis
outdoor study adalah suatu model
pembelajaran yang berorientasi pada masalah yang dipecahkan langsung oleh siswa dengan menggunakan metode diskusi yang didukung dengan
pembelajaran di luar kelas (outdoor study). Pembelajaran di luar kelas lebih melibatkan siswa secara langsung dengan lingkungan sekitar mereka sesuai dengan materi yang diajarkan. Adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu (1) untuk mendeskripsikan kompetensi pengetahuan IPA kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS berbasis
outdoor study pada siswa Kelas V SD
Negeri 1 Sumerta Kecamatan Denpasar Timur, (2) untuk mendeskripsikan kompetensi pengetahuan IPA kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa Kelas V SD Negeri 1 Sumerta Kecamatan Denpasar Timur, (3) untuk mengetahui perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS berbasis
outdoor study dengan kelompok siswa yang
dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa V SD Negeri 1 Sumerta Kecamatan Denpasar Timur.
METODE
Penelitian ini dilaksanakan pada semester 2 di kelas V SD Negeri 1 Sumerta Kecamatan Denpasar Timur. Penelitian ini tergolong penelitian kuantitatif dengan rancangan eksperimen kuasi
(Quasi-Eksperimental Design). rancangan
eksperimen kuasi digunakan jika variabel-variabel luar yang mempengaruhi eksperimen tidak sepenuhnya bisa dikontrol serta pemilihan subjek penelitian tidak dapat dilakukan dengan cara pengacakan individu. Bentuk desain kuasi eksperimen yang digunakan adalah rancangan kelompok non-ekuivalen. Desain ini memberikan pretest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, kemudian memberikan perlakuan pada kelas eksperimen berupa model pembelajaran kooperatif tipe think pair
share (TPS) berbasis outdoor study.
Setelah memberikan perlakuan, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diberikan posttest.
Dalam sebuah penelitian, pemilihan populasi merupakan hal yang sangat diperlukan. “Populasi adalah keseluruhan
5 dari objek, orang, peristiwa atau sejenisnya yang menjadi perhatian dan kajian dalam penelitian”(Setyosari,2015:221). Sedangkan menurut Sugiyono (2016:61) “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dicari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Jadi dapat disimpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan dari objek individu yang memiliki karakteristik tertentu yang ingin diteliti oleh peneliti yang akan dipelajari dan ditarik kesimpulan. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri 1 Sumerta Kecamatan Denpasar Timur tahun pelajaran 2016/2017 yang terdiri dari 3 kelas dalam setiap kelas terdiri dari 34 orang. Jumlah populasi dari penelitian ini adalah 102 orang.
Dalam melaksanakan penelitian, selain menentukan populasi, penentuan sampel merupakan hal yang sangat penting untuk mewakili populasi sebagai objek penelitian. “Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil,yang dianggap mewakili seluruh populasi” (Agung, 2014:69). Sedangkan menurut Sugiyono (2016:62) menyatakan bahwa “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.” Jadi dapat disimpulkan bahwa sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili anggota populasi sebagai objek penelitian.
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah sampel kelompok. Penentuan sampel penelitian ini tidak dilakukannya pengacakan individu melainkan hanya pengacakan kelas, karena tidak bisa mengubah kelas yang telah terbentuk sebelumnya. Cara yang digunakan adalah dengan cara pengundian. Cara undian dilakukan dengan menulis semua nama kelas V di seluruh populasi pada masing-masing kertas, kemudian kertas digulung. Ambil satu gulungan kertas, lalu ambil satu gulungan kertas lain, tanpa memasukkan kembali gulungan kertas pertama. Nama-nama kelas pada kedua gulungan kertas tersebut merupakan sampel penelitian. Kedua kelas yang terpilih sebagai sampel tersebut diuji kesetaraanya secara empiris dengan menggunakan data nilai siswa setelah mengikuti pretest.
Nilai pretest yang diperoleh dari kedua kelompok dianalisis dengan teknik
matching yang dilakukan dengan cara
menjodohkan nilai pretest siswa dari kedua kelompok. Darmadi (2014) menyatakan, teknik matching adalah suatu teknik untuk menyeragamkan kelompok pada suatu variabel atau lebih yang sudah diidentifikasi mempunyai hubungan yang erat dengan penampilan (performance) variabel tidak bebas.
Setelah mengadakan pengundian maka mendapat 2 kelas yakni kelas VA dan kelas VC. Nilai pretest kedua kelompok siswa disetarakan menggunakan teknik matching dan mendapatkan hasil 32 siswa memiliki kemampuan yang setara secara akademik. Setelah diketahui kedua kelompok setara, maka dilakukan pengundian lagi dari 2 kelompok yang setara untuk memilih nama kelas yang digunakan sebagai kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Berdasarkan hasil undian, diperoleh kelas VC sebagai kelompok eksperimen serta Kelas VA sebagai kelompok kontrol.
Dalam sebuah penelitian
eksperimen perlu dilakukan pengendalian terhadap validitas penelitian yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Dantes (2014:3) mengungkapkan “Validitas penelitian adalah kemampuan suatu penelitian untuk mengungkapkan secara tepat mengenai apa yang ingin diteliti”. Terdapat 2 ancaman validitas eksperimen yang terdiri atas validitas internal serta validitas eksternal. Dalam penelitian ini validitas internal yang perlu dikontrol terdiri atas karakteristik subjek yang dikendalikan melalui penentuan sampel dengan cara mengacak kelas serta melalui pengunaan kelompok yang setara yaitu dengan teknik
matching, kelas yang memiliki fasilitas dan
kondisi ruang belajar yang sama, dan kelas yang memiliki siswa dengan kemampuan yang setara, instrumentasi dikendalikan dengan cara menggunakan instrumen yang valid dan reliabel, serta penggunaan instrumen yang sama pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, kematangan (maturirty) dikontrol dengan cara penggunaan waktu perlakuan hanya sebanyak 6 kali pada kelompok control dan 6 kali pada kelompok control sehingga
6 kompetensi pengetahuan siswa dapat mengalami perubahan, dan sikap subjek dikontrol dengan tidak memberitahukan status subjek sebagai kelompok eksperimen, melaksanakan eksperimen sesuai dengan kondisi apa adanya, dan dengan menggunakan guru kelas sehingga pembelajaran tetap berjalan sebagaimana mestinya. Validitas eksternal penelitian mengacu pada suatu hasil penelitian dapat digeneralisasikan. Menurut Dantes (2014:3) menyatakan validitas eksternal mengacu generalisasi populasi pada tingkat (kualitas) hasil penelitian. Ancaman validitas eksternal yang perlu diperhatikan pada penelitian ini, melakukan pemilihan anggota secara acak (random) dalam penentuan sampel agar dapat diperoleh sampel yang mewakili populasi. Teknik sampling yang digunakan teknik sampel kelompok dengan melakukan pengundian pada populasi yang sudah terbentuk dalam kelas-kelas, jadi setiap kelas dalam populasi memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sampel penelitian. Hasilnya dapat digeneralisasikan pada populasi yaitu siswa kelas V di SD Negeri 1 Sumerta Kecamatan Denpasar Timur.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas V SD Negeri 1 Sumerta Kecamatan Denpasar Timur tahun pelajaran 2016/2017. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah metode tes. Setyosari (2015:231) menyatakan dalam kegiatan pengumpulan data dapat menggunakan instrumen berupa tes, terutama tes untuk mengukur kemampuan atau kompetensi. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes. Yusuf (2015:93) menyatakan tes adalah suatu pengukuran yang bersifat objektif mengenai tingkah laku seseorang sehingga dapat digambarkan dengan bantuan angka dan skala. Jenis tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk tes pilihan ganda (Multiple Choise Test). Instrumen tes yang digunakan untuk
mengumpulkan data kompetensi
pengetahuan yaitu jenis tes objektif dalam bentuk pilihan ganda biasa.
Untuk menentukan layak tidaknya suatu instrumen maka perlu divalidasi. Validasi instrumen terdiri atas uji validitas,
uji reliabilitas, uji daya beda dan uji tingkat kesukaran. Penggunaan tes sebagai instrumen dalam mendapatkan data yang akurat perlu disusun secara valid. Suatu tes dapat disebut valid jika tes tersebut benar – benar mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. Hal ini sesuai dengan pendapat Suharsimi (2013:79) “Agar dapat diperoleh data yang valid, instrumen atau alat ukur mengevaluasinya harus valid”. Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu validitas isi dan validitas butir. Langkah--langkah yang ditempuh dalam memenuhi validitas isi adalah membuat tabel kisi-kisi soal serta penilaian instrumen yang dilakukan oleh dua orang pakar. Untuk mengukur validitas butir tes kompetensi pengetahuan IPA dengan objektif bentuk pilihan ganda biasa digunakan rumus koefisien korelasi biserial (rpbi) karena tes bersifat dikotomi. Dari 50 butir soal terdapat 32 butir soal yang tergolong valid.
Agung (2011:57) menyatakan suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tepat (ajeg). Uji reliabilitas dilakukan terhadap butir soal yang valid saja, dengan demikian uji reliabilitas bisa dilakukan setelah dilakukan uji validitas.Uji reliabilitas tes yang bersifat dikotomi dan heterogen ditentukan dengan rumus Kuder Richadson (KR-20). Berdasarkan analisis diperoleh hasil tes yang diujikan tergolong reliabel.
Daya pembeda soal adalah
kemampuan suatu soal untuk
membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang
bodoh (berkemampuan rendah).
Berdasarkan analisis daya beda tes diperoleh hasil 5 butir soal dengan kriteria sangat baik, 15 butir soal dengn kriteria baik, terdapat 12 butir soal dengan kriteria cukup dan terdapat 2 butir soal dengan kriteria jelek.
Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan proporsi peserta tes yang menjawab benar butir soal yang diberikan. Berdasarkan analisis tingkat kesukaran butir soal diperoleh hasil 7 butir soal dengan kriteria mudah, 22 butir soal dengan kriteria sedang, serta 5 butir soal dengan kriteria sukar. Sedangkan analisis
7 tingkat kesukaran perangkat tes diperoleh hasil perangkat tes berada dalam katagori sedang.
Setelah data dikumpulkan, selanjutnya data tersebut dianalisis. Data yang dianalisis pada kedua kelompok adalah hasil posttest. Teknik analisis data yang dilakukan untuk uji hipotesis dengan menggunakan uji-t, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis yang terdiri dari uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians.
Sebelum dilakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis yang terdiri dari uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas. Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah sebaran data kompetensi pengetahuan IPA siswa masing-masing kelompok berdistribusi normal atau tidak sehingga dapat menentukan teknik analisis datanya. Uji Normalitas sebaran data dalam penelitian ini menggunakan Chi-kuadrat. Kriteria pengujian adalah jika koefisien 𝜒ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 < 𝜒
𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙2 , maka ho diterima (gagal ditolak) yang berarti data berdistribusi normal. Uji Homogenitas dilakukan untuk menunjukkan bahwa perbedaan yang terjadi pada uji hipotesis benar-benar terjadi akibat adanya perbedaan varians antar kelompok, bukan sebagai akibat perbedaan dalam kelompok. Uji homogenitas dapat dilakukan apabila kelompok data tersebut berdistribusi normal.Uji homogenitas varians dilakukan dengan uji F. Kriteria pengujian, jika koefisien Fhitung< Ftabel maka sampel homogen. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji beda mean (uji t) dengan rumus separated. Rumus uji-t dengan rumus separated digunakan karena jumlah anggota sampel sama n1=n2 dan varians homogen. Kriterianya jika koefisien thitung
ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, dan jika koefisien thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. Pada taraf signifikansi 5% (α = 0,05) atau taraf kepercayaan 95% dan dk = n1 + n2 - 2.HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis data kompetensi pengetahuan IPA pada kelompok eksperimen, diketahui bahwa rata-rata kompetensi pengetahuan IPA kelompok eksperimen X = 88,18 sedangkan rata-rata kompetensi pengetahuan kelompok kontrol X = 79,69.
Hasil uji normalitas data kompetensi pengetahuan IPA kelompok eksperimen dengan model pembelajaran kooperatif tipe
think pair share berbasis outdoor study
X2
hitung = 5,11 < X2tabel = 11,07, maka data kompetensi pengetahuan IPA kelompok eksperimen adalah berdistribusi normal. Sementara hasil uji normalitas data kompetensi pengetahuan IPA siswa pada kelompok kontrol X2
hitung = 4,06 < X2tabel =11,07, maka data kompetensi pengetahuan IPA siswa untuk kelompok kontrol adalah berdistribusi normal.
Hasil uji homogenitas varians data kompetensi pengetahuan IPA yaitu Fhitung = 1,56. Pada taraf signifikansi 5% dengan dk pembilang = 31 dan dk penyebut = 31 maka diperoleh harga Ftabel adalah 1,84. Karena Fhitung = 1,56 < Ftabel =1,84, maka kompetensi pengetahuan IPA siswa pada kelompok eksperimen serta kelompok kontrol mempunyai varians yang homogen. Berdasarkan hasil uji normalitas dan homogenitas dapat diketahui bahwa data yang diperoleh dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen. Karena data yang diperoleh telah memenuhi semua prasyarat, uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis uji-t.
Adapun kriteria pengujiannya adalah apabila thitung ≤ ttabel, maka Ho diterima (gagal ditolak) dan Ha ditolak. Sebaliknya apabila thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Dengan db = n1 + n2 – 2 dan taraf signifikansi 5% (α = 0,05) atau taraf kepercayaan 95%. Hasil uji t dapat dilihat pada tabel 1.
8 Tabel 1
Tabel Hasil Analisis Uji-t Data Kompetensi Pengetahuan IPA
Sampel N Dk 𝑿̅ s2 t hitung ttabel Kelompok eksperimen 32 62 88,18 64,09 3,74 2,000 Kelompok Kontrol 32 79,69 100,17
Untuk mengetahui signifikansi hasil perhitungan uji hipotesis di atas, maka perlu dibandingkan dengan nilai ttabel. Koefisien ttabel dengan taraf signifikansi 5% dan dk = 62 (n1+n2-2) = 2,000. Hasil analisis uji t diperoleh thitung = 3,74. Koefisien tersebut
kemudian dibandingkan dengan koefisien
ttabel dengan dk = 32 + 32 – 2 = 62 dan taraf
signifikansi 5% diperoleh harga ttabel =2,000,
karena thitung= 3,74 > ttabel (α = 0,05, 76) = 2,000 maka Ho yang menyatakan tidak terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe think pair
share berbasis outdoor study dengan
kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada kelas V SD Negeri 1 Sumerta Kecamatan Denpasar Timur tahun pelajaran 2016/2017 ditolak atau Ha diterima.
Berdasarkan hasil analisis uji t yang menyatakan terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol siswa kelas V SD Negeri 1 Sumerta Kecamatan Denpasar Timur tahun pelajaran 2016/2017, maka diperlukan uji lanjut untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe think pair share berbasis outdoor study. Uji lanjut dilakukan dengan cara membandingkan rata-rata kompetensi pengetahuan IPA kelompok eskperimen dengan rata-rata kompetensi pengetahuan IPA kelompok kontrol. Nilai rata-rata kompetensi pengetahuan IPA kelompok eskperimen X = 88,18 > X = 79,69 nilai kompetensi pengetahuan IPA kelompok kontrol. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe think
pair share berbasis outdoor study
berpengaruh terhadap kompetensi pengetahuan IPA kelas V SD Negeri 1
Sumerta Kecamatan Denpasar Timur tahun pelajaran 2016/2017.
Dari perolehan kompetensi pengetahuan pada kedua kelompok dapat diketahui bahwa kedua kelompok yang awalnya memiliki kemampuan setara, lalu setelah diberikan perlakuan yang berbeda perolehan kompetensi pengetahuan IPA mengalami perbedaan. Nilai kompetensi pengetahuan IPA siswa pada kelompok eksperimen lebih baik apabila dibandingkan dengan nilai kompetensi pengetahuan IPA siswa pada kelompok kontrol. Kelompok eksperimen diberikan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share berbasis
outdoor study memiliki nilai rata-rata yang
lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hal ini disebabkan karena model pembelajaran kooperatif tipe think pair
share berbasis outdoor study dapat
membuat siswa antusias dan termotivasi dalam pembelajaran karena seluruh siswa dalam pembelajaran diberi kesempatan untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran terutama pada saat diskusi
memecahkan masalah. Kegiatan
pembelajarannya dirancang berorientasi pada masalah yang dipecahkan langsung oleh siswa dengan menggunakan metode diskusi yang didukung dengan pembelajaran di luar kelas (outdoor study). Pembelajaran di luar kelas lebih melibatkan siswa secara langsung dengan lingkungan sekitar mereka sesuai dengan materi yang diajarkan. Pembelajaran tersebut dikondisikan agar siswa berinteraksi langsung dengan lingkungan luar kelas sebagai sumber belajarnya maka dapat menjadi suatu inovasi dalam proses pembelajaran serta dapat mengoptimalkan kompetensi pengetahuan IPA siswa. Pembelajaran di luar kelas dapat melatih siswa menggali dan memanfaatkan
9 lingkungan di luar kelas sebagai sumber belajar yang tidak ada habisnya.
Berbeda pada kelompok kontrol, kegiatan pembelajaran konvensional yang hanya menggunkaan pendekatan saintifik berjalan kurang optimal. Hal ini disebabkan masih siswa yang kurang mampu mengaitkan antar materi pada muatan materi IPA dan kesulitan mengikuti setiap langkah pembelajaran yang perlu diberikan bimbingan lebih khusus. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS berbasis outdoor study menekankan pada pemecahan masalah oleh siswa dengan menggunakan metode diskusi yang didukung dengan pembelajaran di luar kelas (outdoor study). Pembelajaran di luar kelas lebih melibatkan siswa secara langsung dengan lingkungan sekitar mereka sesuai dengan materi yang diajarkan.
Keunggulan lain dari model pembelajaran ini yakni, model ini dengan sendirinya memberikan kesempatan yang banyak kepada siswa untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain, dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran, lebih banyak kesempatan untuk kontribusi masing-masing anggota kelompok, antara sesama siswa dapat belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas.
Dengan demikian, perbedaan hasil kompetensi pengetahuan IPA dapat terlihat dari langkah pembelajaran yang dilakukan pada kedua kelompok tersebut, hasil analisis uji hipotesis, dan nilai rerata kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS berbasis outdoor study dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
Hasil temuan pada penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian sebelumnya yang relevan dan memperkuat hasil penelitian yang diperoleh. Hal tersebut didukung hasil penelitian yang diajukan oleh Witaningtyas (2016) terdapat perbedaan kemampuan pemahaman konsep IPA siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif TPS dan menggunakan pembelajaran konvensional
pada siswa kelas V SD NO 4 Ungasan Kecamatan Kuta Selatan dengan diperoleh fhitung = 29,563 > ftabel = 4,01. Dengan demikian, pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS berbasis outdoor study pada penelitian ini memiliki keunggulan yakni dapat memberikan kesempatan yang banyak kepada siswa untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain, dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran.
SIMPULAN DAN SARAN
Hasil analisis uji t diperoleh thitung =
3,74. Koefisien tersebut kemudian dibandingkan dengan koefisien ttabel dengan
dk = 32 + 32 – 2 = 62 dan taraf signifikansi 5% sehingga diperoleh harga ttabel = 2,000,
karena thitung>ttabel thitung= 3,74 > ttabel (α = 0,05, 76) = 2,000 maka Ho yang menyatakan tidak terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS berbasis outdoor study dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada kelas V SD Negeri 1 Sumerta Kecamatan Denpasar Timur tahun pelajaran 2016/2017 ditolak atau Ha diterima. Hal ini berarti terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TPS berbasis outdoor study terhadap kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas V SD Negeri 1 Sumerta Kecamatan Denpasar Timur tahun pelajaran 2016/2017. Nilai rata-rata kompetensi pengetahuan IPA kelompok eskperimen X = 88,18 > X = 79,69 nilai rata-rata kompetensi pengetahuan IPA kelompok kontrol. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TPS berbasis outdoor study berpengaruh terhadap kompetensi pengetahuan IPA kelas V SD Negeri 1 Sumerta Kecamatan Denpasar Timur tahun pelajaran 2016/2017.
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat diajukan beberapa saran guna peningkatan kualitas pembelajaran yaitu kepada guru diharapkan agar mencobakan
menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe think pair share berbasis
10 pembelajaran bermakna bagi siswa. Kepada sekolah agar model pembelajaran kooperatif tipe think pair share berbasis
outdoor study dapat dijadikan alternatif
perbaikan kualitas pembelajaran dan mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Serta kepada peneliti lain yang berminat untuk melanjutkan penelitian ini agar mengembangkan masalah-masalah yang belum terjangkau dalam penelitian ini sehingga menjadi penelitian yang lebih sempurna dari penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Agung, A. A. Gede. 2011. Pengantar
Evaluasi Pendidikan. Singaraja: FIP
Undiksha.
Agung, A. A. Gede. 2014. Buku Ajar
Metodologi Penelitian Pendidikan.
Malang: Aditya Media Publishing. Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar- dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Dantes, Nyoman. 2014. Analisis Dan
Desain Eksperimen. Singaraja:
Program Pascasarjana Undiksha. Darmadi, Hamid. 2014. Metode Penelitian
Pendidikan dan Sosial. Bandung :
Alfabeta.
Huda, Miftahul. 2013. Model-model
Pengajaran dan Pembelajaran.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 57 Tahun 2014.
Jakarta: Kemendikbud.
Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. 2016.
Ragam Pengembangan Model
Pembelajaran. Jakarta: Kata Pena.
Setyosari, Punaji. 2015. Metode Penelitian
Pendidikan dan Pengembangan.
Jakarta: Kencana.
Sugiyono. 2016. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan
Pembelajaran Di Sekolah Dasar.
Jakarta: Prenadamedia Group. Vera, Adelia. 2012. Metode Mengajar Di
Luar Kelas (Outdoor Study).
Jogjakarta: Diva Press
Yusuf, Muri. 2015. Asesmen dan Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: Prenadamedia