• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lampiran 1. Gant Chart Perencanaan Jadwal Kegiatan Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Lampiran 1. Gant Chart Perencanaan Jadwal Kegiatan Penelitian"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1 . Gant Chart Perencanaan Jadwal Kegiatan Penelitian No Uraian Kegiatan Bulan 1 2 3 4 5 6 7 1 Pembuatan Proposal 2 Pembuatan Pedoman Wawancara Mendalam

3 Persiapan Administrasi Ijin

Penelitian

4 Pengumpulan Data Sekunder 5 Pengumpulan Data Kualitatif 6 Analisis dan Pengolahan Data 7 Penyusunan Laporan Hasil

Penelitian

8 Desiminasi Hasil Penelitian 9 Penyusunan Laporan

(2)

Lampiran 2. Lembar Persetujuan Informan

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI INFORMAN PENELITIAN

Saya bersedia turut berpartisipasi sebagai calon informan dalam penelitian yang akan dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Peminatan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Universitas Sumatera Utara atas nama SUPRIADY. R, NIM 137032172 dengan judul “Analisis Implementasi Kebijakan Qanun Kota Banda Aceh Nomor 17 Tahun 2011 Tentang Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak Balita Di Kota Banda Aceh Tahun 2015”.

Saya telah memahami maksud dan tujuan dari penelitian ini, dan tidak akan berakibat negatif terhadap saya, sehingga jawaban yang saya berikan adalah yang sebenarnya dan tanpa paksaan.

Dengan demikian saya bersedia menjadi informan dalam penelitian ini.

Banda Aceh, Informan,

(3)

Lampiran 3. Format Pedoman Wawancara Mendalam

PEDOMAN UMUM WAWANCARA MENDALAM

Analisis Implementasi Kebijakan Qanun Kota Banda Aceh Nomor 17 Tahun 2011 Tentang Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir Dan Anak Balita Di Kota Banda

Aceh Tahun 2015

Petunjuk Umum

Disampaikan ucapan terima kasih kepada responden karena telah bersedia meluangkan waktunya untuk diwawancarai. Buah pikiran, informasi yang diberikan sangat membantu dalam penyelesaian penelitian ini. Hal ini penting untuk memulai suatu hubungan yang baik.

Petunjuk Wawancara Mendalam 1. Pembukaan

a. Wawancara dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan alat bantu pedoman wawancara, alat pencatat, perekam suara dan video (handycam) untuk membantu pencatatan

b. Informasi bebas untuk menyatakan pendapat, kendala, solusi dan saran perbaikan dan sangat dijaga kerahasiaannya.

c. Setiap informasi sangat bernilai

d. Jawaban tidak ada yang benar atau salah karena wawancara ini untuk kepentingan penelitian dan tidak ada skor penilaian

2. Penutup

a. Memberitahu bahwa wawancara telah selesai b. Mengucapkan terima kasih dengan berjabat tangan

(4)

DAFTAR PERTANYAAN A. Pengelola Perencanaan Bidang Kesehatan di BAPPEDA

1. Apakah bapak menerima sosialisasi Qanun KIBBLA dari dinas kesehatan? 2. Apakah menurut bapak sudah jelas pasal-pasal didalamnya ?

3. Berapakah total APBK Kota Banda Aceh dan alokasi anggaran untuk kesehatan pada tahun 2015 ?

4. Bagaimanakah sistem perencanaan anggaran dan kegiatan di Kota Banda Aceh ?

5. Apakah dalam pelaksanaan implementasi Qanun KIBBLA ini BAPPEDA melakukan koordinasi kepada pihak terkait ?

B. Dewan Perwakilan Rakyat Kota (DPRK)

1. Apakah Bapak masih mengingat Qanun Kota Banda Aceh No.17/2011 tentang KIBBLA ?

2. Apakah menurut bapak sudah jelas pasal-pasal didalamnya ? 3. Bagaimana metode sosialisasi yang disampaikan kepada bapak ?

4. Bagaimana dukungan anggaran dari DPRK terhadap pelaksanaan Qanun KIBBLA ?

5. Bagaimana menurut Bapak pelaksanaan pelayanan kesehatan secara umum di Kota Banda Aceh ? untuk pelayanan kesehatan ibu dan anak, bagaimana pendapat Bapak ?

C. Kepala Dinas Kesehatan

1. Bagaimana sosialisasi Qanun KIBBLA ini dilakukan ?

2. Mengapa dokter spesialis anak tidak termasuk kedalam tenaga KIBBLA ? 3. Bagaimana metode sosialisasi dari Qanun KIBBLA ini dilakukan ? 4. Berapa anggaran kesehatan yang dialokasikan untuk tahun ini ?

5. Apakah perencanaan kegiatan dan penggangaran implementasi Qanun KIBBLA ini telah sesuai dengan Renstra Dinkes Kota Banda Aceh tahun 2012-2017 ?

6. Ada berapa jumlah polindes ? bagaimana kondisi sarana dan prasarananya ? apakah sudah cukup memadai ?

7. Dalam penetapan 2 Puskesmas PONED, apa yang menjadi dasar sehingga Puskesmas PONED tersebut ditetapkan ?

8. Apakah sudah pernah dilakukan evaluasi terhadap kegiatan pelaksanaan qanun ini ?

9. Bagaimana sistem koordinasi dinas kesehatan dengan puskesmas / atau rumah sakit rujukan atau dengan dokter / dokter spesialis kebidanan ?

(5)

10. Menurut ibu, apakah diperlukan Peraturan Pelaksana dari Qanun ini untuk memperkuat pelaksanaan dari segi perencanaan kegiatan dan penganggarannya ?

D. Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat / Kasie Kesga & Kemitraan / Pengelola Program KIA

1. Bagaimana pelaksanaan sosialisasi qanun ini yang telah dilakukan ? 2. Apakah isi dari pasal-pasal dalam Qanun ini sudah cukup jelas ? 3. Bagaimana metode sosialisasi dari qanun KIBBLA ini disampaikan ?

4. Apakah perencanaan kegiatan dan penggangaran implementasi Qanun KIBBLA ini telah sesuai dengan Renstra Dinkes Kota Banda Aceh tahun 2012-2017 ?

5. Bagaimana kesiapan SDM yang ada (kuantitas maupun kualitasnya) ? 6. Bagaimana system pelayanan dan rujukan dipuskesmas?

7. Bagaimana disposisi kebijakan dari Qanun ini dilakukan? 8. Berapa bulan sekali monitoring evaluasi dilakukan?

9. Bagaimana koordinasi lintas program dan lintas sector untuk mendukung pelaksanaan Qanun ini ?

10. SOP apa saja yang telah dibuat yang berkaitan dengan pelaksanaan Qanun KIBBLA ?

E. Kepala Puskesmas

1. Apakah ibu/bapak pernah mendengar Qanun KIBBLA Kota Banda Aceh? 2. Menurut ibu/bapak, apakah pasal-pasal yang disampaikan cukup jelas ? 3. Bagaimana metode sosialisasi dari qanun KIBBLA ini disampaikan ? 4. Berapa jumlah dokter dan bidan di puskesmas ini ?

5. Bagaimana sistem koordinasi pelayanan kesehatan dari puskesmas dengan polindes/poskesdes/dinas kesehatan atau rumah sakit rujukan dan dengan dokter spesialis kebidanan?

6. Apakah ada dokumen tertulis SOP di puskesmas ini ? F. Dokter Umum Puskesmas

1. Apakah ibu/bapak pernah mendengar Qanun KIBBLA Kota Banda Aceh? 2. Apakah pasal-pasal didalamnya sudah cukup jelas ?

3. Bagaimana metode sosialisasi dari qanun KIBBLA ini disampaikan ? 4. Ada berapa jumlah dokter di puskesmas ini ?

5. Apakah ibu pernah diikutsertakan dalam pertemuan untuk membahas ibu hamil risti atau kasus kesehatan ibu dan anak lainnya?

(6)

G. Bidan Koordinator

1. Apakah ibu pernah mendengar Qanun KIBBLA Kota Banda Aceh ? 2. Apakah pasal – pasal dalam qanun ini sudah jelas?

3. Bagaimana metode sosialisasi dari qanun KIBBLA ini disampaikan ? 4. Ada berapa jumlah bidan wilayah ibu?

5. Sebagai Bidan Koordinator, apa yang menjadi ruang lingkup kerja ibu?

6. Apakah ibu melakukan monitoring evaluasi terhadap pelayanan kesehatan ibu dan anak ?

7. Bagaimana sistem koordinasi pelayanan polindes/poskesdes ibu dengan puskesmas / dinas kesehatan atau rumah sakit rujukan atau dengan dokter / dokter spesialis kebidanan?

8. Apakah ada dokumen SOP tertulis di puskesmas ? H. Bidan Desa

1. Apakah ibu pernah mendengar Qanun KIBBLA Kota Banda Aceh? 2. Menurut ibu, apakah pasal-pasal yang disampaikan cukup jelas? 3. Bagaimana metode sosialisasi dari qanun KIBBLA ini disampaikan ?

4. Dalam setahun, berapa kali ibu mengikuti seminar atau pelatihan untuk penyegaran atau meningkatkan kemampuan dan keahlian kompetensi kebidanan ?

5. Sikap Pelaksana (untuk mengetahui sikap pelaksana dilakukan probing tentang pengetahuan pelaksana dalam memahami tugas pokok dan fungsi sebagai bidan desa)

6. Apakah ibu melakukan monitoring evaluasi atau kajian lainnya disetiap kasus ibu hamil resiko tinggi, ibu nifas dengan komplikasi atau Audit Maternal Perinatal pada kasus kematian ibu, bayi baru lahir dan anak balita ?

7. Bagaimana sistem koordinasi pelayanan polindes/poskesdes ibu dengan puskesmas / dinas kesehatan atau rumah sakit rujukan atau dengan dokter / dokter spesialis kebidanan?

8. Apakah ibu mempunyai dokumen tertulis SOP di Polindes? I. Bidan Praktek Swasta

1. Apakah ibu pernah mendengar Qanun KIBBLA Kota Banda Aceh? 2. Menurut ibu, apakah pasal-pasal yang disampaikan cukup jelas?

3. Bagaimana metode sosialisasi dari qanun KIBBLA atau informasi tentang KIA disampaikan kepada ibu sebagai bidan praktek swasta ?

(7)

5. Apakah ibu melakukan monitoring evaluasi atau kajian lainnya disetiap kasus ibu hamil resiko tinggi, ibu nifas dengan komplikasi atau Audit Maternal Perinatal pada kasus kematian ibu, bayi baru lahir dan anak balita ?

6. Bagaimana sistem koordinasi pelayanan klinik bersalin ibu dengan puskesmas / dinas kesehatan atau rumah sakit rujukan atau dengan dokter / dokter spesialis kebidanan?

7. Apakah klinik ibu mempunyai dokumen tertulis SOP ? J. Dokter Spesialis Kebidanan

1. Apakah ibu/bapak pernah mendengar Qanun KIBBLA Kota Banda Aceh? 2. Bagaiman kejelasan isi / content qanun tersebut sudah jelas ?

3. Ada berapa dokter spesialis kandungan di rumah sakit ini ?

4. Bagaimana menurut ibu/bapak tentang sistem koordinasi yang berkaitan dengan pelayanan KIBBLA ? Hubungannya antara bidan / puskesmas / dokter / dokter spesialis kebidanan/ dinas kesehatan dan rumah sakit.

5. Apakah ibu/bapak mendapatkan dokumen tertulis SOP dari bagian administrasi ?

K. Ibu Hamil dan Ibu Nifas

1. Apakah ibu pernah mendengar informasi bahwa Pemerintah Kota Banda Aceh telah membuat suatu peraturan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak ?

2. Menurut ibu, apakah informasi yang disampaikan cukup jelas?

3. Bagaimanakah cara ibu untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan ibu dan anak?

4. Apakah dalam melakukan pemeriksaan kehamilan di puskesmas atau di rumah sakit pemerintah, ibu di pungut biaya?

5. Apakah menurut ibu, petugas kesehatan yang melayani ibu sudah cukup memuaskan?

6. Apakah ibu pernah dihubungi oleh petugas kesehatan / bidan untuk menanyakan tentang perencanaan persalinan? Kalau ada, berapa kali? Melalui apa ? datang kerumah? Ditelepon? Atau pada waktu ibu ke puskesmas saja? 7. Apakah ibu pernah dirujuk atau disarankan untuk konsultasi ke dokter di poli

umum?

8. Apakah ibu pernah disarankan oleh bidan untuk melakukan pemeriksaan laboratorium (periksa Hb)?

9. Apakah ibu pernah disarankan untuk konsultasi ke petugas nutrisionis?

10. Apakah ibu mengetahui alur dari pelayanan KIA di puskesmas tempat ibu memeriksakan kehamilan ?

(8)

Lampiran 4. Gambaran Hasil Wawancara Implementasi Qanun KIBBLA 1. Komunikasi

1.1. Sosialisasi

Berikut ini informasi gambaran praktek komunikasi implementasi kebijakan variabel sosialisasi yang pernah dilakukan dari para narasumber :

Tabel 4.14. Matriks Sosialisasi Qanun KIBBLA Kota Banda Aceh

Narasumber Tanggal

Wawancara Pendapat

Perencanaan Bid. Kesehatan Bappeda

06/07/2015 “Saya pernah ikut sosialisasi yang dulu diadakan di sini. Dari ibu Media yang presentasikan”

Ketua Komisi Bidang

Kesehatan

09/07/2015 “Ya tentu saya sangat mengingatnya”.

Kepala Dinas Kesehatan

09/07/2015 “ee..ya.. iya ikut..“. Ka.Bid.

Kesehatan Masyarakat

29/06/2015 “Salah satunya yang pertama sekali kita sosialisasikan qanun ini ditahun 2013, dalam bentuk pertemuan, itu kita ada beberapa “

Kasie. Kesga dan Kemitraan

04/07/2015 “iya semua kepala bidang juga diundang” Pengelola

Program KIA

25/06/2015 “Dimulai sosialisasi tahun 2013, ditingkat desa, kader, BPS habis itu tingkat petugas juga ada, bidan desa juga ada. Tingkat desa seperti PKK”. Ka.Subbag.

Perencanaan

08/07/2015 “Pertama kali saya mendengar tahun, waktu masih perancangan, itu sekitar tahun 2010”

Ka. Puskesmas PONED Ulee Kareng

17/06/2015 “Pernah, sosialisasi..entah setahun dua tahun yang lalu dah lama gak ingat lagi, di Bappeda kalo gak salah, waktu itu ya.

Dokter Umum Pusk. Ulee Kareng

17/06/2015 “Saya baru kali ini (mendengar).

Bidan Koordinator Pusk.Ulee Kareng

17/06/2015 “Itu saya pernah dengar ee.. dari.. sebelumnya da semacam pertemuan dibahas tentang qanun KIBBLA itu, pokoknya ibu, bayi baru lahir itu berhak mendapatkan akses kesehatan yang

(9)

maksimal. Bidan PONED

Pusk.Ulee Kareng

17/06/2015 “Pernah, dari puskesmas, Cuma yang masalah penurunan angka kematian itu”.

Bidan Desa Pusk.Ulee

Kareng

30/05/2015 “Sudah (pernah dengar), ee..sekitar setahun yang lalu ya.. di gedung Sultan Selim”.

Ka. Puskesmas PONED Banda Raya

17/06/2015 “Dengar pernah, sekitar tahun 2013 pada saat pertemuan pertemuan di Dinas Kesehatan”

Dokter Umum Pusk. Banda Raya

30/05/2015 “Belum pernah, baru kali ini”

Bidan Koordinator

Pusk. Banda Raya

17/06/2015 “Pernah, sekitar 2 tahun kebelakang, di.. dari dinas kesehatan, ini yang dari Kinerja USAID, sekilas kayak gitu aja”.

Bidan PONED Pusk. Banda Raya

06/07/2015 “Pernah, saya lebih sering mendengar KIBBLA itu waktu rapat pertemuan pertemuan IBI kemudian dari dinas”.

Bidan Desa Pusk. Banda Raya

06/06/2015 “udah, pernah dulu waktu pelatihan, 2013 kalo gak salah, di Sultan Selim, tentang kesehatan ibu hamil, bayi baru lahir, anak balita”.

Ka. Puskesmas Meuraxa

15/04/2015 “Pernah, yang pertama di dinas kesehatan kota, yang kedua di Sultan Selim, 2014 pertengahan tahun ya”. Dokter Umum Pusk. Meuraxa 15/04/2015 “Baru ini”. Bidan Koordinator Pusk. Meuraxa

15/04/2015 “Pernah, waktu saya jadi jurim sekitar setahun lebih di dinas kesehatan, dari penanggung jawab imunisasi”.

Bidan Desa Pusk. Meuraxa

15/04/2015 “Pernah, waktu pelatihan kemaren itu, tentang kesehatan ibu, bayi, balita dan anak bayi baru lahir”.

Ka. Puskesmas Pusk. Lampulo

27/05/2015 “Pernah, waktu itu ada sosialisasi KIBBLA, sekitar 3 tahun lalu lah, itu kan termasuk

(10)

mengenai kematian anak, ibu hamil”. Dokter Umum

Pusk. Lampulo

30/05/2015 “Sudah (pernah dengar), ee..kebetulan saya dulu kan kerja dirumah sakit (RSUD Meuraxsa) jadi sejak 2012 saya sudah tau, itu sebatas saya tau”. Bidan

Koordinator Pusk. Lampulo

30/05/2015 “Udah (pernah mendengar), saya baru dengarnya 2013”

Bidan Desa Pusk. Lampulo

30/05/2015 “Pernah dengar, kalau membaca qanunnya sendiri belum, waktu pelatihan SDIDTK tahun 2014 dari dinas kesehatan kota”.

Bidan Klinik Bersalin

23/06/2015 “Sudah, waktu mendengar qanun ini ketua kami (IBI) juga ikut membuat,”.

Bidan Praktek Swasta

24/06/2015 “Belum pernah dengar” Dokter Sp.

Kandungan RSUZA

29/06/2015 “Baru ini saya dengar”

Dokter Sp. Kandungan RSIA 03/07/2015 “Belum pernah” Dokter Sp. Kandungan RSUD Meuraxa

30/06/2015 “Sampai sekarang belum pernah mendengarnya, ntah karena sibuk mengurusi pasien atau tidak ada sosialisasi saya ndak tau”.

Ibu hamil 15/04/2015 “Belum sih, Cuma kalau ada peraturan tentang kesehatan ibu dan anak sudah pernah dengar” Ibu hamil 21/07/2015 “KIBBLA…pernah dengar tapi isinya gak tahu” Ibu hamil resiko

tinggi

16/04/2015 “Pernah, posyandu kan di kampong saya sering hadir dengarnya disitu, ada petugasnya”

Ibu hamil resiko tinggi

01/06/2015 “Iya, dibidannya, udah” Ibu hamil resiko

tinggi

03/06/2015 “Gak pernah”

Ibu Nifas 17/04/2015 “Gak (gak pernah dengar)” Ibu nifas 17/04/2015 “Gak (gak pernah dengar)” Ibu nifas dengan

komplikasi

(11)

Ibu nifas dengan komplikasi

01/06/2015 “Gak (gak pernah dengar)”

1.2. Kejelasan isi / content

Berikut ini informasi gambaran praktek komunikasi implementasi kebijakan variabel kejelasan isi yang pernah dilakukan dari para narasumber :

Tabel 4.15. Matriks Kejelasan isi / content Qanun KIBBLA Kota Banda Aceh

Narasumber Tanggal

Wawancara Pendapat

Perencanaan Bid. Kesehatan

Bappeda

06/07/2015 “Pasal jelas, cuma ee.. misalnya kayak anggaran atau apa ya.. ada peraturan turunannya ya, dua lagi ya, peraturan walikota belum, karena untuk pelaksanaan teknis kan pakai perwal yang lebih teknis”

Kepala Dinas Kesehatan

09/07/2015 (pasal 14 ayat 2 tentang tenaga KIBBLA : Dokter Sp.Anak tidak termasuk tenaga KIBBLA) “iya..itu mungkin mis di kita itu karenakan memang harusnya masuklah secara ininya, tapi dalam kegiatan kita selalu mengikutkan gitu..”.

Ka.Bid. Kesehatan Masyarakat

29/06/2015 “Saya pikir ee.. untuk aturannya jelas ya.. mm cuman saja ee.. barangkali seperti ketentuan untuk apa misalnya ada yang ee.. klinik yang tidak melakukan kita berhak bahkan berhak menutup.. nah ini yang mungkin yang tidak jelas mekanismenya seperti apa pengaturannya”

Kasie. Kesga dan Kemitraan

04/07/2015 (pasal 14 ayat 2 tentang tenaga KIBBLA : Dokter Sp.Anak tidak termasuk tenaga KIBBLA) “Anak gak ada ya? saya gak..gak ingat lagi, disini gak terpikir juga saya, baru terlihat ni.. harus dievaluasi ulang”.

Pengelola Program KIA

25/06/2015 “ya untuk saat ini mungkin cukup jelas, karena diakan ada tim yang menyusunnya”

Ka. Puskesmas PONED Ulee

(12)

Kareng

Dokter Umum Pusk. Ulee Kareng

17/06/2015 (tidak tahu karena belum pernah mendengar sebelumnya)

Bidan Koordinator Pusk.Ulee Kareng

17/06/2015 “Saya rasa kayaknya udah cukup (jelas) lah”

Bidan PONED Pusk.Ulee Kareng

17/06/2015 “Baca ada tapi gak ingat ingat lagi karenakan banyak kali pasal-pasalnya ya, Cuma baca sekilas gitu aja jadi gak ingat lagi”

Bidan Desa Pusk.Ulee Kareng

30/05/2015 “ee..sudah cukup jelas ya, mungkin ya kesehatan reproduksi remaja mungkin ya (belum jelas)”.

Ka. Puskesmas PONED Banda Raya

17/06/2015 “Saya tidak terpapar langsung mungkin belum begitu ee.. familiar ya.. dari yang sudah saya baca dari bahasanya sudah cukup jelas ya”. Dokter Umum

Pusk. Banda Raya

30/05/2015 (tidak tahu karena belum pernah mendengar sebelumnya)

Bidan

Koordinator Pusk. Banda Raya

17/06/2015 “kurang jelas karenakan sosialisasi gitu aja”

Bidan PONED Pusk. Banda Raya

06/07/2015 “Saya yang jelas, isinya juga gak tau ya.. tapi pada pokoknya di qanun KIBBLA mengenai aturan aturan ya, mengenai kesehatan ibu dan anak tadi dengan tujuan akhir menurunkan angka kematian ibu dan bayi”.

Bidan Desa Pusk. Banda Raya

06/06/2015 “Sudah (cukup jelas)” Ka. Puskesmas

Meuraxa

15/04/2015 “jelas” Dokter Umum

Pusk. Meuraxa

15/04/2015 (tidak tahu karena belum pernah mendengar sebelumnya)

Bidan

Koordinator Pusk. Meuraxa

15/04/2015 “singkat dan padat”

(13)

Meuraxa jadi tidak tahu karena baru lihat)”. Ka. Puskesmas

Pusk. Lampulo

27/05/2015 “Jelas ya tentang kesehatan ibu dan anak” Dokter Umum

Pusk. Lampulo

30/05/2015 “Paling saya baca.. KIBBLA itu apa kepanjangannya..paling tau sebatas itu saja”. Bidan

Koordinator Pusk. Lampulo

30/05/2015 “Jelas, karena itu menyangkut tupoksi pekerjaan kita”.

Bidan Desa Pusk. Lampulo

30/05/2015 “tidak tahu karena membaca qanun KIBBLAnya belum”.

Bidan Klinik Bersalin

23/06/2015 “Kalo qanun KIBBLA ini banyak yang mengenai kami, ada AMP, ASI ekslusif, menyusui dini, banyak lah”.

Bidan Praktek Swasta

24/06/2015 (tidak tahu karena belum pernah mendengar sebelumnya)

Dokter Sp. Kandungan

RSUZA

29/06/2015 (tidak tahu karena belum pernah mendengar sebelumnya)

Dokter Sp. Kandungan RSIA

03/07/2015 (tidak tahu karena belum pernah mendengar sebelumnya)

Dokter Sp. Kandungan

RSUD Meuraxa

30/06/2015 (tidak tahu karena belum pernah mendengar sebelumnya)

Ibu hamil 15/04/2015 (belum tahu karena belum pernah melihat sebelumnya)

Ibu hamil 21/07/2015 “KIBBLA masalah ibu balita sama yang bayi kek gitu kan ditempat pelayan misalnya di puskesmas, posyandu”.

Ibu hamil resiko tinggi

16/04/2015 “Misalnya masalah kita..apa ini..masalah bayi, trus tu waktu kita melahirkan gak boleh mengasi makanan tambahan dulu , ASI ekslusifnya dulu 6 bulan”.

Ibu hamil resiko tinggi

01/06/2015 “Kadang kurang paham juga” Ibu hamil resiko

tinggi

(14)

Ibu nifas 17/04/2015 (tidak tahu karena belum pernah mendengar sebelumnya)

Ibu nifas 17/04/2015 (tidak tahu karena belum pernah mendengar sebelumnya)

Ibu nifas dengan komplikasi

17/04/2015 “Belum jelas sih”. Ibu nifas dengan

komplikasi

01/06/2015 (tidak tahu karena belum pernah mendengar sebelumnya)

1.3. Metode Pelaksanaan

Berikut ini informasi gambaran praktek komunikasi implementasi kebijakan variabel metode pelaksanaan yang pernah dilakukan dari para narasumber :

Tabel 4.16. Metode Pelaksanaan

Narasumber Tanggal

Wawancara Pendapat

Kepala Dinas Kesehatan

09/07/2015 “disinikan misalnya IMD dan ASI ekslusif, itu memang kita sampaikan dan juga khusus untuk IMD bahkan itu beberapa kali didatangkan ee..dokter spesialis anak itu untuk me”.

Ka.Bid. Kesehatan Masyarakat

29/06/2015 “dalam bentuk pertemuan” Kasie. Kesga dan

Kemitraan

04/07/2015 “dalam bentuk pertemuan digedung”. Pengelola Program

KIA

25/06/2015 “berbentuk seperti seminar sosialisasi, dikumpulkan sekitar 50-60 orang dalam satu ruangan, peserta diberi fotocopy qanun KIBBLA”

Ka.Subbag. Perencanaan

08/07/2015 “Sosialisasi lisan, masa itu yang disampaikan dalam rapat rutin”

Ka. Puskesmas PONED Ulee Kareng

17/06/2015 “Seminar dan Tanya jawab”

Dokter Umum Pusk. Ulee Kareng

17/06/2015 (tidak tahu karena belum pernah mendengar sebelumnya)

(15)

Pusk.Ulee Kareng sudah pernah dilatih juga, belum pernah dipanggil sosialisasi, saya baru jadi bidan koordinator, mulai dari 2014 bulan dua”. Bidan PONED

Pusk.Ulee Kareng

17/06/2015 (dari sesama rekan puskesmas) Bidan Desa

Pusk.Ulee Kareng

30/05/2015 (pertemuan sosialisasi di Gedung Sultan Selim) “ceramah, Tanya jawab juga”

Ka. Puskesmas PONED Banda Raya

17/06/2015 (Pertemuan pertumuan didinas kesehatan) “Saya mendengar qanun KIBBLA ini pada saat menyusun Qanun IMD dan Persalinan Aman kalau gak salah saya”.

Dokter Umum Pusk. Banda Raya

30/05/2015 (tidak tahu karena belum pernah mendengar sebelumnya)

Bidan Koordinator Pusk. Banda Raya

17/06/2015 (pertemuan sosialisasi) Bidan PONED

Pusk. Banda Raya

06/07/2015 Pertemuan dengan IBI dan dinas kesehatan Bidan Desa Pusk.

Banda Raya

06/06/2015 Presentasi dan tanya jawab Ka. Puskesmas

Meuraxa

15/04/2015 “Pertama kali pastinya ya..dengan paparan dari slide itu, kemudian gambaran bagaimana qanun KIBBLA itu dipaparkan narasumber, kalau ada yang kurang baru ada tanya jawab”. Dokter Umum

Pusk. Meuraxa

15/04/2015 (tidak tahu karena belum pernah mendengar sebelumnya)

Bidan Koordinator Pusk. Meuraxa

15/04/2015 “kalau sosialisasi secara intensif itu gak ada, tapi secara penyampaian informasi itu ada dari dinas (penanggung jawab imunisasi di dinas)”.

Bidan Desa Pusk. Meuraxa

15/04/2015 Dalam bentuk pelatihan Ka. Puskesmas

Pusk. Lampulo

27/05/2015 “semacam seminar, dipaparkan jumlah kematian”.

Dokter Umum Pusk. Lampulo

30/05/2015 “Saya kan kebetulan dibagian umum (tahun 2012 di RSUD Meuraxsa), semua suratkan masuk kebagian umum”.

(16)

Bidan Koordinator Pusk. Lampulo

30/05/2015 “Disosialisasikan dipelatihan”. Bidan Desa Pusk.

Lampulo

30/05/2015 “Pas pelatihan” Bidan Klinik

Bersalin

23/06/2015 “Dari undangan pertemuan pertemuan” Bidan Praktek

Swasta

24/06/2015 (tidak tahu karena belum pernah mendengar sebelumnya)

Dokter Sp. Kandungan

RSUZA

29/06/2015 (tidak tahu karena belum pernah mendengar sebelumnya)

Dokter Sp. Kandungan RSIA

03/07/2015 (tidak tahu karena belum pernah mendengar sebelumnya)

Dokter Sp. Kandungan RSUD

Meuraxa

30/06/2015 (tidak tahu karena belum pernah mendengar sebelumnya)

Ibu hamil 15/04/2015 “Dari kawan sih yang ngomong dari mulut ke mulut”

Ibu hamil 21/07/2015 “Puskesmas.. posyandu” Ibu hamil resiko

tinggi

16/04/2015 “Dari posyandu” Ibu hamil resiko

tinggi

01/06/2015 “Bidan desanya (kerumah)” Ibu hamil resiko

tinggi

03/06/2015 (tidak tahu karena belum pernah mendengar sebelumnya)

Ibu nifas 17/04/2015 (tidak tahu karena belum pernah mendengar sebelumnya)

Ibu nifas 17/04/2015 (tidak tahu karena belum pernah mendengar sebelumnya)

Ibu nifas dengan komplikasi

17/04/2015 “Dari kader” Ibu nifas dengan

komplikasi

01/06/2015 (tidak tahu karena belum pernah mendengar sebelumnya)

(17)

2. Sumber Daya 2.1. Anggaran

Berikut ini informasi gambaran kesiapan sumberdaya dalam implementasi kebijakan variabel anggaran yang pernah dilakukan dari para narasumber :

Tabel 4.17. Matriks Kesiapan Anggaran Implementasi Qanun KIBBLA Kota Banda Aceh

Narasumber Tanggal

Wawancara Pendapat

Perencanaan Bid. Kesehatan Bappeda

06/07/2015 “Total APBK 2015 satu koma satu triliun. Pastinya sebentar tidak begitu hafal, saya lihat dulu ya.. 1.168.955.301.261. Alokasi anggaran kesehatan… itu termasuk rumah sakit ya.. karena kesehatan tidak bisa kita pisahkan dengan rumah sakit ya.. totalnya 140.801.707.490 itu ada untuk dinkes sama rumah sakit ya. Rumah sakit sekitar 87.211.602.146. Untuk dinkes 53.596.101.345. (Apakah memenuhi UU Kesehatan 10 % dari APBD diluar gaji) Kalau kita masukkan komponen gaji melebihi sekitar 12%. Cuman kalau kita keluarkan.. pokoknya sekitar 8.2%”.

Ketua Komisi Bidang Kesehatan

09/07/2015 “Tentu kita memahami bahwa aa… alokasi anggaran diperuntukkan oleh Pemerintah Kota Banda Aceh eee… terhadap KIBBLA ini masih sangat terbatas ya”.

Kepala Dinas Kesehatan

09/07/2015 “Sekitar lima puluh tiga milyar dan itu terbagi dua, 50%-50% belanja langsung dan tidak langsung. (Anggaran untuk implementasi qanun KIBBLA menurun dan tidak sesuai dengan RENSTRA) Ya mungkin.. kita lihat dululah.. kabidnya juga belum pernah meng..inikan ee.. ya saya juga gak melihat detil kali ya perprogram ya..”.

Ka.Bid. Kesehatan Masyarakat

29/06/2015 “Kalau anggarannya belum sesuai (dengan RENSTRA 2012-2017) tapi kegiatannya saya

(18)

pikir ya.. agak jauh cuman inikan anggaran DPA ya anggaran APBD ya”

Kasie. Kesga dan Kemitraan

04/07/2015 “Kadang kala kita sudah mengusulkan seperti juga pada tahun ini yang terpangkas jadi cuman satu satunya qanun KIBBLA ini saya rasa waktu 2013 aja yang dananya yang agak membludak yang bisa kita mengalokasikan kesemua kegiatan tapi sekarang saatnya keterbasan dana buat kita.

Pengelola Program KIA

25/06/2015 “Untuk tahun 2014 anggaran untuk kesehatan ibu anak ya Alhamdulillah lumayan… sebanyak sekitar 348 juta sekian tapi untuk tahun 2015 anggarannya sangat sangat menurun, banyak pemotongan dari bappeda, bukan kegiatan kita aja tapi diseluruh kegiatan, itu berdasarkan pagu dari pihak Bappeda, permintaan dari kita itu gak segitu lebih tapi karena ada defisit anggaran makanya ada pemotongan”.

Ka.Subbag. Perencanaan

08/07/2015 “Yang pertama kita itu awalnya mendapatkan pagu dari Bappeda, jadi Bappeda mengirim pagu untuk kita ditahun perencanaan, misalnya dikirim pada tahun ini untuk direncanakan pada tahun depan berdasarkan pagu yang dikirim Bappeda, ee..saya dari bagian program kemudian menginformasikan ke semua bidang untuk membuat perencanaan ditingkat bidang dan seksi”.

(19)

2.2. Sumber Daya Manusia (SDM)

Berikut ini informasi gambaran kesiapan sumberdaya dalam implementasi kebijakan variabel SDM yang pernah dilakukan dari para narasumber :

Tabel 4.18. Matriks Kesiapan SDM Implementasi Qanun KIBBLA Kota Banda Aceh

Narasumber Tanggal

Wawancara Pendapat

Kepala Dinas Kesehatan

09/07/2015 “Dari 34 itu sebenarnya kalau memang ada polindes/poskesdes dia wajib tinggal tapi kalau tidak adakan memangkan gak bisa gitu,”.

Ka.Bid. Kesehatan Masyarakat

29/06/2015 “Kalau bidan desa saya pikir itu hampir 100% terpenuhi hanya 4 desa kita yang tidak ada bidan desa tapi kita ada bidan puskesmas yang bertanggung jawab untuk desa jadi kalau dari kwantitas Banda Aceh ee.. untuk desa ya boleh dikatakan yah.. hampir cukuplah”.

“Selama ini dokter puskesmas ada tidak pernah tidak ada cuman kalau kemampuannya kurang iya”

“Kalau rumah sakit kita mempunyai 2 SPOG” “Kalau saya melihat kwantitas sudah lumayan, kwalitas yang masih kurang”

Kasie. Kesga dan Kemitraan

04/07/2015 “Sekarangkan meningkatnya AKI dan AKB di Kota Banda Aceh tapi sejauh mana skill para bidan desa yang mempunyai tempat pelayanan baik di polindes, karena kita melihat selama ini banyak angka kematian itu di rumah sakit ibu anak, mungkin sistem rujukan kita apakah sudah betul”.

Pengelola Program KIA

25/06/2015 “Biasa gak semua desa ada bidan desanya tapi ee.. ada atau tidak ada bidan desa kegiatan dari program KIA itu harus tetap berjalan dan biasanya strategi kita, puskemas itu menetapkan penanggung jawab desa untuk tiap tiap dessa yang tidak ada bidan desanya,

(20)

dilimpahkan kepada pegawai puskesmas yang ada diwilayah kerja misalnya bidan yang ada dipuskesmas mengambil alih salah satu desa yang kosong, mereka bekerja seperti bidan desa juga seperti sweeping dan lain lain, bidan desa sekarang berjumlah 79 orang”. Ka. Puskesmas

PONED Ulee Kareng

17/06/2015 “Untuk kondisi sekarang ada 3 dokter, (bidan puskesmas) berapa ya.. kayaknya lebih dari 5 ya, karena bidan desa saja sudah 8, desa 9 tapi bidan desa kita 8, dua desa dipegang oleh satu bidan desa, (BPS) swasta ya.. saya tidak ingat antara 2 atau 3 ya.. Pustu kita ada 2”.

Dokter Umum Pusk. Ulee Kareng

17/06/2015 “dokter 3 dengan kepala puskesmas, sudah cukup”

Bidan Koordinator Pusk.Ulee Kareng

17/06/2015 “Bidan Praktek Swasta ada 9, Rumah Bersalin ada 1, bidan desa ada 8”.

Bidan PONED Pusk.Ulee Kareng

17/06/2015 “Kamikan tinggal disini ada 2 bidan” Bidan Desa

Pusk.Ulee Kareng

30/05/2015 “Lebih kurang kayak tahun kemarin lumayan banyak, ada sekita 3 jenis pelatihan kalo gak salah, ada yang khusus kebidanan ada yang tumbuh kembang balita juga ada”.

Ka. Puskesmas PONED Banda Raya

17/06/2015 “ dokter fungsional 2 orang… tiga dengan saya, satu kepala puskesmas, bidan puskesmas dan pustu sekitar 12, bidan desa 10, bidan praktek swasta 3”.

Dokter Umum Pusk. Banda Raya

30/05/2015 “(pelatihan) Ibu anak..tahun kemarin seingatnya itu 2 kali, waktu itu masalah imunisasi. (pelatihan dokter PONED) belum pernah, yang ada ini spiral (program KB)”. Bidan Koordinator

Pusk. Banda Raya

17/06/2015 “ada kemarin kayak sosialisasi AMP gitu, sekali”

Bidan PONED Pusk. Banda Raya

06/07/2015 (pelatihan PONED) “gak, itu yang perlu, itu sangat sangat perlu, dah berapa kali kita usulkan gak ada, dah berapa tahun, semenjak inilah berdiri puskesmas”

(21)

Banda Raya kali lebih” Ka. Puskesmas

Meuraxa

15/04/2015 “Dokter umum 2, bidan sekitar 22, bidan desa aja 13, Bidan Praktek Swasta 5, Rumah bersalin 2, Bidan desanya yang kurang karena desanya ada 16 bidan desanya Cuma 13”. Dokter Umum

Pusk. Meuraxa

15/04/2015 (pelatihan yang berkaitan dengan ibu dan anak) “gak ada”

Bidan Koordinator Pusk. Meuraxa

15/04/2015 (pelatihan) “banyak ya.. kita ada dari dinas kesehatan kota dan propinsi. BPS ada 5, Bidan 13 dengan 16 desa, polindes 5, pustu 5. Pustu ditempati bidan desa”.

Bidan Desa Pusk. Meuraxa

15/04/2015 (pelatihan) “tahun kemaren 4 kali lebih kayaknya”

Ka. Puskesmas Pusk. Lampulo

27/05/2015 “Dokter 3, dokter gigi 1, 4 berarti dokter, jumlah bidan 13 termasuk dengan saya 14 sebenarnya termasuk bidan desa, bidan desa saja 5, bidan puskesmas ada 9, BPS ada 3”. Dokter Umum

Pusk. Lampulo

30/05/2015 (pelatihan) “Tahun 2014 ada, misal program penyakit paru pada anak”.

Bidan Koordinator Pusk. Lampulo

30/05/2015 (pelatihan) “Tahun 2014 aja ada 8 kali, 2015 satu kali, 2013 lebih dari 3 kali”.

Bidan Desa Pusk. Lampulo

30/05/2015 (pelatihan) “Kalau tahun ini baru sekali, kalau tahun kemaren sering”.

Dokter Sp. Kandungan

RSUZA

29/06/2015 “Yang aktif sekarang 9 orang (dokter kandungan)”

Dokter Sp. Kandungan RSIA

03/07/2015 “Definitifnya 3 tapi saya sendiri yang bekerja, untuk saat ini dua bulan ini, yang dua lagi saya gak tau ada masalah apa, ee..sampai sekarang memang gak masuk, mungkin kaitannya dengan manajemen yang lebih tau, kalau 3 orang saya rasa cukup tapi karena sekarang saya kerja sendiri jadinya gak cukup”.

Dokter Sp. Kandungan RSUD

30/06/2015 “Jadi Cuma 2, saya sama dr. Taufik Wahyudi Mahdi, sampai saat ini dirasakan cukup

(22)

Meuraxa cuman mungkin gak ada libur, kita gak merasakan libur ya bergantian, satu jaga UGD jaga poli jadi full time gak ada liburnya” 4.7.2.3. Sistem Pelayanan dan Rujukan

Berikut ini informasi gambaran kesiapan sumberdaya dalam implementasi kebijakan variabel sistem pelayanan dan rujukan yang pernah dilakukan dari para narasumber :

Tabel 4.19. Matriks Sistem Pelayanan dan Rujukan KIBBLA Kota Banda Aceh

Narasumber Tanggal

Wawancara Pendapat

Ketua Komisi Bidang Kesehatan

09/07/2015 “Secara umum saya melihat sudah ada peningkatan pelayanan kesehatan di Kota Banda Aceh, ya ini terbukti bahwa Banda Aceh meraih predikat pertama untuk tenaga kesehatan tingkat propinsi Aceh bahkan ada beberapa prestasi kita ditingkat nasional ini patut kita banggakan seperti itu, artinya dalam lima tahun sudah banyak perbaikan perbaikan terutama di puskesmas-puskesmas bahkan di Banda Aceh itu ada 3 puskesmas yang sudah meraih sertifikat ISO yaitu Kopelma Darussalam, Baiturrahman dan terakhir Kuta Alam dan kita targetkan kedepan mudah-mudahan dengan ada peningkatan pelayanan aka nada penambahan satu puskemas lagi yang meraih predikat ISO yaitu untuk Puskesmas Banda Raya”.

Kepala Dinas Kesehatan

09/07/2015 (Pelayanan Puskesmas PONED) “Dulu awalnya itu ya PONED (penetapannya) awalnya memang suvive tsunami, kemudian dipertahankan itu, karena itu ada.. istilahnya kan ada asbabunnuzulnya lah..ada kronologisnya lah, sayang juga itu dan juga itu mungkin satu-satunya puskemas PONED yang non rawat inap ya maksudnya status

(23)

puskesmasnya masih puskesmas non rawat inap tapi dia PONED itu memang jadi spesifik itu tapi saya pikir masih bisa dimanfaatkan oleh masyarakat kenapa tidak kita pertahankan gitu”

Ka.Bid. Kesehatan Masyarakat

29/06/2015 “Setiap desa itu ada tenaga kesehatannya, jadi bidan desa yang menempati ee.. yang bertempat tinggal didesa maupun yang hanya..apa..bertugas di desa kemudian kalo ada desa yang tidak ada bidan desanya maka itu ee..menjadi tanggung jawab bidan puskesmas, kemudian juga ee.. ada kita membuat selalu untuk menurunkan angka kematian ibu itu ee..sweeping sweeping tadi untuk ee..mendeteksi secara dini ee..apa.. ibu ibu hamil yang beresiko tinggi dan itu jugakan selalu dilaporkan ke kita lengkap dengan nama-namanya kemudian kita lakukan lagi bahkan juga disamping sweeping K4 sampai ke sweeping persalinan kemudian ada kunjungan neonatusnya, itu dilakukan semua oleh tenaga yang ada dilapangan dan setelah itu juga apabila ada kasus ee.. kematian ataupun kasus misalnya ibu hamil dengan KEK atau anemia itu juga ditangani disana bahkan tahun tahun sebelumnya kita juga mengadakan pengadaan PMT untuk bumil KEK dan juga untuk bayi dan balita kita mengadakan pemberian PMT, nah kemudian juga apabila ada kasus, kasus itu kita bahas tingkat puskesmas sampai ketingkat kabupaten, sementara ini seperti itu”

“Sistem rujukannya.. ya kalau ada kasus diantar oleh bidannya sekaligus dengan membawa patrograf dan surat rujukan”

(24)

3. Disposisi

3.1. Sikap Pelaksana

Berikut ini informasi gambaran disposisi kebijakan dalam implementasi kebijakan variabel sikap pelaksana yang pernah dilakukan dari para narasumber :

Tabel 4.20. Matriks Sikap Pelaksana Implementasi Qanun KIBBLA Kota Banda Aceh

Narasumber Tanggal

Wawancara Observasi Dan Pendapat Dokter Umum

Pusk. Ulee Kareng

17/06/2015 Hasil observasi peneliti terhadap sikap pelaksana, terlihat bahwa responden ikut terlibat dalam penyelesaian masalah KIA, terlihat dari pernyataan: “Iya, selama saya bertugas ada 1 kematian bayi”

Bidan PONED Pusk.Ulee Kareng

17/06/2015 Hasil observasi peneliti terhadap sikap pelaksana, terlihat bahwa responden mengalami kendala bila ada kasus penyulit, ini terlihat dari pernyataan berikut: “kendalanya..ee kurang..maksudnya kita disinikan gak ada dokter kalau misalnya ada persalinan yang gawat kan apalagi kayak kami belum pernah dilatih PONED ya.. kami konsultasi hanya ke dokter umum aja trus rujuk”

Bidan Desa Pusk.Ulee Kareng

30/05/2015 Hasil observasi peneliti terhadap sikap pelaksana, terlihat bahwa responden mendampingi bila ada kasus emergensi kerumah sakit dan memberikan perlakuan khusus untuk pasien yang memiliki resiko tinggi, ini terlihat dari pernyataan sebagai berikut : “Kita bawa ke UGD rumah sakit, mendampinginya”.

Dokter Umum Pusk. Banda Raya

30/05/2015 Hasil observasi peneliti terhadap sikap pelaksana, terlihat bahwa responden aktif dalam memberikan pelayanan, hal ini terlihat dari pernyataan berikut: “Tidak hanya KIA, imunisasi jadi kita sebagai dokter umum juga

(25)

termasuk ee.. tempat konsul sebagai konsulen tanggung jawabnya tidak hanya dipelayanan tapi semua program saling ada kerja sama”. Bidan PONED

Pusk. Banda Raya

06/07/2015 Hasil observasi peneliti terhadap sikap pelaksana, terlihat bahwa responden merasa kesulitan dalam merujuk pasien yang gawat dari puskesmas ke rumah sakit rujukan, ini terlihat dari pernyataan berikut : “Saya kendalanya..karena kita gak punya supir ambulan ya, jadi ya terpaksa menggunakan jasa teman lah”.

Bidan Desa Pusk. Banda Raya

06/06/2015 Hasil observasi peneliti terhadap sikap pelaksana, terlihat bahwa responden aktif dalam memberikan pelayanan, hal ini terlihat dari pernyataan berikut: “Yang pertama ka n ada Pustu, yang kedua kunjungan rumah, kendala kalau orang kaya, itu susah didatangi, misalnya imunisasi, oo..anak saya gak usah didata, dia udah di suntik sama dokter (spesialis anak)”

Dokter Umum Pusk. Meuraxa

15/04/2015 Hasil observasi peneliti terhadap sikap pelaksana, terlihat bahwa responden aktif dalam memberikan pelayanan, hal ini terlihat dari pernyataan berikut: “memberikan pelayan, pelayanan saja dipoli umum, termasuk UGD”

Bidan Desa Pusk. Meuraxa

15/04/2015 Hasil observasi peneliti terhadap sikap pelaksana, terlihat bahwa responden memahami tentang fungsi bidan desa, ini terlihat dari pernyataan berikut : “sebagai ujung tombak untuk mengurangi AKI, AKB”. Dokter Umum

Pusk. Lampulo

30/05/2015 Hasil observasi peneliti terhadap sikap pelaksana, terlihat bahwa responden aktif dalam memberikan pelayanan, hal ini terlihat dari pernyataan berikut: “ Yang pertama kan setiap harinya rutin pelayanan, kemudian dibarengi dengan bila berhadapan pasien

(26)

resiko tinggi, seperti DM, hipertensi itu pasiennya agak lama mungkin bisa sampe lima belas menit”

Bidan Desa Pusk. Lampulo

30/05/2015 Hasil observasi peneliti terhadap sikap pelaksana, terlihat bahwa responden aktif dalam memberikan pelayanan dan turun ke desa, hal ini terlihat dari pernyataan berikut: “Kalau disini turunnya satu minggu tiga kali tapi kalau ada kasus turun ke desa selebihnya di puskesmas karena saya tidak ada polindes”. Bidan Klinik

Bersalin

23/06/2015 Hasil observasi peneliti terhadap sikap pelaksana, terlihat bahwa responden aktif dalam memberikan pelayanan sesuai dengan pasal-pasal yang ada di qanun KIBBLA : “iya itu termasuk dalam penafisan pelayanan kami, semua itu ada 18 penafisan yang harus kami lewati baru bisa menolong persalinan”.

Bidan Praktek Swasta

24/06/2015 Hasil observasi peneliti terhadap sikap pelaksana, terlihat bahwa responden aktif dalam memberikan pelayanan juga memberikan promosi kesehatan, hal ini terlihat dari pernyataan berikut: “Kalau untuk pasien persalinan, kitakan langsung IMD, satu jam setelah persalinan langsung neo-K dan Hb0 imunisasi, sebelum ibu dan bayi pulang kita tetap konseling, nanti kalau kita memang curiga ibunya Hbnya rendah kita periksa lagi Hb kita berikan vitamin dan anti nyeri”. Dokter Sp.

Kandungan RSUZA

29/06/2015 Hasil observasi peneliti terhadap sikap pelaksana, terlihat bahwa responden aktif dalam memberikan pelayanan sesuai dengan pasal-pasal yang ada di qanun KIBBLA

Dokter Sp. Kandungan RSIA

03/07/2015 Hasil observasi peneliti terhadap sikap pelaksana, terlihat bahwa responden aktif dalam memberikan pelayanan sesuai dengan pasal-pasal yang ada di qanun KIBBLA

(27)

Kandungan RSUD Meuraxa

pelaksana, terlihat bahwa responden aktif dalam memberikan pelayanan sesuai dengan pasal-pasal yang ada di qanun KIBBLA

3.2. Monitoring Evaluasi

Berikut ini informasi gambaran disposisi kebijakan dalam implementasi kebijakan variabel monitoring evaluasi yang pernah dilakukan dari para narasumber :

Tabel 4.21. Matriks Monitoring Evaluasi Implementasi Qanun KIBBLA Kota Banda Aceh

Narasumber Tanggal

Wawancara Pendapat

Kepala Dinas Kesehatan

09/07/2015 “Belum, evaluasi program ada, tapi evaluasi qanun gak ya.. maksudnya semua item di qanun itulah maksudnya, apa-apa yang menjadi isi dari qanun itu apakah sudah terlaksana selama ini belum memang”.

Ka.Bid. Kesehatan Masyarakat

29/06/2015 “Dan kita juga di Pemko ada superfisi untuk BPS (Bidan Praktek Swasta), jadi saat superfisi juga melihat dokumen mereka melakukan apa saja dan umumnya walaupun masih ada”.

“Kalau dibilang evaluasi memang belum 100% ditingkat pelayanan, kita evaluasi setahun 2x”.

Kasie. Kesga dan Kemitraan

04/07/2015 “untuk mengevaluasi secara keseluruhan untuk tahun ini belum ada”.

Pengelola Program KIA

25/06/2015 “Kunjungan fasilitatif, kami turun ke lapangan sama dengan kepala seksinya dalam setahun 4 kali dilakukan, 3 bulan sekali kita turun, bidan koordinator turun kelapangan, ke polindes, untuk melihat alat, tempat, melihat obat-obatannya, melihat juga tenaganya, data laporan semua dilihat.

Dokter Umum Pusk. Ulee Kareng

17/06/2015 “biasanya kan itu ada laporan dari bidan desa, bidan desa melapor kepada yang bertanggung jawab di puskesmas, melapor kedokternya,

(28)

melapor ke kepala puskesmas dan melapor kedinas ada jenjang biasanya, ikut dalam tim audit maternal, gizi buruk ikut melakukan intervensi ada”

Bidan Koordinator Pusk.Ulee Kareng

17/06/2015 “Kalau ada pasien resti seperti itu, kalau masih bisa ditangani di KIA, kita kolaborasi dengan dokter, kalau memang masih bisa ditangani kita tangani kalau gak nanti kita mintakan rujukan, (hasil monitoring ini dilaporkan setiap bulan ?) iya, setiap bulan”. Bidan PONED

Pusk.Ulee Kareng

17/06/2015 “Ada, malah itu kita libatkan bidan desa lagi”. Bidan Desa

Pusk.Ulee Kareng

30/05/2015 “Kalo yang ee.. apa istilahnya..yang terjangkau alamatnya dan dia beritahu itu semua kita kunjungi tapikan ada juga kadang ibu nifasnya udah pulang kampung kana tau dia selama kehamilan dia tidak didesa tapi pada saat melahirkan dia pulang kesitu tapi nanti akhirnya juga kontak sama kita tapi gak masa awal awal masa nifasnya”.

Ka. Puskesmas PONED Banda Raya

17/06/2015 “Pada saat pertemuan PWS mungkin sering diskusi terus kalau memang ada temuan seperti itu di AMP audit maternal perinatal itu kita bahas, biasa pada saat pertemuan dengan bidan koordinator dan bidan desa, yang hadir jurim, kadang kadang kita panggil juga dari gizi, dari dokter umumnya sejauh ini belum ya ”.

Dokter Umum Pusk. Banda Raya

30/05/2015 “hampir dalam 5 tahun ini saya sendiri dipuskesmas (sebagai dokter umum) jadi waktu awal saya masuk April hanya sampe beberapa bulan berdua dengan kepala puskesmas, selanjut sendiri, baru dua minggu ini ada dokter umum, jadi sendiri tidak ada waktu (untuk monitoring evaluasi)”.

Bidan Koordinator Pusk. Banda Raya

17/06/2015 “ada ya (monitoring evaluasi), tetap dipantau dari kehamilan sampai melahirkan ya”.

(29)

Bidan PONED Pusk. Banda Raya

06/07/2015 “Iya (melakukan monitoring evaluasi)” Bidan Desa Pusk.

Banda Raya

06/06/2015 “oiya..ya..melakukan (melakukan monitoring evaluasi) pemantauan, observasi lah gitu” Ka. Puskesmas

Meuraxa

15/04/2015 “ada, yang ikut evaluasi itu bidan desa, kemudian bagian gizi, dokter umum kalau dibutuhkan, diikutkan”

Dokter Umum Pusk. Meuraxa

15/04/2015 “belum, selama ini belum diikutkan, konsultasi ada”

Bidan Koordinator Pusk. Meuraxa

15/04/2015 “Pertemuan sebulan sekali tetap, tapi kalau ada pertemuan yang mendadak kita sampaikan tidak mesti sebulan sekali”

Bidan Desa Pusk. Meuraxa

15/04/2015 “ada evaluasinya, dibahas di puskesmas ke dinas”

Ka. Puskesmas Pusk. Lampulo

27/05/2015 “iya, bentuknya kita melihat laporan setiap bulan, lokmin tetap kita bahas”

Dokter Umum Pusk. Lampulo

30/05/2015 “Pernah (terlibat dalam penyelesaian masalah ibu dan anak)”

Bidan Koordinator Pusk. Lampulo

30/05/2015 “Monitoring saya yang selama ini saya jumpain”.

Bidan Desa Pusk. Lampulo

30/05/2015 “Iya, ada itu sama bikor kami pergi, lapor ke kepala puskesmas baru kedinas, kalau ada kasus kami dikumpulkan semua dipecahin kenapa bisa, tindakan apa nanti”.

Bidan Klinik Bersalin

23/06/2015 “ya kita ada lakukan home care, saya ada beri nomor telepon kalau dia ada masalah kapan saja bersamaan dengan perawatan bayi baru lahir”.

Bidan Praktek Swasta

24/06/2015 “Pernah, 6 bulan sekali” (dikunjungi oleh petugas puskesmas dan dinas dalam rangka supervisi dan monev)

Dokter Sp. Kandungan

RSUZA

29/06/2015 “Jadi kita disini rumah sakit pendidikan, jadi misalnya ada bayi-bayi ada komplikasi ada bagian veto maternal, khusus konsultan dia untuk kelainan kelainan bayi penanganan selanjutnya”

(30)

Dokter Sp. Kandungan RSIA

03/07/2015 “Iya (dilakukan monitoring evaluasi)” Dokter Sp.

Kandungan RSUD Meuraxa

30/06/2015 “Iya.. sebenarnya sih ya..Insya Allah lah, Alhamdulillah belum ada kasus yang aneh aneh karena mungkin treatmentnya cepat ya,”.

4. Struktur Birokrasi 4.1. Koordinasi Berjenjang

Berikut ini informasi gambaran struktur birokrasi dalam implementasi kebijakan variabel koordinasi berjenjang yang pernah dilakukan dari para narasumber:

Tabel 4.22. Matriks Koordinasi Berjenjang Dalam Implementasi Qanun KIBBLA Kota Banda Aceh

Narasumber Tanggal

Wawancara Pendapat

Perencanaan Bid. Kesehatan Bappeda

06/07/2015 “Kami melakukan koordinasi dengan stake holder, baik itu dinas maupun masyarakat juga ada, LSM yang menangani bidang-bidang tertentu, dulu ada Kinerja Usaid, Dinkes, Rumah sakit, Sekda, Bappeda, DPKAD ada yang lainnya bagian hukum dan bagian pembangunan”.

Kepala Dinas Kesehatan

09/07/2015 “Saya inginnya itu kita membina model dengan Meuraxsa (RSUD) kalo kita sudah ada satu tim yang kuat yang solid kita mengundang orang yang enak kita bicara, kita butuh bantuan juga jelas bantuannya, tapi kalo tim kita juga masih”.

Ka.Bid. Kesehatan Masyarakat

29/06/2015 “Kita saja yang lupa kalau kita harus berintegrasi dengan bidang bidang yang lain”. Kasie. Kesga dan

Kemitraan

25/06/2015 “kalo permasalahnnya kan kalo polindes ada kendala ke puskesmas dulu jenjangnya”. Pengelola Program

KIA

25/06/2015 “Koordinasi selama ini lancar ya” Ka. Puskesmas

PONED Ulee

17/06/2015 “Koordinasinya? Ya kalo ke puskesmas kan mereka selalu koordinasinya, karena mereka

(31)

Kareng kan setiap hari apel kesini kalau ada masalah tentukan mereka setiap waktu bisa konsul disini tanpa batas sebenarnya kan”.

Dokter Umum Pusk. Ulee Kareng

17/06/2015 “yah, yang sudah sudah dari poli KIA, kalau mereka tidak tau mereka ke kita tanya, (dengan rumah sakit rujukan) iya kita koordinasi dengan surat rujukan kita tidak pernah ngomong langsung”.

Bidan Koordinator Pusk.Ulee Kareng

17/06/2015 (Koordinasi dengan dinas) “Lancar” (Koordinasi dengan Rumah Sakit Rujukan) “Lancar, kita dalam bentuk surat rujukan, kalau pertemuan jarang, kecuali kalau ada kasus kematian baru ada pertemuan dengan rumah sakit, kalau khusus seperti pertemuan rutin itu tidak ada”

Bidan PONED Pusk.Ulee Kareng

17/06/2015 “Hubungan kerja.. baik, itu harus menjumpai dokter dulu baru kami (rujukan), kami hanya menyarankan ke dokter ini..ini.. hanya sebatas itu aja”

Bidan Desa Pusk.Ulee Kareng

30/05/2015 “Ke KIA..ke puskesmas dari ruang kartu diarahkan ke ruang KIA, kita memang selalu (Konsul ke dokter) minimal ibunya kalaupun gak ada keluhan apa-apa sekali pasti kontak sama dokter”.

Ka. Puskesmas PONED Banda Raya

17/06/2015 “Saya pikir tidak jauh berbeda polindes karena polindes bidan desa juga disana, kita pada saat pertemuan PWS”.

Dokter Umum Pusk. Banda Raya

30/05/2015 “kalo dari bidan desa ke bikor itu menurut saya sudah bagus karena mereka setiap berapa ini ada duduk lokmin sendiri”.

Bidan Koordinator Pusk. Banda Raya

17/06/2015 “koordinasinya lancar, karena orang itu (bidan desa) setiap paginya memang apel kemari, setiap hari jumat memang ada pertemuan, gak selalu kalau misalnya ada yang mau dibicarakan, (ke dokter poli umum) ada, yang ada selama ini bidan desa sama pihak KIA aja ya”.

(32)

Bidan PONED Pusk. Banda Raya

06/07/2015 “iya.. biasanyakan kayak saya dipersalinan otomatis saya bekerja dengan orang KIA, KIA dengan Bidan Desa, mereka juga ada kegiatan seperti P4K, kalo ibu hamil yang resti pasti ada tempelan tempelan didepan rumah (stiker P4K), dengan dokter jelas (ada)”.

Bidan Desa Pusk. Banda Raya

06/06/2015 “sekarang udah ada (koordinasi dengan rumah sakit rujukan) surat rujukan, kalau sekarang inikan kalo ada kematian bayi kan misalnya di Rumah Sakit Ibu dan Anak, itu kami sudah komunikasi, sudah ada pertemuan gitu dengan orang Rumah Sakit Ibu dan Anak, kerja sama gitu”

Ka. Puskesmas Meuraxa

15/04/2015 “kalo antara puskesmas dan jejaringnya baik baik saja”.

Dokter Umum Pusk. Meuraxa

15/04/2015 “kalau rujukan ada ya, ke rumah sakit” Bidan Koordinator

Pusk. Meuraxa

15/04/2015 (koordinasi kerumah sakit) “surat rujukan saja, pinginnya ada datang dokter spesialis”. Bidan Desa Pusk.

Meuraxa

15/04/2015 “ke puskesmas (merujuk pasien), dari puskesmasnya nanti baru ke rumah sakit”. Ka. Puskesmas

Pusk. Lampulo

27/05/2015 “Koordinasi kita tetap dengan polindes tetap kita pantau selalu tetap kita ada kerja sama”. Dokter Umum

Pusk. Lampulo

30/05/2015 “Kebetulan kan sekarang juga sistem rujukan itu harus berjenjang, jadi kita harus merujuk dulu ke rumah sakit tipe B kemudian nanti urusan tipe B yang merujuk ke tipe A, ke RS. Meuraxsa atau ke RS Kesdam, Rumah sakit Ibu dan Anak juga itu kelas B”.

Bidan Koordinator Pusk. Lampulo

30/05/2015 “Koordinasinya penyampaian langsung, laporan, secara lisan, formalitas, pake surat rujukan”.

Bidan Desa Pusk. Lampulo

30/05/2015 “Kalau dulu ada (koordinasi dengan dokter spesialis kandungan) tapi sekarang udah almarhum dengan dokter nanda, konsul via telpon bisa”.

(33)

Bidan Praktek Swasta

24/06/2015 “Insya Allah lancar (koordinasinya), karena saya bekerja diwilayah kerja puskesmas dan klinik saya juga dalam wilayah puskesmas, bila ada persalinan kita akan hubungi bidan desa jadi masuk kebuku laporan mereka” Dokter Sp.

Kandungan RSUZA

29/06/2015 “Koordinasi dirumah sakit gakada masalah, lancar. (dengan dinas kesehatan) kecuali ada kasus kematian diundang audit maternal” Dokter Sp.

Kandungan RSIA

03/07/2015 “Untuk selama ini untuk dipoli itu hanya dengan pengantar (surat rujukan) bahkan ee..ada yang datang sendiri tidak dengan BPJS dan tidak dengan pengantar karena dia merasa dengan dirinya bermasalah jadi dari puskesmas tidak diberikan pengantar, kalau untuk ee..pasien dikamar bersalin ada juga yang bidannya mendampingi”

Dokter Sp. Kandungan RSUD

Meuraxa

30/06/2015 “Dekat ya..kapanpun bisa telpon ya”.

4.2. SOP Kebijakan

Berikut ini informasi gambaran struktur birokrasi kebijakan dalam implementasi kebijakan variabel SOP kebijakan yang pernah dilakukan dari para narasumber :

Tabel 4.23. Matriks SOP Kebijakan Dalam Implementasi Qanun KIBBLA Kota Banda Aceh

Narasumber Tanggal

Wawancara Pendapat

Kepala Dinas Kesehatan

09/07/2015 “Perwal sebetulnya pernah disusun.. jadi begini, cerita perwal jadi perwal pernah ada waktu itu Cut Asmaul Husna dari Kinerja

(34)

USAID ini cuma perwal yang disusun, jadi konsep perwal itu mereka menggabungkan itu satu perwal, Cuma karena terlalu panjang sehingga mungkin terlalu detail sehingga terlalu rumit rasanya”.

Ka.Bid. Kesehatan Masyarakat

29/06/2015 “SOP untuk pelayanan, jadi puskesmas sekarang sudah punya SOP untuk pelayanan KIBBLA, dari ANC, persalinan”

Kasie. Kesga dan Kemitraan

04/07/2015 “kalo SOP itu kita pernah di support dengan Kineja Usaid, SOP perseksi misalnya di seksi KIA apa.. itu sudah ada”.

Pengelola Program KIA

25/06/2015 “SOP BIMTEK, ada 7, SOP yang dari Usaid kan, Kinerja ya”.

Ka. Puskesmas PONED Ulee Kareng

17/06/2015 “SOP ada..harus”.

Dokter Umum Pusk. Ulee Kareng

17/06/2015 “Belum pernah lihat, saya belum pernah lihat (SOP tertulis dipuskesmas)

Bidan Koordinator Pusk.Ulee Kareng

17/06/2015 “Ada” Bidan PONED

Pusk.Ulee Kareng

17/06/2015 “Ada ya tapi gak ditempel ya”. Bidan Desa

Pusk.Ulee Kareng

30/05/2015 “Kami kayaknya bidan desa gak pernah disuruh (buat SOP”.

Ka. Puskesmas PONED Banda Raya

17/06/2015 Standar pelayanan PONED “Kayaknya belum”

Dokter Umum Pusk. Banda Raya

30/05/2015 “Sudah ada” Bidan Koordinator

Pusk. Banda Raya

17/06/2015 “Ada” Bidan PONED Pusk.

Banda Raya

06/07/2015 (Standar Kinerja PONED) “gak ada” Bidan Desa Pusk.

Banda Raya

06/06/2015 “(SOP pelayanan) gak ada itu kalo SOP untuk bidan desa”.

Ka. Puskesmas Meuraxa

(35)

Dokter Umum Pusk. Meuraxa 15/04/2015 “Ada” Bidan Koordinator Pusk. Meuraxa 15/04/2015 “Ada” Bidan Desa Pusk.

Meuraxa

15/04/2015 “Ada” Ka. Puskesmas Pusk.

Lampulo

27/05/2015 “Ada, SOP ada” Dokter Umum Pusk.

Lampulo

30/05/2015 “Ada”. Bidan Koordinator

Pusk. Lampulo

30/05/2015 “Ada”. Bidan Desa Pusk.

Lampulo

30/05/2015 “SOP bidan ada” Bidan Klinik

Bersalin

23/06/2015 “Ada, ada bukunya ya”. Bidan Praktek

Swasta

24/06/2015 “Ada” Dokter Sp.

Kandungan RSUZA

29/06/2015 “Ada, iya ada tahu. Kita sedang kita buat clinical pathway”.

Dokter Sp. Kandungan RSIA

03/07/2015 “Belum pernah lihat” Dokter Sp.

Kandungan RSUD Meuraxsa

30/06/2015 “Ada dokumennya tu disana di yanmed (pelayanan medis) ada buku besarnya kita pegang soft copynya aja”

(36)

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 17 TAHUN 2011

TENTANG

KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK BALITA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA BANDA ACEH,

Menimbang : a. bahwa kesehatan bagi ibu, bayi baru lahir dan anak balita merupakan faktor utama bagi kehidupan keluarga, karena tingkat derajat kesehatan keluarga dapat diukur dari angka kematian bayi dan angka kematian ibu serta gizi buruk;

b. bahwa dalam rangka meningkatkan kesehatan bagi ibu, bayi baru lahir dan anak balita perlu ditingkatkan jaminan dan kualitas pelayanan yang optimal, menyeluruh, terpadu, partisipatif, dan berkelanjutan guna menekan angka kematian Ibu, bayi baru lahir dan anak balita;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan huruf b, dipandang perlu membentuk Qanun Kota Banda Aceh tentang Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, dan Anak Balita;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 (Drt) Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kota-Kota Besar Dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1092);

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821);

3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Azasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3886);

4. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Keistimewaan Provinsi Daerah Istimewa Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 172, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3893);

5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235);

(37)

6. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431):

7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah kedua kalinya dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

8. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4633);

9. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038);

10. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

11. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1983 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Banda Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3247);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3637);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

15. Qanun Aceh Nomor 3 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pembentukan Qanun (Lembaran Daerah Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2007 Nomor 03, Tambahan Lembaran Daerah Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 03);

16. Qanun Aceh Nomor 8 Tahun 2008 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Daerah Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2008 Nomor 08, Tambahan Lembaran Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 18);

(38)

17. Qanun Aceh Nomor 11 Tahun 2008 tentang Perlindungan Anak (Lembaran Daerah Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2008 Nomor 11, Tambahan Lembaran Daerah Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 21);

18. Qanun Aceh Nomor 4 Tahun 2010 tentang Kesehatan (Lembaran Daerah Aceh Tahun 2011 Nomor 01, Tambahan Lembaran Daerah Aceh Nomor 3001);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT KOTA BANDA ACEH dan

WALIKOTA BANDA ACEH MEMUTUSKAN :

Menetapkan : QANUN KOTA BANDA ACEH TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK BALITA

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam qanun ini yang dimaksud dengan: 1. Kota adalah Kota Banda Aceh.

2. Walikota adalah Walikota Banda Aceh.

3. Pemerintah Kota adalah Pemerintah Kota Banda Aceh. 4. Dinas adalah instansi Pemerintah Kota Banda Aceh yang

bertanggung jawab di Bidang Kesehatan.

5. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

6. Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak Balita yang selanjutnya disingkat KIBBLA adalah pelayanan kesehatan terpadu dengan tujuan menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi serta meningkatkan kesehatan ibu, bayi baru lahir dan anak balita.

7. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

8. Tenaga Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, dan Anak Balita yang selanjutnya disebut Tenaga KIBBLA adalah setiap orang yang mempunyai kompetensi dalam melakukan pelayanan KIBBLA baik secara langsung maupun tidak langsung yang bekerja pada sarana layanan kesehatan Pemerintah ataupun Swasta.

9. Masyarakat adalah masyarakat Kota Banda Aceh.

(39)

10. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.

11. Rumah Sakit Umum Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif yang selanjutnya disingkat RSU PONEK adalah RSU yang ditunjang dengan ketersediaan alat dan tenaga sesuai ketentuan yang mampu memberikan pelayananan komprehensif kegawat- daruratan kebidanan dan bayi neonatus.

12. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.

13. Puskesmas Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar yang selanjutnya disingkat Puskesmas PONED adalah Puskesmas dengan fasilitas rawat inap yang mampu memberikan pelayanan rutin dan penanganan dasar kegawatdaruratan kebidanan dan bayi neonatus selama 24 (dua puluh empat) jam dengan fasilitas tempat tidur rawat inap.

14. Pos Pelayanan Terpadu yang selanjutnya disebut Posyandu adalah upaya kesehatan bersumber daya masyarakat yang memberikan pelayanan kesehatan masyarakat yang meliputi 5 (lima) program prioritas yaitu Keluarga Berencana, Kesehatan Ibu dan Anak, Gizi, Imunisasi dan Penanggulangan Diare.

15. Audit Maternal Perinatal yang selanjutnya disebut AMP adalah proses penelaahan kasus kesakitan dan kematian ibu dan perinatal serta penatalaksanaannya secara menyeluruh.

16. Inisiasi Menyusui Dini yang selanjutnya disingkat IMD adalah pemberian ASI pada bayi dalam waktu satu jam setelah lahir bersamaan dengan kontak dini kulit bayi di dada ibu.

17. Imunisasi adalah tindakan pemberian vaksin jenis tertentu untuk memberi kekebalan terhadap penyakit tertentu.

18. Air Susu Ibu Ekslusif yang selanjutnya disebut ASI- Ekslusif adalah air susu ibu yang diberikan kepada anak yang berusia 0 (nol) hari sampai 6 (enam) bulan tanpa bantuan pemberian makanan dan minuman selain ASI tersebut.

19. Ibu adalah Wanita Usia Subur yang masih dapat hamil, sedang hamil, bersalin, nifas dan menyusui.

20. Bayi Baru Lahir atau disebut neonatal adalah anak yang berusia 0 (nol) hari sampai dengan 28 (dua puluh delapan hari) hari.

21. Anak Balita adalah anak yang berusia 0 (nol) bulan sampai dengan 59 (lima puluh sembilan) bulan.

(40)

BAB II

ASAS DAN TUJUAN Bagian Kesatu

Asas Pasal 2

KIBBLA berasaskan kemanusiaan, manfaat, perlindungan, keseimbangan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan, partisipasi masyarakat, nondiskriminatif, dan norma-norma agama.

Bagian Kedua Tujuan Pasal 3

Tujuan penyelenggaraan pelayanan KIBBLA adalah : a. terwujudnya peningkatan kualitas KIBBLA;

b. tercapainya penurunan angka kematian ibu melahirkan dan bayi baru lahir dan anak balita melalui peningkatan kualitas pelayanan;

c. terbangunnya partisipasi masyarakat dalam pelayanan KIBBLA; dan

d. terjadinya perubahan perilaku masyarakat, pemerintah dan pemberi jasa pelayanan kesehatan yang kurang menguntungkan KIBBLA.

BAB III RUANG LINGKUP

Pasal 4 Ruang lingkup KIBBLA meliputi : a. kesehatan ibu;

b. kesehatan ibu hamil; c. kesehatan ibu bersalin; d. kesehatan ibu nifas; e. kesehatan ibu menyusui; f. kesehatan bayi baru lahir; g. kesehatan bayi; dan

h. kesehatan anak balita.

BAB IV

WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH KOTA

Bagian Kesatu Wewenang

Pasal 5

(1) Pemerintah Kota berwenang mengatur perencanaan dan penganggaran terhadap penyelenggaraan pelayanan KIBBLA.

(41)

(2) Pemerintah Kota berwenang melakukan pembinaan dan pengawasan

KIBBLA. terhadap penyelenggaraan pelayanan (3) Pemerintah Kota dalam penyelenggaraan pelayanan KIBBLA memiliki kewenangan untuk memberikan peringatan dan pencabutan izin praktek Tenaga KIBBLA dan sarana pelayanan KIBBLA

(4) Kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.

Bagian Kedua Tanggung Jawab

Pasal 6

(1) Pemerintah Kota bertanggungjawab untuk menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi, serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang dilaksanakan melalui optimalisasi pelayanan KIBBLA. (2) Ruang lingkup tanggungjawab Pemerintah Kota

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.

BAB V

HAK DAN KEWAJIBAN Bagian Kesatu

Hak Pasal 7 Setiap Ibu berhak :

a. mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik selama masa kehamilan;

b. mendapatkan bantuan persalinan dari tenaga kesehatan yang terampil dan terlatih sesuai standar pelayanan kesehatan kebidanan;

c. mendapatkan pelayanan kesehatan masa nifas; dan

d. menolak pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga dan sarana kesehatan yang tidak memiliki kompetensi dan sertifikasi.

Pasal 8

Setiap bayi baru lahir dan anak balita berhak :

a. mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik dan optimal untuk menyelamatkan hidup dan kualitas hidupnya;

b. mendapatkan Inisiasi Menyusui Dini (IMD);

c. mendapatkan air susu kolostrum dan Air Susu Ibu Eksklusif (ASI-Eksklusif);

d. mendapatkan imunisasi dasar yang lengkap dan berkualitas;

e. mendapatkan lingkungan yang bersih dan sehat dari bahan-bahan yang merugikan kesehatan dan keselamatan bayi serta anak balita; dan

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Menggunakan utilitas client mysql dalam mode batch menyediakan pada Anda jalan untuk mengeksekusi pernyataan-pernyataan dalam file dari shell command prompt, tanpa harus

Dari Adh-Dhahak rahimahullah , dia berkata: “Barangsiapa beramal shalih dengan tanpa taqwa –yaitu dari orang musyrik- Allah memberi balasan di dunia atas amal tersebut. Seperti

Dalam pertimbangannya, karena telah terbukti adanya persamaan pada pokoknya antara kedua merek tersebut dan telah terbukti bahwa merek “Accent” adalah merek yang

Hasil menunjukkan pola hubungan IHSG dengan faktor makroekonominya di BEI menggunakan pendugaan parameter copula dengan pendekatn tau kendall dengan hasil fitting log-likelihood

Berdasarkan Gambar 1, tampak bahwa dalam LVQ terdapat dua vektor bobot yang menghubungkan setiap neuron masukan dengan neuron keluaran sehingga dapat dikatakan

Dalam mata kuliah profesi kependidikan mahasiswa diajarkan untuk menguasai kode etik keguruan, dan bersikap sebagai seorang guru yang menguasai kompetensi dasar

NO NO.TILANG NAMA TERDAKWA / TERPIDANA ALAMAT TERDAKWA / TERPIDANA PASAL YANG DILANGGA BARANG BUKTI VERSTEK DENDA Rp, SUBSIDER BIAYA PERKARA