• Tidak ada hasil yang ditemukan

B A B Profil Keuangan Daerah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "B A B Profil Keuangan Daerah"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

11.1.

Profil Keuangan Daerah

11.1.1.Pengeluaran Daerah

Komponen pengeluaran belanja terdiri dari : 1. Belanja Operasi

2. Belanja Modal

3. Transfer ke desa/kelurahan 4. Belanja tak terduga

Pada Tabel VIII- 1 dapat diketahui bahwa besarnya pengeluaran belanja di Kabupaten Nganjuk pada tahun 2011 mencapai Rp. 1.127.221.990.873bertambah 19,66 % dari total biaya tahun 2012. Dilihat dari perkembangan total biaya di kabupaten Nganjuk tiap tahunnya (2008-2012) cenderung meningkat, dimana rata-rata pertumbuhan tiap tahunnya adalah sebesar 17,45 %., Pos paling besar pengeluaranya adalah pada pos belanja operasi yang meliputi belanja pegawai, belanja bantuan keuangan dan belanja hibah, yaitu masing-masing sebesar Rp. 811.284.984.637 ‘ Rp. 46.752.325.800 dan Rp. 45.012.208.830.

B

A

B

(2)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Nganjuk 2015-2019

Tabel VIII - 1

Perkembangan Belanja Daerah Kabupaten Nganjuk Tahun 2007-2012

No. Uraian REALISASI BELANJA DAERAH

2008 2009 2010 2011 2012

1 Belanja Tidak Langsung 535.327.687.740 545.080.557.936 711.291.692.194 771.220.094.852 905.074.987.123 1.1 Belanja Pegawai 489.127.068.691 492.327.590.058 645.886.218.791 703.276.200.734 811.284.984.637 1.2 Belanja Hibah 7.568.539.000 12.410.000.000 21.251.146.000 18.061.274.500 45.012.208.830

1.3 Belanja Bansos 6.547.784.000 6.368.962.000 5.883.541.000 6.462.036.000 0

1.4 Belanja Bantuan Keuangan 31.257.627.219 32.996.570.137 36.996.410.869 42.306.162.894 46.752.325.800

1.5 Belanja Tidak Terduga 0 0 157.900.000 109.232.500 496.674.100

1.6 Belanja Bagi Hasil 826.668.830 977.435.741 1.116.475.534 1.005.188.224 1.528.793.756 2 Belanja Langsung 258.941.959.624 362.395.564.362 230.004.197.530 356.001.896.021 443.748.772.501

2.1 Belanja Pegawai 0 35.948.200.941 31.179.284.375 28.771.338.325 36.391.320.750

2.2 Belanja Barang dan Jasa 95.015.895.402 119.290.266.076 123.325.259.549 213.266.634.758 223.253.576.095 2.3 Belanja Modal 163.926.064.222 207.157.097.345 75.499.653.606 113.963.922.938 184.103.875.656 JUMLAH BELANJA 794.269.647.364 907.476.122.298 941.295.889.724 1.127.221.990.873 1.348.823.759.624

(3)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Nganjuk 2015-2019 11.1.2.Pembiyaan Daerah

Pembiayaan (financing) adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit dan atau memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari pinjaman, dan hasil investasi. Sementara, pengeluaran pembiayaan antara lain digunkan untuk pembayaran kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas lain,dan penyertaan modal pemerintah.

Pembiayaan daerah dibutuhkan untuk mengatasi kondisi dimana terjadi ketidakseimbangan/ketidaksesuaian antara pendapatan daerah dan belanja daerah. Artinya, defisit anggaran daerah, maka pembiayaan dapat menutup terjadinya defisit tersebut dengan memanfaatkan SILPA, pencairan dana cadangan hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman, penerimaan kembali pemberian pinjaman dan penerimaan piutang daerah. Sebaliknya apabila terjadi surplus maka kelebihan anggaran tersebut dapat dimanfaatkan untuk pembentukan dana cadangan dalam rangka membiayai kegiatan yang membutuhkan dana yang besar yang tidak cukup dibiayai selama satu tahun anggaran; dapat digunakan untuk penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah; pembayaran hutang pokok maupun untuk pemberian pinjaman daerah

Selama ini penerimaan terbesar berasal dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SilPa), Tingginya angka Sisa Lebih ini sebenarnya menunjukkan kurang optimalnya pelaksanaan kegiatan dan perencanaannya. Sedangkan kedepan dengan sistem perencanaan penganggaran maupun pelaksanaan yang baik maka silpa tentunya juga akan mendekati angka 0 dan Penerimaan piutang semakin tinggi.

(4)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Nganjuk 2015-2019

Tabel VIII - 2

Pembiayaan Daerah Kabupaten Nganjuk Tahun 2008-2012

Uraian 2008 2009 2010 2011 2012 1 2 3 4 5 6 Pendapatan Daerah 782.602.876.334 901.976.880.929 970.090.617.275 1.134.377.799.182 1.388.143.832.822 Belanja Daerah 794.269.647.364 907.476.122.298 941.295.889.724 1.127.221.990.873 1.348.823.759.624 Surplus/defisit -11.666.771.030 -5.499.241.369 28.794.727.552 7.155.808.309 39.320.073.197 Pembiayaan Daerah Penerimaan Pembiayaan 107.647.870.041 94.661.293.811 92.166.041.763 122.218.123.479 107.647.870.041 Pengeluaran Pembiayaan 3.057.425.000 5.861.152.214 5.315.529.000 12.473.333.818 4.692.500.000 Pembiayaan Netto 104.590.445.041 88.800.141.597 86.850.512.763 109.744.789.661 116.969.691.394 SiLPA Tahun Anggaran Berjalan 92.923.674.011 83.300.900.228 115.645.240.315 116.900.597.970 156.289.764.591

(5)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Nganjuk 2015-2019

11.2.

Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu

A. Kebijakan Umum Pendapatan Daerah

Perubahan paradigma sistem pemerintahan dari sentralistik ke desentralistik (otonomi daerah) membawa konsekuensi terjadinya perubahan paradigma perencanaan pembangunan dari pendekatan pembangunan sektoral ke pendekatan regional (kewilayahan), sehingga terjadi perubahan sistem proses perencanaan dari top-down blueprint menjadi bottom-up learning.

Otonomi daerah bukan semata-mata proses administrasi politik, berupa pelimpahan wewenang pembangunan dan pemerintahan kepada pemerintah daerah, melainkan lebih merupakan suatu proses pembangunan daerah sendiri dengan segala rangkaian komitmen dan tanggung jawab yang mengiringinya, yang menuntut kemampuan seluruh aparatur pemerintah daerah dalam penguasaan substansi dan manajemen pembangunan.

Sejalan dengan hal tersebut, otonomi daerah menimbulkan konsekuensi terhadap Pemerintah Daerah untuk menyelenggarakan segala urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan dalam rangka mencapai kemakmuran, kesejahteraan, dan memberikan pelayanan kepada masyarakat yang mampu memberikan kepuasan. Untuk dapat mencapai maksud tersebut, dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan diperlukan kemampuan pendanaan dari pemerintah daerah berkaitan dengan upaya melakukan optimalisasi sumber-sumber pendapatan daerah. Pendapatan Daerah merupakan seluruh penerimaan yang berasal dari daerah itu sendiri maupun alokasi dari Pemerintah Pusat sebagai hak pemerintah daerah yang tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. Sumber-sumber pendapatan daerah yang berasal dari Pemerintah Pusat selanjutnya diatur melalui Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

1). Pendapatan Asli Daerah.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan pendapatan yang diperoleh dari sumber-sumber yang digali dari potensi yang ada di daerah seperti pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan perusahaan daerah dan lain-lain PAD yang sah. PAD dapat dijadikan sebagai tolok ukur untuk mengetahui seberapa besar tingkat kemandirian daerah. Semakin tinggi perolehan PAD maka semakin tinggi pula tingkat kemandirian daerah, yang berarti pula berkurangnya tingkat ketergantungan pemerintah daerah terhadap dana perimbangan yang selama ini diperoleh dari Pemerintah Pusat.

PAD merupakan jenis pendapatan daerah yang secara langsung dapat dikendalikan dan dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah. Oleh sebab itu dalam rangka meningkatkan tingkat kemandirian daerah perlu ditetapkan rumusan tentang kebijakan-kebijakan apa yang akan ditempuh sehingga PAD dapat memberikan konstribusi yang signifikan terhadap kemampuan pemerintah daerah untuk

(6)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Nganjuk 2015-2019

memenuhi pendanaannya dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat (public) serta melaksanakan pembangunan di berbagai bidang.

Kebijakan-kebijakan yang perlu dirumuskan dalam rangka peningkatan kemandirian daerah melalui upaya peningkatan PAD adalah sebagai berikut :

a) Melakukan intensifikasi terhadap sumber-sumber PAD yang sudah ada melalui peningkatan kualitas kemampuan sumber daya aparatur dalam mengoptimalkan pemungutan sumber-sumber PAD serta perbaikan manajemen, dengan menggunakan sistem informasi penerimaan daerah yang lebih dapat diandalkan. Sistem informasi diharapkan dapat menyediakan data menyeluruh yang mencakup jumlah dan potensi terhadap data obyek PAD.

b) Optimalisasi pemanfaatan aset daerah dan sumber daya alam dalam rangka meningkatkan daya dukung pembiayaan daerah dan pertumbuhan ekonomi.

c) Penyesuaian tarif baru dengan didasarkan pada tingkat perekonomian masyarakat, diikuti dengan meningkatkan kualitas pelayanan baik dalam pemungutan maupun pengelolaannya.

d) Melakukan ekstensifikasi dengan mencari dan menggali potensi sumber-sumber PAD yang baru dalam batas ketentuan perundang-undangan dengan tidak menghambat kinerja perekonomian yang ada.

e) Meningkatkan peran Perusahaan Daerah melalui perbaikan dan peningkatan manajemen agar Perusahaan Daerah dapat dikelola secara profesional, efektif dan efisien serta dikelola berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi perusahaan yang sehat sehingga mampu memberikan kontribusi PAD dalam bentuk bagian laba kepada Pemerintah Daerah.

2). Dana Perimbangan.

Sebagaimana diamanatkan Undang-undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, bahwa dalam rangka menciptakan keseimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah dan antar pemerintah daerah, maka pemerintah mengalokasikan dana perimbangan yang bersumber dari pendapatan APBN terdiri dari dana bagi hasil pajak dan bukan pajak (Sumber Daya Alam/SDA), dana alokasi umum (DAU) dan dana alokasi khusus (DAK). Dana perimbangan merupakan sumber pendapatan bagi pemerintah daerah dalam rangka melaksanakan desentralisasi yang alokasinya ditetapkan setiap tahun melalui APBN.

Tidak seperti Pendapatan Asli Daerah, dana perimbangan merupakan jenis pendapatan daerah yang tidak dapat dikendalikan dan tidak dapat dipengaruhi secara langsung oleh kebijakan-kebijakan pemerintah daerah. Hal ini dikarenakan semua

(7)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Nganjuk 2015-2019

kebijakan yang berhubungan dengan dana perimbangan ditentukan oleh pemerintah. Namun demikian, terhadap komponen dana perimbangan tertentu seperti dana bagi hasil pajak dan bukan pajak serta DAK, pemerintah daerah membuat kebijakan-kebijakan tertentu dalam upaya peningkatan dana perimbangan. Adapun kebijakan pemerintah daerah dalam upaya peningkatan dana perimbangan adalah dengan menyampaikan laporan keuangan dan menyediakan data dasar untuk kebutuhan perhitungan dana perimbangan secara tepat waktu serta melakukan analisis untuk menilai akurasi perhitungan terhadap formula dana perimbangan dan melakukan peran aktif berkoordinasi dengan Pemerintah Pusat, sehingga alokasi dana perimbangan yang diterima sesuai dengan kontribusi yang diberikan atau sesuai dengan kebutuhan yang akan direncanakan.

3). Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah.

Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari selain PAD dan dana perimbangan seperti pendapatan hibah, dana darurat, dana bagi hasil pajak dari provinsi dan pemerintah daerah lainnya, dana penyesuaian serta bantuan keuangan dari pemerintah provinsi dan pemerintah daerah lainnya.

Seperti halnya komponen dana perimbangan, lain-lain pendapatan daerah yang sah, juga tidak dapat dipengaruhi secara langsung oleh kebijakan-kebijakan pemerintah daerah. Hal ini dikarenakan semua kebijakan yang berhubungan dengan lain-lain pendapatan yang sah sebagian ditentukan oleh kebijakan pemerintah pusat/provinsi serta pihak lainnya seperti pendapatan hibah, dana darurat, dana penyesuaian dan bantuan keuangan.

Dalam rangka meningkatkan dana bagi hasil pajak dari pemerintah provinsi seperti bagi hasil pajak kendaraan bermotor, bea balik nama kendaraan bermotor, pajak bahan bakar kendaraan bermotor, pajak pemanfaatan air bawah tanah/air permukaan dan bagi hasil lainnya, kebijakan yang dapat dilakukan pemerintah daerah adalah senantiasa meningkatkan koordinasi dan kerja sama dengan Pemerintah Provinsi dengan harapan dana bagi hasil pajak maupun bantuan keuangan dari Pemerintah Provinsi dapat meningkat sesuai dengan yang direncanakan.

B. Kebijakan Umum Belanja Daerah

Kebijakan umum belanja daerah tidak dapat dilepaskan dari kewenangan yang dimiliki pemerintah daerah dalam rangka pelaksanaan urusan daerah sebagaimana diatur di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. Dengan demikian belanja daerah diarahkan untuk terwujudnya pelaksanaan urusan wajib dan urusan pilihan yang ada di Kabupaten Nganjuk. Dalam rangka pelaksanaan urusan wajib, kebijakan belanja diarahkan memuat komponen pelayanan dan tingkat pencapaian yang dilaksanakan

(8)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Nganjuk 2015-2019

dalam 1 (satu) tahun anggaran. Komponen dan kinerja pelayanan disusun berdasarkan aspirasi masyarakat dengan mempertimbangkan kondisi dan kemampuan daerah yang berpedoman pada :

a. Belanja daerah diprioritaskan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan yang ditetapkan berdasarkan ketentuan perundang-undangan.

b. Belanja daerah dalam rangka penyelenggaraan urusan wajib digunakan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial, dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial. c. Belanja daerah disusun berdasarkan pendekatan prestasi kerja yang berorientasi pada

pencapaian hasil dari input yang direncanakan. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanaan anggaran serta memperjelas efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran.

d. Dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi daerah, pemerintah daerah supaya memberikan perhatian yang maksimal terhadap upaya peningkatan investasi di daerah, termasuk investasi bidang pendidikan.

e. Belanja daerah diprioritaskan untuk menunjang efektivitas pelaksanaan tugas dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam rangka melaksanakan urusan pemerintah daerah yang menjadi tanggungjawabnya. Peningkatan alokasi anggaran belanja yang direncanakan oleh setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah harus terukur yang diikuti dengan peningkatan kerja pelayanan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

C. Kebijakan Umum Pembiayaan Daerah

Pembiayaan adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah daerah, baik penerimaan pembiayaan maupun pengeluaran pembiayaan, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, yang dalam penganggaran pemerintah daerah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran.

Kebijakan pemerintah daerah terkait dengan pembiayaan sebagai berikut :

1) Apabila APBD diperkirakan surplus, maka kebijakan pembiayaan dalam rangka pemanfaatan surplus anggaran diarahkan untuk:

a. Pembentukan dana cadangan; b. Pembayaran pokok utang;

c. Penyertaan modal (investasi) daerah dengan memilih instrumen investasi yang bebas resiko dan menguntungkan secara ekonomi dan sosial;

(9)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Nganjuk 2015-2019

d. Pemberian pinjaman kepada pihak lain maupun kepada masyarakat dalam bentuk dana bergulir.

2) Apabila APBD diperkirkan defisit, maka kebijakan pembiayaan untuk menutup defisit anggaran antara lain:

a. Penggunaan SILPA tahun anggaran yang lalu; b. Pencairan dana cadangan;

c. Divestasi, yaitu menjual kembali investasi pemerintah daerah/kekayaan daerah yang dipisahkan;

d. Melakukan pinjaman kepada pemerintah/lembaga keuangan bank / bukan bank maupun pihak lainnya;

e. Penerimaan kembali pemberian pinjaman dari pihak lain/ masyarakat.

11.3.

Proyeksi Keuangan Daerah

Anggaran merupakan rencana keuangan yang memuat rencana pemerintah

daerah dalam rangka pelayanan kepada masyarakat yang diwujudkan dalam bentuk

program dan kegiatan yang disertai dengan estimasi besarnya biaya yang harus

dikeluarkan untuk merealisasikan rencana tersebut serta perkiraan sumber-sumber

mana saja yang akan menghasilkan pemasukan guna mendanai rencana pemerintah

daerah.

Kerangka pendanaan pemerintah daerah untuk kurun waktu 5 (lima) tahun ke

depan yaitu periode 2014 sampai 2018 tidak dapat dipisahkan dari data historis yaitu

perkembangan anggaran pemerintah daerah selama 5 (lima) tahun sebelumnya.

11.3.1.Estimasi Pendapatan Daerah Tahun 2014 – 2018

Kebijakan pendapatan daerah dalam lima tahun kedepan didasarkan pada

penerimaan pendapatan daerah selama lima tahun pelaksanaan periode lalu. Estimasi

pendapatan daerah tahun 2014 – 2018, dititik beratkan pada peningkatan pendapatan

asli daerah (PAD) dengan rata-rata peningkatan sebesar 12,5%. Komponen pendapatan

daerah yaitu Dana Perimbangan dan Lain-lain pendapatan daerah yang sah

diproyeksikan dengan rata-rata 10 %. Sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran

berjalan diproyeksikan sebesar 10%. Hal ini dimungkinkan sebagai bentuk efisiensi

dalam penggunaan anggaran seperti dalam proses pengadaan barang/jasa. Selanjutnya,

dengan mencermati trend pendapatan daerah dan variabel-variabel statistik lainnya,

(10)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Nganjuk 2015-2019

maka estimasi pendapatan daerah dalam kurun waktu tahun 2014 - 2018 adalah

sebagaimana dalam tabel berikut ini.

Tabel VIII - 3

Proyeksi/Target Pendapatan Kabupaten Nganjuk Tahun 2014 s.d tahun 2018

No. Uraian Proyeksi/Target

2014 2015 2016 2017 2018 1 Pendapatan Asli Daerah 166.841.803.538 184.360.192.909 205.561.615.094 229.201.200.829 257.507.549.132 1.1 Pajak Daerah 22.646.396.421 25.024.268.046 27.902.058.871 31.110.795.641 34.952.978.903 1.2 Retribusi Daerah 23.143.800.650 25.573.899.718 28.514.898.186 31.794.111.477 35.720.684.244 1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan 5.526.439.040 6.106.715.139 6.808.987.380 7.592.020.929 8.529.635.514 1.4 Lain – Lain PAD Yang Sah

115.525.167.427 127.655.310.006 142.335.670.657 158.704.272.783 178.304.250.471 2 Dana Perimbangan 1.545.028.892.350 1.699.531.781.585 1.869.484.959.743 2.084.475.730.114 2.292.923.303.125 2.1 Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak (Sumber Daya Alam) 81.675.016.875 89.842.518.563 98.826.770.419 110.191.849.017 121.211.033.919 2.2 Dana Alokasi Umum 1.021.092.172.100 1.123.201.389.310 1.235.521.528.241 1.377.606.503.989 1.515.367.154.388 2.3 Dana Alokasi Khusus 87.169.753.000 95.886.728.300 105.475.401.130 117.605.072.260 129.365.579.486 2.4 Transfer Pemerintah Pusat – Lainnya 280.976.815.900 309.074.497.490 339.981.947.239 379.079.871.171 416.987.858.289 2.5 Transfer Pemerintah Provinsi 74.115.134.475 81.526.647.922 89.679.312.714 99.992.433.677 109.991.677.044 3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah 12.317.332.500 13.549.065.750 14.903.972.325 16.394.369.558 18.033.806.513 JUMLAH PENDAPATAN 1.724.188.028.387 1.897.441.040.244 2.089.950.547.162 2.330.071.300.501 2.568.464.658.770 SILPA tahun Berjalan 172.418.802.839 189.744.104.024 208.995.054.716 233.007.130.050 256.846.465.877

(11)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Nganjuk 2015-2019 11.3.2.Estimasi Belanja Daerah

Untuk memproyeksikan belanja yang terdiri dari belanja langsung, dan belanja tidak langsung periode 2014 - 2018 menggunakan asumsi-asumsi yang didasarkan pada kondisi pada periode 2008 - 2012. Proporsi Belanja pegawai yang merupakan bagian dari belanja tidak langsung ditetapkan maksimal rata-rata lima tahun sebesar 57,22% dengan rincian rata-rata belanja pegawai 51,29%, rata belanja hibah 1,88%, rata bantuan sosial 0,49 %, rata-rata belanja bantuan keuangan 3,46% dan rata-rata-rata-rata belanja bagi hasil adalah 0,10%.

Selanjutnya, dengan mencermati trend belanja daerah dan variabel-variabel statistik lainnya, maka estimasi belanja daerah dalam kurun waktu tahun 2014 – 2018 adalah sebagaimana dalam tabel berikut ini.

Tabel VIII - 4

Proyeksi Belanja Daerah Kabupaten Nganjuk Tahun 2014 s.d Tahun 2018

No. Uraian REALISASI BELANJA DAERAH

2014 2015 2016 2017 2018 2 Belanja 2.1 Belanja Tidak Langsung 1.155.205.979.020 1.271.285.496.963 1.400.266.866.598 1.561.147.771.335 1.720.871.321.376 2.1.1 Belanja Pegawai 1.069.686.252.812 1.120.249.190.160 1.171.208.286.629 1.305.771.956.800 1.439.367.594.775 2.1.2 Belanja Hibah 965.545.295.897 1.005.643.751.329 1.044.975.273.581 1.165.035.650.250 1.284.232.329.385 2.1.3 Belanja Bansos 8.620.940.142 9.487.205.201 10.449.752.736 11.650.356.503 12.842.323.294 2.1.4 Belanja Bantuan Keuangan 60.346.580.994 66.410.436.409 73.148.269.151 81.552.495.518 89.896.263.057 2.1.5 Belanja Tidak Terduga 172.418.803 189.744.104 208.995.055 233.007.130 256.846.466

2.1.6 Belanja Bagi Hasil 1.724.188.028 1.897.441.040 2.089.950.547 2.330.071.301 2.568.464.659

2.2 Belanja Langsung 672.260.912.268 796.735.492.798 940.268.751.168 1.048.299.078.095 1.155.552.249.980 2.2.1 Belanja Pegawai 43.104.700.710 47.436.026.006 52.248.763.679 58.251.782.513 64.211.616.469 2.2.2 Belanja Barang dan Jasa 250.007.264.116 275.128.950.835 303.042.829.338 337.860.338.573 372.427.375.522 2.2.3 Belanja Modal 379.148.947.442 474.170.515.956 584.977.158.150 652.186.957.010 718.913.257.989 Total Jumlah Belanja 1.741.429.908.671 1.916.415.450.646 2.110.850.052.633 2.353.372.013.506 2.594.149.305.358 SURPLUS (DEFISIT) (17.759.136.692) (19.543.642.714) (21.526.490.636) (23.999.734.395) (26.455.185.985) Sumber : Rancangan Akhir RPJM Kabupaten Nganjuk 2014-2018

Dengan demikian, kerangka pendanaan pembangunan dalam APBD Kabupaten Nganjuk yang mencakup pendapatan daerah dan belanja daerah secara keseluruhan menunjukkan trend

(12)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Nganjuk 2015-2019

kenaikan selama tahun 2014-2018, dengan tetap mengupayakan pembiayaan netto yang semakin menurun dari tahun ke tahun.

11.4.

Rencana Peningkatan Pajak dan Retribusi

11.4.1.Rencana Peningkatan Pajak

Berdasarkan kondisi eksisting penerimaan pajak kabupaten Nganjuk dalam

kurun waktu 5 tahun (2006 - 2010) dapat diketahui bahwa rata-rata tingkat

pertumbuhan sebesar 5%. Pajak daerah Kabupaten Nganjuk proyeksi 5 tahun kedepan

(2012 - 2016) sebesar 5 %.

11.4.2.Rencana Peningkatan Retribusi

Berdasarkan kondisi eksisting penerimaan retribusi kabupaten Nganjuk dalam

kurun waktu 5 tahun (2005-2009), maka dapat diketahui bahwa rata-rata tingkat

pertumbuhan retribusi daerah kabupaten Nganjuk pertahunnya adalah sebesar 5%,

retribusi daerah kabupaten Nganjuk proyeksi 5 tahun kedepan (2010-2015) sebesar 5

%.

(13)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Nganjuk 2015-2019

Tabel VIII - 5

Rencana Peningkatan Pajak Kabupaten Nganjuk

N o Sumber Penerimaan Proyeksi % Proyeksi Pertumbuha n % Propors i 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 1 Pajak Hotel 68.658.000 76.930.000 80.776.500 84.815.325 89.056.091 93.508.896 98.184.341 5% 0,55 2 Pajak Restoran 90.411.050 94.492.600 99.217.230 104.178.092 109.386.996 114.856.346 120.599.163 5% 0,67 3 Pajak Hiburan 28.655.600 39.663.500 41.646.675 43.729.009 45.915.459 48.211.232 50.621.794 5% 0,28 4 Pajak Reklame 425.704.784 450.800.000 473.340.000 497.007.000 521.857.350 547.950.218 575.347.728 5% 3,22

5 Pajak Penerangan Jalan 10.888.349.13

9 11.300.000.00 0 11.865.000.00 0 12.458.250.00 0 13.081.162.50 0 13.735.220.62 5 14.421.981.65 6 5% 80,65

6 Pajak Galian Golongan C 87.046.282 - - - -

7 Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan - 1.860.000 1.953.000 2.050.650 2.153.183 2.260.842 2.373.884 5% 0,01

8 Pajak Sarang Burung 3.295.000 - - - -

9 Pajak Parkir - 63.928.000 67.124.400 70.480.620 74.004.651 77.704.884 81.590.128 5% 0,46

10 Pajak Air Tanah - 170.000.000 178.500.000 187.425.000 196.796.250 206.636.063 216.967.866 5% 1,21

11 Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan

Bangunan - 1.730.000.000 1.833.800.000 1.943.828.000 2.060.457.680 2.184.085.141 2.315.130.249 6% 12,95 T O T A L 11.592.119.85 5 13.927.674.10 0 14.641.357.80 5 15.391.763.69 6 16.180.790.16 0 17.010.434.24 7 17.882.796.80 9 5% 100

Sumber: Hasil Analisis,

(14)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Nganjuk 2015-2019

Rencana Peningkatan Retribusi Kabupaten Nganjuk

No Sumber Penerimaan Proyeksi % Proyeksi

Pertumbuhan

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

1 Retribusi Pelayanan Kesehatan 452.464.000 1.949.528.000 2.047.004.400 2.149.354.620 2.256.822.351 2.369.663.469 2.488.146.642 5%

2 Retribusi Pelayanan Persampahan 246.564.100 250.322.000 262.838.100 275.980.005 289.779.005 304.267.956 319.481.353 5%

3 Retribusi Biaya Cetak KTP dan Akte Kelahiran 989.612.000 1.111.221.000 1.166.782.050 1.225.121.153 1.286.377.210 1.350.696.071 1.418.230.874 5%

4 Retribusi Parkir ditepi jalan 1.932.534.000 2.985.784.000 3.135.073.200 3.291.826.860 3.456.418.203 3.629.239.113 3.810.701.069 5%

5 Retribusi pelayanan pasar 1.633.729.404 1.807.955.900 1.898.353.695 1.993.271.380 2.092.934.949 2.197.581.696 2.307.460.781 5%

6 Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor 419.258.500 392.550.000 412.177.500 432.786.375 454.425.694 477.146.978 501.004.327 5%

7 Retribusi Pemadam Kebakaran - - - - - - - 5%

8 Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta 195.941.250 5.058.000 5.310.900 5.576.445 5.855.267 6.148.031 6.455.432 5%

9 Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang - 12.000.000 12.600.000 13.230.000 13.891.500 14.586.075 15.315.379

10 Retribusi Jasa Usaha Pemakaian Kekayaan Daerah

1.034.350.750 2.751.884.035 2.889.478.237 3.033.952.149 3.185.649.756 3.344.932.244 3.512.178.856 5%

11 Retribusi Grosir dan atau Pertokoan 162.688.450 80.004.600 84.004.830 88.205.072 92.615.325 97.246.091 102.108.396 5%

12 Retribusi Jasa Terminal 429.302.075 471.277.300 494.841.165 519.583.223 545.562.384 572.840.504 601.482.529 5%

13 Retribusi Jasa Usaha Tempat Khusus Parkir 124.669.000 124.562.600 130.790.730 137.330.267 144.196.780 151.406.619 158.976.950 5%

14 Retribusi Jasa Usaha Rumah Potong Hewan 37.960.000 38.828.000 40.769.400 42.807.870 44.948.264 47.195.677 49.555.461 5%

No Sumber Penerimaan Proyeksi % Proyeksi

Pertumbuhan

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

15 Retribusi Jasa Usaha Tempat Rekreasi dan Olahraga

611.150.500 434.050.000 455.752.500 478.540.125 502.467.131 527.590.488 553.970.012 5%

(15)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Nganjuk 2015-2019

No Sumber Penerimaan Proyeksi % Proyeksi

Pertumbuhan

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

17 Retribusi Izin Gangguan 72.665.000 70.000.000 73.500.000 77.175.000 81.033.750 85.085.438 89.339.709 5%

18 Retribusi Izin Trayek - - - - - - - 5% 19 Retribusi Perizinan Penebangan Kayu Rakyat

dan Legalitas Kayu

38.197.090 15.000.000 15.750.000 16.537.500 17.364.375 18.232.594 19.144.223 5%

20 Penerimaan Fungsional Unit Swadana RSUD - - - - - - - 5%

21 Retribusi Izin Usaha Konstruksi 19.400.000 52.600.000 55.230.000 57.991.500 60.891.075 63.935.629 67.132.410 5%

22 Retribusi Izin Dispensasi Kendaraan Masuk Dalam Kota dan Retribusi Izin Menggunakan Kelas Jalan Tertentu Bagi Angkutan Barang / Truk

155.499.000 9.640.000 10.122.000 10.628.100 11.159.505 11.717.480 12.303.354 5%

23 Ketentuan Izin Operasional Kendaraan Peralatan Produksi Pertanian dan Sejenisnya

16.730.000 19.175.000 20.133.750 21.140.438 22.197.459 23.307.332 24.472.699 5%

24 Retribusi Izin Peruntukan Penggunaan Tanah 11.609.100 12.000.000 12.600.000 13.230.000 13.891.500 14.586.075 15.315.379 5% 25 Retribusi Izin Usaha Jasa Konstruksi - 52.600.000 55.230.000 57.991.500 60.891.075 63.935.629 67.132.410

No Sumber Penerimaan Proyeksi % Proyeksi

Pertumbuhan

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

26 Retribusi Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) - - - - - - -

27 Retribusi Wajib Daftar Perusahaan - - - - - - -

(16)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Nganjuk 2015-2019

No Sumber Penerimaan Proyeksi % Proyeksi

Pertumbuhan

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

29 Retribusi Izin Penyelenggaraan Kesenian 10.007.000 10.007.000 10.507.350 11.032.718 11.584.353 12.163.571 12.771.750 5%

T O T A L 8.740.102.804 12.783.132.435 13.422.289.057 14.093.403.510 14.798.073.685 15.537.977.369 16.314.876.238 5%

(17)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Nganjuk 2015-2019

11.5.

Strategi untuk Mengoptimalkan Sumber-Sumber Pendanaan

Strategi ini dimaksudkan agar sumber-sumber pendanaan yang ada dapat dimaksimalkan terutama dalam pemenuhan kebutuhan pendanaan pembangunan dan pengembangan program infrastruktur di Kabupaten Nganjuk.

11.5.1.Mengoptimalkan APBD.

APBD merupakan sumber pendanaan utama dalam pembangunan dan pengembangan infrastruktur di Kabupaten Nganjuk. Secara umum APBD merupakan penerimaan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi yang terdiri dari Pendapatan Daerah, Belanja, dan Pembiayaan.

Secara detail komponen-komponen pendapatan dan pembiayaan dapat menjadi sumber pendanaan infrastruktur. Berdasarkan kondisi dan kecenderungan pengalokasian anggaran, maka strategi pengoptimalan penggunaan APBD untuk pembangunan dan pengembangan infrastruktur Kota Kabupaten Nganjuk dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Penetapan Kebutuhan Program Pembangunan dan Pengembangan Infrastruktur Kota Kabupaten Nganjuk.

Penetapan kebutuhan program pembangunan dan pengembangan infrastruktur perlu untuk dilaksanakan untuk menstrukturkan dan mengintegrasikan langkah-langkah pembangunan infrastruktur di Kota Kabupaten Nganjuk. Program ditetapkan berdasarkan target-target pembangunan infrastruktur sebagaimana telah ditetapkan di dalam RPJMD, RPJMN, SPM, maupun MDGs.

Untuk tahap awal kebutuhan program pembangunan infrastruktur ini akan dihitung sampai dengan tahun 2010 (disesuaikan dengan masa perencanaan RPJMD). Secara detail, kebutuhan program-program pembangunan infrastruktur ditetapkan berdasarkan target-target pembangunan yang ada. Adapun target-target-target-target pembangunan infrastruktur secara garis besar dijelaskan sebagai berikut :

Penetapan program meliputi identifikasi program-program pembangunan fisik infrastruktur infrastruktur maupun program non-fisik infrastruktur (kampanye, advokasi, maupun capacity building).

Pembangunan program non-fisik tidak kalah penting dari pembangunan fisik terutama guna optimalisasi pemanfaatan infrastruktur infrastruktur yang akan dibangun. Program-program yang diidentifikasikan di atas juga akan disusun dengan perencanaan detail teknis dan kebutuhan pendanaannya.

2. Penetapan Kebutuhan Anggaran Infrastruktur Perkotaan.

(18)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Nganjuk 2015-2019

kebutuhan pendanaan guna penyelenggaraan program-program tersebut. Dalam hal ini, kebutuhan anggaran berdasarkan program-program di atas akan dilengkapi dengan kebutuhan pengelolaan infrastruktur yang telah terbangun (termasuk juga penghitungan setelah program pembangunan infrastruktur dilaksanakan).

Kebutuhan anggaran dan program pembangunan infrastruktur infrastruktur perkotaaan.

Pembangunan infrastruktur baru sangat terkait dengan perluasan cakupan layanan infrastruktur perkotaan guna mengejar pemenuhan target layanan infrastruktur yang harus diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Nganjuk. Pembangunan infrastruktur juga diiringi dengan program advokasi dan kampanye baik kepada pemerintah maupun masyarakat terutama tentang pentingnya infrastruktur serta dampaknya. Tujuan utama dari kampanye dan advokasi adalah untuk menggugah dan meningkatkan kesadaran serta pengetahuan tentang infrastruktur serta dampak yang ditimbulkannya.

Kebutuhan anggaran dan program pembangunan non-fisik infrastruktur perkotaan

(seperti kampanye dan advokasi, maupun program capacity building untuk pejabat pemerintah Kabupaten Nganjuk). Pembangunan non-fisik terutama ditujukan untuk mendukung perubahan perilaku infrastruktur masyarakat maupun pemerintah, serta meningkatkan efisiensi pengelolaan infrastruktur melalui peningkatan kualitas sumberdaya pengelola layanan infrastruktur.

- Kebutuhan anggaran operasional dan pemeliharaan layanan infrastruktur terbangun.

Kebutuhan ini penting untuk dihitung terutama dalam kaitannya dengan kelanggengan penyelenggaraan layanan infrastruktur Kabupaten Nganjuk. Kebutuhan anggaran ini dapat diturunkan dari kebutuhan total operasional dan pemeliharaan prasarana terbangun dikurangi dengan retribusi infrastruktur yang dapat dikumpulkan. Besaran kebutuhan anggaran pembangunan dan pengembangan infrastruktur perkotaan di atas akan menjadi landasan bagi pengembangan strategi pendanaan lainnya.

3. Estimasi Kekuatan Pendanaan Internal Kota Kabupaten Nganjuk untuk Infrastruktur

Kekuatan pendanaan internal kota dapat diturunkan dari pendapatan pajak daerah (komponen PAD) serta pendapatan bagi hasil pajak/non-pajak dengan Pemerintah Pusat dan Provinsi (komponen dana perimbangan). Komponen lain tidak dapat dijadikan sebagai

(19)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Nganjuk 2015-2019

komponen kekuatan internal terutama mengingat karakteristik masing-masing komponen. Seperti misalnya pendapatan retribusi yang akan kembali digunakan untuk kepentingan layanan yang dikenai retribusi (dan biasanya masih memerlukan subsidi untuk tetap menjalankan layanan tersebut).

Sedangkan DAU diturunkan berdasarkan celah fiskal kota, dan DAK yang sangat tergantung dengan program pemerintah pusat yang sangat top down. Dengan kondisi yang ada, maka estimasi pajak daerah ditetapkan dengan melihat proporsinya terhadap penerimaan PAD (pertumbuhan pajak daerah menunjukkan pertumbuhan yang sangat fluktuatif, sedangkan besaran proporsinya terhadap PAD memperlihatkan besaran yang lebih stabil). Dalam hal ini pertumbuhan rata-rata penerimaan PAD APBD Kabupaten Nganjuk diperkirakan sebesar, dimana estimasi pajak daerah akan diturunkan berdasarkan proporsinya terhadap penerimaan PAD (proporsi rata-rata pajak daerah terhadap PAD adalah sebesar), sedangkan estimasi bagi hasil pajak/non-pajak dengan Pemerintah Pusat dan Provinsi akan diturunkan berdasarkan proporsinya terhadap penerimaan dana bagi hasil, dimana proporsi rata-rata dana perimbangan terhadap total penerimaaan adalah sebesar. Berdasarkan perhitungan (di atas) penerimaan sendiri tumbuh rata-rata sebesar

Yang perlu diperhatikan dari perhitungan ini adalah bahwa estimasi pendanaan adalah merupakan estimasi total pendanan yang digunakan untuk melaksanakan seluruh urusan pemerintahan Kabupaten Nganjuk.

4. Penetapan Komitmen Pendanaan untuk Pengelolaan Infrastruktur

Dengan diestimasikannya kekuatan pendanaan internal kota, selanjutnya penetapan komitmen pendanaan untuk pengelolaan layanan infrastruktur perlu dibentuk. Komitmen yang dimaksud adalah besaran proporsi pendanaan infrastruktur terhadap total pendanaan internal Kota Kabupaten Nganjuk. Penetapan proporsi anggaran untuk infrastruktur akan dibentuk berdasarkan kesepakatan dengan DPRD Kabupaten Nganjuk. Dengan terbentuknya komitmen ini, maka pemilahan program berdasarkan sumber pendapatan akan dapat dilakukan dengan lebih cermat dan obyektif. Langkah ini lebih lanjut dapat menunjukkan celah fiskal untuk layanan infrastruktur Kota Kabupaten Nganjuk. Dengan kata lain akan terlihat gap pendanaan yang ditunjukkan melalui kapasitas fiskal Kabup[aten Nganjuk dengan kebutuhan pendanaan untuk layanan infrastruktur perkotaan.

5. Pemilahan program yang akan didanai dengan anggaran internal Kabupaten Nganjuk

Berdasarkan identifikasi program serta besaran kebutuhan pendanaannya, maka selanjutnya Pemerintah Kabupaten Nganjuk akan memilah program-program

(20)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Nganjuk 2015-2019

infrastruktur yang akan didanai dengan pendanaan internal kota sendiri. Program-program pembangunan infrastruktur yang belum ter-cover selanjutnya akan didanai melalui sumber-sumber lainnya.

6. Pengusulan perbaikan alokasi DAU untuk layanan infrastruktur

Mengingat layanan infrastruktur merupakan salah satu layanan publik yang menjadi urusan wajib kota, maka Pemerintah Kota Kabupaten Nganjuk akan memperhitungkan proporsi untuk pendaaan layanan infrastruktur berdasarkan perhitungan gap fiskal di atas. Dengan pengalokasian dana DAU yang lebih jelas untuk menutupi gap fiskal layanan infrastruktur, maka pembangunan dan pengembangan layanan infrastruktur Kota Kabupaten Nganjuk akan dapat dilaksanakan dengan lebih efisien, terarah dan lebih obyektif.

7. Penetapan proporsi pendanaan infrastruktur dalam DAK

DAK sangat berkaitan dengan program yang dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat. Oleh karena itu, besaran DAK sulit untuk dapat diprediksikan besarannya setiap tahunnya. Selain itu peruntukan pendanaan bagi infrastruktur tidak dijelaskan secara eksplisit dalam DAK. Walaupun demikian peruntukan layanan infrastruktur yang dapat dikaitkan dengan bidang pendanaan DAK adalah bidang kesehatan, air bersih, prasarana, dan lingkungan hidup. Karena itu Pemerintah Kabupaten Nganjuk akan berusaha menetapkan dan mengalokasikan pendanaan untuk infrastruktur dari bagian bidang-bidang tersebut.

8. Memanfaatkan surplus anggaran untuk pendanaan layanan infrastruktur perkotaan

Sebagaimana telah dijelaskan di atas, surplus anggaran merupakan salah satu sumber pendanaan yang dapat digunakan untuk pembangunan dan pengembangan infrastruktur Kota Kabupaten Nganjuk. Permasalahan yang berkaitan dengan surplus anggaran ini adalah bahwa surplus anggaran tidak dapat diprediksikan besarannya hingga akhir tahun fiskal berjalan.

Secara garis besar surplus anggaran dapat digunakan untuk keperluan-keperluan sebagai berikut :

− Penggunaan surplus anggaran untuk pembiayaan belanja defisit layanan infrastruktur perkotaan.

− Penyertaan modal untuk pengelolaan infrastruktur perkotaan; ataupun

− Memasukkan sebagian surplus anggaran ke dalam dana cadangan guna membiayai program pembangunan infrastruktur skala besar.

(21)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Nganjuk 2015-2019 akan mengkaji langkah-langkah berikut :

− Mengidentifikasikan besaran-besaran defisit anggaran layanan infrastruktur untuk kemudian dibiayai melalui surplus anggaran.

− Mengidentifikasikan program pembangunan infrastruktur Kabupaten Nganjuk skala besar serta besarnya dana anggaran yang dibutuhkan. Setelah itu Pemerintah Kabupaten Nganjuk akan berusaha mengkaji untuk membentuk komitmen pembentukan dana cadangan untuk pembiayaan program tersebut.

9. Memanfaatkan Anggaran Pemerintah Pusat dan Anggaran Provinsi

Sebagaimana disebutkan di atas, maka untuk tahap ini, Pemerintah Kota Kabupaten Nganjuk akan menetapkan program-program pembangunan infrastruktur yang tidak mampu didanai dengan pendanaan internal kota untuk diusulkan dibiayai dengan RPI2JM ataupun dana anggaran APBD Provinsi Kalimantan Tengah.

Langkah-langkah yang akan diambil untuk menerapkan strategi pemanfaatan RPI2JM adalah sebagai berikut :

− Identifikasi program pembangunan infrastruktur infrastruktur Kabupaten Nganjuk yang tidak dapat tercover oleh pendanaan internal.

− Membentuk proposal usulan program terpilih kepada Departemen PU yang terdiri dari proposal administrasi, usulan teknis dan proposal pembiayaan program.

− Menyampaikan proposal usulan program kepada Departemen PU dan melakukan pendekatan kepada Tim Teknis Infrastruktur Pusat.

Sedangkan langkah-langkah yang akan diambil untuk mendapatkan pembiayaan dari APBD Provinsi Jawa Timur adalah sebagai berikut :

− Melakukan koordinasi dengan Pemerintah Provinsi Jawa Timur terutama untuk mengidentifikasikan besaran anggaran yang bisa didapatkan untuk membiayai pembangunan infrastruktur di Kabupaten Nganjuk.

− Identifikasi program pembangunan infrastruktur Kabupaten Nganjuk yang tidak tercover dengan pendanaan internal.

− Membentuk proposal usulan program terpilih kepada Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang terdiri dari proposal administrasi, usulan teknis dan proposal pembiayaan program.

− Menyampaikan proposal serta membentuk komitmen pendanaan kepada Provinsi Jawa Timur.

10. Memaksimalkan Pendanaan Sektor Swasta dan Masyarakat

(22)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Nganjuk 2015-2019

swasta, maka pemerintah Kabupaten Nganjuk akan lebih mengembangkan program infrastruktur melalui kontrakkontrak kerja infrastruktur dengan pihak swasta. Selain itu Pemerintah Kabupaten Nganjuk juga akan memberikan kemudahan kepada pihak swasta yang selama ini telah menyelenggarakan layanan-layanan yang selama ini telah dikelola oleh pihak swasta.

Untuk itu Pemerintah Kabupaten Nganjuk akan melakukan :

Identifikasi layanan infrastruktur yang dapat dilakukan oleh swasta dan masyarakat. Mengkaji bentuk-bentuk insentif bagi pendanaan infrastruktur oleh swasta.

Selain itu pemerintah Kabupaten Nganjuk akan berusaha mendapatkan CSR guna mendanai penyelenggaraan infrastruktur di Kabupaten Nganjuk, terutama pendanaan program infrastruktur yang belum tercover oleh pendanaan internal. Untuk itu langkah-langkah yang akan diambil adalah sebagai berikut :

 Identifikasi program pembangunan dan pengembangan layanan infrastruktur kota yang belum tercover oleh pendanaan internal kota.

 Kompilasi perusahaan-perusahaan yang telah menjalankan program CSR, terutama perusahaan-perusahaan di daerah sekitar Kabupaten Nganjuk.

 Koordinasi dan penyusunan proposal infrastruktur yang rencananya didanai CSR kepada perusahaan-perusahaan yang telah diidentifikasikan.

 Penyampaian proposal pembiayaan CSR untuk program infrastruktur kota kepada perusahaan.

 Follow-up proposal untuk mencapai kesepakatan antara Pemerintah Kabupaten Nganjuk dengan perusahaan bersangkutan.

11. Pengintegrasian Program Infrastruktur ke dalam Program Skala Besar.

Sebagaimana disebutkan di atas bahwa sampai dengan saat ini infrastruktur belum secara eksplisit disebutkan sebagai salah satu bidang pembangunan, terutama dalam hal pendanaan. Dengan melihat karakterisktik infrastruktur, maka Pemerintah Kabupaten Nganjuk akan memasukkan infrastruktur ke dalam program-program pengentasan kemiskinan, lingkungan hidup, prasarana, maupun program peningkatan kesehatan. Hal ini dilakukan mengingat program-program tersebut termasuk ke dalam agenda nasional maupun daerah.

Untuk itu langkah-langkah yang akan diambil Pemerintah Kabupaten Nganjuk adalah sebagai berikut :

 Mengidentifikasikan program-program pengentasan kemiskinan, peningkatan prasarana, peningkatan kualitas lingkungan hidup dan kesehatan yang akan dijalankan Kota Kabupaten Nganjuk.

(23)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Nganjuk 2015-2019

peningkatan infrastruktur. Bagian-bagian program tersebut akan disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan dan pengembangan program infrastruktur yang telah diidentifikasikan di atas, terutam program yang belum tercover dengan pendanaan internal kota.

12. Memanfaatkan Pendanaan Melalui Hibah Luar Negeri.

Mengingat konsekuensi pengembalian pinjaman dapat membebani keuangan daerah, sementara investasi di sektor infrastruktur yang umumnya belum dapat cost recovery, maka Pemerintah Kota Kabupaten Nganjuk akan lebih memfokuskan pada pembiayaan hibah luar negeri.

Untuk itu tahapan yang akan dilakukan Pemerintah Kabupaten Nganjuk adalah sebagai berikut :

Mengidentifikasikan program-program infrastruktur skala besar yang belum mampu dibiayai pendanaan internal kota.

Penyusunan proposal administrasi, teknis, dan proposal finansial untuk program terpilih

Penyampaian usulan hibah kepada pemerintah (langsung kepada Bappenas ataupun melalui Departemen Teknis terkait)

Gambar

Tabel VIII - 1
Tabel VIII - 2
Tabel VIII - 3
Tabel  VIII - 4
+2

Referensi

Dokumen terkait

Peneliti melakukan diskusi dengan tokoh Hindu dan budayawan Bali terkait dengan implementasi filosofi tri hita karana dalam dunia bisnis (pariwisata alam) terkait

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota

Bila dibandingkan biomassa tumbuhan bawah pada kedua tegakan, rata-rata biomassa yang paling tinggi terdapat pada tegakan Mindi yaitu sebesar 6,15 ton/ha dan paling rendah

Melalui kegiatan diskusi siswa dapat menyebutkan dan mempresentasikan bagaimana kualitas air yang dapat digunakan untuk kebutuhan sehari – hari dengan benar.. Melalui kegiatan

Untuk memperoleh data tentang kinerja manajemen kepala sekolah, kinerja mengajar guru dan motivasi belajar siswa maka digunakan angket terstruktur dengan lebih dahulu

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disimpulkan bahwa “katalis gula” tidak menunjukkan aktivitas katalitik pada sintesis etil ester dari minyak jarak pagar dan

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b di atas, dipandang perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Semarang tentang Penyertaan

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Wali Kota tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan