• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENGAPLIKASIKAN PEMAHAMAN NILAI DI MASA PANDEMI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MENGAPLIKASIKAN PEMAHAMAN NILAI DI MASA PANDEMI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

MENGAPLIKASIKAN PEMAHAMAN NILAI DI MASA PANDEMI

Masa pandemi membuat berbagai aspek kehidupan mengalami perubahan. Dalam dunia pendidikan untuk sementara waktu siswa harus menjalani kegiatan pembelajaran jarak jauh atau dari rumah guna menghindari penyebaran covid-19. Beruntung saat ini kita berada pada zaman yang tersedia banyak media sehingga jarak bukan lagi menjadi penghalang dalam melakukan komunikasi dengan cepat dan akurat.

Keadaan saat ini hendaknya tidak menyurutkan semangat dan aktivitas insan-insan yang berkecimpung dalam dunia pendidikan. Kita harus berkaca pada perjuangan para tokoh pendidikan seperti R.A. Kartini, Dewi Sartika, dan Ki Hajar Dewantara yang telah membuktikan bahwa pendidikan tidak boleh berhenti walau aral menghadang. Bahkan nyawa sebagai taruhan tidak menyurutkan nyali para pejuang pendidikan tersebut untuk mencerdaskan bangsa di tengah tekanan kaum penjajah.

Kemajuan zaman dengan kehidupan yang global membuat berbagai hambatan mudah diatasi. Apalagi para pelaku adalah generasi milenial yang sudah tak asing lagi dengan berbagai peralatan modern. Mereka akan mudah mengikuti perubahan demi kelangsungan pendidikan di negeri tercinta ini.

Saat wabah mulai melanda, sesuai dengan arahan pemerintah maka para pendidik dan peserta didik melakukan pembelajaran secara online. Mereka membuat grup atau kelas online melalui berbagai aplikasi yang tersedia. Tak adak kendala yang berarti dengan kebiasaan baru tersebut walau pada awalnya terdapat pro dan kontra tetapi itu adalah hal yang biasa.

Pada aspek pengetahuan dan keterampilan proses pembelajaran tidak mengalami hambatan. Melalui berbagai media online pendidik bisa menyampaikan materi, mengevaluasi, memberikan penilaian, pengamatan proses, dan sebagainya. Begitu juga peserta didik bisa bertanya, berkomunikasi, menunjukkan hasil evaluasi atau produk, dan lain-lain.

(2)

Namun pada aspek sikap yang saat ini terbagi dalam sikap spritual dan sosial pendidik harus bekerja ekstra karena pengamatan sikap melalui medsos belum bisa seefektif pengamatan langsung. Pengamatan saat siswa berinteraksi dan menjalani kehidupan sosial di lingkungaan sekolah tentu saja belum bisa diperoleh pada masa seperti ini.

Perolehan nilai sikap sebenarnya bisa dengan memberikan lembar observasi. Namun selain kurang maksimal, lembar observasi tentu akan menambah beban belajar siswa karena pada pelaksanaan pemberian tugas ilmu pengetahuan dan keterampilan melalui media online sering menimbulkan kesan yang bertumpuk karena kenyamanan membaca pada buku atau kertas tidak sama dengan membaca di layar monitor perangkat komputer atau handphone.

Selama ini observasi sikap pada anak sekolah dasar sebelum pandemi sering menggunakan observasi pengamatan secara langsung dan tidak langsung (informasi dari beberapa pihak seperti rekan guru maupun siswa yang lain). Guru biasanya memiliki buku bimbingan-konseling, buku kasus, buku prestasi, serta buku catatan sikap sewaktu melakukan kegiatan pembelajaran yang disesuaikan dengan materi saat itu.

Penilaian sikap harus terus berjalan walau pendidik sulit melakukan pengamatan secara langsung di lingkungan sekolah. Sejalan dengan konsep merdeka belajar yang dicanangkan oleh Mendikbud Nadiem Anwar Makarim, maka pendidik harus melakukan inovasi atau cara lain yang kreatif dalam melakukan pembelajaran. Begitu juga guna memperoleh nilai sikap pada masa pandemi ini harus dicari format yang tepat. Pendidik bisa menerapkan teknik lain dalam penilaian sikap. Ada 3 teknik penilaian sikap, yaitu “1. Observasi, 2. Penilaian Diri, 3. Penilaian antar Teman.” 1)

Penilaian sikap pada masa pandemi ini lebih tepat dilaksanakan dengan menggunakan teknik penilaian diri. Teknik tersebut memerlukan refleksi yang cocok dilakukan pada masa seperti ini dimana semua orang

(3)

termasuk anak-anak masih melakukan pembatasan fisik (social distancing). Dalam melakukan penilaian diri pendidik bisa memberikan tugas mandiri yang tidak terstruktur sehingga tidak menjadikan beban siswa. Setiap hari siswa secara bergiliran melalui media online melakukan evaluasi diri dengan menceritakan peristiwa yang pernah dialami atau dilihat. Mereka tidak perlu memilah kegiatan yang mereka lakukan masuk dalam kategori sikap spiritual ataukah sikap sosial. Kedua aspek tersebut bisa diintegrasikan dalam nilai yang sudah menjadi kepribadian bangsa Indonesia yakni nilai-nilai Pancasila.

Mengevaluasi diri dengan nilai-nilai Pancasila bukanlah hal yang baru. Pancasila sebagai dasar negara kita lahir dari kepribadian bangsa. Pancasila yang lahir pada tanggal 1 Juni 1945 tidak seperti lahirnya janin yang dari semula tidak ada menjadi ada. Pancasila lahir laksana kekayaan alam dimana kekayaan tersebut memang telah benar-benar ada sejak lama di bumi pertiwi. Maka sangatlah tepat jika dikatakan bahwa Pancasila telah ada sejak zaman dahulu kala yakni sejak bangsa Indonesia ada.

Pengaplikasian nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari siswa sangatlah penting karena saat ini bangsa Indonesia menghadapi berbagai tantangan yang salah satunya adalah : “Kurangnya pemahaman, penghayatan, dan kepercayaan akan keutamaan nilai-nilai yang terkandung pada setiap sila Pancasila dan keterkaitannya satu sama lain, untuk kemudian diamalkan secara konsisten di segala lapis dan bidang kehidupan berbangsa dan bernegara.”2)

Dengan adanya permasalahan rendahnya pemahaman dan penghayatan akan nilai-nilai Pancasila maka alangkah tepatnya pada masa pandemi ini digunakan untuk memulai atau mendalami lagi perilaku-perilaku yang sesuai dengan nilai Pancasila sebagai kepribadian bangsa. Melalui grup di media sosial atau kelas online siswa bisa menuliskan pengalaman yang dilihat maupun dialami yang kemudian dikaitkan dengan pengamalan nilai-nilai pancasila. Berikut beberapa contoh

(4)

penilaian diri yang bisa ditulis siswa :

- Sebagai seorang muslim saya selalu melaksanakan sholat lima waktu. Apa yang saya kerjakan tersebut sesuai dengan sila 1 pancasila.

- Hari Minggu kemarin saya tidak jadi bermain bola dengan Marcel karena dia ada acara di gereja. Saya tidak kecewa dan mempersilakan Marcel. Sikap saya tersebut sesuai dengan pancasila sila 1.

- Hampir setiap pagi saya membantu ibu menyapu lantai rumah. Sikap saya sesuai dengan sila ke 2 pancasila.

- Minggu lalu saya mengikuti kerja bakti membersihkan sampah di tepi jalan. Saya gemar melakukan kegiatan bersama yang bisa memupuk persatuan dan kesatuan. Sikap saya sesuai dengan sila ke 3 Pancasila. - Saya ingat peristiwa setahun yang lalu ketika Andi dan Udin bertengkar.

Saya dan teman-teman berusaha memisah dan mengajak mereka untuk berdamai. Sikap saya sesuai dengan sila ke 4 Pancasila.

- Sepulang dari kota ibu membawa oleh-oleh roti. Ibu memberikan roti tersebut kepada saya agar dibagi dengan adik. Saya membagi roti tersebut sama besar. Perbuatan saya sesuai dengan sila ke 5 pancasila.

Penilaian sikap dengan melakukan penilaian diri yang dikaitkan dengan pancasila memiliki makna yang dalam. Di satu sisi guru bisa memperoleh nilai sikap siswa, di sisi lain siswa kembali tertanam pada nilai-nilai luhur bangsa.

Dalam memberikan tugas penilaian diri pendidik harus memberikan keleluasaan bagi siswa untuk mengeluarkan pendapat. Semakin luas cakupan peristiwa yang dipahami siswa maka pemahaman akan nilai-nilai Pancasila juga semakin baik. Semua lini kehidupan yang baik harus memiliki keterkaitan dengan nilai-nilai Pancasila. Pancasila yang merupakan dasar negara harus hadir dalam kehidupan nyata seperti yang disampaikan oleh Presiden Republik Indonesia dalam pidato sambutan hari lahirnya Pancasila di Istana Bogor pada Hari Senin 1 Juni 2020 yang menyatakan bahwa, „Nilai-nilai luhur Pancasila harus kita hadirkan secara nyata dalam kehidupan kita. Pancasila harus terus menjadi nilai yang

(5)

hidup dan bekerja dalam kehidupan kita.”3)

Dalam memberikan rambu-rambu penilaian diri pendidik bisa mengembankan secara lebih luas sehingga nilai Pancasila semakin merasuk ke dalam banyak lini kehidupan nyata. Guru bisa memberikan contoh bahwa peristiwa yang sebelumnya kurang baik bisa menjadi bernilai asalkan ada usaha untuk memperbaiki dengan sungguh-sungguh. Sebagai contoh : “Saya pernah menyembunyikan penghapus milik teman. Namun setelah beberapa hari saya sadar bahwa perbuatan tersebut salah. Saya sangat menyesali perbuatan saya yang kurang terpuji tersebut. Saya pun mengembalikan penghapus milik teman dan meminta maaf kepadanya serta berjanji tidak akan mengulangi perbuatan itu lagi. Sikap saya yang mau mengakui kesalahan dan meminta maaf sesuai dengan sila ke 5.”

Penanaman nilai Pancasila harus terus dikembangkan. Jika pengalaman dan peristiwa yang ditulis siswa sudah bersifat monoton maka pendidik bisa memperluas lagi dengan pengalaman yang siswa sendiri masih belum memahami sehingga menjadi pertanyaan. Maka pendidik pun harus menampung dan siap memberikan jawaban sekaligus apresiasi terhadap permasalahan yang siswa hadapi. Misalkan : “Hari itu saya sudah telanjur berjanji dengan Aldi untuk bersepeda. Namun saya ingat hari ini ayah akan memanen jagung dan saya seharusnya membantu. Mana yang saya lakukan?” Mendapati peristiwa yang ditulis siswa seperti itu guru bisa menjelaskan bahwa sikap tegas dan jujur/berterus terang dan berani membatalkan janji karena alasan yang tepat merupakan wujud dari pengamalan Pancasila.

Dari tulisan peristiwa yang dibuat peserta didik tentunya guru bisa memilah dalam kategori penilaian sikap spiritual atau sosial saat akan memasukkannya ke buku penilaian sikap. Dengan menuliskan peristiwa atau perilaku bernilai pancasila di grup/kelas online mendidik siswa semakin memahami akan nilai-nilai Pancasila. Mereka akan semakin berpengalaman memahami perilaku-perilaku mana yang baik dan sesuai

(6)

dengan kepribadian bangsa.

Dengan memahami perilaku yang memiliki nilai akan meletakkan dasar yang kuat sebagai pijakan untuk bertindak. Adanya dasar sebagai pedoman hidup akan menghindarkan dari pengaruh yang mencoba menyamarkan nilai kebenaran. Banyak orang yang sebenarnya baik tetapi akhirnya malah terjerumus pada tindakan yang salah.

Hector sang putra mahkota dari Troya dikenal sebagai sosok yang baik. Namun ketika dihadapkan pada keinginan si adik yang bernama Paris untuk menikahi isteri seorang pembesar kerajaan Yunani ia luluh. Akibat dari keputusan tersebut Troya akhirnya hancur lebur oleh pasukan Yunani. Banyak rakyat yang tak berdosa menjadi korban, begitu pula tentara kerajaan banyak yang berguguran. Peristiwa menyedihkan tersebut sebenarnya tak perlu terjadi jika Hector dari awal meletakkan dasar kepentingan negara dan rakyat di atas kepentingan keluarga.

Dalam kisah pewayangan kita mengenal sosok Adipati Karna yang dari kecil hidup dalam kesederhanaan dan memiliki budi pekerti yang baik. Namun Adipati Karna lebih mementingkan tindakan balas jasa terhadap teman daripada membela kebenaran. Maka saat perang Baratayuda ia berada di pihak yang salah dan harus menemui ajalnya oleh panah Arjuna. Mungkin nasib Adipati Karna tidak akan demikian jika ia berpegang teguh pada dasar kebenaran.

Selain sebagai dasar negara Pancasila juga sebagai falsafah hidup bangsa. Itu berarti bahwa segala perbuatan kita berpedoman pada nilai-nilai Pancasila. Pandangan hidup sehari-hari bangsa Indonesia adalah Pancasila. Beruntung kita memiliki dasar negara yang nilai-nilai luhurnya selaras dengan nilai agama. Orang yang memahami dan melaksanakan ajaran agama dengan baik akan menghargai dan menerima keberadaan Pancasila sebagai pedoman hidup.

Saat ini kita kadang dibuat bingung oleh ulah „kelompok-kelompok‟ yang melakukan tindakan bagai orang yang tidak memiliki dasar atau pegangan hidup. Katakanlah ada kelompok beratribut agama namun

(7)

sering memusuhi umat beragama yang lain. Atau sebaliknya, menjunjung tinggi toleransi namun mereka sendiri tidak menjalankan perintah agama dengan baik. Maka dapat disimpulkan bahwa pemahaman mereka terhadap agama juga masih kurang karena sejarah telah membuktikan bahwa Pancasila dan agama bisa berjalan beriringan menghantarkan perjalanan bangsa ini menapaki berbagai masa.

Penanaman nilai-nilai Pancasila harus terus diupayakan. Kewajiban pendidik adalah mempersiapkan generasi penerus menjadi pribadi yang Pancasilais. Berita-berita tentang tindakan warga yang tidak terpuji seperti kekerasan, perusakan, perkelahian, minum miras, dan sebagainya masih sering mewarnai negara kita. Maka dari itu kita sangat berharap generasi penerus yang sudah siap dengan kepribadian luhur akan mampu mengubah kebiasaan buruk tersebut menjadi lurus sesuai dengan norma-norma Pancasila.

Dengan meletakkan dasar pandangan hidup diharapkan bangsa kita menemukan kembali jati diri sebagai bangsa yang beradab. Pendidik harus berjuang menanamkan kembali nilai-nilai pancasila yang memang sudah menjadi kepribadian bangsa kepada peserta didik.

Adanya pandemi covid-19 bukanlah penghalang untuk semakin memahami dan menerapkan nilai-nilai pancasila. Justru keadaan ini kita jadikan titik tolak melakukan kebiasaan baru yakni refleksi untuk melakukan penilaian diri yang sesuai dengan Pancasila. Masih dalam teks Pidato Peringatan Hari Pancasila tanggal 1 Juni 2020 lebih lanjut Presiden Republik Indonesia mengatakan: “Kekurangan dan kelemahan tidak menghalangi kita untuk terus maju. Kekurangan dan kelemahan harus sama-sama kita perbaiki, harus kita jadikan momentum perubahan untuk memicu lompatan kemajuan agar kita menjadi bangsa yang kuat dan mandiri, yang berdiri di atas kaki sendiri.”4)

Semua orang tentu berharap pandemi covid-19 ini segera berakhir. Namun dengan berakhirnya wabah dan kembali kepada pembelajaran normal hendaknya tetap melakukan penilaian diri berdasarkan nilai-nilai

(8)

Pancasila. Selaras dengan yang dikatakan Bapak Presiden maka masa pandemi ini malah harus dijadikan momentum untuk kembali menanamkan nilai-nilai Pancasila pada jiwa pribadi bangsa Indonesia. Maka ketika sudah kembali pada kondisi normal pendidik bisa melanjutkan menanamkan nilai-nilai Pancasila dengan menggabungkan teknik observasi, penilaian diri, dan penilaian antar teman.

Dengan tertanamnya kembali nilai-nilai Pancasila ke dalam jiwa raga bangsa Indonesia eksistensi negara akan semakin kokoh. Kehidupan berbangsa dan bernegara akan berjalan aman, sejahtera, cerdas, tertib, dan damai sesuai dengan cita-cita bangsa.□

#ARTIKELBAKTIPANCASILASD2020 Daftar Pustaka

1)https://www.sekolahdasar.net/2020/01/teknik-penilaian-sikap-dan-pengolahan.html

2)Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara, Sekjen MPR RI, 2010, hal. 98

3)https://news.ddtc.co.id/teks-lengkap-pidato-presiden-jokowi-dalam-peringatan-hari-pancasila-21230

4)https://news.ddtc.co.id/teks-lengkap-pidato-presiden-jokowi-dalam-peringatan-hari-pancasila-21230

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pengamatan dan analisa selanjutnya dicatat dalam instrumen-instrumen penilaian, maka dimulai dari siklus I, kegiatan siswa pada saat KBM dengan

Keadaan umum yang sama antara kelompok kasus dan kelompok kontrol pada awal pemeriksaan akan membuat pengaruh diet makrobiotik terhadap penurunan kadar kolesterol

Scanned

Salah satu dari faktor yang mempengaruhi loyalitas pelanggan adalah kualitas layanan. Jika kualitas layanan dari sebuah restoran tidak dapat memenuhi ekspektasi

wajar yang diinginkan. Demikian halnya apabila terjadi pengurangan biaya atau diskon pada saat pembelian pertama, harus dengan jujur menyatakannya kepada pembeli

Master of Arts in Malay Language and Linguistics by Coursework (August Intake). Malay 12 months full time 144 Master of Arts in English Language

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah reseptor olfaktori nyamuk Culex sp yang struktur kuartenernya diunduh dari www.pdb.org dengan kode akses 3OGN sedangkan ligan

Mengetahui bagaimana penerapan Problem Solving dengan teknik Jarimatika dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas 4 SD Negeri Keseneng 01 Kecamatan Sumowono