• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profil Karakter Kemandirian Anak Usia Dini pada Enam Program Pengembangan di Kelompok Bermain Kurnia Bakunase

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Profil Karakter Kemandirian Anak Usia Dini pada Enam Program Pengembangan di Kelompok Bermain Kurnia Bakunase"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1

Publisher: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Nusa Cendana DOI: http://dx.doi.org/10.33846/eceds1101 Profil Karakter Kemandirian Anak Usia Dini pada Enam Program Pengembangan di Kelompok Bermain Kurnia Bakunase

Sartika Kale

PGPAUD FKIP Universitas Nusa Cendana; [email protected] Vanida Mundiarti

PGPAUD FKIP Universitas Nusa Cendana; [email protected] Engelbertus Ngallu Bali

PGPAUD FKIP Universitas Nusa Cendana; [email protected] Irul Khotijah

PGPAUD FKIP Universitas Nusa Cendana; [email protected]

ABSTRACT

The purpose of this study is to find out the character profile of early childhood self-reliance in six development programs in KB Kurnia, Bakunase, Kupang City, East of Nusa Tenggara while at school and at home. This study uses a qualitative approach with three informants to research. Data is collected using observation and interview methods, and analyzed by data reduction process, data feed, conclusion drawing and verification. The results showed that the character forms of child self-reliance in each development program vary, and that the character of child self-reliance develops more in motor physical development programs compared to other development programs. Therefore, the development of self-reliance character is very easy to do and starts from a motor physical development program.

Keywords: independent characters; early childhood; development programs PAUD

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui profil karakter kemandirian anak usia dini pada enam program pengembangan di KB Kurnia Bakunase, Kupang, NTT, baik saat berada di sekolah maupun di rumah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tiga informan untuk diteliti. Data dikumpulkan menggunakan metode observasi dan wawancara, dan dianalisis dengan proses reduksi data, sajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk-bentuk karakter kemandirian anak pada setiap program pengembangan berbeda-beda, dan karakter kemandirian anak lebih banyak berkembang pada program pengembangan fisik motorik dibandingkan dengan program pengembangan lainnya. Untuk itu, pengembangan karakter kemandirian sangat mudah untuk dilakukan dan diawali dari program pengembangan fisik motorik.

Kata kunci: karakter mandiri; anak usia dini; program pengembangan PAUD PENDAHULUAN

Latar Belakang

Masa usia dini sering disebut dengan usia emas atau the golden age. Hal ini dikarenakan perkembangan otak pada usia dini (0-6 tahun) mengalami percepatan hingga 80% dari keseluruhan otak orang dewasa.1 Ini menunjukan seluruh potensi dan kecerdasan serta dasar-dasar perilaku seseorang telah mulai terbentuk sejak usia dini. Oleh karena itu, gizi yang tepat, nutrisi yang cukup, perhatian yang baik dari orangtua dan orang deawasa lainnya di sekitar anak dan stimulus yang tepat dapat membentuk anak menjadi pribadi tangguh dan unggul.2

Salah satu potensi yang dapat berkembangan dengan baik di masa usia dini adalah karakter. Pembentukan karakter sejak dini dilakukan melalui pendidikan karakter dengan tujuan untuk menumbuhkan karakter positif anak. Munir meyakini bahwa karakter dapat dibentuk, karena faktor pembentuk karakter bukan saja gen tapi juga lingkungan.3 Karakter-karakter yang akan dibentuk bagi anak usia dini antara lain: kesopanan, kasih sayang, keindahan, bersahabat, kepatuhan, kedisiplinan dan kemandirian.4 Salah satu karakter yang penting untuk dibentuk sejak dini adalah karakter kemandirian. Yuliyani berkata bahwa usia pra sekolah merupakan usia yang sangat tepat untuk mengembangkan karakter kemandirian, karena pada usia pra sekolah, anak belajar memisahkan diri dari keluarga dan orangtua untuk memasukan suatu lingkungan yang lebih luas yaitu lingkungan

(2)

2

Publisher: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Nusa Cendana sekolah.5 Anak juga belajar untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah yang baru karena anak tidak dapat selalu bergantung pada keluarga atau orangtua di rumah. Ini adalah salah satu alasan mengapa karakter kemandirian menjadi penting untuk dibentuk sejak usia dini.

Erikson berpandangan bahwa tugas yang harus diselesaikan pada masa balita adalah kemandirian (otonomi) sekaligus dapat memperkecil perasaan malu dan ragu-ragu.6 Komala juga mengatakan anak-anak yang memiliki kemandirian secara normal akan cenderung lebih positif di masa depan.6 Selain itu, anak yang mandiri cenderung berprestasi karena dalam menyelesaikan tugas-tugas, anak tidak lagi tergantung pada orang lain sehingga anak dapat lebih percaya diri. Sidharto & Izzaty mengatakan bahwa kemandirian yang diajarkan pada anak sejak dini akan membuat anak dapat mengatur kegiatan anak sendiri dan membuat anak terbiasa menolong orang lain serta lebih bisa menghargai orang lain.6 Yesica menunjukan bahwa anak yang memiliki kepercayaan diri, pengendalian diri, gigih, memiliki inisiatif yang tinggi, dan bebas berkarya dapat disebut sebagai anak yang mandiri.7 Berkenaan dengan penjelasan sebelumnya membuktikan bahwa begitu banyak manfaat yang diperoleh jika karakter kemandirian anak ditingkatkan dan dikembangkan. Aunillah mengatakan indikator dari kemandirian anak usia dini khususnya anak usia pra sekolah yaitu inisiatif dan kemampuan untuk melakukan aktifitas sederhana sehari-hari, seperti makan tanpa harus disuapi, mampu memakai kaos kaki dan baju sendiri, melakukan toilet training sendiri, memakai pakaian sendiri dan dapat memilih bekal apa yang harus di bawa ke sekolah, serta membereskan mainan sendiri (Aunillah, 2011).8 Selanjutnya Brewer juga menyatakan bahwa kemandirian anak Taman Kanak-kanak indikatornya adalah pembiasaan yang terdiri dari kemampuan fisik, percaya diri, bertanggungjawab, pandai bergaul, mau berbagi, dan mengendalikan emosi. 6

Salah satu Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini di Kota Kupang, Kelompok Bermain Kurnia Bakunase juga memiliki murid dengan beragam bentuk karakter kemandirian. Terdapat beberapa anak yang menunjukkan sikap tidak percaya diri, menangis bila ditinggal orangtua di sekolah, lebih suka meminta bantuan kepada orangtua daripada guru yang ada di dalam kelas. Namun terkadang beberapa anak memiliki inisiatif untuk membantu guru di kelas untuk beberapa tugas kecil, mampu menggunakan toilet sendiri dan lebih terlihat percaya diri di dalam kelas daripada di luar kelas. Hal ini menunjukkan bahwa setiap bentuk karakter kemandirian masing-masing anak terdapat dalam berbagai aspek perkembangan dengan tingkat dan bentuk yang berbeda-beda.

Aspek perkembangan anak yang diatur dalam Kurikulum 13 PAUD pada Permen Nomor 146 Tahun 2014 Pasal 5, dibagi menjadi enam program pengembangan yang memiliki indikator masing-masing. Adapun enam program pengembangan terdiri dari nilai-nilai agama dan moral, fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial emosional dan seni. Karakter kemandirian anak dapat dikembangkan pada setiap program pengembangan yang ada, sehingga dapat dilihat bahwa karakter kemandirian anak bukan hanya dinilai pada satu atau dua bentuk karakter kemandirian yang berpusat pada salah satu program pengembangan saja, namun dapat lebih dari itu.

Berdasarkan maksud di atas, maka melalui penelitian ini, dapat digambarkan bahwa profil karakter kemandirian anak usia dini di Kelompok Bermain Kurnia, Bakunase, Kota Kupang, NTT yang dapat dilihat dalam enam program pengembangan. Dengan demikian, penilaian mengenai ketidakmandirian anak dapat dicegah oleh guru atau orangtua.

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tujuan untuk menggambarkan profil karakter kemandirian anak usia dini dalam enam program pengembangan. Waktu penelitian dari bulan September-Desember 2019 yang berlangsung di Kelompok Bermain Kurnia, Bakunase, Kota Kupang NTT. Informan dari penelitian ini berjumlah tiga orang anak yang berusia empat sampai lima tahun, satu guru, dan tiga orangtua murid. Pengumpulan data dilakukan melalui teknik observasi dan wawancara yang mana wawancara kepada informan (anak) dikemas dalam bentuk dongeng agar memudahkan informan (anak) untuk memahami maksud dari pertanyaan penelitian. Proses analisis data dilakukan dengan menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temuan.

HASIL

Observasi dan wawancara yang dilakukan pada ketiga informan (anak) baik di rumah maupun di sekolah menunjukkan hasil yang berbeda-beda mengenai gambaran awal karakter kemandirian informan (anak) dengan deskripsi demografik para informan dijabarkan pada tabel berikut:

(3)

3

Publisher: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Nusa Cendana

Tabel 1. Data demografiks partisipan

Inisial Usia Jumlah Saudara Kandung Tinggal Bersama Suku

ASF 5 th 8 bln 1 Orangtua Kandung Rote

IKDL 5 th 6 bln 2 Orangtua Kandung Sabu

DBJK 6 th - Orangtua Kandung Rote

Berdasarkan table di atas dapat diketahui bahwa ketiga informan (anak) berusia lima-enam tahun, memiliki saudara kandung yang tidak lebih dari 2 orang, tinggal bersama orang, dan berasal dari suku-suku di NTT, Indonesia.

Adapun hasil dari observasi dan wawancara mengenai karakter kemandirian dibagi dalam enam indikator besar yang akan dipaparkan sebagai berikut:

Karakter Kemandirian Anak pada Program Pengembangan Nilai-nilai Agama dan Moral

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap tujuh informan yang terdiri dari anak, orangtua, serta salah satu guru KB Kurnia, ditemukan bahwa bentuk-bentuk kemandirian yang paling banyak ditunjukkan dalam program pengembangan Nilai-nilai Agama dan Moral seperti anak senang dengan hasil karya sendiri yang dibuktikan dengan anak menunjukkan pada teman lain hasil karya anak dengan senang dan anak mampu berdoa dengan bahasa sederhana (mengikuti doa yang diajarkan oleh guru dan orangtua). Bentuk karakter kemandirian yang belum banyak muncul seperti keinginan anak untuk pergi beribadah (sekolah minggu) bersama teman lain karena tidak diajak atau diingatkan oleh orangtua. Namun salah seorang anak, berdasarkan hasil wawancara, mengatakan bahwa anak mau dan sering mengikuti ibadah bersama teman (ke sekolah minggu) walaupun dalam hasil observasi tidak menunjukkan hasil demikian.

Karakter Kemandirian Anak pada Program Pengembangan Fisik Motorik

Hasil observasi dan wawancara terhadap tujuh informan yang terdiri dari anak, orangtua, serta salah satu guru KB Kurnia menunjukkan bahwa bentuk kemandirian anak pada program pengembangan Fisik Motorik seperti menggunakan toilet, memakai baju, menggosok gigi, dan membawa piring sendiri. Pada program pengembangan Fisik Motorik, peneliti menemukan perilaku lainnya yang menunjukkan bentuk kemandirian anak seperti anak mampu memakai sepatu perekat, mencuci tangan, makan dan mandi sendiri. Anak mampu memakai baju sendiri ditunjukkan dengan anak mampu memakai baju kaos bukan kemeja yang memiliki kancing karena masih sulit. Demikian juga dengan kemampuan menggosok gigi, walaupun anak belum mampu menggosok dengan benar, namun semangat anak untuk belajar menyikat gigi sendiri sudah muncul. Untuk kemampuan membawa piring ke tempat cuci piring, setelah selesai makan, anak mampu membawa maksimal 2 piring batu. Karakter Kemandirian Anak pada Program Pengembangan Kognitif

Pada program pengembangan Kognitif, hasil observasi dan wawancara terhadap tujuh informan yang terdiri dari anak, orangtua, serta salah satu guru KB Kurnia menunjukkan bahwa bentuk kemandirian yang ditunjukkan anak seperti paham barang yang anak bawa ke sekolah, tahu akan jenis kelamin anak sendiri, paham tentang rambu lalu lintas walapun masih terbatas pada lampu lalu lintas, mampu melakukan tugas sederhana seperti mewarnai, menggambar dan meniru menulis huruf dan angka, mampu mengerjakan pekerjaan rumah yang sederhana seperti menyapu lantai, menjaga adik, menyiram tanaman walaupun semua tugas ini tidak dilakukan dengan optimal, namun anak merasa senang dan ingin melakukannya sendiri, dan yang terakhir anak paham tentang kepemilikan, mana yang merupakan benda milik anak dan mana yang merupakan benda milik teman atau orang lain. Inilah bentuk-bentuk karakter kemandirian yang paling banyak muncul. Salah satu bentuk karakter yang belum muncul yaitu tahu nomor telepon orangtua. Hal ini terjadi karena kemampuan mengingat anak masih terbatas untuk angka yang terlalu banyak atau kurangnya stimulus dari orangtua karena merasa ini belum penting diajarkan ke anak.

(4)

4

Publisher: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Nusa Cendana Karakter Kemandirian Anak pada Program Pengembangan Bahasa

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap tujuh informan yang terdiri dari anak, orangtua, serta salah satu guru KB Kurnia, ditemukan bahwa bentuk-bentuk kemandirian yang paling banyak ditunjukkan dalam program pengembangan Bahasa seperti anak mampu berbicara dengan mudah dan jelas yang dibuktikan dengan anak mampu mengucapkan doa sederhana dengan pengucapan yang jelas. Namun, tidak semua anak anak memiliki kemampuan yang sama. Terdapat satu anak yang memiliki kemampuan berbicara yang baru mulai berkembang. Walaupun anak sudah berusia 5 tahun, anak masih berbicara dengan kurang jelas. Hal ini dibuktikan dengan kurang lengkapnya beberapa suku kata dalam sebuah kata yang anak ucapkan.

Karakter Kemandirian Anak pada Program Pengembangan Sosial-Emosional

Hasil observasi dan wawancara terhadap tujuh informan yang terdiri dari anak, orangtua, serta salah satu guru KB Kurnia menunjukkan bahwa, bentuk-bentuk kemandirian yang paling banyak dalam program pengembangan Sosial-Emosional seperti anak mampu bangun pagi sendiri dan menempatkan kembali barang-barang yang sudah digunakan kembal ke tempatnya. Untuk partisipan pertama dan kedua dalam program pengembangan Sosial-Emosional menunjukkan banyak bentuk kemandirian yang belum terlihat pada partisipan ketiga seperti memiliki inisiatif ke sekolah, bisa ditinggal pergi oleh orangtua, mampu mengendalikan diri, senang bermain dengan teman-teman, mampu mengerjakan beberapa tugas sendiri, bisa berbagi dengan teman. Namun hasil ini berbeda saat partisipan ketiga diwawancari. Berdasarkan hasil wawancara kepada anak dan orangtua, anak mengaku mampu menunjukkan bentuk-bentuk kemandirian.

Karakter Kemandirian Anak pada Program Pengembangan Seni

Bentuk-bentuk kemandirian dalam program pengembangan Seni yang ditunjukkan dari hasil observasi dan wawancara terhadap tujuh informan yang terdiri dari anak, orangtua, serta salah satu guru KB Kurnia menunjukkan bahwa belum semua bentuk-bentuk kemandirian dapat terlihat seperti memiliki inisiatif yang lebih atau ketertarikan yang lebih terhadap kegiatan bernyanyi, menggambar, atau kegiatan seni rupa lainnya. Anak mampu melakukan apa yang dicontohi atau dimintai oleh guru. Namun untuk berinisiatif sendiri belum terlihat.

PEMBAHASAN

Dari data yang diperoleh dapat diketahui bahwa bentuk kemandirian anak usia 5-6 tahun paling banyak ditunjukkan pada program pengembangan fisik motorik. Hal ini dapat terjadi karena pada dasarnya anak belajar tentang segala sesuatu melalui penginderaan atau belajar dengan menggunakan segala anggota tubuh untuk mengetahui sesuatu yang baru. Santrock juga mengatakan bahwa:

“perkembangan sensoris dan motorik juga biasanya berproses menurut cephalocaudal yaitu saat bayi melihat objek sebelum mereka dapat mengendalikan tubuh mereka, dan mereka dapat menggunakan tangan mereka jauh sebelum mereka dapat merangkak atau berjalan.”9

Hal ini menunjukkan bahwa anak mampu meresponi sesuatu dengan tindakan fisik terlebih dahulu. Salah satu studi dari Galloway dan Thelen juga menunjukkan bahwa bayi mampu meraih mainan dengan kaki sebelum menggunakan tangan.9 Semua bentuk kemandirian yang ditunjukkan oleh ketiga anak antara lain menggunakan toilet sendiri, memakai baju, menggosok gigi, membawa piring sendiri, memakai sepatu perekat, mencuci tangan, makan dan mandi sendiri, memakai baju kaos, dan menggosok gigi sendiri. Walaupun bentuk kemandirian yang dilakukan belum sempurna, keinginan dan antuasiasme anak-anak yang tinggi untuk melakukan beberapa hal secara mandiri telah muncul. Penelitian dari Aisah menunjukkan kemandirian anak ada hubungannya dengan meningkatkan kemandirian yang dilakukan dalam program pengembangan fisik motorik.10 Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat diketahui bahwa karakter kemandirian anak dapat dilihat pada perkembangan fisik motorik anak yang mana keinginan dan antuasiasme anak untuk mandiri ditunjukkan lewat tindakan fisik yang anak lakukan.

Berkaitan dengan karakter kemandirian pada program pengembangan seni, ketiga anak belum menunjukkan antuasiasme untuk mandiri dalam melakukan beberapa hal kreatif atau yang berhubungan dengan seni dikarenakan anak kurang menyukai kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan seni seperti menyanyi di depan kelas, menggambar dengan sangat indah atau membuat karya

(5)

5

Publisher: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Nusa Cendana seni rupa lainnya. Orangtua dari ketiga anak juga mengaku bahwa melakukan beberapa perkerjaan sambil benyanyi atau memberi anak kebebasan untuk menggambar dan mewarnai tidak dilakukan sehingga mempengaruhi kemandirian anak dalam program pengembangan seni. Idrus juga mengatakan bahwa setiap anak memiliki kesempatan untuk dapat menjadi kreatif dengan bakat bawaan sejak lahir, naum potensi kreatif dapat berkembang atau tidak ditentukan oleh stimulus dari lingkungan di sekitar anak.11

Berkaitan dengan bentuk-bentuk kemandirian anak pada program pengembangan Sosial-Emosional, dapat diketahui bahwa anak satu dan dua menunjukkan banyak bentuk kemandirian yang berbeda dengan anak tiga. Berdasarkan hasil observasi, anak tiga belum menunjukkan banyak bentuk kemandirian seperti belum memiliki inisiatif ke sekolah, bisa ditinggal pergi oleh orangtua, mampu mengendalikan diri, kurang suka bermain dengan teman-teman, mampu mengerjakan beberapa tugas sendiri, bisa berbagi dengan teman. Namun hasil wawancara terhadap anak dan orangtua mendapatkan hasil yang berbeda. Orangtua mengatakan bahwa, anak memang belum mampu ditinggal sendiri di sekolah. Anak harus dijaga oleh neneknya ketika di sekolah, namun anak semangat untuk ke sekolah dan anak tidak takut ke sekolah. Menurut orangtua, anak juga mau berbagi dengan teman. Hal ini menunjukkan terjadinya perbedaan hasil dari wawancara dan onservasi. Menurut orangtua, anak mampu menujukkan beberapa bentuk kemandirian di rumah. Ketika anak di rumah, anak mampu berbagi dan anak ingin ke sekolah karena anak merasa lebih percaya diri ketika di rumah daripada di sekolah sehingga anak kurang menunjukkan banyak bentuk kemandirian di sekolah. Seperti yang dipaparkan oleh Rahman bahwa orangtua terkadang memperkuat kepercayaan diri anak dan menaruh harapan terlalu besar terhadap anak, tanpa menyesuaikan dengan kemampuan anak yang akibatnya membuat anak sering kali menerima kritikan, mengalami rasa takut, dan kecewa karena anak tidak dapat menyesuaikan diri dengan harapan orangtua.12

Untuk program pengembangan Nilai-nilai Agama dan Moral, Kognitif, dan Bahasa bentuk-bentuk karakter kemandirian yang anak tunjukkan tidak semuanya terpenuhi, namun beberapa bentuk kemandirian seperti senang dengan karya sendiri, mampu berdoa, paham akan barang yang dibawa, tahu jenis kelamin sendiri, paham tentang lampu lalu lintas, mampu mengerjakan tugas sederhana dan berbicara dengan jelas sudah mampu ditunjukkan oleh anak. Walapun tidak semua bentuk kemandirian yang ditunjukkan dengan sempurna, namun niat dan antuasiasme anak yang tinggi membuat anak mampu untuk menunjukkan kemandiriannya. Beberapa bentuk kemandirian seperti pergi beribadah bersama teman di sekolah minggu dan berbicara dengan jelas membutuhkan stimulus dan dorongan dari orangtua. Ketika anak diberi stimulus, anak memiliki kemampuan dan anak menjadi percaya diri untuk menunjukkan kemandiriannya. Selain itu, anak juga butuh dilatih untuk memiliki kemandirian dan keyakinan bahwa anak mampu untuk mandiri. Seperti yang ditegaskan oleh Hakim bahwa ketika anak memiliki keyakinan anak akan mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan di dalam kehidupannya salah satunya adalah kemandirian dalam hidup.12

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil di atas maka dapat disimpulkan bahwa bentuk kemandirian anak usia dini terdapat dalam enam program pengembangan dengan tingkat yang berbeda-beda. Bentuk-bentuk kemandirian paling banyak ditunjukkan anak pada program pengembangan fisik motorik dari pada program pengembangan lainnya. Hal ini membuktikan bahwa karakter kemandirian pada setiap anak sudah berkembang namun dengan tingkat kesempurnaan dan pada program pengembangan yang berbeda-beda. Dengan demikian, penilaian tentang ketidakmandirian anak dapat dihindari.

DAFTAR PUSTAKA

1 Suyadi. Psikologi Belajar PAUD. Cetakan Pertama. Riswandi, editor. Yogyakarta: Pedagogia; 2010. 1-326 hal.

2 Santi D. Pendidikan Anak Usia Dini: Antara Teori dan Praktik. Cetakan I. Tim Indeks, editor. Jakarta: Indeks; 2009. 1-99 hal.

3 Munir A. Pendidikan Karakter: Membangun Karakter Anak sejak dari Rumah. Cetakan Pertama. Marantika E, editor. Yogyakarta: Pedagogia; 2010. 1-148 hal

4 Sari AK, Kurniah N, Suprapti A. Upaya Guru untuk mengembangkan Kemandirian Anak Usia Dini di Hiporbia. Jurnal Ilmiah Potensia. 2016;1(1):21.

(6)

6

Publisher: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Nusa Cendana

5 Yuliyani A. Upaya meningkatkan Kemandirian Anak dengan Metode Bermain Kelompok pada Siswa Kelompok A Kelas Firdaus RA Perwanida Grabag Magelang. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta; 2014.

6 Komala. Mengenal dan mengembangkan Kemandirian Anak Usia Dini melalui Pola Asuh Orangtua dan Guru. Tunas Siliwangi. 2015; 1(1):31.

7 Yesica. Fenomena Kemandirian pada Anak Tunggal. Universitas Khatolik Soegijapranata

8 Aunillah NI. Panduan menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah. Cetakan Berapa. Nama Editor, editor. Yogyakarta:Laksana; 1-100 hal.

9 Santrock J. Perkembangan Anak. Jilid I. Editor N, editor. Jakarta: Erlangga; 2007. 1-100 hal.

10 Aisah A. Hubungan Kemandirian Belajar dengan Hasil Belajar Anak Usia Dini pada Aspek Perkembangan Fisik Motorik. JAPRA Jurnal Pendidikan Raudhatul Athfal. 2019; 1(1):82.

11 Idrus M. Menumbuhkan Kreativitas dan Kemandirian Anak sejak Usia Dini. JPI FIAI Jurusan Tarbiyah. 2003; 1(1):83.

12 Rahman M. Peran Orangtua dalam Membangun Karakter Kemandirian Anak. Edukasia (Jurnal Penelitian Pendidikan Islam). 2013;1(1):388.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang tersebut, tujuan penulisan makalah ini adalah: (1) Mendeskripsikan karakteristik peternak dan peternakan ayam petelur di Jawa Barat dan

Terdapat perbedaan kadar kuersetin ekstrak daun dan akar tanaman sambung nyawa (Gynura procumbens [Lour.] Merr.) pada kultivasi hidroponik sistem DFT dan

1) Persediaan bahan baku ( Raw Material stock ) yaitu persediaan dari barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi, barang mana dapat diperoleh dari

Adapun aspek yang diamati pada lembar observasi mahasiswa adalah terlibat aktif saat bekerja kelompok, fokus dan perhatian terhadap materi diskusi, membantu sesama anggota kelompok

Anak yang pendiam dan penurut akan cenderung memilih ternan yang sesuai dengan konsep dirt yang sudah terbentuk dalam dirinya. Konsep diri ini berkembang melalui

4.3 Menggunakan media pembelajaran dan sumber belajar yang relevan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran yang diampu untuk mencapai tujuan pembelajaran secara

You can copy more than one file at a time to a single directory by listing the pathname of each file you want copied, with the destination directory at the end of the command

Sosialisasi dilakukan dengan menggunakan berbagai media, baik cetak (brosur), maupun elekronik (website, whats apps, facebook), program NU Care dan cara lain yang efektif.