• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. PERBANKAN DI INDONESIA

Menurut UU RI No 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan, yaitu menghimpun dana,menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya. Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok bank sedangkan memberikan jasa bank lainnya hanya kegiatan pendukung. Kegiatan menghimpun dana, berupa mengumpulkan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan giro tabungan, dan deposito. Biasanya sambil diberikan balas jasa yang menarik seperti, bunga dan hadiah sebagai rangsangan bagi masyarakat.Kegiatan menyalurkan dana, berupa pemberian pinjaman kepada masyarakat. Sedangkan jasa-jasa perbankan lainnya diberikan untuk mendukung kelancaran kegiatan utama tersebut. bank didirikan oleh Prof. Dr. Ali Afifuddin, SE. Inilah beberapa manfaat perbankan dalam kehidupan:

Sebagai model investasi, yang berarti, transaksi derivatif dapat dijadikan sebagai salah satu model berinvestasi. Walaupun pada umumnya merupakan jenis investasi jangka pendek (yield enhancement).

(2)

Sebagai cara lindung nilai, yang berarti, transaksi derivatif dapat berfungsi sebagai salah satu cara untuk menghilangkan risiko dengan jalan lindung nilai (hedging), atau disebut juga sebagai risk management.

Informasi harga, yang berarti, transaksi derivatif dapat berfungsi sebagai sarana mencari atau memberikan informasi tentang harga barang komoditi tertentu dikemudian hari (price discovery). Fungsi spekulatif, yang berarti, transaksi derivatif dapat memberikan kesempatan spekulasi (untung-untungan) terhadap perubahan nilai pasar dari transaksi derivatif itu sendiri.

Fungsi manajemen produksi berjalan dengan baik dan efisien, yang berarti, transaksi derivatif dapat memberikan gambaran kepada manajemen produksi sebuah produsen dalam menilai suatu permintaan dan kebutuhan pasar pada masa mendatang.

Terlepas dari fungsi-fungsi perbankan (bank) yang utama atau turunannya, maka yang perlu diperhatikan untuk dunia perbankan, ialah tujuan secara filosofis dari eksistensi bank di Indonesia. Hal ini sangat jelas tercermin dalam Pasal empat (4) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yang menjelaskan, ”Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak”. Meninjau lebih dalam terhadap kegiatan usaha bank, maka bank (perbankan) Indonesia dalam melakukan usahanya harus didasarkan atas asas demokrasi ekonomi yang menggunakan prinsip kehati-hatian.4

(3)

Hal ini, jelas tergambar, karena secara filosofis bank memiliki fungsi makro dan mikro terhadap proses pembangunan bangsa.

1. Fungsi dan Jenis Bank

Tiga kelompok utama Institusi keuangan - bank komersial, lembaga tabungan, dan credit unions - yang juga disebut lembaga penyimpanan karena sebagian besar dananya berasal dari simpanan nasabah. Bank-bank komersial adalah kelompok terbesar lembaga penyimpanan bila diukur dengan besarnya aset. Mereka melakukan fungsi serupa dengan lembaga-lembaga tabungan dan credit unions, yaitu, menerima deposito (kewajiban) dan membuat pinjaman ( Namun, mereka berbeda dalam komposisi aktiva dan kewajiban, yang jauh lebih bervariasi).

Perbandingan konsentrasi aset ukuran bank, menunjukkan bahwa konsolidasi perbankan tampaknya telah mengurangi pangsa aset bank paling kecil ( aset di bawah $ 1 miliar). Bank-bank ini - dengan aset dibawah $ 1 milliar - cenderung mengkhususkan diri pada ritel atau consumer banking, seperti memberikan hipotek perumahan, kredit konsumen dan deposito local. Sedangkan aset bank yang relatif lebih besar (dengan aset lebih dari $ 1 miliar), terdiri dari dua kelas adalah bank regional atau super regional. Mereka terlibat dalam grosir yang lebih kompleks tentang kegiatan komersial perbankan, meliputi kredit konsumen dan perumahan serta pinjaman komersial dan industri (D & I Lending), baik secara regional maupun nasional. Selain itu, bank - bank besar memiliki akses untuk membeli dana (fund) - seperti dana antar bank atau dana pemerintah ( federal funds)- untuk membiayai

(4)

pinjaman dan kegiatan investasi mereka. Namun, beberapa bank yang sangat besar memiliki sebutan yang berbeda, yaitu Bank Sentral. Saat ini, lima organisasi perbankan membentuk kelompok Bank Sentral,yaitu: Bank New York , Deutsche Bank( melalui akuisisi bankir-bankir saling mempercayai), Citigroup, JP Morgan , dan Bank HSBC di Amerika Serikat. Namun, jumlahnya telah menurun akibat megamergers. Penting untuk diperhatikan bahwa, aset atau pinjaman tidak selalu menjadi indikator suatu bank adalah bank sentral. Tapi, gabungan dari lokasi dengan ketergantungan pada sumber nondeposit atau pinjaman dana.

2. Peranan Bank

Dalam menjalankan kegiatannya bank mempunyai peran penting dalam sistem keuangan, yaitu :

1. Pengalihan Aset (asset transmutation)

Yaitu pengalihan dana atau aset dari unit surplus ke unit devisit. Dimana sumber dana yang diberikan pada pihak peminjam berasal pemilik dana yaitu unit surplus yang jangka waktunya dapat diatur sesuai dengan keinginan pemilik dana. Dalam hal ini bank berperan sebagai pangalih aset yang likuid dari unit surplus (lender) kepada unit defisit (borrower).

2. Transaksi (transaction)

Bank memberikan berbagai kemudahan kepada pelaku ekonomi untuk melakukan transaksi. Dalam ekonomi modern, trnsaksi barang dan jasa tidak pernah terlepas dari transaksi keuangan. Untuk itu produk-produk yang dikeluarkan oleh

(5)

bank (giro, tabungan, depsito, saham dan sebagainya)merupakan pengganti uang dan dapat digunakan sebagai alat pembayaran.

3. Likuiditas (liquidity)

Unit surplus dapat menempatkan dana yang dimilikinya dalam bentuk produk-produk berupa giro, tabungan, deposito, dan sebagainya. Produk-produk-produk tersebut masing-masing mempunyai tingkat likuiditas yang berbeda-beda. Untuk kepentingn likuiditas para pemilik dana dapat menempatkan dananya sesuai dengan kebutuhan dan kepentingannya. Dengan demikian bank memberikan fasilitas pengelolaan likuiditas kepada pihak yang mengalami surplus likuiditas dan menyalurkannya kepada pihak yang mengalami kekurangan likuiditas.

4. Efisiensi (efficiency)

Peranan bank sebagai broker adalah menemukan peminjam dan pengguna modal tanpa mengubah produknya. Disini bank hanya memperlancar dan mempertemukan pihak-pihak yang saling membutuhkan. Adanya informasi yang tidak simetris (asymmetric information) antara peminjam dan investor menimbulkan masalah insentif. Peran bank menjadi penting untuk memecahkan masalah insentif tersebut. Untuk itu jelas peran bank dalam hal ini yaitu menjembatani dua pihak yang saling berkepentingan untuk menyamakan informasi yang tidak sempurna, sehingga terjadi efisiensi biaya ekonomi.

(6)

3. Peranan Bank Indonesia dalam Perbankan

Pada Bab II Pasal 4 point 1 UU Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia, dikatakan bahwa Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia.

Secara umum, fungsi bank sentral dalam sistem perbankan antara lain: a) Melaksanakan kebijakan moneter dan keuangan

b) Memberi nasehat pada pemerintah untuk soal-soal moneter dan keuangan c) Melakukan pengawasan, pembinaan,dan pengaturan perbankan

d) Sebagai banker’s bank atau lender of last resort e) Memelihara stabilitas moneter

f) Melancarkan pembiayaan pembangunan ekonomi

g) Mendorong pengembangan perbankan dan sistem keuangan yang sehat.

B. ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK PERBANKAN

Pengujian CAMEL adalah salah satu metode pengujian untuk menilai kinerja pada perusahaan perbankan :

1. Hasil Pengujian Aspek Capital

Ratio yang digunakan untuk menilai apakah sebuah bank mempunyai kecukupan modal maka digunakan metode CAR dan perhitungannya sebagai berikut :

Modal

ATMR x 100

%

CAR =

(7)

2. Hasil Pengujian Aspek Assets

Ratio yang digunakan untuk menilai kelangsungan usaha sebuah bank maka digunakan metode RORA dan perhitungannya sebagai berikut :

3. Hasil Pengujian Aspek Management

Untuk menilai apakah sebuah bank dikelola berdasarkan asas-asas perbankan yang sehat maka digunakan metode NPM dan perhitungannya sebagai berikut :

4. Hasil Pengujian Aspek Earning

Untuk menilai apakah sebuah bank menghasilkan keuntungan yang wajar maka digunakan metoda ROA dan BO/PO dan perhitungannya sebagai berikut :

Perhitungan untuk mencari BO/PO adalah sebagai berikut : Total Beban Operasional Total Pendapatan Operasional

BOPO = x 100

%

Laba Sebelum Pajak

Rata- rata Total Assets x 100

%

ROA =

Laba sebelum Pajak

Risk Assets x 100

%

RORA = Laba Bersih Laba Usaha x 100

%

NPM = http://digilib.mercubuana.ac.id/

(8)

5. Hasil Pengujian Aspek Liquidity

Untuk menilai apakah sebuah bank mempunyai kemampuan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban yang segera ditagih (berjangka pendek) maka digunakan metode LDR dan NPL dan perhitungannya sebagai berikut :

Perhitungan untuk mencari NPL adalah sebagai berikut :

C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN KREDIT 1. Non Perfoming Loan ( NPL)

Kelancaran debitur dalam membayar kewajibannya, yaitu pokok angsuran dan bunga, adalah sebuah keharusan. Karena bank merupakan lembaga intermediasi perbankan yang bertugas menampung dan menyalurkan dana dari dan ke masyarakat. Sehingga pembayaran kredit oleh debitur merupakan sebuah keharusan agar kegiatan operasional bank tetap dapat berjalan dengan lancar. Apabila terjadi banyak penugakan pembayaran kredit oleh debitur maka berarti bank tidak bisa mendapatkan kembali modal yang telah dikeluarkannya, dan hal itu tentu saja dapat mempengaruhi tingkat kesehatan bank dan bisa berefek pada penurunan tingkat kepercayaan masyarakat.

Kredit Bermasalah Total Kredit

NPL = x 100

%

Kredit Dana Pihak Ketiga

LDR = x 100

%

(9)

Tingkat kesehatan bank merupakan hal yang penting yang harus diusahakan oleh manajemen bank. Pengelola bank diharuskan memantau keadaan kualitas aktiva produktif yang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kesehatannya ( Harlen Butar-Butar dan Aris Budi Setyawan ). Penilaian terhadap kualitas aktiva produktif didasarkan pada tingkat kolektibitas kreditnya. Menurut Syahyunan (2002), penggolongan kolektibilitas aktiva produktif sampai sejauh ini hanya terbatas pada kredit yang diberikannya. Ukuran utamanya adalah ketepatan pembayaran kembali pokok dan bunga serta kemampuan debitur baik ditinjau dari usaha maupun nilai agunan kredit yang bersangkutan.

Bank sendiri sudah memiliki kriteria dalam memberi penilaian dan menggolongkan kemampuan debitur, dalam mengembalikan pembayaran pokok atau angsuran dan bunga sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati, yang diatur dalam Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia Nomor 31/147/KEP/DIR tahun 1998. Dalam surat keputusan tersebut kredit digolongkan menjadi lima yaitu lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan macet. Tingkar koletibilitas kredit yang bermasalah dan dapat mengganggu kegiatan operasional adalah kredit macet atau dikenal dengan sebutan Non Performing Loan (NPL).

Non Performing Loan (NPL) merupakan persentase kredit bermasalah (dengan kriteria kurang lancar, diragukan, dan macet terhadap total kredit yang disalurkan). NPL dapat juga diartikan sebagai pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan baik akibat faktor kesengajaan yang dilakukan oleh debitur maupun faktor

(10)

ketidaksengajaan yang berasal dari faktor luar ( Meydianawathi, 2006). Rasio NPL dapat diformulasikan sebagai berikut :

Tunggakan pokok kredit maupun bunga menyebabkan kemampuan bank untuk menyalurkan kredit menjadi terpengaruh karena berkurangnya dana yang akan disalurkan untuk kredit. Di sisi lain, bank harus membentuk penyisihan cadangan piutang ragu-ragu untuk menutup risiko kerugian. Dengan demikian, ada korelasi negative antara jumlah kredit non lancar dengan jumlah kredit UMKM yang disalurkan (Soedarto, 2004).

2. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional ( BOPO )

BOPO merupakan rasio antara biaya operasional terhadap pendapatan operasional (Dendawijaya, 2009). Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam rangka menjalankan aktivitas usaha pokoknya (seperti biaya bunga, biaya tenaga kerja biaya pemasaran). Pendapatan operasional merupakan pendapatan utama bank yaitu pendapatan bunga yang diperoleh dari penempatan dana dalam bentuk kredit dan penempatan operasi lainnya.

Rasio BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya (Dendawijaya, 2009). Semakin kecil BOPO maka semakin efesien biaya operasional yang dikeluarkan oleh bank yang

Kredit Bermasalah Total Kredit

NPL = x 100

%

(11)

bersangkutan (Dendawijaya, 2009) atau dengan kata lain semakin tinggi rasio BOPO maka kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Semakin efisien bank dalam menjalankan aktivitas usahanya maka yang dapat dicapai bank semakin meningkat. BOPO maksimum sebesar 90% (Surat Edaran BI No. 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001). Secara matematis BOPO dapat dirumuskan sebagai berikut : (Sesuai SE No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004).

Biaya Operasional dihitung berdasarkan dari total beban bunga dan total beban operasional lainnya. Pendapatan operasional adalah penjumlahan dari total pendapatan bunga dan total pendapatan operasional lainnya.

3. Nim Interest Margin ( NIM )

Rasio NIM mencerminkan risiko pasar yang timbul akibat berubahnya kondisi pasar yang timbul akibat berubahnya kondisi pasar, di mana hal tersebut dapat merugikan bank (Hasibuan : 2007). Rasio NIM juga digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam menghasilkan pendapatan dari bunga dengan melihat kinerja bank dalam menyalurkan kredit, mengingat pendapatan operasional bank sangat tergantung dari selisih bunga dari kredit yang disalurkan (Mahardian,2008). Semakin besar rasio ini maka meningkatnya pendapatan bunga

Total Beban Operasional Total Pendapatan Operasional

BOPO = x 100

%

(12)

atas aktiva produktif yang dikelola bank sehingga kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil (Almilia dan Herdiningtyas, 2005).

Net Interest Margin dihitung dengan menggunakan rumus :

Pendapatan bunga bersih diperoleh dari selisih pendapatan bunga dengan beban bunga. Aktiva produktif merupakan penanaman dana bank baik dalam Rupiah maupun dalam bentuk valas dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana antar bank, penyertaan, termasuk komitmen dan kontinjensi pada transaksi rekening Administrasi (Teddy Rahman, 2009).

4. Capital Adequacy Ratio ( CAR )

Kecukupan modal merupakan faktor penting bagi bank dalam rangka pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian. Bank Indonesia menetapkan

Capital Adequacy Ratio (CAR) yakni kewajiban penyediaan modal minimum yang

harus selalu dipertahankan oleh setiap bank sebagai proporsi tertentu dari total Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR), atau secara matematis dapat dituliskan :

Pendapatan bunga bersih

Aktiva Produktif x 100

%

NIM = Modal ATMR x 100

%

CAR = CAR = http://digilib.mercubuana.ac.id/

(13)

Aktiva Tertimbang Menurut Risiko adalah nilai total masing-masing aktiva bank setelah dikalikan dengan masing-masing bobot risiko aktiva tersebut. Aktiva yang paling tidak berisiko diberi bobot 0 persen dan aktiva yang paling berisiko diberi bobot 100%. Dengan demikian, ATMR menunjukkan nilai aktiva berisiko yang memerlukan antisipasi modal dan jumlah yang cukup (Y. Sri Susilo, et.al, 2011) Tingkat kecukupan modal bank diukur berdasarkan perhitungan capital

adequacy. Perhitungan adequacy ini didasarkan pada prinsip bahwa setiap

penanaman modal yang mengandung risiko harus menyediakan jumlah modal sebesar persentase tertentu (risk margin) terhadap jumlah penanamanya. Semakin tinggi risiko, semakin tinggi pula risk marginya, yang berarti semakin banyak modal yang harus disediakan. Suatu bank tersebut dapat diklasifikasikan sehat permodalanya apabila bank tersebut dapat memelihara rasio modal terhadap aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR) sekurang-kurangnya 8%. Tingkat kecukupan modal bank (Capital Adequacy Ratio) diperoleh dengan cara membandingkan jumlah modal bank dengan aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR). Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, permodalan bank dibedakan menjadi (Soedarto, 2004).

1. Modal Inti

Komponen modal inti pada prinsipnya terdiri atas modal disetor dan cadangan-cadangan yang dibentuk dari laba setelah pajak, dengan perincian sebagai berikut:

(14)

a. Modal Disetor

Modal yang disetor secara efektif oleh pemiliknya. Bagi bank yang berbadan hokum koperasi, modal disetor terdiri atas simpanan pokok dan simpanan wajib para anggotanya.

b. Agio Sahan

Selisih dari setoran modal yang diterima oleh bank sebagai akibat dari harga saham yang melebihi nilai nominalnya.

c. Cadangan Umum

Cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba ditahan atau laba bersih setelah dikurangi pajak dan mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham atau rapat anggota diputuskan untuk tidak dibagikan.

a. Laba Tahun Lalu

Laba bersih tahun-tahun lalu setelah dikurangi pajak dan belum ditentukan penggunaanya oleh rapat umum pemegang saham/rapat anggota. Jumlah laba tahun lalu yang diperhitungkan sebagai modal inti hanya sebesar 50%. Jika bank mempunyai saldo rugi pada tahun-tahun lalu, seluruh kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti.

b. Laba Tahun Berjalan

Laba yang diperoleh dalam tahun buku berjalan setelah dikurangi taksiran utang pajak. Jumlah laba tahun buku berjalan yang diperhitungkan sebagai modal inti hanya sebesar 50%. Jika bank mengalami kerugian pada tahun berjalan, seluruh kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti.

(15)

c. Bagian Kekayaan bersih anak perusahaan yang laporan keuanganya dikonsolidasikan. Bagian kekayaan bersih tersebut adalah modal inti anak perusahaan setelah dikompensasikan nilai penyertaan bank pada anak perusahaan tersebut. Yang dimaksud dengan anak perusahaan adalah bank dan lembaga keuangan bukan bank (LKBB) lain yang mayoritasnya dimiliki oleh bank.

2. Modal Pelengkap

Modal pelengkap terdiri atas cadangan-cadangan yang tidak dibentuk dari laba setelah pajak dan pinajamn yang sifatnya dapat dipersamakan dengan modal, terdiri dari :

a. Cadangan revaluasi aktiva tetap

Cadangan yang dibentuk dari selisih penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan dari Direktorat Jenderal Pajak.

b. Cadangan penghapusan Aktiva yang diklasifikasikan

Cadangan yang dibentuk dengan cara membebani laba rugi tahun berjalan dengan maksud untuk menampung kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari tidak diterimanya kembali sebagian atau seluruh aktiva produktif.. c. Modal Kuasi

Modal yang didukung oleh instrument atau warkat yang memiliki sifat seperti modal

d. Pinjaman Subordinasi

(16)

Pinjaman yang harus memenuhi berbagai syarat, seperti pinjaman tertulis bank dengan pemberi pinjaman, mendapat persetujuan dari Bank Indonesia, minimal berjangka 5 tahun, dan perlunasan sebelum jatuh tempo harus lurus atas persetujuan Bank Indonesia.

D. PENELITIAN TERDAHULU

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang mengangkat masalah penyaluran kredit ini, yaitu :

Harmanta dan Mahyus Ekananda (2005) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor – faktor yang Menyebabkan Menurunya Penyaluran Kredit Perbankan pasca Krisis Moneter 1997 menunjukkan bahwa krisis ekonomi, tingkat suku bunga yang tinggi dan melemahnya nilai tukar berpengaruh negative terhadap menurunya permintaan kredit.

Himaniar Triasdini (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh CAR, NPL, dan ROA Terhadap Penyaluran Kredit Modal Kerja (studi Pada Bank UMUM Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2009). Dari hasil penelitiannya menyatakan bahwa ROA, dan CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit modal kerja. Sebaliknya, NPL berpengaruh negatif terhadap penyaluran kredit modal kerja.

Tito Adhitya Galih (2011) di dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Capital Adequacy ratio, Non Performing Loan, Return On Assets, dan Loan To Deposit Ratio Terhadap Jumlah Penyaluran Kredit Pada Bank

(17)

Di Indonesia. Dari hasil penelitian yang didapat menyatakan bahwa Dana Pihak Ketiga, ROA, dan LDR berpengaruh positif terhadap Jumlah Penyaluran Kredit sedangkan CAR dan NPL tidak berpengaruh terhadap Jumlah Penyaluran Kredit. Dewi Nur Sa'adah (2011) di dalam penelitiannya yang berjudul Analisis rasio camel terhadap ekspansi kredit bank umum swasta nasional devida dan bank umum swasta nasional non devisa (2003-2010). Dari hasil penelitian yang didapat menyatakan bahwa CAR, NPL, ROE, NIM, BOPO, LDR, dan GWM berpengaruh terhadap ekspansi kredit sedangkan ROA tidak berpengaruh terhadap ekspansi kredit. Engkus Kusnandar (2012) di dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Kredit UMKM oleh Perbankan Di Indonesia. Dari hasil penelitian yang didapat menyatakan bahwa rasio keuangan perbankan mempengaruhi penyaluran kredit UMKM. Sementara variabel makro ekonomi yang stabil juga menjadi faktor yang turut mendorong pemberiak kredit UMKM.

(18)

E. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan landasan teori serta mengacu terhadap penelitian-penelitian terdahulu yang relevan maka dapat ditarik sebuah kerangka pemikiran teoritis dari penelitian ini adalah :

BOPO (X

2

)

CAR (X

4

)

NIM (X

3

)

Pemberian Kredit

UMKM (Y)

Gambar 2.1 Model Konseptual

NPL (X

1

)

http://digilib.mercubuana.ac.id/

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini akan menguji apakah leverage berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.. Penelitian ini akan menguji apakah

Berita Resmi Statistik Kota Sibolga No. Berdasarkan hasil pemantauan BPS, pada bulan ini Kota Sibolga mengalami inflasi sebesar 1,57 persen. Inflasi terjadi karena

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan tujuan penelitian untuk mengetahui jumlah telur yang diletakkan nyamuk Aedes aegypti

Muatan nilai kearifan lokal yang terdapat di dalam sebuah novel merupakan aspek yang penting dalam pemilihan novel sebagai bahan ajar teks cerita fiksi.. Pendekatan analisis

a) Strategi adalah langkah yang dilakukan agar mencapai suatu tujuan tertentu. Strategi di sini dimaknai suatu cara atau upaya yang dilakukan TVRI Sulsel dalam menarik minat tonton

Abstrak :Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi optimum yang meliputi pH, suhu, waktu, dan kecepatan pengadukan proses pengendapan hidroksida logam-logam berat

Selain itu nantinya dari pertandingan ini dapat terpilih siswa terbaik dalam bidang olah raga, untuk menggali bibit unggul atlit pada tingkat SMP di Kabupaten

Jika ketua panitia harus wanita dan sekretarisnya harus pria, maka banyak susunan panitia berbeda yang bisa dibentuk adalah.. Jika untuk kepengurusan OSIS dipilih satu