• Tidak ada hasil yang ditemukan

The Formation Of Religious Characters Of Students Through Religion Activities

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "The Formation Of Religious Characters Of Students Through Religion Activities"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Pembentukan Karakter Religius Siswa Melalui Pembiasaan Aktivitas Keagamaan

The Formation Of Religious Characters Of Students Through Religion Activities

Rahma Nurbaiti,1 Susiati Alwy,2 Imam Taulabi

1,2Institut Agama Islam Tribakti Kediri, Indonesia 3Institut Agama Islam Negeri Kediri, Indonesia

1rahmanurbaiti21@gmail.com; 2susiati@iai-tribakti.ac.id, 3imamtaulabi@gmail.com

Abstract

This study aims to find out how the religious character of students developed in the Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Bandar Kidul Kediri City and how the formation of character through habituation of religious activities. The type and approach of research use descriptive qualitative. Data sources were obtained through interviews with the headmaster of the madrasa, curriculum waka, religious waka, class teachers, Islamic Religious Education teachers, several student guardians, and students. The results showed that the religious character of the students developed was devotion, sincerity, honesty, politeness, help, help, love, grace, cleanliness, competition, and gratitude. Formation of religious character through the habituation of religious activities through joint prayer before and after learning, performing dhuha and dhuhur prayers, reading juz 'amma, asmaul husna, istighasah, infaq, habituation Salam, salim, greeting, smiling, polite and polite, religious extracurricular activities such as tambourines, recite the Qur'an, the commemoration of Islamic holidays. Religious character is formed through the habituation of religious activities.

Keywords: Religious Character Building, Habituation, Religious Activities.

Abstrak

Penelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana karakter religius siswa yang dikembangkan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Bandar Kidul dan bagaimana pembentukan karakter melalui pembiasaan aktivitas keagamaan. Jenis dan pendekatan penelitian menggunakan kualitatif deskriptif. Sumber data diperoleh melalui wawancara dengan kepala madrasah, waka kurikulum, waka keagamaan, guru kelas, guru Pendidikan Agama Islam, beberapa wali murid dan murid. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakter religius siswa yang

Avalaible online: https://ejournal.iai-tribakti.ac.id/index.php/pgmi Article doi: https://doi.org/10.33367/jiee.v2i1.995

(2)

dikembangkan yaitu ketaqwaan, keikhlasan, kejujuran, kesopanan, tolong-menolong, cinta rosul, kebersihan, kompetitif, dan rasa syukur. Pembentukan karakter religius melalui pembiasaan aktivitas keagamaan melalui doa bersama sebelum dan sesudah pembelajaran, pelaksanaan shalat dhuha dan dhuhur berjamaah, pembacaan juz ‘amma, asmaul husna, istighasah, infaq, pembiasaan Salam, salim, sapa, senyum, sopan dan santun, kegiatan ekstrakulikuler keagamaan seperti rebana, Baca Tulis Qur’an, Peringatan Hari Besar Islam. Karakter religius yang terbentuk melalui pembiasaan aktivitas keagamaan.

Kata Kunci: Pembentukan Karakter Religius, Pembiasaan Aktivitas

Keagamaan.

Pendahuluan

Pendidikan karakter harus ditanamkan sedini mungkin pada anak seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Saat ini guru tidak hanya dituntut memiliki kemampuan sesuai dengan

zaman tetapi harus mampu

membentuk karakter siswa.1 Dalam membentuk karakter siswa yang kuat, berakhlak, bertaqwa dan memiliki pengetahuan yang luas guna mengembangkan potensi diri serta hubungan sosial dalam menumbuhkan kecerdasan emosio-nal siswa, pendidikan harus memperhatikan aspek sikap dan perilaku individu, tidak hanya peningkatan pengetahuan saja.2

Proses pembentukan karakter merupakan tanggungjawab semua pihak baik guru, orang tua maupun masyarakat melalui lembaga formal dilingkungan sekolah dan lembaga non formal dilingkungan keluarga dan masyarakat. Banyak orang tua

1 Muchlas Samani dan Haryanto, Konsep dan

Model Pendidikan Karakter (Bandung: PT. Rosdakarya, 2013), 1–2.

2 Dharma Kesuma, Pendidikan Karakter Kajian

Teori dan Praktik di Sekolah (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), 2.

mempercayakan pembentukan

karakter anak di sekolah tetapi

terkadang kurang mendapat

dukungan secara pribadi ketika di rumah, hal tersebut kurang tepat karena pembentukan karakter disekolah tidak akan sempurna jika tidak adanya kerjasama dengan orang tua. Padahal dalam ilmu pendidikan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan terpenting, sebab dalam lingkungan keluarga memiliki peran sangat penting dalam membentuk karakter maupun dalam perkembangan anak untuk kehidupan selanjutnya yang akan mereka jalani.3

Karakter religius merupakan karakter pertama dan utama yang harus ditanamkan kepada anak sedini mungkin yang menjadi dasar ajaran agama dalam kehidupan individu, masyarakat dan bangsa indonesia. Karakter religius bukan saja terkait dengan hubungan

ubudiyah saja tetapi juga

3 M. Arif Khoiruddin, “Perkembangan Anak

Ditinjau Dari Kemampuan Sosial Emosional,”

Jurnal Pemikiran Keislaman 29, no. 2 (24

Desember 2018): 435,

(3)

menyangkut hubungan antar sesama manusia. Pendidikan karakter di sekolah memiliki peranan yang sangat penting dalam menanamkan karakter dan sekolah dasar merupakan lembaga formal yang menjadi pondasi awal siswa untuk jenjang setelahnya. Upaya dalam menumbuhkan kembali pendidikan karakter dapat ditempuh dengan mengimplementasikan pendidikan

karakter melalui kegiatan

pembiasaan aktifitas keagamaan. Pembiasaan merupakan hal yang sangat penting karena seseorang akan berbuat dan berperilaku menurut kebiasaannya, tanpa pembiasaan hidup seseorang akan berjalan lambat karena harus memikirkan terlebih dahulu apa

yang dilakukannya. Metode

pembiasaan diterapkan guru untuk membiasakan siswa dengan sifat-sifat terpuji dan baik sehingga aktifitas yang dilakukan terekam secara positif.4 Pembiasaan merupakan metode yang dianggap paling efektif dalam membentuk dan menanamkan karakter religius terhadap siswa. Pendidikan karakter religius melalui metode pembiasaan dapat dilakukan dengan cara pertama rutin yaitu pembiasaan yang dilakukan terjadwal seperti berdoa sebelum dan sesudah pelajaran, membaca surat-surat juz ‘amma, membaca Asmaul Husna, shalat dhuha berjamaah, shalat dhuhur berjamaah, pemeliharaan kebersihan, ketertiban, dan lain-lain. Spontan yaitu pembiasaan yang tidak terjadwal dalam pembelajaran

4 E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter

(Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2012), 167.

dan kejadian khusus seperti

pembentukan perilaku 5S,

membuang sampah pada tempatnya,

antri, mengatasi perbedaan

pendapat, dan lain-lain. Keteladanan adalah pembiasaan dalam bentuk perilaku sehari-hari seperti berpakaian rapi, berbahasa yang baik dan lain-lain.5

Madrasah Ibtidaiyah Negeri atau MIN 2 Bandar Kidul Kota Kediri merupakan salah satu madrasah yang memperhatikan pendidikan karakter siswa baik didalam maupun diluar pembelajaran. Implementasi pembentukan karakter religius di MIN 2 Kota Kediri menitikberatkan melalui pembiasaan aktivitas keagamaan yang ada di sekolah selain kegiatan yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran yang dilakukan sekolah baik di dalam kelas maupun di luar kelas.

Pembentukan karakter

melalui pembiasaan aktifitas sehari-hari dimadrasah ini menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat, hal ini terlihat antusiasme masyarakat sekitar dalam mempercayakan pendidikan putra-putrinya di sekolah ini. Selain itu harapan penuh

orang tua dengan proses

pembentukan karakter di madrasah mampu memperbaiki perilaku dan akhlak puta putri mereka.

Metode

Jenis dan pendekatan dalam

penelitian ini menggunakan

kualitatif deskriptif, lokasi penelitian di MIN 2 Bandar Kidul Kota Kediri. Penggalian sumber data diperoleh melalui teknik wawancara dengan

(4)

kepala madrasah, waka kurikulum, waka keagamaan, wali kelas, guru PAI, perwakilan wali murid dan beberapa murid, serta hasil dari

observasi langsung. Dalam

memperoleh informasi yang lebih mendalam dan relevan dalam proses

pengumpulan data, peneliti

melalukan wawancara bebas,

responden tidak menyadari

sepenuhnya bahwa ia sedang di interview. Sedangkan observasi dilakukan dalam penelitian ini

secara sistematisdengan

menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan. Untuk teknik analisis data yang diperoleh dilakukan reduksi data kemudian disajikan dalam bentuk uraian singkat, bagan dan hubungan antar

kategori kemudian diambil

disimpulan.

Temuan dan Pembahasan Karakter Religius yang

Dikembangkan di MIN Bandar Kidul

Karakter dapat dikatakan sebagai sebagai watak atau tabiat yang dimiliki seseorang berbeda-beda bukan bawaan lahir tetapi dapat dibentuk.6 Proses pendidikan karakter didasarkan pada totalitas

psikologis yang mencakup

keseluruhan potensi manusia baik pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik serta totalitas sosio cultural.7 Pendidikan karakter

berkaitan dengan Moral

knowing/learning to know, pada

tahapan merupakan langkah awal

6 Mulyasa, hlm. 3.

7 Thomas Lickona, Pendidikan Karakter (Jakarta:

PT. Bumi Aksara, 2012), hlm. 25.

dalam pembentukan karakter yang orientasinya pada penguasaan pengetahuan tentang nilai-nilai. Diharapkan pada tahap ini siswa mampu membedakan nilai-nilai akhlak mulia dan akhlak tercela serta nilai-nilai universal, memahami secara logis dan rasional tentang pentingnya akhlak mulia dan bahaya akhlak tercela dalam kehidupan. Moral Feeling atau moral

loving, tahapan ini dimaksudkan

untuk menumbuhkan rasa cinta dan rasa butuh terhadap nilai-nilai akhlak mulia. Sasaran guru pada tahap ini adalah dimensi emosional siswa, hati, atau jiwa bukan lagi akal, rasio, dan logika. Moral doing atau

moral action Merupakan puncak

keberhasilan penanaman karakter, siswa mempraktikkan nilai-nilai akhlak mulia itu dalam perilakunya sehari-hari, siswa menjadi sopan, ramah, hormat, penyayang, jujur, adil, dan seterusnya.8

Pendidikan karakter religius yang dikembangkan di MIN 2 Bandar Kidul Kota Kediri merelevansikan karakter religius ke dalam tiga indikator. Indikator pertama direlevansikan pada nilai 1) ketaqwaan, 2) kebersihan, 3) kejujuran, dan 4) keikhlasan. Empat karakter ini merupakan sikap kepatuhan seorang muslim dalam melaksanakan ajaran Islam. Nilai ketaqwaan di sekolah ini tercermin dari perilaku siswa yang terbiasa melaksanakan shalat fardlu dan sunnah tepat waktu dan berjamaah seperti shalat Dhuhur dan Dhuha

8 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan

Karakter Perspektif Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), 113.

(5)

disekolah. Selain itu juga tercermin dari perilaku siswa yang dibiasakan menggunakan pakaian syar’i dan menutup aurat dengan benar. Nilai kebersihan yang diterapkan di sekolah ini dilihat setiap depan ruangan disediakan tempat sampah dan tempat cuci tangan, kamar mandi yang ada bersih dan dilengkapi dengan fasilitas yang memadai. Penataan tanaman yang rapi juga menambah keindahan pemandangan di halaman sekolah. Siswa juga terbiasa menjaga kebersihan seperti membuang sampah pada tempatnya, jika

ketahuan membuang sampah

sembarang langsung ditegur oleh wali kelas atau guru yang lain untuk mengingatkan anak-anak. Nilai kejujuran dibudayakan dan ada dalam visi misi sekolah maupun dipraktikkan dalam kehidupan

sehari-hari seperti dalam

mengerjakan tugas dan ulangan mereka tidak mencontek. Nilai keikhlasan siswa dibiasakan dengan melakukan amal jariyah dan infaq minimal 2.000 setiap hari jum’at dan setiap pelajaran agama Islam, seperti dalam satu kelas ada yang sakit siswa mengeluarkan infaq

seikhlasnya dengan tujuan

membantu dan mendidik anak-anak agar saling peduli.

Indikator kedua yaitu nilai toleransi terhadap agama lain dalam kehidupan sehari-hari dengan cara hidup rukun. Walaupun agama siswa di sekolah ini semuanya muslim tetapi penerapan nilai toleransi antar umat beragama diterapkan pihak sekolah dengan mengajar tadabur ke tempat ibadah setiap agama seperti ke gereja pohsarang

sebagai tempat ibadah agama Kristen.

Indikator ketiga dari karakter religius yaitu yaitu 1) kesopanan, 2) tolong-menolong, 3) kompetisi. Dengan adanya relevansinya nilai-nilai tersebut, maka kerukunan antar warga khususnya antar siswa dapat terwujud.

Nilai kesopanan terdapat dalam salah misi MIN 2 Bandar Kidul Kota Kediri yaitu terwujudnya budaya jujur, sopan, ikhlas, sapa, senyum dan santun atau membentuk siswa yang memilki akhlaqul karimah. Pembiasaan ini dilakukan dengan cara jika bertemu dengan guru harus mengucapkan salam dan mencium tangan. Kemudian jika bertemu dengan sesama teman mengucapkan salam dan minimal tersenyum. Dalam mewujudkan nilai kesopanan ini melalui kegiatan 5S atau Salam, salim, sapa, senyum, sopan dan santun yang sudah menjadi budaya di sekolah ini. Nilai tolong menolong tercermin dari perilaku siswa sehari-hari disekolah antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa yang lain. Ini terlihat ketika anak-anak diminta tolong guru ke ruang guru mereka mau melakukannya, juga termasuk dengan sesama teman saling tolong menolong dalam hal apapun seperti dalam belajar, bermain atau kegiatan menjaga kebersihan kelas. Kompetitif menjadi salah satu karakter yang dikembangkan di sekolah ini terlihat banyaknya prestasi baik akademik maupun non akademik yang diperoleh oleh siswa. Salah satu prestasi non akademik dalam bidang olahraga yaitu juara 1 Tenis Meja dan Juara 1 lomba Catur

(6)

tingkat pelajar se-kota Kediri, selain itu juga pernah mendapat juara 2 lomba Tenis Meja tingkat provinsi Jawa Timur pada tahun 2017. Kepala madrasah sangat mendukung jika siswa mau mengikuti berbagai perlombaan dan kompetisi apa pun baik dilaksanakan di tingkat kota, kabupaten bahkan sampai dengan provinsi

Pembentukan Karakter Religius

Siswa melalui Pembiasaan

Aktivas Keagamaan

MIN 2 Bandar Kidul Kota Kediri merupakan madrasah yang berbasis islam yang memiliki jumlah peserta didik sangat banyak yaitu ada 836 siswa yang memiliki karakter berbeda-beda ada yang baik dan ada yang kurang baik. Perbedaan ini tidak lepas dari lingkungan tempat mereka tinggal yang berasal dari keluarga yang beragam. Sekolah sebagai tempat pembentukan karakter tidaklah mudah karena perbedaan karakter

dan pemahaman siswa yang

beragam. Pembentukan karakter dimulai dari pembelajaran di dalam kelas dengan memberikan materi yang mengacu pada kurikulum,

silabus, dan RPP kemudian

diterapkan melalui kegiatan

pembiasaan. Sekolah ini

mengupayakan maksimal dalam pembentukan karakter dengan berbagai pertimbangan diantaranya kepercayaan dan harapan orang tua terhadap sekolah sangat tinggi untuk memperbaiki perilaku peserta didik. Proses pembentukan karakter yang melibatkan seluruh pihak dilingkungan sekolah dan tidak hanya wali kelas saja, termasuk

semua guru dan tenaga

kependidikan. Strategi pembentukan karakter ini hampir sama dengan pembentukan karakter siswa di SMK PGRI 2 Kediri melalui pembiasaan yang baik dalam segala hal, seluruh pihak bertanggungjawab dalam menciptakan kondisi keagamaan disekolah, termasuk menegakkan kedisiplinan, memberikan motivasi, memahami kondisi psikologis siswa, memberikan sanksi bagi yang melanggar tata tertib dan peraturan sekolah.9

Pembentukan karakter

religius yang dilakukan disekolah ini melalui kegiatan keagamaan secara rutin setiap hari dengan metode pembiasaan. Metode pembiasaan

sendiri merupakan bentuk

pendidikan yang pada prosesnya dilakukan secara bertahap dalam membiasakan sifat-sifat baik sebagai

rutinitas, sehingga dapat

melaksanakan dengan mudah dan ringan, tidak kehilangan banyak tenaga dan mudah dan tidak

mengalami kesulitan

melaksanakannya.10

Para pakar pendidikan juga sepakat bahwa untuk membentuk moral dan karakter religius anak

dapat mempergunakan metode

pembiasaan. Metode pembiasaan sangat penting diberikan dan ditanamkan kepada anak-anak usia dini khususnya usia anak sekolah dasar, dikarenakan anak dalam masa

9 M. Arif Khoiruddin dan Dina Dahniary

Sholekah, “Implementasi Pendidikan Agama Islam Dalam Membentuk Karakter Religius Siswa,”

PEDAGOGIK : JURNAL PENDIDIKAN 6, no. 1 (1 Juli 2019): 135.

10 Armai Arief, Pengantar ilmu dan metodologi

pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), 225.

(7)

sekolah dasar itu merupakan waktu yang sangat mudah tertanam dalam diri anak ketika kita menyampaikan sebuah nasihat, pembiasaan atau ajaran agama islam. Seperti keterangan dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah Saw telah bersabda:

ﱠﻻﹺإ دوﹸلوم نم ام دﹶلوي

ةرﹾطفﹾلا ىﹶلع

Artinya: “Tidaklah setiap anak yang lahir kecuali dilahirkan dalam keadaan fitrah”

Bentuk-bentuk kegiatan

pembiasan yang dilakukan secara rutin yang dilaksanakan di MIN 2

Bandar Kidul Kota Kediri

diantaranya melalui pembiasaan 5S yaitu senyum, sapa, salam, sopan, dan santun yang dilaksanakan mulai dari guru menyambut siswa di pintu gerbang masuk sekolah dengan

membawa alat peraga yang

berisikan 5S, jika siswa lupa guru langsung memperlihatkan alat

peraga tersebut dan siswa

melaksanakan seperti yang ada di alat peraga tersebut. Penerapkan

kebiasaan menyapa dan

menghormati orang yang lebih tua, menanamkan akhlak kepada anak-anak untuk tertib, sopan santun dan juga ramah kepada guru, bahkan kepada teman- temannya bertujuan agar siswa terbiasa bersikap ramah dan juga berkelakuan baik.

Pembiasaan yang kedua

dengan membaca do’a sebelum dan sesudah belajar. Do’a merupakan kegiatan yang dilaksanakan setiap hari saat dimulainya proses

pembelajaran. Kegiatan ini

dilakukan secara rutin dengan harapan supaya peserta didik terbiasa mengawali harinya dalam melaksanakan berbagai aktifitas

kegiatan apapun dengan

mengharapkan ridho dari Allah SWT. Do’a bersama dilaksanakan secara bersama-sama dipimpin oleh wali

kelas dengan membimbing

melaksanakan pembiasaan di pagi hari. Do’a dibaca secara serentak oleh siswa, terbaca secara rapi dan indah. Dengan pembacaan do’a tersebut siswa menjadi sadar bahwa kebersamaan sangat diperlukan dalam kehidupan ini, secara bersama-sama dalam memohon kepada Allah, bersama-sama dalam mengharap ridho-Nya, dan bersama-sama dalam memulai menuntut ilmu. Dalam pelaksanaan berdo’a sebelum dan sesudah pembelajaran merupakan penanaman nilai-nilai

karakter religius dengan

mengungkapkan puji syukur atas kehadirat-Nya serta mengharapkan karunia-Nya untuk keberkahan segala aktivitas yang dilakukan.

Pembiasaan selanjutnya

kegiatan melaksanakan sholat dhuha dan sholat Dhuhur Berjamaah. Tujuan diadakan kegiatan ini untuk

membiasakan siswa dalam

melakukan shalat setiap harinya, shalat merupakan tiang agama yang harus dijaga dan dilakukan secara wajib, walaupun di sekolah hanya membiasakan shalat dhuha dan shalat dhuhur secara berjamaah dengan harapan khusus mereka terbiasa dalam melaksanakan shalat wajib lainnya, tujuan yang lain sebagai supaya mendekatkan diri dan mengingat kepada Allah SWT sebagai pengaplikasian rasa syukur

(8)

terhadap nikmat yang telah diberikan kepada mereka.

Pelaksanaan sholat dhuha berjamaah dilaksanakan saat jam istirahat dan sebelum kegiatan belajar mengajar berlangsung. Pembiasaan ini dilaksanakan dan dipantau sendiri oleh guru keagamaan dan wali kelas masing-masing yang langsung terjun ke

masjid untuk melihat dan

mendampingi siswa yang

melaksanakan sholat dhuha. Shalat dzuhur dan shalat dhuha berjamaah memiliki implikasi pada aspek spritualitas dan mentalitas bagi siswa yang sedang belajar. Metode pembiasaan sendiri peserta didik akan mulai terbiasa melaksanakan-nya walaupun di awal mereka merasa keberatan, akan tetapi

mereka merasakan nikmatnya

melaksanakan shalat dhuha dan shalat dhuha berjamaah. Tujuan diadakan shalat dhuha dan shalat dhuhur berjamaah yaitu agar membiasakan anak-anak dalam melaksanakan shalat tepat waktu baik itu shalat fardlu maupun sunah.

Kegiatan juz ‘amma,

pembiasaan ini merupakan salah

satu kegiatan rutin yang

dilaksanakan setiap hari sebelum kegiatan belajar mengajar. Kegiatan dilaksanakan di kelas masing-masing dengan didamping wali kelas. Kegiatan ini bertujuan anak-anak terbiasa melafadkan surat-surat di juz 30 dengan harapan dapat menggunakan dalam kegiatan sehari-hari seperti dalam shalat fardlu menggunakan surat pendek

setelah al fatihah. Dalam

implementasinya bukan hanya dibaca saja akan tetapi anak

diwajibkan hafal dalam satu semester minimal 3 surat sesuai dengan tingkatan masing-masing, setiap bulan anak membaca satu surat dulu kalau sudah lancar tambah surat selanjutnya dan kemudian satu minggu sekali menarik hafalan mereka sesuai dengan yang dibaca setiap semester.

Membaca asmaul husna,

Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari sebelum pembelajaran. Tujuannya supaya peserta didik menghafal, mengimani, serta mengerti nama-nama Allah yang berjumlah 99. Dalam pelaksanaannya peserta didik sangat antusias sekali, bulan pertama mereka masih melihat dari buku panduan yang diberikan dari madrasah, bulan selanjutnya mereka sudah hafal tanpa melihat buku tersebut.

Melakukan kegiatan istigha-sah, pembiasan ini merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap satu semester sekali yaitu setiap hendak melaksanakan ujian semester. Kegiatan ini bertempat di Masjid Darussalam Bandar Kidul

Kota Kediri dengan tujuan

mendapatkan berkah dari istighasah agar peserta didik diberi kelancaran dalam menuntut ilmu, khususnya untuk kelas enam yang akan menghadapi ujian akhir nasional diberi kelancaran dan semua bisa lulus. Seluruh peserta didik

menirukan bacaan-bacaan

istighasah kemudian sekitar 30 menit berlangsung, kegiatan ini ditutup dengan doa dalam keadaan hidmah, bahkan tidak sedikit peserta didik yang menghayati ketika berdoa.

(9)

Kegiatan PHBI atau peringatan hari besar islam yang diadakan setiap setahun sekali sesuai dengan peristiwa atau

kegiatan memperingati dan

merayakan hari-hari besar umat Islam. Misalnya Tahun Baru Islam 1 Muharram, dan lain-lain. Acara ini dilakukan atau diperingati dalam serangkaian acara yang di susun secara terstruktur dan juga membutuhkan waktu yang lama

untuk merencanakan atau

memprogram acara tersebut

sekaligus dalam pelaksanaannya. Kegiatan ini selalu dilakukan dalam rangka memperingati hari besar islam, seperti peringatan maulid Nabi, Isra’ Mi’raj, idul fitri, idul adha. Semua kegiatan tersebut bertujuan agar siswa mampu menghayati dan mengambil ibrah dari sejarah dari peradaban islam.

Memperingati maulid nabi ini dilaksanakan setiap setahun sekali bertepatan dengan kelahiran nabi Muhammad Saw. Dalam rangka

memperingati maulid Nabi

Muhammad Saw pembacaan shalawat nabi bersama yang dilaksanakan di kelas masing-masing dengan didampingi wali kelas serta menceritakan kisah tentang Nabi Muhammad Saw dan peristiwa pada masa saat kelahiran nabi Muhammad Saw yang disebut dengan peristiwa tahun gajah. Kegiatan tersebut bertujuan agar siswa mampu menghayati dan mengambil ibrah dari kisah kelahiran serta peristiwa yang terjadi, dan bagaimana mulai kedatangan utusan Allah ke muka

bumi ini yang bertujuan

menyempurnakan akhlak manusia

Peringatan isra’ mi’raj merupakan salah satu peristiwa dimana perintah dari Allah Swt untuk melaksanakan shalat 5 waktu dalam sehari. Sebagaimana dengan peringatan maulid Nabi Muhammad Saw, di MIN 2 Bandar Kidul kegiatan

memperingati isra’ mi’raj

merupakan kegiatan keagamaan yang rutin dilaksanakan satu tahun sekali. Kegiatan peringatan isra’ mi’raj menurut guru-guru di MIN 2

Bandar Kidul Kota Kediri

merupakan salah satu kegiatan yang bernilai positif sebagai media penyampaian tentang sejarah perintah shalat dari Allah Swt melalui Nabi Muhammad Saw dari peristiwa tersebut.

Kegiatan ini bertujuan untuk melatih mental kebersamaan dan meningkatkan keimanan peserta didik supaya mereka menjadi

siswa-siswi yang memiliki rasa

kebersamaan dengan baik.

Kemudian Kegiatan pondok

ramadhan atau pesantren kilat adalah salah satu kegiatan pelatihan dan pendidikan serta pengembangan

sumber daya manusia yang

dilakukan secara sistematik dikalangan anak-anak. Kegiatan ini bertujuan untuk memperdalam ibadah dan pengetahuan ke-islaman pada diri pesera didik. Kegiatan Pondok Ramadhan atau Pesantren Kilat, ini bertujuan untuk lebih mendekatkan anak-anak dengan bulan ramadhan, kemudian dengan

memberikan tambahan

pembelajaran seputar puasa, zakat fitrah, hari raya idhul fitri dan lain sebagainya. Biasanya mahasiswa IAI-Tribakti ikut berbagi ilmu dan pengalaman. Selain itu juga

(10)

mengadakan pembiasaan tadarus Al-Qur’an di kelas masing-masing, serta membagikan ta’jil setiap sore bersama guru dan wali murid dan peserta didik setiap menjelang berbuka puasa.

Seluruh kegiatan pembiasaan yang dilakukan di MIN 2 Bandar kidul merupakan implementasi dari metode yang digunakan untuk membentuk karakter religius siswa sebagaimana dijelaskan gunawan dengan melakukan pembiasaan-pembiasaan kepada peserta didik yang tujuannya agar terbiasa melakukan perilaku terpuji, disiplin, giat belajar, kerja keras, ikhlas, jujur dan bertanggung jawab terhadap segala tugas yang dilakukan.11

Kesimpulan

Madrasah Ibtida’iyah Negeri 2

Bandar Kidul mengembangkan

beberapa karakter religius yakni berupa nilai ketaqwaan, keikhlasan, kejujuran, kesopanan, tolong-menolong, kebersihan, cinta rosul dan kompetitif. Pembentukan karakter religius siswa melalui pembiasaan aktivitas keagamaan yang dilaksanakan di MIN 2 Bandar Kidul Kota Kediri merupakan salah satu upaya yang dilaksanakan

madrasah dalam membentuk

karakter religius siswa diantaranya adalah doa bersama sebelum dan sesudah pembelajaran, pelaksanaan shalat dhuha dan dhuhur berjamaah, pembacaan juz ‘amma, asmaul husna, istighasah, infaq, pembiasaan 5S (salam, senyum, sapa, sopan,

11 Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep

dan Implementasi (Bandung: Alfabeta, 2012), 94.

santun), kegiatan ekstrakulikuler keagamaan seperti rebana, BTQ dan lain-lain, serta kegiatan Peringatan Hari Besar Islam (PHBI) yang terdiri dari isra’ mi’raj, maulid Nabi Muhammad Saw, dan Idhul adha. Karakter religius yang terbentuk dari adanya pembiasaan aktivitas keagamaan diantaranya adalah ketaqwaan, keikhlasan, kejujuran,

kesopanan, tolong-menolong,

toleransi, kompetitif, kebersihan, dan cinta rosul.

Daftar Pustaka

Arief, Armai. Pengantar ilmu dan

metodologi pendidikan Islam.

Jakarta: Ciputat Pers, 2002. Gunawan, Heri. Pendidikan Karakter

Konsep dan Implementasi.

Bandung: Alfabeta, 2012.

Kesuma, Dharma. Pendidikan

Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011.

Khoiruddin, M. Arif. “Perkembangan Anak Ditinjau Dari Kemampuan Sosial Emosional.” Jurnal

Pemikiran Keislaman 29, no. 2

(24 Desember 2018): 425~438-425~438.

https://doi.org/10.33367/tribak ti.v29i2.624.

Khoiruddin, M. Arif, dan Dina

Dahniary Sholekah.

“Implementasi Pendidikan

Agama Islam Dalam Membentuk Karakter Religius Siswa.”

(11)

PENDIDIKAN 6, no. 1 (1 Juli 2019): 123–44.

Lickona, Thomas. Pendidikan

Karakter. Jakarta: PT. Bumi

Aksara, 2012.

Majid, Abdul, dan Dian Andayani.

Pendidikan Karakter Perspektif

Islam. Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2011.

Mulyasa, E. Manajemen Pendidikan

Karakter. Jakarta: PT. Bumi

Aksara, 2012.

Samani, Muchlas, dan Haryanto.

Konsep dan Model Pendidikan

Karakter. Bandung: PT.

Referensi

Dokumen terkait

Proyeksi jumlah siswa yang efisien adalah sebanyak 2.602 orang, sehingga SD swasta Kb Nn perlu meningkatkan jumlah siswa sebesar 740 orang atau 39,8 persen.. Proyeksi jumlah

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut: responden yang menjalani hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah Unit II Yogyakarta

Bab ini berisi tentang pembahasan mengenai tempat dan waktu penelitian juga masalah yang terdiri dari pengrtian pelayanan, karekteristik pelayanan, kualitas

Berdasarkan hasil penelitian, implementasi pembentukan karakter religius pada masa pandemi di SDN 03 Batursari adalah dengan melihat kegiatan keagamaan yang ada di

Online Religion as Lived Religion: Methodological Issues in the Study of Religious Participation on the Internet dalam Heildelberg Journal of Religion on the Internet, Vol..

Bapak dan Ibu Dosen Studi Manajemen fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama

Selanjutnya puskesmas hams meningkatkan lagi efektifitas kerja pegawai agar kinerja pegawai puskesmas induk kecamatan Kumai kabupaten Kotawaringin Barat bisa memperoleh hasil