• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Tunjangan Sertifikasi terhadap Kinerja Guru

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Dampak Tunjangan Sertifikasi terhadap Kinerja Guru"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

21

DAMPAK TUNJANGAN SERTIFIKASI TERHADAP KINERJA GURU (Muamar, Puji Dwi Darmoko, Srifariyati, Muntoha)1

pujimoko@gmail.com Abstract

Teacher certification is one form of implementation of Law No. 14 Year 2005 on Teachers and Lecturers. Teachers categorize as a profession because it has met the requirements of the profession, the position includes intellectual activity; position control of certain scientific and educated in a certain qualifications; office promising career; position altruistic service; and positions that have professional organizations. Teacher certification should ideally have an impact on teacher performance. Teacher certification should ideally have an impact on teacher performance. The field research type of quantitative correlation with model analysis SPSS proves how the relationship and influence between alone certification and performance of teachers at teacher SMP/MTs and SD/MI certified in Pemalang district spread over 1,029 educational institutions both SD/MI and SM /MTs.

Keywords: teacher, certification, performance

A. Pendahuluan

Pelaksanaan sertifikasi guru merupakan salah satu wujud implementasi dari Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Pasal 1 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru profesional wajib memiliki kualifikasi akademik minimum sarjana (S-1) atau diploma empat (D-IV), menguasai kompetensi (pedagogik, profesional, sosial, dan kepribadian), memiliki sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

1

(2)

22

Undang-undang tersebut menegaskan bahwa guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Lebih lanjut, Undang-Undang Guru dan Dosen (UUGD) mendefinisikan bahwa profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional dibuktikan dengan sertifikat pendidik. Sebagai tenaga profesional, guru diharapkan dapat meningkatkan martabat dan perannya sebagai agen pembelajaran.

Sertifikasi guru idealnya berdampak pada kinerja guru. Hal ini seiring dengan syarat sertifikasi guru yang mengharuskan adanya kualifikasi dan kompetensi tertentu yang menyebabkan guru berhak mendapatkan tunjangan.

Deskripsi di atas menunjukkan bahwa kinerja akan berbanding lurus dengan penghasilan yang dalam konteks ini diwujudkkan dalam penghargaan pemerintah melalui kebijakan sertifikasi guru. Karenanya, jika kinerja tidak meningkat namun mendapatkan tambahan penghasilan berupa tunjangan tentu reward yang salah sasaran. Atau sebaliknya, mendapatkan reward berupa tunjangan profesi namun tidak berdampakpada kinerja berarti terjadi penyalahgunaan tunjangan yang tidak sesuai dengan peruntukannya. Jika hal ini terjadi, maka akan menjadi problem serius dalam dunia pendidikan.

Di Kabupaten Pemalang terdapat guru bersertifikasi yang tersebar di 1.029 lembaga pendidikan baik SD/MI maupun SMP/MTs. Secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut:

(3)

23 Tabel 1:

Data Lembaga Pendidikan di Pemalang

No KECAMATAN SD/MI SMP/MTs TOTAL

N S JML N S JML TOTAL 753 113 866 68 95 163 1,029 1 Kec. Moga 37 10 47 2 6 8 55 2 Kec. Pulosari 36 2 38 3 4 7 47 3 Kec. Belik 53 9 62 5 8 13 82 4 Kec. Watukumpul 49 8 57 4 3 7 67 5 Kec. Bodeh 38 4 42 5 3 8 52 6 Kec. Bantarbolang 49 8 57 5 6 11 73 7 Kec. Randudongkal 58 15 73 6 9 15 97 8 Kec. Pemalang 99 8 107 9 15 24 149 9 Kec. Taman 82 5 87 6 8 14 109 10 Kec. Petarukan 80 14 94 7 10 17 126 11 Kec. Ampelgading 41 7 48 4 4 8 60 12 Kec. Comal 52 8 60 5 6 11 78 13 Kec. Ulujami 57 8 65 5 7 12 84 14 Kec. Warungpring 22 7 29 2 6 8 37

(Sumber : Kemendikbud RI Tahun 2016)

Dari data tersebut, terdapat guru bersertifikasi secara merata di semua jenjang lembaga pendidikan yang ada di Pemalang.

Dengan paparan di atas, penelitian ini akan menggali fakta dan melakukan analisis terhadap tunjangan profesi guru kaitannya dengan kinerjanya. Sehingga dapat diketahui bagaimana proses sertifikasi dan potret kinerja guru bersertifikasi di Kabupaten Pemalang, korelasi antara sertifikasi terhadap kinerja guru SMP/MTs dan SD/MI, dan bagaimana pengaruh antara sertifikasi terhadap kinerja guru SMP/MTs dan SD/MI di Kabupaten Pemalang.

(4)

24 1. Kebijakan Sertifikasi

Program sertifikasi guru adalah program yang berisi tentang proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru. Guru yang telah mengikuti program sertifikasi dan dinyatakan lulus akan memperoleh sertifikat profesi guru sebagai tenaga profesional. Sertifikasi guru ada dua yakni sertifikasi guru dalam jabatan dan program sertifikasi untuk calon guru. Sertifikasi berbentuk uji kompetensi yang terdiri atas dua tahap yaitu tes tertulis dan tes kinerja yang dibarengi dengan self apparsial dan portofolio dan

appraisal (penilaian atasan). Materi tes didasarkan pada indikator esensial

kompetensi guru sebagai agent pembelajaran.2

Penjelasan pasal 2 ayat 1 UU No.14/2005 menyebutkan bahwa guru sebagai tenaga profesional mengandung arti bahwa pekerjaan guru hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang mempunyai kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikat pendidik sesuai dengan persyaratan untuk setiap jenis d an jenjang pendidikan tertentu.

Undang-undang tersebut menegaskan bahwa guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Lebih lanjut, Undang-Undang Guru dan Dosen (UUGD) mendefinisikan bahwa profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional dibuktikan dengan sertifikat pendidik.

Sebagai tenaga profesional, guru diharapkan dapat meningkatkan martabat dan perannya sebagai agen pembelajaran. Berkaitan dengan sertifikat pendidik yang harus dimiliki oleh guru profesional, amanat UUGD telah dilaksanakan sejak tahun 2007 melalui program sertifikasi guru dalam jabatan setelah diterbitkannya

2

Martinis Yamin dan Maisah, Standarisasi Kinerja Guru, (Jakarta: Gaung Persada, 2010), hlm. 150-154

(5)

25

Peraturan Mendiknas Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi bagi Guru Dalam Jabatan.3

2. Pelaksanaan dan Tujuan Sertifikasi Guru

Guru merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam sistem belajar siswa. Karena itu, salah satu upaya yang efektif adalah meningkatkan mutu guru. Peningkatan mutu guru terfokus pada dua hal, yakni peningkata martabat guru baik secara sosial, budaya maupun ekonomi; kedua, peningkatan mutu guru melalui program yang terintegrasi, holistik, sesuai dengan hasil pemetaan guru yang jelas dan penguasaan guru terhadap teknologi dan perkembangan keterampilan mengajar mutaakhir.4 Pada konteks inilah sertifikasi guru menjadi program pemerintah untuk meningkatkan mutu guru.

Dalam UU No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen disebutkan bahwa sertifikasi guru sebagai upaya peningkatan mutu guru yang dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan guru. Muara akhir ini diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran dan mutu pendidikan di Indonesia secara berkelanjutan. Bentuk peningkatan kesejahteraan dalam hal ini adalah adanya upaya pemberian insentif tunjangan profesi guru sebesar satu kali gaji pokok setiap bulan bagi guru yang memiliki sertifikat pendidik. Insentif ini berlaku, baik bagi guru yang berstatus pegawai negeri (PNS) maupun bagi guru yang tidak berstatus pegawai negeri (swasta).5

3. Konsep Tentang Kinerja Guru a. Pengertian Kinerja Guru

Kinerja atau performance sering disebut dengan unjuk kerja. Kinerja menurut LAN (Lembaga Administrasi Negara) adalah sebagai

3

Sumarna Surapranata, Pedoman Penetapan Peserta, Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun 2016, Edisi Revisi ke-2, Jakarta: Direktorat Jenderal Guru Dan Tenaga Kependidikan, Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan, 2016, hlm. 1

4

Sobir Sutikno, Op. Cit., hlm. 42-44

5

(6)

26

prestasi kerja atau pelaksanaan kerja, atau hasil unjuk kerja. Menurut August W. Smith mendefinisikan kinerja dengan: performance is output derives from processes, human otherwise, yaitu hasil dari suatu proses yang dilakukan manusia. Sedangkan menurut Mangkunegara kinerja adalah prestasi kerja atau hasil kerja (output) baik secara kualitas maupun kuantitas yang dicapai persatuan periode waktu dalammelaksanakan

tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”.6 Berkaitan dengan kinerja guru, wujud perilaku yang dimaksud atau yang menjadi indikatornya adalah kegiatan guru dalam mengelola pembelajaran, yang dimulai dari bagaimana seorang guru merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, mengevaluasi pembelajaran, serta menganalisis dan menindaklanjuti hasil evaluasi pembelajaran tersebut.

b. Hubungan Kinerja dan Kompetensi Guru

Kompetensi secara bahasa adalah kecakapan, kompetensi, dan kewenangan. Kompetensi adalah kecakapan yang memadai untuk melaksanakan suatu tugas atau keterampilan tertentu yang disyaratkan. Kompetensi juga bisa diartikan karakteristik dasar seseorang yang memiliki hubungan kausal dengan criteria referensi efektifitas dan keunggulan dalam pekerjaan atau kondisi tertentu.7

Terdapat beberapa istilah yang mirip dengan pengertian kompetensi, yaitu kinerja (performance), kualifikasi (qualification), kapabilitas (capability) dan kemampuan (ability). Pengertian kinerja merupakan unjuk kerja individu yang secara langsung dapat

6

Definisi kinerja menurut para ahli ini dikutip dari Khairul Azwar, dkk, “Pengaruh Sertifikasi Dan Kinerja Guru Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa Di SMP Negeri 2 Banda Aceh” dalam Jurnal Administrasi Pendidikan, Banda Aceh: Pascasarjana Syiah Kuala, Volume 3, No 2 Mei 2015, hlm. 141

7

Kriteria dasar diartikan sebagai kepribadian seseorang yang cukupndalam dan berlangsung lama, yaitu motif, karakteristik pribadi, konsep diri, dan nilai-nilai seseorang. Krietria referensi berrati kompetensidapat diukur berdasarkan kriteriantau standar tetentu. Hubungan kausal berarti bahwa keberadaan kompetensi menyebabkan kinerja unggul. Sedangkan kinerja unggul berrati tingkat pencapaian dalam situasi kerja. Dan kinerja efektif adalah batas minimal hasil kerja yang dapat diterima. Ibid., hlm. 1-5

(7)

27

diobservasi dan diukur. Kualifikasi menyangkut kecakapan individu untuk melakukan tugas-tugas tertentu dengan benar sesuai dengan persyaratan minimal yang ditentukan. Kapabilitas lebih dekat dengan kompetensi, yaitu menyangkut kemampuan individu untuk melakukan tugas-tugas tertentu, baik yang telah diaktualisasikan maupun yang belum. Sedangkan kemampuan mengacu pada tingkat penguasaan peserta didik baik ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik dalam melakukan pekerjaan.8

Kompetensi (competency) juga didefinisikan dengan berbagai cara, namun pada dasarnya kompetensi merupakan kebulatan penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang ditampilkan melalui unjuk kerja, yang diharapkan bisa dicapai seseorang setelah menyelesaikan suatu program pendidikan.9

Deskripsi di atas menunjukkan bahwa guru harus mempunyai kompetensi tertentu. Sesuai aturan Undang-undang, kompetensi yang harus dimiliki guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan komptensi sosial.10 Dari empat kompetensi ini, maka kinerja guru dapat diukur.

Pertama, kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, sekurang-kurangnya meliputi (1) pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, (2) pemahaman terhadap peserta didik, (3) pengembangan kurikulum/silabus, (4) perancangan pembelajaran, (5) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, (6) pemanfaatan teknologi pembelajaran, (7) evaluasi proses dan hasil belajar, dan (8) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

8

Lihat Yatim Riyanto dan Ismet Basuki, Program Setifikasi Guru, Makalah pada Lokakarya Pengurus Cabang Lembaga Pendidikan Maarif Provinsi Jawa Timur, 19 Nopember 2006, hlm.2, dikutip dari Siswanto, Op. Cit., hlm. 214

9

Ibid., hlm. 213

10

(8)

28

Kedua, kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya mencakup (1) berakhlak mulia, (2) arif dan bijaksana, (3) mantap, (4) berwibawa, (5) stabil, (6) dewasa, (7) jujur, (8) mampu menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, (9) secara objektif mengevaluasi kinerja sendiri, dan (10) mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.

Ketiga, Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat, sekurang-kurangnya meliputi (1) berkomunikasi lisan, tulisan, dan/atau isyarat, (2) menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional,(3) bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua/wali peserta didik, (4) bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku, dan (5) menerapkan prinsip-prinsip persaudaraan dan semangat kebersamaan.

Keempat, kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu, teknologi, dan/atau seni yang sekurang-kurang meliputi penguasaan (1) materi pelajaran secara luasdan mendalam sesuai standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang diampunya, dan (2) konsep-konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevanyang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang diampu.

Semua kompetensi profesional tersebut merupakan kemampuan guru yang bersifat holistik dan integratif dalam kinerja guru dengan menguasai pengetahuan bidang ilmu, teknologi, dan/atau seni yang sekurang-kurang meliputi penguasaan (1) materi pelajaran secara luasdan mendalam sesuai standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang diampunya, dan (2) konsep-konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevanyang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program

(9)

29

satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang diampu.

4. Kerangka Pikir (theoritical frame work)

Dengan deskripsi kompetensi di atas maka dapat dijelaskan bahwa guru harus mempunyai kompetensi tertentu sehingga dapat disebut sebagai tenaga profesional. Guru yang memenuhi syarat sebagai tenaga pendidik profesional akan mendapatkan sertifikat pendidik sehingga berhak mendapatkan tunjangan profesi. Dengan tunjangan profesi diharapkan meningkakan martabat guru, meningkatkan kinerja, dan pada akhirnya meningkatkan kulaitas pendidikan di Indoenesia.

Untuk lebih mudah, theoritical frame work akan dibuat flowchart sebagai berikut:

5. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah “ada hubungan dan pengaruh antara tunjangann sertifikasi dan kinerja guru pada guru SMP/MTs dan

SD/MI bersertifikasi di Kabupaten Pemalang”. Sehingga semakin banyak

PENINGKATAN KESEJAHTERAAN, MARTABAT, DAN STATUS

SOSIAL

TUNJANGAN PROFESI (SEBESAR SATU KALI

GAJI)

PENINGKATAN KINERJA

PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN

PENINGKATAN OUT PUT DAN

OUTCOME

(10)

30

guru SMP/MTs dan SD/MI bersertifikasi maka akan semakin meningkat

juga kinerja para guru di Kabupaten Pemalang”.

6. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) jenis kuantitatif korelasional yakni penelitian dengan menggunakan data angka-angka untuk mengetahui adanya hubungan timbal balik atau sebab akibat. Deskripsi digunakan untuk menarasikan data angka. Adapun yang diteliti adalah hubungan sertifikasi dan kinerja guru.

7. Latar dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kabupaten Pemalang dengan sasaran guru SMP/MTs dan SD/MI yang sudah mendapatkan sertifikasi dan yang belum mendapatkan sertifikasi, baik negeri maupun swasta. Penelitian dilakukan dari bulan Oktober sampai dengan November 2016.

8. Populasi dan sampel

Populasi dalam penelitian adalah guru SMP/MTs dan SD/MI yang bersertifikasi di Kabupaten Pemalang. Jumlah SMP/MTs dan SD/MI di Kabupaten Pemalang adalah 1.029 sehingga sampel yang digunakan sebanyak 100 lembaga. Hal ini didasarkan pedoman yakni jika subyeknya besar, atau lebih dari 100 maka dapat diambil 10 % sampai 15 % atau 20 % sampai 25 %. Sedangkan jika kurang dari seratus tidak dibutuhkan sampel.11 Teknik penggunaan sample adalah random sampling dengan melihat jenjang dan status lembaga pendidikan yakni jenjang MTs/SMP Negeri dan swasta terakreditasi, serta MI/SD Negeri dan swasta terakreditasi.

9. Variable Penelitian

Dalam penelitian ini ada dua variabel sebagai obyek pengamatan yakni variabel pengaruh atau bebas yaitu sertifikasi variabel terpengaruh atau terikat yaitu kinerja guru.

11

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998, hlm.29.

(11)

31

Indikator dari masing-masing variabel tersebut 1) Indikator sertifikasi guru berdasarkan portofolio meliputi a. Pendidikan dan pelatihan, b. Pengalaman mengajar, c. Merancang pembelajaran, d. Keterlibatan dalam forum ilmiah, e. Penulisan karya ilmiah, f. Mendapatkan penghargaan, g. Penilaian dari atasan, h. Keterlibatan dalam organisasi profesi, 2) Kinerja guru indikatornya meliputi a. Kinerja pada aspek kompetensi personal, b. Kinerja pada aspek kompetensi pedagogis, c. Kinerja pada aspek kompetensi professional, d. Kinerja pada aspek kompetensi social.

10.Metode Analisis Data

Analisis untuk menguji hipotesis dengan cara mengadakan perhitungan terlebih dahulu analisis statistik dengan menggunakan analisis regresi linier untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebas dan uji simultan (uji F) untuk megetahui pengaruh signifikan dari varibel bebas (sertifikasi guru) dengan variabel terikat (kinerja guru) dengan menggunakan aplikasi SPSS for windows.

B. Pembahasan 1. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap guru-guru yang sudah bersertifikasi dan belum bersertifikasi di Kabupaten Pemalang. Guru tersebut mengajar di sekolah negeri maupun swasta untuk tingkat SD/MI dan MTs/SMP. Berikut jumlah guru bersertifikasi yang menjadi objek penelitian:

a. Tingkat MTs dan SMP sebanyak 28 responden, yakni MTs 14 guru dan SMP 14 guru.

b. Tingkat SD/MI sebanyak 28 responden, yakni MI 14 guru dan SD 14 guru.

(12)

32

2. Uji Hipotesis Pengaruh Sertifikasi Terhadap Kinerja Guru SMP/MTs dan SD/MI

Dari daftar jawaban responden, maka akan dihitung dengan Regresi Linier, Koefesien Determinasi, Uji F, dan uji beda dengan menggunakan aplikasi SPSS for windos sebagai berikut:

a. Analisis Regresi Linier dan Koefisiensi Korelasi Linier Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 72.511 8.134 8.915 .000 SERTIFIKASI .223 .159 .187 1.399 .167

a. Dependent Variable: KINERJA

Pada tabel di atas, constant (a) 72,511, sedang nilai sertifikasi adalah 0,223 Sehingga persamaan regresinya dapat ditulis :

Y= 72,511+ 0,223 X

Persamaan regresi ini mempunyai makna sebagai berikut:

1. Konstanta sebesar 72,511 menyatakan bahwa jika tidak ada nilai sertifikasi naka nilai kinerja guru seebsar 72,511

2. Koefisiensi regresi X sebesar 0,223 menyatakan bahwa setiap penambahan satu nilai sertifikasi maka nilai kinerja bertambah sebesar 0,223

Uji t untuk menguji hipotesis:

Dari tabel di atas diketahui bahwa t hitung adalah 2.186 dengan nilai signifikan 0,223 >0,05 maka Ho diterima dan H1 ditolak. Dengan demikian tidak terdapat pengaruh antara sertifikasi (x) dengan kinerja guru SMP/MTs dan SD/MI (y).

(13)

33

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .187a .035 .017 5.98367

a. Predictors: (Constant), SERTIFIKASI

Berdasarkan tabel di atas nilai korelasi atau hubungan R yaitu sebesar 0,187. Sedangkan besaran koefisiensi determinasi (R2) sebsar 0,035 yang berarti prosentase pengaruh sertifikasi guru terhadap kinerja SMP/MTs dan SD/MI adalah 3,5%. Selebihnya sebesar 96,5% kinerja guru dipengaruhi oleh faktor lain.

b. Uji Simultan (uji F)

ANOVAb

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 70.122 1 70.122 1.958 .167a

Residual 1933.432 54 35.804

Total 2003.554 55

a. Predictors: (Constant), SERTIFIKASI b. Dependent Variable: KINERJA

Dari tabel di atas, diketahui F hitung sebesar 1.958 dengan tingkat signifikansi 0,167 > 0,05, maka tidak ada pengaruh sertifikasi dan kinerja guru SMP/MTs dan SD/MI.

3. Pengaruh Sertifikasi terhadap Kinerja bagi Guru SMP/MTs

Dari daftar jawaban responden yang telah dihitung di atas, maka akan dihitung dengan Regresi Linier, Koefesien Determinasi, Uji F, dan uji beda dengan menggunakan aplikasi SPSS for windos sebagai berikut:

(14)

34 Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1(Constant) 64.668 8.987 7.196 .000 SERTIFIKASI .394 .180 .394 2.186 .038

b. Dependent Variable: KINERJA

Pada tabel di atas, constant (a) 64.668, sedang nilai sertifikasi adalah 0,394 Sehingga persamaan regresinya dapat ditulis :

Y= 64.668 + 0,394 X

Persamaan regresi ini mempunyai makna sebagai berikut:

1. Konstanta sebesar 64.668 menyatakan bahwa jika tidak ada nilai sertifikasi naka nilai kinerja guru seebsar 64.668

2. Koefisiensi regresi X sebesar 0,394 menyatakan bahwa setiap penambahan satu nilai sertifikasi maka nilai kinerja bertambah sebesar 0,394

Uji t untuk menguji hipotesis:

Dari tabel di atas diketahui bahwa t hitung adalah 2.186 dengan nilai signifikan 0,038 < 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian terdapat pengaruh antara sertifikasi (x) dengan kinerja guru (y).

Model Summary

Berdasarkan tabel di atas nilai korelasi atau hubungan R yaitu sebesar 0,394. Sedangkan besaran koefisiensi determinasi (R2) sebsar 0,155 yang berarti prosentase pengaruh tunjangan profesi guru terhadap kinerja adalah 15,5%. Selebihnya sebesar 84,5% kinerja guru dipengaruhi oleh faktor lain.

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .394a .155 .123 4.73040

(15)

35 b. Uji Simultan (uji F)

ANOVAb

Model

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

1Regression 106.922 1 106.922 4.778 .038a

Residual 581.793 26 22.377

Total 688.714 27

a. Predictors: (Constant), SERTIFIKASI b. Dependent Variable: KINERJA

Dari tabel di atas, diketahui F hitung sebesar 4.778 dengan tingkat signifikansi 0,038 < 0,05, maka ada pengaruh sertifikasi dan kinerja. 4. Uji Beda Kinerja Guru SMP/MTs Bersertifikasi dan Nonsertifikasi

Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara guru SMP/MTs yang sudah sertifikasi atau belum, maka digunakan uji independent T test SPSS for windows. Nilai kinerja guru bersertifikasi sudah ditampilkan di atas.

Berikut hasil perhitungan uji beda dengan menggunakan spss for

windows:

- Out put grup statistik

Group Statistiks

KELOMPOK N Mean Std. Deviation

Std. Error Mean KINERJ A BERSERTIFIKASI 27 84.1111 5.11659 .98469 NONSERTIFIKASI 27 80.0370 7.12245 1.37072

Dari tabel grup statistik diketahui bahwa rata-rata kinerja guru SMP/MTs yang mendapatkan tunjangan profesi adalah 84,1111 dengan standar deviasi 5,11659 dan kinerja guru nonsertifikasi sebesar 80,0370 dengan standar deviasi 7,12245.

(16)

36 Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t Df Sig. (2-tailed)

KINERJA Equal variances assumed 2.171 .147 2.414 52 .019 Equal variances not assumed 2.414 47.192 .020

Uji t dilakukan untuk membandingkan kinerja guru bersertifikasi dan non sertifikasi dengan ketentuan Jika probabilitas atau nilai signifikansi > 0,05 maka Ho diterima, dan jika hasil probabilitas < dari 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima.

Dari tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa nilai probabilitas atau signifikansi adalah 0,019 < 0,005 sehingga Ho ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan terdapat perbedaan kinerja guru SMP/MTs yang bersertifikasi dengan guru SMP/MTs nonsertifikasi. 5. Pengaruh Sertifikasi dan Kinerja Guru SD/MI

Dari daftar jawaban responden yang telah dihitung di atas, maka akan dihitung dengan Regresi Linier, Koefesien Determinasi, dan Uji F dengan menggunakan aplikasi SPSS for windos sebagai berikut:

(17)

37 Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 77.648 14.708 5.279 .000 SERTIFIKASI .111 .281 .078 .397 .695

a. Dependent Variable: KINERJA

Pada tabel di atas, constant (a) 77.648, sedang nilai sertifikasi adalah 0,111 Sehingga persamaan regresinya dapat ditulis :

Y= 63.698 + 0,111X

Persamaan regresi ini mempunyai makna sebagai berikut:

1. Konstanta sebesar 77.648 menyatakan bahwa jika tidak ada nilai sertifikasi naka nilai kinerja guru seebsar 77.648

2. Koefisiensi regresi X sebesar 0,111 menyatakan bahwa setiap penambahan satu nilai sertifikasi maka nilai kinerja bertambah sebesar 0,111

Uji t untuk menguji hipotesis:

Dari tabel di atas diketahui bahwa t hitung adalah 0.397 dengan nilai signifikan 0,695 > 0,05 maka Ho diterima dan H1 ditolak. Dengan demkian tidak terdapat pengaruh antara sertifikasi (x) dengan kinerja guru (y). Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .078a .006 -.032 7.069 2.132

a. Predictors: (Constant), SERTIFIKASI b. Dependent Variable: KINERJA

Berdasarkan tabel di atas nilai korelasi atau hubungan R yaitu sebesar . 078a. Sedangkan besaran koefisiensi determinasi (R2) sebsar

(18)

38

0,006 yang berarti prosentase pengaruh tunjangan profesi guru terhadap kinerja adalah 0,6 %. Selebihnya sebesar 89,4 % kinerja guru dipengaruhi oleh faktor lain.

b. Uji Simultan (Uji F)

Dari tabel di atas, diketahui F hitung sebesar 0.158 dengan tingkat signifikansi 0,695>0,05, maka tidak ada pengaruh sertifikasi dan kinerja. 6. Uji Beda Kinerja Guru SD/MI Bersertifikasi dan Nonsertifikasi

Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara guru SD/MI yang sudah sertifikasi atau belum, maka digunakan uji independent T test SPSS for windows. Nilai kinerja guru bersertifikasi sudah ditampilkan di atas.

Berikut hasil perhitungan uji beda dengan menggunakan spss for

windows:

- Out put grup statistic

Group Statistiks

SERTIFIKASI N Mean Std. Deviation Std. Error Mean KINERJA BERSERTIFIKASI 28 83.4643 6.95745 1.31483

NONSERTIFIKASI 28 81.0357 7.57424 1.43140

Dari tabel grup statistik diketahui bahwa rata-rata kinerja guru SD/MI yang mendapatkan tunjangan profesi adalah 83,4643 dengan standar

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1Regression 7.878 1 7.878 .158 .695a

Residual 1299.086 26 49.965

Total 1306.964 27

a. Predictors: (Constant), SERTIFIKASI

(19)

39

deviasi 6,95745 dan kinerja guru non sertifikasi sebesar 81,0357 dengan standar deviasi 7,57424.

- Analisis Uji t

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. T df Sig. (2-tailed)

KINERJA Equal variances

assumed 1.776 .188 1.250 54 .217

Equal variances

not assumed 1.250 53.615 .217

Hipotesis:

Uji t dilakukan untuk membandingkan kinerja guru SD/MI bersertifikasi dan nonsertifikasi dengan ketentuan Jika probabilitas atau nilai signifikansi > 0,05 maka Ho diterima, dan jika hasil probabilitas < dari 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima.

Dari tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa nilai probabilitas atau signifikansi adalah 0,217 > 0,005 sehingga Ho diterima dan H1 ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan tidak ada perbedaan kinerja guru SD/MI yang bersertifikasi dengan guru SD/MI nonsertifikasi.

7. Interpretasi Hasil Analisis

Perhitungan dan hasil analisis adanya pengaruh sertifikasi guru bagi guru SMP/MTs dan SD/MI yang bersertifikasi terhadap kinerja dilihat dari empat aspek kompetensi yakni kepribadian, pedagogis, profesionalisme dan social tidak ada pengaruh dan korelasi. Namun jika diuji secara parsial dengan jenjang SMP/MTs dan SD/MI, maka untuk SMP/MTs terdapat pengaruh dan SD/MI tidak ada pengaruh. Karenanya berikut ini akan dijelaskan pengaruh sertifikasi guru bagi kinerja untuk jenjang SMP/MTs.

Perhitungan dan hasil analisis adanya pengaruh sertifikasi guru bagi guru SMP/MTs yang bersertifikasi terhadap kinerja dilihat dari empat aspek kompetensi yakni kepribadian, pedagogis, profesionalisme dan sosial.

(20)

40

Peningkatan kinerja pada kompetensi kepribadian meliputi 5 (lima) aspek kinerja yakni: Etos kerja dan kedisiplinan; kebanggaan sebagai guru dan mencintai profesinya; bertindak sesuai norma atau tata tertib; mempunyai sikap dan tindakan yang dapat menjadi contoh; dan bermusyawarah dalam membuat keputusan. Dari kelima aspek ini, empat aspek mempunyai peningkatan kinerja yang baik, namun pada aspek etos kerja dan displin perlu ditingkatkan lagi.

Peningkatan kinerja pada kompetensi pedagogis meliputi 10 (sepuluh) aspek kinerja yakni: pemetaan potensi peserta didik; menentukan metode dan strategi pembelajaran; menentukan langkah membuat RPP; langkah-langkah pembelajaran; kemampuan mengelola kelas; memanfaatkan media pembelajaran dan alat peraga; teknik evaluasi pembelajaran; melakukan remedial dalam evaluasi pembelajaran; melakukan pemetaan melalui evaluasi pembelajaran; membuat kisi-kisi soal. Dari ke sepuluh bidang kerja tersebut yang agak kurang adalah teknik evaluasi pembelajaran dan pemetaan potensi peserta didik. Dua point terakhir ini perlu ada peningkatan kinerja.

Peningkatan kinerja pada kompetensi profesional meliputi 4 (empat) aspek kinerja yakni: pemahaman terhadap kurikulum, pemahaman terhadap peta konsep, upaya penguasaan materi pelajaran, dan membuat langkah-langkah penelitian terhadap domain keilmuan. Ketiga aspek sudah baik, dan yang masih sangat kurang adalah aspek membuat penelitian terhadap domain keilmuan. Ini menjadi kelemahan secara umum yang harus mendapat perhatian khusus.

Peningkatan kinerja pada kompetensi sosial meliputi 4 (empat) aspek kinerja yakni: keterlibatan menjalin komunikasi, keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan di sekolah/madrasah, kepedulian sosial kemasyarakatan atau keagamaan, dan kemampuan penyesuaian diri dengan lingkungan. Kinerja bidang kompetensi sosial ini rata-rata sudah baik.

Adapun pada uji beda antara guru SMP/MTs yang bersertifikasi dan yang belum sertifikasi perbedaannya adalah pada aspek pedagogis yakni kriteria pemetaan potensi peserta didik, langkah-langkah membuat RPP,

(21)

41

langkah melaksanakan pembelajaran, mmanfaatkan media pembelajaran dan alat peraga, dan melakukan remedial dalam evaluasi pembelajaran. Pada aspek profesional perbedaan nampak pada pemahaman terhadap kurikulum, pemahaman terhadap peta konsep, upaya meningkatkan penguasaan materi pelajaran, dan membuat langkah-langkah penelitian terhadap domain keilmuan. Pada aspek kompetensi sosial juga berbeda yakni keterlibatan menjalin komunikasi, keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan di sekolah/madrasah, kepedulian sosial kemasyarakatan atau keagamaan, kemampuan penyesuaian diri dengan lingkungan. Adapun kinerja pada aspek kompetensi kepribadian sangat sedikit perbedaannya.

Dari deskripsi di atas, menunjukkan bahwa bagi guru SMP/MTs yang telah mendapatkan tunjangan profesi mempunyai kinerja yang cukup baik pada setiap kompetensi yang seharusnya dimiliki guru. Hal ini memberikan harapan bahwa akan terjadi peningkatan kualitas pembelajaran yang berimbas pada peningkatan output dan outcome. Dengan ini diharapkan akan ada peningkatan mutu pendidikan jenjang SMP/MTs di Kabupaten Pemalang. Sejumlah kekeurangan pada kriteria tertentu di empat kompetensi yang sudah dipaparkan di atas, hendaknya bisa ditingkatkan. Kekurangan yang mencolok adalah pada langkah penelitian terkait degan domain keilmuan guru. Hal inilah yang perlu mendapatkan perhatian serius.

Adapun bagi guru SMP/MTs yang berlum bersertifikasi secara kinerja sudah baik karena perbedaan dengan yang sudah bersertifikasi dalam beberapa krietria di ketiga kompetensi bisa ditingkatkan. Harapannya saat mereka nantinya mendapat sertifikasi kinerjanya akan meningkat.

C. Penutup 1. Kesimpulan

Dari paparan bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

a. Preoses sertifikasi di Kabupaten Pemalang berjalan dengan baik dan dilakukan dengan mengacu pada Undang-Undang No. 14 Tahun 205 Tentang Guru dan Dosen, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

(22)

42

Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, serta Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dan pedoman atau juknis yang ada.

b. Tidak terdapat pengaruh program sertifikasi terhadap kinerja guru SMP/MTs dan SD/MI. Dari hasil regresi linier menunjukkan nilai koefisiensi regresi X sebesar 0,223 menyatakan bahwa setiap penambahan satu nilai sertifikasi maka nilai kinerja bertambah sebesar 0,223. Hasil uji t untuk menguji hipotesis diketahui bahwa t hitung adalah 2.186 dengan nilai signifikan 0,223 >0,05 maka Ho diterima dan H1 ditolak. Dengan demikian tidak terdapat pengaruh antara sertifikasi (x) dengan kinerja guru SMP/MTs dan SD/MI (y). Berdasarkan nilai korelasi atau hubungan R yaitu sebesar 0,187, sedangkan besaran koefisiensi determinasi (R2) sebesar 0,035 berarti prosentase pengaruh sertifikasi guru terhadap kinerja SMP/MTs dan SD/MI adalah 3,5%. Selebihnya sebesar 96,5% kinerja guru dipengaruhi oleh faktor lain. Adapun hasil Uji Simultan (uji F) diketahui F hitung sebesar 1.958 dengan tingkat signifikansi 0,167 > 0,05, maka tidak ada pengaruh sertifikasi dan kinerja guru SMP/MTs dan SD/MI.

c. Terdapat hubungan dan pengaruh antara program sertifikasi terhadap kinerja bagi guru SMP/MTs di kabupaten Pemalang. Hal ini berdasarkan hasil perhitungan koefisiensi regresi X sebesar 0,394 yang berarti bahwa setiap penambahan satu nilai sertifikasi maka nilai kinerja bertambah sebesar 0,394. Pada analisis uji t dihasilkan t hitung sebesar 2.186 dengan nilai signifikan 0,038 < 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian terdapat pengaruh antara sertifikasi (x) dengan kinerja guru (y). Berdasarkan nilai korelasi R sebesar 0,394, sedangkan besaran koefisiensi determinasi (R2) sebsar 0,155 yang berarti prosentase pengaruh tunjangan profesi guru terhadap kinerja adalah 15,5%. Selebihnya sebesar 84,5% kinerja guru dipengaruhi oleh faktor lain. Hasil uji simultan (uji F) diketahui F

(23)

43

hitung sebesar 4.778 dengan tingkat signifikansi 0,038 < 0,05, maka ada pengaruh tunjangan profesi dan kinerja.

Adapun jika dibandingkan dengan guru SMP/MTs yang belum bersertifikasi terdapat perbedaan, yakni bahwa rata-rata kinerja guru SMP/MTs yang mendapatkan tunjangan profesi adalah 84,1111 dengan standar deviasi 5,11659 dan kinerja guru nonsertifikasi sebesar 80,0370 dengan standar deviasi 7,12245. Dan untuk analisis Uji t dengan nilai probabilitas atau signifikansi adalah 0,019 < 0,005 sehingga Ho ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan terdapat perbedaan kinerja guru SMP/MTs yang bersertifikasi dengan guru SMP/MTs nonsertifikasi.

d. Adapun untuk guru SD/MI, nilai koefisiensi regresi X sebesar 0,111 menyatakan bahwa setiap penambahan satu nilai sertifikasi maka nilai kinerja bertambah sebesar 0,111. Adapun nilai t hitung adalah 0.397 dengan nilai signifikan 0,695 > 0,05 maka Ho diterima dan H1 ditolak. Dengan deMIkian tidak terdapat pengaruh antara sertifikasi (x) dengan kinerja guru (y). Berdasarkan nilai korelasi atau hubungan R yaitu sebesar 0,78a, dengan besaran koefisiensi determinasi (R2) sebsar 0,006 yang berarti prosentase pengaruh tunjangan profesi terhadap kinerja adalah 0,6 %. Selebihnya sebesar 89,4 % kinerja guru dipengaruhi oleh faktor lain. Untuk uji Simultan (Uji F) terdapat nilai F hitung sebesar 0.158 dengan tingkat signifikansi 0,695>0,05, maka tidak ada pengaruh sertifikasi dan kinerja.

Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara guru SD/MI yang sudah sertifikasi atau belum, maka diketahui bahwa rata-rata kinerja guru SD/MI yang mendapatkan tunjangan profesi adalah 83,4643 dengan standar deviasi 6,95745 dan kinerja guru non sertifikasi sebesar 81,0357 dengan standar deviasi 7,57424. Dan analisis Uji t bahwa nilai probabilitas atau signifikansi adalah 0,217 > 0,005 sehingga Ho diterima dan H1 ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan tidak ada perbedaan kinerja guru SD/MI yang bersertifikasi dengan guru SD/MI nonsertifikasi.

(24)

44

e. Dari interpretasi hasil analisis peningkatan kinerja meliputi empat aspek kompetensi baik kompetensi kepribadian, pedagogis, profesional, maupun sosial. Adapun jika dibandingkan dengan kinerja yang belum bersertifikasi terdapat perbedaan pada aspek pedagogis aspek profesional dan kompetensi sosial.

2. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka kami memberikan rekomendasi kepada Yth.,

a. Bapak Bupati Pemalang untuk memberikan arahan dan pembinaan pada stakeholder pendidikan khusunya liding sektor yang membidangi untuk meningkatkan kinerja guru SMP/MTs bersertifikasi khususnya pada aspek kompetensi pedagogis. Pada aspek pedagogis ini yang sangat perlu mendapat perhatian adalah pada penelitian terkait degan domain keilmuan guru. Adapun terkait dengan kinerja guru berertifikasi SD/MI masih rendah dikarenakan sampel penelitian yang belum representatif sehingga diperlukan penelitian lanjutan.

b. Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pemalang hendaknya meningkatkan pembinaan bagi guru madrasah yang sudah berertifikasi, khususnya pada aspek pedagogis sehingga guru berertifikasi mampu meningkatkan kinerjanya.

DAFTAR PUSTAKA

Djarwanto Ps dan Pangestu Subagyo, Statistik Induktif, Edisi Keempaat, Yogyakarta: BPFE UGM, 1998

Hesti Murwanti “Pengaruh Sertifikasi Profesi Guru Terhadap “Motivasi Kerja

dan Kinerja Guru di SMK Negeri Se-Surakarta” dalam Jurnal

Pendidikan Bisnis dan Ekonomi (BISE), Vol.1 No. 1 Tahun 2013

Ibnu Hajar, M.Ed, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam

Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996)

Khairul Azwar, dkk, “Pengaruh Sertifikasi Dan Kinerja Guru Terhadap

(25)

45

dalam Jurnal Administrasi Pendidikan, Banda Aceh: Pascasarjana Syiah Kuala, Volume 3, No 2 Mei 2015

Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia Pustaka, 1983)

M. Ali, Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi, (Jakarta: Sinar Pagi, 1985)

Martinis Yamin dan Maisah, Standarisasi Kinerja Guru, Jakarta: Gaung Persada, 2010,

Muslih Samani, dkk, Pedoman Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Sertifikasi

Guru Dalam Jabatan Melalui Penilaian Portofolio Untuk Guru,

Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, 2008

Siswanto, “Program Sertifikasi Guru, (Antara Tuntutan Kesejahteraan dan Kualitas)”, dalam Jurnal Tadrîs. Volume 3. Nomor 2. 2008

Sobri Sutikno, Belajar dan Pembelajaran, Lombok: Holistica, 2013

Soejtipton dan Rafli Kosasih, Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta, 1999 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, suatu Pendekatan Praktek,

(Jakarta: Rineka Cipta, 1998)

Sumarna Surapranata, Pedoman Penetapan Peserta, Sertifikasi Guru Dalam

Jabatan Tahun 2016, Edisi Revisi ke-2, Jakarta: Direktorat

Jenderal Guru Dan Tenaga Kependidikan, Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan, 2016

UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

Winarno Surahmad, Dasar dan Tekhnik Pengantar Metode Ilmiah, (Bandung: Tarsito, 1972)

Yatim Riyanto dan Ismet Basuki, Program Setifikasi Guru, Makalah pada Lokakarya Pengurus Cabang Lembaga Pendidikan Maarif Provinsi Jawa Timur, 19 Nopember 2006)

Referensi

Dokumen terkait

Sementara ikan yang diberi pakan dengan jenis karbohidrat sukrosa, dekstrin, dan pati mengalami kenaikan puncak kadar glukosa plasma darah yang lebih rendah dan

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat, hidayah, karunia serta nikmat-Nya penulis dapat mengerjakan skripsi yang berjudul Pengaruh

Faktor Guru Sebagian besar pendidikan formal guru program pendidikan agama Islam di Sekolah Menengah Lamyang Whitthaya Munalithi sudah menenuhi syarat minimal kelas sanawiyah Deploma

Berdasarkan aliran pengajian, hasil kajian menunjukkan bahawa terdapat perbezaan yang signifikan antara kumpulan pelajar dari aliran pengajian Sains Tulen, Sains Sosial

Dalam penelitian ini menggunakan bahan baku karet alam yaitu kompo (kompo 4), pelunak dari minyak biji ketapang dan bahan pengisi pasir kuarsa, sehingga menghasilkan

Hampir pada semua UKM/IKM yang ada, keuangan dan permodalan menjadi masalah yang penting. Selain kuantitas modal, hal yang paling penting adalah lemahnya pengelolaan

Tg menunjukkan ukuran titik lunak (softening point) polimer dan indikator batas atas temperatur kerjanya. Dari hasil analisa FTIR pada sampel 7 dan 9 ada serapan getaran ulur

Dengan demikian dapat disimpulkan dari hasil analisis linier berganda menunjukkan bahwa variabel Komitmen Organisasional merupakan salah satu faktor yang memiliki