• Tidak ada hasil yang ditemukan

Salam Redaksi. Daftar Isi. Webinar Seri 16 FKM UI: 55 Tahun FKM UI Berkontribusi untuk Negeri BERITA UTAMA. Edisi 15 / Jul-Sept

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Salam Redaksi. Daftar Isi. Webinar Seri 16 FKM UI: 55 Tahun FKM UI Berkontribusi untuk Negeri BERITA UTAMA. Edisi 15 / Jul-Sept"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

BERITA UTAMA

Salam Redaksi

Penanggung jawab : Dr. dr. Sabarinah Prasetyo, M.Sc Pimpinan Redaksi : Sofiyatul Choiriyah, SE Editor :

Wulan Rindra K., S.Sos

Reporter:

Muhammad Fitrah, Uswatun Hasanah, Melati Amanah

Fotografer : Daryono Layout : Narasari H.H Distribusi : Website FKM UI

Daftar Isi

Salam Redaksi 1 Berita Utama 1 Dari Meja Dekan 2 Seputar FKM 3

Galeri 36

Webinar Seri 16 FKM UI: 55 Tahun FKM

UI Berkontribusi untuk Negeri

1 Juli 2020, menandai peringatan Dies Natalis FKM UI ke-55 tahun, diselenggarakan webinar seri 16 FKM UI. Sedikit berbeda dengan tahun sebelumnya, perayaan puncak Dies Natalis FKM UI kali ini diadakan secara daring lewat aplikasi video telekonferensi. Webinar dalam rangka Dies Natalis ini menghadirkan Prof. drh. Wiku Bakti Buwono Adisasmito, M.Sc., Ph.D, Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 RI dan Prof. Rhenald Kasali, Ph.D, Guru Besar FEB UI sebagai pembicara. Selain itu, webinar seri 16 ini mengundang seluruh jajaran pimpinan, dosen, tenaga kependidikan, dan sivitas akademika lainnya. Bertugas sebagai moderator Dr. Dra. Dumilah Ayuningtyas, MARS, Staf Pengajar Departemen AKK FKM UI.

Dalam sambutannya, Pj. Dekan FKM UI, Dr. dr. Sabarinah Prasetyo, M.Sc., menyampaikan bahwa perayaan Dies Natalis FKM UI ke-55 ini meski diselenggarakan dalam situasi pandemi tak menjadi halangan bagi FKM UI untuk terus berkontribusi untuk negeri. Selain itu, Doktor Sabarinah menambahkan bahwa dalam menghadapi pandemi Covid-19 institusi perguruan tinggi harus tetap berlandaskan pada pemikiran ilmiah dalam mengantisipasi Covid-19. “Pentingnya upaya antisipasi dari masyarakat harus berdasarkan pada paradigma kesehatan masyarakat yang terdapat dalam dua kata kunci, yaitu pencegahan dan pengorganisasian upaya masyarakat”, ungkap Doktor Sabarinah dalam sambutannya.

18 |

Seminar Online FKM UI Seri 22: Peluncuran dan Bedah Buku Desa Tangguh Bencana Lawan Covid-19

12 |

Pelaksanaan UKPPI Bagi 17 PNS di FKM UI

(2)

DARI MEJA DEKAN

Upaya antisipasi

dari masyarakat harus

berdasarkan pada

paradigma kesehatan

masyarakat yang

terdapat dalam dua

kata kunci

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Salam Sejahtera

Tahun ini bertepatan dengan tanggal 1 Juli 2020, FKM UI genap berusia 55 tahun. Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang senantiasa memberi kekuatan, petunjuk dan perlindungan kepada sivitas akademika dan keluarga besar FKM UI sehingga FKM UI senantiasa bergerak maju dan berkontribusi kepada negeri.

Dimasa pandemi Covid-19 ini FKM UI semakin dihadapkan pada kesempatan untuk makin meningkatkan aktualisasi dirinya. Segenap daya yang dimiliki dikerahkan untuk memberikan informasi, edukasi maupun rekomendasi guna berkontribusi pada percepatan penanggulangan pandemi Covid-19. FKM UI sadar betul pentingnya upaya antisipasi dari masyarakat harus berdasarkan pada paradigma kesehatan masyarakat yang terdapat dalam dua kata kunci, yaitu pencegahan dan pengorganisasian upaya masyarakat. Agenda seminar online menjadi salah satu media yang sangat efektif mendiseminasikan

buah pikir dan hasil studi para pakar kesehatan masyarakat untuk tujuan di atas. Selain kepakaran kesmas, FKM UI terus berupaya menjalin kerjasama dengan bidang keahlian yang lain, para individu penggerak organisasi, para diaspora FKM UI, organiasi profesi dan instansi pemerintah untuk bertukar informasi dan memberikan rekomendasi yang dapat menjangkau masyarakat luas.

Memasuki semester kedua tahun 2020, FKM UI menerima 810 mahasiswa baru baik dari jenjang sarjana maupun pascasarjana. Kami ucapkan selamat datang kepada para mahasiswa baru, selamat bergabung di kampus ungu, kampus berkarakter. Meski cara penyambutan kami berbeda dengan penyambutan tahun-tahun sebelumnya, namun sesungguhnya ini menjadi sebuah keistimewaan. Keistimewaan yang membawa seluruh sivitas akademika menjadi lebih inovatif dan kreatif menaklukkan tantangan akibat pandemi Covid-19.

Salam,

Sabarinah Prasetyo

Dr. dr. Sabarinah, M.Sc

Pj. Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

(sambungan dari hlm. 1)

Sesi webinar pertama disampaikan oleh Prof. Rhenald Kasali, Ph.D, Guru Besar FEB UI yang membawakan topik mengenai ‘Bagaimana Berubah di Kehidupan New Normal’. Pada pemaparannya, Prof. Rhenald menyimpulkan bahwa pandemi Covid-19 berdampak pada kehidupan masyarakat seperti perubahan yang telah terjadi sebelumnya. Oleh karena itu, kita harus siap dan beradaptasi untuk menghadapi kehidupan selanjutnya atau kehidupan new normal.

Selanjutnya, Prof. drh. Wiku Bakti Buwono Adisasmito, M.Sc. , Ph.D, Guru Besar Departemen AKK FKM UI yang saat ini menjabat sebagai Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 mengisi pemaparan materi di sesi kedua. Prof. Wiku dalam pemaparannya mengungkapkan bahwa penting untuk melakukan adaptasi

(3)

SEPUTAR FKM

Webinar Seri 15 FKM UI: Program

Pencegahan dan Penanggulangan

Stunting

di Era Pandemi Covid-19 dan Dampak

Pandemi Covid-19 pada Program Kesehatan

Masyarakat di Indonesia

kebiasaan baru dan ketahanan kesehatan masyarakat. Adaptasi kebiasaan baru dilakukan imbas dari pandemi Covid-19 yang menyebar ke seluruh dunia, khususnya Indonesia. Untuk saat ini, pandemi Covid-19 telah menimbulkan kondisi kedaruratan kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, semua elemen masyarakat dimulai dari

pemerintah hingga masyarakat harus bahu membahu dalam menangani persoalan

pandemi Covid-19.   

Tidak hanya mengadakan webinar seri ke-16 sebagai puncak acara, Dies Natalis FKM UI ke-55 tahun ditandai juga dengan dicanangkannya FKM UI pada 15 Juni

2020 sebagai fakultas percontohan Zona Integritas Wilayah Bebas Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani untuk institusi perguruan tinggi mewakili Universitas Indonesia. Semoga di usia yang sudah menyentuh angka 55 tahun, FKM UI makin besar berkarya dan berkontribusi untuk UI dan Indonesia. (MFH)

FKM UI menyelenggarakan webinar seri 15 pada Senin, 29 Juni 2020. Webinar diselenggarakan dalam rangka merespon perkembangan pandemi Covid-19 di Indonesia. Webinar seri 15 mengundang dua narasumber, yaitu Dr. dr. Brian Sri Prahastuti, MPH, Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden RI dan dr. Pandu Riono, MPH, Ph.D, staf pengajar Departemen Biostatistik dan Kependudukan, FKM UI serta dimoderatori oleh Vetty Yulianty Permanasari, S.Si., MPH.

Webinar seri 15 ini merupakan rangkaian dari perayaan Dies Natalis ke-55 FKM UI yang jatuh pada tanggal 1 Juli 2020. Wakil Dekan Bidang Pendidikan, Penelitian dan Kemahasiswaan, Dr. Ir. Asih Setiarini, M.Sc dalam sambutan pembukaannya menyampaikan pentingnya program kesehatan masyarakat untuk tetap dilakukan di tengah pandemi Covid-19. Program-program tersebut meliputi program gizi, kesehatan ibu dan

anak, dan program kesehatan masyarakat lainnya.

Program Pencegahan dan Penanggulangan

Stunting di Era Pandemi COVID-19

Dr. Brian mengawali paparannya dengan menyampaikan bahwa stunting menjadi masalah gizi utama yang harus dicegah dan ditanggulangi. Meski di tengah pandemi Covid-19, permasalahan stunting tetap

(4)

menjadi isu strategis kesehatan yang tetap dilakukan. Masalah stunting diatasi sesuai janji presiden, yaitu melalui percepatan perbaikan gizi.

Salah satu aspek untuk pelaksanaan percepatan perbaikan gizi adalah dengan mengutamakan kesehatan ibu dan anak, meliputi aspek peningkatan akses bagi perempuan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Cara pertama adalah dengan memberikan akses ke fasilitas layanan kesehatan, kontrasepsi, dan keluarga berencana. Lalu, dengan memerhatikan kualitas dari pelayanan kesehatan tersebut dan pemberian edukasi serta informasi kesehatan reproduksi termasuk aspek lain yang menjadi bagian dari percepatan perbaikan gizi. Melalui cara tersebut, angka kematian ibu yang saat ini berada pada 305 dapat diturunkan menjadi 183 per 100 ribu kelahiran hidup pada tahun 2024. Sementara itu, dari segi pencegahan dan penanggulangan stunting, terdapat tiga poin penting, yaitu pola pangan, pola asuh, dan sanitasi.

“Implementasi intervensi pencegahan dan penanggulangan stunting dalam

situasi pandemi Covid-19 dapat dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan yang berprinsip pada perlindungan kesehatan individu, perlindungan kesehatan masyarakat, dan ruang lingkup yang meliputi pengelola, penyedia layanan, dan pengguna”, ujar Doktor Brian. Lebih lanjut, protokol kesehatan yang dikhususkan untuk intervensi pencegahan dan penanggulangan

stunting dalam situasi pandemi dilakukan dalam berbagai tahapan, yaitu kesiapan pelayanan kesehatan, pelaksanaan layanan kesehatan, tele-health, partisipasi masyarakat dan pengaduan terhadap masalah stunting

yang ditemui.

Dampak Pandemi Covid-19 pada Program Kesehatan Masyarakat di Indonesia

Pandemi Covid-19 memberikan dampak terhadap kesehatan di Indonesia, terutama pada aspek kesehatan masyarakat. Pandemi Covid-19 tentu memberikan tantangan baru bagi para ahli maupun praktisi kesehatan masyarakat.

Secara umum, pelayanan kesehatan, yaitu promosi, pencegahan, deteksi dini, perawatan, dan rehabilitasi mengalami tantangan yang

harus dihadapi. Secara khusus, tantangan atau disrupsi kesehatan masyarakat di Indonesia akibat Covid-19 terjadi karena pengurangan aktivitas diagnosis dan visitasi klinis, penundaan pemeriksaan penyakit, dan penanganan terhadap penyakit tertentu. S e b a g a i co n t o h , D o k t o r Pa n d u mengumpamakan pelayanan kesehatan penyakit tuberculosis atau TB. Ketika pandemi Covid-19 mewabah, penanganan terhadap penyakit TB mengalami perubahan yang ditunjukkan dengan pengurangan insiden kasus TB yang terdeteksi dan pengurangan kasus TB yang berhasil disembuhkan. Lebih lanjut, Doktor Pandu juga menjelaskan beberapa hikmah yang bisa diambil akibat dari mewabahnya pandemi Covid-19, antara lain, tingkat awareness masyarakat yang semakin membaik dengan berbagai protokol kesehatan ‘3M’ atau memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan. Tak hanya itu, Doktor Pandu juga menyampaikan bahwa pandemi Covid-19 dapat dijadikan pelajaran berharga untuk penentuan kebijakan dalam menghadapi krisis serupa pandemi selanjutnya dan agar siapapun menjadi lebih siap dimasa mendatang. (MFH)

Webinar Seri 17 FKM UI: Memahami Kurva Epidemi

dan Angka Reproduksi Efektif Covid-19

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) kembali mengadakan

webinar dalam rangka merespon perkembangan pandemi Covid-19 yang terjadi di Indonesia. Pada webinar seri ke-17 yang diselenggarakan pada Jumat, 3 Juli 2020 kali ini, FKM UI menghadirkan narasumber ahli yaitu dr. Iwan Ariawan, MSPH, Staf Pengajar Departemen Biostatistik dan Kependudukan FKM UI. Webinar dibuka oleh Wakil Dekan Bidang Pendidikan, Penelitian dan Kemahasiswaan, Dr. Ir. Asih Setiarini, M. Sc.

Dalam sambutannya, Doktor Asih menyampaikan bahwa dengan semakin berkembangnya pandemi Covid-19 perlu dilakukan banyak penelitian dari para ahli. Seperti halnya rangkaian data epidemiologi yang menggambarkan bagaimana situasi pandemi Covid-19 yang dapat dijadikan acuan untuk pengambilan keputusan dari pemerintah sebagai penentu kebijakan.

Dokter Iwan pada webinar kali ini menyampaikan materi dengan topik ‘Memahami Kurva Epidemi dan Angka Reproduksi Efektif Covid-19’. Kurva epidemi secara pengertian adalah kurva yang

menggambarkan jumlah kasus baru penyakit berdasarkan onset. Selain itu, kurva epidemi menggambarkan kecepatan penularan penyakit dan jumlah kasus baru yang terjadi setiap harinya. Pada situasi pandemi

(5)

Covid-19, kurva epidemi menjadi kompleks karena jeda antara onset dan hasil PCR yang panjang dan sangat bervariasi dan jumlah tes yang sangat bervariasi jumlahnya. Onset

yang dimaksud pada situasi pandemi saat ini adalah tes PCR atau swab yang dilakukan.

Dokter Iwan menambahkan bahwa jeda antara tes dan hasil yang panjang dan bervariasi dapat mengakibatkan kurva epidemi menjadi kompleks dan tak

selalu akurat dalam menunjukkan kondisi sebenarnya. Oleh karena itu, proses koreksi dapat dilakukan pada jumlah kasus menurut

onset dan sensor kanan. Cara terbaik dan praktis untuk melakukannya adalah dengan tidak menggunakan data onset satu minggu terakhir karena banyak orang terduga Covid-19 yang masih menunggu hasil tes. Selain itu, jumlah tes yang bervariasi dapat mempengaruhi kondisi dari kurva epidemi. Variasi yang dimaksudkan adalah

variasi antar lokasi dan antar waktu yang dapat menyulitkan untuk pembuatan kurva epidemi yang baik.

“Pembuatan kurva epidemi untuk menunjukkan kondisi dari pandemi Covid-19 bisa dilakukan dengan bantuan aplikasi, namun bagaimana cara yang tepat dalam pengambilan data tentu menjadi penting untuk penyajian kurva yang berisi informasi yang tepat dan jelas”, ujar Doktor Iwan. (MFH)

Seminar

Online

FKM UI Seri 18: Perkembangan Wabah

Covid-19 di Indonesia dan DKI Jakarta serta Peningkatan

Kasus Positif Covid-19 di Jawa Timur

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) kembali menyelenggarakan seminar online seri 18 dalam merespon perkembangan pandemi Covid-19. FKM UI kali ini bekerja sama dengan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (FKM UNAIR). Seminar online seri ke-18 ini dilaksanakan pada Senin, 6 Juli 2020 melalui aplikasi video telekonferensi. FKM UI dan FKM UNAIR menghadirkan narasumber ahli yaitu dr. Iwan Ariawan, MSPH, Staf Pengajar Departemen Biostatistik dan Kependudukan FKM UI dan Dr. dr. Windhu Purnomo, MS, dari FKM UNAIR. Webinar kali ini dimoderatori oleh R. Sutiawan, S. Kom., M.Si, Staf Pengajar Departemen Biostatistik dan Kependudukan FKM UI.

Diselenggarakan masih dalam rangka perayaan Dies Natalis ke-55 FKM UI, seminar

online kali ini dibuka dengan sambutan dari

Dr. dr. Sabarinah Prasetyo, M. Sc, Pj. Dekan FKM UI. Pada sambutannya, Doktor Sabarinah menyampaikan bahwa dalam perayaan Dies Natalis kali ini, FKM UI akan terus berkontribusi maksimal dalam menghadapi pandemi Covid-19. Begitu pun dengan Prof. Dr. dr. Tri Martiana, MS, Dekan FKM UNAIR yang sependapat dengan menyambut baik untuk berkolaborasi dalam pelaksanaan seminar online kali ini.

Sesi pemaparan materi pertama disampaikan oleh dr. Iwan Ariawan, MSPH. Doktor Iwan menyampaikan materi mengenai pengembangan wabah Covid-19 di Indonesia dan DKI Jakarta lewat kajian epidemiologi yang dikembangkannya dengan para ahli. Dalam penelitiannya, Doktor Iwan mengungkapkan bahwa gelombang pertama pandemi Covid-19 di Indonesia

belum berakhir. Hal ini bisa dilihat dari kurva epidemi yang ada. Masalah kurva epidemi di Indonesia meliputi beberapa aspek. Secara pengertian, kurva epidemi adalah kurva yang menggambarkan jumlah kasus baru penyakit berdasarkan onset. Jeda antara tes dan hasil yang panjang dan bervariasi dapat mengakibatkan data dari kurva epidemi menjadi kompleks dan tak selalu akurat dalam menunjukkan kondisi sebenarnya. Dalam menggambarkan ukuran terkendalinya epidemi, Doktor Iwan menggunakan angka reproduksi efektif atau

Rt. Secara definisi reproduksi efektif atau

Rt dapat diartikan sebagai jumlah rata-rata orang yang ditularkan oleh satu kasus dalam masa infeksiusnya.

Lebih lanjut, Doktor Iwan menggambarkan bahwa semenjak Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi diberlakukan, proporsi penduduk yang tinggal di rumah semakin kecil, hal ini bisa dilihat dari data DKI Jakarta. Tentunya, hal tersebut menyebabkan risiko penduduk semakin tinggi tertular Covid-19. Kondisi ini memperlihatkan bahwa kondisi masih belum bisa dikatakan bebas dari pandemi Covid-19.

“Terkait kondisi yang ada, apabila pandemi Covid-19 ini ingin segera membaik atau ingin kemana kita, tergantung dari DKI Jakarta ataupun seluruh masyarakat Indonesia, tergantung kita yang menentukannya”, ujar Doktor Iwan.

Hal serupa terjadi di Jawa Timur. Doktor Windhu dari FKM UNAIR menyampaikan

(6)

bahwa Jawa Timur memiliki potensi peningkatan jumlah kasus positif Covid-19 dengan Ibukota Provinsinya, Surabaya yang memiliki risiko tertinggi untuk terinfeksi bahkan untuk kota di Indonesia. Kesimpulannya, wabah Covid-19 di Jawa Timur masih belum terkendali sehingga

belum aman untuk memasuki tatanan kehidupan normal baru.

Namun ke depannya, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk implementasi penanganan pandemi Covid-19, diantaranya pelonggaran fase tatanan normal baru

dengan pendekatan epidemiologi, pengawasan pemerintah daerah yang lebih tegas, testing yang lebih masif, peningkatan kapasitas fasilitas pelayanan kesehatan, dan komunikasi publik pemerintah daerah dengan warga yang harus dilakukan secara efektif dan tepat sasaran. (MFH)

Seminar

Online

Seri 19: Indikator Pembangunan Manusia

Pada Masa Pandemi Covid-19 dan Kesehatan Reproduksi di

Masa Pandemi Covid-19

Rabu, 15 Juli 2020, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) melangsungkan seminar online seri ke 19 dalam rangka merespon perkembangan pandemi Covid-19. Narasumber yang dihadirkan adalah Prof. dr. Purnawan Junadi, MPH, Ph.D, Dosen FKM UI dan Riznawaty Imma Aryanty, Ph.D, RH Program Specialist UNFPA. Seminar kali ini dimoderatori oleh Doni Hikmat Ramdhan, SKM, MKKK, Ph.D, Manager Riset dan Pengabdian Masyarakat FKM UI.

Pada sambutan Dr. dr. Sabarinah Prasetyo, M.Sc, Pj. Dekan FKM UI, menyampaikan bahwa pada masa pandemi Covid-19 ini sangat penting mengutamakan kesehatan masyarakat sehingga perlu mengedepankan pendekatan kesehatan masyarakat yaitu

dengan pencegahan dan pengorganisasian masyarakat.

Indikator Pembangunan Manusia Pada Masa Pandemi Covid-19

Prof. Purnawan dalam paparannya menyebutkan bahwa pada tahun 2019 Indikator Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia mengalami peningkatan dan setelah ditelusuri terjadi peningkatan IPM selama 10 tahun terakhir. IPM di Indonesia sejauh ini cukup bagus, namun pernah mengalami gangguan pada masa krisis ekonomi tahun 2008 dan masih belum pulih sepenuhnya hingga tahun 2019. Pada tahun 2020, pandemi Covid-19 muncul dan mengakibatkan IPM kemungkinan akan mengalami penurunan, sehingga Indonesia

akan mengalami double burden pada masa mendatang.

Menurut Prof. Purnawan pada masa pandemi ini telah dilakukan intervensi pada beberapa komponen untuk menanggulangi penyebaran Covid-19, salah satunya adalah pada tingkat sekolah, yang secara langsung mempengaruhi IPM dan angka putus sekolah diperkirakan akan meningkat. Pelayanan kesehatan menjadi lebih banyak yang tutup dan kunjungan pasien ke fasilitas pelayanan kesehatan juga menurun. Perlu diwaspadai terjadinya fenomena gelombang kedua yaitu pasien

urgent non-covid akan meningkat dan gelombang 3 yang mungkin akan dirasakan di akhir tahun berupa peningkatan penyakit kronis serta penyakit mental yang sangat

(7)

mengkhawatirkan karena banyaknya gangguan mental dan trauma yang dialami masyarakat akibat dampak pandemi yang dialami.

Lebih lanjut, Prof Purnawan menyebutkan saat ini Indonesia bergerak kearah tele medicine yang dapat memudahkan masyarakat mengakses layanan kesehatan tanpa khawatir dengan paparan Covid-19.

Untuk tujuan ini maka yang menjadi

determinan factor saat ini adalah internet.

Kesehatan Reproduksi di Masa Pandemi Covid-19

Dampak pandemi terhadap kesehatan reproduksi di Indonesia antara lain

ditemukannya banyak praktik mandiri bidan yang tutup, cakupan pelayanan kesehatan ibu menurun, dan penurunan pelayanan KB baru, sehingga diperkirakan akan terjadi pertambahan kelahiran tidak diinginkan di masa mendatang. Pelayanan KB pada masa pandemi bukan prioritas pelayanan kesehatan, sehingga perempuan mengalami kesulitan akses ke layanan kontrasepsi dan meningkatkan pemakaian kontrasepsi tradisional. Pola perilaku untuk pelayanan selama kehamilan dan persalinan juga berubah karena sistem kesehatan yang terfokus pada layanan Covid-19. Tenaga kesehatan kemungkinan bergeser untuk menangani Covid-19 dan juga nakes yang memiliki keterbatasan

APD untuk melakukan praktik pada masa pandemi.

Rekomendasi yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan komunikasi untuk mencegah miskonsepsi, memastikan pelayanan reproduksi tetap berjalan dan memastikan APD pada nakes tersedia, serta memastikan ketersediaan alkon dan komoditas esensial kesehatan reproduksi. Rekomendasi yang lain adalah pengembangan inovasi

telemedicine/telehealth yang pada masa pandemi dapat menjadi pilihan yang aman dalam mengakses pelayanan kesehatan, dan penyebaran pesan secara luas pada masyarakat untuk menunda kehamilan dan tetap menggunakan KB pada masa pandemi Covid-19 (USW).

Doktor FKM UI Teliti: Analisis Pemanfaatan

Clinical Pathways

Sectio Caesaria

di Rumah Sakit Dalam Program

Jaminan Kesehatan Nasional

Program Doktor Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia (UI), Rabu (15/07/2020), menggelar ujian terbuka disertasi atas nama Trisna Budy Widjayanti yang dilaksanakan secara virtual oleh Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Depok, Jawa Barat. Bertindak sebagai Promotor, Prof. dr. Amal Chalik Sjaaf, SKM, Dr.PH dengan ko-promotor Prof. dr. Anhari Achadi, SKM, Sc.D dan Prof. Budi Hidayat, SKM, MPPM, Ph.D. Sidang ujian dipimpin oleh Dr. dr. Sabarinah Prasetyo, M.Sc, sedangkan tim penguji terdiri dari Prof. dr. Meiwita Budiharsana, MPA, Ph.D, Dr. drg. Mardiati Nadjib, M.S., Prof. dr. Purnawan Junadi, MPH, Ph.D, Dr. dr. Trihono, M.Sc, Dr. dr. Harimat Hendrawan, M.Kes. Dalam kesempatan tersebut, promovendus mempertahankan disertasi berjudul “Analisis Pemanfaatan

Clinical Pathways Sectio Caesaria di Rumah

Sakit Dalam Program  Jaminan Kesehatan

Nasional.”

Dampak program JKN salah satunya adalah terbukanya akses pelayanan kesehatan yang menyebabkan peningkatan utilisasi pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan. Kasus persalinan terbanyak adalah persalinan

Sectio Caesaria (SC) yang dalam tiga tahun berturut-turut mengalami peningkatan proporsi yaitu di tahun 2014 sebesar 51.5%, tahun 2015 yaitu 55.4% dan tahun

2016 sebesar 57.1% (BPJSK,2017). Angka ini berdampak pada klaim pembiayaan persalinan yang juga terus meningkat. Program JKN di Indonesia diharapkan dapat meningkatkan pemanfaatan Clinical Pathway

yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dengan cara meningkatkan

outcome pasien, mempromosikan keamanan pasien, meningkatkan kepuasaan pasien dan mengoptimalkan penggunaan sumber daya (Vanhaect & Witte, 2007).

Penelitian ini bertujuan melihat hubungan pemanfaatan Clinical Pathway (CP) dengan

outcome klinis dan administrasi pembayaran klaim pada pelayanan Ibu melahirkan Sectio Caesaria (SC) serta faktor sosial ekonomi dan klinis Ibu melahirkan SC yang berhubungan dengan pemanfaatan CP dalam program

Jaminan Kesehatan Nasional.  Studi ini

menggunakan desain Cross Sectional pada 1155 data rekam medis ibu melahirkan SC periode 1 Januari – 31 Desember 2018 di tiga rumah sakit dengan jenis kepemilikan berbeda. Analisa Chi Square dan Regresi Logistik dilakukan untuk melihat hubungan variabel independen yang terdiri dari variabel sosial ekonomi dan klinis dengan variabel

(8)

dependen antara lain pemanfaatan CP dan

outcome klinis serta klaim pembayaran dalam kerangka konsep input, proses dan outcome. Penelitian ini menunjukkan Pemanfaatan

Clinical Pathway Ibu melahirkan SC peserta Jaminan Kesehatan Nasional di RS. Studi penelitian menunjukkan proporsi sebesar 43.1% dengan skor dibawah nilai mean

10. Faktor sosial ekonomi dan klinis ibu melahirkan SC peserta JKN menunjukkan hubungan yang signifikan dengan pemanfaatan CP (p<0.05). Pemanfaatan

Clinical Pathway ibu melahirkan SC peserta JKN menunjukan adanya hubungan yang

signifikan dengan outcome klinis (p=0.002) dan pembayaran klaim (p=0.000).

Trisna menyimpulkan bahwa monitoring

dan evaluasi pemanfaatan Clinical Pathway

di RS harus lebih ditingkatkan terkait pendokumentasian, kelengkapan pengisiaan dokumen dan kesesuaian dengan Panduan Praktek Klinis RS yang disusun dengan baik dan detail oleh provider kesehatan, organisasi profesi dan melibatkan pasien dalam penyusunannya di setiap rumah sakit. Pemerintah harus membuat payung hukum yang bersifat operasional bagi penyelenggaraan program Jaminan

Kesehatan Nasional, sehingga kendali mutu dan kendali biaya pelayanan ibu melahirkan

SC menjadi efektif dan efisien. Pedoman

Nasional Pelayanan Kedokteran perlu segera diterbitkan dan disosialisikan ke Rumah Sakit.

Berdasarkan hasil disertasinya tersebut, Trisna Budy Widjayanti berhasil dinyatakan lulus dan memperoleh gelar doktor dalam bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat dengan predikat Cum Laude. Doktor Trisna adalah lulusan Program Studi Doktor Ilmu Kesehatan Masyarakat ke-214 dan merupakan doktor ke-282 di FKM UI.

Doktor FKM UI Teliti: Efektivitas Penyuluhan Individu dan

Supervisi Pengobatan Terhadap Kekambuhan Malaria Vivax

di Kabupaten Jayapura Provinsi Papua

Senin, 20 Juli 2020, dilaksanakan sidang terbuka calon Doktor Ilmu Epidemiologi atas nama Chandrayani Simanjorang secara virtual melalui aplikasi video konferensi, dengan Promotor dr. Mondastri Korib, M.Sc, D.Sc. Promovendus mempertahankan disertasi dengan judul “Efektivitas Penyuluhan Individu dan Supervisi Pengobatan Terhadap Kekambuhan Malaria Vivax di Kabupaten Jayapura Provinsi Papua’’.

Lamanya waktu pengobatan primakuin pada pasien malaria vivax diyakini dapat

menyebabkan tingkat kepatuhan minum obat yang rendah. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu metode intervensi yang dapat meningkatkan kepatuhan minum obat sehingga kekambuhan dapat dicegah. Efektivitas metode ini belum diuji secara optimal di daerah endemis malaria seperti Sentani Papua. Disertasi yang dipertahankan pada hari Senin, 20 Juli 2020, ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penyuluhan individu dan supervisi pengobatan terhadap kekambuhan malaria vivax di Sentani Kabupaten Jayapura.

Intervensi berupa

penyuluhan individu

dan supervisi

pengobatan sama-sama

efektif meningkatkan

kepatuhan pengobatan

14 hari primakuin

sehingga dapat

mencegah kekambuhan

malaria

vivax

.

(9)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa insiden kekambuhan malaria vivax pada kelompok yang diberikan penyuluhan individu lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol (1.9% vs 20% atau 0.21/1.000 orang-hari vs 2.36/1.000 orang-hari). Insiden kekambuhan malaria vivax pada kelompok yang diberikan supervisi pengobatan juga lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol (1.7% vs 20% atau 0.19/1.000 orang-hari vs 2.36/1.000 orang-hari).

Hazard Ratio (HR) intervensi penyuluhan individu terhadap kekambuhan malaria vivax

adalah sebesar 0.079 (CI 95%; 0.009-0.675). Artinya, seseorang yang didiagnosa malaria

vivax kemudian menerima edukasi berupa

penyuluhan individu maka dalam 90 hari kemudian memiliki peluang 0.079 kali untuk kambuh. Hazard Ratio (HR) intervensi supervisi pengobatan terhadap kekambuhan malaria

vivax adalah 0.087 (CI 95%= 0.010-0.734). Artinya, seseorang yang didiagnosa malaria

vivax kemudian menerima supervisi pengobatan malaria maka dalam 90 hari kemudian memiliki peluang 0.087 kali untuk kambuh.

Intervensi berupa penyuluhan individu dan supervisi pengobatan sama-sama efektif meningkatkan kepatuhan pengobatan 14 hari primakuin sehingga dapat mencegah kekambuhan malaria vivax. Berkurangnya kekambuhan malaria vivax sejalan dengan berkurangnya transmisi dan morbiditas

malaria di daerah endemis. Intervensi edukasi merupakan pilihan yang tepat diimplementasikan di daerah urban dimana mayoritas penduduknya berpendidikan tinggi, sementara di daerah rural sebaiknya memilih gabungan dari kedua intervensi dengan memberdayakan kader malaria yang sudah dilatih oleh Kementerian Kesehatan.

Dengan hasil disertasinya tersebut, promovendus Chandrayani Simanjorang berhasil dinyatakan sebagai Doktor dalam Bidang Ilmu Epidemiologi dengan predikat

cumlaude. Chandrayani Simanjorang adalah lulusan S3 Epidemiologi tahun 2020 yang ke

3 lulusan S3 Epidemiologi  yang ke 87, dan

lulusan S3 FKM UI yang ke 283.

Doktor FKM UI

Teliti: Perancangan

Model

Monitoring

Pelayanan

Antenatal Terpadu

Berbasis Teknologi

Informasi

Selasa, 21 Juli 2020, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) melaksanakan sidang terbuka promosi Doktor Ilmu Kesehatan Masyarakat atas nama Sandra Hakiem Afrizal menggunakan aplikasi daring video telekonferensi. Sidang yang dipimpin oleh Pj. Dekan FKM UI, Dr. dr. Sabarinah Prasetyo, M.Sc., tersebut dilaksanakan dengan Promotor Prof. dr. Meiwita P. Budiharsana, MPA, Ph.D, Guru Besar FKM UI.

Promovendus Sandra mengemukakan disertasi dengan judul “Kajian Implementasi

Pelayanan Antenatal Terpadu dan Perancangan Model Monitoring Berbasis Teknologi Informasi di Puskesmas Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten”. Kajian penelitian alumni Magister Mikrobiologi UI ini dilatarbelakangi masih tingginya angka kematian ibu (AKI) di Indonesia. Promovendus yang berprofesi sebagai dokter di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Tangerang Selatan ini memaparkan bahwa salah satu penyebab AKI adalah hilangnya kesempatan memperoleh pelayanan kesehatan di Trimester III. “Sementara World Health Organization mengeluarkan rekomendasi terbaru terhadap pelayanan ANC (Antenatal Care, red) yaitu pemantauan tidak hanya semata-mata dilakukan terhadap frekuensi kedatangan namun juga standar ANC yang diterimanya”, papar promovendus.

Sandra menyatakan bahwa ada masalah pada pelayanan pencatatan manual antenatal di

Puskesmas sehingga diperlukan penggunaan teknologi informasi. Berdasarkan analisis

system usability scale bahwa bidan, kader, dan ibu hamil di Kota Tangerang Selatan juga telah siap mengimplementasikan Sistem

Monitoring Dan Registrasi Ibu Hamil (SIMORI). “Namun, tentu saja masih banyak kendala yang dihadapi terkait ketersediaan sumber daya manusia dan juga infrastruktur di Puskesmas lainnya di Indonesia”, ungkapnya. Promovendus yang pernah bekerja sebagai dokter kerajaan (ASN) di Malaysia ini berhasil dinyatakan sebagai Doktor dalam bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat dengan mempertahankan disertasinya dengan predikat cum laude. Sandra telah mempublikasikan hasil penelitiannya ini ke 5 jurnal dan prosiding terindeks Scopus dan 1 buku Sistem Informasi Kesehatan. Sandra tercatat sebagai lulusan S3 Ilmu Kesehatan Masyarakat UI ke 215 dan S3 FKM UI ke 284.

Salah satu

penyebab AKI

adalah hilangnya

kesempatan

memperoleh

pelayanan kesehatan

di Trimester III

(10)

Seminar

Online

Seri 20: Mitigasi Manajemen Risiko

dalam Pelaksanaan Pilkada dan Aspek Kesmas

dalam Keamanan Pilkada

Pandemi Covid-19 yang tengah dialami oleh seluruh bangsa Indonesia tidak menyurutkan agenda pilkada serentak yang sudah direncanakan pemerintah untuk berlangsung pada Desember 2020. Merespon fenomena ini dan dalam rangka tanggap Covid-19 FKM UI untuk ke-20 kalinya pada Rabu, 22 Juli 2020, menyelenggarakan seminar online dengan mengusung tema Mitigasi Manajemen Risiko dalam Pelaksanaan Pilkada dan Aspek Kesmas dalam Keamanan Pilkada.

Narasumber yang dihadirkan adalah I Dewa Kade Wiarsa Raka Sandi, ST, SH, M.Si, Komisioner KPU RI dan Dr. Ede Surya Darmawan, MKM, MDM, Ketua Program Studi Magister Administrasi Rumah Sakit/ Staf Pengajar AKK FKM UI yang juga Ketua Umum IAKMI. Hadir sebagai pembahas dalam seminar kali ini adalah dr. Adang Bachtiar, MPH, D.Sc, Staf Pengajar Departemen AKK FKM UI sekaligus Ketua Dewan Pakar IAKMI serta Dr. dr. Tri Yunis Miko W., M.Sc, Ketua Departemen Epidemiologi FKM UI. Moderator pada seminar online seri 20 ini adalah Dr. Dra. Dumilah Ayuningtyas, MARS, Staf Pengajar AKK FKM UI.

Pada sambutan Dr. dr. Asih Setiarini M.Sc., Wakil Dekan Bidang Pendidikan, Penelitian dan Kemahasiawaan FKM UI menyampaikan bahwa sangat penting membahas topik pelaksanaan pilkada serentak yang rencananya akan tetap dilakukan pada tahun ini dengan melihat aspek-aspek kesehatan masyarakat dalam menjamin keamanan dalam pelaksanaan pesta demokrasi di Indonesia tersebut.

Mitigasi Manajemen Risiko dalam Pelaksanaan Pilkada 2020

I Dewa Kade Wiarsamengawali penjelasannya dengan mengemukakan bahwa pelaksanaan pilkada di tengah pandemi memiliki dua nilai penting yaitu memastikan proses demokrasi terus berjalan dan memastikan keamaan dalam penyelenggaraannya. Pilkada 2020 awalnya dirancang pada kondisi normal, namun dengan pendemi yang sedang berlangsung maka pelaksanaan perlu dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan.

I Dewa Kade Wiarsa juga menjelaskan bahwa pelaksanaan pilkada serentak di tengah pandemi dilakukan dengan memenuhi prasyarat yang disesuaikan dengan kondisi saat ini untuk memastikan keamanan dan keselamatan dalam penyelenggaraannya. Alat Pelindung Diri (APD) disediakan pada tingkatan yang telah ditentukan dan juga penerapan tahapan pilkada dengan protokol kesehatan Covid-19 untuk melakukan pencegahan penularan. Dalam memastikan penyelenggaraan pilkada yang sehat dan aman telah dirancang strategi dengan melakukan rapid test, pemberian vitamin daya tahan tubuh, memeriksa suhu tubuh, dan pemberian perlengkapan APD serta penyelengggara wajib menerapkan protokol kesehatan dalam setiap tahapan pilkada.

Aspek Kesmas dalam Keamanan Pilkada

Masuk pada penjelasan narasumber kedua, Doktor Ede mengawali penjelasannya bahwa dalam aspek kesmas tujuan akhir dalam upaya kesehatan adalah memastikan setiap warga negara memperoleh hak-haknya dalam kesehatan dan berumur panjang. Dalam hal ini warga negara berhak untuk melakukan pemilihan kepala daerah dan juga tetap sehat. Pada masa pandemi Covid-19 yang perlu diperhatikan menurut Dr. Ede adalah diharapkan tidak ada penularan penyakit, dapat mendeteksi individu yang sakit dan tidak mengakibatkan kematian yang tak diinginkan apabila telah sakit. Kemampuan untuk mencegah, medeteksi dan merespon

seharusnya sudah ada pada masyarakat sebelum masyarakat sakit dan mencari pertolongan pada tenaga kesehatan. Penyelenggaraan pilkada yang berada pada level komunitas wajib untuk menerapkan protokol kesehatan karena TPU dan KPS merupakan tempat umum. “Penyelenggaraan pemilu sehat, pilihan politik dan pilihan kepala daerah adalah hak demokrasi yang harus aman dijaga negera. Tapi memilih hidup sehat dan lebih sehat adalah kewajiban warga negara dan diupayakan oleh negara untuk mewujudkannya”, ujar Dr. Ede. Pelaksanaan pilkada di tengah pandemi akan dihadapkan dengan risiko kerumunan dan kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan. Dan berdasarkan pengalaman Pemilu tahun lalu, maka diperlukan sistem rekrutmen panitia yang lebih baik dan memilih individu yang memiliki risiko rendah terkena serangan jantung dan bahaya penularan Covid-19. Pelaksanaan pilkada juga perlu memperhatikan zona wilayah dan menerapkan protokol kesehatan yang dapat diperketat sesuai dengan zona wilayah pelaksanaan pilkada.

Oleh karena itu, Dr. Ede menyampaikan, diperlukan strategi-strategi yang harus dilakukan pada saat pilkada serentak nantinya, antara lain strategi advokasi, strategi KIE internal dan eksternal, dan strategi mobilisasi kolaboratif sesuai narasi sistem-sistem kesehatan mikro-makro untuk memastikan pilkada aman dan demokratis. (USW)

(11)

Seminar

Online

FKM UI Seri 21: Peluncuran dan Bedah Buku

Pencegahan

Stunting

dan Pentingnya Peran

1000 Hari Pertama Kehidupan

Stunting pada anak dalam periode seribu hari pertama kehidupan (1000 HPK), yaitu sejak didalam kandungan sampai usia 2 tahun pertama kehidupan, merupakan masalah yang menjadi perhatian dunia. Hal ini bukan hanya karena jumlahnya yang besar tetapi juga karena pentingnya masalah ini untuk dijadikan perhatian semua pihak. Stunting, terutama pada 1000 HPK, tidak hanya merupakan indikator rendahnya panjang/ tinggi badan seorang anak tetapi lebih sebagai penanda (marker) dari masalah yang jauh lebih besar, yaitu kualitas sumber daya manusia suatu negara. Kualitas sumber daya manusia saat ini belum menggembirakan akibat rendahnya kecerdasan dan besarnya risiko terjadinya penyakit tidak menular (PTM) seperti Penyakit Jantung, Hipertensi, Diabetes Mellitus Tipe 2, dan Stroke, sebagai akibat stunting pada usia dini. Dampak tersebut tidak hanya lintas generasi tetapi mempengaruhi tiga generasi, yaitu ke anak dan juga cucunya kelak.

Berangkat dari latar belakang tersebut lahirlah buku “Pencegahan Stunting: Pentingnya Peran 1000 Hari Pertama Kehidupan”. Buku ditulis oleh Prof. dr. Endang L. Achadi, MPH, DrPH; Prof. dr. Anhari Achadi, SKM, Sc.D; Dr. dr. Tiara Aninditha, SpS(K); Prof. Dr. dr. Abdul Razak Thaha, M.Sc, SpGK; Prof. Dr. dr. H. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, FACP, FACG; Dr. Ir. Asih Setiarini, M.Sc; Dr. Ir. Diah M. Utari, M.Kes; dr. Dicky L. Tahapary, SpPD, Ph.D; Prof. dr. Fasli Jalal, Ph.D, SpGK; Prof. Dr. dr. Hardiono D. Pusponegoro, SpA(K); Prof. Dr. dr. Kusharisupeni, M.Sc; Latifah Farsia, S.Gz; dr. Rina Agustina, M.Sc, Ph.D; Prof. Dr. dr. Rini Sekartini, SpAK; Drh. Safarina G. Malik, MS, Ph.D; Wahyu Kurnia Yusrin Putra, SKM, MKM.

Dalam rangka memperkenalkan buku yang sudah dinanti-nanti banyak pihak ini, Senin, 27 Juli 2020, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) dalam rangkaian seminar online seri 21 menyelenggarakan peluncuran dan bedah buku tersebut.

Hadir sebagai keynote speaker bedah buku, Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI, Prof. Dr. Muhadjir Effendy, S.Pd, MAP, dan Dr. Bambang Widianto, MA, Staf Khusus Wapres dan Sekretaris Eksekutif Ad Interim TNP2K. Bedah buku dihadiri oleh para penulis yang juga tampil sebagai pembicara dan Dr. Rr. Dhian Probhoyekti, SKM, MA, dari Direktur Gizi Kesmas Kemenkes RI sebagai pembahas serta dimoderatori oleh Prof. dr. Purnawan Junadi, MPH, Ph.D.

Dr. dr. Sabarinah Prasetyo, M.Sc, Pj. Dekan FKM UI, dalam sambutannya menyampaikan sangat penting untuk waspada terhadap stunting yang apabila tidak kita tangani dan cegah akan menjadi suatu bencana karena prevalensinya yang sangat tinggi di Indonesia. Dokter Agustin Kusumayati, M.Sc, Ph.D, selaku Sekretaris

Universitas, Universitas Indonesia,   juga

menyampaikan bahwa ditengah-tengah wabah yang belum terkendali seperti sekarang ini kita tidak boleh lengah karena sangat banyak perubahan dalam sistem pelayanan kesehatan, termasuk posyandu. Bayi dan balita sekarang sudah tidak lagi mendatangi posyandu untuk imunisasai dan ini sangat mengkhawatirkan karena fenomena yang dihadapi saat ini akan menjadi masalah kesehatan di masa mendatang yang diakibatkan oleh menurunnya akses ke pelayanan kesehatan. Tidak terkecuali stunting

yang mana memang tidak bisa diatasi oleh satu sektor saja melainkan sangat membutuhkan peran banyak sektor untuk bersama-sama menanggulanginya. Program percepatan dan pencegahan merupakan agenda prioritas program yang perlu mendapat dukungan politik dari pimpinan tertinggi karena taruhannya adalah masa depan bangsa. Pemerintah menetapkan ada 5 pilar dalam melakukan percepatan dan pencegahan stunting, yaitu pilar pertama komitmen politik pimpinan tertinggi, pilar kedua kampanye dan edukasi nasional, pilar ketiga konvergensi, koordinasi, dan konsolidasi program nasional daerah dan masyarakat, pilar keempat kebijakan ketahanan pangan dan gizi, dan pilar kelima pemantauan dan evaluasi serta dibutuhkan juga

monitoring pada level rumah tangga untuk memastikan apakah program dapat menjangkau sasaran.

Pelaksanaan program percepatan dan pencegahan stunting pada masa pandemi ini banyak mengalami tantangan dimana pandemi memberikan dampak yang multi dimensi yaitu kesehatan, ekonomi dan sosial termasuk pada sistem pelayanan kesehatan pada semua level. Pelayanan menurun karena terserapnya sumber daya

Dalam buku ini

dijabarkan strategi yang

dapat digunakan untuk

terus melakukan program

percepatan penurunan

dan pencegahan

stunting

.

Strategi yang dapat

digunakan adalah

Strategi Tiga-Satu

(12)

untuk menangani Covid-19. Dalam buku ini dijelaskan bagaimana pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan khususnya program percepatan dan pencegahan

stunting pada era kebiasaan baru dengan menerapkan protokol kesehatan. Selain tantangan dalam pelaksanaan program, tantangan untuk mengukur prevalensi dengan survei menjadi terhambat akibat pandemi Covid-19, namun akan tetap dilakukan dengan upaya-upaya agar tidak melanggar protokol kesehatan supaya Indonesia tetap dapat menyampaikan prevalensi stunting untuk tahun 2020. Dalam buku ini juga dijabarkan strategi yang dapat digunakan untuk terus melakukan program percepatan penurunan dan pencegahan stunting. Strategi yang dapat digunakan adalah Strategi Tiga-Satu,

yaitu satu kerangka kerja, satu otoritas koordinasi nasional dan satu sistem

monitoring dan evaluasi nasional. Saat ini masih diperlukan penguatan Strategi

Tiga-Satu dan juga lima pilar dalam strategi nasional penurunan stunting yang harus terus dilakukan di era kebiasaan baru dengan usaha yang maksimal. (USW)

Pelaksanaan UKPPI

Bagi 17 PNS di FKM UI

Selama pelaksanaan ujian, panitia senantiasa mengedepankan protokol kesehatan seperti membatasi jumlah peserta dalam 1 ruangan, penataan tempat duduk yang diberi jarak aman minimal 1 meter, memastikan peserta memakai masker dengan benar, melakukan pengecekan suhu badan peserta dan mencuci tangan sebelum memasuki ruangan. Pada jadwal yang telah disusun oleh Kemendikbud ujian diagendakan mulai pada pukul 07.30 WIB, namun karena ada kendala sistem pada halaman http://ujiandinas.sdm. kemendikbud.go.id yang menyebabkan peserta gagal akses maka ujian mundur sekitar 20 menit. Ujian dimulai serentak setelah sistem sudah kembali normal dan semua peserta dapat mengakses halaman ujian. Walaupun tidak serentak, seluruh peserta selesai melaksanakan ujian pada pukul 10.30 WIB.

Selain ujian substantif, peserta yang menyesuaikan ijazah ke jenjang S1 harus menyusun makalah dengan tema “Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Penyelenggaraan Pelayanan Publik” dan dipresentasikan dihadapan atasan langsung. Presentasi dilakukan pada hari Rabu, 29 Juli 2020 melalui aplikasi Microsoft Team. Presentasi dibagi menjadi 3 sesi dengan sistem panel, dimulai pada pukul 09.00 – 15.00 WIB. Sebanyak 10 peserta secara bergantian mempresentasikan makalahnya

di depan  Manajer Umum FKM UI, Dr. Milla Herdayati, S.K.M., M.Si.  Presentasi selesai

setelah peserta mendapat pertanyaan dan

feedback dari Ibu Milla. Selasa, 28 Juli 2020, Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) berkesempatan melaksanakan Ujian Kenaikan Pangkat Penyesuaian Ijazah

(UKPPI) bagi 17 PNS yang bekerja di bawah naungannya. Peserta ujian terdiri 10 orang yang menyesuaikan ke jenjang S1 dan 7 orang ke jenjang SMA. Sebanyak 17 orang yang mengikuti ujian penyesuaian ijazah ini adalah peserta yang lolos seleksi administrasi oleh Kemendikbud dari 26 nama yang diusulkan.

Mengingat pandemi Covid-19 yang masih belum membaik maka diputuskan UKPPI kali ini dilaksanakan melalui sistem daring dengan difasilitasi oleh unit kerja masing-masing. FKM memberikan fasilitasi

pada  ruang ujian, jaringan internet, serta

panitia sebagai tenaga pengawas sekaligus penyelenggara ujian.

Selain ujian substantif,

peserta yang menyesuaikan

ijazah ke jenjang S1

harus menyusun makalah

dengan tema “Dampak

Pandemi Covid-19 terhadap

Penyelenggaraan Pelayanan

Publik”

(13)

Doktor FKM UI Teliti: Peran Kolaborasi Lintas Sektor

Terhadap Kinerja Program Pencegahan dan Penanggulangan

HIV-AIDS di Provinsi Sulawesi Selatan

HIV-AIDS merupakan masalah epidemik global yang melanda seluruh dunia tanpa mengenal batas negara dan semua lapisan penduduk, termasuk Indonesia. Pada tahun 2018, Indonesia merupakan negara dengan

jumlah kasus terbanyak dikawasan Asia Pasifik

setelah Cina dan India serta tertinggi untuk jumlah kasus baru terinfeksi HIV di kawasan Asia Tenggara.

Upaya penanggulangan HIV-AIDS di lakukan melalui strategi fast track 90-90-90: Percepatan pencapaian 90% dari orang yang hidup dengan HIV (ODHA) mengetahui status HIV mereka melalui tes atau deteksi dini; 90% dari ODHA yang mengetahui status HIV untuk memulai terapi pengobatan ARV dan 90% ODHA yang dalam pengobatan ARV telah berhasil menekan jumlah virusnya sehingga mengurangi kemungkinan penularan HIV. Di Indonesia rekomendasi WHO untuk 90% pertama diadaptasi dengan temuan kasus HIV. Strategi ini melibatkan peran aktif multipihak dari berbagai lintas sektor baik pemerintah maupun masyarakat termasuk mereka yang terinfeksi dan terdampak. Akan tetapi, berdasarkan data dari kementerian kesehatan pada tahun 2016 diperkirakan akan ada 640.443 orang dengan HIV-AIDS di Indonesia, sementara yang baru dilaporkan sampai dengan Desember 2019 sebanyak 377.564 (60,7%), sehingga masih terdapat 30% GAP untuk pencapaian 90% pertama. Persoalan inilah yang menjadi fokus penelitian Balqis yang dipaparkan dalam sidang promosi doktor Universitas Indonesia yang dilakukan secara daring, Selasa (28/07/2020), dengan judul disertasi “Peran Kolaborasi Lintas Sektor Terhadap Kinerja Progam Pencegahan dan Penanggulangan HIV-AIDS di Provinsi Sulawesi Selatan”. Sidang yang dipimpin oleh Promotor Prof. dr. Hasbullah Thabrany, MPH., Dr.PH, dan Ko-Promotor dr. Kemal N. Siregar, SKM., MA., Ph.D tersebut menjawab persoalan kolaborasi berbagai sektor khususnya di Provinsi Sulawesi Selatan dalam pencapaian 90% pertama yaitu temuan kasus ODHA. Apakah peran kolaborasi lintas sektor dapat meningkatkan kinerja program pencegahan dan penanggulangan HIV-AIDS?

Promovendus menggunakan indikator yang telah dikembangkan melalui tahap kualitatif

dengan melibatkan beberapa kementerian dan KPAN serta masukan dari berbagai pakar kebijakan kesehatan dan pakar dibidang HIV-AIDS. Kemudian dilakukan pengukuran untuk melihat kinerja lintas sektor dalam penanggulangan dan pencegahan HIV-AIDS di Provinsi Sulawesi Selatan, dimana sampel yang terkumpul sebanyak 328 orang yang merupakan keterwakilan dari 24 lembaga untuk 17 kabupaten/kota.

Promovendus mengemukakan inti dari kolaborasi bagaimana mencapai tujuan bersama meskipun dari sudut pandang yang berbeda-beda. Kelemahan terbesar dari sistem kolaborasi penanganan HIV-AIDS adalah aturan yang dikeluarkan oleh pemda tidak dipahami oleh sebagian lembaga yang berkolaborasi,

juga tidak menyebutkan secara spesifik terkait

tujuan dari kolaborasi itu sendiri serta tidak jelas peran masing-masing sektor dalam pencegahan dan penanggulangan HIV-AIDS. Ketidakjelasan diperparah dengan tidak adanya control dan evaluasi terhadap aturan tersebut. Hal ini menyebabkan lembaga yang berkolaborasi merasa tidak bertanggungjawab terhadap program P2 HIV-AIDS dan berujung

kepada tanggungjawab dari Dinas Kesehatan sebagai pemegang tupoksi utama. Peran dari Sekretariat Komisi Penanggulangan AIDS sebagai koordinator lintas sektor P2 HIV-AIDS tidak berjalan maksimal dalam monitoring

kebijakan yang ada, lemahnya skill advokasi dan komunikasi KPA kepada lembaga-lembaga yang berkolaborasi, dimana ego sektoral dari masing-masing lembaga masih sangat tinggi. Sedangkan berjalannya program pada masing-masing sektor merupakan indikator yang memiliki kontribusi terbesar dalam temuan kasus.

Balqis yang merupakan staf pengajar di Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin ini menyarankan agar pertemuan koordinasi lintas sektor dapat ditindaklanjuti dengan melakukan montoring

dan evaluasi sehingga terjadi sustainability program, melakukan advokasi dan komunikasi secara terus menerus kepada lembaga-lembaga yang berkolaborasi serta alat yang menjadi temuan dalam penelitian ini yaitu instrumen kolaborasi lintas sektor dapat dijadikan acuan untuk evaluasi rutin dalam mengukur keberhasilan lintas sektor program P2 HIV-AIDS.

Berdasarkan hasil disertasinya tersebut, Balqis berhasil dinyatakan lulus sebagai Doktor Ilmu Kesehatan Masyarakat dengan predikat sangat memuaskan. Balqis adalah lulusan S3 IKM

tahun 2020 yang ke 6 lulusan S3 IKM  yang

ke-216 , dan lulusan S3 FKM UI yang ke 285.

Instrumen kolaborasi

lintas sektor dapat dijadikan

acuan untuk evaluasi

rutin dalam mengukur

keberhasilan lintas sektor

program P2 HIV-AIDS.

(14)

Doktor FKM UI Teliti: Kontribusi Otonomi Reproduksi

Perempuan Terhadap

Unmet Need

Kontrasepsi Modern di

Indonesia: Analisis Data SDKI 2007, 2012 Dan 2017

Rabu, 29 Juli 2020, dilaksanakan sidang terbuka calon Doktor Ilmu Kesehatan Masyarakat atas nama Yunita Amraeni secara virtual melalui aplikasi video telekonferensi, dengan Promotor Prof. Dr. dr. Sudijanto Kamso, SKM. Promovendus mengemukakan disertasi dengan judul “Kontribusi Otonomi

Reproduksi Perempuan Terhadap Unmet Need

Kontrasepsi Modern di Indonesia: Analisis

Data  SDKI 2007, 2012 Dan 2017’’.

Total Fertility Rate cenderung stagnan begitupun dengan angka CPR dengan kenaikan yang tidak signifikan. Hal ini dipengaruhi oleh kebutuhan KB yang tidak

terpenuhi di Indonesia. Perlu identifikasi

ketimpangan gender yang berkaitan dengan otonomi perempuan sebagai salah satu penghambat kebutuhan yang terpenuhi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kontribusi otonomi reproduksi terhadap

unmet need kontrasepsi modern dan mengkaji perbedaannya berdasarkan wilayah urban

dan rural.

Hasil penelitian menunjukkan kejadian

unmet need kontrasepsi modern di Indonesia mengalami peningkatan selama kurun waktu sepuluh tahun. Pada tahun 2007 sebesar 9,4% kemudian meningkat di tahun 2012 menjadi 16,4% dan terus meningkat menjadi

17,4% di tahun 2017. Unmet need limiting

mengalami peningkatan yang lebih besar yaitu 6,5% dibandingkan unmet need spacing

sebesar 1,5% dalam kurun waktu sepuluh tahun. Peningkatan unmet need kontrasepsi

modern untuk tujuan membatasi terjadi pada perempuan dengan otonomi rendah. Semakin tinggi otonomi reproduksi, maka PUS semakin rendah peluang untuk mengalami

unmet need limiting baik di wilayah perkotaan maupun di wilayah pedesaan. Secara statistik, tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada pengaruh otonomi reproduksi terhadap unmet need kontrasepsi

modern di perkotaan dan pedesaan. Namun

faktor physiological cost yaitu ketakutan efek samping cenderung menjadi alasan utama penghambat penggunaan kontrasepsi pada PUS di perkotaan, sementara dominasi faktor

social cost yaitu persepsi, penolakan suami atau anggota keluarga, norma sosial dan aturan agama menjadi masalah di pedesaan. Diperlukan program KB melalui peran PLKB dengan metode pendekatan keluarga terutama pelibatan suami sebagai mitra KB melalui pendidikan sebaya dengan kelompok ayah dan pasangannya terkait isu seksualitas dan kesehatan reproduksi, kesetaraan gender, pengasuhan dan pentingnya melibatkan laki-laki dalam proses kehamilan, persalinan dan paska persalinan, layanan konseling untuk laki-laki serta peningkatan partisipasi laki-laki untuk menggunakan kontrasepsi serta pendekatan sosial sehingga dapat meningkatkan partisipasi perempuan dalam mempertahankan hak reproduksinya. Dengan hasil disertasinya tersebut,

promovendus  Yunita Amraeni berhasil

dinyatakan sebagai Doktor dalam Bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat dengan predikat

cum laude. Yunita Amraeni adalah lulusan S3 Ilmu Kesehatan Masyarakat tahun 2020 yang ke 7 lulusan S3 IKM yang ke 217, dan lulusan S3 FKM yang ke 286.

Secara statistik, tidak

terdapat perbedaan yang

signifikan pada pengaruh

otonomi reproduksi

terhadap

unmet need

kontrasepsi

modern

di

perkotaan dan pedesaan.

Namun faktor

physiological

cost

yaitu ketakutan efek

samping cenderung menjadi

alasan utama penghambat

penggunaan kontrasepsi

(15)

Doktor FKM UI Teliti: Pengaruh Model Intervensi Gizi

Terhadap Asupan Makanan dan Kecepatan Pertumbuhan

Melalui Pemanfaatan Ikan Lokal pada Balita di Pesisir

Kota Bengkulu

Pandemi Covid-19 yang melanda dunia dan Indonesia tidak menyurutkan aktivitas akademik pada Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia (FKM UI). Pada 30 Juli 2020, program ini kembali melahirkan doktor baru, Meriwati Mahyuddin, dosen Politeknik Kesehatan, Kemenkes Bengkulu. Meriwati Mahyuddin berhasil mempertahankan disertasi doktor dengan judul “Pengaruh Model Intervensi Gizi Terhadap Asupan Makanan dan Kecepatan Pertumbuhan Melalui Pemanfaatan Ikan Lokal pada Balita di Pesisisr Kota Bengkulu”.

Masalah utama penelitian adalah pemanfaatan ikan lokal sebagai upaya mengatasi masalah gangguan pertumbuhan balita belum optimal. Pertanyaan penelitian: (1) Apakah Model Intervensi Gizi (MIG) mempengaruhi p e r i l a k u i b u d a l a m m e m e n u h i asupan makanan; 2) Apakah MIG mempengaruhi pertumbuhan; dan (3) Apakah perbedaan MIG dan asupan makanan mempengaruhi kecepatan pertumbuhan. Penelitian ini berfokus pada eksplorasi dan revitalisasi perilaku ibu dalam pemenuhan asupan melalui pemanfaatan ikan lokal di daerah pesisir kota Bengkulu. Dikemukakan oleh Meriwati Mahyuddin, bahwa masalah gizi 1000 hari pertama

kehidupan berdampak jangka pendek, jangka panjang, bahkan kematian dalam siklus kehidupan manusia. Praktik pemenuhan makanan balita tidak lepas dari jenis bahan makanan. Salah satu zat gizi yang berkontribusi adalah protein, terutama protein sumber hewani, misalnya ikan. Mengutip hasil penelitian Mlauzi dan Mzengereza (2017), proporsi dari 80 subjek penelitian ditemukan masalah gizi anak daerah perikanan lebih rendah yaitu 10.0% dibandingkan daerah nonperikanan yaitu sebesar 25.5%. Di Data PSG Propinsi Bengkulu tahun 2015-2017 menunjukkan proporsi sangat pendek dan pendek 18,1%; 22,9; 29,4. Hasil PSG Kota Bengkulu menunjukkan proporsi sangat pendek dan pendek 23,5%; 16,0%; 23,5%. Fenomena yang sama juga terjadi di tingkat nasional.

Jenis ikan yang umum diperoleh nelayan tangkap di pesisir kota Bengkulu digolongkan menjadi jenis ikan besar (ikan tongkol, tenggiri, tuna, bawal, layur) dan jenis ikan kecil (kapekape, senangin, teri, bleberan, kerong, macho). Jenis ikan yang diperoleh nelayan tangkap setiap harinya tidak selalu sama, sangat tergantung cuaca, tetapi ada jenis kecil, yaitu ikan lokal bleberan (thryssa sp) yang selalu diperoleh tetapi jarang dikonsumsi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif berupa kuasi eksperimen

d e n g a n p e n d e k a t a n k u a l i t a t i f sebagai eksplorasi inputnya. Model intervensi gizi berupa Edukasi-Teori, Edu-Teori+Praktik dan kontrol sebagai pembanding pada ibu balita 12-18 bulan. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh model intervensi gizi terhadap asupan protein ikan, asupan protein ikan lokal, dan kecepatan pertumbuhan. Model Edu-TP lebih baik dalam meningkatkan asupan protein ikan dan kecepatan pertumbuhan dibanding kontrol maupun EduT. Ada pengaruh simultan perbedaan model intervensi gizi dan asupan protein ikan terhadap kecepatan pertumbuhan, perbedan tertinggi pada Edu-TP vs kontrol.

Disertasi ini telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan untuk memperoleh gelar doktor pada Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, FKM UI. Bertindak sebagai promotor dan kopromotor adalah Prof. Kusharisupeni dan Dr. Diah Mulyawati Utari. Dewan penguji terdiri dari Prof. Ratna Djuwita sebagai ketua, dengan anggota terdiri atas Dr. Tri Krianto, Dr. Asih Setiarini, Prof. Sri Purwaningsih, Dr. Abas Basuni Jahari, dan Dr. Cesilia Meti Dwiriani. Meriwati Mahyuddin adalah lulusan S3 IKM

tahun 2020 yang ke-8 lulusan S3 IKM yang

ke-218, dan lulusan S3 FKM UI yang ke 287.

Hasil penelitian

menunjukkan ada

pengaruh model intervensi

gizi terhadap asupan

protein ikan, asupan

protein ikan lokal, dan

kecepatan pertumbuhan.

Model Edu-TP lebih baik

dalam meningkatkan

asupan protein ikan dan

kecepatan pertumbuhan

dibanding kontrol maupun

EduT.

(16)

Doktor FKM UI Teliti: Perubahan Lingkar

Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang

Tinggi Badan terhadap Konsentrasi

High Sensitivity C-Reactive

Protein dari

Pralansia Hingga Lansia

Program Studi Doktor Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Senin, 3 Agustus 2020, menggelar ujian terbuka promosi doktor atas nama Jasrida Yunita secara daring. Sidang terbuka dipimpin ketua sidang Pj. Dekan FKM UI, Dr. dr. Sabarinah Prasetyo, M.Sc. Bertindak sebagai Promotor Prof. Dr. dra. Ratu Ayu Dewi Sartika, Apt., M.Sc., dengan kopromotor Prof. Dr. dr. Ratna Djuwita Hatma, MPH dan dr. Widjaja Lukito, Sp.GK., Ph.D. Tim penguji diketuai oleh Prof. Dr. dr. Soedijanto Kamso, SKM, dengan anggota Prof. Dr. dr. Kusharisupeni Djokosujono, M.Sc., Dr. Ekowati Rahajeng, S.K.M., M.Kes, Sugeng Eko Irianto, M.P.S., Ph.D, dan Dr. dr. Purwita Wijaya Laksmi, Sp.PD, K.Ger, FINASIM. Dalam kesempatan tersebut, promovendus mempertahankan disertasi berjudul “Perubahan Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang Tinggi Badan terhadap Konsentrasi High Sensitivity C-Reactive Protein

dari Pralansia Hingga Lansia (Analisis Data IFLS 2007-2014)”.

Penuaan dianggap sebagai masalah kesehatan masyarakat karena sering diikuti penurunan fungsi tubuh yang berdampak pada risiko penyakit. Peradangan kronis dianggap sebagai faktor kunci yang berkontribusi terhadap penuaan. Peradangan kronis terjadi karena adanya peningkatan kadar plasma C-reaktif

protein (CRP) yang dihasilkan di hati ketika terjadi cidera akut, peradangan, atau infeksi.

High-sensitivity C-reactive protein (hs-CRP) merupakan pemeriksaan konsentrasi CRP yang sangat sedikit dan sensitif.

Banyak bukti bahwa obesitas dikaitkan dengan peradangan atau inflamasi yang secara kausal terlibat dalam pengembangan

resistensi insulin. Inflamasi sering ditandai

dengan meningkatnya konsentrasi hs-CRP. Beberapa penelitian menemukan rata-rata konsentrasi hs-CRP pada individu obesitas berada pada kategori sedang (1-3 mg/L) dan dianggap sebagai konsentrasi hs-CRP berisiko.

Penelitian Jasrida Yunita dengan desain kohor prospektif dengan memanfaatkan data sekunder dari Indonesian Family Life Survey

(IFLS), mengkaji perubahan obesitas sentral yang dilihat dari nilai LP dan nilai Rasio Lingkar Pinggang Tinggi Badan (RLPTB), serta perubahan konsentrasi hs-CRP dari pralansia hingga lansia dengan rentang waktu lebih kurang 7 tahun.

RLPTB merupakan indeks obesitas sentral yang banyak diusulkan oleh peneliti-peneliti di dunia. RLPTB dianggap terbaik sebagai indeks obesitas sentral dibanding LP. Beberapa penelitian membuktikan bahwa

RLPTB lebih baik dalam memprediksi penyakit dibanding dengan LP. Namun, RLPTB sendiri belum ditetapkan sebagai alat ukur dalam menentukan status kesehatan khususnya di Indonesia.

Penelitian Jasrida Yunita mencoba menetapkan titik potong obesitas sentral pada lansia berdasarkan nilai RLPTB. Didapatkan nilai

titik potong obesitas sentral ≥0,55 baik pada

kelompok lansia pria maupun kelompok lansia wanita dengan LP sebagai gold standard. Proporsi kejadian obesitas setelah 7 tahun yang dilihat dari pralansia hingga

lansia berdasarkan LP (≥90 cm pada pria dan ≥80 cm pada wanita) adalah 18,5% dan RLPTB (≥0,55) adalah 22,3%. Penelitian ini

juga menunjukkan bahwa ada hubungan antara LP dengan risiko 4,9 kali terhadap konsentrasi hs-CRP berisiko setelah dikontrol oleh perubahan gejala depresi, perubahan pekerjaan, dan interaksi antara jenis kelamin dengan LP dan juga ada hubungan antara RLPTB dengan risiko 8,6 kali terhadap konsentrasi hs-CRP berisiko setelah dikontrol

oleh perubahan aktivitas fisik, perubahan

pekerjaan, dan interaksi jenis kelamin dengan RLPTB. Ini membuktikan bahwa RLPTB lebih kuat memprediksi konsentrasi hs-CRP dibanding dengan LP.

Berdasarkan hasil tersebut, saran yang diberikan pada penelitian ini adalah mengharapkan Kementerian Kesehatan RI dapat menetapkan RLPTB sebagai salah satu indeks yang perlu dilaporkan secara rutin di posbindu maupun di puskesmas. Untuk mendapatkan nilai RLPTB sendiri, tenaga kesehatan atau kader tidak perlu lagi melakukan pengukuran antropometri karena ukuran lingkar pinggang maupun ukuran tinggi badan sudah menjadi pengukuran wajib yang harus dilaporkan. Dalam rangka memudahkan tenaga kesehatan menetapkan nilai RLPTB tanpa direpotkan oleh penggunaan kalkulator, maka disiapkan cakram pengukuran RLPTB yang langsung bisa menentukan apakah seorang individu berisiko obesitas sentral atau tidak. Deteksi dini ini juga bisa dilakukan secara mandiri

(17)

Doktor FKM UI Teliti: Efikasi Klinis dan Evaluasi Ekonomi

Metode

Mindfulness Therapy

Terhadap Penurunan Angka

Putus Obat Pada Terapi

Multi Drug Resisten Tuberculosis

(MDR TB) Fase Intensif

Dr. dr. Sabarinah, M.Sc., atas nama Rektor Universitas Indonesia, Selasa, 4 Agustus 2020 telah membuka upacara promosi doktor. Upacara promosi ini merupakan pemberian gelar doktor dalam bidang ilmu epidemiologi kepada Tirta Darmawan Susanto, mahasiswa S3 yang telah berhasil menyelesaikan penelitiannya dengan disertasi berjudul

“Efikasi Klinis dan Evaluasi Ekonomi Metode Mindfulness Therapy Terhadap Penurunan Angka Putus Obat Pada Terapi Multi Drug Resisten Tuberculosis (MDR TB) Fase Intensif”. Promotor, Kopromotor dan Dewan Penguji pada promosi doktor Tirta Darmawan, berturut turut adalah Prof. dr. Asri C. Adisasmita, M.P.H., Ph.D, (Promotor) , Dr. dr. Suzy Yusna Dewi, SpKJ(K), (Kopromotor), Prof. Dr. dr. Purwantyastuti Ascobat, M.Sc., SpFK (Ketua Dewan Penguji), Dr. dr. Erlina Burhan, MSc, SpP(K) (Anggota Dewan Penguji), Dr. dr. (skrining mandiri) oleh pralansia dan lansia. Melalui deteksi dini obesitas sentral ini, diharapkan dapat mengetahui sedini mungkin bahwa seorang individu berisiko mengalami konsentrasi hs-CRP berisiko, yang nantinya berdampak pada penyakit tidak menular, seperti diabetes, jantung, maupun sindroma metabolik. Selain itu juga disarankan perlunya pralansia maupun

lansia aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial dalam rangka mengatasi stres dan juga beraktivitas secara aktif dengan aktivitas fisik sedang minimal 30 menit 5 kali

dalam seminggu atau aktivitas fisik berat

minimal 30 menit 3 kali dalam seminggu atau kombinasi keduanya atau tetap aktif dalam bekerja dengan menghindari duduk terlalu lama.

Pada akhir acara sidang terbuka, rapat dewan penguji memutuskan bahwa Jasrida Yunita dinyatakan lulus dan memperoleh gelar doktor dalam bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jasrida Yunita adalah lulusan S3 IKM tahun

2020 yang ke-9 lulusan S3 IKM  yang

ke-219, dan lulusan S3 FKM UI yang ke 288.

Martina Wiwie S. Nasrun, SpKJ.(K)  (Anggota

Dewan Penguji), Dr. drg. Mardiati Nadjib, MS (Anggota Dewan Penguji), Dr. dr. Allen

Widysanto, SpP  (Anggota Dewan Penguji),

Dr. dr. Nicolaski Lumbuun, SpFK (Anggota Dewan Penguji).

Penelitian tentang efikasi klinis Metode

Mindfulness Therapy terhadap Penurunan Angka Putus Obat Pada Terapi Multi Drug Resisten Tuberculosis (MDR TB) fase intensif ini baru pertama kalinya dilakukan di Indonesia.

Tujuan penelitian adalah mengetahui efikasi

dari dilakukannya metode mindfulness therapy

dalam menurunkan angka kejadian putus obat pada pasien penderita TB Rifampisin Resistance maupun Multi Drug Resistance dan

juga mengetahui efikasi metode mindfulness therapy dalam menurunkan tingkat gejala kecemasan dan gejala depresi. Rancangan metode penelitian yang digunakan pada

penelitian adalah Single Blind Randomized Controlled Trial. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien yang mendapat terapi MDR TB Paru yang berobat ke Rumah Sakit Umum Daerah dr. Dradjat Prawiranegara Serang, dan Rumah Sakit Umum Daerah Tangerang Selatan pada Januari 2018 hingga Januari 2019. Penelitian ini menggunakan data primer dan data diambil setiap bulan dari pasien baru yang Gene Expertnya positif TB dan positif resisten Rifampisin. Data yang diukur setiap bulan adalah tingkat kecemasan, tingkat depresi, dan kualitas hidup. Angka putus obat diukur pada akhir terapi fase intensif. Pengaruh metode

mindfulness therapy terhadap angka putus obat, depresi, dan kecemasan penderita MDR TB merupakan novelty penelitian ini.   

Dari temuan-temuan penelitian, beberapa hal menarik yang dapat disimpulkan disini

Populasi pada

penelitian ini adalah

seluruh pasien yang

mendapat terapi MDR

TB Paru yang berobat

ke Rumah Sakit Umum

Daerah dr. Dradjat

Prawiranegara Serang,

dan Rumah Sakit Umum

Daerah Tangerang Selatan

pada Januari 2018 hingga

Januari 2019.

(18)

diantaranya: (1) Metode mindfulness therapy

terbukti menurunkan skor gejala kecemasan (p = 0,040) dan tingkat gejala depresi, terutama gejala depresi berat (p = 0,002, RR 0,103, 95% CI : 0,022 – 0,486) ; (2) Metode  mindfulness

therapy secara klinis menurunkan angka kejadian putus obat, walaupun secara statistik belum bermakna (3,9% putus obat pada kelompok metode   mindfulness therapy vs 

9,1% putus obat pada kelompok konsultasi biasa, p = 0,440, RR 0,408 dengan 95% CI 0,076 – 2,204), hal ini disebabkan adanya

intervensi lain pada penelitian ini yang dilakukan oleh Lembaga Kesehatan Nadhatul Ulama (LKNU) dan Perhimpunan Organisasi Mantan Pasien Tuberculosis (POP TB) dalam menindaklanjuti pasien-pasien yang sudah

mulai tidak patuh. Namun, metode mindfulness therapy ini dapat menurunkan depresi dan kecemasan yang merupakan variabel antara terjadinya putus obat, sehingga sangat menjanjikan dapat secara berarti menurunkan angka putus obat, terutama pada daerah yang tidak terdapat intervensi lain dari LKNU dan

POP TB; (3) Biaya tambahan yang diperlukan adalah sebesar Rp 160.000,- per pasien apabila

dilaksanakan   metode mindfulness therapy

sebagai pengganti konsultasi biasa yang selama ini sudah dilaksanakan.

Berdasarkan hasil disertasinya tersebut, Tirta berhasil dinyatakan sebagai Doktor Epidemiologi dengan yudisium sangat memuaskan. Tirta adalah lulusan S3 Epidemiologi FKM UI ke 88 dan lulusan S3 di FKM UI ke 289.

Seminar

Online

FKM UI Seri 22: Peluncuran dan Bedah Buku

Desa Tangguh Bencana Lawan Covid-19

Rabu, 5 Agustus 2020, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) menyelenggarakan peluncuran dan bedah buku yang berjudul “Desa Tangguh Bencana Lawan COVID-19”. Sebagai keynote speakers hadir Dirjen Bina Pemerintahan

Desa (Pemdes) Kemendagri,  Nata Irawan,

SH dan Letnan Jendral TNI, Doni Monardo, Kepala BNPB/Ketua Satgas Penanganan Covid-19. Sebagai pemateri adalah Dr. Rachma Fitriati, M.Si, M.Si (Han); Prof. Dra. Fatma Lestari, M.Si., Ph.D., perwakilan DRRC UI dan Dr. Robiana Modjo, S.KM., M.Kes. Bedah buku kali ini akan dimoderatori oleh Dedi Supratman, S.KM., M.KM. Sebagai

pembahas hadir wakil dari berbagai kalangan yaitu dari Kaukus Kesehatan DPR RI, Dirjen Kesmas Kemenkes, Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BNPB, Organisasi Profesi IAKMI Pusat dan DKI, serta Perwakilan Kepala Desa. Pj. Dekan FKM UI, Dr. dr. Sabarinah Prasetyo, M.Sc. dalam sambutannya menyampaikan bahwa sangat penting menerapkan aspek-aspek kesehatan masyarakat dalam susunan masyarakat di tengah status darurat kesehatan masyarakat yang di tetapkan oleh Presiden RI. Selain itu, Rektor UI, Prof. Dr. Ari Kuncoro, SE., MA., Ph.D., menyampaikan

bahwa Universitas Indonesia sebagai perguruan tinggi yang menjunjung tinggi dan melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi akan terus melakukan upaya-upaya dalam membantu malakukan penelitian dan juga pengabdian masyarakat yang terkait dengan pandemi Covid-19 yang terjadi

saat ini.  Dengan terbitnya buku saku

Desa Tangguh Bencana Lawan Covid-19 ini diharapkan dapat membantu dalam melakukan pemberdayaan kepada setiap desa di Indonesia.

Dalam proses penanganan Covid-19 sangat penting untuk terus mengedukasi

(19)

masyarakat akan pentingnya kewaspadaan diri di tengah pandemi serta meyakinkan masyarakat bahwa Covid-19 benar-benar nyata dan bukan rekayasa. Di lihat dalam

sejarah, wabah flu sudah pernah terjadi

pada zaman dahulu sehingga sangat penting untuk menengok tentang bagaimana proses penanggulangan wabah. Program prioritas dalam penanganan Covid-19 harus ditekankan pada pencegahan dan promosi kesehatan dengan memanfaatkan seluruh media untuk dapat menjangkau seluruh masyarakat sehingga dapat meningkatkan mitigasi pada masyarakat dengan mengedepankan kearifan lokal serta tidak lupa untuk memberdayakan garda terdepan, baik desa, RT maupun RW dalam penanggulangan Covid-19.

Melalui kolaborasi yang baik antara Menteri Dalam Negeri, BNPB, Kementerian Kesehatan dan UI terbitlah buku saku Desa Tangguh Bencana Lawan Covid-19 yang dapat dimanfaatkan sebagai panduan dalam upaya memberdayakan desa sebagai garda terdepan penanggulangan Covid-19. Pandemi Covid-19 menyebabkan dampak

yang sangat luas pada segala aspek,  di

tengah pandemi dana desa dialokasikan untuk memberikan perlindungan sosial dalam bentuk bantuan langsung tunai dan upaya perlindungan lainnya. Selain itu, untuk memastikan penanggulangan Covid-19 berjalan efektif, efisien dan akuntabel maka akan terus dilakukan pemantauan dan pengawasan. Sosialisasi

harus terus dilaksanakan kepada masyarakat dengan memanfaatkan peran perangkat desa, RT, RW, maupun ibu-ibu PKK akan

adaptasi kebiasaan baru.       

Kerja sama penanganan Covid-19 menggunakan pendekatan pentahelix sangat diperlukan untuk menjalin kerja sama dengan melakukan pelibatan banyak peran. Desa harus memiliki kelengkapan lembaga untuk dapat digerakkan secara pentahelix, kepala desa harus mampu menjalankan kepemimpinan dan transformasi serta berlomba untuk melakukan upaya terbaik guna manangkal bencana non-alam secara bersama, dari pusat hingga daerah dengan pendekatan promotif dan preventif dan mewujudkan 1 desa 1 tenaga kesehatan masyarakat. Hal tersebut dibutuhkan untuk membentuk desa tangguh yang mampu beradaptasi dalam menghadapi dan memulihkan diri dari dampak yang merugikan. (USW)

Kerja sama penanganan

Covid-19 menggunakan

pendekatan pentahelix

sangat diperlukan untuk

menjalin kerja sama dengan

melakukan pelibatan banyak

peran. Desa harus memiliki

kelengkapan lembaga untuk

dapat digerakkan secara

pentahelix

Referensi

Dokumen terkait

Anda harus memiliki kartu izin tinggal, bahkan jika Anda memiliki kartu identitas lain, seperti paspor atau kartu asuransi kesehatan... Harap menunjukkan Kartu Izin Tinggal ketika

Angket tentang kevalidan RPP memuat enam komponen utama yang terdiri atas (1) identitas RPP; (2) rumusan indikator pencapaian kompetensi dan tujuan pembelajaran; (3)

Memenuhi Hasil verifikasi menunjukkan bahwa seluruh penerimaan bahan baku berupa furniture kayu setengah jadi dan bahan komponen dari pemasok dilengkapi dengan dokumen

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)

Kategori Reguyang menampilkan 3 (tiga) orang Pesilat dari tim yang sama memperagakan kemahirannya dalam Jurus Regu Baku secara benar, tepat, mantap, penuh

Lepidoptera yang ditemukan menyerang tanaman kenanga ada delapan jenis yaitu dua jenis dari famili Lymantridae, satu jenis dari Nymphalidae, Papilionidae, Satyridae, dan

Berdasarkan situasi perkembangan kebudajaan ditanahair kita semendjak berdirinja Lekra, sebagai jang dinjatakan didalam Laporan Umum Pimpinan Pusat Lekra, Laporan chusus