1
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS
BERBANTUAN MULTIMEDIA TERHADAP
KOMPETENSI PENGETAHUAN IPA
SISWA KELAS IV SD GUGUS
LETDA MADE PUTRA
Putu Eka Cahya Putri
1, I.B Surya Manuaba
2, I Nengah Suadnyana
31,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: ekacahyaputri@rocketmail.com
1, ibsm.co.id@gmail.com
2,
suadnyanainengah@gmail.com
3Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA antara siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions berbantuan multimedia dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD Gugus Letda Made Putra Denpasar Utara. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain eksperimen semu. Rancangan desain eksperimen yang digunakan adalah rancangan kelompok Kontrol Non-ekuivalen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Gugus Letda Made Putra yang berjumlah 529 siswa. Sampel diambil dengan random sampling dan kesetaraan sampel dianalisis dengan menggunakan teknik matching. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes. Data penelitian ini diolah dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial. Uji hipotesis menggunakan uji-t dengan rumus separated varians. Hasil penelitian berdasarkan analisis data menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran Kooperatif tipe Student Team
Achievement Divisions berbantuan multimedia dengan kelompok siswa yang dibelajarkan
melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD Gugus Letda Made Putra Denpasar Utara. Hal tersebut berdasarkan perhitungan thitung > ttabel = 7,54 > 2,000 dan
rata-rata kompetensi pengetahuan IPA siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions berbantuan multimedia yaitu, 87,63, dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional yaitu 78,72. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions berbantuan multimedia berpengaruh terhadap kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IV SD Gugus Letda Made Putra Denpasar Utara.
Kata Kunci: STAD, multimedia, kompetensi pengetahuan IPA
Abstract
This research aims to determine the significant difference of science knowledge competence between students who are taught using cooperative learning model of Student Team Achievement Divisions type of multimedia assisted with students who are taught using conventional learning in fourth grade students of SD Gugus Letda Made Putra in north Denpasar. This research is a quantitative research with quasi experimental design. The design design of the experiment used was the design of a Non-equivalent Control group. The population in this research is all of fourth grade of SD Gugus Letda Made Putra which numbered 529 students. Samples were taken with random sampling and the equality of samples was analyzed using matching technique. Data collection
2
method used in this research is test method. This research data is processed by using descriptive statistical analysis technique and inferential statistic. Hypothesis test using t-test with separated variance formula. The result of the research based on data analysis shows that there is a significant difference of science knowledge competence between the students group which is taught through cooperative learning model of Student Team Achievement Divisions type of multimedia with the group of students that is taught through conventional learning in fourth grade students of SD Gugus Letda Made Putra in north Denpasar. It is based on the calculation of t count> t table = 7,54> 2,000 and the average science knowledge competence of students who follow the learning by using cooperative learning model of Student Team Achievement Divisions type of multimedia assisted, 87.63, and students who follow conventional learning that is 78,72. Thus it can be concluded that the model of cooperative learning type Student Team Achievement Divisions assisted multimedia influence science knowledge competence fourth grade students SD Gugus Letda Made Putra in north Denpasar.
Keywords: STAD, multimedia, science knowledge competence
PENDAHULUAN
Kemajuan suatu bangsa tidak hanya bersumber pada sumber daya alam dan modal saja, akan tetapi bersumber pada modal intelektual. Untuk meningkatkan kemampuan intelektual suatu bangsa maka diperlukan adanya kesadaran dari manusia itu sendiri untuk menempuh pendidikan disertai dengan peningkatan mutu pendidikan. Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan merupakan hal yang harus dilakukan secara berkelanjutan dan menyeluruh meliputi semua aspek. Hal tersebut tentunya menjadi tantangan bagi pemerintah untuk terus berusaha meningkatkan dan mengembangkan mutu pendidikan menjadi lebih baik. Salah satu faktor penunjang untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan menyempurnakan dan mengembangkan kurikulum pembelajaran.
Pemerintah telah menerapkan berbagai kurikulum dalam mendukung proses pendidikan di Indonesia. Kurikulum yang telah diterapkan oleh pemerintah diantaranya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) tahun 2004, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006, hingga kurikulum terbaru saat ini yaitu Kurikulum 2013. Dalam pelaksanaan
kurikulum 2013 tidak hanya
mengembangkan kemampuan sikap (afektif), pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) melainkan aspek religius dan sikap sosial menjadi aspek yang sangat penting untuk dikembangkan.
Penerapan pelaksanaan kurikulum 2013 sangat dipengaruhi oleh kesiapan dari guru. Guru merupakan ujung tombak penerapan kurikulum, oleh karena itu, kesiapan dan kompetensi guru di lapangan menjadi faktor penentu implementasi kurikulum 2013. Seorang guru harus memiliki kesiapan yang matang dalam menjalankan proses pembelajaran berdasarkan kurikulum yang berlaku.
Strategi pelaksanaan kegiatan belajar siswa SD yang dikhendaki sesuai dengan kurikulum 2013 adalah dengan menerapkan pendekatan saintifik. “Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar siswa secara aktif mengkonstruk konsep, hukum, atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati, merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan” (Kurniasih dan Sani, 2014:29). Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan saintifik, hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills dari siswa yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan (Nonitha, 2015:2).
Salah satu jenjang pendidikan yang menerapkan kurikulum 2013 adalah sekolah dasar. SD merupakan jenjang
xii pendidikan dasar yang berfungsi sebagai peletak dasar-dasar keilmuan dan
membantu mengoptimalkan
perkembangan siswa melalui
pembelajaran yang dibimbing oleh guru. Di Sekolah Dasar, siswa dibelajarkan sejumlah pelajaran, salah satunya adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Dari berbagai muatan materi di SD, IPA merupakan salah satu muatan materi yang sering muncul dalam pembelajaran karena berhubungan langsung dengan lingkungan siswa. IPA merupakan ilmu pengetahuan yang sangat penting untuk dipelajari, khususnya oleh siswaSD. Konsep IPA di SD merupakan konsep yang masih terpadu, karena belum dipisahkan secara tersendiri, seperti kimia, biologi dan fisika.
Menurut Samatowa (2011:3) “IPA merupakan ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia”. Tujuan dari pembelajaran IPA bukan hanya sekedar menyediakan peluang kepada siswa untuk belajar tentang fakta-fakta dan teori-teori, tetapi juga mengembangkan keaktifan dan sikap berpikir ilmiahnya.
IPA tidak hanya merupakan sebuah kumpulan tentang benda atau makhluk hidup tetapi lebih merupakan cara kerja, cara berpikir, dan cara memecahkan masalah (Yunita, 2014:2). Bahan materi IPA yang lebih banyak berisi percobaan sebaiknya diajarkan dengan melibatkan siswa secara langsung untuk praktik ataupun menyaksikan tayangan yang berhubungan dengan materi melalui berbagai alat bantu pembelajaran. Namun pada kenyataannya dalam penerapan pembelajaran khususnya pada muatan materi IPA guru mengajar hanya menggunakan model pembelajaran konvensional dengan pendekatan saintifik dan kurang divariasikan dengan penggunaan model pembelajaran dan media pembelajaran yang dapat mendukung kegiatan belajar mengajar. Hal tersebut dapat menyebabkan siswa menjadi pasif dan kurangnya semangat siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran yang tentunya akan mempengaruhi kompetensi siswa khusunya dalam muatan materi IPA.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam muatan materi IPA. Namun pada kenyataannya kompetensi pengetahuan IPA siswa masih kurang menggembirakan. Berdasarkan observasi yang dilakukan Di SD Gugus Letda Made Putra perolehan hasil belajar IPA siswa belum optimal dan masih berada dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Adapun beberapa penyebab
permasalahan dalam kegiatan
pembelajaran yang mempengaruhi kompetensi pengetahuan IPA siswa yaitu, kurang bervariasinya penerapan strategi, metode, maupun model pembelajaran yang digunakan oleh guru serta kurang optimalnya pemanfaatan media pembelajaran sebagai sumber belajar yang mengakibatkan siswa menjadi pasif serta kurangnya semangat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga kompetensi pengetahuan IPA siswa belum mencapai hasil yang optimal.
Berdasarkan permasalahan yang ada, maka dalam upaya meningkatkan kompetensi pengetahuan IPA penelitian ini akan difokuskan pada upaya pengujian model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD berbantuan multimedia dalam pembelajaran IPA siswa kelas IV SD Gugus Letda Made Putra Denpasar Utara dan agar penelitian ini lebih akurat maka permasalahan dibatasi hanya pada hal-hal berikut.
Untuk mengatasi permasalahan khusunya dalam pembelajaran IPA, seorang guru dituntut harus kreatif dan inovatif dalam mengemas sebuah pembelajaran yang menarik dan menyenangkan sehingga membuat siswa untuk mau belajar. Jika guru mampu memilih dan mengembangkan model yang tepat dalam proses pembelajaran serta mampu memanfaatkan segala fasilitas yang tersedia secara maksimal, maka tidak menutup kemungkinan kompetensi siswa dalam suatu muatan materi pelajaran khususnya IPA akan tercapai secara optimal.
Untuk lebih tercapainya berbagai kompetensi oleh siswa selain
xiii menggunakan pendekatan saintifik, strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru perlu dipadukan dengan
model-model pembelajaran. Dalam
membelajarkan IPA, diperlukan model pembelajaran yang menyenangkan dan merangsang siswa untuk lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran serta siswa dapat saling bekerja sama dalam menguasai materi pelajaran. Salah satu model yang dapat diterapkan dalam pembelajaran IPA adalah Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD berbantuan multimedia.
Menurut Huda (2013: 201) “STAD merupakan salah satu strategi pembelajaran kooperatif yang didalamnya terdapat beberapa kelompok kecil siswa dengan level kemampuan akademik yang berbeda-beda saling bekerja sama untuk menyelesaikan tujuan pembelajaran”. Penggunaan model pembelajaran ini akan mengarahkan siswa untuk aktif dalam pembelajaran dan setiap siswa diharapkan menguasai materi pelajaran karena pada setiap akhir pembelajaran akan ada sebuah kuis yang digunakan untuk mengukur pemahaman siswa terhadap materi pelajaran dan untuk menentukan kelompok yang akan memperoleh penghargaan atas keberhasilannya.
Menurut Kurniasih dan Sani (2016:22), model pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki banyak manfaat, di antaranya, dalam kelompok siswa dituntut untuk aktif sehingga dengan model ini siswa dengan sendirinya akan percaya diri
dan meningkatkan kecakapan
individualnya, mengajarkan menghargai orang lain dan saling percaya serta dalam kelompok siswa diajarkan untuk saling mengerti dengan materi yang ada, sehingga siswa saling memberitahu dan mengurangi sifat kompetitif.
Pembelajaran akan lebih menarik dan bermakna apabila didukung dengan penggunaan media dalam pembelajaran seperti multimedia. Multimedia berasal dari kata multi dan media. Multi yang berarti bermacam-macam dan media yang berarti perantara atau sesuatu yang dipakai untuk menghantarkan, menyampaikan, atau membawa sesuatu. Menurut Munir (2012:3) “multimedia merupakan perpaduan antara berbagai
media yang berupa teks, gambar, grafik, sound, animasi, video, interaksi, dan lain-lain yang telah dikemas menjadi file digital, digunakan untuk menyampaikan pesan kepada publik..
Mutimedia memiliki beberapa kelebihan dalam pembelajaran diantaranya , dapat menggunakan beberapa media dalam menyajikan informasi, menarik perhatian dan minat, karena merupakan gabungan antara pandangan, suara, dan gerakan, media alternatif dalam penyampaian pesan dengan diperkuat teks, suara, gambar, video, dan animasi serta meningkatkan kualitas penyampaian informasi (Munir, 2012:6).
Adapun tujuan dari penelitian ini yakni pertama, untuk mengetahui kompetensi pengetahuan IPA dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan multimedia pada siswa kelas IV SD Gugus Letda Made Putra Denpasar Utara Tahun Pelajaran 2016/2017. Kedua,
untuk mengetahui kompetensi
pengetahuan IPA dengan menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD Gugus Letda Made Putra Denpasar Utara Tahun Pelajaran 2016/2017. Serta untuk mengetahui perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan multimedia dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD Gugus Letda Made Putra Denpasar Utara Tahun Pelajaran 2016/2017.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain eksperimen semu. Rancangan desain eksperimen yang digunakan adalah nonequivalent
control group design. Pola Rancangan
Kelompok Kontrol Non-ekuivalen disajikan sebagai berikut.
O
1X
O
2(eksperimen)
---
xiv
Gambar 01 Desain Eksperimen
(Sumber : Setyosari, 2015:211)
Dalam penelitian ini, pre-test dilakukan hanya untuk menguji kesetaraan sampel. Lebih Hal tersebut didukung oleh pendapat Dantes (2012:97) yang menyatakan Pemberian pre-test
digunakan untuk mengukur equivalensi atau penyetaraan kelompok.
Sugiyono (2016:117), menyatakan bahwa populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi, dapat dikatakan populasi merupakan keseluruhan dari objek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Gugus Letda Made Putra Denpasar Utara sebanyak 14 kelas berjumlah 529 siswa.
Menurut Sugiyono (2013:62) Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Pengambilan sampel dilakukan dengan
random sampling. Random sampling
merupakan cara pengambilan sampel dengan memberikan kesempatan yang sama kepada anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel (Sugiyono, 2016:132). Random sampling dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen. Dengan demikian, dalam penelitian ini setiap kelas memperoleh hak yang sama dan mendapat kesempatan dipilih menjadi sampel.
Menentukan sampel dilakukan dengan cara pengundian, sehingga diperoleh kelas IVA SDN 2 Dangin Puri sebagai kelompok eksperimen yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD berbantuan multimedia dan kelas IVA SDN 5 Tonja sebagai kelompok kontrol yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Kedua sampel tersebut kemudian diberikan pre-test. Nilai atau skor pre-test dianalisis dengan teknik
matching. Menurut Darmadi (2014:234),
teknik matching merupakan teknik untuk
menyeragamkan kelompok pada suatu variabel atau lebih yang sudah diidentifikasi memiliki hubungan yang erat dengan penampilan variabel tidak bebas dengan cara dicarikan jodohnya dan subyek yang tidak mempunyai jodoh harus dihilangkan dalam penelitian. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IV SDGugus Letda Made Putra.
Metode pengumpulan data dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu metode tes dan non tes. Metode tes adalah suatu prosedur yang spesifik dan sistematis untuk mengukur tingkah laku seseorang, atau suatu pengukuran yang bersifat objektif mengenai tingkah laku seseorang, sehingga tingkah laku tersebut dapat digambarkan dengan bantuan angka, skala atau dengan sistem kategori (Yusuf, 2015:93). Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah tes. Tes yang digunakan adalah tes objektif dalam bentuk pilihan ganda biasa dengan empat options. Tes yang telah disusun kemudian diujicobakan untuk mendapatkan gambaran tentang kelayakan tes tersebut. Tes yang telah diujicobakan kemudian dianalisis untuk menentukan validitas, reliabilitas, daya beda, dan tingkat kesukaran. Dari hasil validasi instrumen sebanyak 50 butir soal yang diujicobakan diperoleh 30 butir soal yang dinyatakan valid dan digunakan dalam penelitian.
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial. Statistik deskriptif yang dianalisis adalah rata-rata (mean) yang digunakan untuk mengkategorikan kompetensi pengetahuan IPA siswa yang dikonversikan dengan penilaian acuan patokan skala 5 serta standar deviasi dan varians. Dalam statistik inferensial, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis yang meliputi uji normalitas dan homogenitas varians. Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah sebaran data kompetensi pengetahuan IPA siswa masing-masing kelompok berdistribusi normal atau tidak sehingga dapat menentukan teknik analisis datanya, sedangkan uji homogenitas varians dilakukan untuk menunjukkan bahwa perbedaan yang terjadi pada uji hipotesis
xv benar-benar terjadi akibat adanya perbedaan varians antar kelompok bukan sebagai akibat perbedaan antar kelompok.
Selanjutnya dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji-t dengan rumus
separated varians. Uji hipotesis dilakukan
untuk menguji hipotesis penelitian yang diajukan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi 2 yaitu, kelompok eksperimen yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan multimedia, dan kelompok kontrol yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Setelah diberikan treatment sebanyak 6 kali, di akhir penelitian siswa diberikan post-test untuk memperoleh data kompetensi pengetahuan IPA siswa. Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif nilai rata-rata kompetensi pengetahuan IPA kelompok eksperimen sebesar 87,63 kemudian dikonversikan ke dalam kategori PAP skala 5 dan berada pada predikat Baik (B), sedangkan nilai rata-rata kompetensi pengetahuan IPA kelompok kontrol sebesar 78,72 kemudian dikonversikan ke dalam kategori PAP skala 5 dan berada pada predikat Cukup (C).
Sebelum melakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas varians.
Uji normalitas data dilakukan pada kelompok meliputi data kelompok eksperimen dan data kelompok kontrol. Berdasarkan uji normalitas kelompok eksperimen diperoleh harga x2
hitung = 4,23
kemudian nilai tersebut dibandingkan dengan x2
tabel dengan dk = 5 dan taraf
signifikansi 5% sehingga diperoleh harga
x2
tabel sebesar 11,07. Karena x2hitung < x2tabel
(4,23 < 11,07) ini berarti sebaran data kompetensi pengetahuan IPA kelompok eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan pada kelompok kontrol, harga
x2
hitung = 3,31. Harga tersebut kemudian
dibandingkan dengan x2
tabel
dengan dk = 5
dan taraf signifikansi 5% sehingga diperoleh harga x2
tabel sebesar 11,07.
Karena x2
hitung < x2tabel (3,31 < 11,07) ini
berarti sebaran data kompetensi pengetahuan IPA kelompok kontrol berdistribusi normal.
Selanjutnya dilakukan uji homogenitas varians. Uji homogenitas varians dilakukan terhadap data kompetensi pengetahuan IPA kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil uji homogenitas varians diperoleh Fhitung
= 1,10.
Nilai tersebutkemudian dibandingkan dengan Ftabel
dengan dk = 32 dengan taraf signifikansi 5% sehingga diperoleh Ftabel sebesar 1,76.
Karena Fhitung < Ftabel (1,10 < 1,76) ini
berarti varians data kompetensi pengetahuan IPA kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah sama atau homogen.
Pengujian hipotesis dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian yang diajukan. Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah Ho yang menyatakan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran Kooperatif tipe STAD berbantuan multimedia dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional.
Berdasarkan hasil uji prasyarat yang meliputi uji normalitas dan homogenitas varians yang dilakukan dalam penelitian ini diperoleh kedua kelompok sampel berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen serta jumlah anggota sampel sama (n1 = n2). Dengan demikian,
uji hipotesis menggunakan uji-t dapat dilakukan. Analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini adalah uji-t dengan rumus
separated varians. Rekapitulasi analisis
uji-t data kompetensi pengetahuan IPA siswa disajikan pada tabel sebagai berikut.
Tabel 01. Rekapitulasi Hasil Analisis Data Kompetensi Pengetahuan IPA Menggunakan Uji-t
xii Kelompok
Sampel N Dk thitung ttabel
Eksperimen 33
64 7,54 2,000
Kontrol 33
Berdasarkan hasil analisis diperoleh thitung = 7,54 dan ttabel = 2,000 pada taraf
signifikansi 5% (α = 0,05) dengan dk = n1 + n2 – 2 = 33 + 33 – 2 = 64. Karena thitung >
ttabel (7,54 < 2,000), maka HO ditolak dan
Ha diterima. Selain itu dari nilai rata-rata
kompetensi pengetahuan IPA kelompok eksperimen sebesar 87,63 dan kelompok kontrol sebesar 78,72. Berdasarkan kriteria PAP skala 5 nilai rata-rata kelompok eksperimen berada pada predikat Baik dan nilai rata-rata kelompok kontrol berada pada predikat Cukup. Ini berarti bahwa model model pembelajaran Kooperatif tipe STAD berbantuan multimedia berpengaruh terhadap kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IV SD Gugus Letda Made Putra.
Perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan multimedia dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional disebabkan karena adanya perbedaan treatment pembelajaran, sumber belajar, dan metode ajar dari kedua kelas.
Pada kelas eksperimen, proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan multimedia dapat melatih keterampilan sosial siswa karena siswa belajar dalam kelas yang heterogen. Hal tersebut mengarahkan siswa untuk aktif baik dalam berdiskusi, mencari jawaban, menjelaskan dan menyimak materi yang belum dipahami melalui interaksi dengan teman kelompoknya (Kurniasih dan Sani, 2016:22).
Sedangkan penggunaan multimedia dalam pembelajaran dapat memberikan nuansa baru karena penggunaan multimedia mengakibatkan sistem pembelajaran lebih inovatif dan kreatif, dapat menarik perhatian dan minat siswa untuk belajar, serta penggunaan multimedia dapat meningkatkan kualitas penyampaian informasi (Munir: 2012:6).
Pada kelas kontrol, pembelajaran
menggunakan pembelajaran
konvensional yakni dengan menggunakan pendekatan saintifik. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik terasa monoton. Suasana belajar yang monoton tersebut menyebabkan kurangnya antusias dan semangat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga akan mempengaruhi kompetensi pengetahuan IPA siswa.
Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Giantara (2014), dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa, terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan yang mengikuti pembelajaran konvensional. Serta didukung oleh hasil penelitian Juniantari (2014), dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa, terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS siswa yang mengikuti model pembelajaran NHT berbantuan multimedia dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
Dengan demikian, perbedaan hasil kompetensi pengetahuan IPA dapat terlihat dari proses pembelajaran yang dilakukan pada kedua kelas, hasil analisis uji hipotesis, serta terlihat berdasarkan nilai rata-rata pada kedua kelas tersebut. Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan multimedia berpengaruh terhadap kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IV SD Gugus Letda Made Putra.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat dikemukakan simpulan sebagai berikut. Berdasarkan hasil analisis nilai kompetensi pengetahuan IPA pada kelompok eksperimen diperoleh nilai rata-rata siswa sebesar 87,63 dengan perolehan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 77. Data
13 mengenai nilai rata-rata kompetensi pengetahuan IPA kemudian dikonversikan ke dalam kategori Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala 5 (lima) dan berada pada kategori Baik (B).
Sedangkan hasil analisis nilai kompetensi pengetahuan IPA pada kelompok kontrol diperoleh nilai rata-rata siswa sebesar 78,72 dengan perolehan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 67. Data mengenai rata-rata nilai kompetensi pengetahuan IPA kemudian dikonversikan ke dalam kategori Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala 5 (lima) dan berada pada kategori cukup (C).
Hasil analisis dengan menggunakan uji-t diperoleh thitung = 7,54. Harga tersebut
kemudian dibandingkan dengan harga ttabel
pada taraf signifikansi 5% dan dk = 64 adalah 2,000. Dengan demikian diperoleh thitung > ttabel = 7,54 > 2,000, ini berarti
terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran Kooperatif tipe STAD berbantuan multimedia dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional. Dengan kata lain model pembelajaran kooperatif tipe
STAD berbantuan multimedia
berpengaruh terhadap kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IV SD Gugus Letda Made Putra Denpasar Utara.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka saran yang dapat disampaikan adalah Guru hendaknya dapat menambah wawasan mengenai inovasi pembelajaran sehingga mampu menerapkan atau mengembangkan pembelajaran di kelas secara lebih kreatif dan inovatif seperti menerapkan pendekatan saintifik dengan lebih optimal dan divariasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan multimedia agar dapat memberikan dampak positif terhadap kompetensi siswa khusunya dalam pembelajaran IPA.
Sekolah hendaknya memfasilitasi terlaksananya model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan multimedia untuk menunjang kegiatan pembelajaran sehingga siswa antusias dalam mengikuti proses pembelajaran serta fasilitas yang telah tersedia dapat
dimanfaatkan dengan baik guna mengoptimalkan kompetensi siswa khusunya dalam pembelajaran IPA sehingga mutu sekolah menjadi meningkat.
Kepada peneliti lain hendaknya hasil penelitian ini dapat dijadikan kajian penelitian relevan serta peneliti lain diharapkan melakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan multimedia, atau dapat pula dilakukan penelitian lebih lanjut pada sumber data atau sampel yang berbeda khususnya pada muatan materi IPA sehingga proses pembelajaran IPA dapat berlangsung optimal dan memberikan dampak positif bagi kompetensi pengetahuan IPA siswa. menghasilkan siswa yang berkualitas. kepada peneliti agar hasil penelitian ini digunakan sebagai referensi untuk melaksanakan penelitian selanjutnya atau menemukan inovasi kegiatan pembelajaran lainnya yang bermakna dan menyenangkan bagi siswa.
DAFTAR RUJUKAN
Dantes, Nyoman. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta. CV Andi
Offset.
Darmadi, Hamid. 2014. Metode Penelitian
Pendidikan dan Sosial. Bandung:
Alfabeta,cv
Giantara, Made. 2014. “Pengaruh Penerapan Model Kooperatif Tipe STAD Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Gugus V Kecamatan Marga”. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan Ganesha, Volume 2, Nomor 1
(hlm.8), Tersedia pada
http://ejournal.undiksha.ac.id/index.p hp/JJPGSD/article/viewFile/3743/29 98 (diakses tanggal 27 Mei 2017). Huda, Miftahul. 2014. Model-Model
Pengajaran dan Pembelajaran.
Yogjakarta: Kata Pena
Juniantari, A.A Vera. 2014. “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Berbantuan Multimedia Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Gugus III Kecamatan Gianyar”. Jurusan Pendidikan Guru
14
Pendidikan Ganesha, Volume 2,
Nomor 1 (hlm.9), Tersedia pada http://ejournal.undiksha.ac.id/index.p hp//JJPGSD/article/ download/259 (diakses tanggal 27 Mei 2017). Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. 2014.
Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013. Jakarta: Kata Pena
Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. 2016.
Ragam Pengembangan Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Kata
Pena
Munir. 2012. Multimedia: Konsep dan
Aplikasi dalam Pendidikan.
Bandung: ALFABETA
Nonitha, Nancy. 2015. “Pengaruh Pendekatan Saintifik Berbasis ProyekTerhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SDN 14 Pedungan”. Jurusan Pendidikan
Guru Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan Ganesha, Volume 3
(hlm. 2), Tersedia pada http://ejournal.undiksha.ac.id/index.p hp/JJPGSD/article/viewFile/5647/41 08 (diakses tanggal 16 Juni 2017). Samatowa, Usman. 2011. Pembelajaran
IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: PT
Indeks
Sugiyono. 2013. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: ALFABETA, cv
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,