• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. PERLINDUNGAN HUKUM PEKERJA ANAK DI Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "3. PERLINDUNGAN HUKUM PEKERJA ANAK DI Indonesia"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

33

3.

PERLINDUNGAN HUKUM PEKERJA ANAK

DI Indonesia

Endeh Suhartini, Ani Yumarni, Mulyadi, Siti Maryam Fakultas Hukum Universitas Djuanda Bogor

Abstrak

Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisis perlindungan hukum terhadap pekerja anak di Indonesia sehingga adanya kepastian hukum bagi pekerja anak yang melakukan hubungan kerja untuk mendapatkan haknya sesuai ketentuan hukum yang berlaku.Pekerja anak adalah angkatan pekerja dibawah umur atau usia muda yang semakin hari semakin bertambah di Indonesia karena kebutuhan ekonomi semakin meningkat. Metode Penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif atau studi pustaka dengan menggunakan beberapa pendekatan perundang-undangan dengan penggunaan sumber data yang digunakan adalah data sekunder yang terdiri atas bahan hukum primer berupa peraturan perundang-undangan dan buku-buku yang terkait penelitian, serta bahan hukum sekunder terkait hasil penelitian. Adapun kesimpulan dari hasil penelitian bahwa dalam pelaksanaan perlindungan hukum pekerja anak harus memperhatikan pelaksanaan hubungan ketenakarjaan dengan memberikan perlindungan hukum dalam bidang ketenagakerjaan terdiri atas perlindungan kerja yang diperbolehkan oleh undang-undang, perlindungan terhadap jaminan sosial, perlindungan teknis dan perlindungan ekonomis untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Kata Kunci: Perlindungan Hukum, Hubungan Ketenagakerjaa, Pekerja, Anak.

(2)

34 Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah Negara berdasarkan hukum sebagaimana sudah diatur dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Ketentuan ini menegaskan bahwa sebagai negara hukum Pemerintah Indonesia berkewajiban untuk melindungi seluruh Warga Negara Indonesia sesuai ketentuan hukum yang berlaku. Hal ini diperkuat dengan makna yang tertulis dalam Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 bahwa setiap orang mempunyai kedudu`kan yang sama dalam Hukum dan Pemerintahan dan menjunjung tinggi hukum dengan Pemerintahan dengan tidak ada kecualinya .

Dalam kenyataan, sesusunguhnya mempunyai pekerjaan bukanlah sekedar merupakan fenomena sosial ekonomis, yaitu sekedar keterkaitan antara ketersediaan lapangan kerja pada satu sisi dan jumlah angkatan kerja pada sisi lain. Sesungguhnya mencari pekerjaan dan mendapatkan pekerjaan juga bahkan terutama merupakan sarana aktualisasi diri seorang manusia. Selain memungkinkan seorang manusia memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri beserta keluarganya,dalam proses mempersiapkan diri ini sungguh pula penting peranan pendidikan, yang merupakan salah satu hak asasi manusia yang paling mendasar. (Komanas HAM, Masalah Pengganguran dan Solusinya dari Persfektif Hak Asasi Manusia Hak Atas pekerja, 2005,: 1)

Hak-hak asasi merupakan perangkat asas yang timbul dari nilai-nilai, kemudian menjadi kaidah-kaidah yang mengatur perilaku manusia dalam hubungan dengan sesama manusia.Hak Asasi merupakan fenomena dari suatu manifestasi nilai-nilai yang kemudian dikogkretkan menjadi kaidah dan norma.Hak tersebut harus lebih ditekankan pada aspek moral, meskipun hak kekuatan bagi pemiliknya ( (H.A.Dardiri Hasim dan Yudi Hartono, 2012: 1 – 2)

Perlindungan hukum dan kepastian hukum merupakan hak asasi manusia sejak dalam kandungan sampai ke liang lahat.Hak asasi manusia adalah hak yang dimiliki oleh setiap orang sejak dalam kandungan dan merupakan karunia dari Allah S.W.T., dan setiap negara dan Pemerintah wajib melindungi sesuai hukum yang berlaku.

(3)

35

Perlindungan hukum dan kepastian hukum bagi setiap orang sudah diatur dalam peraturan-peraturan yang sudah dibuat, disahkan dan diterapkan sesuai dengan kebutuhan setiap orang, dan setiap orang dianggap tahu akan hukum yang ada khususnya di Indonesia sebagai negara hukum.

Keberadaan Pancasila sebagai landasan ideal dalam menerapkan kebijakan pemerintah di segala bidang mengandung nilai “keadilan”, dalam Sila Kedua disebutkan:Kemanusiaan yang adil dan beradab, sedangkan dalam Sila kelima kembali ditegaskan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Konsekwensi dari dasar negara Pancasila yang menerapkan keadilan bagi kemanusiaan dan juga keadilan sosial untuk seluruh rakyat mengharuskan pemerintah menentang setiap perbuatan yang dapat menjurus pada adanya diskriminasi dan eksploitasi yang dapat terjadi pada rakyat yang lemah oleh golongan rakyat yang lebih kuat.Oleh karena itu melalui aturan-aturan hukum ketenagakerjaan pemerintah memberikan perlindungan terhadap golongan rakyat pekerja/buruh untuk melindunginya dari kemungkinan diskrminasi dan ekploitasi dari pemberi kerja. Diskriminasi dalam hubungan kerja, antara lain dapat dilihat dari aturan-aturan yang melarang kebijakan upah berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan, selain itu juga dilarang memperkerjakan pekerja /buruh dikarenakan perbedaan ras golongan, keyakinan. (Agusmidah, 2011: 257-258)

Kepastian hukum dan perlindungan hukum dalam hubungan ketenagakerjaan yang harus menjadi perhatian saat ini salah satunya adalah adanya pekerja anak di Indonesia yang terus meningkat dan memerlukan pengawasan, perhatian dan perlindungan hukum terhadap anak yang bekerja untuk mendapatkan uang guna memenuhi kebutuhan hidupnya.

Dari tahun ke tahun, jumlah pekerja anak di Indonesia cenderung meningkat. Berdasarkan Data Sensus Kesejahteraan Nasional (Susenas) tahun 2003, seperti dikutif Antara (26/6), di Indonesia terdapat 1.502.600 anak berusia 10 hingga 14 tahun yang bekerja dan tidak bersekolah dan sekitar 1.621.400 anak tidak bersekolah serta membantu dirumah atau melakukan hal lainya.Sebanyak 4.180.000 anak usia

(4)

36

sekolah lanjutan pertama (13 – 15) atau 19% dari anak usia itu, tidak bersekolah.Data Susenas juga menyebutkan insiden pekerja anak dan ketidakhadiran di sekolah terbilang tinggi di daerah pedesaan.Di perkotaan sekitar 90,34 % anak usia 10 – 14 tahun dilaporkan bersekolah, dibandingkan dengan 82,92% di Pedesaan. (Rika Saraswati,2015:97).

Kemiskinan menjadi semacam “tekanan terbesar” menyebabkan anak bekerja di sektor membahayakan. Kemiskinan melahirkan buruh anak dan lalu mengabadikan kemiskinan, ketidakadilan dan diskriminasi. Anak yang masuk ke pasar kerja menjadi buruh, buruh merupakan rasionalisasi untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga yang dilanda kemiskinan.Konstalasi ini menjadi legitimasi memperkerjakan anak, bahkan dengan pekerjaan yang eksploitatif,upah murah dan pekerjaan yang berbahaya. Keadaan buruh anak demikian sangat dilematis, disatu sisi anak bekerja untuk memberikan konstribusi pendapatan keluarga, namun disisi yang lain mereka rentan dengan ekploitasi dan pelanggaran HAM. (Ikhwan Fahrojih, 2016: 85-86)

Indikator eksploitasi anak terlihat dari: pertama, jam kerja yang panjang;kedua upah rendah dengan pekerjaan sama dengan buruh dewasa;ketiga, situasi kerja yang tidak nyaman”bising,bau, pengap dan panas dan tidak aman;keempat, tidak terdapat asuransi dan pelayanan kesehatan yang memadai; dan kelima, tidak ada fasilitas bermain. (Ikhwan Fahrojih, 2016: 85-86)

Perlindungan hukum dan kepastian hukum terhadap anak menjadi tanggung jawab bersama antara orangtua dan Pemerintah karena anak yang bekerja pada prinsipnya tidak boleh karena belum cukup umur dan undang-undang melarangnya kecuali ada izin dari orang tua atau walinya, dan pekerjaan yang dilakukan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

Peningkatan permasalahan ketenagakerjaan dari adanya peningkatan terhadap pekerja anak selain ketentuan hukum secara nasional dan internasional yang mengatur perlindungan hukum terhadap anak, di beberapa wilayah sudah memiliki Peraturan Daerah dimana apabila ada anak dibawah umur yang bekerja semua pihak yang memperkerjakan anak harus bertanggung jawab dan tidak boleh menghilangkan hak-hak

(5)

37

anak diantaranya hak untuk bersekolah guna mendapatkan pendidikan, bermain, beristirahat, mendapat perhatian dan kasih sayang orang tua, apabila ada penyimpangan dan pelanggaran terhadap hak anak dikenakan sanksi sesuai ketentuan hukum yang berlaku.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, adapun pokok permasalahan sebagai berikut:

Bagaimana perlindungan hukum terhadap pekerja anak di Indonesia?

Metode Penelitian

Metode Penelitian yang digunakan adalah metode yuridis normatif atau studi pustaka dengan menggunakan beberapa pendekatan perundang-undangan dengan penggunaan sumber data yang digunakan adalah data sekunder yang terdiri atas bahan hukum primer berupa peraturan perundang-undangan dan buku-buku yang terkait penelitian, serta bahan hukum sekunder berupa (jurnal,karya ilmiah yang dipublikasikan) dan internet terkait hasil penelitian.

Tinjauan Pustaka

Pada dasarnya, tidak ada masyarakat yang tidak berubah.Baik masyarakat yang masih terbelakang maupun masyarakat modern selalu mengalami perubahan-perubahan. Akan tetapi, perubahan-perubahan yang dialami oleh masing-masing masyarakat tidaklah sama.Ada yang cepat dan mencolok dan ada pula yag lambat tersendat-sendat. (H.Juhaya S.Praja, 2014:43)

Masyarakat dalam proses modernisasi banyak mengalami perubahan pembaharuan, bahkan adakalanya mengalami pergeseran perubahan-perubahan tersebut. Ada yang menyangkut struktur dan organisasi masyarakat berikut lembaga-lembaganya dan ada kalanya perubahan-perubahan itu menyangkut norma nilai dan pandagan serta prilakunya. Perubahan pertama disebut transformasi strutural, sedangkan perubahan jenis kedua disebut transformasi kultural. (H.Juhaya S.Praja, 2014:43)

(6)

38

Sedangkan, untuk pelaksanaan hukum dalam kehidupan masyarakat sehari-hari mempunyai arti yang sangat penting karena apa yang menjadi tujuan hukum justru terletak pada pelaksanaan hukum itu. Ketertiban dan ketentraman hanya dapat diwujudkan dalam kenyataan kalau hukum dilaksanakan. Memang hukum dibuat untuk dilaksanakan. Kalau tidak, peraturan hukum itu hanya merupakan susunan kata-kata yang tidak mempunyai makna dalam kehidupan masyarakat. Peraturan hukum yang demikian akan menjadi mati dengan sendirinya.

Pelaksanaan hukum dapat berlangsung dalam masyarakat secara normal karena tiap-tiap individu menaati dengan kesadaran, bahwa apa yang ditentukan hukum tersebut sebagai Suatu keharusan atau sebagai sesuatu yang memang sebaiknya. Dan pelaksanaan hukum juga dapat terjadi karena pelanggaran hukum, yaitu dengan menegakkan hukum tersebut dengan bantuan alat-alat perlengkapan negara. (H.Riduan Syahrani, 2013:181).

Berdasarkan hal tersebut diatas, salah satunya adalah pelaksanaan hukum dan perlindungan hukum bidang ketenagakerjaan yang belum maksimal dalam mewujudkan kepastian hukum dan perlindungan hukum, salah satunya terkait pekerja anak.

Anak merupakan amanah dan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat, sebagai manusia seutuhnya.Setiap anak mempunyai harkat dan martabat yang patut dijungjung tinggi dan setiap anak yang terlahir harus mendapatkan hak-haknya tanpa anak tersebut meminta. Hal ini sesuai dengan ketentuan Konvensi Hak Anak yang diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia melalui Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990 yang mengemukakan tentang prnsip-prinsip umum perlindungan anak, yaitu non diskriminasi, kepentingan terbaik anak, kelangsungan hidup dan tumbuh berkembang dan menghayati partisipasi anak. (Rika Saraswati,2015:1).

Prinsip-prinsip tersebut juga terdapat didalam ketentuan undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang

(7)

39

dibentuk oleh Pemerintah Anak yang dibentuk oleh Pemerintah agar hak-hak anak dapat diimplementasikan di Indonesia. Kepedulian Pemerintah Indonesia terhadap harkat dan martabat anak sebenarnya sudah terlihat sejak tahun 1979 ketika membuat Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak.Akan tetapi. Hingga keluarnya Undang-undang Perlindungan Anak dan sampai sekarang, kesejahteraan dan pemenuhan hak anak masih jauh dari yang diharapkan. Hak anak ini dapat dilihat pada subbab Situasi dan Kondisi Anak Indonesia.(Rika Saraswati, 2015:1)

Kepentingan terbaik bagi anak anak patut dihayati, sebagai kepentingan terbaik bagi kelangsungan hidup umat manusia.Oleh karena itu kita semua selalu berupaya agar jangan sampai anak anak menjadi korban kekerasan, maupun anak terjerumus melakukan perbuatan-perbuatan jahat atau perbuatan tidak terpuji lainnya.(Setya Wahyudi, 2011:1)

Hasil Penelitian

Seiring dengan perkembangan zaman dan peningkatan kebutuhan ekonomi yang semakin meningkat diperkuat dengan perkembangan globalisasi, keberadaan bidang hukum ketenagakerjaan salah satu kebutuhan yang patut dipertimbangkan dan diperhatikan dan dilindungi karena bagian dari perlindungan hak asasi manusia dibidang hubungan kerja.

Masalah ketenagakerjaan memang sangat luas dan kompleks. Masalah ketenagakerjaan mengandung dimensi ekonomis,dimensi sosial kesejahteraan dan dimensi sosial politik. Perluasan kesempatan kerja juga merupakan dimensi ekonomis ketenagakerjaan karena melalui kesempatan kerja pertumbuhan ekonomi diciptakan sekaligus memberikan penghasilan dan meningkatkan daya beli masyarakat. Masalah ketenagakerjaan juga mencakup masalah pengupahan dan jaminan sosial,penetapan upah minimum, syarat-syarat kerja, perlindungan tenaga kerja, penyelesaian perselisihan, kebebasan berserikat dan hubungan industrial, serta hubungan dan kerjasama internasional. Semuannya mengandung dimensi ekonomis, sosial dan

(8)

40

politis. Dengan kata lain, masalah ketenagakerjaan tersebut mempunyai multi dimensi, cakupan luas dan sangat kompleks. (Surahman, 2011 :185)

Secara teoritis ada tiga jenis perlindungan kerja, yaitu sebagai berikut : ü Perlindungan sosial yaitu, perlindungan yang berkaitan dengan

usaha kemasyarakatan yang memungkinkan pekerja/buruh mengenyam dan mengembangkan kehidupannya sebagaimana manusia pada umumnya, dan khususnya sebagai anggota masyarakat dan anggota keluarga. Prlindungan sosial disebut juga dengan kesehatan kerja.

ü Perlindungan teknis, yaitu jenis perlindungan yang berkaitan dengan usaha-usaha untuk menjaga agar pekerja/buruh terhindar dari bahaya kecelakaan yang ditimbulkan oleh alat-alat kerja atau bahan yang dikerjakan.Perlindungan ini lebih sering disebut sebagai keselamatan kerja.

ü Perlindungan ekonomis, yaitu jenis perlindungan yang berkaitan dengan usaha-usaha untuk memberikan kepada pekerja/buruh suatu penghasilan yang cukup untuk memenuhi keperluan sehari-hari baginya dan keluarganya, termasuk dalam hal pekerja/buruh tidak mampu bekerja karena sesuatu diluar kehendaknya.Perlidungan jenis ini biasanya disebut dengan jaminan sosial. (R.Joni Bambang, 2013 : 265)

Sedangkan kewajiban melindungi pekerja anak berangkat dari tiga hal: Pertama, Kondisi situasional yang sedemikian rupa mereka rentan mengalami ekploitasi, kekerasan, penyalahgunaan, dan penelantaraan;

kedua, sejumlah peraturan hukum dan konstitusional yang berlaku menjadi dasar mengapa perlu dilakukan perlindungan; ketiga, adanya komitmen, keterikatan hukum dan politik bagi pemerintah sebagai amsayarakat dunia internasional untuk memenuhi,mematuhi dan mengharmonisasikan instrumen-instrumen internasional. (Ikhwan Fahrojih, 2016 :86-87). Beberapa ketentuan peraturan yang terkait dengan Perlindungan dan kepastian Hukum Hak Anak dan pekerja Anak sebagai berikut:

(9)

41

Batasan usia menjadi patokan dalam menentukan kasus yang terkait dengan apa yang dimaksud dengan anak, siapa dan apa hak dan kewajibannya bagi seorang anak sehingga perlindungan hukum dan kepastian hukumnya dapat terwujud sebagaimana mestinya. Batasan usia anak khususnya terkait dengan hukum ketenagakerjaan baik secara nasional dan internasional memiliki perbedaan dan untuk hal ini dikembalikan kepada kebijakan masing-masing wilayah negara yang bersangkutan.

Untuk lebih jelas mengetahui tentang anak tentu bisa dilihat dalam undang-undang perlindungan anak, dimana dengan adanya dinamika perlindungan anak, maka hukum perlindungan anak semakin berkembang untuk menyesuaikan dinamika hukum perlindungan anak yang ada. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak disempurnakan dengan Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Pasal 1 angka 1 Undang-undang Perlindungan Anak menyatakan bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak masih dalam kandungan. Lebih lanjut Pasal 1 Angka 2 menyatakan bahwa Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. (Laurensius Arliman, 2017: 94)

Perubahan terhadap Undang-Undang Perlindungan Anak sedikit banyak memberi harapa kepada anak-anak Indonesia dalam mendapat hak-hak positif demi kehidupan yang cerah dimasa akan datang. Hal tersebut tertuang di Pasal 21 ayat (1) bahwa, Negara,Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggungjawab, menghormati pemenuhan hak anak tanpa membedakan suku,agama,ras,golongan,jenis kelamin, etnik, budaya dan bahasa, status hukum, urutan kelahiran, dan kondisi fisik dan/atau mental. Selanjutnya Pasal 21 ayat (2) menyatakan untuk menjamin pemenuhan hak anak sebagaimana dimaksud ayat (1), Negara berkewajiban memenuhi, melindungi, dan menghormati hak anak.

(10)

42

Kemudian pada ayat (3) menjelaskan bahwa untuk menjamin pemenuhan Hak Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah berkewajiban dan bertanggungjawab dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan di bidang penyelenggaraan Perlindungan Anak. (Laurensius Arliman, 2017:94)

Pasal 27 ayat (2) menentukan bahwa: “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan” Pasal 28 A menentukan bahwa: “Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahakan hidup dan kehidupannya” Pasal 28 B ayat (2) menentukan bahwa: “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup,tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi” Pasal 28 C menentukan bahwa: (1). Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia; (2). Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat,bangsa dan negaranya;

Sedangkan pengertian anak menurut Pasal 1 angka 26 Undang-undang Ketenagakerjaan adalah setiap orang yang berumur dibawah 18 (delapan belas) tahun. Undang-undang ketenagakerjaan memberikan perlindungan hukum dan kepastian hukum terhadap pekerja anak dalam beberapa pasal yang tertuang dalam undang-undang ketenagakerjaan diantaranya:

ü Pengusaha dilarang memperkerjakan anak (Pasal 68);

ü Ketentuan Pasal 68 dapat dikecualikan bagi anak berumur antara 13 (tiga belas) tahun sampai dengan 15 (liima belas ) tahun untuk melakukan pekerjaan ringan sepanjang tidak mengganggu perkembangan fisik,mentaL dan sosial (Pasal 69 ayat (1);

Pengusaha yang memperkerjakan anak pada pekerjaan ringan harus memenuhi persyaratan berikut sebagai tertuang adalam (Pasal 69 ayat (2):

(11)

43

ü Perjanjian kerja antara pengusaha dengan orang tua atau wali; ü Waktu kerja maksimum 3 (tiga) jam sehari;

ü Dilakukan pada siang hari dan tidak mengganggu waktu sekolah;

ü Keselamatan dan kesehatan kerja; ü Adanya hubungan kerja yang jelas;

ü Menerima upah sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku; ü Dalam hal anak dipekerjakan bersama-sama pekerja atau buruh

dewasa, maka tempat kerja anak harus dipisahkan dari tempat pekerja atau buruh dewasa (Pasal 72);

ü Anak dianggap bekerja bilamana berada di tempat kerja, kecuali dapat dibuktikan sebaliknya (Pasal 73);

Siapapun dilarang memperkerjakan dan melibatkan anak pada pekerjaan-pekerjaan yang terburuk (Pasal 74 ayat (1), meliputi segala pekerjaan:

ü Dalam bentuk perbudakan atau sejenisnya;

ü Yang memanfaatkan, menyediakan atau menawarkan anak untuk pelacuran, produksi pornografi, pertunjukan porno, atau perjudian;

ü Yang memanfaatkan, menyediakan atau melibatkan anak untuk produksi dan perdagangan minuman keras, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya, dan/atau;

ü Yang membahayakan kesehatan, keselamatan, ataupun moral anak. (Eko Wahyudi, et.all, 2016: 34 – 35)

Sedangkan jenis-jenis pekerjaan yang membahayakan kesehatan, keselamatan atau moral anak menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 235/Men/2003 sebagai berikut: Jenis-jenis pekerjaan yang membahayakan kesehatan dan keselamatan anak: Pekerjaan yang berhubungan dengan mesin,pesawat, instalasi dan peralatan lainnya;

Pekerjaan tersebut meliputi pembuatan, perakitan, pemasangan pengoperasian perawatan dan perbaikan;

ü Mesin – Mesin . Mesin perkakas, seperti mesin bor, mesin gerinda, mesin potong, mesin bubut, dan mesin skrap. Mesin

(12)

44

produksi, seperti mesin rajut, mesin jahit, mesin tenun, mesin pak, dan mesin pengisi botol.

ü Pesawat. Pesawat uap, seperti ketel dan bejana uap. Pesawat cairan panas, seperti pemanas air dan pemanas oli.. Pesawat pendingin dan pesawat pembangkit gas karbit.. Pesawat angkat dan angkut, seperti keran angkat, pita transport, eskalator, gondola, forklift, dan loader. Pesawat tenaga, seperti mesin diesel, turbin, motor bakar gas, dan pesawat pembangkit listrik.

ü Alat Berat, seperti traktor, pemecah batu, grader pencampur aspal, dan mesin pancang.

ü Instalasi seperti instalasi pipa bertekanan, instalasi listrik, instalasi pemadam kebakaran, dan saluran listrik.

ü Peralatan lainnya, seperti tanur, dapur peleburan, lift, dan perancah.

ü Bejana tekan, botol baja, bejana penimbun, bejana pengangkut dan sejenisnya.

Pekerjaan yang dilakukan pada lingkungan kerja yang berbahaya..

Pekerjaan tersebut meliputi :

Pekerjaan yang mengandung bahaya fisik

ü Pekerjaan di bawah tanah, dibawah air, atau dalam ruangan tertutup yang sempit dengan ventilasi yang terbatas (confined space), misalnya, sumur dan tangki.

ü Pekerjaan yang dilakukan pada ketinggian lebih dari 2 meter. ü Pekerjaan dengan menggunakan atau dalam lingkungan yang

terdapat listrik bertegangan diatas 50 volt.

ü Pekerjaan yang menggunakan peralatan las listrik dan/atau gas. ü Pekerjaan dalam lingkungan kerja dengan suhu kelembaban

ekstrem atau kecepatan angin yang tinggi.

ü Pekerjaan dalam lingkungan kerja dengan tingkat kebisingan atau getaran melebihi nilai ambang batas (NAB).

ü Pekerjaan menangani, menyimpan, mengangkut, dan menggunakan bahan radioaktif.

(13)

45

ü Pekerjaan yang menghasilkan atau dalam lingkungan kerja yang terdapat bahaya radiasi mengion.

ü Pekerjaan yang dilakukan dalam lingkungan kerja yang berdebu. ü Pekerjaan yang dilakukan dan dapat menimbulkan bahaya listrik,

kebakaran, dan/atau peledakan. Pekerjaan yang mengandung bahan kimia

ü Pekerjaan yang dilakukan dalam lingkungan kerja yang terdapat pejanan (exposure) bahan kimia berbahaya.

ü Pekerjaan dalam menangani, menyimpan, mengangkut, dan menggunakan bahan-bahan kimia yang bersifat toksit, eksplosif, mudah terbakar, mudah menyala, oksidator, korosif, iritatif, karsinogenik, mutagenik, dan/atau mengangkut pestisida. Pekerjaan yang mengandung bahaya biologis

ü Pekerjaan yang terpajan dalam kuman, bakteri, virus, fungsi, parasit, dan sejenisnya, misalnya, pekerjaan dalam lingkungan laboratorium klinik, penyamaan kulit, dan pencucian getah/karet.

ü Pekerjaan di tempat pemotongan, pemrosesan, dan pengepakan daging hewan.

ü Pekerjaan yang dlakukan diperusahaan peternakan, seperti memerah susu, memberi makan ternak, dan membersihkan kandang.

ü Pekerjaan di dalam silo atau gudang penyimpanan hasil – hasil pertanian.

ü Pekerjaan penangkaran binatang buas.

Pekerjaan yang mengandung sifat dan keadaan berbahaya

ü Pekerjaan kontruksi bangunan, jembatan, irigasi, atau jalan. ü Pekerjaan yang dilakukan dalam perusahaan pengolahan kayu. ü Pekerjaan mengangkat dan mengangkut secara secara manual

beban diatas 12 kg untuk anak laki – laki dan diatas 10 kg untuk anak perempuan.

ü Pekerjaan dalam bangunan tempat kerja yang terkunci.

ü Pekerjaan penangkapan ikan yang dilakukan di lepas pantai atau di perairan laut dalam.

(14)

46

ü Pekerjaan yang dilakukan di daerah yang terisolasi dan terpencil. ü Pekerjaan di kapal.

ü Pekerjaan yang dilakukan dalam pembuangan dan pengolahan sampah atau daur ulang barang – barang bekas.

ü Pekerjaan yang dilakukan antara pukul 18.00 – 06.00.

Jenis – jenis pekerjaan yang membahayakan moral anak

ü Pekerjaan pada usaha bar, diskotik, karaoke, bola sodok, bioskop, panti pijat, atau lokasi yang dapat dijadikan tempat prostitusi. ü Pekerjaan sebagai model untuk promosi minuman keras, obat

perangsang seksualitas, dan/atau rokok.

Sedangkan Mekanisme pengawasan yang diakui Undang-undang sebagai berikut:

1. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)

ü Untuk melakukan pengawasan penyelenggaraan pemenuhan hak anak, dibentuk Komisi Perlindungan Anak Indonesia. Komisi ini bersifat independen, berkantor di Jakarta, dan jika perlu Pemerintah Dapat membentuk Komisi Perlindungan Anak Daera atau lembaga sejenis yang diberi wewenang untuk melakukan pengawasan pemenuhan hak anak di daerah. Komisi ini terdiri dari 1 orang ketua,1 orang wakil ketua dan 7 orang anggota komisi yang mewakili unsur pemerintah, tokoh agama,tokoh masyarakat, organisasi kemasyarakatan, dan kelompok masyarakat.Masa jabatan anggota Komisi adalah 5 (lima) tahun dan setelahnya dapat diangkat untuk satu kali masa jabatan. Komisi bekerja untuk melakukan pengawasan pelaksanaan pemenuhan hak anak, memberikan usulan rumusan kebijakan bagi pemenuhan hak anak, dan mengumpulkan informasi mengenai perlindungan hak anak Pasal 78 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014).

ü Pengaduan

ü Komisi berwenang menerima pengaduan dari masyarakat mengenai dugaan terjadinya pelanggaran hak anak. (Pasal 78 Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014). Setiap anak atau orang

(15)

47

tua yang merasa hak anaknya dilanggar dapat mengadukan halnya kepada Komisi Perlindungan Anak Indonesia. Komisi akan mengambil tindakan dalam rangka memastikan bahwa hak anak tersebut akan kembali pulih, dan pelakunya akan mendapatkan tindakan sesuai dengan pelanggaran yang ia lakukan.

ü Mediasi

ü Didalam menyelesaikan sengketa mengenai hak anak, Komite dapat menggunakan langkahkan mediasi guna mencari kesepakatan antar pihak dengan tetap mempertimbangkan kepentingan terbaik bagi anak sebagai pertimbangan utama. (Pasal 78 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014). Media si ini dilakukan tetap dengan menjaga privasi dan nama baik anak, serta tetap dengan mempertimbangkan kepentingan teraik anak; ü Laporan

ü Komisi berwenang memberikan laporan kepada pihak lain, khususnya pihak kepolisian, tentang adanya dugaan adanya pelanggaran hak anak. (Pasal 78 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014). Pesan terakhir ini menjadi peran yang sangat penting.Komisi berwenang melaporkan kepada lembaga negara tertentu atau kepada kepolisian jika terjadi dugaan pelanggaran hak anak. Jika pelanggaran itu terjadi secara sistematis dan meluas, maka Komisi dapat menggambil sikap aktif dalam rangka mengadvokasi hak-hak anak tersebut. (Eko Riyadi,2018:249). ü Sehubungan dengan adanya empat mekanisme pengawasan

tersebut yang sudah tertuang dalam ketentuan peraturan perundang-undangan diharapkan segala permasalahan yang terkait Perlindungan Anak khususnya terhadap Pekerja Anak dapat dilaksanakan dengan baik.

ü Perubahan terhadap berlakunya Undang-undang Perlindungan Anak memiliki harapan adanya perlindungan hukum dan kepastian hukum terhadap anak, dan segala permasalahan yang ada dapat diatasi dengan baik dan jika ada penyimpangan dan

(16)

48

pelanggaran terhadap anak siapapun akan dikenakan sanksi yang sangat tegas.

Kesimpulan

Adapun Kesimpulan dari Penelitian adalah perlindungan hukum terhadap Pekerja anak saat ini belum maksimal karena:

ü Kebutuhan ekonomi keluarga yang membuat anak harus mencari pekerjaan dan mendapatkan uang untuk kebutuhan hidupnya; ü Penerapan hukum Positif dan Hukum agama yang menjadi

tanggungjawab orang tua dan Pemerintah terhadap hak anak belum maksimal dapat dilaksanakan dengan baik dan maksimal mengingat luas wilayah Indonesia dan kebutuhan ekonomi yang terus meningkat;

ü Dasar Hukum yang mengatur Perlindungan Hukum terhadap anak adalah:

Hukum Agama; UUD Tahun 1945; Undang-undang Nomor 39 tahun 1999 tetang HAM; Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan; Undang –undang Nomor 23 Tahun 2002 jo UU.Nomor 35 Tahun 2014 Perlindungan Anak; Dan Peraturan lainnya yang mengatur tentang terkait anak dan perlindungan hukumnya.

ü Setiap wilayah yang ada di Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki luas wilayah yang berbeda sehingga penerapan undang-undang yang mengatur tentang perlindungan hukum terhadap pekerja anak belum maksimal dilaksanakan;

ü Untuk beberapa kasus yang ditemukan dan terjadi di masyarakat terlihat kurangnya Kesadaran hukum bagi orang tua yang memiliki anak untuk ikut bertanggungjawab bersama Pemerintah saat ini belum sesuai dengan ketentuan hukum agama dan peraturan hukum yang berlaku;

ü Kebutuhan hidup dan kebutuhan ekonomi secara umum menjadi alasan anak untuk menjadi pekerja;

(17)

49 G. Rekomendasi

ü Peningkatan Pengawasan terhadap Pekerja anak masih menjadi tanggungjawab orang tua dan Pemerintah saat ini belum maksimal memberi pengawasan kecuali ada permasalahan terhadap anak Pemerintah baru bertanggungjawab dan ikut menyelesaikannya;

ü Peningkatan kesadaran hukum dari para orang tua untuk tidak meminta anak melakukan pekerjaan karena memenuhi kebutuhan keluarga mengingat hak utama anak menjadi tanggungjawab orang tua;

ü Lembaga yang sudah ditunjuk untuk melakukan Perlindungan dan Pengawasan terhadap anak terus ditingkatkan Tugas dan Fungsinya misalnya Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)

Daftar Pustaka

Agusmidah, 2011, Dilematika Hukum Ketenagakerjaan Tinjauan Politik Hukum, (Jakarta : SOFMEDIA)

Eko Wahyudi, et.all, 2016, Hukum Ketenagakerjaan, (Jakarta : Sinar Grafika)

Eko Riyadi,2018, “Hukum Hak Asasi Manusia,Persfektif Internasional, Regional dan Nasional) (Depok :PT. RajaGrafindo)

Komanas HAM, 2005, Masalah Pengganguran dan Solusinya dari Persfektif Hak Asasi Manusia Hak Atas pekerja, (Jakarta:KOMNAS HAM).

H.Riduan Syahrani, 2013, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum,(Bandung : PT.Citra Aditya Bakti)

H.Juhaya S.Praja, 2014, Teori Hukum Dan Aplikasinya”, (Bandung : CV.Pustaka Setia)

H.A. Dardiri Hasyim dan Yudi Hartono, 2012, “Hak Asasi Manusia dan Pendidikan HAM “(Surakarta : UNS.PRESS)

Ikhwan Fahrojih, 2016, “Hukum Perburuhan Konsepsi,Sejarah, dan Jaminan Konstitusional”, (Malang : Setara Pres)

Rika Saraswati, “Hukum Perlindungan Anak di Indonesia”, (Bandung: PT.Citra Aditya Bhakti)

(18)

50

R. Joni Bambang , 2013, “ Hukum Ketenagakerjaan, .”, (Bandung : Pustaka Setia)

Setya Wahyudi, 2011, “Implementasi Ide Diversi Dalam Pembaharuan Sistem Peradilan Pidana Anak Di Indonesia”, (Yogyakarta: Genta Publishing)

Surahman, 2011,” Hubungan Hukum Para Pihak Dalam Lingkup Kerja Outsourcing”, Jurnal Hukum ADIL Volume 2 No.2 Agustus 2011, ISSN 2086 – 6054.Penerbit Fakultas Hukum YARSI Jakarta

Laurensius Arliman,2017,” Perlindungan Hak Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum Di Wilayah Hukum Polisi Resort Kota Sawahlunto”, Lex Jurnalica Volume 14 Nomor 2 Agustus 2017,Lembaga Penerbitan Universitas Esa Unggul Jakarta

Referensi

Dokumen terkait

Grafik di atas menunjukkan informasi mengenai konsentrasi oksigen terlarut, jumlah bakteri dan jumlah ikan pada suatu perairan sungai sepanjang 50 km yang terukur dari titik P

The findings in this study reveal that Gregor Samsa is an obedient, lovable, hardworking and isolated person. The other finding is about the literal and the true

Pada tingkat pelayanan ini, tersedia ruang yang cukup bagi pejalan kaki untuk memilih kecepatan berjalan normal dan mendahului pejalan kaki lain terutama yang bergerak

Disajikan kalimat, siswa dapat menentukan antonim dari salah satu kata dalam kalimat tersebut dengan tepat.. Disajikan kalimat rumpang, siswa dapat melengkapinya dengan

sangat penting untuk memperkuat positioning produk ramah lingkungan Pertamax ini. Kedua, hasil penelitian juga menemukan bahwa sikap memediasi pengetahuan lingkungan terhadap

Thomas Engel has taught chemistry for more than 20 years at the University of Washington, where he is currently Professor of Chemistry and Associate Chair for the Undergraduate

Hubungan tidak signifikan Free cash flow dengan kebijakan hutang dikarenakan perusahaan lebih mengutamakan dana internal perusahaan untuk kebutuhan investasi dan

Pengukuran SOD dan MDA dilakukan untuk mengetahui stres oksidatif dan peroksidasi lipid yang dihasilkan oleh radiasi dengan dosis 300 rad serta perubahannya