• Tidak ada hasil yang ditemukan

FLUKTUASI HARGA KELAPA SAWIT DAN PRODUK TURUNANNYA DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FLUKTUASI HARGA KELAPA SAWIT DAN PRODUK TURUNANNYA DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

i

FLUKTUASI HARGA KELAPA SAWIT DAN PRODUK

TURUNANNYA DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

TAHUN 2016-2018

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi

Oleh: Japri Nano NIM: 131324028

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2020

(2)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur tugas akhir ini saya persembahkan untuk:

1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu mendampingi, memberkati dan menuntun

setiap langkahku

2. Ibu Martini selaku orang tua dan Melisa Sulang selaku adik perempuan, saya

ucapkan banyak terima kasih atas segala doa dan segala bentuk cinta dan kasih

sayang yang tidak bisa diukur oleh apapun dan selalu ada dalam keadaan senang

maupun susah

3. Sahabat-sahabatku yang selalu memberi dukungan dan motivasi kepada saya

4. Terimakasih pula untuk almamaterku tercinta Univertitas Sanata Dharma

(3)

v MOTTO

Jangan takut, percaya saja

(Markus 5:36)

Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah

Kristus Yesus bagi kamu

(4)
(5)
(6)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMA PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Batasan Masalah... 5 C. Rumusan Masalah ... 6 D. Tujuan Penulisan ... 6 E. Manfaat Penulisan ... 6

BAB II TINJAUAN TEORI ... 8

(7)

xiv

B. Karakteristik Harga Komoditas Hasil Pertanian dan Produk

Turunannya ... 9

C. Kebijakan Pemerintah dalam Pemasaran Komoditas ... 11

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Komoditas ... 13

BAB III PEMBAHASAN ... 15

A. Sejarah Komoditas Kelapa Sawit Di Kalimantan Barat ... 16

B. Fluktuasi Harga Tandan Buah Segar Kelapa Sawit di Kalimantan Barat ... 17

C. Fluktuasi Harga Crude Palm Oil Kelapa Sawit di Kalimantan Barat ... 25

D. Fluktuasi Harga Kernel Kelapa Sawit Di Kalimantan Barat ... 32

BAB IV PENUTUP ... 40 A. Kesimpulan ... 40 B. Saran ... 42 C. Keterbatasan ... 43 DAFTAR PUSTAKA ... 44 LAMPIRAN ... 47

(8)

xv DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2016 Tandan Buah Segar ... 18

Tabel 3.2 Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2017 Tandan Buah Segar ... 20

Tabel 3.3 Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2018 Tandan Buah Segar ... 21

Tabel 3.4 Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2016-2018 Periode Januari dan Juli Tandan Buah Segar ... 24

Tabel 3.5 Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2016 Crude Palm Oil ... 25

Tabel 3.6 Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2017 Crude Palm Oil ... 27

Tabel 3.7 Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2018 Crude Palm Oil ... 28

Tabel 3.8 Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2016-2018 Periode Januari dan Juli Crude Palm Oil ... 30

Tabel 3.9 Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2016 Kernel ... 32

Tabel 3.10 Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2017 Kernel ... 34

Tabel 3.11 Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2018 Kernel ... 35

Tabel 3.12 Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2018 Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2016-2018 Periode Januari dan Juli Kernel ... 37

(9)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2016 Tandan Buah Segar ....19

Gambar 3.2 Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2017 Tandan Buah Segar ... 21

Gambar 3.3 Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2018 Tandan Buah Segar ... 22

Gambar 3.4 Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2016-2018 Tandan Buah Segar ... 23

Gambar 3.5 Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2016-2018 Periode Januari dan Juli Tandan Buah Segar ... 24

Gambar 3.6 Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2016 Crude Palm Oil ... 26

Gambar 3.7 Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2016 Crude Palm Oil ... 28

Gambar 3.8 Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2016 Crude Palm Oil ... 29

Gambar 3.9 Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2016-2018 Crude Palm Oil ... 30

Gambar 3.10 Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2016-2018 Periode Januari dan Juli Crude Palm Oil ... 31

Gambar 3.11 Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2016 Kernel ... 33

Gambar 3.12 Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2017 Kernel ... 35

Gambar 3.13 Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2018 Kernel ... 36

Gambar 3.14 Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2016-2018 Kernel ... 37

Gambar 3.15 Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2016-2018 Periode Januari dan Juli Kernel ... 38

(10)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pada tahun 1910 kelapa sawit mulai dibudidayakan secara komersial

dan meluas di Sumatera. Kelapa sawit hanya hidup di daerah tropis sepanjang

garis khatulistiwa yang memiliki curah hujan melimpah dan yang memenuhi

syarat tersebut, salah satunya adalah negara Indonesia (Supriyono: 2017).

Pembangunan perkebunan khususnya kelapa sawit di Indonesia telah

membawa dampak ekonomi terhadap masyarakat, baik masyarakat yang

terlibat dengan aktivitas perkebunan maupun terhadap masyarakat sekitarnya.

Syahza (2007) menjelaskan bahwa pembangunan perkebunan kelapa sawit

dapat mengurangi ketimpangan pendapatan antar golongan masyarakat dan

mengurangi ketimpangan ekonomi antar kabupaten/kota, menciptakan

multiplier effect ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat

pedesaan, dan ekspor produk turunan kelapa sawit (CPO) dapat merangsang

pertumbuhan ekonomi daerah. Tingkat kesejahteraan yang dirasakan oleh

masyarakat pedesaan telah membawa dampak berkembangnya perkebunan di

daerah, khususnya kelapa sawit. Pemanfaatan minyak sawit dunia semakin

beragam terutama untuk bahan makanan, termasuk minyak goreng dan

margarin. Selain itu minyak sawit juga digunakan sebagai bahan baku produk

non makanan, seperti bahan bakar nabati (BBN), sabun, detergen dan

(11)

dan faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi teknologi baru di tingkat petani

(Ardana dan Kariyasa, 2016: 125).

Kelapa sawit merupakan komoditas utama penyumbang devisa

negara. Oleh sebab itu, produksi kelapa sawit perlu dipercepat

perkembangannya baik untuk Perkebunan Besar Negeri (PBN) maupun

Perkebunan Besar Swasta (PBS) dan perkebunan masyarakat (petani lokal).

Selain menghasilkan devisa negara, perkebunan kelapa sawit juga mampu

menyerap tenaga kerja, mampu memberikan kontribusi terhadap Produk

Nasional Bruto (PDB), mampu berperan sebagai agen pemerataan

pembangunan nasional dan menumbuhkan pedesaan serta menembus pasar

global secara berkelanjutan (Wildayana: 2016).

Untuk perluasan kelapa sawit di dunia tahun 2011 hanya berkisar 12

juta hektar lebih dan sebanyak 8 juta hektar lebih ada di Indonesia. Perluasan

perkebunan kelapa sawit terbesar di Riau, Kalimantan dan Sulawesi. Dari 12

juta hektar ini bisa menghasilkan sebanyak 140,6 juta ton CPO dan bisa

memenuhi keperluan minyak nabati dunia yang mencapai 1,7 ton per

tahunnya. Untuk itu Indonesia sampai tahun 2012 termasuk negara

pengekspor terbesar CPO bersama negara Asia Tenggara lainnya seperti

Malaysia. Indonesia dan Malaysia penghasil kelapa sawit terbesar di dunia

yaitu sekitar 85%, komoditi kelapa sawit kedua negara yang menguasai dunia

yang merupakan pesaing utama terhadap minyak jagung, kedelai, dan minyak

bunga matahari yang merupakan industri andalan minyak goreng dari

(12)

Provinsi Kalimantan Barat merupakan salah satu propinsi di Indonesia

yang dengan pesatnya mengembangkan industri perkebunan kelapa sawit.

Pada tahun 2010 Kalimantan Barat memiliki luas wilayah perkebunan kelapa

sawit seluas 750.948 hektar dengan total produksi 921.560 ton. Tahun 2011

pemerintah provinsi mengalokasikan lahan untuk sektor perkebunan sebesar

3,5 juta hektar. Sedangkan lokasi perkebunan kelapa dialokasikan 1,5 juta

hektar. Hampir semua kabupaten/kota di Kalimantan Barat mengembangkan

perkebunan kelapa sawit sebagai produk unggulan dan sumber Pendapatan

Asli Daerah (Darwis: 2012). Pada tahun tahun 2014 Kalimantan Barat

memliki luas wilayah perkebunan kelapa sawit seluas 1.144.185 hektar

dengan total produksi 2.168.136 ton (Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan

Barat: 2014).

Menurut kategori penjualan sawit ada tiga macam produk turunan

kelapa sawit, yaitu TBS, CPO, dan Kernel. Pada tahun 2014 harga TBS

(Tandan Buah Segar) dengan rata-rata Rp 1.713,56, CPO (Crude Palm Oil)

Rp 8.149,68 per kg, dan minyak inti sawit atau Kernel Rp 4.834,77 (Dinas

Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat: 2014).

Pada tahun 2018 Mansuetus Darto, Ketua Umum Serikat Petani

Kelapa Sawit (SPKS) mengatakan bahwa harga TBS menurun secara drastis

dan meresahkan bagi para petani akibat dari perang dagang di level

internasional. Perang Dagang antara Amerika Serikat dengan China berimbas

langsung pada pembelian Tandan Buah Segar (TBS) di tingkat petani.

(13)

sehingga dampak pada permintaan barang dari Indonesia khususnya CPO

berkurang, sedangkan produksi justru meningkat. Di Kabupaten Sekadau,

Kalimantan Barat, banyak TBS yang tidak terawat dan hanya ditaruh diatas

truk dan belum tahu kapan akan dikirimkan ke pabrik pengolahan. Darto

mengatakan bahwa harga TBS turun dari Rp 1.800/kg menjadi Rp 1.050/kg

selain itu, dampak lain dari penurunan harga di tingkat petani adalah

peremajaan perkebunan kelapa sawit yang dapat tersendat akibat ketiadaan

modal (Gumilar: 2018).

Harga minyak sawit mentah (CPO) di pasar global dipengaruhi oleh

perang dagang AS dan China yang mengakibatkan turunnya harga ekspor

minyak kelapa sawit di Indonesia menurun. Negara China banyak

menggunakan minyak nabati dari kedelai AS akan tetapi akibat perang

dagang, negara China berhenti membeli produk dari negara AS dan

menyebabkan persediaan mengalami surplus dan harga turun. Dengan

turunnya harga kedelai, maka berpengaruh pada minyak lainnya yang juga

ikut menurun salah satunya adalah ekspor minyak kelapa sawit dari Indonesia

(Kontan: 2018).

Pemerintahan Presiden Donald Trump mengenakan tarif impor

sebesar US$50-US$60 miliar untuk sejumlah produk China yang masuk ke

Amerika dalam upaya memperbaiki perekonomian dalam negeri dan

mengurangi defisit neraca perdagangan kedua negara. Presiden Trump

mengumumkan menaikkan tarif impor hingga 15% untuk baja dan 10% untuk

(14)

membatasi investasi dan mengambil tindakan untuk China di Organisasi

Perdagangan Dunia (World Trade Organization/ WTO) karena menganggap

negara tersebut bersikap tidak adil dalam perdagangan bilateral. Pemerintah

China membalas tindakan AS dengan menaikkan tarif impor hingga 25%

terhadap produk impor AS dan akan membawa masalah ini juga ke WTO. Di

tingkat global, perang dagang dua negara berpengaruh ini dapat memicu

pelemahan ekonomi dunia dan berimplikasi pada Indonesia (Adirini: 2018).

Produksi kelapa sawit cenderung mengalami peningkatan namun

dengan demikian harga kelapa sawit dan produk turunannya cenderung

berfluktuasi. Sejak tahun 2016 harga TBS, CPO, dan Kernel cenderung atau

dalam keadaan yang menurun, maka secara khusus makalah ini bermaksud

untuk mengungkapkan perkembangan harga TBS, CPO, dan Kernel dari

Tahun 2016-2018.

B. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dan kajian tentang fluktuasi harga

sawit di Provinsi Kalimantan Barat, maka perlu adanya batasan masalah

supaya tujuan dari penulisan dapat terfokus dan terarah. Adapun batasan

masalah tersebut sebagai berikut.

1. Sejarah perkembangan komoditi sawit di Provinsi Kalimantan Barat

2. Perkembangan harga TBS kelapa sawit di Kalimantan Barat

3. Perkembangan harga CPO kelapa sawit di Kalimantan Barat

(15)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang

diambil sebagai berikut.

1. Bagaimanakah sejarah perkembangan komoditi sawit di Kalimantan

Barat?

2. Bagaimanakah perkembangan harga TBS di Kalimantan Barat?

3. Bagaimanakah perkembangan harga CPO di Kalimantan Barat?

4. Bagaimanakah perkembangan harga Kernel di Kalimantan Barat?

D. Tujuan penulisan

Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah di atas, tujuan

penulisan ini sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan sejarah perkembangan komoditi kelapa sawit di

Kalimantan Barat

2. Untuk mengetahui perkembangan harga TBS di Kalimantan Barat

3. Untuk mengetahui perkembangan harga CPO di Kalimantan Barat

4. Untuk mengetahui perkembangan harga Kernel di Kalimantan Barat

E. Manfaat Penulisan

Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, di atas

manfaat penulisan ini sebegaia berikut

1. Manfaat teoritis

a. Hasil makalah ini diharapkan memberi manfaat bagi pembaca dan

bagi penulis yang akan mengambil judul tentang Fluktuasi Harga

(16)

2. Manfaat Praktis

a. Dapat menjadi bahan referensi bagi Mahasiswa yang mengambil judul

tentang Fluktuasi Harga Kelapa Sawit dan Turunannya di Provinsi

Kalimantan Barat.

b. Dapat menjadi bahan acuan untuk materi yang berhubungan dengan

Fluktuasi Harga Kelapa Sawit dan Turunannya di Provinsi Kalimantan

Barat.

c. Bagi penulis dapat bermanfaat sebagai cara mengamalkan pada waktu

(17)

8 BAB II TINJAUAN TEORI

A. Harga Komoditas Sebagai Sinyal Pasar (Market Signal)

Dalam menjual sebuah produk hal yang perlu diketahui ialah bagaiamana

seorang produsen atau penjual dapat mengetahui perkembangan harga komoditas

di pasar (sinyal harga), dimana sinyal harga merupakan perubahan harga barang

atau jasa yang menunjukkan bahwa penawaran atau permintaan harus disesuaikan.

Harga komoditas merupakan sebagai sinyal pasar yang menentukan nilai

dari atau harga jual pada suatu produk barang atau jasa. Menurut Halim

(2018:148-149) harga adalah suatu nilai tukar (a medium of exchange) yang dapat

disamakan dengan uang atau barang lain atas manfaat yang diperoleh dari suatu

barang atau jasa bagi seseorang atau kelompok pada waktu tertentu dan tempat

tertentu. Istilah harga digunakan untuk memberikan nilai finansial pada suatu

produk barang atau jasa.

Teori harga pasar merupakan teori ekonomi yang menerangkan

perilaku harga pasar barang atau jasa individual. Teori harga pasar adalah

harga suatu barang atau jasa yang pasarnya kompetitif tinggi rendahnya

ditentukan oleh permintaan pasar dan penawaran pasar. Permintaan pasar

suatu barang merupakan kurva gabungan atau hasil penjumlahan kurva-kurva

permintaan individual akan barang tersebut yang terjangkau oleh sebuah

pasar. Penawaran pasar suatu barang merupakan kurva gabungan atau kurva

(18)

barang tersebut yang terjangkau oleh sebuah pasar. Pasar barang atau jasa

dikatakan berada dalam keadaan disekuilibrium apabila harga barang atau

jasa tersebut serta kuantitas yang ditawarkan dan atau yang diminta

mempunyai kecenderungan untuk mengalami perubahan. Keadaan ini terjadi

apabila harga yang terjadi dipasar berada di atas atau dibawah harga

ekuilibrium (Pohan: 2015).

B. Karakteristik Harga Komoditas Hasil Pertanian dan Produk Turunannya

Karakteristik harga komoditas hasil pertanian dan produk turunannya

ditentukan oleh penawaran dan permintaan pasar dan harga tersebut berdasarkan

perhitungan harga masing-masing pelaku komoditas atau perusahaan yang

menjual produk kelapa sawit pada konsumen.

Secara umum, karakteristik dari komoditas adalah penentuan harga yang

ditentukan murni berdasarkan mekanisme permintaan dan penawaran. Dengan

demikian, komoditas pertanian merupakan produk pertanian yang dapat

diperdagangkan secara fisik untuk jangka waktu tertentu yang pada umumnya

dilakukan pada pasar komoditas seperti pasar fisik atau bursa berjangka (Analisis

Kebijakan Harga Pada Komoditas Pertanian: 2014).

Dalam penelitian Sumartono (2018) menyatakan industri pengolahan TBS

selain menghasilkan CPO juga menghasilkan PKO (Palm Kernel Oil) dan shell

(cangkang). CPO diolah lebih lanjut menjadi produk turunan seperti oleopangan

(minyak goreng, margarin, dan shortening) dan oleokimia (fatty acid, fatty

alkohol, dan glycerine) (Machfud: 2008). Pada umumnya setiap perusahaan

(19)

perusahaan dapat meminimumkan Harga Pokok Produksi (HPP). Agar HPP

mencerminkan biaya yang sesungguhnya maka harus dilakukan pengelompokan

biaya secara tepat. Fluktuasi produksi terus terjadi karena adanya keterbatasan

TBS sehingga penjualan menjadi tidak pasti. Agar perusahaan tetap memperoleh

keuntungan maka perusahaaan harus memproduksi CPO dalam jumlah tertentu.

Dengan demikian hasil penjualan CPO dapat menutupi sejumlah biaya produksi

yang telah dikeluarkan oleh perusahaan dengan keuntungan sama dengan nol (0).

Kondisi yang demikian dikenal dengan istilah Break Event Point (BEP)/titik

impas. Titik impas merupakan titik yang menunjukkan dimana hasil penjualan

yang diterima perusahaan sama dengan total biaya yang dikeluarkan oleh

perusahaan (Hansen dan Mowen: 2000).

Perhitungan HPP dan BEP sangat penting bagi setiap perusahaan,

khususnya perusahaan manufaktur. Nilai HPP digunakan sebagai dasar dalam

menentukan harga jual produk guna memperoleh laba yang diinginkan. Selain itu,

perhitungan nilai HPP dapat dijadikan sebagai acuan untuk memantau realisasi

biaya produksi bagi pihak manajemen. HPP mengandung berbagai unsur biaya

yang harus diklasifikasikan secara tepat untuk menghasilkan nilai HPP yang

akurat. Apabila perusahaan mengetahui jumlah produksi yang dapat

memberikan kondisi BEP maka perusahaan bisa melakukan perencanaan laba

yang diinginkan dengan memperkirakan penjualan. Hal ini dapat meminimumkan

(20)

C. Kebijakan Pemerintah Dalam Pemasaran Komoditas

Untuk menjaga stabilitas harga serta menjaga agar harga pangan tetap

berada pada titik yang terjangkau oleh konsumen, diperlukan sebuah kebijakan

yang tepat dari pemerintah. Untuk memperoleh kebijakan stabilisasi harga yang

tepat serta untuk meningkatkan efektivitas dari program stabilisasi harga,

dibutuhkan informasi yang lengkap mengenai perilaku harga pangan termasuk

volatilitasnya (Volatilitsa adalah besaran perubahan harga yang menunjukkan

fluktuassi pasar dalam satu periode tertentu) karena informasi tersebut bermanfaat

untuk merumuskan tindakan antisipasi yang lebih efektif dan karena volatilitas

harga sangat berkaitan dengan risiko dan ketidakpastian yang dihadapi dalam

pengambilan keputusan (Sumaryanto: 2009).

Firdaus dan Gunawan (2012) menyatakan bahwa kemampuan pemerintah

dalam membuat kebijakan penetapan harga yang tepat ditentukan oleh seberapa

dalam para pembuat kebijakan tersebut memahami struktur, perilaku, dan

efektivitas pasar. Salah satu cara untuk memahami hal-hal tersebut adalah dengan

memahami kekuatan pasar dan transmisi harga dari satu pasar ke pasar lainnya

melalui studi integrasi pasar antarwilayah. Dalam hal ini, pasar yang dimaksud

adalah lembaga ekonomi tempat para pembeli dan penjual, baik secara langsung

maupun tidak langsung, dapat melakukan transaksi perdagangan barang dan atau

jasa. Termasuk di dalamnya adalah lembaga pemasaran yang berfungsi untuk

menjalankan fungsi pemasaran dalam memenuhi kebutuhan konsumen, seperti

pemasok, distributor besar/kecil, dan lain sebagainya. Studi integrasi pasar dapat

(21)

pemasaran. Tingkat integrasi yang tinggi menunjukkan efisiensi yang lebih baik

dari sebuah pasar atau lembaga pemasaran.

Kebijakan yang di ambil oleh pemerintah dalam pemasaran komoditas

adalah Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) atau Kelapa Sawit Berkelanjutan

Indonesia. Di mana kelapa sawit di anggap oleh negara seperti Uni Eropa bahwa

sawit merupakan komoditi yang dapat merusak tanaman yang ada disekitarnya,

maka dari itu pemerintah mengambil kebijakan dengan membuat ISPO yang

bersifat mandatori bagi perkebunan kelapa sawit.

Sejak adanya ISPO dan terbitnya berbagai peraturan terkait dengan

berkelanjutan pembangunan Perkebunan, serta Undang-Undang Nomor 39 Tahun

2014 tentang Perkebunan yang harus diadopsi oleh persyaratan ISPO, permintaan

pasar terhadap minyak yang bersertifikat ISPO yang mulai bermunculan,

mengharuskan perlunya persyaratan ISPO untuk direvisi. Penyempurnaan

ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor

19/Permentan/OT.140/3/2011 tentang Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit

Berkelanjutan Indonesia (Indonesian Sustainable Palm Oil/ISPO), bertujuan

untuk lebih memberikan petunjuk yang lebih jelas bagi Pelaku Usaha Perkebunan.

Secara garis besar, pedoman ISPO didasarkan pada 4 hal, yaitu kepatuhan hukum,

kelayakan usaha, pengelolaan lingkungan dan hubungan sosial yang dirumuskan

dalam prinsip prinsip sebagai berikut: 1) sistem perijinan dan manajemen

perkebunan; 2) penerapan pedoman teknis budi daya dan pengolahan kelapa

sawit; 3) Pengelolaan dan pemantauan lingkungan; 4) tanggungjawab terhadap

(22)

masyarakat; 7) peningkatan usaha secara berkelanjutan. Ketujuh prinsip itu dirinci

ke dalam 27 kriteria dan 117 indikator yang lengkapnya dapat dilihat pada

Permentan No 19/2011. 47 (Amelia: 2017).

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi Harga Komoditas

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas paling penting bagi

Indonesia, karena kelapa sawit mampu mendorong perekonomian terutama dalam

penghidupan masyarakat pekebun kelapa sawit. Meskipun kelapa sawit dianggap

mampu dalam membantu perekonomian Indonesia, namun kelapa sawit

cenderung berfluktuasi terkait akan suatu permintaan dan penawaran di pasar

komoditas.

Namun pada kenyataannya kelapa sawit bukanlah satu-satunya yang

mempunyai minyak nabati. Dalam artikel Muttaqiena (2018) Fungsi minyak

nabati yang diperoleh dari kelapa sawit, sebenarnya bisa digantikan oleh minyak

kedelai, minyak biji bunga matahari, minyak rapa (Rapessed), dan minyak jagung.

Diantaranya, yang paling murah adalah minyak sawit dan minyak kedelai. Hal ini

menjadikan keduanya sebagai komoditas substitusi yang memberikan pengaruh

timbal balik. Sebagai contoh, cuaca buruk di negara-negara produsen kedelai

seperti Amerika Serikat, Brazil, dan Argentina, akan menurunkan produksi

kedelai. Dalam hal ini, penurunan produksi kedelai bisa mendongkrak harga

minyak kedelai maupun harga CPO.

Dalam proses produksi, terdapat hubungan yang sangat erat antara

faktor-faktor produksi yang digunakan dan produksi yang dihasilkan. Hastuti (2017)

(23)

output per unit periode atau waktu. Dalam proses produksi diperlukan proses

produksi yang benar di antara beberapa kemungkinan cara produksi. Perlu juga

diperhatikan pemilihan mesin dan peralatan yang sesuai dengan karakteristik

usaha/pekerjaan. Produksi merupakan kegiatan yang diukur sebagai tingkat output

per unit periode atau waktu. Menurut Gasperz (1998:67) menyatakan bahwa ada

dua hal yang menjadi pertimbangan dalam suatu alternatif usaha, yaitu aspek

teknik dan aspek ekonomi. Aspek teknik yang utama adalah proses produksi.

Dalam proses produksi diperlukan proses produksi yang benar di antara beberapa

kemungkinan cara produksi. Perlu juga diperhatikan pemilihan mesin dan

(24)

15 BAB III PEMBAHASAN

A. Sejarah Komoditas Kelapa Sawit di Kalimantan Barat

Provinsi Kalimantan Barat terletak di bagian barat pulau Kalimantan di

antara garis 2°08 LU serta 3°05 LS serta di antara 108°0 BT dan 114°10 BT pada

peta bumi. Berdasarkan letak geografis yang spesifik ini maka, daerah Kalimantan

Barat tepat dilalui oleh garis Khatulistiwa (garis lintang 0°) tepatnya di atas Kota

Pontianak. Karena pengaruh letak ini pula, maka Kalbar adalah salah satu daerah

tropik dengan suhu udara cukup tinggi serta diiringi kelembaban yang tinggi

(Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat: 2019).

Wilayah Provinsi Kalimantan Barat memiliki 16 entry points, dimana

Temajuk, Liku, Sajingan Besar, dan Aruk termasuk di dalamnya. Kawasan

perbatasan antar negara memiliki potensi strategis bagi berkembangnya kegiatan

perdagangan internasional yang saling menguntungkan. Kawasan ini juga

berpotensi besar menjadi pusat pertumbuhan wilayah, terutama dalam hal

pengembangan industri, perdagangan dan pariwisata. Hal ini akan memberikan

peluang bagi peningkatan kegiatan produksi yang selanjutnya akan menimbulkan

berbagai efek pengganda (Mufizar dkk: 2012).

Pada penelitian Yudistira (2018) wilayah kabupaten/kota di Provinsi

Kalimantan Barat terdapat areal perkebunan kelapa sawit yang luasnya beragam

dari yang terendah seluas 52.818 hektar dan tertinggi 193.210 ha. Perbandingan

luas areal kebun kelapa sawit milik masyarakat, PTPN, dan swasta sebesar 11,77 :

(25)

berturut-turut di Kabupaten Sintang (103.726 ha), Sekadau (104.621 ha), Sanggau

(189.138 ha), dan Ketapang (193.210 ha). Kabupaten Sintang kepemilikan swasta

mancakup 75.047 ha, Kabupaten Sekadau seluas 86.417 ha, Kabupaten Sanggau

seluas 182.353 ha, dan yang terakhir Kabupaten Ketapang seluas 193.210 ha.

Kabupaten Kayong Utara, Pontianak, Ketapang, Kapuas Hulu, Singkawang

seluruh areal kelapa sawit dikelola oleh perusahaan swasta. Selama periode waktu

2014-2016, luas areal kebun kelapa sawit di Provinsi Kalimantan Barat meningkat

sebesar 8,27% (499.548 menjadi 540.837 ha).

Pada tahun 1980 PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) diberi tanggung

jawab oleh Pemerintah RI untuk membuka lahan kelapa sawit, dengan pola kerja

sama masyarakat. Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat, menempatkan proyek

perkebunan kelapa sawit ini di Kabupaten yang memiliki luas lahan minimal 8000

ha dan berada di wilayah satu kawasan. Angka ini menjadi syarat pemerintah

pusat untuk pembukaan lahan perkebunan sawit ini. Perkebunan sawit

ditempatkan di Kabupaten Landak khususnya di Kecamatan Ngabang (Desa

Amboyo Inti, Amboyo Selatan, Amboyo Utara desa Tamiyang Sawit); dan

Kabupaten Sanggau (Kecamatan Perindu, Kecamatan Kembayan, Kecamatan

Meliyau terdiri dari desa Meliyau, desa Sungai Dekan, desa Rimba Belian, desa

Gunung Mas), serta tanaman karet di Kabupaten Sintang (Ruslan: 2014).

Perkembangan sawit di Kalimantan Barat merupakan program pemerintah

dengan pola perkebunan inti rakyat (PIR). Program ini di biayai oleh bank dunia

dengan pola kredit yang ditanggung oleh Pemerintah Indonesia. Tujuan dari

(26)

Indonesia, seperti di Sumatera Utara, Riau, Kalimantan Timur, Selatan dan

Kalimantan Barat dengan pola Perkebunan Inti Rakyat (Ruslan: 2014).

B. Fluktuasi Harga Tandan Buah Segar Kelapa Sawit di Kalimantan Barat

Harga TBS (Tandan Buah Segar) rentan mengalami fluktuasi yang tinggi

saat musim hujan dan musim kemarau. Adanya perbedaan harga TBS (Tandan

Buah Segar) juga terjadi akibat dari adanya kebijakan masing-masing daerah

dalam penentuan harga serta rentannya terjadi permainan harga pada pekebunan

(Bahari: 2014).

Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi harga komoditas kelapa sawit.

Di antaranya adalah (1) faktor produksi. Dalam penelitian Alfayanti dan Zul

Efendi (2013) Faktor produksi terdiri dari empat komponen yaitu tanah, modal,

tenaga kerja dan skill atau manajemen. Masing-masing faktor mempunyai fungsi

yang berbeda dan saling terkait satu sama lainnya. (2) harga pasar pada penelitian

(Pohan: 2015) mengatakan bahwa Teori harga pasar adalah harga suatu barang

atau jasa yang pasarnya kompetitif tinggi rendahnya ditentukan oleh permintaan

pasar dan penawaran pasar. Permintaan pasar suatu barang merupakan kurva

gabungan atau hasil penjumlahan kurva-kurva permintaan individual akan barang

tersebut yang terjangkau oleh sebuah pasar. Penawaran pasar suatu barang

merupakan kurva gabungan atau kurva hasil penjumlahan kurva-kurva penawaran

individual akan barang tersebut yang terjangkau oleh sebuah pasar. Pasar barang

atau jasa dikatakan berada dalam keadaan disekuilibrium (ketidakseimbangan)

apabila harga barang atau jasa tersebut serta kuantitas yang ditawarkan dan atau

(27)

terjadi apabila harga yang terjadi dipasar berada di atas atau di bawah harga

ekuilibrium.

Harga TBS adalah harga yang diterima oleh petani ketika menjual hasil

usahatani kelapa sawitnya kepada perusahaan. Harga dari perusahaan ditetapkan

oleh tim penetapan harga atau pemerintah. Perubahan harga TBS yang ditetapkan

pemerintah provinsi Kalimantan Barat dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.1 Harga Produk Kelapa Sawit TBS Tahun 2016 (Rp/kg) Bulan Periode Harga/kg Rata-rata

Jan I 1.164,32 1.164,32 II Feb I 1.229,98 1.229,98 II Mar I 1.402,21 1.402,21 II Apr I 1.528,57 1.528,57 II Mei I 1.745,65 1.729,12 II 1.712,58 Jun I 1.649,91 1.677,74 II 1.705,56 Jul I 1.592,25 1.555,24 II 1.518,23 Ags I 1.530,81 1.575,71 II 1.620,61 Sep I 1.868,81 1.851,80 II 1.834,79 Okt I 1.836,30 1.733,69 II 1.631,07 Nop I 1.771,78 1.782,87

(28)

Bulan Periode Harga/kg Rata-rata

II 1.793,96

Des I 1.712,81 1.682,29

II 1.651,76

Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat, Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2016

Gambar 3.1 Harga Produk Kelapa Sawit TBS Tahun 2016 (Rp/kg)

Dari gambar di atas menunjukkan adanya fluktuasi atau dalam keadaan

yang naik turun dari harga komoditas kelapa sawit. Pada bulan Januari

menunjukkan harga terendah sebesar Rp 1.164,32/kg dan harga tertinggi pada

bulan September sebesar Rp 1.851,80. Ini menunjukkan bahwa dari bulan Januari

sampai dengan bulan Desember mengalami peningkatan penjualan akan suatu

permintaan pasar. 0,00 200,00 400,00 600,00 800,00 1.000,00 1.200,00 1.400,00 1.600,00 1.800,00 2.000,00

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des

Harga TBS Tahun 2016

(29)

Tabel 3.2 Harga Produk Kelapa Sawit TBS Tahun 2017 (Rp/kg) Bulan Periode Harga/kg Rata-rata

Jan I 1.960,75 1.969,25 II 1.977,75 Feb I 2.033,88 2.026,80 II 2.019,72 Mar I 1.848,62 1.771,14 II 1.693,66 Apr I 1.676,65 1.640,17 II 1.603,68 Mei I 1.531,84 1.561,28 II 1.590,71 Jun I 1.646,02 1.675,79 II 1.705,56 Jul I 1.528,00 1.520,82 II 1.513,63 Ags I 1.494,69 1.523,48 II 1.552,27 Sep I 1.636,98 1.687,20 II 1.737,41 Okt I 1.788,23 1.766,86 II 1.745,48 Nop I 1.771,78 1.782,87 II 1.793,96 Des I 1.712,81 1.682,29 II 1.651,76

Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat, Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2017

(30)

Gambar 3.2 Harga Produk Kelapa Sawit TBS Tahun 2017 (Rp/kg)

Gambar di atas menunjukkan adanya fluktuasi atau dalam keadaan yang

naik turun dari harga komoditas kelapa sawit. Pada bulan Juli menunjukkan harga

sebesar Rp 1.520,82/kg dan harga tertinggi pada bulan Februari sebesar Rp

2.026,80. Ini menunjukkan bahwa dari bulan Januari sampai dengan bulan

Desember mengalami peningkatan.

Tabel 3.3 Harga Produk Kelapa Sawit TBS Tahun 2018 (Rp/kg) Bulan Periode Harga/kg Rata-rata

Jan I 1.573,21 1.590,80 II 1.608,38 Feb I 1.578,46 1.596,17 II 1.613,87 Mar I 1.640,04 1.630,05 II 1.620,06 Apr I 1.634,87 1.640,15 II 1.645,42 Mei I 1.589,61 1.583,64 II 1.577,67 Jun I 1.543,28 1.514,53 II 1.485,78 Jul I 1.439,15 1.441,89 0,00 500,00 1.000,00 1.500,00 2.000,00 2.500,00

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des

Harga TBS Tahun 2017

(31)

Bulan Periode Harga/kg Rata-rata II 1.444,63 Ags I 1.082,65 1.235,19 II 1.387,73 Sep I 1.376,26 1.392,80 II 1.409,33 Okt I 1.282,50 1.289,79 II 1.297,07 Nop I 1.263,00 1.160,51 II 1.058,01 Des I 987,95 1.037,01 II 1.086,06

Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat, Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2018

Gambar 3.3 Harga Produk Kelapa Sawit TBS Tahun 2018 (Rp/kg)

Dari gambar di atas menunjukkan bahwa perkembangan harga TBS kelapa

sawit tahun 2018 adanya perbedaan harga tertinggi dan harga terendah. Pada

bulan April menunjukkan harga tertinggi sebesar Rp 1.037,01/kg dan harga

terendah bulan Desember sebesar Rp 1.640,15, ini menunjukkan bahwa pada

bulan Januari sampai dengan bulan April mengalami peningkatan harga namun

pada bulan Mei sampai dengan bulan Desember harga TBS mengalami penurunan

0,00 200,00 400,00 600,00 800,00 1.000,00 1.200,00 1.400,00 1.600,00 1.800,00

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des

Harga TBS Tahun 2018

(32)

harga yang signifikan sehingga para petani mengalami kerugian dan enggan

merawat kebun kelapa sawit akibat dari penurunan harga.

Ketika gambar satu, dua, dan tiga di gabung menjadi dalam satu grafik,

maka akan menjadi seperti pada gambar di bawah ini:

Gambar 3.4 Harga Produk Kelapa Sawit TBS Tahun 2016-2018 (Rp/kg)

Dari gambar di atas menunjukkan perkembangan harga TBS kelapa sawit

tahun 2016-2018 mengalami fluktuasi atau dalam keadaan naik turun. Pada tahun

2017 bulan Februari menunjukkan harga tertinggi, sebesar Rp 2.026,80 per kg dan

harga terendah pada tahun 2018 bulan Desember sebesar Rp 1.037,01. Harga TBS

pada tahun 2016 dan tahun 2017 mengalami peningkatan harga namun pada tahun

2018 harga TBS mengalami penurunan sehingga membuat para petani mengalami

kerugian dan enggan untuk merawat kebun kelapa sawit akibat dari penurunan

harga. 0,00 500,00 1.000,00 1.500,00 2.000,00 2.500,00

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL Agt SEP OKT NOP DES

TBS Tahun 2016-2018

(33)

Tabel 3.4 Harga Produk Kelapa Sawit TBS Periode Januari dan Juli Tahun 2016-2018 (Rp)

Tahun Periode Januari Juli

2016 I 1.164,32 1.592,25 II 1.518,23 Rata-rata 1.164,32 1.555,24 2017 I 1.960,75 1.528,00 II 1.977,75 1.513,63 Rata-rata 1.969,25 1.520,82 2018 I 1.573,21 1.439,15 II 1.608,38 1.444,63 Rata-rata 1.590,80 1.441,89

Gambar 3.5 Harga Produk Kelapa Sawit TBS periode Januari dan Juli Tahun 2016-2018 (Rp/kg)

Dari gambar di atas menunjukkan bahwa perkembangan harga TBS kelapa

sawit tahun 2016-2018 mengalami fluktuasi atau dalam keadaan naik turun dari

harga TBS. Pada bulan Januari dan bulan Juli menujukkan adanya perbedaan

harga tertinggi dan harga terendah. Pada tahun 2017 bulan Januari menunjukkan 1.164,32 1.555,24 1.969,25 1.520,82 1.590,801.441,89 0,00 500,00 1.000,00 1.500,00 2.000,00 2.500,00

Januari Juli Januari Juli Januari Juli

2016 2017 2018

Tandan Buah Segar Periode Januari dan Juli (Rp/kg)

(34)

harga tertinggi sebesar Rp 1.969,25 per kg dan harga terendah pada tahun 2016

bulan Januari sebesar Rp 1.164,32 per kg.

C. Fluktuasi Harga Crude Palm Oil Kelapa Sawit di Kalimantan Barat

Minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) merupakan olahan dari

kelapa sawit yang di panen dari Tandan Buah Segar (TBS) atau hasil dari

ekstraksi dan belum mengalami pemurnian. Minyak sawit mentah biasanya

digunakan untuk kebutuhan bahan pangan, industri kosmetik, indsutri kimia, dan

industri pakan ternak (Yulia, 2016).

Indonesia merupakan salah satu Negara terbesar yang memproduksi sawit,

selain bisa menambah devisa Negara kelapa sawit juga bisa membantu

perekonomian masyarakat. Kelapa sawit mentah atau CPO mempunyai banyak

kegunaan namun pada kenyataannya kelapa sawit mempunyai saingan yang cukup

berat. Perubahan harga CPO yang ditetapkan pemerintah provinsi Kalimantan

Barat dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.5 Harga Produk Kelapa Sawit CPO Tahun 2016 (Rp/kg) Bulan Periode Harga/kg Rata-rata

Jan I 5.888,11 5.888,11 II Feb I 5.984,18 5.984,18 II Mar I 6.739,58 6.739,58 II Apr I 7.200,53 7.200,53 II Mei I 8.168,48 8.098,54 II 8.028,60 Jun I 7.814,15 7.862,75 II 7.911,35

(35)

Bulan Periode Harga/kg Rata-rata Jul I 7.359,53 7.174,22 II 6.988,90 Ags I 7.136,66 7.365,88 II 7.595,09 Sep I 8.529,69 8.438,48 II 8.347,26 Okt I 8.281,60 7.812,11 II 7.342,61 Nop I 7.630,26 7.808,07 II 7.985,88 Des I 8.353,64 8.493,76 II 8.633,88

Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat, Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2016

Gambar 3.6 Harga Produk Kelapa Sawit CPO Tahun 2016 (Rp/kg)

Dari gambar di atas menunjukkan adanya fluktuasi atau dalam keadaan

yang naik turun dari harga komoditas kelapa sawit. Pada bulan Januari

menunjukkan harga terendah sebesar Rp 5.888,11/kg dan harga tertinggi pada

0,00 1.000,00 2.000,00 3.000,00 4.000,00 5.000,00 6.000,00 7.000,00 8.000,00 9.000,00

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOP DES Crude Palm Oil

(36)

bulan Desember sebesar Rp 8.493,76. Ini menunjukkan bahwa dari bulan Januari

sampai dengan bulan Desember mengalami peningkatan.

Tabel 3.6 Harga Produk Kelapa Sawit CPO Tahun 2017 (Rp/kg) Bulan Periode Harga/kg Rata-rata

Jan I 8.749,44 8.776,68 II 8.803,92 Feb I 8.863,00 8.834,16 II 8.805,32 Mar I 7.970,63 7.847,03 II 7.723,43 Apr I 7.200,53 7.200,53 II Mei I 7.499,99 7.630,51 II 7.761,02 Jun I 7.966,03 7.813,97 II 7.661,91 Jul I 7.490,66 7.434,61 II 7.378,56 Ags I 7.154,88 7.276,05 II 7.397,22 Sep I 7.670,46 7.881,73 II 8.093,00 Okt I 8.144,74 8.039,23 II 7.933,72 Nop I 8.032,70 8.072,02 II 8.111,33 Des I 7.712,30 7.585,02 II 7.457,73

Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat, Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2017

(37)

Gambar 3.7 Harga Produk Kelapa Sawit CPO Tahun 2017 (Rp/kg)

Dari gambar di atas menunjukkan adanya fluktuasi atau dalam keadaan

yang naik turun dari harga komoditas kelapa sawit. Pada bulan Agustus

menunjukkan harga terendah sebesar Rp 7.276,05/kg dan harga tertinggi pada

bulan Februari sebesar Rp 8.834,16. Ini menunjukkan bahwa dari bulan Januari

sampai dengan bulan Desember mengalami peningkatan.

Tabel 3.7 Harga Produk Kelapa Sawit CPO Tahun 2018 (Rp/kg) Bulan Periode Harga/kg Rata-rata

Jan I 7.287,66 7.374,75 II 7.461,83 Feb I 7.299,72 7.427,43 II 7.555,13 Mar I 7.730,28 7.741,41 II 7.752,54 Apr I 7.780,48 7.804,39 II 7.828,29 Mei I 7.635,04 7.581,14 II 7.527,24 Jun I 7.521,88 7.384,46 II 7.247,03 0,00 1.000,00 2.000,00 3.000,00 4.000,00 5.000,00 6.000,00 7.000,00 8.000,00 9.000,00 10.000,00

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOP DES Crude Palm Oil

(38)

Bulan Periode Harga/kg Rata-rata Jul I 7.062,77 7.054,10 II 7.045,42 Ags I 6.633,17 6.590,84 II 6.548,50 Sep I 6.470,36 6.564,69 II 6.659,01 Okt I 6.173,55 6.246,67 II 6.319,79 Nop I 6.155,14 5.671,50 II 5.187,86 Des I 4.968,93 5.219,84 II 5.470,75

Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat, Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2018

Gambar 3.8 Harga Produk Kelapa Sawit CPO Tahun 2018 (Rp/kg)

Dari gambar di atas menunjukkan adanya fluktuasi atau dalam keadaan

yang naik turun. Pada bulan Desember menunjukkan harga terendah sebesar Rp

5.219,84/kg dan harga tertinggi pada bulan April sebesar Rp 7.804,39. Ini

0,00 1.000,00 2.000,00 3.000,00 4.000,00 5.000,00 6.000,00 7.000,00 8.000,00 9.000,00

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOP DES Crude Palm Oil

(39)

menunjukkan bahwa pada bulan Januari sampai dengan bulan Desember

mengalami penurunan akibat faktor pasar permintaan.

Ketika gambar satu, dua, dan tiga di gabungkan menjadi dalam satu grafik,

maka akan menjadi seperti pada gambar berikut:

Gambar 3.9 Harga Produk Kelapa Sawit CPO Tahun 2016-2018 (Rp/kg)

Dari gambar di atas menunjukkan bahwa adanya fluktuasi atau keadaan

yang naik turun. Pada tahun 2016 dan 2017 mengalami peningkatan harga

permintaan CPO sedangkan pada tahun 2018 mengalami penurunan harga.

Tabel 3.8 Harga Produk Kelapa Sawit CPO Periode Januari dan Juli Tahun 2016-2018 (Rp/kg)

Tahun Periode Januari Juli

2016 I 3.709,28 6.604,69 II 6.416,25 Rata-rata 3.709,28 6.510,47 2017 I 8.354,11 4.976,11 II 8.511,08 5.102,69 Rata-rata 8.432,60 5.039,40 0,00 2.000,00 4.000,00 6.000,00 8.000,00 10.000,00

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL Agt SEP OKT NOP DES Crude Palm Oil

Tahun 2016-2018

(40)

Tahun Periode Januari Juli

2018

I 6.483,84 4.468,16

II 6.581,90 4.669,26 Rata-rata 6.532,87 4.568,71

Gambar 3.10 Harga Produk Kelapa Sawit CPO periode Januari dan Juli Tahun 2016-2018 Tahun 2016-2018 (Rp/kg)

Dari gambar di atas menunjukkan bahwa perkembangan harga CPO kelapa

sawit tahun 2016-2018 mengalami fluktuasi atau dalam keadaan naik turun. Pada

periode bulan Januari dan Juli tahun 2016 sampai dengan periode bulan Januari

tahun 2017 mengalami peningkatan harga. Pada periode bulan Juli tahun 2017

sampai dengan periode bulan Januari dan Juli 2018 mengalami penurunan harga

yang disebabkan oleh faktor permintaan pasar.

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas paling penting bagi

Indonesia, namun pada kenyataannya kelapa sawit bukanlah satu-satunya

komoditas yang bisa menghasilkan minyak nabati. Hal yang menyebabkan CPO

berfluktuasi di karenakan adanya produk komoditas lain yang bisa menghasilkan 5.888,11 7.174,22 8.776,68 7.434,61 7.374,75 7.054,10 0,00 1.000,00 2.000,00 3.000,00 4.000,00 5.000,00 6.000,00 7.000,00 8.000,00 9.000,00 10.000,00

Januari Juli Januari Juli Januari Juli

2016 2017 2018

Crude Palm Oil

(41)

minyak nabati. Di antaranya adalah kedelai, biji bunga matahari, rapa (Rapessed),

dan jagung.

D. Fluktuasi Harga Kernel Kelapa Sawit di Kalimantan Barat

Minyak inti sawit atau Palm Kernel Oil (PKO) adalah bagian dari buah

sawit yang telah dipisahkan dari daging buah dan cangkang yang telah diolah di

stasiun nut dan kernel. Inti sawit berbentuk bulat dan berwarna cokelat kehitaman

yang mengandung lemak, protein, serat, dan air. Kernel diolah kembali menjadi

minyak inti sawit atau Palm Kernel Oil (Rantawi, 2017).

Harga Kernel adalah harga yang diterima oleh perusahaan yang sudah

diolah menjadi minyak inti. Harga dari perusahaan ditetapkan oleh tim penetapan

harga atau pemerintah. Perubahan harga Kernel yang ditetapkan pemerintah

provinsi Kalimantan Barat dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.9 Harga Produk Kelapa Sawit Kernel Tahun 2016 (Rp/kg) Bulan Periode Harga/kg Rata-rata

Jan I 3.709,28 3.709,28 II Feb I 4.319,05 4.319,05 II Mar I 4.913,70 4.913,70 II Apr I 5.692,54 5.692,54 II Mei I 6.553,79 6.460,56 II 6.367,32 Jun I 5.817,78 6.261,85 II 6.705,92 Jul I 6.604,69 6.510,47 II 6.416,25 Ags I 6.386,58 6.491,22 II 6.595,85

(42)

Bulan Periode Harga/kg Rata-rata Sep I 7.436,42 7.425,19 II 7.413,96 Okt I 7.297,98 6.917,99 II 6.537,99 Nop I 6.326,08 6.557,75 II 6.789,42 Des I 7.441,63 7.629,92 II 7.818,21

Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat, Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2016

Gambar 3.11 Harga Produk Kelapa Sawit Kernel Tahun 2016 (Rp/kg)

Dari gambar di atas menunjukkan adanya fluktuasi atau dalam keadaan

yang naik turun dari harga komoditas kelapa sawit. Pada bulan Januari

menunjukkan harga terendah sebesar Rp 3.709,28/kg dan harga tertinggi pada

bulan Desember sebesar Rp 7.629,92. Ini menunjukkan bahwa dari bulan Januari

sampai dengan bulan Desember mengalami peningkatan.

0,00 1.000,00 2.000,00 3.000,00 4.000,00 5.000,00 6.000,00 7.000,00 8.000,00 9.000,00

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOP DES

Kernel Tahun 2016

(43)

Tabel 3.10 Harga Produk Kelapa Sawit Kernel Tahun 2017 (Rp/kg) Bulan Periode Harga/kg Rata-rata

Jan I 8.354,11 8.432,60 II 8.511,08 Feb I 9.193,19 9.152,84 II 9.112,49 Mar I 7.277,94 6.413,05 II 5.548,16 Apr I 5.652,03 5.321,71 II 4.991,38 Mei I 4.539,48 4.683,22 II 4.826,95 Jun I 5.448,32 5.382,86 II 5.317,40 Jul I 4.976,11 5.039,40 II 5.102,69 Ags I 5.072,63 5.239,59 II 5.406,54 Sep I 6.136,53 6.424,33 II 6.712,13 Okt I 7.077,40 7.026,79 II 6.976,18 Nop I 7.421,20 7.513,35 II 7.605,50 Des I 7.439,16 7.264,32 II 7.089,47

Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat, Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2017

(44)

Gambar 3.12 Harga Produk Kelapa Sawit Kernel Tahun 2017 (Rp/kg)

Dari gambar di atas menunjukkan adanya fluktuasi atau dalam keadaan

yang naik turun dari harga komoditas kelapa sawit. Pada bulan Mei menunjukkan

harga terendah sebesar Rp 4.683,22/kg dan harga tertinggi pada bulan Februari

sebesar Rp 9.152,84. Ini menunjukkan bahwa dari bulan Januari sampai dengan

bulan Desember mengalami peningkatan.

Tabel 3.11 Harga Produk Kelapa Sawit Kernel Tahun 2018 (Rp/kg) Bulan Periode Harga/kg Rata-rata

Jan I 6.483,84 6.532,87 II 6.581,90 Feb I 6.480,72 6.362,97 II 6.245,21 Mar I 6.123,07 5.843,65 II 5.564,23 Apr I 5.569,90 5.592,87 II 5.615,84 Mei I 5.212,13 5.297,53 II 5.382,92 Jun I 4.945,25 4.841,88 II 4.738,50 Jul I 4.468,16 4.568,71 0,00 1.000,00 2.000,00 3.000,00 4.000,00 5.000,00 6.000,00 7.000,00 8.000,00 9.000,00 10.000,00

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOP DES

Kernel Tahun 2017

(45)

Bulan Periode Harga/kg Rata-rata II 4.669,26 Ags I 4.646,16 4.881,60 II 5.117,04 Sep I 5.401,72 5.305,59 II 5.209,46 Okt I 4.706,93 4.574,52 II 4.442,10 Nop I 4.236,42 3.826,15 II 3.415,87 Des I 3.279,80 3.425,20 II 3.570,60

Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat, Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2018

Gambar 3.13 Harga Produk Kelapa Sawit Kernel Tahun 2018 (Rp/kg)

Dari gambar di atas menunjukkan adanya fluktuasi atau dalam keadaan

yang naik turun dari harga komoditas kelapa sawit. Pada bulan Desember

menunjukkan harga terendah sebesar Rp 3.425,20/kg dan harga tertinggi pada

bulan Januari sebesar Rp 6.532,87. Dapat diketahui bahwa perkembangan harga

Kernel kelapa sawit cenderung menurun kebawah.

0,00 1.000,00 2.000,00 3.000,00 4.000,00 5.000,00 6.000,00 7.000,00

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOP DES

Kernel Tahun 2018

(46)

Ketika gambar satu, dua, dan tiga di gabungkan menjadi dalam satu grafik,

maka akan menjadi seperti pada gambar berikut:

Gambar 3.14 Harga Produk Kelapa Sawit Kernel Tahun 2016-2018 (Rp/Kg)

Dari gambar di atas menunjukkan bahwa adanya fluktuasi atau keadaan

yang naik turun. Pada tahun 2016 dan 2017 mengalami peningkatan harga

permintaan PKO sedangkan pada tahun 2018 mengalami penurunan harga.

Tabel 3.12 Harga Produk Kelapa Sawit Kernel periode Januari dan Juli Tahun 2016-2018 (Rp/kg)

Tahun Periode Januari Juli

2016 I 3.709,28 6.604,69 II 6.416,25 Rata-rata 3.709,28 6.510,47 2017 I 8.354,11 4.976,11 II 8.511,08 5.102,69 Rata-rata 8.432,60 5.039,40 2018 I 6.483,84 4.468,16 II 6.581,90 4.669,26 Rata-rata 6.532,87 4.568,71 0,00 2.000,00 4.000,00 6.000,00 8.000,00 10.000,00

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL Agt SEP OKT NOP DES Palm Kernel Oil

Tahun 2016-2018

(47)

Gambar 3.15 Harga Produk Kelapa Sawit Kernel periode Januari dan Juli Tahun 2016-2018 (Rp/Kg)

Dari gambar di atas menunjukkan bahwa perkembangan harga Kernel

kelapa sawit tahun 2016-2018 mengalami fluktuasi atau dalam keadaan yang naik

turun. Pada tahun 2016 dan tahun 2017 bulan Januari mengalami peningkatan

akan tetapi harga kernel mengalami fluktuasi pada tahun 2017 bulan Juli sampai

dengan tahun 2018 bulan Juli.

Juli menunjukkan adanya perbedaan harga tertinggi dan harga terendah.

Pada tahun 2017 bulan Januari menunjukkan harga tertinggi sebesar Rp 1.969,25

per kg dan harga terendah pada tahun 2016 bulan Januari sebesar Rp 1.164,32 per

kg.

Pada tahun 2016 penjualan harga TBS, CPO dan Kernel mengalami

peningkatan. Tahun 2017 harga TBS, CPO, dan Kernel mengalami penurunan

tetapi masih mendekati harga penjulan pada tahun 2016. Namun pada tahun 2018

3.709,28 6.510,47 8.432,60 5.039,40 6.532,87 4.568,71 0,00 1.000,00 2.000,00 3.000,00 4.000,00 5.000,00 6.000,00 7.000,00 8.000,00 9.000,00

Januari Juli Januari Juli Januari Juli

2016 2017 2018

Kernel

(48)

harga TBS, CPO, dan Kernel mengalami penurunan dan berbeda jauh pada tahun

2016 maupun 2017. Turunnya produk minyak kelapa sawit di sebabkan oleh

perang dagang AS dan China sehingga mempengaruhi harga produk turunan

kelapa sawit dan mengakibatkan harga Kernel, CPO, dan TBS mengalami

penurunan dan persediaan produk TBS yang di peroleh dari petani maupun

(49)

40 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dalam sub bab III Pembahasan tentang Fluktuasi

Harga Kelapa Sawit dan Produk Turunannya Tahun 2016-2018, maka dapat

di tarik beberapa kesimpulan sebagai berikut.

1. Sejarah kelapa sawit di Kalimantan Barat dimulai pada tahun 1980 oleh

PT. Perkebunan Nusantara dan diberi tanggung jawab oleh Pemerintah

untuk membuka lahan kelapa sawit, dengan pola kerja sama masyarakat.

Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat, menempatkan proyek perkebunan

kelapa sawit ini di Kabupaten yang memiliki luas lahan minimal 8000 ha

dan berada di wilayah satu kawasan. Angka ini menjadi syarat

pemerintah pusat untuk pembukaan lahan perkebunan sawit. Perkebunan

sawit ditempatkan di Kabupaten Landak khususnya di Kecamatan

Ngabang (Desa Amboyo Inti, Amboyo Selatan, Amboyo Utara desa

Tamiyang Sawit); dan Kabupaten Sanggau (Kecamatan Perindu,

Kecamatan Kembayan, Kecamatan Meliyau terdiri dari desa Meliyau,

desa Sungai Dekan, desa Rimba Belian, desa Gunung Mas).

2. Harga TBS (Tandan Buah Segar) rentan mengalami fluktuasi yang tinggi

saat musim hujan dan musim kemarau. Adanya perbedaan harga TBS

(Tandan Buah Segar) juga terjadi akibat dari adanya kebijakan

masing-masing daerah dalam penentuan harga serta rentannya terjadi permainan

(50)

peningkatan harga, pada bulan Desember tahun 2016 dengan harga Rp

1.682,29/kg dan bulan Desember tahun 2017 dengan harga Rp 1.682,29

pada harga TBS cukup tinggi akan tetapi pada tahun 2018 harga TBS

mengalami penurunan pada bulan Desember tahun 2018 dengan harga

Rp 1.037,01.

3. Minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) merupakan olahan dari

kelapa sawit yang di panen dari Tandan Buah Segar (TBS) atau hasil dari

ekstraksi dan belum mengalami pemurnian. Minyak sawit mentah

biasanya digunakan untuk kebutuhan bahan pangan, industri kosmetik,

indsutri kimia, dan industri pakan ternak. Pada tahun 2016 harga CPO

mengalami peningkatan akan tetapi pada tahun 2017 dan tahun 2018

CPO mengalami penurunan harga.

4. Minyak inti sawit atau Palm Kernel Oil (PKO) adalah bagian dari buah

sawit yang telah dipisahkan dari daging buah dan cangkang yang telah

diolah di stasiun nut dan kernel. Inti sawit berbentuk bulat dan berwarna

cokelat kehitaman yang mengandung lemak, protein, serat, dan air. Pada

tahun 2016 harga PKO mengalami peningkatan akan tetapi pada tahun

(51)

B. Saran

Berdasarkan uraian di latar belakang dan hasil pembahasan, maka

dapat di sampaikan beberapa saran berikut ini.

1. Ketika harga produk kelapa sawit terkhususnya TBS mengalami

naik-turun sehingga tidak bisa mengganti biaya perawatan, diharapkan

pemerintah tetap menjaga atau membeli dengan harga yang dapat

menutupi biaya kerugian harga TBS terhadap petani kebun kelapa sawit.

2. Diharapkan perusahaan atau pihak pembeli produk kelapa sawit TBS

mengikuti aturan yang telah ditetapkan oleh kebijakan masing-masing

daerah sehingga pihak masyarakat pekebun yang menanam kelapa sawit

tidak dirugikan.

3. Diharapkan Pemerintah Indonesia mampu mengeskpor di berbagai

negara selain negara Uni Eropa sehingga mampu bersaing dengan negara

lain yang menghasilkan CPO.

4. Diharapkan pemerintah mampu meningkatkan kandungan CPO pada

bahan bakar.

5. Bagi penulis selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan makalah ini

menjadi lebih baik lagi, karena makalah ini hanya bersifat gambaran

umum tentang fluktuasi harga kelapa sawit dan produk turunannya.

Namun, tidak membahas lebih mendalam tentang sebab dan dampaknya.

6. Diharapkan bagi penulis selanjutnya dapat lebih memperkaya materi agar

makalah ini dapat berguna memberikan informasi di bidang komoditi

(52)

C. Keterbatasan

Berdasarkan uraian hasil pembahasan. Selanjutnya dapat disampaikan

beberapa keterbatasan makalah ini sebagai berikut :

1. Makalah ini hanya bersifat gambaran umum tentang fluktuasi harga

kelapa sawit dan produk turunannya di Kalimantan Barat.

2. Materi yang disajikan tidak cukup mendalam, jadi masih bisa di

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Alfayanti, dan Efendi, Z. (2013). “Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kelapa Sawit rakyat di kabupaten mukomuko”. Jurnal AGRISEP

Vol. 13 (1), Hal: 1-10

Alfonsus, Darwis (2012). Trend Perkembangan Perkebunan Kelapa Sawit di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2001-2010. FKIP. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta. Publikasi

Ardana, K & Kariyasa, K. (2016). “Pengaruh inovasi teknologi dan penggunaan input terhadap produktivitas kelapa sawit di provinsi kalimantan barat”.

Jurnal Littri, Vol 5 (22), Hal: 125

Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (2014). Analisis Kebijakan

Harga Pada Komoditas Pertanian.

Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat. (2014). Harga Produk Kelapa

Sawit Tahun 2014. Di akses

dari(http://disbun.kalbarprov.go.id/index.php/informasi-harga/kelapa-sawit?start=5). 29, September 2019

Fauzie, Y. (2018). Berharap Uluran Tangan Pemerintah Hadapi Penceklik Harga

Sawit. Di akses dari

(https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20181127171325-92-349658/berharap-uluran-tangan-pemerintah-hadapi-paceklik-harga-sawit). 2, November 2019

Firdaus, M & Gunawan, I. 2012. “Integration among regional vegetable markets in Indonesia”. JournalISSAAS. Vol 18(2), Hal: 96-106

Gumilar, P. (2018). Harga TBS Anjlok Akibat Perang Dagang. Di akses dari:

(https://industri.kontan.co.id/news/petani-sawit-minta-cabut-pungutan-ekspor-cpo-demi-atasi-harga-rendah-tbs). 26, November 2019

Halim, M. A. (2018) Teori Ekonomi Mikro Edisi III. Jakarta: Mitra Wacana Media

Hansen, R & Mowen, M (2000). Akuntansi Manajemen. Jilid 2. Jakarta: Erlangga

Info Sawit (2018). Pemerintah Optimalkan Kebijakan Kelapa Sawit Berdaya

Saing dan Pro-Masyarakat. Di akses dari

(https://www.infosawit.com/news/8477/pemerintah-optimalkan-kebijakan-kelapa-sawit-berdaya-saing-dan-pro-masyarakat). 2, November 2019

(54)

Kontan, (30 Oktober 2018). Perang Dagang AS-China Beri Pengaruh ke Ekspor Minyak Sawit Dalam Negeri. Di akses pada Juli 2020, dari https://industri.kontan.co.id/news/perang-dagang-as-china-beri-pengaruh-ke-ekspor-minyak-sawit-dalam-negeri

Machfud & Rika, A. H. (2008). “Model perencanaan produksi pada rantai pasok

crude palm oil dengan mempertimbangkan preferensi pengambil keputusan”.

Jurnal Teknik Industri, Vol 10 (1), Hal: 38-49

Malasari, Yulia (2016). Pengaruh Rasio Reaktan dan Waktu Sulfonasi Terhadap Karakteristik Metil Ester Sulfonat Berbasis Minyak Kelapa Sawit. Politeknik Negeri Srwijaya. Publikasi

Masykur. (2013). “Pengembangan industri kelapa sawit sebagai penghasil energi bahan bakar alternatif dan mengurangi pemanasan global (studi di riau sebagai penghasil kelapa sawit terbesar di indonesia)”. Jurnal Reformasi, Vol 3 (2)

Mufizar, A & Achyar, M. S. (2012). “Pembangunan sosial masyarakat perbatasan di kecamatan sajingan besar kabupaten sambas provinsi kalimantan barat”.

Jurnal PMIS-UNTAN-PSS. Vol

Muttaqiena, A. (2018). Harga Minyak Kelapa Sawit (CPO), Apa Yang

Mempengaruhinya. Di akses dari

(https://www.seputarforex.com/artikel/harga-minyak-kelapa-sawit-cpo-apa-yang-mempengaruhinya-283827-33). 30, Oktober 2019

Pohan, M. (2015). “Dampak penurunan harga sawit terhadap kesejahteraan petani sawit di pantai timur sumatera utara. jurnal ilmu ekonomi dan studi pembangunan”. Vol 15 (2)

Provinsi Kalimantan Barat (2019). Gambaran Umum Aspek Geografis Kalimantan Barat. Di akses dari (http://kalbarprov.go.id/info.php?landing=2). 27, Oktober 2019

PT. Perkebunan Nusantara V (2012). Sejarah Kelapa Sawit di Indonesia. Di akses dari: (https://bumn.go.id/ptpn5/berita/9706). Tanggal 25, September 2019

Pujayanti, Adirini (2018). “Perang Dagang Amerika Serikat – China dan Implikasinya Bagi Indonesia” Buletin Info Singkat. Vol. X (7)

Rantawi, A. B., Mahfud, A., & Situmorang, E. R. (2017). “Korelasi antara kadar air pada kernel terhadap mutu kadar asam lemak bebas produk palm kernel oil yang dihasilkan (studi kasus pada pt xyz). Jurnal Industrial Engineering, Vol 6 (1), Hal: 36-42

(55)

Ruslan, I. (2014).”Perubahan sosial dan ekonomi masyarakat akibat perkebunan kelapa sawit”. Jurnal Ilmu Syariah, Volume 9 (2), Hal: 65-70

Sasongko, P.E. 2010. “Studi kesesuaian lahan potensial untuk tanaman kelapa sawit di kabupaten blitar”. Jurnal Pertanian MAPETA, Vol 7 (2): 72 – 134

Sumartono, E., Ariyanti, I., dan Sumantri, B. (2018). “Analisis harga pokok produksi (hpp) dan break event point (bep) produksi crude palm oil (cpo) pada pt. sandabi indah lestari”. Jurnal Ilmu Pertanian, Vol 30 (1), Hal: 45-55 Sumaryanto.(2009). “Analisis volatilitas harga eceran beberapa komoditas pangan

utama dengan model ARCH/GARCH”. Jurnal Agro Ekonomi. Vol 27(2), Hal: 135-163

Supriyono, J. (2017). Sejarah Kelapa Sawit Indonesia. Di akses dari: (https://gapki.id/news/3652/video-sejarah-kelapa-sawit-indonesia). 27, September 2019

Wildayana, Elisa (2016). “Pendekatan pengendalian fluktuasi harga tandan buah segar terhadap pendapatan petani kelapa sawit”. Jurnal Habitat, Vol 27, Hal: 103-104

Yudistira, M. Andhika (2018). “Inkonsistensi perusahaan industri komoditas minyak kelapa sawit terhadap aturan roundtable on sustainable palm oil

(rspo) studi kasus : pelanggaran kejahatan lingkungan pada tahun 2014-2016 oleh perusahaan malaysia dan indonesia sebagai anggota rspo”. Journal of International Relations, Vol 4 (4), Hal: 784-794

Gambar

Tabel 3.1 Harga Produk Kelapa Sawit TBS Tahun 2016 (Rp/kg)  Bulan  Periode  Harga/kg  Rata-rata
Gambar 3.1 Harga Produk Kelapa Sawit TBS Tahun 2016 (Rp/kg)
Tabel 3.2 Harga Produk Kelapa Sawit TBS Tahun 2017 (Rp/kg)  Bulan  Periode  Harga/kg  Rata-rata
Gambar 3.2 Harga Produk Kelapa Sawit TBS Tahun 2017 (Rp/kg)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Lestari Panggabean : Analisis Dampak Fluktuasi Harga Ekspor CPO ..... Lestari Panggabean : Analisis Dampak Fluktuasi Harga Ekspor

Biaya yang dikeluarkan dalam pelaksanaan verifikasi pengangkutan antar pulau komoditas kelapa sawit dan produk turunannya dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja

 Mempelajari pengaruh waktu, suhu dan konsentrasi katalis terhadap proses degradasi selulose dari tandan kosong kelapa sawit menjadi turunannya khususnya monosakarida pada

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Menganalisis kinerja ekspor minyak sawit dan produk turunannya di Pakistan; (2) Menganalisis tingkat

Keberadaan Bappeda Provinsi Kalimantan Barat tertuang dalam Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Kalimantan

Penetapan harga sawit riau paling baru sekarang ini dapat lihat pada tabel harga berikut ini : Harga Sawit Rata-Rata di PKS/Pabrik Biasanya pabrik pengolah kelapa sawita

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan; a Kinerja produksi komoditas kelapa sawit Sumatera Utara mengalami fluktuasi dalam 10 tahun terakhir; b Kinerja ekspor kelapa sawit menunjukkan

Sikap Petani Dalam Menghadapi Fluktuasi Harga Sawit Nomor Indikator Rata-rata penilaian Keterangan 1 Kualitas sawit yang dihasilkan bagus maka saya mendapatkan harga jual yang