• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemodelan Pola Arus Di sepanjang Pantai Delta Muara Sungai Saddang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pemodelan Pola Arus Di sepanjang Pantai Delta Muara Sungai Saddang"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PEMODELAN POLA ARUS DI SEPANJANG PANTAI DELTA MUARA SUNGAI SADDANG

Chaeril Anwar* Amiruddin, Sakka

Program Studi Geofisika, Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Hasanuddin *E-Mail : chaerilanwar881@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan di sepanjang pantai delta muara Sungai Saddang dimulai dari Paria sampai di Bababinanga, Kabupaten Pinrang, sepnjang ± 2,4 km. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola arus di sepanjang pantai delta muara sungai Saddang. Penelitian ini dimulai dengan menhitung parameter gelombang kemudian menghitung medan arus dekat pantai dengan menggunakan persamaan hidrodinamika 2-D. Pola arus dihitung menggunakan program bahasa Fortran. Input program adalah data ombak pecah dan batimetri. Hasil penelitian didapatkan bahwa sirkulasi arus yang terjadi setiap musim berbeda karena arah datang gelombang setiap musim yang berbeda, sedangkan kecepatan arus yang terbentuk di pengaruhi oleh arah datang gelombang, periode dan tinggi gelombang pada setiap musim yang berbeda-beda. Pada saat angin moson barat berhembus, arus datang dari arah barat dengan kecepatan 0,005 m/s - 0,029 m/s dan arah barat laut dengan kecepatan 0,016 m/s – 0,069 m/s. Pada saat angin muson timur berhembus, arus datang dari arah barat dengan kecepatan 0,004 m/s - 0,021 m/s, arah barat daya dengan kecepatan 0,015 m/s - 0,034 m/s dan arah selatan barat daya dengan kecepatan 0,016 m/s – 0,38 m/s. Sedangkan pada musim peralihan arus laut datang dari arah barat dengan kecepatan 0,004 m/s - 0,018 m/s, arah barat daya dengan kecepatan 0,017 m/s - 0,043 m/s dan arah barat laut dengan kecepatan 0,011 m/s – 0,042 m/s.

Kata kunci : Pola Arus, Delta Muara Sungai Saddang, Pinrang. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Laut merupakan medium yang tak pernah berhenti bergerak, baik di permukaan maupun di bawahnya. Hal ini menyebabkan terjadinya sirkulasi air, bisa berskala kecil tetapi bisa pula berukuran sangat besar, dapat dilihat pada arus permukaan laut. Arus merupakan gerak-gerak air yang sangat luas yang terjadi pada seluruh lautan di dunia. Arus-arus ini mempunyai arti yang sangat penting dalam menentukan arah pelayaran bagi kapal-kapal. Arus juga sangat penting artinya sebagai alat untuk mengganti air pada pantai dan proses evolusi garis pantai (Poerbandono dan Djunarshjah, 2005).

Pada sebagian besar perairan, faktor utama yang dapat menimbulkan arus yang relatif kuat adalah angin dan pasang surut. Arus yang disebabkan oleh angin pada umumnya bersifat musiman, dimana pada suatu musim arus mengalir ke suatu arah dengan tetap, dan pada musim berikutnya akan berubah arah sesuai dengan perubahan arah angin yang terjadi. Pasang surut (pasut) menimbulkan arus yang bersifat harian, pada saat air pasang, arus

pasut akan mengalir dari lautan lepas ke arah pantai, dan akan mengali kembali ke arah semula pada saat air surut (Pariwono, 1999).

Arus dekat pantai sangat penting dalam beberapa hal, sehingga pengetahuan mengenai sirkulasi berguna untuk perencanaan bangunan di laut atau pantai serta analisis penyebaran suatu bahan yang dibuang atau ditimbun di tepi pantai. Bagaimanapun, arus dekat pantai mempunyai beberapa keuntungan, yaitu sebagai alat untuk mengganti air pada pantai dan proses garis pantai (Komar, 1976).

Letak pantai di sepanjang delta muara sungai saddang yang berhadapan langsung dengan selat makassar, sehingga sangat mudah di terjang oleh gelombang yang datang. Akibat hembusan angin musiman yang berganti-ganti membuat muara sungai saddang di hempas gelombang yang berubah-ubah sesuai arah angin yang berhembus sehingga menyebabkan arah dan besar angkutan sedimen berubah-ubah sesuai arah dan besar hempasan gelombang yang terjadi.

(2)

Penelitian mengenai arus di daerah muara sungai saddang sudah pernah dilakukan sebelumnya oleh Rosyida, (2015) untuk menganalisis pola temporal dan spatial arus yang disebabkan oleh ombak, serta memetakan besar dan arah arus susur pantai.

Berbagai kajian dalam dinamika arus laut saat ini banyak dilakukan terutaman mengenai sirkulasi arus dengan menggunakan pendekatan analitik, numerik, modeling, atau pengukuran di lapangan. Dinamika arus tersebut yang di anggap penting, maka di perlukan suatu penelitian tentang pola sirkulasi arus di sepanjang delta muara sungai saddang. Ruang Lingkup

Penelitian ini akan membahas pola sirkulasi arus yang disebabkan oleh ombak di perairan pantai delta muara Sungai Saddang berdasarkan data batimetri, data angin, data tinggi dan periode gelombang. Data gelombang yang di gunakan di peroleh dari Rosyida (2015) selama satu tahun pada tahun 2013.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola sirkulasi arus di sepanjang pantai delta muara sungai saddang. TINJAUAN PUSTAKA

Pantai

Pantai disebut sebagai daerah di tepi perairan yang dipengaruhi oleh air pasang tertinggi dan air surut terendah. Sedangkan daerah darat di tepi laut yang masih mendapat pengaruh laut seperti pasang surut, angin laut, dan rembesan air laut disebut pesisir (coast). Daerah daratan adalah daerah yang terletak di atas garis pasang tertinggi. Daerah lautan adalah daerah yang terletak di atas dan di bawah permukaan laut dimulai dari sisi laut pada garis surut terendah, termasuk dasar laut dan bumi di bawahnya (Triatmodjo, 1999).

Arus

Arus laut adalah proses pergerakan massa air laut yang menyebabkan perpindahan horizontal dan vertikal massa air laut tersebut yang terjadi secara terus menerus (Gross,1990). Sedangkan menurut Hutabarat dan Evans (1985) arus merupakan gerakan air yang terjadi pada seluruh lautan di dunia.

Menurut Gross (1990), terjadinya arus di lautan disebabkan oleh dua faktor utama,

yaitu faktor internal dan faktor external. Faktor internal seperti perbedaan densitas air laut, gradien tekanan mendatar dan gesekan lapisan air. Sedangkan faktor eksternal seperti gaya tarik matahari dan bulan yang dipengaruhi oleh tahanan dasar laut dan gaya coriolis, perbedaan tekanan udara, gaya gravitasi, gaya tektonik dan angin.

Arus Dekat Pantai

Sheppard dan Inman (1950) mengusulkan dua pembedaan utama dalam mendefinisikan arus di laut yaitu arus laut (coastal current) dan arus dekat pantai (nearshore current). Coastal current secara umum terdiri dari arus pasang surut (tidal current), arus laut dan arus yang dibangkitkan oleh angin. Sedangkan nearshore current terdiri dari longshore current, crosshore current, arus balik (rip current) dan undertow current. Pada Gambar 2.2. berikut adalah ilustrasi pola arus dekat pantai

Gambar 1. Sistem arus dekat pantai (Triatmodjo,1999)

Medan Arus Dekat Pantai

Berbagai arus yang ada pada daerah dekat pantai, seperti arus-arus laut, arus pasang surut, dan arus yang dibangkitkan oleh gelombang angin. Skala besar dalam waktu dan ruang arus-arus laut termasuk osilator dan nonuniform. Arus yang dibangkitkan oleh gelombang secara langsung oleh aksi swell dan gelombang angin dalam atau dekat surf zone (Amiruddin, 2001). Putnam, Munk, dan Traylor (1949) yang pertama mengajukan suatu formula untuk menghitung kecepatan arus rata-rata sejajar pantai berdasarkan kekekalan momentum. Pendekatan yang lain dibuat oleh Inman dan Quinn (1951), Nagai (1954), Galvin dan Eagleson (1965), Eagleson (1965), dan Sato dan Tanaka (1966).

Pada tahun 1960-an, Longuet-Higgins dan Stewart (1960, 1961, 1962, 1964)

(3)

memperkenalkan konsep stress radiasi untuk menganalisis gelombang modulasi di hadapan arus atau gelombang panjang. Strees radiasi didefinisikan sebagai kelebihan fluks momentum yang dibangkitkan oleh gelombang. Hal tersebut telah diterapkan secara luas dalam memprediksi fenomena gelombang air seperti set-up dan set-down oleh gelombang dan untuk menganalisis sistem arus dekat pantai.

Persamaan Hidrodinamika

Dalam sistem arus dekat pantai ini diasumsikan bahwa arus dekat pantai mempunyai variasi yang kecil terhadap waktu dan ruang pada skala besar dibandingkan dengan panjang gelombang atau periode gelombang, sehingga diperoleh (Mei dalam Amiruddin, 2001):

Persamaan Kontinuitas:

 

 

A Q y V h x U h t             

dengan t adalah waktu, (x,y) koordinat kartesian dalam bidang horizontal, (U,V) komponen kecepatan arus dekat pantai, h kedalaman perairan, Q debit aliran di muara sungai, A luas penampang sungai, dan  adalah elevasi muka air rata-rata yang dipengaruhi oleh gelombang setup/setdown. Persamaan Gerak: 0                x g R M F y U V x U U t U x x x  0                y g R M F y V V x V U t V y y y

dengan : Fx dan Fy : gesekan dasar

dalam arah x dan y, Mx dan My : percampuran

lateral dalam arah-x dan y, Rx dan Ry : stress

radiasi dalam arah-x dan y.

Gesekan dasar pada medan gelombang-arus yang dirata-ratakan terhadap waktu untuk satu periode adalah sebagai berikut :

                   V W w U W w W h C Fx f bb  

 cos cos sin

2 2 2

                  V W w W U W w h C Fy f b   b   2 2 2 sin sin cos

           b b b b w V U w V U w V U w V U W     sin cos 2 sin cos 2 2 1 2 2 2 2 2 2 dengan wbH

sinhk(h)

,  adalah frekuensi sudut, k bilangan gelombang,

 sudut yang dibentuk muka gelombang dengan sumbu-x.

Dengan asumsi bahwa turbulensi pada arus dekat pantai adalah isotropik, maka percampuran lateral dapat dituliskan sebagai berikut :                       y U y x U x Mx                         y V y x V x My  

dengan  adalah koefisien momentum. Dan hasil penelitian Longuet-Higgins mendapatkan

) ( 

Nl g h , dengan N adalah konstanta yang lebih kecil dan 0,016, l adalah jarak dari garis pantai   tan ) (   h l Persamaan stress radiasi yang digunakan dalam perhitungan model arus ini adalah persamaan yang ditulis dalam persamaan:

    y S x S h Rx xx xy   1

    y S x S h Ry xy yy   1

Set-up dan Set-down oleh Gelombang Set-down

Dengan mengasumsikan bahwa gelombang permukaan menjalar pada perairan dengan kedalaman konstan dalam arah-x, maka kekekalan momentum dalam arah-x dapat ditulis sebagai (Izumiya dalam Amiruddin, 2001) :

 

dx d h g S dx d xx      

Dengan menggunakan kekekalan fluks energi dan diasumsikan  kecil bila dibandingkan dengan kedalaman perairan, h, di luar surfzone, maka hasil integrasi dari

(4)

persamaan di atas menghasilkan set-down (Izumiya dalam Amiruddin, 2001):

kh k H 2 sinh 8 1 2    Set-up

Di dalam surfzone energi gelombang terdisipasi karena gelombang pecah, sehingga stress radiasi Sxx berkurang dan akan terjadi

gelombang set-up. Tinggi gelombang pecah dapat didekati dengan persamaan H =  (h+ ). Stress radiasi di dalam surfzone Sxx1,5E. Dengan menggunakan pendekatan perairan dangkal dan teori gelombang linier, maka diperoleh (Izumiya dalam Amiruddin, 2001):

h h

K B

B 

 

dengan hB adalah kedalaman perairan di

tempat gelombang pecah, B adalah elevasi muka air pada saat gelombang pecah

2 3 8 1 1   

K dan  adalah konstanta pembanding.

METODOLOGI PENELITIAN Lokasi Penelitian

Gambar 2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di sepanjang

pantai delta muara Sungai Saddang

kabupaten Pinrang.

Metode Perolehan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data yang didapatkan dari instansi dan lembaga yang terkait. Data yang digunakan berupa data kecepatan angin dan data batimetri. Prosedur Perhitungan Model

Untuk memecahkan persamaan yang rumit atau tidak mungkin dipecahkan secara analitik maka dilakukan pendekatan numerik. Metoda numerik yang dipakai dalam Tugas Akhir ini adalah metoda beda hingga eksplisit. Dalam metoda ini daerah yang akan disimulasikan terlebih dahulu harus didiskretisasi ke dalam sistem grid, dengan sumbu-x adalah arah sepanjang pantai dan sumbu-y positif adalah menuju laut lepas. Indeks sel dalam arah-x ditulis dengan i dan dalam arah-y ditulis dengan j.

Algoritma Numerik

Diskretisasi persamaan pada metoda eksplisit adalah beda pusat untuk turunan terhadap ruang dan beda maju untuk turunan terhadap waktu. Kestabilan numerik pada metoda ini sangat ditentukan oleh perbandingan antara s dan perubahan waktu t. Kriteria stabilitas untuk medan gelombang dan arus adalah sebagai berikut :

U

g

h

maks

t

s

Dengan menggunakan persamaan beda hingga eksplisit, diperoleh hasil diskretisasi persamaan hidrodinamika sebagai berikut (Nishimura Amiruddin, 2001): Persamaan Kontinuitas :

 

A Q s V D V D s U D U D t j i j i y j i j i y j i j i x j i j i x j i j i               , , 1 , 1 , . , . 1 , 1 , ,   dengan :

h h 1 1

/2 Dxi,ji,ji,ji,ji,j

h h 1 1

/2 Dyi,ji,ji,ji,j i,j

(5)

Persamaan gerak dalam arah-x :

0 2 2 , 1 , , , , 1 , 1 , , * , 1 , 1 , , ,                     s g R M F s U U V s U U U U U j i j i j i x j i x j i x j i j i j i j i j i j i j i j i  

Persamaan gerak dalam arah-y :

0 2 2 1 , , , , , , 1 , 1 , * 1 , 1 , , , ,                     s g R M F s V V U s V V V V V j i j i j i y j i y j i y j i j i j i j i j i j i j i j i  

Syarat Awal dan Syarat Batas

Untuk memungkinkan penyelesaian persamaan pengatur diperlukan syarat awal dan syarat batas. Syarat awal adalah memberikan harga variabel pada saat t = 0, yaitu pada awal simulasi. Syarat batas digunakan untuk menghitung variabel di batas daerah simulasi. Syarat batas terdiri dari syarat batas tertutup, syarat batas terbuka dan syarat batas di laut lepas.

Diagram Alir Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemodelan pola Arus pada Muson Barat Arah Barat (α = 0)

Pada saat arah datang gelombang tegak lurus dengan pantai (α = 0⁰), di sebelah selatan muara pantai sungai saddang arus yang datang tegak lurus menyusuri pantai ke arah muara dengan kecepatan 0,005 m/s - 0,029 m/s akibat topografi pantai yang miring. Arus yang datang

dari sebelah selatan muara sebagian di teruskan ke sebelah utara muara sungai, sebagian berbelok kearah laut lepas dengan kecepatan rata-rata 0,023 m/s. Di sebelah utara muara sungai terjadi perputaran arus seperti yang terlihat pada Gambar IV.4. Perputaran arus tersebut di sebabkan oleh arus yang datang dari sebelah selatan muara bertemu dengan arus dari sebelah utara di bagian pantai yang membentuk sebuah cekungan.

Gambar IV.4. Pola arus dengan arah datang gelombang tegak lurus pantai Arah Barat Laut (α = 45)

Gambar IV.5. Pola arus dengan arah datang gelombang dari barat laut

Ketika gelombang datang dari arah selatan, arus datang menyusuri pantai bergerak ke arah muara sungai saddang dengan kecepatan 0,016 m/s – 0,047 m/s. Arus yang datang dari arah utara bergerak menyusuri pantai kearah muara dengan kecepatan 0,023 m/s - 0,069 m/s, sehinnga terjadi pertemuan

(6)

arus dari arah selatan muara sungai sadang yang menyebabkan arus berbelok ke arah laut lepas dengan kecepatan 0,021 m/s seperti yang terlihat pada Gambar IV.5

Pemodelan pola Arus pada Muson Timur Arah Barat (α = 0)

Pada saat arah datang gelombang tegak lurus dengan pantai (α = 0⁰), di sebelah selatan muara pantai sungai saddang arus yang datang tegak lurus menyusuri pantai ke arah muara dengan kecepatan 0,004 m/s - 0,017 m/s akibat topografi pantai yang miring. Arus yang datang dari sebelah selatan muara sebagian di teruskan ke sebelah utara muara sungai, sebagian berbelok kearah laut lepas dengan kecepatan rata-rata 0,021 m/s. Di sebelah utara muara sungai terjadi perputaran arus yang di sebabkan oleh arus yang datang dari sebelah selatan muara bertemu dengan arus dari sebelah utara di bagian pantai yang membentuk sebuah cekungan.

Gambar IV.6. Pola arus dengan arah datang gelombang dari Barat

Arah Barat Daya (α = -45)

Ketika gelombang datang dari arah barat daya (α = -45⁰) arus yang datang menyusuri pantai bergerak dari sebelah selatan muara sampai ke sebelah utara muara sungai saddang dengan kecepatan 0,016 m/s - 0,038 m/s dan sebagian arus berbelok ke arah laut lepas. Di sebelah utara muara sungai saddang terjadi pembelokan arus membentuk cekungan karena pengaruh topografi pantai seperti yang terlihat pada Gambar IV.7.

Gambar IV.7. Pola arus muara sunagi saddang dari arah barat daya Arah Selatan Barat Daya (α = -60)

Ketika gelombang datang dari arah -45⁰ arus yang datang menyusuri pantai dari arah selatan muara sungai saddang menuju ke sebelah utara muara dengan kecepatan 0, 015 m/s – 0, 34 m/s. Arus yang datang sebagian berbelok ke arah laut lepas dan sebagian di teruskan ke sebelah utara muara sungai saddang.

Gambar IV.8. Pola arus muara sungai saddang dari arah Selatan Barat Daya

Di sebelah utara muara sungai saddang terjadi pembelokan arus membentuk cekungan karena pengaruh topografi pantai seperti yang terlihat pada Gambar IV.8.

Pemodelan pola Arus pada Musim Peralihan Arah Barat Daya (α = -45)

Ketika gelombang datang dari arah barat daya (α = -45⁰) arus yang datang menyusuri pantai bergerak dari sebelah selatan muara sampai ke sebelah utara muara sungai

(7)

saddang dengan kecepatan 0,017 m/s - 0,043 m/s dan sebagian arus berbelok ke arah laut lepas. Di sebelah utara muara sungai saddang terjadi pembelokan arus membentuk cekungan karena pengaruh topografi pantai seperti yang terlihat pada Gambar IV.9.

Gambar IV.9. Pola arus pada musim peralihan dari arah barat daya Arah Barat Laut (α = 45)

Ketika gelombang datang dari arah selatan, arus datang menyusuri pantai bergerak ke arah muara sungai saddang dengan kecepatan 0,011 m/s – 0,029 m/s. Arus yang datang dari arah utara bergerak menyusuri pantai kearah muara dengan kecepatan 0,018 m/s - 0,042 m/s, sehinnga terjadi pertemuan arus dari arah selatan muara sungai sadang yang menyebabkan arus berbelok ke arah laut lepas dengan kecepatan 0,014 m/s seperti yang terlihat pada Gambar IV.10.

Gambar IV.10. Pola arus musim peraliahan dari arah barat laut

Arah barat (α = 0)

Dari Gambar IV.11 terlihat bahwa arus sebelah selatan muara dengan kecepatan 0,004 m/s - 0,018 m/s bergerak menuju muara sungai saddang dan bertemu dengan arus yang lebih kecil dari arah utara muara dengan kecepatan

0,004 - 0,014 m/s sehingga arus berbelok kearah laut lepas agak condong ke arah barat laut dan sebagian di belokkan kedalam sungai.

Gambar IV.11. Pola arus dari arah barat pada musim peralihan

PENUTUP Kesimpulan

Dari penelitian ini dapat di simpulkan bahwa sirkulasi arus yang terjadi setiap musim berbeda karena arah datang gelombang setiap musim yang berbeda, sedangkan kecepatan arus yang terbentuk di pengaruhi oleh arah datang gelombang, periode dan tinggi gelombang pada setiap musim yang berbeda-beda. Pada saat angin moson barat berhembus, arus datang dari arah barat dengan kecepatan 0,005 m/s - 0,029 m/s dan arah barat laut dengan kecepatan 0,016 m/s – 0,069 m/s. Pada saat angin muson timur berhembus, arus datang dari arah barat dengan kecepatan 0,004 m/s - 0,021 m/s, arah barat daya dengan kecepatan 0,015 m/s - 0,034 m/s dan arah selatan barat daya dengan kecepatan 0,016 m/s – 0,38 m/s. Sedangkan pada musim peralihan arus laut datang dari arah barat dengan kecepatan 0,004 m/s - 0,018 m/s, arah barat daya dengan kecepatan 0,017 m/s - 0,043 m/s dan arah barat laut dengan kecepatan 0,011 m/s – 0,042 m/s. Saran

Penelitian ini dapat di kembangkan dengan menambahkan debit air masuk ke dalam sungai sebagai input program agar di dapatkan pola arus yang lebih akurat di sekitar muara sungai saddang.

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin, 2001. Model Perubahan Topografi Dasar Laut Akibat Pengaruh Gelombang dan Arus Dekat Pantai. Thesis. Institud Teknologi Bandung.

Dean, Robert G., and Robert A. Dalrymple. Coastal Processes. Cambridge: Cambridge University Press, 2002. Gross, M.G., 1990. Oceanography. ed. 6th.

Macmillan

Publishing Company, New York. Komar. D.P.1976. Beach Processes and

Sedimentation. Prentice-Hall. Inc.. Englewood Sliffs. new Jersey. Longuet-Higgins, M. S., (1988), Longshore

Current Generated by Obliquely incident sea waves, 1970, di dalam Nearshore Dynamics and Coastal Processes, ed. Horikawa, K., University of Tokyo Press.

Pariwono.I.J. 1999. Kondisi Oseanografi Perairan Pesisir Lampung (Proyek pesisir Publlication). Technical Reprt (TE-99/12-1) Coastal Resources Center. University of Rhode Island. Jakarta.

Poerbandono dan Djunarshjah, E, 2005, Survey Hidrografi, Reflika Aditama, Bandung.

Rosyida, 2015. Analisis Pola Spasio-Temporal Arus Susur Pantai Periode Tahun 1983-2013 Di Perairan Pantai Delta Muara Sungai Saddang. Universitas Hasanuddin.

Shepard, F.P., and D.L. Inman (1950). Nearshore water circulation related to bottom topography and wave refraction: Trans. Amer. Geophys. Union, vol. 31, pp. 196-212. Triatmodjo B. 1999. Teknik Pantai. Yogyakarta

Gambar

Gambar 1. Sistem arus dekat pantai  (Triatmodjo,1999)
Gambar 2. Lokasi Penelitian
Gambar IV.4. Pola arus dengan arah datang  gelombang tegak lurus pantai  Arah Barat Laut (α = 45⁰)
Gambar IV.7. Pola arus muara sunagi  saddang dari arah barat daya  Arah Selatan Barat Daya (α = -60⁰)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Seminar Nasional Cendekiawan 2016 ISSN (E) : 2540-7589 ISSN (P) : 2460-8696 batasan tekanan maksimum di titik pertemuan fasilitas produksi apung.Menghitung laju alir dan kondisi

Metode analisis deskriptif digunakan pada tahap awal untuk mendapatkan data tentang kondisi objektif lapangan yang meliputi: (1) kondisi model layanan bimbingan yang sudah

Iako se utjecaj otapala najčešće razmatra u kontekstu interakcija otopljene tvari i otapala (solvatacija), kada su te interakcije slabije ili usporedive s

Oleh Karena itu, penelitian ini bukan suatu pengulangan semata dari penelitian sebelumnya khususnya pada media radio, penelitian ini dilakukan untuk menambah dan

Pelaporan kinerja triwulan sebagaimana dimaksud di atas merupakan perwujudan akuntabilitas Seksi Sarana dan Prasarana Perikanan Budidaya dalam mengidentifikasi berbagai hal

Pada penelitian ini dibangun sebuah sistem pakar untuk menentukan jalur terpendek objek wisata pada Kota Kupang dengan menggunakan metode forward chaining.. Dengan

Melalui instrumen pengumpulan data berupa kuisioner maka dilakukan analisis terhadap variabel-variabel kajian yang terkait dengan budaya organisasi dengan tingkat

Hasil penelitian menyatakan bahwa kualitas pelayanan ditentukan oleh kepuasan pelanggan (Badri, Attia, & Ustadi, 2008; Chakraborty & Majumdar, 2011; Larsson &