• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELATIHAN BAHASA INGGRIS BAGI POKDARWIS DESA AMBENGAN KECAMATAN SUKASADA DALAM RANGKA MENDUKUNG VILLAGE-BASED TOURISM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PELATIHAN BAHASA INGGRIS BAGI POKDARWIS DESA AMBENGAN KECAMATAN SUKASADA DALAM RANGKA MENDUKUNG VILLAGE-BASED TOURISM"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PELATIHAN BAHASA INGGRIS BAGI POKDARWIS DESA

AMBENGAN KECAMATAN SUKASADA DALAM RANGKA

MENDUKUNG VILLAGE-BASED TOURISM

ABSTRACT

ABSTRAK

PENDAHULUAN

Kompetensi bahasa Inggris hendaknya harus dimiliki oleh setiap sumber daya manusia (SDM) dari setiap daerah pariwisata, utamanya sumber daya manusia (SDM) di Desa Ambengan. Pentingnya kompetensi bahasa Inggris merupakan salah satu faktor penentu pelayanan yang baik bagi wisatawan terlebih lagi bagi wisatawan asing. Berdasarkan

wawancara dengan ketua POKDARWIS Desa Ambengan, ketika low season, rata-rata wisatawan asing yang berkunjung adalah sebanyak 20 sampai 30 orang. Wisatawan asing tersebut mayoritas merupakan wisatawan yang berasal dari Eropa, Amerika Serikat, dan Australia. Sementara, ketika high season tiba, jumlah wisatawan asing yang datang berkunjung meningkat hingga menyentuh angka 100 – 120 orang setiap harinya.

N.M. Ratminingsih1, I G. Budasi2

,N.K. Putri Adnyani3, N.M. Suniyasih4, P.R.Wulandari5

1,2,3,4,5Jurusan Bahasa Asing FBS UNDIKSHA

Email: made.ratminingsih@undiksha.ac.id

The purpose of this community service program was to help POKDARWIS Ambengan Village in Sukasada District in improving their communicative English competence. Large number of members did not have adequate English competency as village-based tourism guides. The method used to solve this problem was in the form of training or courses using practical English, namely practicing English skills in interacting with guests, explaining the potential for natural tourism and agricultural products, explaining accommodation, and complementary tourism facilities. The results showed that the communicative competence of the POKDARWIS members in using practical English increased with a mean score 81 of 5 times assessment and it was categorized as good. The participants’ perceptions questionnaire reached a mean score of 3.75 and was considered as very effective to help the members to improve their English competency. In order to strengthen their communicative competence, POKDARWIS members should regularly practice communicating either with their peers or in real contexts.

Keywords: communicative competence, English course, POKDARWIS, training, village-based tourism

Tujuan dari kegiatan P2M ini adalah untuk membantu POKDARWIS Desa Ambengan di Kecamatan Sukasada dalam meningkatkan kemampuan komunikasi Bahasa Inggris mereka. Banyak anggota POKDARWIS yang tidak memiliki kemampuan Bahasa Inggris memadai sebagai pemandu wisata desa (village-based tourism). Metode yang digunakan untuk memecahkan masalah tersebut adalah melalui pelatihan atau kursus menggunakan Bahasa Inggris praktis, yakni berlatih keterampilan menggunakan bahasa Inggris dalam berinteraksi dengan tamu, menjelaskan potensi wisata alam atau pertanian, menjelaskan akomodasi, dan fasilitas pelengkap pariwisata. Hasil dari pelaksanaan P2M tersebut menunjukkan bahwa kompetensi komunikatif anggota POKDARWIS dalam menggunakan Bahasa Inggris praktis meningkat dengan nilai rerata 81 dari 5 kali penilaian dan terkategori baik. Kuesioner tentang persepsi peserta menunjukkan rerata 3.75 dan terkategori sebagai sangat efektif untuk membantu anggota POKDARWIS untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris mereka. Untuk memantapkan kompetensi komunikatifnya, anggota POKDARWIS hendaknya secara reguler mengupayakan praktek berkomunikasi baik dengan sesama teman atau pada konteks nyata.

(2)

Dalam memberikan pelayanan yang baik terhadap para wisatawan asing yang datang berkunjung ke Desa Ambengan, masalah utama yang memerlukan penanganan dengan segera yang dihadapi Desa Ambengan adalah sumber daya manusia (SDM). Masalah ini dapat diatasi dengan pendidikan non formal berupa pelatihan penggunaan Bahasa Inggris komunikatif yang sesuai dengan konteks pariwisata dengan tujuan untuk meningkatkan kompetensi komunikatif peserta dengan pemberian materi pembelajaran kontekstual yang mengaitkan dengan kebutuhan riil di dalam kehidupan sehari-hari (Johnson, 2002: 65-67). Dengan demikian kompetensi komunikatif yang ingin disasar adalah kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan di desa pariwisata yang digunakan anggota POKDARWIS Desa Ambengan dalam melayani tamu. Terkait dengan hal ini, hasil penelitian Anitasari dan Setiawan (2017) membuktikan bahwa dalam melakukan sebuah pelatihan harus didahului dengan analisis kebutuhan pelatihan baik berupa analisis organisasi, analisis tugas, ataupun analisis individu. Selanjutnya hasil penelitian Irfan dan Suryani (2017) menegaskan bahwa salah satu yang berperan utama dalam keberhasilan pariwisata adalah partisipasi masyarakat dan dukungan potensi yang dimiliki oleh desa. Dalam konteks P2M ini, yang disasar adalah anggota POKDARWIS yang desanya memiliki potensi pariwisata yang memang perlu dikembangkan. Agar partisipasi masyarakat maksimal maka mereka perlu diberikan pelatihan.

Pelatihan adalah sebuah usaha yang telah disusun secara terencana oleh sebuah organisasi yang digunakan untuk memfasilitasi pembelajaran staf / pekerja pada kegiatan atau perilaku yang berkaitan dengan pekerjaan (Anitasari & Setiawan, 2017: 1). Pelatihan merupakan sebuah kegiatan yang dilaksanakan melalui kegiatan pembelajaran, pendidikan dan pelatihan yang di dalamnya terdapat materi ilmu pengetahuan, keterampilan, dan juga keahlian (Salmah, 2012: 82-83). Beberapa jenis pelatihan yang dapat dilaksanakan oleh sebuah organisasi untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja adalah Skill Training (Pelatihan Keahlian), Retraining (Pelatihan Ulang), Cross

Functional Training (Pelatihan Lintas

Fungsional), Team Training (Pelatihan Tim), dan Creativity Training (Pelatihan Kreativitas) (Amalia, 2017: 1). Skill Training (Pelatihan Keahlian) merupakan jenis pelatihan yang dilakukan dengan menilai kebutuhan dan kekurangan tenaga kerja untuk selanjutnya diidentifikasi dengan teliti. Retraining (Pelatihan Ulang) adalah pelatihan yang memberikan keahlian tertentu kepada tenaga kerja unuk memenuhi tuntutan kerja yang tidak statis. Cross Functional Training (Pelatihan Lintas Fungsional) adalah jenis pelatihan yang memberikan tenaga kerja ruang untuk melakukan aktivitas kerja dalam bidang selain dari bidang miliknya sendiri. Team Training

(Pelatihan Tim) adalah sebuah pelatihan yang dilakukan dengan bekerja sama oleh sekelompok individu guna menyelesaikan pekerjaan dari sebuah tim kerja. Creativity Training (Pelatihan Kreativitas) adalah jenis

(3)

pelatihan yang memberikan tenaga kerja peluang untuk mengekspresikan ide atau gagasan baru yang nantinya dapat dikembangkan untuk membangun perusahaan menjadi sebuah perusahaan yang lebih baik.

Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa pelatihan adalah suatu usaha terencana dari sebuah lembaga/organisasi untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, dan keahlian guna meningkatkan kualitas tenaga kerja. Terdapat beberapa jenis pelatihan yang dapat dilakukan oleh sebuah organisasi guna meningkatkan kualitas kerja tenaga kerja dan pelatihan tersebut disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh sebuah organisasi / lembaga tersebut. Pelatihan yang diberikan pada kegiatan pengabdian ini adalah skill training yaitu pelatihan untuk meningkatkan keahlian anggota POKDARWIS dalam berkomunikasi bahasa Inggris lisan dalam melakukan tugasnya sebagai tour guide

(pemandu wisata) di desanya.

Adapun jenis pariwisata yang saat ini banyak dikembangan di desa yaitu ekowisata. Tampaknya ekowisata juga yang dikembangkan di Desa Ambengan. Menurut Kiper (2013: 773-774), ekowisata membantu pengembangan masyarakat dengan menyediakan sumber mata pencaharian alternatif bagi masyarakat lokal yang lebih berkelanjutan. Tujuannya adalah untuk melestarikan sumber daya, terutama keanekaragaman hayati, dan mempertahankan penggunaan sumber daya yang berkelanjutan, yang membawa pengalaman ekologis bagi para pelancong, melestarikan lingkungan ekologis dan mendapatkan manfaat ekonomi.

Dari berbagai jenis pariwisata yang diungkapkan oleh Suwena dan Widyatmaja (2017: 115-156), dapat disimpulkan bahwa jenis pariwisata yang dapat dilakukan oleh wisatawan di desa Ambengan adalah vacational tourism, sport tourism, yaitu jenis pariwisata yang membuat para wisatawan dapat berekreasi di suatu tempat dan menikmati olahraga yaitu

water sport.

Banyak desa yang memiliki keunikan tersendiri, termasuk potensi alam, budaya, dan tradisi dapat memperenalkannya kepada wisatawan melalui bisnis pariwisata yang dikenal dengan nama village-based tourism. Menurut Hamza dan Irfan (2018: 1-2); Herawati, Purwaningsih, dan Handharko (2018: 221-222), village-based tourism (desa wisata) adalah suatu produk yang memiliki populasi atau masyarakat yang masih menganut tradisi dan budaya dengan alam dan lingkungan yang masih terjaga keaslian dan keasriannya. Village-based tourism adalah daerah dengan wilayah tertentu dan memiliki potensi unik berupa tempat-tempat wisata yang unik dan komunitas masyarakat yang dapat menciptakan perpaduan antara tempat-tempat wisata dan fasilitas pendukung untuk menarik wisatawan untuk berkunjung, termasuk pertumbuhan fasilitas akomodasi yang disediakan oleh komunitas lokal. Terlebih lagi, menurut Irfan dan Suryani (2017: 75), village based tourism adalah suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan ordonansi dan tradisi. Jadi, konsep

(4)

memberdayakan masyarakat pedesaan. Ini mengacu pada sebuah desa dengan semua sumber daya lokal yang dimilikinya, mengelola, dan menyajikan kepada wisatawan. Menurut Hamza dan Irfan (2018: 2-3), ada tiga komponen utama yang diperlukan sebagai landasan dalam pengembangan village-based tourism: 1. Infrastruktur (jalan, listrik, dan lainnya), 2. Bahan (sumber daya alam, struktur publik dan swasta, dan lainnya), dan 3. Komponen material (kapasitas masyarakat lokal untuk mengambil keuntungan dari sumber daya yang ada, kondisi lingkungan politik dan sosial budaya. Selanjutnya Damanik (2013: 110) menyatakan beberapa tipologi village-based tourism yang ada dalam berbagai referensi adalah sebagai berikut: 1. Keunikan Desa Wisata Berbasis Sumber Daya Alam sebagai Wisata Utama, 2. Sumber Daya Budaya Lokal Desa Toursim Berbasis Keunikan sebagai Daya Tarik Wisata, 3. Kegiatan / Karya Kreatif Desa Wisata Berbasis Keunikan sebagai Daya Tarik Wisata, dan 4. Keunikan Sumber Daya Alam, Sumber Daya Budaya Lokal, dan Kegiatan Kampung Wisata sebagai Daya Tarik Wisata. Berdasarkan tipologinya, Desa Ambengan digolongkan dalam tipe pertama yaitu village

based tourism yang dikembangkan di Desa

Ambengan adalah wisata alam yang berupa air terjun (waterfall), trekking untuk melihat pemandangan alam seperti: rice field, clove

plantation, dan coconut plantation yang

dikombinasikan dengan water sport tourism

yang ada disana.

Kelompok Sadar Wisata

(POKDARWIS) merupakan salah satu program

yang dicetuskan untuk meningkatkan industri pariwisata suatu daerah di Indonesia. POKDARWIS adalah salah satu komponen masyarakat yang sadar akan potensi pariwisata dan berkontribusi dalam mengembangkan kepariwisataan (Rahim, 2012: 17-18). Menurut Yudha (2019: 1), POKDARWIS adalah kelompok masayarakat yang memiliki kegiatan menjaga dan megembangkan wisata suatu daerah. Jadi, POKDARWIS merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat untu memajukkan daerah sendiri khususnya dalam bidang kepariwisataan. Ada beberapa peranan dari POKDARWIS dalam pengembangan potensi pariwisata (Suryawan, 2016: 146-147), yaitu; (1) Memperkenalkan, mempromosikan, melestarikan, dan memanfaatkan potensi pariwisata; (2) Mengelola pariwisata; (3) Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada anggota dan masyarakat mengenai kepariwisataan; dan (4) Menjalin kerjasama dengan pemegang saham atau investor dan lembaga lain yang bergerak di bidang kepariwisataan. Mengacu pada semua uraian di atas, POKDARWIS adalah sekelompok masyarakat yang memiliki kesadaran terhadap potensi yang dimiliki oleh suatu desa dalam usaha mengembangkan pariwisata. Dalam rangka mengembangkan pariwisata, POKDARWIS harus memiliki kompetensi yang memadai untuk dapat menjalin kerjasama dengan berbagai pihak.

Dengan demikian, tujuan utama dari pelaksanaan P2M ini adalah untuk meningkatkan kompetensi komunikatif anggota POKDARWIS Desa Ambengan untuk mendukung village-based toursim.

(5)

METODE

Metode pendekatan utama yang digunakan dalam memecahkan persoalan mitra yang telah disepakati bersama, yaitu: Metode Manajemen Pelatihan, yang merupakan metode yang digunakan untuk meningkatkan kompetensi komunikatif anggota POKDARWIS desa Ambengan dalam menggunakan Bahasa Inggris praktis, yakni berlatih keterampilan menggunakan bahasa Inggris dalam berinteraksi dengan tamu, menjelaskan potensi wisata alam dan hasil perkebunan atau pertanian, dan menjelaskan

akomodasi, transport, dan fasilitas pelengkap pariwisata, yang dikemas dalam 10 sesi kursus. Peserta yang menjadi khalayak sasaran strategis dari kegiatan P2M ini adalah anggota POKDARWIS di desa Ambengan. Adapun jumlah anggota POKDARWIS yang terlibat dalam program pelatihan/kursus bahasa Inggris adalah sebanyak 11 orang, dan oleh karena terjadinya kasus pandemi Covid-19 sejak Maret 2020, maka pelaksanaan kegiatan disepakati menggunakan sistem daring yaitu melalui Whatsapp bik itu melalui video call dan chats. Kerangka pemecahan masalah yang dilakukan dapat dilihat pada bagan alir di berikut:

Gambar 1. Kerangka Pemecahan Masalah

Berdasarkan kerangka pemecahan masalah di atas, terdapat 4 kegiatan inti dalam pelaksanaan P2M ini, yaitu (1) pelatihan berupa pemberian kursus keterampilan berbicara dalam 10 sesi dengan buku ESP yang terdiri atas 5

unit, (2) Tes kemampuan berbicara yang diambil selama proses sebanyak 5 kali, dan (3) survei mini berupa penyebaran kuesioner kepada peserta kegiatan untuk menjaring

Sesi 9 dan 10 Pelatihan

Pengisian lembar kuesioner oleh Pokdarwis peserta kegiatan P2M Penyebaran angket terkait dengan

pendapat Pokdarwis tentang pelaksanaan pelatihan Survei mini

Unit 5: Handling Complaints Tes kemampuan berbicara 2 Tes kemampuan berbicara 5 Tes kemampuan berbicara 3 Tes kemampuan berbicara 4 Tes kemampuan berbicara 1

Unit 1: Welcoming the

Guests Sesi 1 dan 2

Unit 3: Waterfall Trekking

Tour Sesi 5 dan 6

Unit 4: Direction and Time Sesi 7 dan 8

Unit 2: Beginning Waterfall

(6)

pendapat mereka terkait dengan kegiatan pelatihan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pelatihan dilakukan dengan sistem daring, dan ketika ujicoba pelatihan sedianya dilaksanakan via Google Meet tidak bisa berjalan, maka diputuskan untuk menggunakan

video call via Whatsapp dimana 11 anggota

POKDARWIS diberikan kursus dalam bentuk kelompok kecil. Berikut adalah pembagian kelompok kecil dan jadwal pelatihan setiap kelompok pelatihan.

Tabel 1. Anggota POKDARWIS Ambengan dengan Pelatih

No Nama Kelompok Pelatih

1 Suneka K. 1 Bu Ratmi (Ketua Pelaksana)

2 Boim 3 Cerik

4. Juni K.2 Pak Budasi (Anggota Pelaksana)

5. Gst Tinggi

6. Jik Sedana K.3 Putri (mahasiswa 1)

7. Kaplek

8. Kt Wira K.4 Arik (mahasiswa 2)

9. Mangku

10. Rar Lale K.5 Ratih (mahasiswa 3)

11. Putu Yasa

Catatan: Nama-nama POKDARWIS adalah nama panggilan Tabel 2. Jadwal dan Materi Pelatihan

Pertemuan Hari/Tanggal Materi

1-2 1 sd 3 Agustus 2020 Unit 1: Welcoming the Guest

3-4 5 sd 7 Agustus 2020 Unit 2: Beginning Waterfall Trekking Tour 5-6 9 sd 11 Agustus 2020 Unit 3: Waterfall Trekking Tour

7-8 13 sd 15 Agustus 2020 Unit 4: Direction and Time 9-10 18 sd 20 Agustus 2020 Unit 5: Handling complaints

Berdasarkan pelatihan yang telah dilakukan, berikut disampaikan hasil penilaian pelatih tentang kemajuan kompetensi berkomunikasi anggota POKDARWIS Desa

Ambengan yang dinilai dari 3 aspek yaitu Pehamanan (comprehension), pelafalan

(pronunciation), dan kelancaran berbicara

(fluency).

Tabel 3. Hasil Kompetensi Berkomunikasi Anggota POKDARWIS Desa Ambengan

No Nama Nilai 1 Nilai 2 Nilai 3 Nilai 4 Nilai 5

1 Suneka/Made Suneka 70 78,3 81 82 83

2 Boim/ Kadek Budayasa 68,3 73,3 73.3 73,3 76

3 Cerik/ Komang Sudirpa 65 70 74 75 77,3

4. Juni/ Gede Juni Suparta 65 68,3 71,7 76,7 82,3

5. Gst Tinggi/ I Gusti Made Tinggi 69 72,7 76,7 81,7 84,7 6. Jik Sedana/ I Gusti Kopang Sedana 60 63,3 66,3 74 77,3

(7)

7. Kaplek/Gede Sriawan 65 68,7 71 77,7 84,3

8. Kt Wira/ Ketut Artadana 65 68.3 73.3 76.7 78.3

9. Mangku/ Ketut Sudana 70 73,3 76.7 78.3 81.7

10. Rar Lale/ Gusti Ngurah Putu Restiyasa 71.7 76 80 85.7 88.3

11. Putu Yasa 60 64.3 68 76.7 81

Rerata 66 71 74 78 81

Berdasarkan tabel 3 di atas dapat disimpulkan bahwa dalam waktu 10 kali pertemuan pelatihan yang membahas 5 unit pembelajaran dengan materi khusus yaitu penggunaan ekspresi-ekspresi Bahasa Inggris menjadi tour guide, anggota POKDARWIS dapat secara perlahan meningkatkan kompetensinya dalam berkomunikasi dengan bahasa Inggris. Hal ini dikarenakan mereka sudah semakin terbiasa menggunakan ekspresi-ekspresi bahasa yang didukung oleh suasana belajar yang santai. Dengan demikian mereka

lebih termotivasi belajar. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Mbukusa (2018: 112-119) yang menyatakan bahwa pembelajaran atau penyampaian materi melalui media WhatsApp dapat menarik perhatian para peserta didik dan memberikan ruang yang santai bagi para peserta didik untuk bertukar ide dan pendapat. Diagram berikut menunjukkan peningkatan kompetensi berkomunikasi anggota POKDARWIS secara perlahan pada setiap sesi pelatihan.

Diagram 1. Kompetensi Berkomunikasi Anggota POKDARWIS

Selanjutnya peserta kegiatan diberikan lembar kuesioner untuk mengetahui pendapat mereka tentang efektivitas kegiatan pelatihan

yang telah mereka lakukan dalam 1 bulan. Berikut adalah hasil analisis kuesioner.

(8)

Tabel 4. Hasil Kuesioner tentang Efektivitas Pelaksanaan Pelatihan/Kursusn Bahasa Inggris

No Nama Item 1 Item 2 Item 3 Item 4 Rerata

1 Suneka/Made Suneka 3 4 4 4 3,75

2 Boim/ Kadek Budayasa 4 4 3 4 3,75

3 Cerik/ Komang Sudirpa 4 4 3 4 3,75

4. Juni/ Gede Juni Suparta 4 4 4 4 4

5. Gst Tinggi/ I Gusti Made Tinggi 3 4 3 4 3,5

6. Jik Sedana/ I Gusti Kopang Sedana 3 3 3 4 3,25

7. Kaplek/Gede Sriawan 4 4 4 4 4

8. Kt Wira/ Ketut Artadana 4 3 4 4 3,75

9. Mangku/ Ketut Sudana 4 4 4 4 4

10. Rar Lale/ Gusti Ngurah Putu Restiyasa 4 4 4 4 4

11. Putu Yasa 4 3 3 4 3,5

Jumlah 41 41 39 44 165

Rerata 3,73 3,73 3,54 4 3,75

Terdapat 4 item dalam kuesioner yang menggunakan skala Likert dengan rentangan 1 sampai dengan 4 yaitu untuk item 1 dan 2 dari tidak puas menjadi sangat puas, item 3 dari tidak baik menjadi sangat baik, dan item 4 dari tidak bermanfaat menjadi sangat bermanfaat.

Berikutnya hasil kuesioner dianalisis dengan menggunakan formula sebagai berikut.

Tabel 5. Tabel Analisis Hasil Kuesioner No Kategori Skor (X) 1 Sangat Efektif X > Mi + Sdi 2 Efektif Mi < X  Mi + Sdi 3 Kurang Efektif Mi - Sdi < X  Mi 4 Tidak Efektif X  Mi - Sdi

Berdasarkan hasil perhitungan dengan formula di atas, dihasilkan simpulan penilaian sebagai berikut

Tabel 6. Perhitungan Konversi Nilai Kuesioner No Kategori Skor (X)

1 Sangat Efektif X > 3.2 2 Efektif 2.5 < X  3.2 3 Kurang Efektif 1.8 < X  2.5 4 Tidak Efektif X  1.8

Berdasarkan tabel 4 didapatkan bahwa nilai rerata hasil keusioner adalah 3,75. Dengan menggunakan tabel 5 dan 6 di atas, maka dapat dijelaskan bahwa pelatihan yang dilaksanakan melalui aplikasi WhatsApp dapat diklasifikasikan sangat efektif dalam

meningkatkan kompetensi berkomunikasi anggota Porkdarwis Desa Ambengan. Hal ini sejalan dengan penelitian dari Mufanti dan Susilo (2016: 794-795) bahwa pelatihan atau pembelajaran bahasa melalui aplikasi WhatsApp dapat memberikan efek positif seperti meningkatkan kepercayaan diri dalam menggunakan bahasa dalam berkomunikasi dan memberikan motivasi untuk berkomunikasi. Kaitannya dengan pelaksanaan pelatihan Bahasa Inggris anggota POKDARWIS dapat terlihat dari hasil perubahan yang signifikan dari nilai peserta yang menunjukkan peningkatan kepercayaan diri dalam berkomunikasi dengan menggunakan Bahasa Inggris.

Secara rinci dapat dilaporkan bahwa pada item 1 memperoleh skor rerata 3,73 yang menegaskan bahwa anggota POKDARWIS merasa sangat puas dengan pemberian materi via WhatsApp yang mempermudah mereka mendapatkan materi yang diperlukan. Seperti yang dikatakan oleh Gon & Rawekar, (2017: 19); Kola & Sunday, (2018: 113); dan Yuzbasioglu, Helvaci, Cevik, & Kurnaz, (2020: 168-176) bahwa dengan menggunakan WhatsApp, seseorang dapat mengirim pesan teks, foto, video, pesan suara, dan audio.

Selanjutnya, pada item 2 yang terkait dengan penyampaian materi oleh para pelatih, skor rerata adalah 3,73 yang juga bermakna bahwa anggota POKDARWIS sangat puas

(9)

dengan cara penyampaian materi oleh para pelatih dalam setiap kelompok yang terdiri atas 5 kelompok kecil. Sejalan dengan hal ini, pelatih dapat memberikan motivasi dengan intensif dan merata kepada setiap anggota POKDARWIS dalam kelompok kecil, sebagaimana manfaat dari penggunaan Whatsapp yang dikemukakan oleh Barhoumi (2015: 223); Hamad (2017: 85), yakni manfaat aplikasi Whatsapp adalah dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Johnson (2002: 65-67) juga mendukung bahwa dengan adanya pelatihan ini kompetensi komunikatif para anggota kelompok POKDARWIS dapat meningkat karena diberikan materi yang riil dan dibutuhkan dalam konteks pariwisata.

Pada item 3, skor rerata membuktikan capaian 3,54 yang juga masih terkategori sangat baik dalam hal penggunaan video call via aplikasi WhatsApp dalam pelaksanaan pelatihan. Hasil tersebut didukung oleh penelitian dari Kadam dan Mharte (2016: 1412) yang menyatakan bahwa fitur dari aplikasi Whatsapp yaitu video call efektif sebagai media komunikasi dalam sebuah pelatihan dimana

video call pada Whatsapp dapat memberikan

kecepatan dan kemudahan dalam berkomunikasi jarak jauh yang berkaitan dengan pemberian materi maupun pemberian

feedback secara langsung. Hal ini juga

berkaitan dengan hasil penelitian dari Kusnaeni (2020: 47-48) yang menemukan bahwa pelatihan dengan memanfaatkan aplikasi Whatsapp sangat efektif dan efisien dalam proses diskusi dan melatih keterampilan peserta pelatihan. Meskipun skor rerata ini sekaligus merupakan skor capaian terendah daripada skor

rerata lainnya. Hal ini dapat dilaporkan logis karena ada kalanya kegiatan pelatihan terganggu karena masalah sinyal yang kurang bagus sehingga kadang-kadang koneksi terputus. Sejalan dengan permasalahan tersebut, hasil penelitian dari Aburezeq dan Ishtaiwa (2013: 174) yang mengemukakan bahwa penggunaan aplikasi Whatsapp masih sangat bergantung pada kondisi koneksi internet dimana fitur video call pada aplikasi Whatsapp membutuhkan koneksi internet yang stabil. Namun secara umum, pelatihan tetap bisa berjalan dengan sangat baik karena para pelatih mengusahakan untuk terus tetap terkoneksi.

Untuk rerata capaian item 4, yang menanyakan tentang kebermanfaatan pelatihan, skor yang diperoleh adalah 4, yang bermakna bahwa kegiatan pelatihan dinilai sangat bermanfaat bagi semua anggota POKDARWIS di Desa Ambengan. Sejalan dengan hasil tersebut, Baguma, Bagarukayo, Namubiru, Brown, & Mayisela (2019: 98) mengatakan bahwa aplikasi Whatsapp dapat memberikan kesempatan bagi pelatih dan pebelajar untuk melakukan diskusi di luar ruang kelas (secara virtual). Kemudian, hasil tersebut juga sejalan dengan pernyataan dari Barhoumi (2015: 223); Hamad (2017: 85); dan Alkhatnai (2019: 98) yang menyatakan bahwa pebelajar dapat menguarngi rasa kecemasan atau ketakutan terhadap pelatih karena mereka tidak melihat pelatih secara langsung berdiri di depan mereka dan dapat mengembangkan keterampilan berkomunikasi mereka baik komunikasi verbal (berbicara) maupun non verbal (menulis).

SIMPULAN

Berdasarkan semua hasil kegiatan P2M yang telah dipaparkan di atas, dapat ditarik kesimpulan kegiatan pelatihan yang telah dilaksanakan selama 10 sesi dengan membahas 5 unit dapat meningkatkan kompetensi komunikatif anggota POKDARWIS Desa Ambengan. Pada pengambilan nilai pertama

yaitu akhir unit 1 rerata kompetensi komunikatif anggota POKDARWIS yang berjumlah 11 orang mencapai rerata 66 yang terkategori cukup. Kompetensi ini belum mencapai kriteria yang dipersyaratkan yaitu minimal 70 yang terkategori baik. Oleh sebab itu, pelatihan perlu dilaksanakan

(10)

untukmembantu mereka memiliki kompetensi yang lebih baik. Pada dua sesi berikut, kompetensi mereka sudah mencapai rerata 71 yang terkategori baik. Namun 5 peserta masih belum mencapai nilai minimum baik. Pada sesi 5-6 nilai rerata yang dicapai adalah 74 sudah terkategori baik, tetapi masih ada 2 orang anggota yang belum mencapai skor minimum 70. Selanjutnya pada sesi berikutnya, rerata menunjukkan capaian rerata 78 dan 81, yang mana semua anggota POKDARWIS sudah mampu mencapai nilai minimu 70, bahkan ada beberapa anggota yang mampu mencapai skor 80an. Ini berarti bahwa pelatihan yang diberikan memang terbukti mampu meningkatkan kompetensi komunikatif anggota POKDARWIS yang dinilai dalam 3 komponen berbicara yaitu Pemahaman (comprehension), Pelafalan (pronunciation), dan Kelancaran

(fluency). Dari hasil kuesioner dapat

disimpulkan bahwa kegiatan pelatihan dinilai sangat efektif dalam membantu meningkatkan kompetensi komunikatif. Anggota POKDARWIS menegaskan bahwa materi yang diberikan sangat memuaskan, kemampuan pelatih dalam memberikan pelatihan juga sangat memuaskan, kegiatan pelatihan yang dilaksanakan melalui video call WhatsApp dianggap sangat baik di masa pandemi Covid-19, dan kegiatan pelatihan yang diberikan dinilai sangat bermanfaat untuk mereka.

Berdasarkan simpulan di atas, hal-hal yang dapat disarankan adalah (1) Anggota POKDARWIS disarankan untuk secara reguler melatih kompetensi komunikatif secara mandiri agar apa yang telah dipelajari bisa dimantapkan,

(2) Materi yang diberikan hendaknya bisa dimanfaatkan secara lebih maksimal karena materi tersebut sudah disusun secara kontekstual dan disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan, (3) Kegiatan pelatihan yang diberikan secara terstruktu oleh para akademisi masih perlu dilaksanakan pada tahun-tahun berikutnya agar kompetensi komuikatif yang diharapkan lebih mampu dimaksimalkan.

DAFTAR RUJUKAN

Aburezeq, I. M. & Ishtaiwa, F. F. (2013). The impact of Whatsapp on iteraction in an Arabic language teaching course.

International Journal of Arts & Sciences. 6(3), 165-180.

Alkhatnai, M. (2019). Instant mobile messaging (WhatsApp) and teaching translation: views elicited from Saudi translation teachers and students. International Journal of English Linguistics, 9(5), 98-106.

Amalia, D. (2017). Jurnal by Mekari: 5 jenis pelatihan dan pengembangan SDM yang bisa anda lakukan. Diakses pada 2

Desember 2019 dari

https://www.jurnal.id/id/blog/2017-5- jenis-pelatihan-dan-pengembangan-sdm-yang-bisa-anda-lakukan/

Anitasari, L., Setiawan, R. (2017). Analisis pelatihan sumber daya manusia pada PT Restu Baru Indonesia. AGORA, 5(1), 1-5. Diakses pada 1 Desember 2019 dari https://media.neliti.com/media/publicatio ns/57360-ID-analisis-pelatihan-sumber-daya-manusia-p.pdf

Baguma, R., Bagarukayo, E., Namubiru, P., Brown, C., & Mayisela, T. (2019). Using WhatsApp in teaching to develop higher order thinking skills-a literature review using the activity theory lens.

International Journal of Education and Development Using Information and

(11)

Communication Technology (IJEDICT), 15(2), 98-116.

Barhoumi, C. (2015). The effectiveness of WhatsApp mobile learning activities guided by activity theory on students’ knowledge management. Contemporary Educational Technology, 6(3), 221-238. Damanik, J. 2013. Pariwisata Indonesia Antara

Peluang dan Tantangan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Gon, S., & Rawekar, A. (2017). Effectivity of E-Learning through WhatsApp as a teaching learning tool. MVP Journal of Medical Sciences, 4(1), 19-25.

Hamad, M.M. (2017). Using whatsapp to enhance students’ learning of English language. Experience to share. Higher Education Studies, 7(4), 74-87.

Hamza, A. S. & Irfan, M. (2018). Law enforcement of constitutional court decision no. 69/puu-xii/2015 (mixed marriage issue without marriage agreement). Journal Notariil. 3 (1), 1-12 http://dx.doi.org/10.22225/jn.3.1.597.1-12

Herawati, A., Purwaningsih, A., & Handharko, Y. D. (2018). Promoting village tourism through the development of information systems. Review of Integrative Business and Economics Research. 7(1), 221-236. Irfan, M., & Suryani, A. (2017). Local wisdom

based tourist village organization in Lombok tourist area. International Journal of English Literature and Social

Sciences (IJELS). 2(5), 73-82.

https://dx.doi.org/10.24001/ijels.2.5.10 Johnson, E.B. (2002). Contextual teaching and

learning. What it is and why it’s here to stay. California: Corwin Press, Inc. Kadam, R. & Mharte, P. (2016). Introducing

video calling in Whatsapp. International Journal of Advanced Research in Computer Engineering & Technology (IJARCET). 5(1), 1408-1413.

Kiper, T. (2013). Role of ecotourism in sustainable development. InTech.

773-802. Diakses pada 1 Desember 2019 dari https://www.intechopen.com/books/adva nces-in-landscape-architecture/role-of-ecotourism-in-sustainable-development. Kola, A.J., & Sunday, O.S. (2018).

Mobile-learning (M-Mobile-learning) through WhatsApp messaging, Facebook, and YouTube, Nigeria. Education Journal, 1, 112-121. Kusnaeni, A. (2020). Pelatihan bisnis fashion

melalui Whatsapp dalam meningkatkan pemberdayaan bagi UMKM Cimahi.

Jurnal Comm-Edu. 3(1), 42-49.

Mbukusa, N.R. (2018). Perceptions of students’ on the use of WhatsApp in teaching methods of English as second language at the University of Namibia. Journal of Curriculum and Teaching, 7(2), 112-119. Mufanti, A. & Susilo, A. (2016). Establishing a WhatsApp conversation: One of innovations in English language teaching.

The 63rd TEFLIN International

Conference 2016. 790-796.

Rahim, F. 2012. Buku pedoman kelompok sadar wisata. Kementrerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Salmah, N. N. A. (2012). Pengaruh program pelatihan dan pengembangan karyawan terhadap kompetensi karyawan pada PT. Muba Electric Power Sekayu. Jurnal

Ekonomi Dan Informasi Akuntansi

(JENIUS), 2(3), 81-114. Diakses pada 1 Desember 2019 dari http://jurnal.um-palembang.ac.id/muqtashid/article/downl oad/266/238.

Suryawan, A. (2016). Peran kelompok sadar wisata (POKDARWIS) sendang arum dalam pengembangan potensi pariwisata (studi kasus di desa wisata tlahap kecamatan kledung kabupaten temanggung). Journal Elektronik Mahasiswa PLS. 5 (6), 143-152.

Suwena, I. K., & Widyatmaja, I. G. N. (2017).

Pengetahuan dasar ilmu pariwisata.

Denpasar, Bali: Pustaka Larasan. Yudha, V. (2019). Aturan pembentukan

POKDARWIS. Diakses pada 1 Desember 2019 dari

(12)

https://www.desabisa.com/aturan-pembentukan-pokdarwis/

Yuzbasioglu, H.B., Helvaci, S.C., Cevik, E.E., & Kurnaz, M.A. (2020). Examinations of the conversation in whatsapp group created for communication in a

bachelors’ level astronomy course. International Journal of Education in Mathematics, Science and Technology

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pemecahan Masalah  Berdasarkan  kerangka  pemecahan
Tabel 2. Jadwal dan Materi Pelatihan
Tabel 4. Hasil Kuesioner tentang Efektivitas Pelaksanaan Pelatihan/Kursusn Bahasa Inggris

Referensi

Dokumen terkait

Dalam desain kurikulum, kemampuan technopreneurship dimasukkan sebagai salah satu kompetensi lulusan.Kompetensi itu didukung oleh beberapa mata kuliah teknologi terapan

relapse pada kelompok kontrol karena nilai signifikasnsi lebih besar dari 0.05. Hasil Evaluasi Program Pelatihan Efikasi Diri dan Pemahaman Materi. 1) Hasil Analisis Program

Malang, Laporan kegiatan 1 buku pengelola Desa berjalan. Linggarmukti, Jumlah desa wisata 12

Obyek dari performance bond adalah barang serta jasa lingkungan hidup (hutan, udara, air) yang dapat terkena dampak polutif atau ekstraktif dari suatu kegiatan ekonomi..

Memenuhi  Penerimaan  kayu  selain  kayu  bulat  dari  hutan  negara  dilengkapi  dengan  bukti  serah  terima  kayu 

Apakah interaksi konsentrasi starter campuran kultur Lactobacillus plantarum dengan Lactococcus lactis dan konsentasi ekstrak ubi jalar ungu yang dihasilkan secara

Karakterisasi sifat kristal dengan menggunakan X-Ray Diffraction (XRD) dilakukan untuk mengetahui struktur kristal dan ukuran kristalit. Karakterisasi yang dilakukan

Upaya yang dilakukan Fikes UM Jember dalam merespon umpan balik hasil uji kompetensi tahun 2014 dan 2015 guna sebagai acuan menyusun strategi persiapan lulusan