• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Laporan Keuangan

Dalam menganalisis permohonan kredit modal kerja, peneliti menggunakan data dari aspek keuangan yaitu menggunakan rasio keuangan dan metode perputaran modal kerja. Hal ini dilakukan karena keterbatasan data yang diberikan oleh pihak Bank.

Sesuai dengan judul skripsi ini, peneliti lebih menitik beratkan pada pembahasan mengenai rasio keuangan dalam pemberian kredit, seperti tampak dibawah ini:

1. Aspek Keuangan a. Posisi keuangan

Dalam menganalisa rasio keuangan, peneliti akan menyajikan laporan keuangan berupa Neraca dan Laporan laba-rugi dari salah satu calon debitur yaitu PT. Karya Karunia Prima yang mengajukan permohonan kredit sebesar Rp. 200.000.000,- ( Dua ratus juta Rupiah ) kepada PT. BPR Bank Pinang Artha.

Adapun laporan keuangan PT. Karya Karunia Prima yang disampaikan pada mengajukan permohonan kredit adalah laporan keuangan pada bulan Juni,Juli dan Agustus 2009 yang terdiri dari Neraca, Laporan laba-rugi, dan Harga Pokok Penjualan sebagai berikut. Laporan keuangan tersebut disampaikan hanya 3 bulan terakhir karena berdirinya baru di awal tahun 2009

(2)

Tabel 1

PT. Karya Karunia Prima Neraca

Juni 2009 s/d Agustus 2009

Bulan Juni Juli Agustus

AKTIVA Aktiva Lancar Kas & Bank Piutang Dagang Piutang Karyawan Persediaan

Sewa dibayar dimuka Asuransi dibayar dimuka Total aktiva lancar Aktiva Tetap

Tanah Bangunan

Inventaris Kantor Kendaraan

Total aktiva tetap Akumulasi Penyusutan Nilai buku

Total Aktiva

HUTANG DAN MODAL Hutang lancar

Hutang dagang Hutang lainnya

Total hutang lancar Modal

Modal saham Laba kotor

Total modal sendiri Total Hutang dan Modal

149.080.256 110.210.250 8.240.000 83.179.750 21.666.666 5.220.710 377.597.632 51.552.000 148.448.000 24.625.000 209.000.000 433.625.000 16.140.626 417.484.374 795.082.006 340.789.613 3.713.681 344.503.294 435.000.000 15.578.712 450.578.712 795.082.006 8.477.299 42.778.000 7.210.000 89.536.000 24.166.669 5.052.300 177.220.268 51.552.000 148.448.000 24.625.000 209.000.000 433.625.000 18.830.730 414.794.270 592.014.538 136.630.204 3.208.452 139.838.656 435.000.000 17.175.882 452.175.882 592.014.538 36.600.000 161.350.200 6.180.000 67.536.000 23.333.336 4.883.890 299.883.426 51.552.000 148.448.000 24.625.000 209.000.000 433.625.000 21.520.834 412.104.166 711.987.592 251.630.204 5.980.566 257.610.770 435.000.000 19.376.822 454.376.822 711.987.592

(3)

Tabel 2

PT. Karya Karunia Prima Laporan Laba – Rugi Juni 2009 s/d Agustus 2009

Bulan Juni Juli Agustus

Penjualan Bersih

Harga Pokok Penjualan

Laba Kotor

Biaya-biaya Gaji, Sewa, Umum

Laba sebelum pajak

Pajak Laba Bersih 216.154.250 171.690.250 44.464.000 28.885.288 15.578.712 4.362.039 11.216.673 279.329.000 233.065.250 46.263.750 29.087.868 17.175.882 4.809.247 12.366.635 318.261.900 270.450.000 47.811.900 28.435.078 19.376.822 5.425.510 13.951.312

(4)

Tabel 3

PT. Karya Karunia Prima Perkembangan Keuangan Juni 2009 s/d Agustus 2009

Bulan Juni Juli Agustus

OPERASIONAL Tingkat pertumbuhan penjualan bersih Profit Margin (EAT/Penjualan bersih) ROE (EAT/Modal) LIKUIDITAS Current Ratio Quick Assets Ratio

Modal Kerja Netto Lamanya Piutang Lamanya Pengendapan

Persediaan DER (total kewajiban/modal)

Tangible Net Worth 100% 5,19% 2,51% 1,10 kali 0,85 kali Rp. 33.094.338 1,96 hari 2,06 hari 0,77 kali Rp. 446.216.673 29,23% 4,43% 2,76% 1,27 kali 0,63 kali Rp. 37.381.612 65,30 hari 2,60 hari 0,31 kali Rp. 447.366.636 13,94% 4,39% 3,11% 1,16 kali 0,90 kali Rp. 42.272.656 1,98 hari 4,00 hari 0,57 kali Rp. 448.951.312

(5)

Pernyataan Laba / Rugi Hari (Periode) Rincian 30 Hari Ribu Rupiah 31 Hari Ribu Rupiah 31 Hari Ribu Rupiah Pendapatan Bersih

Harga Pokok Penjualan

Biaya Operasional

Laba Operasional

Laba sebelum pajak

Pajak pendapatan

Laba bersih (Rugi)

216.154.250 171.690.250 28.885.228 44.464.000 15.578.712 4.362.039 11.216.673 279.329.000 233.065.250 29.087.868 46.263.750 17.175.882 4.809.246 12.366.636 318.261.900 270.450.900 28.435.078 47.811.900 19.376.822 5.425.510 13.951.312

(6)

b. Analisa Rasio

Analisa rasio ini dilakukan untuk mengetahui tentang kinerja calon debitur pada waktu yang lalu atau saat ini, dengan kata lain rasio keuangan ini merupakan hasil perbandingan antara satu rekening atau kelompok rekening dengan rekening atau kelompok rekening lain, baik rekening pada Neraca maupun pada Laporan laba-rugi.

Analisa rasio keuangan akan sangat bermanfaat apabila ada dasar pembanding. Untuk intern minimal harus ada 3 laporan keuangan terakhir dan akan lebih bagus lagi apabila Account Officer / analis kredit dapat menyediakan rata-rata rasio keuangan debitur sejenis. Dengan tersedianya data tersebut Account Officer, pemakai laporan keuangan akan lebih mudah mengetahui prestasi calon debitur apakah di bawah rata-rata, sama dengan rata-rata atau di atas rata-rata.

Hasil rasio ini akan memberikan manfaat yang berbeda-beda antara pihak yang satu dengan yang lainnya tergantung dari kacamata rasio itu dipandang. Dari sudut kreditor yang pertama dilihat bagaimana turn over calon debitur, kemudian ke masalah profit margin (gross profit maupun net profit margin).

Dari data-data laoran keuangan PT. Karya Karunia Prima diatas, PT BPR Bank Pinang Artha melakukan analisis rasio-rasio keuangan, sesuai dengan standar rasio keuangan yang dipakai oleh PT. BPR Bank Pinang Artha seperti tampak pada tabel dibawah ini.

(7)

1. Rasio Likuiditas Perusahaan

Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan calon debitur menyelesaikan utang jangka pendek dan utang jangka panjang yang telah jatuh tempo dengan menguangkan kembali aktiva lancarnya.

Rasio Likuiditas terdiri dari 2 yaitu current ratio dan acid test ratio a. Current Ratio

Current Ratio adalah perbandingan antara jumlah aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Analisa ini akan menunjukkan bahwa jumlah alat-alat pembayaran (alat-alat likuid) yang dimiliki perusahaan ada kesekian kalinya terhadap kewajiban lancarnya. Semakin tinggi rasio ini berarti calon debitur semakin mudah untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya.

Aktiva Lancar

Current ratio = X 1 Kali Hutang Lancar

(8)

Tabel 4

PT. Karya Karunia Prima Perkembangan Analisis Current Ratio

Juni 2009 s/d Agustus 2009

Bulan Aktiva Lancar (Rp) Hutang Lancar (Rp) Current Ratio (X)

30 Juni 2009 377.597.632 344.503.294 1,10

31 Juli 2009 177.220.268 139.838.656 1,27

31 Ags 2009 299.883.426 257.610.770 1,16

Sumber : PT. BPR Bank Pinang Artha

Berdasarkan tabel 4 diatas, Current Ratio dari bulan ke bulan mengalami perubahan Bulan Juni 2009 Current Ratio sebesar 1,10 kali, sedangkan pada bulan Juli 2009 sebesar 1.27 kali dan pada bulan Agustus 2009 turun menjadi 1.16 kali,

Hali ini menunjukkan bahwa dari bulan ke bulan didapatkan Current Ratio dengan kenaikan yang tidak terlalu signifikan, untuk bulan Juni 2009 perusahaan dapat menjamin Rp. 1,- hutang lancarnya dengan Rp. 1,10,- Aktiva lancarnya, bulan Juli 2009 hutang lancar Rp. 1,- dijamin oleh Rp. 1,27 Aktiva lancar, dan untuk bulan Agustus 2009 Hutang lancar Rp. 1,- dijamin oleh Rp. 1,16 Aktiva lancar.

Sering dikatakan bahwa suatu perusahaan adalah likuid apabila Current Ratio lebih besar dari satu (ini terjadi apabila aktiva lancar lebih besar dari pada kewajiban lancar) dapat dikatakan bahwa PT. Karya Karunia Prima adalah Likuid. Standar

Current Ratio yang diterapkan PT BPR. Bank Pinang Artha adalah tidak ada namun

(9)

positif maka masih dikatakan layak, yang berarti Current Ratio PT. Karya Karunia Prima dari bulan Juni s/d Agustus 2009 adalah memenuhi standar yang ditetapkan oleh PT. BPR Bank Pinang Artha.

b. Quick (Acid test) Ratio

Quick Ratio adalah perbandingan antara aktiva lancar dikurangi persediaan dengan hutang lancar. Rasio ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban lancarnya dengan tidak memperhitungkan persediaan, karena persediaan ini memerlukan waktu yang relativ lama untuk direalisasikan menjadi uang kas, terutama pada perusahaan yang sistem penjualannya secara kredit.

Aktiva Lancar - Persediaan

Quick ratio = X 1 Kali Hutang Lancar

Tabel 5

PT.Karya Karunia Prima

Perkembangan Analisis Quick (Acid test) Ratio Juni 2009 s/d Agustus 2009

Bulan Aktiva Lancar (Rp) Hutang Lancar (Rp) Quick Ratio (X)

30 Juni 2009 294.417.882 344.503.294 0.85

31 Juli 2009 87.684.268 139.838.656 0.63

31 Ags 2009 232.347.426 257.610.770 0.90

(10)

Berdasarkan tabel 5 diatas maka dapat diketahui perkembangan Quick ratio dari bulan ke bulan. Pada bulan Juni 2009 Quick rationya adalah 0,85 kali yang berarti bahwa setiap Rp. 1,- kewajiban lancar dijamin dengan Rp. 0,85 aktiva lancar, sedangkan bulan Juli 2009 Quick ratio menurun sebesar 0,63 berarti setiap Rp. 1,- kewajiban lancar dijamin oleh Rp. 0,63 aktiva lancar dan pada bulan Agustus 2009 mengalami kenaikan yaitu sebesar 0,90 kali yang berarti setiap Rp. 1,- kewajiban lancar dijamin oleh Rp. 0,90 aktiva lancar. Dari bulan ke bulan Quick ratio mengalami perubahan.

Dari rasio likuiditas diatas dapat disimpulkan bahwa PT.Karya Karunia Prima adalah masih dianggap mampu menyelesaikan kewajibannya, memang Quick rationya masih dibawah Rp. 1,-, ini dikarenakan PT. Karya Karunia Prima baru berdiri pada awal tahun 2009.

2. Rasio Solvabilitas perusahaan a. Debt to Equity Ratio

Debt to Equity Ratio adalah rasio yang membandingkan hubungan antara hutang lancar dengan hutang jangka panjang ( total hutang ) dengan modal sendiri,angka rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan, sejauh mana modal sendiri menjamin seluruh hutang.

Total utang

Debt to Equity Ratio = X 1 kali

(11)

Tabel 6

PT.Karya Karunia Prima

Perkembangan Analisis Debt to Equity Ratio Juni 2009 s/d Agustus 2009

Bulan Total Hutang (Rp) Modal Sendiri (Rp) DER (X)

30 Juni 2009 344,503,294 450,578,712 0,77

31 Juli 2009 139,838,656 452,175,882 0,31

31 Ags 2009 257,610,770 454,376,822 0,57

Sumber : PT. BPR Bank Pinang Artha

Berdasarkan tabel 6 diatas maka dapat diketahui secara umum dapat dikatakan bahwa semakin tinggi rasio ini maka resiko bank semakin besar karena DER yang tinggi berarti semakin rendah tingkat keamanan dana yang ditempatkan oleh kreditor dalam bisnis tersebut.

DER bulan Juni 2009 sebesar 0,77 kali berarti setiap Rp. 0,77 hutang dijamin Rp. 1,- modal sendiri, DER bulan Juli 2009 sebesar 0,31 berarti setiap Rp. 0,31 hutang dijamin Rp. 1,- modal sendiri dan bulan Agustus 2009 sebesar 0.57 kali berarti setiap Rp. 0,57 hutang dijamin Rp. 1,- modal sendiri, dan standar untuk DER di PT Bank BPR Pinang Artha adalah tidak ada, namun selama angka tersebut menunjukkan nilai positif maka masih dikatakan layak, yang berarti DER PT. Karya Karunia Prima dari bulan Juni s/d Agustus 2009 adalah memenuhi standar yang ditetapkan oleh PT. BPR Bank Pinang Artha.

(12)

3. Rasio Aktivitas perusahaan a. Receivable Turn over

Seperti halnya perhitungan rasio-rasio sebelumnya, perkembangan Receivable turn

over dapat dihitung secara kuantitatif.

Penjualan Kredit

Receivable Turn Over = X 1 Kali Piutang dagang

Tabel 7

PT.Karya Karunia Prima

Perkembangan Analisis Receivable Turn Over Juni 2009 s/d Agustus 2009

Bulan Penjualan Kredit (Rp) Piutang dagang (Rp) RTO (X)

30 Juni 2009 216,154,250 110,210,250 1,96

31 Juli 2009 279,329,000 42,778,000 65,30

31 Ags 2009 318,261,900 161,350,200 1,98

Sumber : PT. BPR Bank Pinang Artha

Berdasarkan tabel 7 diatas menunjukkan. Pada bulan Juni 2009 piutang dagang berputar 1,96 kali, sama saja dengan mengatakan bahwa piutang dagang akan tertagih kembali menjadi tunai dalam waktu lebih kurang 183,6 hari (360/1,96), bulan Juli 2009 piutang dagang tertagih dalam waktu lebih kurang 5,52 hari (360/65,30), sedangkan bulan Agustus 2009 piutang dagang tertagih dalam waktu kurang lebih 181,8 hari (360/1,98). Ekpresi perputaran piutang dalam bentuk jumlah hari dikenal

(13)

dengan istilah Account Receivable collection period ( periode penagihan piutang dagang ), atau disingkat menjadi Collection Period.

b. Collection Period

Collection Period adalah periode rata-rata yang diperlukan untuk mengumpulkan piutang atau Account Receivable Collection Period seperti yang dijelaskan sebelumnya.

Piutang Dagang

Average Collection Periode = X 360 hari

Penjualan kredit Tabel 8

PT.Karya Karunia Prima

Perkembangan Analisis Average Collection Period Juni 2009 s/d Agustus 2009

Bulan Piutang Dagang (Rp) Penjualan Kredit (Rp) ACP (X)

30 Juni 2009 110,210,250 216,154,250 184

31 Juli 2009 42,778,000 279,329,000 55

31 Ags 2009 161,350,200 318,261,900 182

Sumber : PT. BPR Bank Pinang Artha

Dari tabel 8 diatas terlihat bahwa periode rata-rata yang diperlukan untuk mengumpulkan piutang dari tahun ke tahun adalah kurang lebih 140 hari.

(14)

Dari dua rasio aktivitas diatas dapat disimpulkan bagian penagihan PT.Karya Karunia Prima setiap bulannya bekerja belum terlalu efektif karena waktu penagihan piutang lebih dari 1 hari dan ini menjadi pertimbangan yang cukup serius terhadap kelayakan pemberian kredit PT.Karya Karunia Prima, namun bank masih dapat memberikan kredit dengan melihat usaha yang prospek kedepannya masih bagus dan dikarenakan usaha baru berjalan pada awal tahun 2009.

c. Inventory Turn Over

Inventory Turn Over adalah perbandingan antara jumlah harga pokok penjualan dengan nilai rata-rata persediaan atau perputaran persediaan menunjukkan berapa kali persediaan barang perusahaan berputar dalam setahun.

Harga pokok penjualan

Inventory Turn Over = X 1 Kali

Persediaan Tabel 9

PT.Karya Karunia Prima

Perkembangan Analisis Inventory Turn Over Juni 2009 s/d Agustus 2009

Bulan HPP (Rp) Persediaan (Rp) ITO (X)

30 Juni 2009 171,690,250 83,179,750 2,1

31 Juli 2009 233,065,250 89,536,000 2,6

31 Ags 2009 270,450,000 67,536,000 4,1

(15)

Dari tabel 9 diatas menunjukkan bahwa pada bulan Juni 2009 persediaan PT. Karya Karunia Prima berputar 2,1 kali dalam sebulan, Juli 2009 2,6 kali dalam sebulan, dan Agustus 2009 adalah 4,1 kali dalam sebulan.

d. Working Capital Turn Over

Rasio ini menunjukkan hubungan antara modal kerja dengan penjualan.

Penjualan netto

Working Capital Turn Over = X 1 Kali

Aktiva lancar – Hutang lancar Tabel 10

PT.Karya Karunia Prima

Perkembangan Analisis Working Capital Turn Over Juni 2009 s/d Agustus 2009

Bulan Penjualan (Rp) Aktva Lcr - Hutang (Rp) WCTO (X)

30 Juni 2009 216,154,250 33,094,338 6,5

31 Juli 2009 279,329,000 37,381,612 7,5

31 Ags 2009 318,261,900 42,272,656 7,5

Sumber : PT. BPR Bank Pinang Artha

Berdasarkan tabel 10 diatas, maka perkembangan Working Capital Turn Over PT. Karya Karunia Prima dapat diketahui dari bulan ke bulan. Dari hasil perhitungan didapat Working Capital Turn Over bulan Juni 2009 sebesar 6,5 kali, Juli dan Agustus

(16)

2009 sebesar 7,5 kali yang berarti bahwa dana yang tertanam dalam modal kerja berputar rata-rata 7,5 kali dalam sebulan.

Dari rasio aktivitas kita dapat melihat bahwa hasil dari perputaran piutang, waktu penagihan, persediaan dan modal usaha belum maksimal, ini dikarenakan bahwa usaha yang dijalankan baru berjalan awal tahun 2009.

4. Rasio Profitabilitas Perusahaan a. Gross Profit Margin

Rasio ini menunjukkan berapa persen keuntungan yang dicapai dengan menjual produk.

Penjualan netto-HPP

Gross Profit Margin = X 100%

Penjualan bersih Tabel 11

PT.Karya Karunia Prima

Perkembangan Analisis Gross Profit Margin Juni 2009 s/d Agustus 2009

Bulan Penjualan netto-HPP (Rp) Penjualan netto (Rp) GPM (%)

30 Juni 2009 44,464,000 216,154,250 20,57

31 Juli 2009 46,263,750 279,329,000 16,56

31 Ags 2009 47,811,900 318,261,900 15,02

Sumber : PT. BPR Bank Pinang Artha

Berdasarkan tabel 11 di atas dapat diambil kesimpulan yaitu pada bulan Juni 2009 PT. Karya Karunia Prima dari setiap Rp. 1,- Penjualan yang dilakukan

(17)

perusahaan memperoleh laba kotor sebesar 20,57 % atau Rp. 0.2057,- , pada bulan Juli 2009 dari setiap Rp. 1,- Penjualan yang dilakukan perusahaan memperoleh laba kotor sebesar 16,56 % atau Rp. 0,1656,- dan pada bulan Agustus 2009 dari setiap Rp. 1,- Penjualan yang dilakukan perusahaan memperoleh laba kotor sebesar 15,02 % atau Rp. 0,1502,-.

b. Net Profit Margin

Net Profit Margin yaitu tingkat keuntungan bersih yang diperoleh dari bisnis (setelah dikurangi dengan segala biaya-biaya)

Laba Bersih

Net Profit Margin = X 100%

Penjualan

Tabel 12

PT.Karya Karunia Prima

Perkembangan Analisis Net Profit Margin Juni 2009 s/d Agustus 2009

Bulan Laba Bersih (Rp) Penjualan (Rp) NPM (%)

30 Juni 2009 11,216,673 216,154,250 5,19

31 Juli 2009 12,366,636 279,329,000 4,43

31 Ags 2009 13,951,312 318,261,900 4,38

Sumber : PT. BPR Bank Pinang Artha

Berdasarkan tabel 12 diatas dapat ditarik keimpulan bahwa bulan Juni 2009 setiap Rp. 1,- penjualan bersih yang dilakukan PT. Karya Karunia Prima memperoleh

(18)

laba bersih sebesar 5,19 % atau Rp. 0,0519,- Juli 2009 setiap Rp. 1,- penjualan bersih yang dilakukan PT Karya Karunia Prima memperoleh laba bersih sebesar 4,43 % atau Rp. 0,0443 dan pada bulan Agustus 2009 setiap Rp. 1,- penjualan bersih yang dilakukan PT. Karya Karunia Prima memperoleh laba bersih sebesar 4,38 % atau Rp. 0,0438.

c. Return on Investment

Return on Investment (ROI) atau yang biasa dikenal juga Return on Asset (ROA) yaitu rasio yang menunjukkan tingkat pengembalian dari bisnis atas seluruh investasi yang telah dilakukan atau dengan kata lain ROI menunjukkan berapa laba yang diperoleh atas setiap Rp. 1,- Investasi yang dilakukan.

Laba bersih

Return on Investment = X 100%

Total Aktiva Tabel 13

PT.Karya Karunia Prima

Perkembangan Analisis Return on Investment Juni 2009 s/d Agustus 2009

Bulan Laba Bersih (Rp) Aktiva (Rp) ROI (%)

30 Juni 2009 11,216,673 795,082,006 1,41

31 Juli 2009 12,366,636 592,014,538 2,09

31 Ags 2009 13,951,312 711,987,592 1,96

(19)

Pada tabel 13 diatas menunjukkan bahwa pada bulan Juni 2009 setiap Rp. 1,- investasi, PT. Karya Karunia Prima memperleh laba sebesar 1,41% atau Rp. 0,0141,- pada bulan Juli 2009 setiap Rp. 1,- PT. Karya Karunia Prima memperoleh laba sebesar 2,09% atau Rp. 0,0209 dan pada Agustus 2009 setiap Rp. 1,- investasi PT. Karya Karunia Prima memperoleh laba sebesar 1,96% atau Rp. 0,0196.

d. Return on Equity

Return on Equity (ROE) atau tingkat pengembalian modal. Rasio ini mengukur berapa besar pengembalian yang diperoleh pemilik bisnis (pemegang saham) atas modal yang dia setorkan untuk bisnis tersebut, ROE merupakan indikator yang tepat untuk mengukur keberhasilan bisnis dalam “memperkaya” pemegang sahamnya.

Laba Bersih

ROE = X 100 % Modal Sendiri

Tabel 14

PT.Karya Karunia Prima

Perkembangan Analisis Return on Equity Juni 2009 s/d Agustus 2009

Bulan Laba Bersih (Rp) Modal Sendiri (Rp) ROE (%)

30 Juni 2009 11,216,673 450,578,712 2,49

31 Juli 2009 12,366,636 452,175,882 2,73

31 Ags 2009 13,951,312 454,376,822 3,07

(20)

Pada tabel 14 diatas menunjukkan bahwa pada bulan Juni 2009 setiap Rp. 1,- modal sendiri PT. Karya Karunia Prima memperoleh laba sebesar 2,49 % atau Rp. 0,0249 pada bulan Juli 2009 setiap Rp. 1,- investasi PT. Karya Karunia Prima memperoleh laba sebesar 2,73 % atau Rp. 0,0273,- dan pada bulan Agustus 2009 setiap Rp. 1,- investasi PT. Karya Karunia Prima memperoleh laba sebesar 3,07 % atau Rp. 0,0307,-

Empat rasio Profitabilitas PT. Karya Karunia Prima diatas menunjukkan bahwa usaha yang dijalankan PT. Karya Karunia Prima menguntungkan walaupun keuntungannya belum maksimal dan dapat dipertimbangkan untuk diberikan kredit. B. Analisa kebutuhan kredit metode perputaran modal kerja.

Perhitungan kebutuhan kredit suatu perusahaan dapat ditentukan dengan analisa kebutuhan kredit dengan menggunakan metode perputaran modal kerja, dengan menggambungkan perhitungan perputaran dari unsur-unsur modal kerja, sehingga didapat jumlah hari perputaran modal kerja dan jumlah kebutuhan modal kerja tambahan, perhitungan unsur-unsur modal kerja diambil dari laporan keuangan terakhir dan asumsi kenaikan omset yang akan dicapai oleh calon debitur.

(21)

Tabel 15

PT. Karya Karunia Prima Analisa Kebutuhan Kredit

Metode Perputaran Modal Kerja

(Dalam Ribuan Rupiah) I. Perputaran dari masing-masing unsur modal kerja

Penjualan-EBIT 298,885,078

a. Kas & Bank = = 4,62 Kali Rata-rata Kas & Bank 64,719,185

Penjualan – EBIT 298,885,078

b. Piutang = = 2,85 Kali Rata-rata Piutang 104,779,483

Harga Pokok Penjualan 270,450,000

c. Persediaan = = 3,38 Kali Rata-rata Persediaan 80,083,916

II. Lamanya perputaran modal kerja ( Asumsi periode laporan 360 hari ) Periode Laporan 360

a. Kas dan Bank = = 77,92 Hari Perputaran Kas & Bank 4,62

Periode Laporan 360 b. Piutang = = 126,31 Hari Perputaran Piutang 2,85 Periode Laporan 360 c. Persediaan = = 106,51 Hari Perputaran Persediaan 3,38

Total lamanya perputaran modal kerja 310,74 Hari III. Lamanya perputaran modal kerja keseluruhan

Jumlah hari periode laporan 360

= 1,16 Hari Total lamanya perputaran modal kerja 310,74

(22)

Sumber : PT. BPR. Bank Pinang Artha

Berdasarkan perhitungan Tabel 15 diatas terlihat bahwa pihak bank hanya memperhitungkan kebutuhan modal kerja atas dasar realisasi laporan keuangan bulan terakhir yaitu 31 Agustus 2009 dan asumsi kenaikan omset yang dianggap wajar yaitu 29%, hal ini ditetapkan atas dasar kenaikan pejualan dari bulan sebelumnya yang mencapai kenaikan sebesar 29 %.

Atas dasar perhitungan kebutuhan kredit dengan menggunakan metode perputaran modal kerja pada realisasi laporan keuangan per 31 Agustus 2009, maka dapat diketahui bahwa tambahan kebutuhan modal kerja PT. Karya Karunia Prima adalah sebesar Rp. 295.780.819,- , maka batas maksimal besarnya fasilitas kredit yang dapat diberikan kepada PT. Karya Karunia Prima adalah Rp. 295.780.819,- atau dibulatkan menjadi Rp. 290.000.000,-

IV. Modal kerja yang dapat dibiayai bank a. Pada omset / tingkat penjualan yang lalu

Penjualan – EBIT Rp. 298,885,078

= = Rp. 257,659,550 Perputaran modal kerja keseluruhan 1,16

b. Kenaikan omset yang dinilai wajar = 29 % x Rp.257,659,550= Rp. 74,721,269

c. Jumlah modal kerja yang dibutuhkan ( a + b ) = Rp. 332,380,819 d. Modal kerja yang telah ada ( Kas + Bank ) = (Rp. 36,600,000 )

Referensi

Dokumen terkait

Guna menunjang tujuan tersebut, maka dibutuhkan suatu bentuk pelatihan bagi pemuda untuk memahami secara mendalam mengenai falsafah Jawa yang terkandung dalam

Penelitian ini tidak berhasil membuktikan adanya hubungan antara pengetahuan gizi dengan kepatuhan diet membuktikan makna bahwa kendali perilaku pilihan atas

Informasi yang diperoleh menunjukkan bahwa karakter kerapatan sto- mata dalam proses seleksi tidak langsung untuk kandungan katekin dapat menjadi perhatian dengan

Sebagai sastra lisan seloko adat Jambi mempunyai fungsi informasional karena muncul dan berkaitan dengan pemanfaatan seloko adat Jambi itu sendiri yang digunakan untuk penyampaian

Pemberian pupuk organik cair berpengaruh pada beberapa parameter yaitu tinggi tanaman, jumlah buah per tanaman dan berat buah per tanaman, hasil ini diduga bahwa

Pada gambar 1.2 terlihat bahwa siswa belum mampu menyatakan informasi yang diketahui, permasalahan yang ditanyakan dan mengkomunikasikan gagasan matematis untuk

DAFTAR PENERIMA HIBAH BANSOS PEMERINTAH KOTA SEMARANG PERIODE JANUARI – JUNI 2017.. NO OPD Penanggung Jawab URAIAN ALAMAT ORGANISASI

Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik karena adanya hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progresif nonreversibel yaitu