i
FLUKTUASI HARGA KELAPA SAWIT DAN PRODUK
TURUNANNYA DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT
TAHUN 2016-2018
TUGAS AKHIRDiajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi
Oleh: Japri Nano NIM: 131324028
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2020
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur tugas akhir ini saya persembahkan untuk:
1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu mendampingi, memberkati dan menuntun
setiap langkahku
2. Ibu Martini selaku orang tua dan Melisa Sulang selaku adik perempuan, saya
ucapkan banyak terima kasih atas segala doa dan segala bentuk cinta dan kasih
sayang yang tidak bisa diukur oleh apapun dan selalu ada dalam keadaan senang
maupun susah
3. Sahabat-sahabatku yang selalu memberi dukungan dan motivasi kepada saya
4. Terimakasih pula untuk almamaterku tercinta Univertitas Sanata Dharma
v MOTTO
Jangan takut, percaya saja
(Markus 5:36)
Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah
Kristus Yesus bagi kamu
xiii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMA PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Batasan Masalah... 5 C. Rumusan Masalah ... 6 D. Tujuan Penulisan ... 6 E. Manfaat Penulisan ... 6
BAB II TINJAUAN TEORI ... 8
xiv
B. Karakteristik Harga Komoditas Hasil Pertanian dan Produk
Turunannya ... 9
C. Kebijakan Pemerintah dalam Pemasaran Komoditas ... 11
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Komoditas ... 13
BAB III PEMBAHASAN ... 15
A. Sejarah Komoditas Kelapa Sawit Di Kalimantan Barat ... 16
B. Fluktuasi Harga Tandan Buah Segar Kelapa Sawit di Kalimantan Barat ... 17
C. Fluktuasi Harga Crude Palm Oil Kelapa Sawit di Kalimantan Barat ... 25
D. Fluktuasi Harga Kernel Kelapa Sawit Di Kalimantan Barat ... 32
BAB IV PENUTUP ... 40 A. Kesimpulan ... 40 B. Saran ... 42 C. Keterbatasan ... 43 DAFTAR PUSTAKA ... 44 LAMPIRAN ... 47
xv DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2016 Tandan Buah Segar ... 18
Tabel 3.2 Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2017 Tandan Buah Segar ... 20
Tabel 3.3 Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2018 Tandan Buah Segar ... 21
Tabel 3.4 Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2016-2018 Periode Januari dan Juli Tandan Buah Segar ... 24
Tabel 3.5 Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2016 Crude Palm Oil ... 25
Tabel 3.6 Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2017 Crude Palm Oil ... 27
Tabel 3.7 Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2018 Crude Palm Oil ... 28
Tabel 3.8 Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2016-2018 Periode Januari dan Juli Crude Palm Oil ... 30
Tabel 3.9 Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2016 Kernel ... 32
Tabel 3.10 Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2017 Kernel ... 34
Tabel 3.11 Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2018 Kernel ... 35
Tabel 3.12 Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2018 Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2016-2018 Periode Januari dan Juli Kernel ... 37
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2016 Tandan Buah Segar ....19
Gambar 3.2 Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2017 Tandan Buah Segar ... 21
Gambar 3.3 Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2018 Tandan Buah Segar ... 22
Gambar 3.4 Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2016-2018 Tandan Buah Segar ... 23
Gambar 3.5 Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2016-2018 Periode Januari dan Juli Tandan Buah Segar ... 24
Gambar 3.6 Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2016 Crude Palm Oil ... 26
Gambar 3.7 Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2016 Crude Palm Oil ... 28
Gambar 3.8 Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2016 Crude Palm Oil ... 29
Gambar 3.9 Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2016-2018 Crude Palm Oil ... 30
Gambar 3.10 Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2016-2018 Periode Januari dan Juli Crude Palm Oil ... 31
Gambar 3.11 Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2016 Kernel ... 33
Gambar 3.12 Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2017 Kernel ... 35
Gambar 3.13 Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2018 Kernel ... 36
Gambar 3.14 Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2016-2018 Kernel ... 37
Gambar 3.15 Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2016-2018 Periode Januari dan Juli Kernel ... 38
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Pada tahun 1910 kelapa sawit mulai dibudidayakan secara komersial
dan meluas di Sumatera. Kelapa sawit hanya hidup di daerah tropis sepanjang
garis khatulistiwa yang memiliki curah hujan melimpah dan yang memenuhi
syarat tersebut, salah satunya adalah negara Indonesia (Supriyono: 2017).
Pembangunan perkebunan khususnya kelapa sawit di Indonesia telah
membawa dampak ekonomi terhadap masyarakat, baik masyarakat yang
terlibat dengan aktivitas perkebunan maupun terhadap masyarakat sekitarnya.
Syahza (2007) menjelaskan bahwa pembangunan perkebunan kelapa sawit
dapat mengurangi ketimpangan pendapatan antar golongan masyarakat dan
mengurangi ketimpangan ekonomi antar kabupaten/kota, menciptakan
multiplier effect ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
pedesaan, dan ekspor produk turunan kelapa sawit (CPO) dapat merangsang
pertumbuhan ekonomi daerah. Tingkat kesejahteraan yang dirasakan oleh
masyarakat pedesaan telah membawa dampak berkembangnya perkebunan di
daerah, khususnya kelapa sawit. Pemanfaatan minyak sawit dunia semakin
beragam terutama untuk bahan makanan, termasuk minyak goreng dan
margarin. Selain itu minyak sawit juga digunakan sebagai bahan baku produk
non makanan, seperti bahan bakar nabati (BBN), sabun, detergen dan
dan faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi teknologi baru di tingkat petani
(Ardana dan Kariyasa, 2016: 125).
Kelapa sawit merupakan komoditas utama penyumbang devisa
negara. Oleh sebab itu, produksi kelapa sawit perlu dipercepat
perkembangannya baik untuk Perkebunan Besar Negeri (PBN) maupun
Perkebunan Besar Swasta (PBS) dan perkebunan masyarakat (petani lokal).
Selain menghasilkan devisa negara, perkebunan kelapa sawit juga mampu
menyerap tenaga kerja, mampu memberikan kontribusi terhadap Produk
Nasional Bruto (PDB), mampu berperan sebagai agen pemerataan
pembangunan nasional dan menumbuhkan pedesaan serta menembus pasar
global secara berkelanjutan (Wildayana: 2016).
Untuk perluasan kelapa sawit di dunia tahun 2011 hanya berkisar 12
juta hektar lebih dan sebanyak 8 juta hektar lebih ada di Indonesia. Perluasan
perkebunan kelapa sawit terbesar di Riau, Kalimantan dan Sulawesi. Dari 12
juta hektar ini bisa menghasilkan sebanyak 140,6 juta ton CPO dan bisa
memenuhi keperluan minyak nabati dunia yang mencapai 1,7 ton per
tahunnya. Untuk itu Indonesia sampai tahun 2012 termasuk negara
pengekspor terbesar CPO bersama negara Asia Tenggara lainnya seperti
Malaysia. Indonesia dan Malaysia penghasil kelapa sawit terbesar di dunia
yaitu sekitar 85%, komoditi kelapa sawit kedua negara yang menguasai dunia
yang merupakan pesaing utama terhadap minyak jagung, kedelai, dan minyak
bunga matahari yang merupakan industri andalan minyak goreng dari
Provinsi Kalimantan Barat merupakan salah satu propinsi di Indonesia
yang dengan pesatnya mengembangkan industri perkebunan kelapa sawit.
Pada tahun 2010 Kalimantan Barat memiliki luas wilayah perkebunan kelapa
sawit seluas 750.948 hektar dengan total produksi 921.560 ton. Tahun 2011
pemerintah provinsi mengalokasikan lahan untuk sektor perkebunan sebesar
3,5 juta hektar. Sedangkan lokasi perkebunan kelapa dialokasikan 1,5 juta
hektar. Hampir semua kabupaten/kota di Kalimantan Barat mengembangkan
perkebunan kelapa sawit sebagai produk unggulan dan sumber Pendapatan
Asli Daerah (Darwis: 2012). Pada tahun tahun 2014 Kalimantan Barat
memliki luas wilayah perkebunan kelapa sawit seluas 1.144.185 hektar
dengan total produksi 2.168.136 ton (Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan
Barat: 2014).
Menurut kategori penjualan sawit ada tiga macam produk turunan
kelapa sawit, yaitu TBS, CPO, dan Kernel. Pada tahun 2014 harga TBS
(Tandan Buah Segar) dengan rata-rata Rp 1.713,56, CPO (Crude Palm Oil)
Rp 8.149,68 per kg, dan minyak inti sawit atau Kernel Rp 4.834,77 (Dinas
Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat: 2014).
Pada tahun 2018 Mansuetus Darto, Ketua Umum Serikat Petani
Kelapa Sawit (SPKS) mengatakan bahwa harga TBS menurun secara drastis
dan meresahkan bagi para petani akibat dari perang dagang di level
internasional. Perang Dagang antara Amerika Serikat dengan China berimbas
langsung pada pembelian Tandan Buah Segar (TBS) di tingkat petani.
sehingga dampak pada permintaan barang dari Indonesia khususnya CPO
berkurang, sedangkan produksi justru meningkat. Di Kabupaten Sekadau,
Kalimantan Barat, banyak TBS yang tidak terawat dan hanya ditaruh diatas
truk dan belum tahu kapan akan dikirimkan ke pabrik pengolahan. Darto
mengatakan bahwa harga TBS turun dari Rp 1.800/kg menjadi Rp 1.050/kg
selain itu, dampak lain dari penurunan harga di tingkat petani adalah
peremajaan perkebunan kelapa sawit yang dapat tersendat akibat ketiadaan
modal (Gumilar: 2018).
Harga minyak sawit mentah (CPO) di pasar global dipengaruhi oleh
perang dagang AS dan China yang mengakibatkan turunnya harga ekspor
minyak kelapa sawit di Indonesia menurun. Negara China banyak
menggunakan minyak nabati dari kedelai AS akan tetapi akibat perang
dagang, negara China berhenti membeli produk dari negara AS dan
menyebabkan persediaan mengalami surplus dan harga turun. Dengan
turunnya harga kedelai, maka berpengaruh pada minyak lainnya yang juga
ikut menurun salah satunya adalah ekspor minyak kelapa sawit dari Indonesia
(Kontan: 2018).
Pemerintahan Presiden Donald Trump mengenakan tarif impor
sebesar US$50-US$60 miliar untuk sejumlah produk China yang masuk ke
Amerika dalam upaya memperbaiki perekonomian dalam negeri dan
mengurangi defisit neraca perdagangan kedua negara. Presiden Trump
mengumumkan menaikkan tarif impor hingga 15% untuk baja dan 10% untuk
membatasi investasi dan mengambil tindakan untuk China di Organisasi
Perdagangan Dunia (World Trade Organization/ WTO) karena menganggap
negara tersebut bersikap tidak adil dalam perdagangan bilateral. Pemerintah
China membalas tindakan AS dengan menaikkan tarif impor hingga 25%
terhadap produk impor AS dan akan membawa masalah ini juga ke WTO. Di
tingkat global, perang dagang dua negara berpengaruh ini dapat memicu
pelemahan ekonomi dunia dan berimplikasi pada Indonesia (Adirini: 2018).
Produksi kelapa sawit cenderung mengalami peningkatan namun
dengan demikian harga kelapa sawit dan produk turunannya cenderung
berfluktuasi. Sejak tahun 2016 harga TBS, CPO, dan Kernel cenderung atau
dalam keadaan yang menurun, maka secara khusus makalah ini bermaksud
untuk mengungkapkan perkembangan harga TBS, CPO, dan Kernel dari
Tahun 2016-2018.
B. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dan kajian tentang fluktuasi harga
sawit di Provinsi Kalimantan Barat, maka perlu adanya batasan masalah
supaya tujuan dari penulisan dapat terfokus dan terarah. Adapun batasan
masalah tersebut sebagai berikut.
1. Sejarah perkembangan komoditi sawit di Provinsi Kalimantan Barat
2. Perkembangan harga TBS kelapa sawit di Kalimantan Barat
3. Perkembangan harga CPO kelapa sawit di Kalimantan Barat
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang
diambil sebagai berikut.
1. Bagaimanakah sejarah perkembangan komoditi sawit di Kalimantan
Barat?
2. Bagaimanakah perkembangan harga TBS di Kalimantan Barat?
3. Bagaimanakah perkembangan harga CPO di Kalimantan Barat?
4. Bagaimanakah perkembangan harga Kernel di Kalimantan Barat?
D. Tujuan penulisan
Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah di atas, tujuan
penulisan ini sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan sejarah perkembangan komoditi kelapa sawit di
Kalimantan Barat
2. Untuk mengetahui perkembangan harga TBS di Kalimantan Barat
3. Untuk mengetahui perkembangan harga CPO di Kalimantan Barat
4. Untuk mengetahui perkembangan harga Kernel di Kalimantan Barat
E. Manfaat Penulisan
Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, di atas
manfaat penulisan ini sebegaia berikut
1. Manfaat teoritis
a. Hasil makalah ini diharapkan memberi manfaat bagi pembaca dan
bagi penulis yang akan mengambil judul tentang Fluktuasi Harga
2. Manfaat Praktis
a. Dapat menjadi bahan referensi bagi Mahasiswa yang mengambil judul
tentang Fluktuasi Harga Kelapa Sawit dan Turunannya di Provinsi
Kalimantan Barat.
b. Dapat menjadi bahan acuan untuk materi yang berhubungan dengan
Fluktuasi Harga Kelapa Sawit dan Turunannya di Provinsi Kalimantan
Barat.
c. Bagi penulis dapat bermanfaat sebagai cara mengamalkan pada waktu
8 BAB II TINJAUAN TEORI
A. Harga Komoditas Sebagai Sinyal Pasar (Market Signal)
Dalam menjual sebuah produk hal yang perlu diketahui ialah bagaiamana
seorang produsen atau penjual dapat mengetahui perkembangan harga komoditas
di pasar (sinyal harga), dimana sinyal harga merupakan perubahan harga barang
atau jasa yang menunjukkan bahwa penawaran atau permintaan harus disesuaikan.
Harga komoditas merupakan sebagai sinyal pasar yang menentukan nilai
dari atau harga jual pada suatu produk barang atau jasa. Menurut Halim
(2018:148-149) harga adalah suatu nilai tukar (a medium of exchange) yang dapat
disamakan dengan uang atau barang lain atas manfaat yang diperoleh dari suatu
barang atau jasa bagi seseorang atau kelompok pada waktu tertentu dan tempat
tertentu. Istilah harga digunakan untuk memberikan nilai finansial pada suatu
produk barang atau jasa.
Teori harga pasar merupakan teori ekonomi yang menerangkan
perilaku harga pasar barang atau jasa individual. Teori harga pasar adalah
harga suatu barang atau jasa yang pasarnya kompetitif tinggi rendahnya
ditentukan oleh permintaan pasar dan penawaran pasar. Permintaan pasar
suatu barang merupakan kurva gabungan atau hasil penjumlahan kurva-kurva
permintaan individual akan barang tersebut yang terjangkau oleh sebuah
pasar. Penawaran pasar suatu barang merupakan kurva gabungan atau kurva
barang tersebut yang terjangkau oleh sebuah pasar. Pasar barang atau jasa
dikatakan berada dalam keadaan disekuilibrium apabila harga barang atau
jasa tersebut serta kuantitas yang ditawarkan dan atau yang diminta
mempunyai kecenderungan untuk mengalami perubahan. Keadaan ini terjadi
apabila harga yang terjadi dipasar berada di atas atau dibawah harga
ekuilibrium (Pohan: 2015).
B. Karakteristik Harga Komoditas Hasil Pertanian dan Produk Turunannya
Karakteristik harga komoditas hasil pertanian dan produk turunannya
ditentukan oleh penawaran dan permintaan pasar dan harga tersebut berdasarkan
perhitungan harga masing-masing pelaku komoditas atau perusahaan yang
menjual produk kelapa sawit pada konsumen.
Secara umum, karakteristik dari komoditas adalah penentuan harga yang
ditentukan murni berdasarkan mekanisme permintaan dan penawaran. Dengan
demikian, komoditas pertanian merupakan produk pertanian yang dapat
diperdagangkan secara fisik untuk jangka waktu tertentu yang pada umumnya
dilakukan pada pasar komoditas seperti pasar fisik atau bursa berjangka (Analisis
Kebijakan Harga Pada Komoditas Pertanian: 2014).
Dalam penelitian Sumartono (2018) menyatakan industri pengolahan TBS
selain menghasilkan CPO juga menghasilkan PKO (Palm Kernel Oil) dan shell
(cangkang). CPO diolah lebih lanjut menjadi produk turunan seperti oleopangan
(minyak goreng, margarin, dan shortening) dan oleokimia (fatty acid, fatty
alkohol, dan glycerine) (Machfud: 2008). Pada umumnya setiap perusahaan
perusahaan dapat meminimumkan Harga Pokok Produksi (HPP). Agar HPP
mencerminkan biaya yang sesungguhnya maka harus dilakukan pengelompokan
biaya secara tepat. Fluktuasi produksi terus terjadi karena adanya keterbatasan
TBS sehingga penjualan menjadi tidak pasti. Agar perusahaan tetap memperoleh
keuntungan maka perusahaaan harus memproduksi CPO dalam jumlah tertentu.
Dengan demikian hasil penjualan CPO dapat menutupi sejumlah biaya produksi
yang telah dikeluarkan oleh perusahaan dengan keuntungan sama dengan nol (0).
Kondisi yang demikian dikenal dengan istilah Break Event Point (BEP)/titik
impas. Titik impas merupakan titik yang menunjukkan dimana hasil penjualan
yang diterima perusahaan sama dengan total biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan (Hansen dan Mowen: 2000).
Perhitungan HPP dan BEP sangat penting bagi setiap perusahaan,
khususnya perusahaan manufaktur. Nilai HPP digunakan sebagai dasar dalam
menentukan harga jual produk guna memperoleh laba yang diinginkan. Selain itu,
perhitungan nilai HPP dapat dijadikan sebagai acuan untuk memantau realisasi
biaya produksi bagi pihak manajemen. HPP mengandung berbagai unsur biaya
yang harus diklasifikasikan secara tepat untuk menghasilkan nilai HPP yang
akurat. Apabila perusahaan mengetahui jumlah produksi yang dapat
memberikan kondisi BEP maka perusahaan bisa melakukan perencanaan laba
yang diinginkan dengan memperkirakan penjualan. Hal ini dapat meminimumkan
C. Kebijakan Pemerintah Dalam Pemasaran Komoditas
Untuk menjaga stabilitas harga serta menjaga agar harga pangan tetap
berada pada titik yang terjangkau oleh konsumen, diperlukan sebuah kebijakan
yang tepat dari pemerintah. Untuk memperoleh kebijakan stabilisasi harga yang
tepat serta untuk meningkatkan efektivitas dari program stabilisasi harga,
dibutuhkan informasi yang lengkap mengenai perilaku harga pangan termasuk
volatilitasnya (Volatilitsa adalah besaran perubahan harga yang menunjukkan
fluktuassi pasar dalam satu periode tertentu) karena informasi tersebut bermanfaat
untuk merumuskan tindakan antisipasi yang lebih efektif dan karena volatilitas
harga sangat berkaitan dengan risiko dan ketidakpastian yang dihadapi dalam
pengambilan keputusan (Sumaryanto: 2009).
Firdaus dan Gunawan (2012) menyatakan bahwa kemampuan pemerintah
dalam membuat kebijakan penetapan harga yang tepat ditentukan oleh seberapa
dalam para pembuat kebijakan tersebut memahami struktur, perilaku, dan
efektivitas pasar. Salah satu cara untuk memahami hal-hal tersebut adalah dengan
memahami kekuatan pasar dan transmisi harga dari satu pasar ke pasar lainnya
melalui studi integrasi pasar antarwilayah. Dalam hal ini, pasar yang dimaksud
adalah lembaga ekonomi tempat para pembeli dan penjual, baik secara langsung
maupun tidak langsung, dapat melakukan transaksi perdagangan barang dan atau
jasa. Termasuk di dalamnya adalah lembaga pemasaran yang berfungsi untuk
menjalankan fungsi pemasaran dalam memenuhi kebutuhan konsumen, seperti
pemasok, distributor besar/kecil, dan lain sebagainya. Studi integrasi pasar dapat
pemasaran. Tingkat integrasi yang tinggi menunjukkan efisiensi yang lebih baik
dari sebuah pasar atau lembaga pemasaran.
Kebijakan yang di ambil oleh pemerintah dalam pemasaran komoditas
adalah Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) atau Kelapa Sawit Berkelanjutan
Indonesia. Di mana kelapa sawit di anggap oleh negara seperti Uni Eropa bahwa
sawit merupakan komoditi yang dapat merusak tanaman yang ada disekitarnya,
maka dari itu pemerintah mengambil kebijakan dengan membuat ISPO yang
bersifat mandatori bagi perkebunan kelapa sawit.
Sejak adanya ISPO dan terbitnya berbagai peraturan terkait dengan
berkelanjutan pembangunan Perkebunan, serta Undang-Undang Nomor 39 Tahun
2014 tentang Perkebunan yang harus diadopsi oleh persyaratan ISPO, permintaan
pasar terhadap minyak yang bersertifikat ISPO yang mulai bermunculan,
mengharuskan perlunya persyaratan ISPO untuk direvisi. Penyempurnaan
ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor
19/Permentan/OT.140/3/2011 tentang Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit
Berkelanjutan Indonesia (Indonesian Sustainable Palm Oil/ISPO), bertujuan
untuk lebih memberikan petunjuk yang lebih jelas bagi Pelaku Usaha Perkebunan.
Secara garis besar, pedoman ISPO didasarkan pada 4 hal, yaitu kepatuhan hukum,
kelayakan usaha, pengelolaan lingkungan dan hubungan sosial yang dirumuskan
dalam prinsip prinsip sebagai berikut: 1) sistem perijinan dan manajemen
perkebunan; 2) penerapan pedoman teknis budi daya dan pengolahan kelapa
sawit; 3) Pengelolaan dan pemantauan lingkungan; 4) tanggungjawab terhadap
masyarakat; 7) peningkatan usaha secara berkelanjutan. Ketujuh prinsip itu dirinci
ke dalam 27 kriteria dan 117 indikator yang lengkapnya dapat dilihat pada
Permentan No 19/2011. 47 (Amelia: 2017).
D. Faktor-faktor yang mempengaruhi Harga Komoditas
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas paling penting bagi
Indonesia, karena kelapa sawit mampu mendorong perekonomian terutama dalam
penghidupan masyarakat pekebun kelapa sawit. Meskipun kelapa sawit dianggap
mampu dalam membantu perekonomian Indonesia, namun kelapa sawit
cenderung berfluktuasi terkait akan suatu permintaan dan penawaran di pasar
komoditas.
Namun pada kenyataannya kelapa sawit bukanlah satu-satunya yang
mempunyai minyak nabati. Dalam artikel Muttaqiena (2018) Fungsi minyak
nabati yang diperoleh dari kelapa sawit, sebenarnya bisa digantikan oleh minyak
kedelai, minyak biji bunga matahari, minyak rapa (Rapessed), dan minyak jagung.
Diantaranya, yang paling murah adalah minyak sawit dan minyak kedelai. Hal ini
menjadikan keduanya sebagai komoditas substitusi yang memberikan pengaruh
timbal balik. Sebagai contoh, cuaca buruk di negara-negara produsen kedelai
seperti Amerika Serikat, Brazil, dan Argentina, akan menurunkan produksi
kedelai. Dalam hal ini, penurunan produksi kedelai bisa mendongkrak harga
minyak kedelai maupun harga CPO.
Dalam proses produksi, terdapat hubungan yang sangat erat antara
faktor-faktor produksi yang digunakan dan produksi yang dihasilkan. Hastuti (2017)
output per unit periode atau waktu. Dalam proses produksi diperlukan proses
produksi yang benar di antara beberapa kemungkinan cara produksi. Perlu juga
diperhatikan pemilihan mesin dan peralatan yang sesuai dengan karakteristik
usaha/pekerjaan. Produksi merupakan kegiatan yang diukur sebagai tingkat output
per unit periode atau waktu. Menurut Gasperz (1998:67) menyatakan bahwa ada
dua hal yang menjadi pertimbangan dalam suatu alternatif usaha, yaitu aspek
teknik dan aspek ekonomi. Aspek teknik yang utama adalah proses produksi.
Dalam proses produksi diperlukan proses produksi yang benar di antara beberapa
kemungkinan cara produksi. Perlu juga diperhatikan pemilihan mesin dan
15 BAB III PEMBAHASAN
A. Sejarah Komoditas Kelapa Sawit di Kalimantan Barat
Provinsi Kalimantan Barat terletak di bagian barat pulau Kalimantan di
antara garis 2°08 LU serta 3°05 LS serta di antara 108°0 BT dan 114°10 BT pada
peta bumi. Berdasarkan letak geografis yang spesifik ini maka, daerah Kalimantan
Barat tepat dilalui oleh garis Khatulistiwa (garis lintang 0°) tepatnya di atas Kota
Pontianak. Karena pengaruh letak ini pula, maka Kalbar adalah salah satu daerah
tropik dengan suhu udara cukup tinggi serta diiringi kelembaban yang tinggi
(Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat: 2019).
Wilayah Provinsi Kalimantan Barat memiliki 16 entry points, dimana
Temajuk, Liku, Sajingan Besar, dan Aruk termasuk di dalamnya. Kawasan
perbatasan antar negara memiliki potensi strategis bagi berkembangnya kegiatan
perdagangan internasional yang saling menguntungkan. Kawasan ini juga
berpotensi besar menjadi pusat pertumbuhan wilayah, terutama dalam hal
pengembangan industri, perdagangan dan pariwisata. Hal ini akan memberikan
peluang bagi peningkatan kegiatan produksi yang selanjutnya akan menimbulkan
berbagai efek pengganda (Mufizar dkk: 2012).
Pada penelitian Yudistira (2018) wilayah kabupaten/kota di Provinsi
Kalimantan Barat terdapat areal perkebunan kelapa sawit yang luasnya beragam
dari yang terendah seluas 52.818 hektar dan tertinggi 193.210 ha. Perbandingan
luas areal kebun kelapa sawit milik masyarakat, PTPN, dan swasta sebesar 11,77 :
berturut-turut di Kabupaten Sintang (103.726 ha), Sekadau (104.621 ha), Sanggau
(189.138 ha), dan Ketapang (193.210 ha). Kabupaten Sintang kepemilikan swasta
mancakup 75.047 ha, Kabupaten Sekadau seluas 86.417 ha, Kabupaten Sanggau
seluas 182.353 ha, dan yang terakhir Kabupaten Ketapang seluas 193.210 ha.
Kabupaten Kayong Utara, Pontianak, Ketapang, Kapuas Hulu, Singkawang
seluruh areal kelapa sawit dikelola oleh perusahaan swasta. Selama periode waktu
2014-2016, luas areal kebun kelapa sawit di Provinsi Kalimantan Barat meningkat
sebesar 8,27% (499.548 menjadi 540.837 ha).
Pada tahun 1980 PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) diberi tanggung
jawab oleh Pemerintah RI untuk membuka lahan kelapa sawit, dengan pola kerja
sama masyarakat. Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat, menempatkan proyek
perkebunan kelapa sawit ini di Kabupaten yang memiliki luas lahan minimal 8000
ha dan berada di wilayah satu kawasan. Angka ini menjadi syarat pemerintah
pusat untuk pembukaan lahan perkebunan sawit ini. Perkebunan sawit
ditempatkan di Kabupaten Landak khususnya di Kecamatan Ngabang (Desa
Amboyo Inti, Amboyo Selatan, Amboyo Utara desa Tamiyang Sawit); dan
Kabupaten Sanggau (Kecamatan Perindu, Kecamatan Kembayan, Kecamatan
Meliyau terdiri dari desa Meliyau, desa Sungai Dekan, desa Rimba Belian, desa
Gunung Mas), serta tanaman karet di Kabupaten Sintang (Ruslan: 2014).
Perkembangan sawit di Kalimantan Barat merupakan program pemerintah
dengan pola perkebunan inti rakyat (PIR). Program ini di biayai oleh bank dunia
dengan pola kredit yang ditanggung oleh Pemerintah Indonesia. Tujuan dari
Indonesia, seperti di Sumatera Utara, Riau, Kalimantan Timur, Selatan dan
Kalimantan Barat dengan pola Perkebunan Inti Rakyat (Ruslan: 2014).
B. Fluktuasi Harga Tandan Buah Segar Kelapa Sawit di Kalimantan Barat
Harga TBS (Tandan Buah Segar) rentan mengalami fluktuasi yang tinggi
saat musim hujan dan musim kemarau. Adanya perbedaan harga TBS (Tandan
Buah Segar) juga terjadi akibat dari adanya kebijakan masing-masing daerah
dalam penentuan harga serta rentannya terjadi permainan harga pada pekebunan
(Bahari: 2014).
Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi harga komoditas kelapa sawit.
Di antaranya adalah (1) faktor produksi. Dalam penelitian Alfayanti dan Zul
Efendi (2013) Faktor produksi terdiri dari empat komponen yaitu tanah, modal,
tenaga kerja dan skill atau manajemen. Masing-masing faktor mempunyai fungsi
yang berbeda dan saling terkait satu sama lainnya. (2) harga pasar pada penelitian
(Pohan: 2015) mengatakan bahwa Teori harga pasar adalah harga suatu barang
atau jasa yang pasarnya kompetitif tinggi rendahnya ditentukan oleh permintaan
pasar dan penawaran pasar. Permintaan pasar suatu barang merupakan kurva
gabungan atau hasil penjumlahan kurva-kurva permintaan individual akan barang
tersebut yang terjangkau oleh sebuah pasar. Penawaran pasar suatu barang
merupakan kurva gabungan atau kurva hasil penjumlahan kurva-kurva penawaran
individual akan barang tersebut yang terjangkau oleh sebuah pasar. Pasar barang
atau jasa dikatakan berada dalam keadaan disekuilibrium (ketidakseimbangan)
apabila harga barang atau jasa tersebut serta kuantitas yang ditawarkan dan atau
terjadi apabila harga yang terjadi dipasar berada di atas atau di bawah harga
ekuilibrium.
Harga TBS adalah harga yang diterima oleh petani ketika menjual hasil
usahatani kelapa sawitnya kepada perusahaan. Harga dari perusahaan ditetapkan
oleh tim penetapan harga atau pemerintah. Perubahan harga TBS yang ditetapkan
pemerintah provinsi Kalimantan Barat dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.1 Harga Produk Kelapa Sawit TBS Tahun 2016 (Rp/kg) Bulan Periode Harga/kg Rata-rata
Jan I 1.164,32 1.164,32 II Feb I 1.229,98 1.229,98 II Mar I 1.402,21 1.402,21 II Apr I 1.528,57 1.528,57 II Mei I 1.745,65 1.729,12 II 1.712,58 Jun I 1.649,91 1.677,74 II 1.705,56 Jul I 1.592,25 1.555,24 II 1.518,23 Ags I 1.530,81 1.575,71 II 1.620,61 Sep I 1.868,81 1.851,80 II 1.834,79 Okt I 1.836,30 1.733,69 II 1.631,07 Nop I 1.771,78 1.782,87
Bulan Periode Harga/kg Rata-rata
II 1.793,96
Des I 1.712,81 1.682,29
II 1.651,76
Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat, Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2016
Gambar 3.1 Harga Produk Kelapa Sawit TBS Tahun 2016 (Rp/kg)
Dari gambar di atas menunjukkan adanya fluktuasi atau dalam keadaan
yang naik turun dari harga komoditas kelapa sawit. Pada bulan Januari
menunjukkan harga terendah sebesar Rp 1.164,32/kg dan harga tertinggi pada
bulan September sebesar Rp 1.851,80. Ini menunjukkan bahwa dari bulan Januari
sampai dengan bulan Desember mengalami peningkatan penjualan akan suatu
permintaan pasar. 0,00 200,00 400,00 600,00 800,00 1.000,00 1.200,00 1.400,00 1.600,00 1.800,00 2.000,00
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
Harga TBS Tahun 2016
Tabel 3.2 Harga Produk Kelapa Sawit TBS Tahun 2017 (Rp/kg) Bulan Periode Harga/kg Rata-rata
Jan I 1.960,75 1.969,25 II 1.977,75 Feb I 2.033,88 2.026,80 II 2.019,72 Mar I 1.848,62 1.771,14 II 1.693,66 Apr I 1.676,65 1.640,17 II 1.603,68 Mei I 1.531,84 1.561,28 II 1.590,71 Jun I 1.646,02 1.675,79 II 1.705,56 Jul I 1.528,00 1.520,82 II 1.513,63 Ags I 1.494,69 1.523,48 II 1.552,27 Sep I 1.636,98 1.687,20 II 1.737,41 Okt I 1.788,23 1.766,86 II 1.745,48 Nop I 1.771,78 1.782,87 II 1.793,96 Des I 1.712,81 1.682,29 II 1.651,76
Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat, Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2017
Gambar 3.2 Harga Produk Kelapa Sawit TBS Tahun 2017 (Rp/kg)
Gambar di atas menunjukkan adanya fluktuasi atau dalam keadaan yang
naik turun dari harga komoditas kelapa sawit. Pada bulan Juli menunjukkan harga
sebesar Rp 1.520,82/kg dan harga tertinggi pada bulan Februari sebesar Rp
2.026,80. Ini menunjukkan bahwa dari bulan Januari sampai dengan bulan
Desember mengalami peningkatan.
Tabel 3.3 Harga Produk Kelapa Sawit TBS Tahun 2018 (Rp/kg) Bulan Periode Harga/kg Rata-rata
Jan I 1.573,21 1.590,80 II 1.608,38 Feb I 1.578,46 1.596,17 II 1.613,87 Mar I 1.640,04 1.630,05 II 1.620,06 Apr I 1.634,87 1.640,15 II 1.645,42 Mei I 1.589,61 1.583,64 II 1.577,67 Jun I 1.543,28 1.514,53 II 1.485,78 Jul I 1.439,15 1.441,89 0,00 500,00 1.000,00 1.500,00 2.000,00 2.500,00
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
Harga TBS Tahun 2017
Bulan Periode Harga/kg Rata-rata II 1.444,63 Ags I 1.082,65 1.235,19 II 1.387,73 Sep I 1.376,26 1.392,80 II 1.409,33 Okt I 1.282,50 1.289,79 II 1.297,07 Nop I 1.263,00 1.160,51 II 1.058,01 Des I 987,95 1.037,01 II 1.086,06
Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat, Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2018
Gambar 3.3 Harga Produk Kelapa Sawit TBS Tahun 2018 (Rp/kg)
Dari gambar di atas menunjukkan bahwa perkembangan harga TBS kelapa
sawit tahun 2018 adanya perbedaan harga tertinggi dan harga terendah. Pada
bulan April menunjukkan harga tertinggi sebesar Rp 1.037,01/kg dan harga
terendah bulan Desember sebesar Rp 1.640,15, ini menunjukkan bahwa pada
bulan Januari sampai dengan bulan April mengalami peningkatan harga namun
pada bulan Mei sampai dengan bulan Desember harga TBS mengalami penurunan
0,00 200,00 400,00 600,00 800,00 1.000,00 1.200,00 1.400,00 1.600,00 1.800,00
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
Harga TBS Tahun 2018
harga yang signifikan sehingga para petani mengalami kerugian dan enggan
merawat kebun kelapa sawit akibat dari penurunan harga.
Ketika gambar satu, dua, dan tiga di gabung menjadi dalam satu grafik,
maka akan menjadi seperti pada gambar di bawah ini:
Gambar 3.4 Harga Produk Kelapa Sawit TBS Tahun 2016-2018 (Rp/kg)
Dari gambar di atas menunjukkan perkembangan harga TBS kelapa sawit
tahun 2016-2018 mengalami fluktuasi atau dalam keadaan naik turun. Pada tahun
2017 bulan Februari menunjukkan harga tertinggi, sebesar Rp 2.026,80 per kg dan
harga terendah pada tahun 2018 bulan Desember sebesar Rp 1.037,01. Harga TBS
pada tahun 2016 dan tahun 2017 mengalami peningkatan harga namun pada tahun
2018 harga TBS mengalami penurunan sehingga membuat para petani mengalami
kerugian dan enggan untuk merawat kebun kelapa sawit akibat dari penurunan
harga. 0,00 500,00 1.000,00 1.500,00 2.000,00 2.500,00
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL Agt SEP OKT NOP DES
TBS Tahun 2016-2018
Tabel 3.4 Harga Produk Kelapa Sawit TBS Periode Januari dan Juli Tahun 2016-2018 (Rp)
Tahun Periode Januari Juli
2016 I 1.164,32 1.592,25 II 1.518,23 Rata-rata 1.164,32 1.555,24 2017 I 1.960,75 1.528,00 II 1.977,75 1.513,63 Rata-rata 1.969,25 1.520,82 2018 I 1.573,21 1.439,15 II 1.608,38 1.444,63 Rata-rata 1.590,80 1.441,89
Gambar 3.5 Harga Produk Kelapa Sawit TBS periode Januari dan Juli Tahun 2016-2018 (Rp/kg)
Dari gambar di atas menunjukkan bahwa perkembangan harga TBS kelapa
sawit tahun 2016-2018 mengalami fluktuasi atau dalam keadaan naik turun dari
harga TBS. Pada bulan Januari dan bulan Juli menujukkan adanya perbedaan
harga tertinggi dan harga terendah. Pada tahun 2017 bulan Januari menunjukkan 1.164,32 1.555,24 1.969,25 1.520,82 1.590,801.441,89 0,00 500,00 1.000,00 1.500,00 2.000,00 2.500,00
Januari Juli Januari Juli Januari Juli
2016 2017 2018
Tandan Buah Segar Periode Januari dan Juli (Rp/kg)
harga tertinggi sebesar Rp 1.969,25 per kg dan harga terendah pada tahun 2016
bulan Januari sebesar Rp 1.164,32 per kg.
C. Fluktuasi Harga Crude Palm Oil Kelapa Sawit di Kalimantan Barat
Minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) merupakan olahan dari
kelapa sawit yang di panen dari Tandan Buah Segar (TBS) atau hasil dari
ekstraksi dan belum mengalami pemurnian. Minyak sawit mentah biasanya
digunakan untuk kebutuhan bahan pangan, industri kosmetik, indsutri kimia, dan
industri pakan ternak (Yulia, 2016).
Indonesia merupakan salah satu Negara terbesar yang memproduksi sawit,
selain bisa menambah devisa Negara kelapa sawit juga bisa membantu
perekonomian masyarakat. Kelapa sawit mentah atau CPO mempunyai banyak
kegunaan namun pada kenyataannya kelapa sawit mempunyai saingan yang cukup
berat. Perubahan harga CPO yang ditetapkan pemerintah provinsi Kalimantan
Barat dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.5 Harga Produk Kelapa Sawit CPO Tahun 2016 (Rp/kg) Bulan Periode Harga/kg Rata-rata
Jan I 5.888,11 5.888,11 II Feb I 5.984,18 5.984,18 II Mar I 6.739,58 6.739,58 II Apr I 7.200,53 7.200,53 II Mei I 8.168,48 8.098,54 II 8.028,60 Jun I 7.814,15 7.862,75 II 7.911,35
Bulan Periode Harga/kg Rata-rata Jul I 7.359,53 7.174,22 II 6.988,90 Ags I 7.136,66 7.365,88 II 7.595,09 Sep I 8.529,69 8.438,48 II 8.347,26 Okt I 8.281,60 7.812,11 II 7.342,61 Nop I 7.630,26 7.808,07 II 7.985,88 Des I 8.353,64 8.493,76 II 8.633,88
Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat, Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2016
Gambar 3.6 Harga Produk Kelapa Sawit CPO Tahun 2016 (Rp/kg)
Dari gambar di atas menunjukkan adanya fluktuasi atau dalam keadaan
yang naik turun dari harga komoditas kelapa sawit. Pada bulan Januari
menunjukkan harga terendah sebesar Rp 5.888,11/kg dan harga tertinggi pada
0,00 1.000,00 2.000,00 3.000,00 4.000,00 5.000,00 6.000,00 7.000,00 8.000,00 9.000,00
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOP DES Crude Palm Oil
bulan Desember sebesar Rp 8.493,76. Ini menunjukkan bahwa dari bulan Januari
sampai dengan bulan Desember mengalami peningkatan.
Tabel 3.6 Harga Produk Kelapa Sawit CPO Tahun 2017 (Rp/kg) Bulan Periode Harga/kg Rata-rata
Jan I 8.749,44 8.776,68 II 8.803,92 Feb I 8.863,00 8.834,16 II 8.805,32 Mar I 7.970,63 7.847,03 II 7.723,43 Apr I 7.200,53 7.200,53 II Mei I 7.499,99 7.630,51 II 7.761,02 Jun I 7.966,03 7.813,97 II 7.661,91 Jul I 7.490,66 7.434,61 II 7.378,56 Ags I 7.154,88 7.276,05 II 7.397,22 Sep I 7.670,46 7.881,73 II 8.093,00 Okt I 8.144,74 8.039,23 II 7.933,72 Nop I 8.032,70 8.072,02 II 8.111,33 Des I 7.712,30 7.585,02 II 7.457,73
Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat, Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2017
Gambar 3.7 Harga Produk Kelapa Sawit CPO Tahun 2017 (Rp/kg)
Dari gambar di atas menunjukkan adanya fluktuasi atau dalam keadaan
yang naik turun dari harga komoditas kelapa sawit. Pada bulan Agustus
menunjukkan harga terendah sebesar Rp 7.276,05/kg dan harga tertinggi pada
bulan Februari sebesar Rp 8.834,16. Ini menunjukkan bahwa dari bulan Januari
sampai dengan bulan Desember mengalami peningkatan.
Tabel 3.7 Harga Produk Kelapa Sawit CPO Tahun 2018 (Rp/kg) Bulan Periode Harga/kg Rata-rata
Jan I 7.287,66 7.374,75 II 7.461,83 Feb I 7.299,72 7.427,43 II 7.555,13 Mar I 7.730,28 7.741,41 II 7.752,54 Apr I 7.780,48 7.804,39 II 7.828,29 Mei I 7.635,04 7.581,14 II 7.527,24 Jun I 7.521,88 7.384,46 II 7.247,03 0,00 1.000,00 2.000,00 3.000,00 4.000,00 5.000,00 6.000,00 7.000,00 8.000,00 9.000,00 10.000,00
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOP DES Crude Palm Oil
Bulan Periode Harga/kg Rata-rata Jul I 7.062,77 7.054,10 II 7.045,42 Ags I 6.633,17 6.590,84 II 6.548,50 Sep I 6.470,36 6.564,69 II 6.659,01 Okt I 6.173,55 6.246,67 II 6.319,79 Nop I 6.155,14 5.671,50 II 5.187,86 Des I 4.968,93 5.219,84 II 5.470,75
Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat, Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2018
Gambar 3.8 Harga Produk Kelapa Sawit CPO Tahun 2018 (Rp/kg)
Dari gambar di atas menunjukkan adanya fluktuasi atau dalam keadaan
yang naik turun. Pada bulan Desember menunjukkan harga terendah sebesar Rp
5.219,84/kg dan harga tertinggi pada bulan April sebesar Rp 7.804,39. Ini
0,00 1.000,00 2.000,00 3.000,00 4.000,00 5.000,00 6.000,00 7.000,00 8.000,00 9.000,00
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOP DES Crude Palm Oil
menunjukkan bahwa pada bulan Januari sampai dengan bulan Desember
mengalami penurunan akibat faktor pasar permintaan.
Ketika gambar satu, dua, dan tiga di gabungkan menjadi dalam satu grafik,
maka akan menjadi seperti pada gambar berikut:
Gambar 3.9 Harga Produk Kelapa Sawit CPO Tahun 2016-2018 (Rp/kg)
Dari gambar di atas menunjukkan bahwa adanya fluktuasi atau keadaan
yang naik turun. Pada tahun 2016 dan 2017 mengalami peningkatan harga
permintaan CPO sedangkan pada tahun 2018 mengalami penurunan harga.
Tabel 3.8 Harga Produk Kelapa Sawit CPO Periode Januari dan Juli Tahun 2016-2018 (Rp/kg)
Tahun Periode Januari Juli
2016 I 3.709,28 6.604,69 II 6.416,25 Rata-rata 3.709,28 6.510,47 2017 I 8.354,11 4.976,11 II 8.511,08 5.102,69 Rata-rata 8.432,60 5.039,40 0,00 2.000,00 4.000,00 6.000,00 8.000,00 10.000,00
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL Agt SEP OKT NOP DES Crude Palm Oil
Tahun 2016-2018
Tahun Periode Januari Juli
2018
I 6.483,84 4.468,16
II 6.581,90 4.669,26 Rata-rata 6.532,87 4.568,71
Gambar 3.10 Harga Produk Kelapa Sawit CPO periode Januari dan Juli Tahun 2016-2018 Tahun 2016-2018 (Rp/kg)
Dari gambar di atas menunjukkan bahwa perkembangan harga CPO kelapa
sawit tahun 2016-2018 mengalami fluktuasi atau dalam keadaan naik turun. Pada
periode bulan Januari dan Juli tahun 2016 sampai dengan periode bulan Januari
tahun 2017 mengalami peningkatan harga. Pada periode bulan Juli tahun 2017
sampai dengan periode bulan Januari dan Juli 2018 mengalami penurunan harga
yang disebabkan oleh faktor permintaan pasar.
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas paling penting bagi
Indonesia, namun pada kenyataannya kelapa sawit bukanlah satu-satunya
komoditas yang bisa menghasilkan minyak nabati. Hal yang menyebabkan CPO
berfluktuasi di karenakan adanya produk komoditas lain yang bisa menghasilkan 5.888,11 7.174,22 8.776,68 7.434,61 7.374,75 7.054,10 0,00 1.000,00 2.000,00 3.000,00 4.000,00 5.000,00 6.000,00 7.000,00 8.000,00 9.000,00 10.000,00
Januari Juli Januari Juli Januari Juli
2016 2017 2018
Crude Palm Oil
minyak nabati. Di antaranya adalah kedelai, biji bunga matahari, rapa (Rapessed),
dan jagung.
D. Fluktuasi Harga Kernel Kelapa Sawit di Kalimantan Barat
Minyak inti sawit atau Palm Kernel Oil (PKO) adalah bagian dari buah
sawit yang telah dipisahkan dari daging buah dan cangkang yang telah diolah di
stasiun nut dan kernel. Inti sawit berbentuk bulat dan berwarna cokelat kehitaman
yang mengandung lemak, protein, serat, dan air. Kernel diolah kembali menjadi
minyak inti sawit atau Palm Kernel Oil (Rantawi, 2017).
Harga Kernel adalah harga yang diterima oleh perusahaan yang sudah
diolah menjadi minyak inti. Harga dari perusahaan ditetapkan oleh tim penetapan
harga atau pemerintah. Perubahan harga Kernel yang ditetapkan pemerintah
provinsi Kalimantan Barat dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.9 Harga Produk Kelapa Sawit Kernel Tahun 2016 (Rp/kg) Bulan Periode Harga/kg Rata-rata
Jan I 3.709,28 3.709,28 II Feb I 4.319,05 4.319,05 II Mar I 4.913,70 4.913,70 II Apr I 5.692,54 5.692,54 II Mei I 6.553,79 6.460,56 II 6.367,32 Jun I 5.817,78 6.261,85 II 6.705,92 Jul I 6.604,69 6.510,47 II 6.416,25 Ags I 6.386,58 6.491,22 II 6.595,85
Bulan Periode Harga/kg Rata-rata Sep I 7.436,42 7.425,19 II 7.413,96 Okt I 7.297,98 6.917,99 II 6.537,99 Nop I 6.326,08 6.557,75 II 6.789,42 Des I 7.441,63 7.629,92 II 7.818,21
Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat, Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2016
Gambar 3.11 Harga Produk Kelapa Sawit Kernel Tahun 2016 (Rp/kg)
Dari gambar di atas menunjukkan adanya fluktuasi atau dalam keadaan
yang naik turun dari harga komoditas kelapa sawit. Pada bulan Januari
menunjukkan harga terendah sebesar Rp 3.709,28/kg dan harga tertinggi pada
bulan Desember sebesar Rp 7.629,92. Ini menunjukkan bahwa dari bulan Januari
sampai dengan bulan Desember mengalami peningkatan.
0,00 1.000,00 2.000,00 3.000,00 4.000,00 5.000,00 6.000,00 7.000,00 8.000,00 9.000,00
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOP DES
Kernel Tahun 2016
Tabel 3.10 Harga Produk Kelapa Sawit Kernel Tahun 2017 (Rp/kg) Bulan Periode Harga/kg Rata-rata
Jan I 8.354,11 8.432,60 II 8.511,08 Feb I 9.193,19 9.152,84 II 9.112,49 Mar I 7.277,94 6.413,05 II 5.548,16 Apr I 5.652,03 5.321,71 II 4.991,38 Mei I 4.539,48 4.683,22 II 4.826,95 Jun I 5.448,32 5.382,86 II 5.317,40 Jul I 4.976,11 5.039,40 II 5.102,69 Ags I 5.072,63 5.239,59 II 5.406,54 Sep I 6.136,53 6.424,33 II 6.712,13 Okt I 7.077,40 7.026,79 II 6.976,18 Nop I 7.421,20 7.513,35 II 7.605,50 Des I 7.439,16 7.264,32 II 7.089,47
Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat, Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2017
Gambar 3.12 Harga Produk Kelapa Sawit Kernel Tahun 2017 (Rp/kg)
Dari gambar di atas menunjukkan adanya fluktuasi atau dalam keadaan
yang naik turun dari harga komoditas kelapa sawit. Pada bulan Mei menunjukkan
harga terendah sebesar Rp 4.683,22/kg dan harga tertinggi pada bulan Februari
sebesar Rp 9.152,84. Ini menunjukkan bahwa dari bulan Januari sampai dengan
bulan Desember mengalami peningkatan.
Tabel 3.11 Harga Produk Kelapa Sawit Kernel Tahun 2018 (Rp/kg) Bulan Periode Harga/kg Rata-rata
Jan I 6.483,84 6.532,87 II 6.581,90 Feb I 6.480,72 6.362,97 II 6.245,21 Mar I 6.123,07 5.843,65 II 5.564,23 Apr I 5.569,90 5.592,87 II 5.615,84 Mei I 5.212,13 5.297,53 II 5.382,92 Jun I 4.945,25 4.841,88 II 4.738,50 Jul I 4.468,16 4.568,71 0,00 1.000,00 2.000,00 3.000,00 4.000,00 5.000,00 6.000,00 7.000,00 8.000,00 9.000,00 10.000,00
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOP DES
Kernel Tahun 2017
Bulan Periode Harga/kg Rata-rata II 4.669,26 Ags I 4.646,16 4.881,60 II 5.117,04 Sep I 5.401,72 5.305,59 II 5.209,46 Okt I 4.706,93 4.574,52 II 4.442,10 Nop I 4.236,42 3.826,15 II 3.415,87 Des I 3.279,80 3.425,20 II 3.570,60
Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat, Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2018
Gambar 3.13 Harga Produk Kelapa Sawit Kernel Tahun 2018 (Rp/kg)
Dari gambar di atas menunjukkan adanya fluktuasi atau dalam keadaan
yang naik turun dari harga komoditas kelapa sawit. Pada bulan Desember
menunjukkan harga terendah sebesar Rp 3.425,20/kg dan harga tertinggi pada
bulan Januari sebesar Rp 6.532,87. Dapat diketahui bahwa perkembangan harga
Kernel kelapa sawit cenderung menurun kebawah.
0,00 1.000,00 2.000,00 3.000,00 4.000,00 5.000,00 6.000,00 7.000,00
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOP DES
Kernel Tahun 2018
Ketika gambar satu, dua, dan tiga di gabungkan menjadi dalam satu grafik,
maka akan menjadi seperti pada gambar berikut:
Gambar 3.14 Harga Produk Kelapa Sawit Kernel Tahun 2016-2018 (Rp/Kg)
Dari gambar di atas menunjukkan bahwa adanya fluktuasi atau keadaan
yang naik turun. Pada tahun 2016 dan 2017 mengalami peningkatan harga
permintaan PKO sedangkan pada tahun 2018 mengalami penurunan harga.
Tabel 3.12 Harga Produk Kelapa Sawit Kernel periode Januari dan Juli Tahun 2016-2018 (Rp/kg)
Tahun Periode Januari Juli
2016 I 3.709,28 6.604,69 II 6.416,25 Rata-rata 3.709,28 6.510,47 2017 I 8.354,11 4.976,11 II 8.511,08 5.102,69 Rata-rata 8.432,60 5.039,40 2018 I 6.483,84 4.468,16 II 6.581,90 4.669,26 Rata-rata 6.532,87 4.568,71 0,00 2.000,00 4.000,00 6.000,00 8.000,00 10.000,00
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL Agt SEP OKT NOP DES Palm Kernel Oil
Tahun 2016-2018
Gambar 3.15 Harga Produk Kelapa Sawit Kernel periode Januari dan Juli Tahun 2016-2018 (Rp/Kg)
Dari gambar di atas menunjukkan bahwa perkembangan harga Kernel
kelapa sawit tahun 2016-2018 mengalami fluktuasi atau dalam keadaan yang naik
turun. Pada tahun 2016 dan tahun 2017 bulan Januari mengalami peningkatan
akan tetapi harga kernel mengalami fluktuasi pada tahun 2017 bulan Juli sampai
dengan tahun 2018 bulan Juli.
Juli menunjukkan adanya perbedaan harga tertinggi dan harga terendah.
Pada tahun 2017 bulan Januari menunjukkan harga tertinggi sebesar Rp 1.969,25
per kg dan harga terendah pada tahun 2016 bulan Januari sebesar Rp 1.164,32 per
kg.
Pada tahun 2016 penjualan harga TBS, CPO dan Kernel mengalami
peningkatan. Tahun 2017 harga TBS, CPO, dan Kernel mengalami penurunan
tetapi masih mendekati harga penjulan pada tahun 2016. Namun pada tahun 2018
3.709,28 6.510,47 8.432,60 5.039,40 6.532,87 4.568,71 0,00 1.000,00 2.000,00 3.000,00 4.000,00 5.000,00 6.000,00 7.000,00 8.000,00 9.000,00
Januari Juli Januari Juli Januari Juli
2016 2017 2018
Kernel
harga TBS, CPO, dan Kernel mengalami penurunan dan berbeda jauh pada tahun
2016 maupun 2017. Turunnya produk minyak kelapa sawit di sebabkan oleh
perang dagang AS dan China sehingga mempengaruhi harga produk turunan
kelapa sawit dan mengakibatkan harga Kernel, CPO, dan TBS mengalami
penurunan dan persediaan produk TBS yang di peroleh dari petani maupun
40 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dalam sub bab III Pembahasan tentang Fluktuasi
Harga Kelapa Sawit dan Produk Turunannya Tahun 2016-2018, maka dapat
di tarik beberapa kesimpulan sebagai berikut.
1. Sejarah kelapa sawit di Kalimantan Barat dimulai pada tahun 1980 oleh
PT. Perkebunan Nusantara dan diberi tanggung jawab oleh Pemerintah
untuk membuka lahan kelapa sawit, dengan pola kerja sama masyarakat.
Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat, menempatkan proyek perkebunan
kelapa sawit ini di Kabupaten yang memiliki luas lahan minimal 8000 ha
dan berada di wilayah satu kawasan. Angka ini menjadi syarat
pemerintah pusat untuk pembukaan lahan perkebunan sawit. Perkebunan
sawit ditempatkan di Kabupaten Landak khususnya di Kecamatan
Ngabang (Desa Amboyo Inti, Amboyo Selatan, Amboyo Utara desa
Tamiyang Sawit); dan Kabupaten Sanggau (Kecamatan Perindu,
Kecamatan Kembayan, Kecamatan Meliyau terdiri dari desa Meliyau,
desa Sungai Dekan, desa Rimba Belian, desa Gunung Mas).
2. Harga TBS (Tandan Buah Segar) rentan mengalami fluktuasi yang tinggi
saat musim hujan dan musim kemarau. Adanya perbedaan harga TBS
(Tandan Buah Segar) juga terjadi akibat dari adanya kebijakan
masing-masing daerah dalam penentuan harga serta rentannya terjadi permainan
peningkatan harga, pada bulan Desember tahun 2016 dengan harga Rp
1.682,29/kg dan bulan Desember tahun 2017 dengan harga Rp 1.682,29
pada harga TBS cukup tinggi akan tetapi pada tahun 2018 harga TBS
mengalami penurunan pada bulan Desember tahun 2018 dengan harga
Rp 1.037,01.
3. Minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) merupakan olahan dari
kelapa sawit yang di panen dari Tandan Buah Segar (TBS) atau hasil dari
ekstraksi dan belum mengalami pemurnian. Minyak sawit mentah
biasanya digunakan untuk kebutuhan bahan pangan, industri kosmetik,
indsutri kimia, dan industri pakan ternak. Pada tahun 2016 harga CPO
mengalami peningkatan akan tetapi pada tahun 2017 dan tahun 2018
CPO mengalami penurunan harga.
4. Minyak inti sawit atau Palm Kernel Oil (PKO) adalah bagian dari buah
sawit yang telah dipisahkan dari daging buah dan cangkang yang telah
diolah di stasiun nut dan kernel. Inti sawit berbentuk bulat dan berwarna
cokelat kehitaman yang mengandung lemak, protein, serat, dan air. Pada
tahun 2016 harga PKO mengalami peningkatan akan tetapi pada tahun
B. Saran
Berdasarkan uraian di latar belakang dan hasil pembahasan, maka
dapat di sampaikan beberapa saran berikut ini.
1. Ketika harga produk kelapa sawit terkhususnya TBS mengalami
naik-turun sehingga tidak bisa mengganti biaya perawatan, diharapkan
pemerintah tetap menjaga atau membeli dengan harga yang dapat
menutupi biaya kerugian harga TBS terhadap petani kebun kelapa sawit.
2. Diharapkan perusahaan atau pihak pembeli produk kelapa sawit TBS
mengikuti aturan yang telah ditetapkan oleh kebijakan masing-masing
daerah sehingga pihak masyarakat pekebun yang menanam kelapa sawit
tidak dirugikan.
3. Diharapkan Pemerintah Indonesia mampu mengeskpor di berbagai
negara selain negara Uni Eropa sehingga mampu bersaing dengan negara
lain yang menghasilkan CPO.
4. Diharapkan pemerintah mampu meningkatkan kandungan CPO pada
bahan bakar.
5. Bagi penulis selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan makalah ini
menjadi lebih baik lagi, karena makalah ini hanya bersifat gambaran
umum tentang fluktuasi harga kelapa sawit dan produk turunannya.
Namun, tidak membahas lebih mendalam tentang sebab dan dampaknya.
6. Diharapkan bagi penulis selanjutnya dapat lebih memperkaya materi agar
makalah ini dapat berguna memberikan informasi di bidang komoditi
C. Keterbatasan
Berdasarkan uraian hasil pembahasan. Selanjutnya dapat disampaikan
beberapa keterbatasan makalah ini sebagai berikut :
1. Makalah ini hanya bersifat gambaran umum tentang fluktuasi harga
kelapa sawit dan produk turunannya di Kalimantan Barat.
2. Materi yang disajikan tidak cukup mendalam, jadi masih bisa di
DAFTAR PUSTAKA
Alfayanti, dan Efendi, Z. (2013). “Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kelapa Sawit rakyat di kabupaten mukomuko”. Jurnal AGRISEP
Vol. 13 (1), Hal: 1-10
Alfonsus, Darwis (2012). Trend Perkembangan Perkebunan Kelapa Sawit di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2001-2010. FKIP. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta. Publikasi
Ardana, K & Kariyasa, K. (2016). “Pengaruh inovasi teknologi dan penggunaan input terhadap produktivitas kelapa sawit di provinsi kalimantan barat”.
Jurnal Littri, Vol 5 (22), Hal: 125
Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (2014). Analisis Kebijakan
Harga Pada Komoditas Pertanian.
Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat. (2014). Harga Produk Kelapa
Sawit Tahun 2014. Di akses
dari(http://disbun.kalbarprov.go.id/index.php/informasi-harga/kelapa-sawit?start=5). 29, September 2019
Fauzie, Y. (2018). Berharap Uluran Tangan Pemerintah Hadapi Penceklik Harga
Sawit. Di akses dari
(https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20181127171325-92-349658/berharap-uluran-tangan-pemerintah-hadapi-paceklik-harga-sawit). 2, November 2019
Firdaus, M & Gunawan, I. 2012. “Integration among regional vegetable markets in Indonesia”. JournalISSAAS. Vol 18(2), Hal: 96-106
Gumilar, P. (2018). Harga TBS Anjlok Akibat Perang Dagang. Di akses dari:
(https://industri.kontan.co.id/news/petani-sawit-minta-cabut-pungutan-ekspor-cpo-demi-atasi-harga-rendah-tbs). 26, November 2019
Halim, M. A. (2018) Teori Ekonomi Mikro Edisi III. Jakarta: Mitra Wacana Media
Hansen, R & Mowen, M (2000). Akuntansi Manajemen. Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Info Sawit (2018). Pemerintah Optimalkan Kebijakan Kelapa Sawit Berdaya
Saing dan Pro-Masyarakat. Di akses dari
(https://www.infosawit.com/news/8477/pemerintah-optimalkan-kebijakan-kelapa-sawit-berdaya-saing-dan-pro-masyarakat). 2, November 2019
Kontan, (30 Oktober 2018). Perang Dagang AS-China Beri Pengaruh ke Ekspor Minyak Sawit Dalam Negeri. Di akses pada Juli 2020, dari https://industri.kontan.co.id/news/perang-dagang-as-china-beri-pengaruh-ke-ekspor-minyak-sawit-dalam-negeri
Machfud & Rika, A. H. (2008). “Model perencanaan produksi pada rantai pasok
crude palm oil dengan mempertimbangkan preferensi pengambil keputusan”.
Jurnal Teknik Industri, Vol 10 (1), Hal: 38-49
Malasari, Yulia (2016). Pengaruh Rasio Reaktan dan Waktu Sulfonasi Terhadap Karakteristik Metil Ester Sulfonat Berbasis Minyak Kelapa Sawit. Politeknik Negeri Srwijaya. Publikasi
Masykur. (2013). “Pengembangan industri kelapa sawit sebagai penghasil energi bahan bakar alternatif dan mengurangi pemanasan global (studi di riau sebagai penghasil kelapa sawit terbesar di indonesia)”. Jurnal Reformasi, Vol 3 (2)
Mufizar, A & Achyar, M. S. (2012). “Pembangunan sosial masyarakat perbatasan di kecamatan sajingan besar kabupaten sambas provinsi kalimantan barat”.
Jurnal PMIS-UNTAN-PSS. Vol
Muttaqiena, A. (2018). Harga Minyak Kelapa Sawit (CPO), Apa Yang
Mempengaruhinya. Di akses dari
(https://www.seputarforex.com/artikel/harga-minyak-kelapa-sawit-cpo-apa-yang-mempengaruhinya-283827-33). 30, Oktober 2019
Pohan, M. (2015). “Dampak penurunan harga sawit terhadap kesejahteraan petani sawit di pantai timur sumatera utara. jurnal ilmu ekonomi dan studi pembangunan”. Vol 15 (2)
Provinsi Kalimantan Barat (2019). Gambaran Umum Aspek Geografis Kalimantan Barat. Di akses dari (http://kalbarprov.go.id/info.php?landing=2). 27, Oktober 2019
PT. Perkebunan Nusantara V (2012). Sejarah Kelapa Sawit di Indonesia. Di akses dari: (https://bumn.go.id/ptpn5/berita/9706). Tanggal 25, September 2019
Pujayanti, Adirini (2018). “Perang Dagang Amerika Serikat – China dan Implikasinya Bagi Indonesia” Buletin Info Singkat. Vol. X (7)
Rantawi, A. B., Mahfud, A., & Situmorang, E. R. (2017). “Korelasi antara kadar air pada kernel terhadap mutu kadar asam lemak bebas produk palm kernel oil yang dihasilkan (studi kasus pada pt xyz). Jurnal Industrial Engineering, Vol 6 (1), Hal: 36-42
Ruslan, I. (2014).”Perubahan sosial dan ekonomi masyarakat akibat perkebunan kelapa sawit”. Jurnal Ilmu Syariah, Volume 9 (2), Hal: 65-70
Sasongko, P.E. 2010. “Studi kesesuaian lahan potensial untuk tanaman kelapa sawit di kabupaten blitar”. Jurnal Pertanian MAPETA, Vol 7 (2): 72 – 134
Sumartono, E., Ariyanti, I., dan Sumantri, B. (2018). “Analisis harga pokok produksi (hpp) dan break event point (bep) produksi crude palm oil (cpo) pada pt. sandabi indah lestari”. Jurnal Ilmu Pertanian, Vol 30 (1), Hal: 45-55 Sumaryanto.(2009). “Analisis volatilitas harga eceran beberapa komoditas pangan
utama dengan model ARCH/GARCH”. Jurnal Agro Ekonomi. Vol 27(2), Hal: 135-163
Supriyono, J. (2017). Sejarah Kelapa Sawit Indonesia. Di akses dari: (https://gapki.id/news/3652/video-sejarah-kelapa-sawit-indonesia). 27, September 2019
Wildayana, Elisa (2016). “Pendekatan pengendalian fluktuasi harga tandan buah segar terhadap pendapatan petani kelapa sawit”. Jurnal Habitat, Vol 27, Hal: 103-104
Yudistira, M. Andhika (2018). “Inkonsistensi perusahaan industri komoditas minyak kelapa sawit terhadap aturan roundtable on sustainable palm oil
(rspo) studi kasus : pelanggaran kejahatan lingkungan pada tahun 2014-2016 oleh perusahaan malaysia dan indonesia sebagai anggota rspo”. Journal of International Relations, Vol 4 (4), Hal: 784-794