• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL STIKES ISSN Volume 11, Nomor 2, Desember 2018, halaman

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JURNAL STIKES ISSN Volume 11, Nomor 2, Desember 2018, halaman"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

JURNAL STIKES

ISSN 2085-0921

Volume 11, Nomor 2, Desember 2018, halaman 89-160

Terbit dua kali dalam setahun pada bulan Juli dan Desember. Berisi artikel yang diangkat dari hasil penelitian dibidang kesehatan

Penanggung Jawab

Aries Wahyuningsih, S.Kep., Ns., M.Kes

Penyunting Ahli

Dr. dr. Hudi Winarso, M. Kes., Sp. And

Ketua Penyunting

Srinalesti Mahanani, S.Kep., Ns., M.Kep

Penyunting Pelaksana

Aries Wahyuningsih, S.Kep., Ns., M.Kes Tri Sulistyarini, A.Per Pen., M.Kes Maria Anita Yusiana, S.Kep., Ns., M.Kes

Erlin Kurnia, S.Kep., Ns., M.Kes Kili Astarani, S.Kep., Ns., M.Kep

Sirkulasi

Desi Natalia Trijayanti Idris, S.Kep., Ns., M.Kep

Administrasi UPT PPM

Diterbitkan Oleh : STIKES RS. Baptis Kediri Jl. Mayjend Panjaitan No. 3B Kediri Email :stikesbaptisjurnal@ymail.com

(3)

MOTIVASI PASIEN TB UNTUK MELAKUKAN VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING (VCT)

DESCRIPTION OF TB PATIENTS’ MOTIVATION CONDUCTING VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING (VCT)

Dian Purbowati*, Tri Sulistyarini**

*Mahasiswa STIKES RS. Baptis Kediri, **Dosen STIKES RS. Baptis Kediri Jl. Mayjend. Panjaitan no. 3B Kediri Kode pos 641002, Telp (0354) 683470

Email: stikes_rsbaptis@yahoo.com

ABSTRAK

Strategi kolaborasi TB-HIV di Indonesia meliputi kegiatan membentuk mekanisme kolaborasi, menurunkan beban TB pada ODHA, dan menurunkan beban HIV pada pasien TB yang salah satunya dengan menyediakan tes dan konseling HIV pada pasien TB. Kurangnya informasi berdampak meningkatnya stigma terkait TB-HIV dan rendahnya penerimaan pasien TB untuk menjalani test HIV. Tujuan penelitian ini mempelajari gambaran motivasi pasien TB untuk melakukan Voluntary Counseling And Testing (VCT) di Rumah Sakit Baptis Kediri. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Populasinya adalah semua pasien TB di Rumah Sakit Baptis Kediri dengan jumlah sampel sebesar 30 responden yang memenuhi kriteria inklusi dengan menggunakan teknik Purposive Sampling. Variabel tunggal yaitu motivasi pasien TB untuk melakukan Voluntary Counseling And Testing (VCT). Data dikumpulkan dengan menggunakan lembar kuesioner. Analisa data penelitian menggunakan distribusi frekuensi. Hasil penelitian motivasi pasien TB untuk melakukan Voluntary Counseling And Testing (VCT) yaitu pasien menyatakan motivasi kurang sebanyak 15 responden (50%), motivasi cukup sebanyak 11 responden (36,7%) dan 4 responden (13,3%) menyatakan motivasi baik. Dapat disimpulkan bahwa motivasi pasien TB untuk melakukan Voluntary Counseling And Testing (VCT) di Rumah Sakit Baptis Kediri memiliki motivasi kurang yaitu pada responden dengan pendidikan rendah dan tinggal bersama dengan anak.

Kata Kunci : Motivasi, Voluntary Counseling And Testing (VCT), Pasien TB

ABSTRACT

Collaborative strategy for TB-HIV in Indonesia cover activities to establish collaborative mechanisms and reduce the burden of TB to patients with HIV and the burden of HIV to patients with TB, one of them by providing HIV test and counseling to patient’s with TB. Lack of information impacts increase stigma associated with TB-HIV and decreasing acceptance of patients with TB for HIV test. The research objective was learn description of TB patients’ motivation conducting Voluntary Counseling and Testing (VCT) in Kediri Baptist Hospital. Research design was descriptive. The population was all patients with TB in Kediri Baptist Hospital. The samples were 30 respondents who met the criteria inclusion using purposive technique sampling. The

(4)

single variable was TB patients motivation conducting Voluntary Counseling And Testing (VCT). Data were collected to describe TB patient’s motivation conducting VCT using questionnaire sheets, analyzed and presented with frequency distribution. Research result showed that TB patients’ motivation conducting VCT to patient stated less motivation was 15 respondents (50%), enough motivation was 11 respondents (36,7%) and good motivation was 4 respondents (13,3%). In conclusion, TB patients motivation conducting VCT in Kediri Baptist Hospital was less motivation on respondents with low education and living with children.

Keywords: Motivation, Voluntary Counseling and Testing (VCT), Patients with TB.

Pendahuluan

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). TB (Tuberculosis) sampai dengan saat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di dunia walaupun upaya pengendalian dengan strategi DOTS telah diterapkan di banyak Negara sejak Tahun 1995. Semenjak Tahun 2000, TB (Tuberculosis) telah dinyatakan WHO sebagai remeging disease karena angka kejadian Tuberkulosis yang telah dinyatakan menurun pada Tahun 1990-an kembali meningkat (Kementerian Kesehatan RI, 2014). Perkembangan epidemi TB (Tuberculosis) berkaitan dengan epidemi HIV. Epidemi HIV menunjukkan pengaruhnya terhadap peningkatan epidemi TB (Tuberculosis) di seluruh dunia yang berakibat meningkatnya jumlah penderita TB (Tuberculosis) di tengah masyarakat. Pandemi ini merupakan tantangan terbesar dalam pengendalian Tuberkulosis dan banyak bukti menunjukkan bahwa pengendalian TB (Tuberculosis) tidak akan berhasil dengan baik tanpa keberhasilan pengendalian HIV. Sebaliknya TB (Tuberculosis) merupakan penyebab utama kematian pada ODHA (Kementerian Kesehatan RI, 2008). Sebagai upaya menghadapi perkembangan global menuju 3 zeroes (zero new infection, zero deaths, zero stigma discrimination). Kementerian

Kesehatan RI melalui Permenkes No. 21 tahun 2013 tentang Penanggulangan HIV-AIDS menyusun strategi penanggulangan HIV/AIDS secara menyeluruh dan terpadu. Pasal 24 pada Permenkes tersebut menyebutkan bahwa setiap orang dewasa, remaja, dan anak-anak yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan dengan tanda, gejala, atau kondisi medis yang mengindikasikan atau patut diduga telah terjadi infeksi HIV terutama pasien dengan riwayat penyakit TB (Tuberculosis) dan IMS ditawarkan untuk pemeriksaan HIV melalui Voluntary Counseling And Testing (VCT) atau Provider Initiated Testing Counseling (PITC). Sebagian besar Pasien TB (Tuberculosis) di Rumah Sakit Baptis Kediri tidak melakukan Voluntary Counseling And Testing (VCT) meskipun sudah diberi penyuluhan oleh perawat. Perilaku pasien TB (Tuberculosis) untuk melakukan Voluntary Counseling And Testing (VCT) berdasarkan pendekatan Teori Lawrence Green dipengaruhi oleh tiga faktor, antara lain faktor predisposisi (predisposing factor) yaitu sikap, keyakinan, pengetahuan, kepercayaan, nilai dan norma. Sedangkan faktor pendukung (enabling factor) yaitu adanya sarana kesehatan, terjangkaunya sarana kesehatan, peraturan kesehatan, dan keterampilan terkait kesehatan. Faktor pendorong (reinforcing factor) yaitu keluarga, guru, sebaya, petugas kesehatan, tokoh masyarakat, dan pengambil keputusan. Dan faktor predisposisi merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap motivasi

(5)

pasien TB untuk melakukan Voluntary Counseling And Testing (VCT).

Menurut laporan WHO Tahun (2015), di tingkat global diperkirakan 9,6 juta kasus TB (Tuberculosis) baru dengan 3,2 juta kasus diantaranya perempuan. Dengan 1,5 juta kematian karena TB dimana 480.000 kasus adalah perempuan. Dari kasus TB tersebut ditemukan 1,1 juta (12%) HIV positif dengan kematian 320.000 orang (140.000 orang adalah perempuan). Jumlah kasus TB (Tuberculosis) di Indonesia menurut laporan WHO Tahun 2015, diperkirakan ada 1 juta kasus TB baru pertahun (399 per 100.000 penduduk) dengan 100.000 kematian pertahun (41 per 100.000 penduduk). Angka Notifikasi Kasus (Case Notification Rate/CNR) dari semua kasus, dilaporkan sebanyak 129 per 100.000 penduduk. Jumlah seluruh kasus 324.539 kasus, diantaranya 314.965 adalah kasus baru. Secara Nasional perkiraan prevalensi HIV diantara TB (Tuberculosis) diperkirakan sebesar 6,2%. Analisa dan situasi HIV di Kota Kediri menunjukkan jumlah kasus TB (Tuberculosis) yang ditemukan di Kota Kediri pada Tahun 2016 sebanyak 731 orang dan jumlah pasien TB (Tuberculosis) yang ditawarkan tes HIV melalui konseling sebanyak 191 orang. Berdasarkan data pra penelitian dari buku register pasien TB (Tuberculosis) di RS. Baptis Kediri dari bulan April-Juni 2017 didapatkan data bahwa dari 293 orang pasien TB (Tuberculosis) hanya 2% yang melakukan Voluntary Counseling And Testing (VCT).

Koinfeksi TB (Tuberculosis) sering terjadi pada Orang Dengan HIV AIDS (ODHA). Orang dengan HIV mempunyai kemungkinan sekitar 30 kali lebih berisiko untuk sakit TB (Tuberculosis) dibandingkan dengan orang yang tidak terinfeksi HIV. Dampak pandemi HIV di dunia akan menambah permasalahan TB (Tuberculosis) koinfeksi dengan HIV akan meningkatkan risiko kejadian TB (Tuberculosis) secara signifikan. Hanya sekitar 10% yang terinfeksi TB (Tuberculosis) sakit TB (Tuberculosis).

Namun, bila seseorang dengan HIV positif akan meningkatkan kejadian TB (Tuberculosis) melalui proses reaktifasi. Pasien TB (Tuberculosis) tanpa pengobatan 50% akan meninggal dan risiko ini meningkat pada pasien dengan HIV positif. Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi pasien TB (Tuberculosis) adalah daya tahan tubuh yang rendah, diantaranya infeksi HIV/AIDS dan malnutrisi (gizi buruk) dan Diabetes Melitus (DM). Infeksi HIV mengakibatkan penurunan sistem daya tahan tubuh seluler (cellular immunity) sehingga mudah terjadi infeksi oportunistik seperti Tuberkulosis. Bila jumlah orang terinfeksi HIV meningkat, maka jumlah pasien TB (Tuberculosis) akan meningkat, dengan demikian penularan TB (Tuberculosis) di masyarakat akan meningkat pula. Strategi ini akan memutus penularan TB (Tuberculosis) dan dengan demikian menurunkan insiden TB (Tuberculosis) di masyarakat.

Strategi kolaborasi TB-HIV di Indonesia meliputi kegiatan membentuk mekanisme kolaborasi, menurunkan beban TB (Tuberculosis) pada ODHA, dan menurunkan beban HIV pada pasien TB (Tuberculosis) yang salah satunya dengan menyediakan tes dan konseling HIV pada pasien TB (Tuberculosis) (Kementerian Kesehatan RI, 2014). Pelayanan Voluntary Counseling And Testing (VCT) dapat digunakan untuk merubah perilaku berisiko dan memberikan informasi tentang pencegahan HIV dan dimungkinkan mendapat pengetahuan tentang cara penularan, pencegahan dan pengobatan terhadap HIV kepada pasien TB (Tuberculosis) (Kementerian Kesehatan RI, 2011). Integrasi layanan HIV ke dalam DOTS harus didukung oleh strategi komunikasi untuk meningkatkan perhatian masyarakat tentang beban ganda TB (Tuberculosis) dan HIV pada pasien TB (Tuberculosis) dan masyarakat. Kurangnya informasi berdampak meningkatnya stigma terkait TB-HIV dan rendahnya penerimaan pasien TB (Tuberculosis) untuk

(6)

menjalani test HIV (Departemen Kesehatan RI, 2008). Dalam upaya penatalaksanaan strategi DOTS dengan kolaborasi TB-HIV dengan melakukan Voluntary Counseling And Testing (VCT) tersebut sangatlah dipengaruhi oleh perilaku yang mempengaruhi motivasi agar program TB DOTS dapat berjalan dengan optimal. Motivasi mampu membuat seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan dan mampu mempengaruhi seseorang. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Gambaran Motivasi Pasien TB Untuk Melakukan Voluntary Counseling And Testing (VCT) di Rumah Sakit Baptis Kediri.

Metodologi Penelitian

Desain penelitian ini adalah penelitian Desktriptif. Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Baptis Kediri pada tanggal 29 Januari 2018 - 3 Pebruari 2018. Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien TB (Tuberculosis) di Rumah Sakit Baptis Kediri, kemudian sampel penelitian adalah pasien TB (Tuberculosis) di Rumah Sakit Baptis Kediri yang memenuhi kriteria Inklusi.

Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan besar subyek sejumlah 30 responden di Rumah Sakit Baptis Kediri. Variabel independen penelitian ini adalah motivasi pasien TB (Tuberculosis) untuk melakukan Voluntary Counseling And Testing (VCT). Teknis dalam pengumpulan data adalah ketika pasien dipanggil menuju ruang anamnesa peneliti meminta tolong perawat yang berada di ruang anamnesa untuk mencatat setiap pasien yang terdiagnosa TB meliputi nama dan alamat, selanjutnya perawat yang berada di ruang anamnesa memberikan catatan nama dan alamat penderita TB yang sudah dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dan mengarahkan pasien untuk menunggu di depan ruang dokter.

Pasien TB yang memenuhi kriteria inklusi dijadikan responden oleh peneliti. Pada saat pasien menunggu giliran periksa, peneliti melakukan pendekatan intrapersonal, memastikan pasien TB dengan menanyakan apakah sebelumnya sudah pernah diinisiasi oleh perawat untuk dilakukan Voluntary Counseling And Testing (VCT) dan menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian. Selanjutnya, peneliti meminta pasien untuk berkenan menjadi responden penelitian, apabila penderita TB bersedia maka peneliti memberikan informed consent untuk ditandatangani. Setelah responden menandatangani informed consent peneliti memberikan penjelasan cara menjawab pernyataan-pernyataan kuesioner yang ditanyakan kepada responden dengan menggunakan lembar kuesioner yang terdiri dari data umum dan data khusus. Data umum yang diberikan meliputi data umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, pendidikan, lama sakit, tinggal bersama keluarga atau tidak. Sedangkan data khusus meliputi 15 pernyataan kuesioner tentang motivasi penatalaksanaan Voluntary Counseling And Testing (VCT). Setelah proses pengisian kuesioner selesai, peneliti melanjutkan ke responden selanjutnya.Pengumpulan data dengan kuesioner, kemudian dilakukan analisa data dengan distribusi frekuensi dan disajikan dalam bentuk tabel.

(7)

Hasil Penelitian

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Gambaran Motivasi Pasien TB Untuk Melakukan Voluntary Counseling And Testing (VCT) Di Rumah Sakit Baptis Kediri Pada Tanggal 29 Januari 2018 S/D 3 Pebruari 2018 (N=30)

Motivasi VCT Pasien TB Frekuensi %

Baik 4 13,3

Cukup 11 36,7

Kurang 15 50

Total 30 100,0

Berdasarkan tabel 1 didapatkan hasil bahwa motivasi pasien TB (Tuberculosis) untuk melakukan Voluntary Counseling And Testing (VCT) di Rumah Sakit Baptis Kediri dari 30 responden memiliki motivasi

dengan katagori baik sebanyak 4 responden (13,3%), motivasi cukup sebanyak 11 responden (36,7%) dan motivasi kurang sebanyak 15 responden (50%).

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Gambaran Motivasi Pasien TB Berdasarkan Indikator Untuk Melakukan Voluntary Counseling And Testing (VCT) di Rumah Sakit Baptis Kediri Pada Tanggal 29 Januari – 3 Pebruari 2018 (N=30).

Motivasi Pasien TB

Katagori

Total Baik Cukup Kurang

f % f % f % F %

Keyakinan 2 6,7 13 43,3 15 50 30 100

Keinginan 2 6,7 13 43,3 15 50 30 100

Harapan 6 20 9 30 15 50 30 100

Berdasarkan tabel 2 Motivasi dilihat dari komponen keyakinan pada pasien TB untuk melakukan Voluntary Counseling And Testing (VCT) dari 30 responden memiliki motivasi dengan kategori baik sebanyak 2 responden (6,7%), motivasi cukup sebanyak 13 responden (43,3%), dan motivasi kurang sebanyak 15 responden (50%). Motivasi dilihat dari komponen keinginan pada pasien TB untuk melakukan Voluntary Counseling And Testing (VCT) dari 30 responden memiliki motivasi dengan kategori baik yaitu sebanyak 2 responden (6,7%), motivasi cukup sebanyak 13 responden (43,3%) dan motivasi kurang sebanyak 15 responden (50%). Motivasi dilihat dari komponen harapan pada pasien TB untuk melakukan Voluntary Counseling And Testing (VCT) dari 30 responden memiliki motivasi dengan kategori baik yaitu sebanyak 6 responden (20%), motivasi cukup sebanyak 9

responden (30%), dan motivasi kurang 15 responden (50%).

Pembahasan

Gambaran Motivasi Pasien TB Untuk Melakukan Voluntary Counseling And Testing (VCT)

Hasil penelitian terhadap responden pasien TB (Tuberculosis) di Rumah Sakit Baptis Kediri, didapatkan hasil bahwa motivasi pasien TB (Tuberculosis) untuk melakukan Voluntary Counseling And Testing (VCT) di Rumah Sakit Baptis Kediri dari 30 responden yang memiliki motivasi dengan katagori kurang yaitu 15 responden (50%), responden dengan katagori motivasi cukup yaitu sebanyak

(8)

11 responden (36,7%) dan 4 responden (13,3%) memiliki motivasi baik. Jadi 50 % responden memiliki motivasi kurang untuk melakukan Voluntary Counseling And testing (VCT) di Rumah Sakit Baptis Kediri.

Motivasi adalah sesuatu yang mendorong, atau pendorong seseorang bertingkah laku untuk mencapai tujuan tertentu, tingkah laku termotivasi dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan, kebutuhan tersebut diarahkan pada pencapaian dan tujuan tertentu (Djamarah, 2002 dalam Prasetia, 2013). Perubahan perilaku sangat dibutuhkan agar mendapatkan hasil pengobatan TB (Tuberculosis) yang optimal, menurunkan beban TB (Tuberculosis) pada ODHA dan menurunkan beban HIV pada pasien TB (Tuberculosis) yang salah satunya dengan menyediakan tes dan konseling HIV pada pasien TB (Kementerian Kesehatan RI, 2014). Dalam upaya penatalaksanaan strategi DOTS dengan kolaborasi TB-HIV dengan melakukan Voluntary Counseling And Testing (VCT) tersebut sangatlah dipengaruhi oleh perilaku yang mempengaruhi motivasi agar program TB DOTS dapat berjalan dengan optimal (Kementerian Kesehatan RI, 2011). Perubahan perilaku ini sangatlah dibutuhkan agar setiap individu mendapatkan pengobatan TB (Tuberculosis) secara optimal. Agar upaya dalam mengoptimalkan pengobatan TB (Tuberculosis) dapat berjalan dengan baik diperlukan adanya motivasi dalam diri berupa dorongan dalam diri untuk mencari informasi dan adanya motivasi dari luar atau lingkungan berupa edukasi. Lawrence Green mencoba menganalisa perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan factor luar lingkungan (nonbehavior causes). Untuk mewujudkan suatu perilaku kesehatan, diperlukan pengelolaan manajemen program melalui tahap pengkajian, perencanaan, intervensi sampai dengan penilaian dan

evaluasi. Selanjutnya dalam program promosi kesehatan dikenal dengan adanya model pengkajian dan penindaklanjutan (Precede Proceed Model) yang diadaptasi dari Konsep Lawrence Green. Model ini mengkaji masalah perilaku manusia dan faktor – faktor yang mempengaruhinya, serta cara menindaklanjutinya dengan berusaha mengubah, memelihara atau meningkatkan perilaku tersebut ke arah yang lebih positif. Proses pengkajian atau pada tahap Precede dan proses penindaklanjutan pada tahap Proceed. Dengan demikian suatu program untuk memperbaiki perilaku kesehatan adalah penerapan ke empat proses pada umumnya ke dalam model pengkajian dan penindaklanjutan. Derajat kesehatan adalah sesuatu yang ingin dicapai dalam bidang kesehatan, dengan adanya derajat kesehatan akan tergambarkan masalah kesehatan yang dihadapi. Pengaruh yang paling besar terhadap derajat kesehatan seseorang adalah faktor perilaku dan faktor lingkungan dimana faktor lingkungan adalah faktor fisik, biologis dan sosial budaya yang langsung atau tidak langsung mempengaruhi derajat kesehatan (Nursalam, 2013). Jadi pasien TB (Tuberculosis) dengan motivasi kurang dimungkinkan karena adanya faktor lingkungan sosial budaya yang erat kaitannya dengan stigma TB (Tuberculosis) dan HIV yang masih kuat di masyarakat. Responden mempunyai keyakinan bahwa pasien TB tidak perlu untuk dilakukan Voluntary Counseling And Testing (VCT) karena hal tersebut tidak ada manfaatnya dan justru dapat meningkatkan beban penyakitnya.

Hasil penelitian tabulasi silang antara pendidikan dengan motivasi VCT pasien TB (Tuberculosis) didapatkan hasil bahwa responden dengan riwayat pendidikan Tamat SD/Sederajat memiliki motivasi kurang. Perilaku ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor: 1) Faktor- faktor predisposisi (predisposing factor), merupakan faktor internal yang ada pada diri individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat yang mempermudah individu utuk berperilaku yang terwujud dalam

(9)

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya. 2) Faktor-faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan. 3) Faktor – faktor pendorong (reinforcing factor) merupakan faktor yang menguatkan perilaku, yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan, teman sebaya, orang tua, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Ketiga faktor penyebab tersebut di atas dipengaruhi oleh faktor penyuluhan dan faktor kebijakan, peraturan serta organisasi. Semua faktor-faktor tersebut merupakan ruang lingkup promosi kesehatan. (Nursalam, 2013). Jadi responden dengan pendidikan Tamat SD/Sederajat cenderung mempunyai motivasi kurang, hal ini dimungkinkan responden memiliki tingkat pengetahuan yang kurang dibanding dengan tingkat pendidikan di atasnya. Semakin rendah tingkat pengetahuan pasien maka akan semakin sulit pasien menerima informasi dan pengetahuan tentang penyakit yang dideritanya. Selain itu dimungkinkan sikap dan perilaku petugas kesehatan yang belum bisa menguatkan motivasi dengan melakukan perubahan perilaku untuk melakukan Voluntary Counseling And Testing (VCT) melalui promosi kesehatan sesuai dengan pendidikannya.

Hasil penelitian tabulasi silang antara tinggal bersama dengan motivasi VCT pasien TB didapatkan hasil bahwa responden dengan tinggal bersama anak cenderung memiliki motivasi kurang. Menurut Taufik (2007), faktor – faktor yang mempengauhi motivasi ekstrinsik adalah Dorongan keluarga yaitu dukungan dan dorongan dari anggota keluarga semakin menguatkan motivasi untuk memberikan yang lebih baik. Lingkungan yaitu tempat dimana seseorang tinggal, lingkungan dapat mempengaruhi seseorang sehingga dapat termotivasi untuk melakukan sesuatu, selain keluarga, lingkungan juga mempunyai peran yang besar dalam memotivasi seseorang dalam merubah

tingkah lakunya, dalam sebuah lingkungan yang hangat dan terbuka, akan menimbulkan rasa kesetiakawanan yang tinggi (Prasetia, 2013). Jadi responden dengan tinggal bersama keluarga cenderung memiliki motivasi kurang, hal ini dimungkinkan motivasi bukan hanya berasal dari faktor luar diri melainkan juga dari dalam diri responden. Faktor dari luar hanyalah membantu berapa persen saja responden untuk berubah selebihnya faktor dari dalam dirilah yang akan menggerakkan setiap individu untuk mencapai tujuan yang optimal. Sehingga kurangnya motivasi tidak hanya dipengaruhi oleh peran keluarga melainkan faktor yang dapat mengubah motivasi setiap individu menjadi baik adalah dorongan berprestasi, tanggung jawab, dan pengembangan dalam setiap informasi yang didapat terhadap peristiwa sakitnya. Motivasi dilihat dari komponen keyakinan pada pasien TB (Tuberculosis) untuk melakukan Voluntary Counseling And Testing (VCT) dari 30 responden, 50% memiliki motivasi dengan kategori kurang yaitu 15 responden (50%), motivasi cukup sebanyak 13 responden (43,3%), dan motivasi baik sebanyak 2 responden (6,7%). Motivasi dilihat dari komponen keinginan pada pasien TB (Tuberculosis) untuk melakukan Voluntary Counseling And Testing (VCT) dari 30 responden 50% memiliki motivasi dengan kategori kurang yaitu sebanyak 15 responden (50%), motivasi cukup sebanyak 13 responden (43,3%) dan motivasi baik sebanyak 2 responden (6,7%). Motivasi dilihat dari komponen harapan pada pasien TB (Tuberculosis) untuk melakukan Voluntary Counseling And Testing (VCT) dari 30 responden, 50% memiliki motivasi dengan kategori kurang yaitu sebanyak 15 responden (50%), motivasi cukup sebanyak 9 responden (30%), dan motivasi baik 6 responden (20%).

Menurut Vroom Pace dan Faules (Zulfan Saam, 2013), motivasi adalah harapan tentang hasil yang positif terhadap sesuatu yang meliputi komponen sebagai berikut: 1) Keyakinan

(10)

(Outcome expectancy) bahwa setiap individu percaya bahwa ia berperilaku tertentu karena ada harapan hasil adalah keyakinan atau penilaian subjektif seseorang atas kemungkinan hasil atas tingkah laku atau kegiatan yang dilakukan. 2) Keinginan (Valency) bahwa setiap hasil mempunyai daya tarik tertentu bagi seseorang yang disebut dengan valensi (valence), daya tarik tersebut merupakan nilai yang bersifat subjektif. 3) Harapan (Effort Expectancy) bahwa setiap hasil berkaitan dengan persepsi mengenai seberapa besar usaha untuk mencapai hasil tersebut, hal ini disebut harapan usaha (effort expectancy) (Zulfan Saam, 2013).

Berdasakan hasil penelitian tentang gambaran motivasi pasien TB untuk melakukan Voluntary Counseling And Testing (VCT) di Rumah Sakit Baptis Kediri, dari 3 komponen yang memiliki motivasi kurang yaitu komponen keyakinan, keinginan dan harapan. Dilihat dari komponen keyakinan dimungkinkan bahwa pasien TB kurang percaya diri terhadap penilaian seseorang apabila bersedia dilakukan Voluntary Counseling And Testing (VCT) dan akan hasil yang didapat setelah pasien TB (Tuberculosis) dilakukan Voluntary Counseling And Testing (VCT). Dilihat dari komponen keinginan dimungkinkan bahwa pasien mempunyai anggapan apabila dilakukan Voluntary Counseling And Testing (VCT) akan menyita banyak waktu dan belum merasakan banyak manfaat bahkan dirasa merugikan karena Voluntary Counseling And Testing (VCT) yang di dalamnya terdapat pemeriksaan Tes HIV merupakan hal yang tabu dan masih dengan stigma yang kuat di masyarakat. Dilihat dari komponen harapan dimungkinkan bahwa pasien TB (Tuberculosis) mempunyai persepsi tidak ada harapan yang akan dicapai setelah dilakukan Voluntary Counseling And Testing (VCT), harapan pasien tentang kerahasiaan hasil tes HIV setelah dilakukan Voluntary Counseling And Testing (VCT) dirasa kurang dan manfaat setelah dilakukan Voluntary

Counseling And Testing (VCT) tidak bisa secara langsung dirasakan sehingga menurut pasien TB beban akan semakin bertambah apabila pasien TB dilakukan Voluntary Counseling And Testing (VCT).

Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan kepada 30 responden tanggal 29 Januari 2018 - 3 Pebruari 2018 di Rumah Sakit Baptis Kediri dapat disimpulkan bahwa gambaran motivasi pasien TB untuk melakukan Voluntary Counseling And Testing (VCT) di Rumah Sakit Baptis Kediri termasuk katagori kurang yaitu pada responden dengan riwayat Pendidikan Tamat SD atau Sederajat dan pada responden yang tinggal bersama dengan anak.

Saran

Bagi Institusi Rumah Sakit Baptis Kediri, Rumah Sakit diharapkan untuk dapat lebih meningkatkan pelayanan khususnya pada petugas pengelola TB (Tuberculosis) terutama dalam memberikan edukasi setiap kali berkunjung dengan menggunakan leaflet atau bookleat yang berisi informasi lengkap tentang pengertian, tujuan dan manfaat dilakukan Voluntary Counseling And Testing (VCT) secara terus – menerus. Serta memberikan Informed Consent yang di dalamnya berisi resiko bagi pasien TB (Tuberculosis) yang tidak melakukan Voluntary Counseling And Testing (VCT) dengan melibatkan keluarga pasien. Bagi profesi keperawatan untuk dapat memasukkan intervensi keperawatan untuk meningkatkan edukasi dan memberikan pemahaman yang tepat terhadap peserta didik yang merupakan calon perawat ataupun perawat tentang pentingnya motivasi pasien untuk melakukan

(11)

Voluntary Counseling And Testing (VCT) dengan melalui penelitian, seminar dan pelatihan. Bagi pasien TB (Tuberculosis), motivasi untuk melakukan Voluntary Counseling And Testing (VCT) sangat perlu ditingkatkan dengan cara mencari lebih banyak informasi baik dari tenaga medis ataupun dari media sosial yang lainnya tentang pentingnya pasien TB (Tuberculosis) melakukan Voluntary Counseling And Testing (VCT) dan peran keluarga sangat penting untuk meningkatkan motivasi pasien TB (Tuberculosis). Bagi Peneliti Selanjutnya sebagai rekomendasi untuk peneliti selanjutnya terkait upaya motivasi Pasien TB (Tuberculosis) untuk melakukan Counseling And Testing (VCT).

Daftar pustaka

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2008). Kebijakan Nasional Kolaborasi TB/HIV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

________. (2011). Strategi Nasional Pengendalian TB Di Indonesia. Jakarta: Depkes RI.

________. (2013). Permenkes Tentang Penanggulangan HIV dan AIDS. Jakarta: Depkes RI.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, (2011a). Modul Pelatihan Konseling dan Tes Sukarela HIV (Voluntary Counseling And Testing (VCT). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

________, (2011b). Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis Infeksi HIV

dan Terapi Antiretroviral Pada Orang Dewasa. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. ________, (2013). Pedoman Nasional

Tes Dan Konseling. Jakata: Kementerian Kesehatan RI. ________, (2014). Pedoman Nasional

Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

________. (2013)a. Konsep Dan

Penerapan Metodologi

Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

________. (2013)b. Metodologi penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika Prasetia & Adi Murtiadi. (2013). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Saam, Zulfan, Sri Wahyuni, (2013). Psikologi Keperawatan. Jakarta: PT RajaGravindo Persada. Taufik. (2007). Psikologi Komunikasi.

PT. Remaja Rosdakarya: Bandung.

(12)

Gambar

Tabel 1.  Distribusi  Frekuensi  Gambaran  Motivasi  Pasien  TB  Untuk  Melakukan  Voluntary  Counseling  And  Testing (VCT)  Di  Rumah  Sakit  Baptis Kediri  Pada  Tanggal 29 Januari 2018 S/D 3 Pebruari 2018 (N=30)

Referensi

Dokumen terkait

RAN ingin membuat video klip yang bisa memberikan sentuhan kepada para penonton maupun penggemar musik, bahwa dengan membuat video klip romantisme pada pasangan

Manakala bahagian B pula meliputi alatan bantuan atau intervensi yang telah diberi atau dilakukan pada bayi dari tempat atau hospital merujuk serta masalah yang

bahwa dalam rangka pelaksanaan pembangunan daerah Kabupaten Aceh Barat Daya sesuai pasal 26 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Hal-hal yang ditemukan dari penelitian ini jaksa di Kejaksaan Negeri Medan dan pembimbing kemasyarakatan BAPAS Klas I Medan belum optimal melaksanakan tugas pengawasan dan

Jadi, dalam penerjemahan teks yang memiliki tingkat kebermarkahan yang tinggi ini, jelaslah bahwa selain menggunakan metode yang tidak kaku, penerjemah juga harus

Profil Penggunaan Obat Kategori Tidak Tepat Penggunaan Obat Kategori Ketepatan Pasien Antihipertensi pada Penderita Hipertensi dengan Komplikasi di Instalasi Rawat InapRSUD

; Bila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2008 (y-on-y), PDRB Jawa Tengah triwulan III-2009 ini mengalami pertumbuhan sebesar 5,5 persen, dimana semua sektor

Dalam penelitian ini kerangka konseptual disusun dan dengan konsep tersebut maka akan dihasilkan variabel dan indikator yang menjadi acuan untuk mengiterpretasikan