1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Dukungan Sosial untuk Penderita Baby Blues Syndrome
2.1.1 Pengertian Dukungan SosialDukungan sosial adalah adanya transaksi interpersonal yang ditunjukkan dengan memberikan bantuan pada individu lain, dimana bantuan itu umunya diperoleh dari orang yang berarti bagi individu yang bersangkutan. Dukungan sosial dapat berupa pemberian infomasi, bantuan tingkah laku, atau pun materi yang di dapat dari hubungan sosial akrab yang dapat membuat individu merasa diperhatikan, bernilai, dan dicintai.
Sarafino (2006) menyatakan bahwa dukungan sosial mengacu pada memberikan kenyamanan pada orang lain, merawatnya atau menghargainya.
Dukungan sosial merupakan dukungan emosional yang berasal dari teman, anggota keluarga dan orang-orang disekitar yang membantu individu ketika suatu masalah muncul. Dukungan sosial adalah informasi verbal atau non verbal, saran dan bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek didalam lingkungan sosialnya atau berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat
2
memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya (Kuntjoro, 2002).
Kuntjoro (2002) juga menambahkan bahwa dukungan sosial adalah keberadaan, kesediaan, keperdulian dari orang-orang yang bisa diandalkan, menghargai dan menyayangi kita.
Menurut Wangmuba (2009) dukungan sosial mencakup dukungan informasi berupa saran nasehat, dukungan perhatian atau emosi berupa kehangatan, kepedulian dan empati, dukungan instrumental berupa bantuan meteri atau finansial dan penilaian berupa penghargaan positif terhadap gagasan atau perasaan orang lain.
Salah satu dukungan sosial terdekat yang sangat mempengaruhi motivasi wanita di saat menjelang menjadi seorang ibu dan pada saat menjalani kesehariannya menjadi seorang ibu. Suami adalah orang terdekat yang menyebabkan proses kehamilan namun kehadiran suami dalam persalinan masih janggal. Beberapa tempat pelyanan persalinan belum memperbolehkan kehadiran suami dalam persalinan istrinya, padahal beberapa peneltian di berbagai Negara telah membuktikan bahwa wanita yang melahirkan yang didampingi selama persalinan baik oleh suami, kerabat wanita maupun tenaga khusus yang dilatih untuk itu menunjukkkan manfaat yang sangat banyak (Kusmiyanti dkk, 2004).
Dukungan sosial (suami) merupakan salah satu bentuk interaksi sosial yang di dalamnya terdapat hubungan yang saling memberi dan menerima
3
bantuan yang bersifat nyata, bantuan tersebut akan menempatkan individu-individu yang terlibat dalam sistem sosial yang pada akhirnya akan dapat memberikan cinta, perhatian maupun sense of attachment baik pada keluarga sosial maupun pasangan (Fatimah, 2009).
Dukungan suami terhadap istrinya bisa di lakukan dengan membantu istri dalam perawatan bayi misalnya ketika ibu menyusui bayinya, sang ayah tidak hanya tidur sepanjang malam. Ayah bisa menemani ibu dan bayi, mengangkat bayi dari tempat tidurnya, mengganti popok bayi bila perlu, memberikan bayi pada ibu saat jam menyusui, dan mengembalikan bayi ke tempat tidurnya ketika bayi telah tertidur kembali. Dukungan suami sangat penting dan tidak bisa diremehkan dan yang tak kalah penting membangun suasana positif, dimana istri merasakan hari-hari pertama yang melelahkan. Oleh sebab itu dukungan atau sikap positif dari pasangan dan keluarga akan memberi kekuatan tersendiri bagi ibu (Fatimah, 2009).
Peranan suami selama kehamilan, persalinan, dan perawatan bayi mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian baby blues. Maka upaya untuk meningkatkan dukungan suami selama proses tersebut diperkirakan apat menurunkan kejadian baby blues syndrome (Alfiben, 2000). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Syamawati bahwa tidak adanya dukungan suami merupakan faktor risiko terhadap kejadian
baby blues syndrome , besar risiko penderita baby blues syndrome
4
blues syndrome yang mendapatkan dukungan dari suami (Syahrir S,
2008). Maka dari itu perlu adanya peningkatan peranan suami sebagai pendamping dalam proses persalinan secara kontinyu guna menurunkan angka kejadian baby blues syndrome.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial adalah dukungan atau bantuan yang berasal dari orang yang memiliki hubungan sosial akrab dengan individu yang menerima bantuan. Bentuk dukungan ini dapat berupa infomasi, tingkah laku tertentu, ataupun materi yang dapat menjadikan individu yang menerima bantuan merasa disayangi, diperhatikan dan bernilai.
2.1.2 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Sosial
Menurut Stanley (2005), faktor- faktor yang mempengaruhi dukungan sosial adalah sebagai berikut :
1. Kebutuhan fisik
Kebutuhan fisik dapat mempengaruhi dukungan sosial. Adapun kebutuhan fisik meliputi sandang, pangan dan papan. Apabila seseorang tidak tercukupi kebutuhan fisiknya maka seseorang tersebut kurang mendapat dukungan sosial.
2. Kebutuhan sosial
Dengan aktualisasi diri yang baik maka seseorang lebih kenal oleh masyarakat daripada orang yang tidak pernah bersosialisasi di masyarakat.
5
Orang yang mempunyai aktualisasi diri yang baik cenderung selalu ingin mendapatkan pengakuan di dalam kehidupan masyarakat. Untuk itu pengakuan sangat diperlukan untuk memberikan penghargaan.
3. Kebutuhan psikis
Dalam kebutuhan psikis pasien pre operasi di dalamnya termasuk rasa ingin tahu, rasa aman, perasaan religius, tidak mungkin terpenuhi tanpa bantuan orang lain. Apalagi jika orang tersebut sedang menghadapi masalah baik ringan maupun berat, maka orang tersebut akan cenderung mencari dukungan sosial dari orang- orang sekitar sehingga dirinya merasa dihargai, diperhatikan dan dicintai.
2.1.3 Cakupan Dukungan Sosial
Dukungan sosial sangat diperlukan oleh siapa saja untuk berhubungan dengan orang lain. Arti dan cakupan dukungan sosial sangat luas dan mendalam. Dukungan sosial yang diterima oleh individu sangat beragam dan tergantung keadaannya.
Dukungan sosial mencakup 2 hal (Kuntjoro,2002) yaitu ;
1. Jumlah sumber dukungan sosial yang tersedia
Merupakan persepsi individu terhadap sejumlah orang yang dapat diandalkan saat individu membutuhkan bantuan (pendekatan berdasarkan kuantitas).
6
Tingkatan kepuasan akan dukungan sosial yang diterima berkaitan dengan persepsi individu bahwa kebutuhannya akan terpenuhi (pendekatan berdasarkan kualitas).
2.1.4 Sumber - Sumber Dukungan Sosial
Menurut Wangmuba (2009), sumber dukungan sosial yang natural terbebas dari beban dan label psikologis terbagi atas ;
1. Dukungan sosial utama bersumber dari keluarga
Mereka adalah orang- orang terdekat yang mempunyai potensi sebagai sumber dukungan dan senantiasa bersedia untuk memberikan bantuan dan dukungannya ketika individu membutuhkan. Keluarga sebagai suatu sistem sosial, mempunyai fungsi- fungsi yang dapat menjadi sumber dukungan utama bagi individu, seperti membangkitkanpersaan memiliki antara sesama anggota keluarga, memastikan persahabatan yang berkelanjutan dan memberikanrasa aman bagi anggota- anggotanya.
Bila individu dihadapkan pada suatu stresor maka hubungan intim yang muncul karena adanya sistem keluarga dapat menghambat, mengurangi, bahkan mencegah timbulnya efek negatif stresor karena ikatan dalam keluarga dapat menimbulkan efek buffering (penangkal) terhadap dampak stresor. Munculnya efek ini dimungkinkan karena keluarga selalu siap dan bersedia untuk membantu individu ketika dibutuhkan serta hubungan antar anggota keluarga memunculkan perasaan dicintai dan mencintai. Intinya adalah bahwa anggota keluarga merupakan orang- orang yang penting
7
dalam memberikan dukungan instrumental, emosional dan kebersamaan dalam menghadapi berbagai peristiwa menekan dalam kehidupan.
2. Dukungan sosial dapat bersumber dari sahabat atau teman.
Tiga proses utama dimana sahabat atau teman dapat berperan dalam memberikan dukungan sosial. Proses yang pertama adalah membantu meterial atau instrumental. Stres yang dialami individu dapat dikurangi bila individu mendapatkan pertolongan untuk memecahkan masalahnya. Pertolongan ini dapat berupa informasi tentang cara mengatasi masalah atau pertolongan berupa uang. Proses kedua adalah dukungan emosional. Perasaan tertekan dapat dikurangi dengan membicarakannya dengan teman yang simpatik. Harga diri dapat meningkat, depresi dan kecemasan dapat dihilangkan dengan penerimaan yang tulus dari sahabat karib. Proses yang ketiga adalah integrasi sosial. Menjadi bagian dalam suatu aktivitas waktu luang yang kooperatif dan diterimanya seseorang dalam suatu kelompok sosial dapat menghilangkan perasaan kesepian dan menghasilkan perasaan sejahtera serta memperkuat ikatan sosial.
3. Dukungan sosial dari masyarakat, misalkan yang peduli terhadap korban kekerasan. Dukungan ini mewakili anggota masyarakat pada umumnya, yang dikenal dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan dilakukan secara profesional sesuai dengan kompetensi yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Hal ini berkaitan dengan faktor- faktor yang mempengaruhi efektifitas dukungan sosial yaitu pemberi
8
dukungan sosial. Dukungan yang diterima melalui sumber yang sama akan lebih mempunyai arti dan berkaitan dengan kesinambungan dukungan yang diberikan, yang akan mempengaruhi keakraban dan tingkat kepercayaan penerima dukungan.
Proses yang terjadi dalam pemberian dan penerimaan dukungan itu dipengaruhi oleh kemampuan penerima dukungan untuk mempertahankan dukungan yang diperoleh. Para peneliti menemukan bahwa dukungan sosial ada kaitannya dengan pengaruh- pengaruh positif bagi seseorang yang mempunyai sumber- sumber personal yang kuat. Kesehatan fisik individu yang memiliki hubungan dekat dengan orang lain akan lebih cepat sembuh dibandingkan dengan individu yang terisolasi.
2.1.5 Komponen Dalam Dukungan Sosial
Para ahli berpendapat bahwa dukungan sosial dapat dibagi ke dalam berbagai komponen yang berbeda- beda. Misalnya menurut Weiss Cutrona dkk (994;371) yang dikutip oleh Kuntjoro (2002), mengemukakan adanya komponen dukungan sosial yang disebut sebagai “The social provision scale” ,dimana masing- masing komponen dapat berdiri sendiri- sendiri, namun satu sama lain saling berhubungan. Adapun komponen- komponen tersebut adalah ;
9
Merupakan perasaan akan kedekatan emosional dan dan rasa aman. Jenis dukungan sosial semacam ini memungkinkan seseorang memperoleh kerekatan emosional sehingga menimbulkan rasa aman bagi yang menerima. Sumber dukungan sosial semacam ini yang paling sering dan umum adalah diperoleh dari pasangan hidup atau anggota keluarga atau teman dekat atau sanak saudara yang akrab dan memiliki hubungan yang harmonis.
2. Integrasi sosial (social integrasion)
Merupakan perasaan menjadi bagian dari keluarga, tempat seseorang berada dan tempat saling berbagi minat dan aktivitas. Jenis dukungan sosial semacam ini memungkinkan seseorang untuk memperoleh perasaan memiliki suatu keluarga yang memungkinkanya untuk membagi minat, perhatian serta melakukan kegiatan yang sifatnya rekreatif atau secara bersamaan. Sumber dukungan semacam ini memungkinkan mendapat rasa aman, nyaman serta memiliki dan dimilki dalam kelompok.
3. Adanya pengakuan (Reanssurance of Worth)
Meliputi pengakuan akan kompetensi dan kemampuan seseorang dalam keluarga. Pada dukungan sosial jenis ini seseorang akan mendapat pengakuan atas kemampuan dan keahliannya serta mendapat penghargaan dari orang lain atau lembaga. Sumber dukungan semacam ini dapat berasal dari keluarga atau lembaga atau instansi atau perusahaan atau organisasi dimana seseorang bekerja.
10
4. Ketergantungan yang dapat diandalkan (Reliable alliance)
Meliputi kepastian atau jaminan bahwa seseorang dapat mengharapkan keluarga untuk membantu semua keadaan. Dalam dukungan sosial jenis ini, seseorang akan mendapatkan dukungan sosial berupa jaminan bahwa ada orang yang dapat diandalkan bantuannya ketika sseorang membutuhkan bantuan tersebut. Jenis dukungan sosial ini pada umunya berasal dari keluarga.
5. Bimbingan (Guidance)
Dukungan sosial jenis ini adalah adanya hubungan kerja ataupun hubungan sosial yang dapat memungkinkan seseorang mendapat informasi, saran, atau nasehat yang diperlukan dalam memenuhi kebutuhan dan mangatasi permasalahan yang dihadapi. Jenis dukungan sosial ini bersumber dari guru, alim ulama, pamong dalam masyarakat, dan juga figur yang dituakan dalam keluarga.
6. Kesempatan untuk mengasuh (Opportunity for Nurturance)
Suatu aspek penting dalam hubungan interpersonal akan perasaan yang dibutuhkan oleh orang lain. Jenis dukungan sosial ini memungkinkan seseorang untuk memperoleh perasaan bahwa orang lain tergantung padanya untuk memperoleh kesejahteraan. Sumber dukungan sosial ini adalah keturunan (anak- anaknya) dan pasangan hidup.
11
Mencakup bantuan langsung, misalnya orang memberi pinjaman uang kepada orang yang membutuhkan atau menolong dengan memberi pekerjaan pada orang yang tidak punya pekerjaan.
8. Dukungan Informatif
Mencakup pemberian nasihat, satran, pengetahuan dan informasi serta petunjuk.
Serta peranan aktivitas religius atau fisik, semakin bertambahnya usia maka perasaan religiusnya semakin tinggi. Oleh karena itu aktivitas religius dapat diberikan untuk mendekatkan diri pada Tuhan.
2.2
Baby Blues Syndrome
2.2.1 Pengertian Baby Blues Syndrome
Baby Blues Syndrome adalah suatu sindroma gangguan mental ringan
pada wanita pasca salin, yang diagnosisnya dapat ditegakkan berdasarkan criteria Handley dan O‟Hara yaitu bila didapatkan minimal 4 di antara 7 gejala yang mungkin muncul , yaitu reaksi depresi/sedih/disforia, labilitas perasaan, menangis, cemas, gangguan tidur, gangguan nafsu makan, iritabilitas (mudah tersinggung). Meski sering dianggap sebagai hal yang ringan dan bersifat Self limiting pada sebagian kasus, kadang-kadang gangguan ini dapat berkembang menjadi keadaan yang lebih berat, yaitu Psikosis puerperal yang mempunyai dampak lebih buruk, terutama
12
dalam hal masalah hubungan perkawinan dengan suami dan juga perkembangan anaknya.
Baby blues Syndrome adalah guncangan emosional/kejiwaan pada
seorang ibu yang baru melahirkan, kondisi ini hampir 50-75% dialami oleh perempuan yang baru melahirkan (Syahrir S, 2008). Kondisi ini dapat terjadi sejak hari pertama setelah persalinan dan cenderung akan memburuk pada hari ketiga sampai kelima setelah persalinan. Baby blues
syndrome cenderung menyerang dalam waktu 14 hari terhitung setelah
persalinan. Baby blues syndrome terjadi karena tubuh ibu yang habis melahirkan sedang mengadakan perubahan fisik yang besar. Hormon-hormon dalam tubuh juga akan mengalami perubahan besar dan ibu baru saja melalui proses persalinan yang melelahkan, semua ini akan mempengaruhi perasaan seorang ibu (Mayla, 2007).
Allah menciptakan tubuh manusia begitu sempurna dan unik. Salah satunya sistem hormon yang turut memengaruhi sistem metabolisme tubuh secara keseluruhan. Ketidakseimbangan hormon dapat mengacaukan mekanisme kerja tubuh kita, termasuk memengaruhi mood (emosi). Hal inilah yang dialami para ibu pasca-melahirkan. Perubahan hormon yang terjadi pada 3-4 hari setelah persalinan memicu mood menjadi lebih sensitif, rasa sedih dan ingin menangis tanpa sebab. Padahal, seharusnya ibu tengah berbunga-bunga karena si mungil yang dinanti-nanti selama sembilan bulan sudah ada dalam dekapan. Kondisi yang mungkin terasa “aneh” inilah yang disebut baby blues syndrome (Mayla, 2007).
13
Staf pengajar Bagian Psikiatri FKUI/RSCM Jakarta, dr Suryo Dharmono SpKJ menuturkan, baby blues syndrome merupakan fenomena normal yang dialami sekitar 70 persen wanita selepas melahirkan. Apalagi wanita yang baru melahirkan pertama kali, biasanya masih gugup menghadapi perubahan peran dan fungsinya sebagai ibu baru. Di satu sisi, hatinya terisi dengan kebahagiaan yang membuncah, di sisi lain fluktuasi mood menyebabkannya “feeling blue”. Sindrom baby blues syndrome sering kali tidak disadari, baik oleh wanita yang bersangkutan maupun orang lain di sekitarnya. Wanita yang mengalami baby blues syndrome biasanya ditandai dengan gejala khas berupa depresi ringan, perasaan yang tidak menentu (moody), mudah sedih, murung dan rasa ingin menangis. Beberapa ada juga yang disertai gejala sulit tidur, sulit berkonsentrasi, sering bingung, dan pikiran yang terlalu mengkhawatirkan bayi atau ragu akan kemampuannya mengurus bayi. Namun, tidak perlu risau karena kondisi ini umumnya hanya berlangsung singkat (biasanya pada minggu pertama) (Mayla, 2007).
Dari beberapa definisi para pakar yang sudah disebutkan diatas, dapat disimpulkan baby blues syndrome selalu dikaitkan dengan beberapa hal berikut;
1) Berhubungan dengan perasaan
Baby blues syndrome berhubungan dengan perasaan yang dialami oleh
seorang ibu setelah melahirkan. Perasaan yang sebenarnya hanya diketahui oleh sang ibu sendiri. Apabila si ibu adalah pribadi yang
14
terbiasa memendam perasaan, maka tak akan ada orang yang mengetahui keadaannya pasca melahirkan.
2) Perasaan gelisah, resah, sedih, galau, dan kacau yang tidak mendasar
Mengalami baby blues syndrome, membuat seseorang merasa bahwa dunia seakan tidak berpihak kepadanya. Perubahan emosi yang ekstrim pun sering terjadi tanpa alasan.
3) Merasa diri tak berguna
Karena merasa tidak nyaman, sedih, gelisah dan dilema, sang ibu akan merasa dirinya tak lagi berguna. Hal ini merupakan sebuah keadaan yang sangat tidak menguntungkan, apalagi jika pasangan muda ini masih tinggal bersama orang tua. Perhatian dari orang tua terkadang diartikan sebagai tekanan dan perintah sehingga perasaan sedih pun semakin berkepanjangan.
4) Wajar „jika‟ hanya terjadi maksimal tiga minggu setelah persalinan. Baby blues syndrome hanyalah gejala sementara yang terjadi maksimal sampai luka pasca melahirkan sembuh, atau habis masa nifas. Apabila baby blues syndrome terjadi lebih dari 1 bulan, maka sang ibu bisa dikatakan mengalami depresi.
Dapat disimpulkan, bahwa baby blues syndrome adalah guncangan emosional/kejiwaan pada seorang ibu baru melahirkan atau bisa juga disebut sebagai suatu sindroma gangguan mental ringan pada wanita pasca salin, yang terdapat gejala yang mungkin muncul , yaitu reaksi
15
depresi/sedih/disforia, labilitas perasaan, menangis, cemas, gangguan tidur, gangguan nafsu makan, iritabilitas (mudah tersinggung).
2.2.2 Faktor Penyebab Baby Blues Syndrome
Menurut Atus (2008)
Munculnya baby blues syndrome dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
1) Dukungan sosial
Perhatian dari lingkungan terdekat seperti suami dan kelurga dapat berpengaruh. Dukungan berupa perhatian, komunikasi dan hubungan emosional yang hangat sangat penting. Dorongan moral dari teman-teman yang sudah pernah bersalin juga dapat membantu.
2) Keadaan dan kualitas bayi
Kondisi bayi dapat menyebabkan munculnya baby blues syndrome misalnya jenis kelamin bayi yang tidak sesuai harapan, bayi dengan cacat bawaan ataupun kesehatan bayi yang kurang baik.
3) Komplikasi kelahiran
Proses persalinan juga dapat mempengaruhi munculnya baby blues
syndrome misalnya proses persalinan yang sulit, pendarahan, pecah
ketuban dan bayi dengan posisi tidak normal.
16
Kehamilan yang tidak diharapkan seperti hamil di luar nikah, kehamilan akibat perkosaan, kehamilan yang tidak terencana sehingga wanita tersebut belum siap untuk menjadi ibu.
5) Faktor psikososial
Faktor psikososial seperti umur, latar belakang sosial, ekonomi, tingkat pendidikan dan respon ketahanan terhadap stresor juga dapat mempengaruhi baby blues syndrome. Pitt menyatakan bahwa depresi pasca persalinan merupakan gangguan spesifik yang dibedakan dari gangguan depresi klasik. Beliau menyebutkan dengan depresi yang lebih merupakan respons terhadap stres non spesifik dibandingkan dengan perubahan yang bersifat biologik yaitu perubahan hormonal yang menyertai kelahiran anak (Sari, 2009).
Penelitian keadaan psikososial dari depresi pasca persalinan meyakinkan adanya hubungan antara keadaan tertentu yang terjadi selama kehamilan dengan timbulnya depresi post partum. Kumar, Rabson, Watson dan kawan-kawan, Cox dan kawan-kawan menyatakan bahwa faktor - faktor psikososial yang berkorelasi dengan timbulnya sindroma depresi pasca persalinan antara lain (Sari, 2009)
6) Riwayat depresi
Riwayat depresi atau problem emosional lain sebelum persalinan dengan riwayat problem emosional menjadi faktor yang sangat rentan untuk mengalami baby blues syndrome.
17
Perubahan kadar hormon progresteron yang menurun disertai peningkatan hormon estrogen, prolaktin dan kortisol yang drastis dapat mempengaruhi kondisi psikologis ibu.
8) Budaya
Pengaruh budaya sangat kuat menentukan muncul atau tidaknya baby
blues syndrome. Di Eropa kecenderungan baby blues syndrome lebih
tinggi bila dibandingkan di Asia, karena budaya timur yang lebih dapat menerima atau berkompromi dengan situasi yang sulit daripada budaya barat.
Menurut Surinah (2008)
Penyebab munculnya baby blues syndrome antara lain:
1) Perubahan hormon
Usai bersalin, kadar hormon kortisol (hormon pemicu stres) pada tubuh ibu naik hingga mendekati kadar orang yang sedang mengalami depresi. Di saat yang sama hormon laktogen dan prolaktin yang memicu produksi ASI sedang meningkat. Pada saat yang sama kadar progesteron sangat rendah. Pertemuan kedua hormon ini akan menimbulkan keletihan fisik pada ibu dan memicu depresi.
18
Berkurangnya perhatian keluarga, terutama suami karena semua perhatian tertuju pada anak yang baru lahir. Setelah persalinan si ibu yang merasa lelah dan sakit pascapersalinan membuat ibu membutuhkan perhatian. Kecewa terhadap penampilan fisik si kecil karena tidak sesuai dengan yang diinginkan juga bisa memicu baby blues syndrome.
3) ASI tidak keluar 4) Fisik
Kelelahan pasca melahirkan, dan sakitnya akibat operasi. Keluhan fisik karena aktivitas mengasuh bayi, menyusui, memandikan, mengganti popok, dan menimang sepanjang hari bahkan tak jarang di malam buta sangatlah menguras tenaga. Dan jika tidak ada bantuan dari suami atau anggota keluarga yang lain.
5) Problem dengan orangtua dan mertua 6) Sosial
Si ibu merasa sulit menyesuaikan diri dengan peran baru sebagai ibu. Dan kini gaya hidupnya akan berubah dratis. Anda merasa dijauhi oleh lingkungan dan merasa akan terasa terikat terus pada si kecil.
7) Takut kehilangan bayi
8) Sendirian mengurus bayi, tidak ada yang membantu. 9) Bayi sakit
19 2.3 Paradigma Pemikiran