• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI KEGIATAN KEAGAMAAN DI MI MUHAMMADIYAH BRAJA ASRI KECAMATAN WAY JEPARA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI KEGIATAN KEAGAMAAN DI MI MUHAMMADIYAH BRAJA ASRI KECAMATAN WAY JEPARA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR"

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI

KEGIATAN KEAGAMAAN DI MI MUHAMMADIYAH

BRAJA ASRI KECAMATAN WAY JEPARA

KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

Oleh :

MAULIDA LUTHFI AZIZAH

NPM.1501050083

Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO

1441 H/2019 M

(2)

ii

KEAGAMAAN DI MI MUHAMMADIYAH BRAJA ASRI KECAMATAN WAY JEPARA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

TAHUN PELAJARAN 2019/2020

Diajukan Untuk memenuhi Tugas dan Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Strata Satu (S.Pd)

Oleh:

MAULIDA LUTHFI AZIZAH NPM. 1501050083

Pembimbing I : Dr. Yudiyanto, M.Si

Pembimbing II : Nuryanto, S.Ag., M.Pd.I

Jurusan: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO 1441 H/2019

(3)
(4)
(5)
(6)

vi

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI KEGIATAN KEAGAMAAN DI MI MUHAMMADIYAH BRAJA ASRI KECAMATAN

WAY JEPARA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR Oleh:

MAULIDA LUTHFI AZIZAH

Pendidikan karakter merupakan pondasi awal yang dibutuhkan dalam membangun bangsa. Karakter yang berkualitas dibentuk dan dibina sejak usia dini karena usia dini merupakan masa kritis bagi pembentukan karakter seseorang. Akan tetapi, masih terdapat peserta didik yang belum memiliki karakter yang baik, seperti cara berpakaian dan sikap kurang sopan kepada pendidik, kurangnya kedisiplinan, kejujuran, dan rasa tanggung jawab sebagai peserta didik.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi pendidikan karakter melalui kegiatan keagamaan di MI Muhammadiyah Braja Asri. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif lapangan. Metode pengumpulan data menggunakan teknik pengumpulan data wawancara, observasi, dan dokumentasi. Wawancara dilakukan kepada kepala sekolah, pendidik, peserta didik, serta orangtua/ wali. Observasi dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai kondisi fisik maupun non fisik serta penerapan pendidikan karakter melalui kegiatan keagamaan peserta didik. Dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan informasi dokumen terkait penelitian. Penelitian dilakukan mulai pada tanggal 04 Juli sampai 06 Agustus 2019.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, proses pelaksanaan kegiatan keagamaan di MI Muhammadiyah Braja Asri dilaksanakan dengan menggunakan metode pembiasaan yang dilakukan secara terus menerus dan terstruktur. Kegiatan keagamaan yang meliputi 5 S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun), berbaris membaca janji pelajar dan berjabat tangan, berdoa bersama, sholat dhuha dan dhuhur berjamah, muraja‟ah hafalan, dan manasik haji. Nilai karakter yang ditanamkan disekolah adalah nilai religius, disiplin, dan tanggung jawab. Faktor penghambat atau kendala yang dihadapi dalam mengiplementasikan pendidikan karakter melalui kegiatan keagamaan di MI Muhammadiyah Braja Asri adalah sarana dan prasarana yang belum memadai, serta kurangnya kesadaran orang tua akan pentingnya dampingan terhadap perkembangan anak. Solusi yang dilakukan yaitu penyediaan juz ammah atau Al-Qur‟an, peningkatan pengawasan oleh para pendidik dan terjalinnya kerjasama dengan wali peserta didik dengan baik.

(7)
(8)

viii

“Tunjukkanlah Kami Jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.”1

“Bismillah, Yakin BISA”

(Aul)

1

(9)

ix

Syukur Alhamdulillah, setulus hati dan penuh rasa syukur kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmat dan karunia-Nya untuk terus mengiringi langkah peneliti dalam mencapai cita-cita.

1. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Sugianto dan Ibunda Yuliarti, motivator terbesar dalam hidupku yang tak pernah jemu mendo‟akan dan memberi semangat untuk keberhasilan penulis.

2. Kakakku tersayang, Choirul Umam Al Fauzi, S.Kep.,Ns.,CWCCA, istri Inka Novitasari, S.Kep.,Ns.,CWCCA, dan keponakan tercinta yaitu Arsakha Zayn Rafisqy, dan juga keluarga lainnya yang selalu menjadi motivasi bagi penulis untuk senantiasa menjadi sosok pribadi yang baik.

3. Terkhusus Fauzyah Fathsharaani, Risqi Fendi Nurcahyo, dan Rahmadi Panca Wasyoga, partner yang selalu membersamai, dan berusaha untuk selalu ada, menjadi tempat berbagi dikala suka dan duka.

4. Teruntuk Nanananaku “Nyak (Kurniawati Istiqomah), Nda (Nanda Riskillah), Yayuk (Rina Avriana), Dede (Seka Qonita)” terimakasih.

5. Untuk sahabat PGMI A semuanya yang saling memotivasi mendukung satu sama

lain.

6. Rekan-rekan Mahasiswa IAIN Metro dan sahabat seperjuangan Mahasiswa

PGMI angkatan 2015 yang saling memotivasi dan banyak membantu penulis dalam menyesaikan skripsi ini.

(10)
(11)

xi

Halaman

Halaman Sampul

Halaman Judul ... ii

Halaman Persetujuan ... iii

Halaman Nota Dinas ... iv

Halaman Pengesahan ... v

Halaman Abstrak ... vi

Halaman Orisinalitas Penelitian ... vii

Halaman Motto ... viii

Halaman Persembahan ... ix

Halaman Kata Pengantar ... x

Daftar Isi ... xiii

Daftar Tabel ... xiv

Daftar Gambar ... xv

Daftar Lampiran ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pertanyaan Penelitian ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Penelitian Relevan ... 7

BAB II LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter ... 9

1. Pengertian pendidikan karakter ... 9

2. Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam ... 12

3. Nilai Dasar Pendidikan Karakter ... 13

4. Tujuan Pendidikan Karakter ... 15

5. Ciri-ciri Pendidikan Karakter ... 17

6. Nilai-nilai Pendidikan Karakter ... 18

7. Konsep Pendidikan Karakter ... 22

8. Proses Pendidikan Karakter ... 24

B. Kegiatan Keagamaan... 28

1. Pengertian Kegiatan Keagamaan ... 28

2. Ruang Lingkut Kegiatan Keagamaan ... 30

3. Tujuan Kegiatan Keagamaan ... 31

(12)

xii

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Sifat Penelitian... 37

B. Sumber Data ... 38

C. Teknik Pengumpulan Data ... 39

D. Teknik Penjamin Keabsahan Data ... 41

E. Teknik Analisis Data ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 45

1. Temuan Umum Lokasi Penelitian ... 45

a. Sejarah Berdirinya MI Muhammadiyah Braja Asri ... 45

b. Identitas MI Muhammadiyah Braja Asri ... 45

c. Visi, Misi, dan Tujuan MI Muhammadiyah Braja Asri ... 46

d. Data Pendidik dan Peserta Didik MI Muhammadiyah Braja Asri ... 47

e. Sarana dan Prasarana MI Muhammadiyah Braja Asri... 49

f. Denah Lokasi MI Muhammadiyah Braja Asri ... 50

2. Temuan Khusus Penelitian ... 51

a. Macam-macam Kegiatan Keagamaan yang dilaksanakan di MI Muhammadiyah Braja Asri ... 51

b. Peran Sekolah dalam Pelaksanaan Kegiatan Keagamaan sebagai Implementasi Pendidikan Karakter di MI Muhammadiyah Braja Asri ... 58

c. Kendala dan Solusi dalam Mengimplementasikan Pendidikan Karakter Melalui Kegiatan Keagamaan di MI Muhammadiyah Braja Asri ... 59

B. Pembahasan ... 62

1. Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Kegiatan Keagamaan di MI Muhammadiyah Braja Asri ... 62

(13)

xiii BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 69 B. Saran ... 70 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

(14)

xiv

Tabel Halaman

2.1 Indikator Nilai-nilai Pendidikan Karakter ... 21

4.1. Identitas Sekolah MI Muhammadiyah Braja Asri ... 41

4.2. Data Pendidik dan Karyawan MI Muhammadiyah Braja Asri ... 44

4.3. Data Peserta Didik MI Muhammadiyah Braja Asri ... 45

(15)

xv

(16)

xvi

Halaman

1. Foto-foto Dokumentasi Penelitian ... 69

2. Out Line ... 78

3. Alat Pengumpul Data ... 81

4. Petikan Hasil Wawancara ... 88

5. Petikan Hasil Observasi ... 103

6. Surat Izin Pra-Survei ... 107

7. Surat Keterangan Bimbingan Skripsi... 108

8. Surat Izin Research ... 109

9. Surat Tugas ... 110

10. Surat Balasan Izin Pra-Survei ... 111

11. Surat Balasan Izin Research... 112

12. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 113

13. Surat Keterangan Bebas Pustaka Perpustakaan IAIN Metro Lampung ... 114

14. Bukti Bebas Pustaka Jurusan PGMI ... 115

15. Formulir Konsultasi Bimbingan Skripsi ... 116

(17)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan menjadi suatu kebutuhan pokok bagi semua manusia, baik secara individu, kelompok masyarakat, maupun bangsa yang wajib terpenuhi. Oleh sebab itu, secara terus menerus pendidikan harus ditumbuh kembangkan secara sistematis dan terpadu. Di era globalisasi ini, ilmu pengetahuan semakin berkembang, dan apabila setiap ilmu yang dibangun tidak dilandasi dengan ilmu agama maka manusia akan semakin sulit mengenal agama yang dianutnya. Dengan demikian, pendidikan seharusnya diarahkan kejalan yang benar dan didasari dengan agama, sehingga dapat membentuk sebuah karakter yang tercermin dari kepribadian sehari-hari.

Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran, berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang berbunyi: Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi didinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.2

2Drs. Anas Salaludin dan Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter (Pendidikan

(18)

Jadi dapat disimpulkan bahwasannya pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan intelektualitas saja, akan tetapi lebih ditekankan pada proses pembinaan kepribadian dan keterampilan peserta didik secara menyeluruh. Maka dari itu, pendidikan harus ditingkatkan mutunya, karena dari dasar sinilah yang akan menentukan kearah mana peserta didik akan dibawa sehingga peserta didik akan menjadi lebih baik dimasa yang akan datang.

Pendidikan sangat penting bagi kehidupan manusia dikarenakan pendidikan dapat menghantarkan seseorang hidup bermartabat, beriman, dan bertakwa kepada Allah Subhanuwataala, memiliki akhlak yang luhur, terampil, sosial, cerdas dan mandiri. Hal ini selaras dengan tujuan pendidikan nasional yang bertujuan untuk mengembangkan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai dengan ajaran agama Islam.

Dengan demikian, adanya upaya penerapan pendidikan karakter di lembaga formal sangat dibutuhkan. Karena karakter yang dimiliki suatu bangsa sangat menentukan keberadaan bangsa tersebut di mata dunia. Karakter bangsa merupakan pilar penting dalam kehidupan bangsa dan bernegara. Karakter diibaratkan sebagai suatu landasan atau pondasi yang dibutuhkan dalam membangun bangsa yang kuat. Bangsa yang memiliki jati diri dan karakter yang kuat mampu menjadikan dirinya sebagai bangsa besar yang bermartabat dan dihormati oleh bangsa-bangsa lain. Apabila sebuah

(19)

bangsa kehilangan karakter bangsanya maka bangsa tersebut akan mudah dikendalikan oleh bangsa lain dan akan susah untuk mandiri.

Karakter yang baik harus ditanamkan dan dibentuk sejak usia dini. Dimana usia dini merupakan masa kritis bagi pembentukan karakter seseorang. Banyak ahli yang mengatakan bahwa kegagalan penanaman karakter sejak usia dini akan membentuk pribadi yang bermasalah dimasa dewasanya kelak. Karena membentuk atau menciptakan karakter yang baik tidak semudah mengembalikan telapak tangan.

Pendidikan karakter harus dilaksanakan secara integral dan holistik. Pendidikan karakter harus didukung oleh semua komponen masyarakat dan dilakukan disemua level dan ruang kehidupan. Karena menciptakan karakter yang mulia perlu adanya sejumlah usaha untuk mencapainya, setidaknya ada bimbingan yang terus-menerus yang dimotori oleh pihak sekolah.

Pengembangan nilai-nilai karakter di lembaga pendidikan, seorang pendidik tidak hanya terfokus pada kegiatan pembelajaran di kelas, tetapi juga harus mengarahkan kepada peserta didik dalam bentuk implementasi kegiatan keagamaan. Misalnya peserta didik mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan dalam sekolah tersebut yang kemungkinan besar juga memberikan sumbangan informasi kepada siswa tentang materi yang telah dipelajari di dalam kelas.

Saat ini dunia pendidikan Islam mengalami perkembangan yang cukup baik. Karena dimana sebagian sekolah Islam telah menjadi pilihan utama bagi masyarakat. Bukan hanya karena mereka yang membutuhkan

(20)

pendidikan agama untuk anak-anaknya, namun secara kualitas sekolah-sekolah yang berbasis Islami dirasa cukup menjanjikan.

Tentunya orangtua tertarik untuk menyekolahkan anaknya menginginkan agar antara aspek intelegensi, emosional maupun spiritual dan keterampilannya seimbang. Sebab, keseimbangan antar aspek tersebut merupakan bekal untuk menghadapai era global saat ini, serta berbagai dampak yang ditimbulkannya.

Mutu dari suatu pendidikan sangatlah diharapkan baik dari pihak orangtua, masyarakat, sekolah maupun pemerintah. Baik pendidikan pengetahuan umum maupun pendidikan keagamaan. Meraka sangat berharap agar lulusan dapat menjadi pemimpin, manajer, inovator, operator, yang efektif dalam bidang ilmu pengetahuan dan mampu beradaptasi dengan perubahan ilmu dan teknologi saat ini dengan memiliki karakter yang baik dan dibentengi oleh iman dan takwa yang kuat.3

Saat ini banyak lembaga pendidikan yang banyak memdalami ilmu keagamaan agar peserta didiknya bisa menjadi generasi bangsa yang memiliki akhlak dan karakter yang baik. Semua itu dilakukan untuk menjaga peserta didik dari kemerosotan moral dan penyimpangan akhlak bangsa.

Dengan demikian, pendidikan karakter merupakan komponen penting dan mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan pembinaan kegiatan keagamaan. Karena dengan adanya pendidikan karakter dalam pembinaan keagamaan peserta didik selain untuk memaksimalkan dan memudahkan

3 Pra survey pada tanggal 23 Oktober 2018 dengan Bapak Ahmad Sakhowi, S.Pd selaku

(21)

proses pembinaan kegiatan keagamaan peserta didik, juga bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidik. Karena itulah, pendidikan karakter dalam Islam harus dapat diwujudkan melalui kegiatan-kegiatan keagamaan yang nantinya dapat mewujudkan peserta didik yang berakhlakul karimah sesuai dengan visi dan misi lembaga pendidikan.

Berdasarkan hasil pra survey semakin menguatnya tuntutan masyarakat terhadap mutu suatu pendidikan, maka lembaga-lembaga pendidikan yang bernuansa Islami tentunya harus adaptif dan memiliki standar mutu yang baik, sebagaimana yang diharapkan oleh masyarakat. Pendidik bukan hanya sekedar mampu mengajar namun benar-benar mampu mendidik. Peran aktif dan kreativitas pendidik sangat dituntut untuk menunjang keberlangsungan pembelajaran ilmu agama sebagai media pembentukan karakter peserta didik. Semua itu dapat dilakukan melalui keteladanan dan praktek secara nyata di lingkungan peserta didik (sekolah).

Tanggung jawab dalam menyiapkan calon generasi penerus bangsa yang berwawasan luas dan menjunjung tinggi moral serta memiliki karakter yang mulia, harus disiapkan dan direncanakan secara matang oleh setiap pendidik dan orangtua sejak dini. Untuk mewujudkan tujuan tersebu. Banyak usaha yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pendidikan yaitu dengan adanya kegiatan-kegiatan keagamaan yang diterapkan di sekolah.

Kegiatan keagamaan yang diterapkan disekolah dilakukan setiap harinya guna membentuk karakter peserta didik menjadi lebih baik. Dimana masih terdapat peserta didik yang karakternya kurang baik dengan ditandai

(22)

kurang disiplinnya, tanggung jawab, cara berpakaian, sikap kurang sopan kepada pendidik, dan tidak melaksanakan sholat berjamaah.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai MI Muhammadiyah Braja Asri yang menerapkan kegiatan keagamaan dalam pembentukan karakter. Dengan judul “ Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Kegiatan Keagamaan di MI Muhammadiyah Braja Asri” sebagai tugas akhir dibangku kuliah Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Metro.

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penelitian

menghasilkan pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana Implementasi Pendidikan Karakter peserta didik melalui Kegiatan Keagamaan di MI Muhammadiyah?

2. Apasaja Kendala yang dihadapi dalam menanamkan Pendidikan Karakter

melalui Kegiatan Keagamaan di MI Muhammadiyah?

3. Bagaimana solusi yang digunakan untuk mengatasi Kendala dalam

menanamkan pendidikan karakter melalui kegiatan keagamaan di MI Muhammadiyah?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui proses implementasi pendidikan karakter melalui kegiatan keagamaan di MI Muhammadiyah

(23)

2. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam menanamkan pendidikan karakter melalui kegiatan keagamaan di MI Muhammadiyah 3. Untuk mengetahui solusi yang digunakan dalam mengatasi kendala yang

dihadapi dalam penanaman pendidikan karakter melalui kegiatan keagamaan di MI Muhammadiyah

Manfaat Penelitian

1. Bagi Lembaga, dari hasil penelitian ini diharapkan dapat

mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan keagamaan sebagai terwujudnya visi dan misi sekolah yaitu untuk membentuk karakter islam.

2. Bagi Peserta didik, dengan adanya kegiatan keagamaan ini dapat memberikan motivasi kepada peserta didik untuk menerapkan karakter Islam tidak hanya di sekolah namun di manapun tempat peserta didik diharapkan menerapkannya.

3. Bagi Peneliti, dari hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dan manfaat bagi peneliti dan juga agar peneliti menyadari bahwa pembiasaan kegiatan keagamaan penting sekali untuk membentuk karakter peserta didik.

D. Penelitian Relevan

Dalam melakukan penelitian, peneliti banyak memperoleh referensi, kajian, serta sumber data dari berbagai pihak. Diantaranya dengan melihat penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan tema dengan peneliti. Berikut merupakan beberapa penelitian terdahulu yang mempunyai kesamaan dengan judul peneliti.

(24)

Skripsi yang disusun oleh Agus Kholidin di dalam penelitian yang berjudul “Upaya Penerapan Pendidikan Karakter di SMP Muhammadiyah 4 Metro Utara”.4 Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif deskriptif.

Konsep pendidikan karakter yang dilakukan yaitu melalui sikap teladan, kedisiplinan, pembiasaan, dan menciptakan suasana yang kondusif.

Skripsi yang berjudul “Penerapan Kegiatan Keagamaan Untuk

Meningkatkan Akhlak Terpuji Siswa di Sekolah Menengah Pertama Islam Durenan Trenggalek”.5

Diteliti oleh Ahmad Anik Fatoni, dengan menggunakan teknik pengumpulan data observasi, dokumentasi, dan interviuw. Jenis penelitian yang digunakan yaitu pendekatan kualitatif deskriptif. Keterkaitan judul penelitian yang akan peneliti lakukan adalah sama-sama membahas tentang kegiatan keagamaan, namun penelitian ini mengarah pada peningkatan akhlak terpuji sedangkan pada penelitian yang peneliti lakukan mengarah pada kegiatan keagamaan dalam membentuk karakter peserta didik.

4 Agus Kholidin, Implementasi Pendidikan Karakter di SMP Muhammadiyah 4 Metro

Utara. Skripsi Tahun 2014.

5 Ahmad Anik Fatoni, Penerapan Kegiatan Keagamaan Untuk Meningkatkan Akhlak

(25)

BAB II

LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter

1. Pengertian Pendidikan Karakter

Secara etimologi, karakter berasal dari bahasa Latin “kharakter”, “kharax”, yang berarti membuat tajam dan membuat dalam.6

Secara terminologi, karakter dimaknai sebagai cara berfikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Karakter dapat dianggap sebagai nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,sesama manusia. Lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, adat istiadat, dan estetika. Karakter adalah perilaku yang tampak dalam kehidupan sehari-hari baik dalam bersikap maupun dalam bertindak.7

Ada yang menganggap bahwa karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil, dan juga bawaan seseorang sejak lahir. Karekter dipengaruhi oleh hereditas (keturunan). Perilaku seorang anak seringkali tidak jauh dari erilaku orang

6

Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, cet. Ke-3 (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 11

7 Muclas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, cet. Ke-3

(26)

tuanya. Karakter juga dipengaruhi oleh lingkungan. Anak yang berada dalam lingkungan baik, cenderung akan berkarakter baik, demikian juga sebaliknya. ”Karakter mengacu pada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills).8

Dari beberapa pengertian karakter di atas, karakter dapat dimaknai sebagai nilai dasar yang mempengaruhi pribadi seseorang, baik karena pengaruh hereditas maupun lingkungan, dan terwujud dalam sikap dan perilaku sehari-hari yang membedakannya dengan orang lain.

Pendidikan karakter adalah sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuh kembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu.9

Pendapat lain pendidikan karakter yaitu sebagai upaya yang sungguh-sungguh untuk membantu seseorang memahami, kepedulian dan bertindak dwngan landasan nilai-nilai etis dan luhur.10

Pendidikan karakter mengajarkan anak didik berfikir cerdas, mengaktivasi otak tengah secara alami. Pendidikan karakter juga dapat diartikan sebagai pendidikan budi pekerti plus, yaitu melibatkan aspek pengetahuan (cognitiv), perasaan ( feeling), dan tindakan ( action). Tanpa ketiga aspek tersebut, pendidikan karakter tidak efektif. Pendidikan karakter ditetapkan secara sistematis dan berkelanjutan dan seorang anak

8 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga

Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 10

9 Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, cet. Ke-3

(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 11

10Muclas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, cet. Ke-3

(27)

akan menjadi cerdas emosinya. Karena kecerdasan emosi ini merupakan bekal penting bagi anak untuk menyongsong masa depan.11

Berdasarkan pendapat beberapa para ahli dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan upaya yang dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai luhur kepada siswa agar terbentuk kepribadian yang berkarakter baik dan ditunjukkan dalam kesehariannya dalam berperilaku baik terhadap Tuhan, diri sendiri, sesama, dan lingkungan. Pendidikan karakter tidak cukup hanya dengan memberikan pengetahuan tentang adanya nilai-nilai karakter namun juga melibatkan perasaan sehingga mampu untuk membedakan baik buruk sebuah nilai yang menentukan tindakan apa yang akan diambil dan akhirnya diwujudkan dalam tindakan dan perbuatan yang sesuai dengan nilai-nilai yang dianutnya setelah melalui proses pengetahuan hingga merasuk ke dalam perasaan.

Pendidikan karakter dinilai sangat penting untuk ditanamkan pada anak sedini mungkin karena anak usia dini masih sangat mudah untuk diarahkan dan dibentuknya. Di lingkungan sekolah seharusnya lebih banyak memberikan porsi yang diberikan untuk mengembangkan kepribadian dan lebih banyak pengetahuan-pengetahuan kognitif.

Lingkungan sekolah merupakan sarana yang strategis untuk

melaksanakan pendidikan karakter karena sebagian besar anak

11 Agus Wibowo, Pendidikan Karakter: Strategi Membangun Karakter Bangsa

(28)

menghabiskan waktunya di sekolah sehingga apa yang diperoleh di sekolah akan mempengaruhi pembentukan karakternya.

2. Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam

Secara umum karakter dalam perspektif Islam dibagi menjadi dua, yaitu karakter mulia dan karakter tercela, karakter mulia harus diterapkan dalam kehidupan setiap muslim. Implementasi karakter dalam islam tersimpul dalam pribadi Rasulullah Saw, dalam pribadi Rasul, bersemai nilai-nilai akhlak yang mulia dan agung.12 Allah berfirman dalam Al-qur‟an surah Al-Ahzab ayat 21 :

Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.13

Karakter tidak diragukan lagi memiliki peran besar dalam kehidupan manusia. Pembinaan karakter dimulai dari individu.14 Dalam islam karakter memiliki kedudukan penting dan dianggap memilki fungsi yang vital dalam memandu kehidupan masyarakat. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qu‟an surah An-Nahl : 90

12

Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 59

13QS. Al-Ahzab (33): 21

14 Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung: PT.

(29)

Artinya : “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”.15

Berdasarkan penjelaskan ayat Al-Qur‟an di atas, yang mempunyai peran penting dalam pembentukan karakter bagi peserta didik, yang nantinya dapat mengubah karakter peserta didik dari perilaku yang mengarah kepada hal-hal yang sifatnya positif. Disini yang mempunyai peran terpenting untuk mengubah peserta didik, dibutuhkan keteladanan pendidik itu sendiri karena kebiasaan pendidik ketika proses mengajar, baik itu dilingkungan sekolah bahkan diluar sekolah menjadikan sorotan utama bagi peserta didik

3. Nilai Dasar Pendidikan Islam

Nilai dasar adalah pangkal tolak suatu aktifitas dan merupakan landasan untuk berdirinya sesuatu. Adapun jenis-jenis nilai dasar pendidikan Islam, sebagai berikut:

a. Nilai Ilahiyah

1) Iman, yaitu sikap batin yang penuh kepercayaan kepada Allah. 2) Islam, sebagai kelanjutan iman, maka sikap pasrah kepada-Nya,

dengan meyakini bahwa apapun yang datang dari Tuhan tentu mengandung hikmah kebaikan, yang tidak mungkin diketahui seluruh wujudnya oleh kita yang dhoif.

3) Ihsan, yaitu kesadaran yang sedalam-dalamnya bahwa Allah senantiasa hadir atau berada bersama kita dimanapun kita berada.

15

(30)

4) Taqwa, yaitu sikap yang sadar penuh bahwa Allah selalu mengawasi kita.

5) Ikhlash, yaitu sikap murni dalam tingkah laku dan perbuatan. 6) Tawakkal, yaitu sikap senantiasa bersandar kepada Allah dengan

penuh harapan kepada-Nya.

7) Syukur, yaitu sikap penuh rasa terimakasih dan penghargaan, dalam hal ini atas segala nikmat dan karunia yang tidak terbilang banyaknya, yang dianugrahkan Allah kepada kita. Terdapat dalam Al-Qur‟an Surah Al-Lukman : 12

Artinya: Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Lukman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barang siapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang siapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".16 8) Shabar, yaitu sikap tabah menghadapi segala kepahitan hidup,

besar dan kecil, lahir dan batin.17

Berdasarkan penjelasan di atas bahwa nilai-nilai ilahiyah yang diajarkan dalam islam akan cukup mewakili nilai-nilai keagamaan yang mendasar yang perlu ditanamkan pada anak, sebagai bagian amat penting dari pendidikan karakter.

b. Nilai Insaniyah

Keberhasilan pendidikan bagi anak-anak tidak cukup diukur hanya dari segi seberapa jauh anak itu menguasai hal-hal yang bersifat kognitif atau pengetahuan tentang suatu masalah semata.

1) Sillat al-rahmi, yaitu pertalian rasa cinta kasih antara se-sama manusia, khususnya antar saudara, kerabat, tetangga, dan seterusnya.

2) Al-Ukhuwah, yaitu semangat persaudaraan, lebih-lebih kepada sesama orang beriman.

16 Q.S. Al-Lukman(31): 12

17 Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, cet. Ke-3

(31)

3) Husnu al-dzan, yaituberbaik sangka kepada sesama manusia, berdasarkan ajaran agama bahwa manusia itu pada asal dan hakikatnya aslinya adalah baik.

4) Al-Tawadhu, yaitu sikap rendah hati, sebuah sikap yang tumbuh karena keinsafan bahwa segala kemuliaan hanya milik Allah. 5) Al-Wafa, yaitu tepat janji. Salah satu sifat orang yang benar-benar

beriman ialah sikap selalu menepati janji bila membuat perjanjian.

6) Insyirah, sikap lapang dada, yaitu sikap penuh kesediaan menghargai orang lain dengan pendapat-pendapat dan pandangan-pandangannya.

7) Iffah atau ta‟affuf, yaitu sikap penuh harga diri, namun tidak sombong, jadi tetap rendah hati, dan tidak mudah menunjukkan sikap memelas.

8) Qawamiyah, yaitu sikap tidak boros atau tidak kikir dalam menggunakan harta, melainkan sedang antara keduanya.18

Berdasarkan penjelasan di atas bahwa nilai-nilai insaniyah yang membentuk ketaqwaan, akhlak mulia akan membantu mengidentifikasi pendidikan karakter, baik dalam lingkungan rumah maupun di sekolah.

4. Tujuan Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter pada dasarnya bertujuan untuk membuat seseorang menjadi good and smart. Dalam sejarah Islam, Rasulullah

Muhammad SAW juga menegaskan bahwa misi utamanya dalam mendidik manusia adalah untuk mengupayakan pembentukan karakter yang baik. Dengan bahasa yang sederhana, tujuan dari pendidikan adalah mengubah manusia menjadi lebih baik dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilah.19

18 Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, cet. Ke-3

(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), h.95-96

19 Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, cet. Ke-3

(32)

Pendidikan karakter juga bertujuan meningkatkan penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarahkan pada pencapaian pembentukan karakter peserta didik secara utuh, terpadu dan seimbang.

Pendidikan karakter adalah pendidika akhlak yang menyentuh ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pendidikan karakter menjamah unsur mendalam dari pengetahuan, perasaan, dan tindakan. Pendidikan karakter menyatukan tiga unsur tersebut adalah akidah, ibadah dan muamalah. Bahasa tauhid biasa disebut dengan Iman, Islam, dan Ihsan. Ketiga unsur itu harus menyatu dan terpadu dalam jiwa siswa, sehingga akhlak yang tergabung berlandaskan keimanan, keislaman, dan keikhlasan.

Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional pasal 1 Undang-undang Sikdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi siswa untuk memiliki kecerdasan, kepribadian, dan akhlak mulia.

Tujuan pendidikan karakter, sebagai berikut:

a. Membentuk siswa berfikir rasional, dewasa dan bertanggung jawab.

b. Mengembangkan sikap mental yang terpuji. c. Membina kepekaan sosial anak didik.

d. Membangun mental optimis dalam menjalani kehidupan yang penuh dengan tantangan.

e. Membentuk kecerdasan emosional.

f. Membentuk anak didik yang berwatak pengasih, penyayang, sabar, beriman, bertaqwa, bertanggung jawab, amanah, jujur, adil, dan mandiri.20

20Hamdani Hamid, dan Ahmad Saebani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam,

(33)

Pendidikan karakter diarahkan untuk menanamkan karakter bangsa secara menyeluruh, baik pengetahuan (kognitif), nilai kehidupan (afektif), maupun tindakan terpuji (psikomotor). Tujuannya adalah membentuk siswa supaya mereka mampu menjadi insan kamil dan mementuk karakter dan akhlak mulia para siswa secara utuh dan seimbang sesuai dengan standar kelulusan yang ditentukan masing-masing sekolah.

5. Ciri-ciri Pendidikan Karakter

Keluarga dipandang sebagai pendidik karakter yang utama pada anak, disamping sekolah yang juga dianggap sebagai pusat pengembangan karakter pada anak. Hal ini disebabkan karena pengaruh sosialisasi orang tua pada anak terjadi sejak dini sampai anak dewasa. Adapun ciri-ciri dari karakter adalah sebagai berikut:

a. Memiliki kepedulian terhadap orang lain dan terbuka terhadap pengalaman dari luar.

b. Secara konsisten mampu mengolah emosi

c. Memiliki kesadaran terhadap tanggungjawab sosial dan

menerimanya tanpa pamrih

d. Melakukan tindakan yang benar meskipun tidak ada orang lain yang melihatnya

e. Memiliki kekuatan dari dalam untuk mengupayakan

keharmonisan dengan lingkungan sekitar dan;

f. Mengembangkan standar pribadi yang tepat dan berperilaku yang konsisten dengan standar tersebut.21

Pendapat lain mengungkapkan ciri karakter individu yang memiliki karakter yang kuat mampu bersikap rasional dan tidak mudah

21

(34)

terombang-ambing oleh keyakinan yang salah tentang nilai sesuatu yang ada di luar dirinya.22

Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa ciri-ciri karakter ialah memiliki rasa peduli terhadap orang lain, mampu menjaga emosi, memiliki tanggungjawab, rasa tidak ingin dipuji atas tindakan yang dilakukan, dan mempunyai peribadi perilaku yang konsisten.

6. Nilai-nilai Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter yang secara tidak langsung lebih dominan ditekankan pada lembaga pendidikan, maka penanaman pendidikan karakter yang sesuai dengan karakter budaya bangsa perlu diperhatikan dan perlu ditanamkan untuk membentuk karakter peserta didik para generasi bangsa.

Nilai-nilai pendidikan karakter di sekolah pada umumnya berpedoman pada 18 indikator nilai karakter yaitu:23

a. Religius, yaitu sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang diantunya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan rukun dengan pemeluk agama lain.

b. Jujur, yaitu perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

22Ibid, h. 103

23 Drs. Anas Salaludin dan Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter (Pendidikan

(35)

c. Toleransi, yaitu sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

d. Disiplin, yaitu, tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

e. Kerja keras, yaitu perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

f. Kreatif, yaitu berfikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari suatu yang telah dimiliki.

g. Mandiri, yaitu sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

h. Demokrasi, yaitu cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

i. Rasa ingin tahu, yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupauya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

j. Semangat kebangsaan, yaitu cara berfikir, bertindak dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan diri dan kelompoknya.

k. Cinta Tanah Air, yaitu cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi

(36)

terhadap bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompokknya.

l. Menghargai Prestasi, yaitu sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

m. Bersahabat/komunikatif, yaitu tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.

n. Cinta damai, yaitu sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

o. Gemar membaca, yaitu kebiasaan menyediakan waktu untuk

membaca berbagai bacaanyang memberikan kebajikan bagi dirinya. p. Peduli lingkungan, yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya

mencegah kerusakan pada lingkungan alam sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang telah terjadi.

q. Peduli sosial, yaitu sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

r. Tanggung Jawab, yaitu sikap dan perilaku seseorang untuk

melaksanakan tugas dan kewajibannya yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara, dan Tuhan Yang Maha Esa.

(37)

Demikian kedelapanbelas nilai-nilai karakter yang dicangkan kemendikmas dalam upaya membangun karakter bangsa melalui pendidikan di sekolah atau madrasah.

Dasar pendidikan karakter tersebut diterapkan sejak usia kanak-kanak atau yang biasa disebut para ahli psikologi sebagai usia emas (golden age) karena usia dini terbukti sangat menentukan kemampuan anak dalam mengembangkan potensinya. Dari sinilah sudah sepatutnya pendidikan karakter dimulai dari dalam pendidikan keluarga, yang merupakan lingkungan pertama bagi pertumbuhan karakter anak.

Akan tetapi, bagi sebagian keluarga, proses pendidikan karakter yang sistematis di atas sangat sulit, terutama bagi sebagian orangtua yang terjebak pada rutinitas yang padat. Karena itu, sebaiknya pendidikan karakter juga perlu diberikan saat anak-anak masuk di lingkungan sekolah, terutama sejak piaud dan taman kanak-kanak. Disinilah peran guru, yang dalam filosofi jawa disebut digugu dan ditiru menjadi ujung tombak di lingkungan sekolah, yang berhadapan langsung dengan peserta didik.

Beradasarkan paparan di atas, untuk lebih memfokuskan penelitian ini penulis mengambil 3 nilai-nilai karakter yaitu:

Tabel 2.1 Indikator Karakter

No Nilai Deskripsi Indikator

1.

Religius sikap dan perilaku yang

patuh dalam melaksanakan

ajaran agama yang

diantunya, toleran terhadap

 Berdoa sebelum dan sesudan belajar.

 Tekun menjalankan

(38)

Al-pelaksanaan ibadah agama lain, dan rukun dengan pemeluk agama lain

qur‟an, hafalan,

muraja‟ah, sholat.

 Selalu ingat kepada Allah 2.

Disiplin tindakan yang menunjukkan

perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan

 Tidak terlambat datang ke Sekolah

 Tepat waktu dalam melaksanakan ibadah  Tepat waktu dalam

mengumpulkan tugas 3.

Tanggung jawab

sikap dan perilaku

seseorang untuk

melaksanakan tugas dan

kewajibannya yang

seharusnya dia lakukan,

terhadap diri sendiri,

masyarakat, lingkungan

(alam, sosial, dan budaya), negara, dan Tuhan Yang Maha Esa

 Melakuukan sesuatu yang seharusnya dilakukan.  Berfikir sebelum

bertindak dan

memikirkan konsekuensinya.

 Bertanggung jawab atas perkataan, perbuatan dan sikap.

7. Konsep Pendidikan Karakter

Konsep pendidikan karakter dalam perspektif Islam, yaitu segala sesuatu upaya yang digunakan untuk mewujudkan sebuah karakter tidak hanya teraplikasi kepada hubungan sesama manusia, tetapi juga harus ada hubugan vertikal dengan Allah SWT. Pendidikan karatker ini tidak hanya terlihat dari sisi luarnya saja, yaitu seperti menggantikan nama kurikulum yang lama dengan kurikulum yang baru yang berbasis karakter, namun harus secara jelas tampak perbedaan dengan kurikulum non karakter.

Pendidikan karakter tidak lagi menjadi sebuah mata pelajaran khusus yang terpisah dari mata pelajaran lainnya sebagaimana yang pernah diterapkan pada kurikulum yang sebelumnya yaitu, pendidikan

(39)

budi pekerti maupun pendidikan moral pancasila. Apabila tetap menjadi sebuah mata pelajaran yang terpisahkan, maka disinyalir tidak akan ada perubahan yang terjadi kecuali hanya jadwal belajar yang lebih lama.

Konsep pendidikan karakter yang dapat memberikan dampak secara jelas, apabila nilai-nilai karakter itu terdapat disetiap mata pelajaran dengan porsi yang beragam. Sehingga tidak perlu adanya penambahan jam serta mata pelajaran.

Berikut ini adalah nilai-nilai dalam pendidikan karakter Islam yang harus dimasukkan pada setiap mata pelajaran.

a. Disiplin

b. Manajemen pribadi c. Rajin belajar

d. Bersilaturahmi, menyambung komunikasi

e. Berkomunikasi dengan baik dan menebar salam

f. Jujur, tidak curang, menepati janji, serta amanah

g. Berbuat adil, tolong menolong, saling mengasihi, saling menyayangi

h. Sabar dan optimis

i. Kasih sayang dan hormat kepada orangtua j. Pemaaf, dermawan

k. Berbuat baik, berakhlak mulia, dst.24

Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa pendidika karakter ini adalah pendidikan yang harus dapat mengubah perilaku, yaitu bahwa pendidikan memberikan nilai-nilai yang ideal yang diharapkan mengatur perilaku peserta didik, yang dapat mendukung perkembangan kepribadian yang dibutuhkan untuk memainkan peran dari ilmu dan nilai yang diperolehnya.

8. Proses Pendidikan Karakter

24 Muchlas Sumani, Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter,(Bandung: PT.

(40)

Proses pembentukan karakter tidak mudah dilakukan, oleh karena itu dibutuhkan suatu lembaga pendidikan atau lembaga sosial yang menangani secara khusus pembentukan karakter pada anak. Diantara pendidikan yang mengawali pembentukan karakter tersebut antara lain dapat dilakukan di sekolah Madrasah Ibtidaiyah yang memadukan antara pendidikan umum dan nilai-nilai agama.

Nilai-nilai agama memang tidak selalu memiliki kualifikasi nilai moral yang mengikat semua orang, namun nilai-nilai agama dapat menjadi dasar kokoh bagi individu dalam kerangka perkembangan kehidupan moralnya. Sebab, ada nilai-nilai agama yang selaras dengan nilai-nilai moral.

Pada lingkungan keluarga, orang tua atau wali mengupayakan pendidikan karakter melalui kegiatan keseharian di rumah, untuk memperkuat hasil pendidikan karakter yang dilakukan di sekolah. Pada

lingkungan masyarakat, tokoh-tokoh atau pemuka masyarakat

mengupayakan pendidikan karakter melalui kegiatan keseharian ditengah-tengah masyarakat sebagai upaya memperkuat hasil pendidikan karakter di sekolah dan keluarga.25

Keluarga merupakan wahan pertama dan utama bagi pendidikan karakter anakk. Apabila keluarga gagal melakukan pendidikan karakter pada anak-anaknya, maka akan sulit bagi pihak lain untuk memperbaikinya. Kegagalan keluarga dalam membentuk karakter anak

25Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasi dala Lembaga

(41)

akan berakibat masyarakat yang tidak berkarakter. Pada sisi lain, orang tua perlu mengawasi pergaulan anak karena akan berpengaruh pada kepribadian anak.

Karakter itu tidak dapat dikembangkan secara cepat dan segera (instant), tetapi harus melewati suatu proses yang panjang, cermat, dan sintesis. Berdasarkan perspektif yang berkembang dalam sejarah pemikiran manusia, pendidikan karakter harus dilakukan berdasarkan tahap-tahap perkembangan sejak usia dini sampai dewasa. Setidaknya berdasarkan pemikiran psikolog Kohlberg (1992) dan ahli pendidikan dasar Marlene Lockheed (1990), terdapat empat tahap pendidikan karakter yang perlu dilakukan, yyaitu:

a. Tahap Pembiasaan sebagai perkembangan karakter anak.

b. Tahap Pemahaman dan Penalaran terhadap nilai, sikap, perilaku, dan karakter siswa.

c. Tahap Penerapan berbagai perilaku dan tindakan siswa dalam kenyataan sehari-hari.

d. Tahap Pemaknaan, suatu tahap refleksi dari siswa melalui penilaian terhadap seluruh sikap dan perilaku yang dipahami dan dilakukan serta bagaimana dampak dan kemanfaatannya dalam kehidupan baik bagi dirinya maupun orang lain.26

26 Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung: PT.

(42)

Character Education Quality Standards, merekomendasikan 11

prinsip untuk mewujudkan pendidikan karakter yang efektif, sebagai berikut:

a. Mempromosikan nilai-nilai dasar dan etika sebagai basis karakter. b. Mengidentifikasikan karakter sekolah yang memiliki kepedulian. c. Menggunakan pendekatan yang tujuan, proaktif, dan efektif, untuk

membangun karakter.

d. Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian.

e. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan perilaku yang baik.

f. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang

yang menghargai semua siswa, membangun karakter mereka, dan membantu mereka sukses.

g. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri dari para siswa

h. Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunikasi moral yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setiia kepada nilai dasar yang sama.

i. Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter.

j. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakan sebagai mitra dan usaha membangun karakter.

(43)

k. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru karakter, dan manifestasi positiff dalam kehidupan siswa.27

Salah satu metode atau cara yang tepat dalam penanaman karakter peserta didik adalah dengan melakukan pembiasaan-pembiasaan kepada siswa. Metode pembiasaan ini bertujuan untuk membiasakan peserta didik berperilaku terpuji, disiplin dan giat belajar, kerja keras dan iklas, jujur dan tanggung jawab atas segala tugas yang dilakukan. Hal ini perlu dilakukan oleh guru dalam rangka pembentukkan karakter untuk membiasakan peserta didik melakukan perilaku terpuji (akhlak mulia).

Pendidikan dengan kebiasaan menurut Mulyasa dapat dilakukan secara terprogram dalam pembelajarrann atau dengan tidak terprogram dalam kegiatan sehari-hari. Kegiatan pembiasaan dalam pembelajara sevcara terprogram dapat dilaksanakan dengan perencanaan khusus dalam kurun waktuu tertentu, untuk mengembangkan pribadi peserta didik yang dilakukan secara individu dan kelompok. Adapun kegiatan pembiasaan peserta didik yang dilakukan secara tidak terprogram dapat dilaksanakan dengan cara-cara berikut:

a. Kegiatan Rutin, yaitu pembiasaan yang dilakukan secara terjadwal

seperti sholat berjamaah, sholat dhuha bersama, murojaah, 5S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan, dan Santun) setiap hari, dan melaksanakan kegiatan keagamaan yang lain.

27

(44)

b. Kegiatan yang dilakukan secara spontan, yaitu pembiasaan yang

dilakukan tidak tejadwal dalam kejadian khusus, misalnya pembentukan perilaku memberi salam, membuang sampah pada tempatnya, melakukan antre dan sebagainya.

c. Kegiatan dan keteladanan, ppembiasaan yang bentuk perilaku

sehari-hari, seperti berpakaian rapi, berbahasa yang baik dan santun, rajin membaca, memuji kebaikan atau kebersihan orang lain, datang kesekolah dengan tepat waktu dan sebagainya.

Dalam pelaksanaan pendidikan karakter, pembiasaan peserta didik akan lebih efektif jika ditunjukkandengan keteladanan dari tenaga pendidik. Oleh karenanya, metode pembiasaan tidak terlepas dari keteladanan. Dimana ada pembiasaan disana ada keteladanan. Kegiasaan yang dilakukan secara terus menerus yang dalam teori pendidikan akan membentuk karakter.

B. Kegiatan Keagamaan

1. Pengertian Kegiatan Keagamaan

Kegiatan keagamaan sangat penting dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, karena dengan kegiatan keagamaan akan dapat menambah keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Subhanahuwataala. Selain itu dengan kegiatan keagamaan, kita akan lebih dengan dengan masyarakat, bangsa dan negara.

Keagamaan merupakan asal dari kata agama yang artinya yaitu suatu peraturan Tuhan yang mendorong jiwa seseorang yang yang

(45)

memiliki akal memegang peraturan Tuhan itu dengan kehendak-Nya sendiri untuk kebaikan hidup didunia dan kebaikan hidup di akhirat.28 Karena manusia memiliki akal, secara eksplisit jelas bahwa agama ditunjukkan kepada manusia. Agama menuntun, membimbing manusia ke arah kesejahteraan, kebahagiaan dunia dan akhirat.

Pendapat lain mengatakan bahwa keagamaan adalah sifat yang terdapat dalam agama, segala sesuatu mengenai agama.29 Kegiatan keagamaan merupakan segala bentuk kegiatan yang terencana dan terkendali sebagai usaha untuk menanamkan nilai-nilai keagamaan yang dapat dilakukan oleh perorangan atau kelompok.30

Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan keagamaan merupakan aktivitas yang dilakukan baik secara individu maupun kelompok yang berhubungan dengan religius dan spiritual sebagai ketaatan kepada Tuhan. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Allah dalam Al-Qur‟an surat Ar-Rum ayat 30.

كلذ الله قلخل ليدبت لا اهيلع سانلا رطف يتلا الله ةرطف افينح هيدلل كهجو مقأف عي لا سانلا رثكأ هكلو ميقلا هيدلا نىمل

Artinya : Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah (tataplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.31

28Wahyudin, Dedi Wahyudi, Ahmad Muzakki, Etika Ketuhanan, (Yogyakarta: Idea Press,

2019), 144

29

Rara Fransiska Novearti, Efektivitas Pelaksanaan Kegiatan Keagamaan pada Siswa di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 21 Kota Bengkulu, Vol. 2, No.2 Agustus 2017: 410 diunduh 20 Februari 2019

30Ibid,410 31

(46)

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan keagamaan adalah segala perbuatan, perkataan, lahir batin seseorang atau individu yang didasarkan pada nilai-nilai atau norma-norma yang berpangkal pada ajaran-ajaran agama, yang telah menjadi kebiasaan hidup sehari-hari dalam sekolah.

2. Ruang Lingkup Kegiatan Keagamaan

Ruang lingkup agama secara umum adalah hal-hal yang menjadi pedoman pokok bagi agama tersebut antara lain:

a. Keyakinan, yaitu keyakinan akan adanya sesuatu kekuatan

supranatural yang diyakini mengatur dan menciptakan alam.

b. Pribadatan, yaitu tingkah laku manusia dalam berhubungan dengan kekuatan supranarural tersebut sebagai konskuensi atau pengakuan dan ketundukannya.

c. Sistem nilai yang mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya atau alam semesta yang dikaitkan dengan kayakinan nya tersebut.

Dalam sebuah agama terdapat beberapa unsur dan itu menjadi pedoman pokok bagi agama tersebut dalam upaya menjadikan hidup manusia lebih baik, antara lain adalah:

a. Adanya keyakinan pada yang gaib

b. Adanya kitab suci sebagai pedoman

c. Adanya rasul pembawanya

d. Adanya ajaran yang bisa dipatuhi e. Adanya upacara ibadah yang standar

(47)

Ruang lingkup agama islam terdiri dari tiga unsur pokok yaitu:32 a. Iman artinya percaya. Percaya dengan cara membenarkan sesuatu

dalam hati, kemudian diucapkan oleh lisan, dan dikerjakan dengan amal perbuatan.

b. Islam artinya ketundukan, kepasrahan, menerima, tidak menolak, tidak membantah, dan tidak membangkang. Maksudnya, yaitu penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah SWT.

c. Ihsan artinya berakhlak dan berbuat saleh sehingga dalam melaksanakan ibadah kepada Allah dan bermuamalahlah dengan sesama makhluk dilakukannya dengan penuh keiklasan. Seakan-akan Allah menyaksikannya sepajang waktu.

3. Tujuan Kegiatan Keagamaan

Tujuan kegiatan keagamaan yaitu,

a. Meningkatkan intensitas dakwah islamiyah kepada siswa dalam rangka membangun siswa sebagai generasi muda yang religius, sebagai implementasi Islam adalah rahmatalilalamin.

b. Membangun kesadaran siswa bahwa kegiatan keagamaan akan

memotivasi setiap beragama yang baik dan continue.

c. Membangun pribadi siswa yang terbiasa dalam melaksanakan ibadah. d. Menciptakan generasi dengan tingkat kecerdasan spiritual (SQ) yang

baik, sehingga akan melahirkan generasi yang menjujung tinggi etika, moral dan nilai-nilai religius.33

e. Meningkatkan kemampuan siswa, beraspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

f. Pengembangan minat dan bakat siswa dalam upaya pembinaan pribadi

menuju pembinaan manusia seutuhnya yang positif

32 Taufik Yusmansyah, Akidah dan Akhlak, (Bandung: Grafindo Media Pratama, 2008),

hlm.12

33

(48)

g. Dapat mengetahui, mengenang serta membedakan hubungan satu pelajaram dengan pelajaran lainnya.34

Ghairah Islamiah diri peserta didik harus ditumbuhkan, untu itu diperlukan upaya alternatif supaya mereka bersemangat untuk mengamalkan ajaran agamanya. Kegiatan keagamaan merupakan salah satu sub dari pelajaran pendidikan agama islam yang diharuskan mampu memberikan kontribusi terhadap religuisitas seseorang.

C. Pendidikan Karakter Melalui Kegiatan Keagamaa

karakter dimaknai sebagai cara berfikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Karakter dapat dianggap sebagai nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,sesama manusia. Lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, adat istiadat, dan estetika. Karakter adalah perilaku yang tampak dalam kehidupan sehari-hari baik dalam bersikap maupun dalam bertindak.35

Pendidikan karakter adalah sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuh kembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu.36

34Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010),

h.192

35

Muclas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, cet. Ke-3 (Bandung: PT Remaja Rosda, 2013), h.41

36 Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, cet. Ke-3

(49)

Pendidikan karakter mengajarkan anak didik berfikir cerdas, mengaktivasi otak tengah secara alami. Pendidikan karakter juga dapat diartikan sebagai pendidikan budi pekerti plus, yaitu melibatkan aspek pengetahuan (cognitiv), perasaan ( feeling), dan tindakan ( action). Tanpa ketiga aspek tersebut, pendidikan karakter tidak efektif. Pendidikan karakter ditetapkan secara sistematis dan berkelanjutan dan seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Karena kecerdasan emosi ini merupakan bekal penting bagi

anak untuk menyongsong masa depan.37

Dari beberapa pengertian mengenai pendidikan karakter yang telah dipaparkan sebelumnya, pendidikan karakter dapat dilakukan melalui tahapan-tahapan, tahapan tersebut berdasarkan pemikiran psikolog Kohlberg (1992) dan ahli pendidikan dasar Marlene Lockheed (1990), yaittu:

a. Tahap pembiasaan sebagai perkembangan karakter anak.

b. Tahap pemahaman dan penalaran terhadap nilai, sikap, perilaku, dan karakter siswa.

c. Tahap penerapan sebagai perilaku dan tindakan siswa dalam keseharian. d. Tahap pemaknaan, suatu tahap refleksi dari siswa melalui penilaian

terhadap seluruh sikap dan perilaku yang dipahami dan dilakukan serta sebagaimana dampak dan kemanfaatannya dalam kehidupan baik bagi dirinya maupun orang lain.38

37 Agus Wibowo, Pendidikan Karakter: Strategi Membangun Karakter Bangsa

Berkepribadian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 36

38Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung:PT.

(50)

Pendidikan karakter dapat berjalan dengan baik dan sesuai sasaran memiliki tiga hal berikut:39

a. Prinsip Keteladanan dari semua pihak, baik orang tua, guru, masyarakat, maupun ppemimpinnya.

b. Prinsip rutinitas (pembiasaan dalam segala aspek kehidupan).

c. Prinsip kesadaran untuk bertindak sesuai dengan nilai-nilai karakter yang diajarkan.

Selain itu, terdapat faktor yang mempengaruhi pendidikan karakter, yaitu: faktor internal dan eksternal. Faktor internal lebih condong tentang bawaan peserta didik itu sendiri seperti contoh, sikap, kebiasaan, etitut, dan lain-lain yang bersifat dalam diri peserta didik. Sedangkan eksternal dipengaruhi oleh lingkungan, baik itu lingkungan keluarga, masyarakat maupun pendidikan.

Pendidikan karakter juga dapat dillakukan melakui kegiatan keagamaan yang terdapat dalam lembaga pendidikan, seperti pelatihan sholat berjama‟ah, membaca Al-Qur‟an, peringatan hari besar islam, Tadabbur-tafakkur „alam, pesantren kilat dan masih banyak lainya.

Kegiatan keagamaan sangat penting dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, karena dengan kegiatan keagamaan akan dapat menambah keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Subhanahuwataala. Selain itu dengan kegiatan keagamaan, kita akan lebih dengan dengan masyarakat, bangsa dan negara.

Keagamaan merupakan asal dari kata agama yang artinya yaitu suatu peraturan Tuhan yang mendorong jiwa seseorang yang yang memiliki akal

39

(51)

memegang peraturan Tuhan itu dengan kehendak-Nya sendiri untuk kebaikan hidup didunia dan kebaikan hidup di akhirat.40 Karena manusia memiliki akal, secara eksplisit jelas bahwa agama ditunjukkan kepada manusia. Agama menuntun, membimbing manusia ke arah kesejahteraan, kebahagiaan dunia dan akhirat.

Dari beberapa pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter melalui kegiatan keagamaan sangatlah diperlukan sebagai bekal peserta didik. Tidak hanya sekedar bekal tetapi jauh dapat menerapkan nilai-nilai agama yang baik untuk ditanam didalam karakter peserta didik. Karakter menjadi pondasi dalam menjalani kehidupan yang akan berkesinambungan dengan lingkungan, sosial, dan berbagai ilmu lainya. Pendidikan karakter melalui kegiatan keagamaan di MI Muhammadiyah Braja Asri sudah cukup baik ini tercermin dalam perilaku peserta didik yang sudah menerapkan dalam kehidupan sehari-hari dengan menjuukkan sikap semangat dan senang dalam beribadah, disiplin, tanggung jawab atas apa yang telah diperbuat, dan memiliki kepedulian sosial. Sehigga sesuai dengan visi misi sekolah yaitu cerdas, kreatif, dan mencetak generasi islami yang berkrakter serta unggul dalam intelektual.

Pendidikan karakter melalui kegiatan keagamaan diharapkan menjadi perhatian khusus didalam perkembangan zaman yang sangat pesat. Oleh karena itu perlu dukungan dari berbagai belah pihak diantaranya orang tua, lingkungan, masyarakat dan pendidik. Semoga penelitian ini dapat

40Wahyudin, Dedi Wahyudi, Ahmad Muzakki, Etika Ketuhanan, (Yogyakarta: Idea Press,

(52)

bermanfaat tidak hanya sebagai tugas akhir tetapi menjadi sumbangsih ilmu yang bermanfaat dalam probematika yang ada di masyarakat.

(53)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif lapangan (Field Reasearch) yaitu penelitian yang mengharuskan peneliti berangkat ke „lapangan‟ untuk mengadakan pengamatan tentang suatu fenomena dalam suatu keadaan alamiah.41 Penelitian kualitatif lapangan bertujuan untuk meneliti dan mengetahui sejauh mana sekolah dalam mengimplementasikan pendidikan karakter dalam kegiatan keagamaan di MI Muhammadiyah Braja Asri. Penelitian ini dilakukan secara observasi langsung dengan menitik beratkan pada peran seorang pendidik dalam mengimplementasikan pendidikan karakter dalam kegiatan keagamaan dan melihat kondidi peserta didik di lapangan.

Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, “Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai apa adanya”.42

Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat.

Penelitian ini mengungkapkan bagaimana implementasi pendidikan karakter melalui kegiatan keagamaan di MI Muhammadiyah Braja Asri dengan cara menjelaskan, memaparkan/menggambarkan dengan kata-kata

41Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi, Cet. 32 (Bandung:

Rosda Karya, 2014), h.26.

(54)

secara jelas dan terperinci melalui bahasa yang tidak terwujud nomor/angka.

Dengan jenis penelitian deskriptif dan menggunakan pendekatan

fenomenologi maka dapat diasumsikan bahwa sifat dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif lapangan.

B. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh baik berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Sumber data dalam penelitian ini yaitu mengambil sumber data primer dan data sekunder.

1. Data primer

Data primer adalah data yang diambil peneliti melalui kata-kata dan tindakan atau pengamatan.43 Peristiwa yang berkaitan dengan masalah atau fokus masalah penelitian yang akan diobservasi langsung ke sekolahan, dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara langsung terhadap kepada sekolah, guru, siswa yang terkait dengan proses pembelajaran di MI Muhammadiyah Braja Asri yang berkaitan dengan implementasi pendidikan karakter dalam kegiatan keagamaan. 2. Data sekunder

Data sekunder adalah data diluar kata-kata dan tindakan yaitu sumber tertulis.44 Kemudian pendapat yang lain menjelaskan bahwa “dilihat dari segi sumber tertulis dapat dibagi atas sumber dari buku dan majalah ilmiah, sumber data dari arsip, dokumen pribadi dan dokumen

43 Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi, Cet. 32 (Bandung:

Rosda Karya, 2014), h. 157

44

(55)

resmi”.45

Sumber data sekunder yang digunakan peneliti dalam penelitian ini, terdiri dari dokumen yang meliputi: sejarah berdirinya sekolah, struktur organisasi, data guru dan siswa, visi dan misi sekolah, kurikulum sekolah, data sarana prasarana yang terdapat di MI Muhammadiyah Braja Asri.

Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti menggunakan sumber data primer dan sumber data sekunder, sehingga data yang diperlukan untuk penelitian terkumpul sesuai dengan kebutuhan peneliti.

C. Teknik Pengumpuan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.46 Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa metode antara lain sebagai berikut:

1. Wawancara/interviw

Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.47

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban

45

Ibid., h. 159

46Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Cet. 21, (Bandung:

Alfabeta, 2015)., h. 308

47 Sugiyono, Metode Penelitian Peendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

(56)

atas pertanyaan itu.48 Melalui wawancara peneliti mengetahui bagaimana cara sekolah mengimplementasikan pendidikan karakter melalui kegiatan keagamaan di sekolah MI Muhammadiyah tersebut.

Macam-macam wawancara yang digunakan:49

a. Wawancara tersetruktur (structured interview)

Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang informasi yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpulan data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan.

b. Wawancara tidak berstruktur (unstructured interviw)

Wawancara tidak berstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.

Metode wawancara digunakan untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan implementasi pendidikan karakter dalam kegiatan keagamaan di MI Muhammadiyah Braja Asri. Jenis wawancara yang digunakan yaitu wawancara tidak terstruktur. Hal ini karena seluruh kerangka pertanyaan telah peneliti sediakan. Dengan metode wawancara ini peneliti ingin memperoleh data tentang bagaimana implementasi pendidikan karakter di MI Muhammadiyah Braja Asri, sedangkan yang peneliti wawancarai yaitu, Kepala Sekolah, Guru dan Peserta Didik, sesuai dengan Lampiran 11.

48 Lexy J Moelong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2014)., hlm. 186

49 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

Gambar

Tabel 2.1  Indikator Karakter

Referensi

Dokumen terkait

Apa saja kendala yang dihadapi dalam penanaman karakter disiplin dan tanggungjawab pada kegiatan ektra kurikuler Tapak Suci di MA Muhammadiyah Kudus Tahun

Dalam penerapan pendidikan karakter, faktor yang harus dijadikan sebagai tujuan adalah terbentuknya kepribadian peserta didik supaya menjadi manusia yang baik, dan

Upaya guru PAI dalam membentuk karakter religius melalui kegiatan keagamaan di SMP Muhammadiyah Karangasem Bali yaitu shalat Dhuha, membaca surah Al Waqi’ah, shalat Dzuhur

1) Bagi sekolah dan guru, penelitian ini dapat menjadi bahan evaluasi dalam penanaman pendidikan pendidikan karakter melalui kebiasaan kegiatan keagamaan yang

Faktor yang menjadi pendukung dalam implementasi pembiasaan berbahasa Jawa krama untuk membentuk karakter sopan santun siswa di MI Tarbiyatul Banin Pati meliputi tersedianya sarana di

telah tertanam dalam diri peserta didik di MI Bendiljati Wetan. Indikator keberhasilan pendidikan karakter pada sikap toleransi. serta komunikatif/bersahabat menurut Fitri dalam