DAMPAK SERTIFIKASI TERHADAP KINERJA GURU
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI KOTA BANDUNG
(Studi Deskriptif Analitis Terhadap Guru di Sekolah Menengah Di Kota Bandung)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan
Oleh : Rudy Komarudin
0906033
JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
Dampak Sertifikasi Terhadap Kinerja
Guru Pendidikan Kewarganegaraan
Di Kota Bandung
Oleh Rudy Komarudin
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© Rudy Komarudin 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
LEMBAR PENGESAHAN
Rudy Komarudin 0 9 0 6 0 3 3
DAMPAK SERTIFIKASI TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI KOTA BANDUNG
(Studi Deskriptif Analitis Terhadap Guru di Sekolah Menengah Di Kota Bandung)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :
Pembimbing I
Dr. Dadang Sundawa, M.Pd NIP. 19600515 198803 1 002
Pembimbing II
Dr. Prayoga Bestari, M.Si NIP. 19750414 20051 1 001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan
Skripsi Ini Diuji pada Tanggal 30 Oktober 2013 Panitia Ujian terdiri dari:
1 Ketua :
Prof. Dr. Karim Suryadi, M.Si. NIP. 19700814 199402 1 001 2. Sekretaris :
Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed. NIP. 19630820 198803 1 001 3. Penguji :
Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed. NIP. 19630820 198803 1 001
Dr. Muhammad Halimi, M.Pd. NIP. 19580605 198803 1 001
ABSTRAK
Rudy Komarudin (0906033). Dampak Sertifikasi terhadap Kinerja Guru Pendidikan Kewarganegaraan di Kota Bandung
Sertifikasi guru merupakan program pemerintah yang ditetapkan untuk memprofesionalkan profesi seorang guru. Melalui program tersebut diharapkan seorang guru dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai seorang profesional. Seorang guru sudah dapat dikatakan profesional apabila memiliki kualifikasi akademik, memiliki kompetensi, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Melalui peningkatan kompetensi tersebut diharapkan kegiatan belajar pembelajaran akan terlaksana sesuai dengan standar proses pembelajaran. Menciptakan terdidik yang mampu berkembang menuju pendewasaan dan dapat memaksimalkan potensi merupakan kualitas mutu pendidikan yang menjadi tujuan pendidikan nasional. Tujuan dari pendidikan nasional memiliki kesamaan dengan tujuan dari pembelajaran pendidikan kewarganegaraan, yakni menciptakan terdidik yang mampu mengembangkan potensi serta mengembangkan kedewasaan agar dapat berperan dan berpartisispasi aktif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara melalui kegiatan pembelajaran yang dilakukan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kompetensi guru khususnya guru pendidikan kewarganegaraan yang telah memiliki sertifikat pendidik melalui kinerja pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru-guru pendidikan kewarganegaraan. Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah guru-guru pendidikan kewarganegaraan di kota Bandung. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi deskriptif analitis dan pengumpulan data dilakukan melalui teknik wawancara, observasi, studi dokumentasi, dan studi pustaka.
Penelitian ini menghasilkan beberapa temuan, yaitu bahwa dampak sertifikasi terhadap kinerja guru pendidikan belum sepenuhnya mempengaruhi dan menyempurnakan kinerja guru pendidikan kewarganegaraan dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya memberikan pendidikan melalui proses pengajaran. Hal tersebut dibuktikan dengan masih ada beberapa narasumber (guru PKn) belum sepenuhnya menguasai dan menerapkan aspek-aspek yang menjadi indikator dalam kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional melalui pelaksanaan tugas pembelajarannya.
ABSTRACT
Rudy Komarudin ( 0906033 ). Certification Impact on Citizenship Education Teacher Performance in Bandung
Teacher certification is a government program established to professionalize the profession of a teacher. Program through a teacher is expected to carry out their duties and obligations as a professional. A teacher has to be said if the professional has the academic qualifications, competence, physical and spiritual health, as well as having the ability to achieve national education goals.
Through an increase in the expected competencies and learning activities will be accomplished in accordance with the standards of the learning process. Creating a well-educated and capable of evolving toward maturity can maximize the potential of a quality of education that a national education goals. The purpose of national education has similarities with the purpose of civic education, which creates a well-educated are able to develop the potential and maturity in order to develop and berpartisispasi active role in the life of society, nation and state through the learning activities undertaken.
This study aims to determine the level of competence of teachers, especially teachers of civic education that has been certified educator performance through the implementation of learning undertaken by teachers of citizenship education. In this study, the research object is civic education teachers in the city of Bandung. This study used a qualitative approach with descriptive analytical study methods and techniques of data collection through interviews, observation, documentary studies, and literature.
DAFTAR ISI
2. Standar Kompetensi dan sertifikasi Guru ... 35
3. Alur Sertifikasi Guru dalam Jabatan ... 43
B. Tinjauan Umum Tentang Profesionalisme Kinerja Guru ... 49
1. Pengertian Profesionalisme Guru ... 49
2. Pengertian Kinerja Guru ... 52
C. Tinjauan Umum Tentang Pendidikan Kewarganegaraan ... 54
C. Tahapan Penelitian ... 63
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 77
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 77
1. Profil SMAN 8 Bandung ... 77
2. Profil SMAN 14 Bandung ... 82
3. Profil SMAN 15 Bandung ... 83
B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 83
1. Kinerja Guru dalam Kompetensi Pedagogik setelah Guru Pendidikan Kewarganegaraan Mengikuti Program Sertifikasi ... 85
2. Kinerja Guru dalam Kompetensi Kepribadian setelah Guru Pendidikan Kewarganegaraan Mengikuti Program Sertifikasi ... 87
3. Kinerja Guru dalam Kompetensi Sosial setelah Guru Pendidikan Kewarganegaraan Mengikuti Program Sertifikasi ... 89
4. Kinerja Guru dalam Kompetensi Profesional setelah Guru Pendidikan Kewarganegaraan Mengikuti Program Sertifikasi ... 91
C. Analisis Hasil Penelitian ... 93
1. Kinerja Guru dalam Kompetensi Pedagogik setelah Guru Pendidikan Kewarganegaraan Mengikuti Program Sertifikasi ? ... 93
2. Kinerja Guru dalam Kompetensi Pedagogik setelah Guru Pendidikan Kewarganegaraan Mengikuti Program Sertifikasi ... 103
3. Kinerja Guru dalam Kompetensi Pedagogik setelah Guru Pendidikan Kewarganegaraan Mengikuti Program Sertifikasi ... 110
4. Kinerja Guru dalam Kompetensi Pedagogik setelah Guru Pendidikan Kewarganegaraan Mengikuti Program Sertifikasi ... 116
D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 125
1. Kriteria Guru Profesional ... 125
2. Dampak Sertifikasi terhadap Kinerja Guru PKn ... 126
3. Hubungan Antara Sertifikasi dengan Kinerja Guru PKn ... 128
E. Temuan Penelitian ... 129
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 130
A. Kesimpulan ... 130
B. Saran ... 134
DAFTAR PUSTAKA ... 137
LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Menurut UU no. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen bab I ketentuan
umum pasal 1,
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Guru merupakan salah satu komponen penting dalam sistem pendidikan.
Berbicara mengenai masalah pendidikan pasti tidak akan terlepas dari profesi
seorang guru, karena guru merupakan salah satu kepanjangan tangan dari sistem
pendidikan. Guru memiliki peranan utama dalam pembangunan pendidikan,
khususnya pendidikan yang diselenggarakan secara formal disekolah.
Keberhasilan peserta didik tidak terlepas dari peran seorang guru, yang dalam hal
ini kaitannya dengan proses belajar - mengajar.
Segala hal yang dilakukan untuk usaha memperbaiki apapun dalam hal
meningkatkan kualitas pendidikan dirasa tidak akan memberikan sesuatu yang
begitu berarti tanpa adanya dukungan dari guru yang profesional dan berkualitas.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa langkah awal yang harus dilakukan dalam
upaya perbaikan pendidikan harus dimulai dengan meningkatkan kualitas guru,
sehingga dengan adanya guru yang berkompeten akan mampu menciptakan
peserta didik yang berkompeten.
Berikut beberapa kajian dan hasil penelitian yang menunjukan pada kita
peranan yang sangat strategis dari seorang guru dalam menentukan keberhasilan
pendidikan dan meningkatkan kualitas pembelajaran yang bermuara pada
pembentukan kompetensi peserta didik. Berbagai kajian dan hasil penelitian
tersebut yang tedapat dalam Mulyasa, E (2012 : 9) antara lain,
penerapan metode pembelajaran, semuanya bergantung kepada guru. Tanpa penguasaan materi dan strategi pembelajaran, serta tanpa dapat mendorong siswanya untuk belajar bersungguh-sungguh, segala upaya peningkatan mutu pendidikan tidak akan mencapai hasil yang maksimal.
Guru adalah alat utama yang langsung memberikan pembelajaran atau
mendidik siswa secara langsung (saling berhadapan). Jika kemampuan seorang
guru tidak sesuai dengan apa yang distandarkan maka segala usaha dan upaya
yang dilakukan untuk memperbaiki mutu pendidikan tidak akan berhasil jika tidak
dibarengi dengan perbaikan kinerja guru tersebut. Kemudian dikemukakan oleh
Cheng dan Wong dalam Mulyasa, E (2012 : 9),
berdasarkan hasil penelitiannya di Zhejiang, Cina, melaporkan empat karakterristik sekolah dasar yang unggul, yaitu : 1) Adanya dukungan pendidikan yang konsisten dari masyarakat, 2) Tingginya derajat profesionalisme dikalangan guru, 3) Adanya tradisi jaminan kualitas dari sekolah, dan 4) Adanya harapan yang tinggi dari siswa untuk berprestasi.
Dalam penelitian tersebut, guru menempati tempat kedua yang
mempengaruhi baik tidaknya mutu pendidikan. Dapat kita pahami sejalan dengan
hasil penelitian yang telah dipaparkan diatas, bahwa guru merupakan salah satu
komponen atau bagian paling penting dalam peningkatan mutu pendidikan. Oleh
karena itu dibutuhkan guru yang kompeten untuk terwujudnya peningkatan mutu
pendidikan. Mulyasa dalam bukunya menyebutkan sedikitnya terdapat tujuh
indikator yang dapat menunjukan kelemahan-kelemahan seorang guru dalam
melaksanakan tugas utamanya mengajar (2012 : 9), yaitu :
1) Rendahnya pemahaman tentang strategi pembelajaran, 2) Kurangnya kemahiran dalam mengelola kelas, 3) Rendahnya kemampuan melakukan dan memanfaatkan penelitian tindakan kelas, 4) Rendahnya motivasi berprestasi, 5) Kurang disiplin, 6) Rendahnya komitmen profesi, dan 7) Serta rendahnya kemampuan manajemen waktu.
Indikator-indikator tersebut menyatakan ketidakmampuan atau kesulitan
yang dialami guru dalam merumuskan, merancang, dan melaksanakan
pembelajaran yang baik. Selain itu, ketidakmauan seorang guru untuk
meningkatkan kompetensinya merupakan faktor penting yang membuat tidak
tujuan dari pendidikan nasional. Fungsi dan tujuan pendidikan nasional terdapat
dalam pasal 3 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 dikutip dalam Mulyasa, E(
2008 : 4) yakni,
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dalam pasal tersebut menjelaskan mengenai fungsi pendidikan nasional
sebagai sarana untuk membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.
Kemudian tujuan dari pendidikan nasional dalam pasal 3 yakni untuk
mengembangkan potensi peserta didik. Potensi bukan hanya mengenai ilmu
pengetahuan akan tetapi dibarengi dengan pengembangan iman, takwa, dan ahlak.
Umumnya Peningkatan kemampuan guru, pelaksanaan fungsi pendidikan
nasional, serta pelaksanaan tujuan dari pendidikan nasional merupakan tugas dan
kewajiban semua guru.
Dalam pendidikan kewarganegaraan pelaksanaan fungsi dan tujuan dari
pendidikan nasional merupakan bagian dalam materi pelajaran itu sendiri. Karena
PKn merupakan mata pelajaran yang mengajarkan mengenai moral, ahklak, serta
perilaku dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dijelaskan dalam Fajar. A,
(2009 : 141) mengenai pengertian pendidikan kewarganegaraan adalah :
Mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosiokultura, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh pancasila dan UUD 1945.
Pengertian tersebut menjelaskan bahwa pendidikan kewarganegaraan
merupakan mata pelajaran yang diberikan pada siswa sebagai upaya untuk
pembentukan diri siswa. Pembentukan diri ini dilakukan untuk mengarahkan
segala potensi yang dimiliki oleh seorang terdidik pada arah yang baik.
Cogan menyebutkan dalam Ganjar M Ganeswara et al. (2002 : 1) bahwa
yang dirancang untuk mempersiapkan warganegara muda, agar kelak setelah
dewasa dapat berperan aktif dalam masyarakat‟. Pengertian ini masih memiliki arti sama dengan pengertian yang disebutkan oleh Arnie Fajar. Kedua
menekankan bahwa pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang
diberikan pada siswa untuk menciptakan warga negara yang memiliki
kepribadian, serta perilaku yang baik sehingga kelak mampu berperan aktif dalam
masyarakat.
Dari penjelasan yang telah dipaparkan mengenai pendidikan
kewarganegaraan, dapat disimpulkan bahwa pendidikan kewarganegaraan
memiliki peran yang sangat besar dalam upaya pelaksanaan fungsi pendidikan
serta pelaksanaan tujuan pendidikan nasional. Karena inti dari keduanya saling
berkaitan yakni menciptakan manusia yang baik dan juga bisa berguna bagi
lingkungan, masyarakat, bangsa, dan negara. Adapun tujuan dari pendidikan
kewarganegaraan dalam Fajar, A, (2009 : 143),
Tujuan mata pelajaran kewarganegaraan adalah untuk memberikan kompetensi-kompetensi sebagai berikut.
1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.
2. Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama-sama dengan bangsa-bangsa lainnya.
4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi dan komunikasi.
Materi pendidikan kewarganegaraan sangat luas, bukan hanya mengurusi
urusan-urusan didalam negeri tetapi juga membentuk manusia sehingga dapat
hidup dengan baik dan bersikap dihadapan bangsa-bangsa lain.
Pada masa sekarang ini, dimana pengaruh globalisasi telah masuk serta
menjadi gaya hidup dari remaja-remaja sekarang. Untuk pengaruh yang positif
tentu tidak menjadi masalah. Akan tetapi jika pengaruh negatif dari globalisasi
dijadikan gaya hidup (oleh remaja) tentu saja perlu diberi perhatian khusus.
kebarat-baratan. Memang tidak salah, namun jika yang ditirunya tersebut sudah
menyimpang bahkan melanggar norma-norma yang ada maka hal tersebut perlu
segera diluruskan. Kemudian beberapa tahun kebelakang, marak sekali
pemberitaan mengenai geng-geng motor (bandung). Keberadaan mereka sangatlah
meresahkan, hal ini karena pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh
anggota-anggota geng tersebut. siapa pelakunya? Jawabannya adalah
remaja-remaja/anak-anak sekolah. Mengapa mereka melakukan kegiatan-kegiatan
tersebut? Jawabannya ialah karena pelaku-pelaku tersebut merupakan anak-anak
usia sekolah yang belum memiliki pemahaman yang cukup dalam memaknai
setiap yang dilakukannya.
Oleh karena itu pendidikan kewarganegaraan diberikan untuk membentuk
diri siswa agar memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan norma dan aturan
yang ada. Sehingga ketertiban, dan keamanan dapat tercipta dalam perikehidupan.
Melihat dari kasus-kasus yang terjadi seperti diatas, timbul pertanyaan, apakah
guru-guru pendidikan kewarganegaraan telah melaksanakan tugasnya dengan
baik? Kemudian bagaimana kemampuan yang dimiliki oleh guru pendidikan
kewarganegaraan? mengapa terjadi kasus-kasus yang melibatkan anak didiknya.
Dipandang penting dan erat kaitan antara profesi guru dengan arah
kemajuan bangsa. Pemerintah menyadari program standar kompetensi dan
sertifikasi guru sangat diperlukan, yang kelak diharapkan akan muncul guru yang
profesional yang memenuhi standar sesuai dengan yang dibutuhkan dalam dunia
pendidikan. Adapun pengertian sertifikasi Mulyasa. E, (2008 : 33) adalah,
proses pemberian pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi.
Sertifikasi merupakan pemberian pengakuan melalui sebuah sertifikat
yang menyatakan bahwa seorang tersebut telah layak untuk memberikan
pengajaran dalam proses pendidikan karena dianggap telah menguasai kompetensi
Dengan memiliki guru yang profesional diharapkan mampu menciptakan
siswa yang berkompetensi selain itu guru tersebut juga dapat menciptakan
generasi-generasi yang mampu membangun masyarakat, bangsa, dan negara.
Beberapa hal yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam upayanya
mengembangkan standar kompetensi dan sertifikasi guru antara lain, dengan
mensahkan undang-undang guru dan dosen yang dan kemudian dilanjutkan
dengan pengembangan rancangan peraturan pemerintah (RPP) tentang guru dan
dosen. Upaya-upaya tersebut dilakukan oleh pemerintah agar guru memiliki
kompetensi dan keprofesionalan yang baik yang mampu membangun pendidikan
kearah yang lebih baik. Adapun prosedur yang dilakukan dalam pelaksanaan
sertifikasi guru (dalam jabatan) sebagai berikut.
Gambar 1.1.
Alur bagi sertifikasi guru dalam jabatan
Sumber : diolah oleh Kemendikbud tahun 2012
Dalam Kemendikbud, (2012 : 1) disebutkan prosedur yang dilakukan
dalam memperoleh sertifikat pendidik.
Guru dalam jabatan yang telah memenuhi persyaratan dapat mengikuti sertifikasi melalui :
1. Pemberian sertifikat pendidik secara langsung (PSPL) 2. Portofolio (PF)
4. Untuk sertifikasi guru dalam jabatan melalui PPG diatur dalam buku panduan tersendiri.
Prosedur dilaksanakan sesuai pemenuhan persyaratan yang dilakukan oleh
peserta sertifikasi. Dalam permendikbud nomor 5 tahun 2012 pasal 1 ayat (6)
penilaian portofolio adalah “salah satu pola sertifikasi guru dalam jabatan yang
penilaiannya melalui dokumen portofolio”. Bila peserta mencapai skor minimal kelulusan dalam penilaian portofolio maka peserta dinyatakan lulus dan
memperoleh sertifikat pendidik. Kemudian peserta yang tidak mencapai skor
minimal dalam penilaian portofolio, “...dapat mengikuti PLPG apabila lulus uji kompetensi awal (terdapat dalam pasal 6, Undang-Undang Nomor 5 Tahun
2012).”
Program peningkatan profesionalisme guru merupakan langkah untuk
membantu guru memiliki kualifikasi profesional. Pemerintah memberikan
kesempatan kepada guru untuk meningkatan kemampuan profesional guru melalui
program dan kegiatan yang diselenggarakan oleh pemerintah. Namun perlu
diingat, pemerintah hanya memfasilitasi dan yang harus berperan aktif dalam
program dan kegiatan ini adalah guru itu sendiri. Hal ini diartikan bahwa
permintaan bantuan kepada pihak yang berwenang tetap dilakukan oleh guru itu
sendiri untuk mendapatkan pembinaan. Bantuan profesional diberikan pihak
berwenang untuk menumbuhkembangkan profesionalisme guru.
Namun dalam suatu upaya pembangunan pasti terdapat kendala-kendala
dan permasalahan yang muncul. Sama halnya dengan program sertifikasi guru.
Banyak permasalahan yang muncul dan berdampak pada tidak maksimalnya
pelaksanaan program sertifikasi yang dalam hal ini merupakan upaya pemerintah
dalam memperbaiki sistem pendidik agar lebih baik. Dan salah satu permasalahan
yang timbul dengan adanya program setifikasi ini yakni, adanya kecenderungan
negatif terhadap program ini yang khususnya ditujukan pada guru.
Kecenderungan negatif ini sejalan dengan kajian yang dilakukan oleh Prof Dr
Sebuah kajian untuk mengetahui kompetensi guru pasca sertifikasi, yang dilakukan Baedhowi dan Hartoyo (tahun 2009), menunjukkan motivasi guru untuk segera ikut kompetensi bukanlah semata-mata untuk mengetahui tingkat kompetensi mereka, tetapi yang lebih menonjol adalah motivasi finansial.
Dalam kutipan artikel tersebut mengatakan bahwa program sertifikasi
bukan semata-mata untuk meningkatkan kompetensi atau meningkatkan
profesionalisme guru akan tetapi keuntungan materi merupakan faktor utama
seorang guru mengikuti program sertifikasi.
Melalui sumber yang telah penulis paparkan diketahui bahwa peran guru
sangatlah penting didalam upaya peningkatan mutu pendidikan. Pemerintah pun
mengiyakan hal tersebut dengan menyelenggarakan program sertifikasi sebagai
upaya atau cara untuk menciptakan guru yang berkompeten dan profesional.
Dengan cara tersebut pemerintah berharapkan dapat meningkatkan dan
memajukan pendidikan di negara ini. walaupun hambatan-hambatan selalu
muncul didalam pelaksanaannya.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan mengenai guru, permasalahan,
serta penanggulangan masalah pendidikan (dengan sertifikasi) walaupun dalam
upaya penanggulangan permasalahan timbul masalah lain seperti penyimpangan
dalam pelaksanaan sertifikasi. Membuat penulis tertarik untuk melakukan
penelitian terhadap hasil pelaksanaan sertifikasi yang dalam hal ini penulis tertarik
untuk meneliti atau mencari tahu sejauh mana kompetensi yang dimiliki oleh guru
yang telah mengikuti sertifikasi. Oleh karena itu peneliti mencoba untuk mencari
tahu dan mendalami permasalahan yang ada dalam program sertifikasi dengan
mengangkat judul “DAMPAK SERTIFIKASI TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI KOTA BANDUNG” (Study Deskriftif Analitis Terhadap Guru di Sekolah Menengah di Kota Bandung).”
B. FOKUS MASALAH
Adapun yang menjadi fokus permasalahan dalam penelitian ini sebagai
Pada hakikatnya, standar kompetensi dan sertifikasi guru adalah untuk
mendapat guru yang baik dan profesional, yang memiliki kompetensi untuk
melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah khususnya, serta tujuan pendidikan pada
umumnya, sesuai kebutuhan masyarakat dan tuntutan zaman.
Dalam penelitian ini, peneliti berusaha untuk memperoleh pengetahuan
mengenai kinerja guru yang telah memiliki sertifikat pendidik. Seperti diketahui
perilaku anak zaman sekarang. Kenakalan remaja sudah bukan barang baru
sekarang ini. Oleh karena itu apakah seorang guru yang telah memiliki sertifikat
pendidik dengan kompetensi yang dimilikinya mampu merubah sikap serta
perilaku siswa menjadi lebih baik melalui pendidikan yang mereka berikan
(khususnya guru PKn yang telah memiliki sertifikat pendidik). Selain itu peneliti
berusaha mencari tahu seperti apa kinerja seorang guru yang telah disertifikasi.
Karena guru yang memiliki sertifikat pendidik sudah seharusnya memiliki
kompetensi yang baik dalam pelaksaanaan tugas sebagai guru atau pengajar
disekolah.
C. PERTANYAAN PENELITIAN
Tujuan pembelajaran yakni mampu mengembangkan potensi yang dimiliki
oleh seorang terdidik sesuai dengan bakat yang dimilikinya dan menjadikan
seorang siswa memperoleh kedewasaan melalui pembelajaran yang diterimanya.
Tujuan pembelajaran dapat dicapai bila proses pembelajaran yang diberikan pada
siswa dilakukan dengan baik dan benar serta sesuai dengan standar pembelajaran
yang telah ditetapkan.
Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui seperti apa proses
pembelajaran yang diberikan seorang guru kompeten pada siswanya. untuk
mengetahuinya maka penulis mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan
dengan proses pembelajaran, dimana kinerja guru dalam proses pembelajaran
disekolahg merupakan kajian dari penelitian ini. adapun yang menjadi pertanyaan
penelitian dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Bagaimana kinerja guru dalam kompetensi pedagogik setelah guru
2. Bagaimana kinerja guru dalam kompetensi kepribadian setelah guru
pendidikan kewarganegaraan mengikuti program sertifikasi ?
3. Bagaimana kinerja guru dalam kompetensi sosial setelah guru pendidikan
kewarganegaraan mengikuti program sertifikasi ?
4. Bagaimana kinerja guru dalam kompetensi profesional setelah guru
pendidikan kewarganegaraan mengikuti program sertifikasi ?
D. TUJUAN PENELITIAN
Berikut beberapa hal yang menjadi tujuan dalam penelitian ini antara lain,
1) Tujuan umum
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan
memperoleh data mengenai peningkatan kualitas guru setelah mengikuti program
standar kompetensi dan sertifikasi guru.
2) Tujuan Khusus
Setelah mengkaji rumusan masalah diatas, peneliti berharap mampu
mendapatkan pengetahuan melalui data dan fakta mengenai,
a) Untuk mengetahui kinerja guru dalam kompetensi pedagogik setelah
guru pendidikan kewarganegaraan mengikuti program sertifikasi.
b) Untuk mengetahui kinerja guru dalam kompetensi kepribadian setelah
guru pendidikan kewarganegaraan mengikuti program sertifikasi.
c) Untuk mengetahui kinerja guru dalam kompetensi sosial setelah guru
pendidikan kewarganegaraan mengikuti program sertifikasi.
d) Untuk mengetahui kinerja guru dalam kompetensi profesional setelah
guru pendidikan kewarganegaraan mengikuti program sertifikasi.
E. ASUMSI
Bagi guru-guru yang telah disertifikasi dan memperoleh gelar guru
profesional. Maka sudah dipastikan dan diharuskan guru tersebut menguasai
kompetensi-kompetensi yang dipersyaratkan sebagai guru profesional. Kemudian
dengan kemampuannya tersebut menunjukan bahwa guru tersebut layak untuk
F. MANFAAT PENELITIAN
Terdapat beberapa manfaat dalam penelitian ini, diantaranya :
a. Dari segi teoritis
Peneliti mampu mendapat pengetahuan dengan melakukan proses
pengkajian mengenai dampak sertifikasi terhadap kinerja guru pendidikan
kewarganegaraan di kota Bandung.
b. Dari segi praktek
Diharapkan penelitian ini akan berguna untuk berbagai pihak, antara lain :
1) Pemerintah
Penelitian ini dilakukan agar pemerintah mengetahui apakah program
sertifikasi ini berjalan dengan baik, sehingga jika masih terdapat berbagai
kekurangan pemerintah bisa memperbaiki kekurangannya tersebut.
2) Guru
Penelitian ini dilakukan untuk memberikan pengetahuan mengenai
kompetensi guru dalam melaksanakan pembelajaran. Sehingga memberikan
pengetahuan sejauh mana kemampuan seorang guru dalam melakukan kegiatan
pembelajaran.
3) Siswa
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perkembangan kompetensi
siswa yang mendapatkan pengajaran dari guru yang telah memiliki sertifikat
pendidik.
4) Penulis
Penelitian ini diharapkan bisa memberikan pengetahuan dan wawasan
mengenai subjek dan objek yang diteliti. Serta mengetahui sejauh mana
kompetensi dan kinerja guru yang telah memiliki serifikat pendidik.
G. DEFINISI OPERASIONAL
1. Dampak : Menurut (kamus besar bahasa indonesia) dampak merupakan pengaruh kuat yang mendatangkan akibat (baik negatif maupun positif).
2. Sertifikasi : Sertifikasi merupakan proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru dan dosen.
3. Guru : Guru adalah seorang pendidik yang memiliki tugas dan kewajiban memberikan pengajaran kepada siswa-siswa atau terdidik baik dilingkungan
formal maupun informal.
4. Sertifikasi Guru : Proses pemberian sertifikat pendidik pada guru atau pendidik yang melakukan tugas pengajaran disekolah.
5. Kinerja : pelaksanaan suatu hal yang dilakukan seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan.
6. Pendidikan Kewarganegaraan : pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang menitikberatkan pada terbentuknya sikap dan perilaku
siswa sesuai dengan aturan dan norma. sehingga mampu menciptakan
terdidik yang memiliki perilaku, moral, dan akhlak yang baik sesuai dengan
UUD 1945.
Melihat dari beberapa definisi yang telah dipaparkan oleh penulis
mengenai istilah-istilah yang telah dijelaskan tersebut diatas. Definis-definisi
tersebut merupakan ulasan sedikit mengenai kajian yang akan diteliti oleh penulis
yang kemudian dipakai sebagai judul dalam penelitian ini yaitu, “Dampak
Sertifikasi Terhadap Kinerja Guru Pendidikan Kewarganegaraan di Kota Bandung”.
H. TINJAUAN PUSTAKA 1. Guru
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah. Dalam standar nasional pendidikan pasal 28 yang dikutip
dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional”.
Masih dalam Mulyasa, (2008 : 53) “yang dimaksud dengan pendidik sebagai agen pembelajaran (learning agent) adalah peran pendidik antara lain
sebagai fasilitator, motivator, pemacu, maupun pemberi inspirasi.
Dalam proses pembelajaran, empat komponen yang telah disebutkan
tersebut memiliki keterkaitan satu dengan lainnya. Jika seorang guru
memfasilitasi siswa dengan baik dan membawa mereka pada kegiatan
pembelajaran yang nyaman dan menyenangkan maka hal ini akan memotivasi
siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Kemudian dengan motivasi
yang tinggi dari siswa dan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran akan
mendorong atau memacu siswa untuk lebih mengeluarkan potensi yang ada dalam
dirinya. Setelah guru mampu untuk memacu siswa dalam belajar, guru harus bisa
memberikan cerita-cerita yang baik untuk memberikan inspirasi pada siswa agar
mereka mampu berbuat lebih. Berbuat lebih disini dicontohkan dengan siswa
mampu melakukan hal-hal yang baik bukan hanya untuk dirinya sendiri akan
tetapi menjadi peduli pada orang lain atau lingkungannya.
Dalam Undang-undang No 14 2005 tentang Guru Dan Dosen Bab II
mengenai fungsi, kedudukan, dan tujuan.
pasal 2 berbunyi ” Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan dengan sertifikat pendidik”.
Sebagaimana disebutkan oleh pasal 2 tersebut, guru yang profesional ialah
guru yang memiliki sertifikat pendidik yang diperoleh melalui sertifikasi guru.
Menurut Undang-undang No 14 tahun 2005 tentang Guru Dan Dosen Bab II pasal
4, yang berbunyi,
“Kedudukan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1) berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu
Berdasarkan pasal 4 menyebutkan bahwa guru merupakan sebuah profesi.
Guru memiliki peran sebagai agen pembelajaran yang harus menciptakan dan
meningkatkan mutu pendidikan nasional dengan keprofesionalan yang
dimilikinya. Dalam Undang-undang No 14 2005 tentang Guru Dan Dosen Bab II
Pasal 6 yang berbunyi,
“Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional bertujuan untuk
melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi
warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab”.
Pendidikan nasional secara umum bertujuan untuk menciptakan manusia
yang baik, mampu menjadi manusia yang berguna bagi manusia lainnya saat
berada ditengah masyarakat, dan menjadi manusia yang berguna bagi bangsa dan
negara pada umumnya. Untuk dapat mewujudkan tujuan pendidikan nasional
yang telah disebutkan dalam pasal 4 tersebut, maka pemerintah mengadakan
program standar kompetensi dan sertififkasi guru.
2. Sertifikasi
Menurut UU no. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 1 butir 11,
sertifikasi adalah proses pemberian serifikat pendidik kepada guru dan dosen.
Didalam Pasal 1 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan :
Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru yang bertugas sebagai guru kelas, guru mata pelajaran, guru bimbingan dan konseling atau konselir dan guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan.
Setelah diadakannya sertifikasi guru diharapkan para pendidik mampu
meningkatkan kualitas dalam kegiatan pengajaran, yang dalam penelitian ini
khususnya pendidikan kewarganegaraan.
Pendidikan Kewarganegaraan menurut Sri Wuryan dan Syaifullah (2009 :
9) adalah sebagai berikut
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan sarana untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antar warga negara dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara.
Pengertian tersebut menunjukan bahwa mata pelajaran pendidikan
kewarganegaraan memfokuskan pada penciptaan atau pembentukan warga negara
yang baik dalam proses pendewasaannya. Oleh karena itu mata pelajaran PKn
memiliki tujuan pendidikan kewarganegaraan seperti yang disebutkan dalam
wuryan S dan Syaifullah, (2009 : 77), yakni :
Pendidikan kewarganegaraan bertujuan untuk membentuk warga negara yang baik, warga negara yang kreatif, warga negara yang bertanggung jawab, warga negara yang cerdas, warga negara yang kritis, dan warga negara yang partisipatif.
Melihat tujuan yang sangat baik tersebut, guru yang memang memiliki
tugas utama mendidik harus mampu mewujudkan tujuan pendidikan
kewarganegaraan terutama bagi guru yang sudah tersertifikasi. Untuk kepentingan
itulah pemerintah mengadakan program standar kompetensi dan sertifikasi guru.
I. METODE PENELITIAN 1. Desain Penelitian
a. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut
Lexy J. Moleong (2011: 6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud
untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
misalnya prilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan
cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus dan
alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Menurut
Nasution (2001 : 24) penelitian deskriptif adalah “suatu penelitian yang bertujuan untuk mengadakan deskripsi untuk memberikan gambaran yang jelas tentang
situasi sosial.” Sesuai dengan pengertian yang telah disebutkan, peneliti
menganggap bahwa penggunaan metode deskriptif sangat cocok dengan
penelitian yang akan dilakukan penulis. Dikatakan demikian karena dilihat dari
maksud penelitian ini yang memperlihatkan secara keseluruhan tentang “Dampak
Sertifikasi terhadap Kinerja Guru Pendidikan Kewarganegaraan di Kota
Bandung.”
c. Teknik Pengolahan Data
Nasution berpendapat (2001 : 88) mengenai pengolahan dan analisis data.
Ia menyatakan bahwa :
“melakukan analisis data adalah pekerjaan yang sulit, memerlukan kerja
keras. Analisis memerlukan daya kreatif serta kemampuan intelektual yang tinggi. Tidak ada cara tertentu yang dapat diikuti untuk mengadakan analisis, sehingga setiap peneliti harus mencari sendiri metode yang dirasa cocok dengan sifat penelitiannya. Bahan yang sama bisa diklasifikasikan
lain oleh peneliti yang berbeda”
Dari pernyataan tersebut diketahui bahwa proses analisis data merupakan
pekerjaan yang sulit. Dalam pelaksanaannya memerlukan daya kreatif dan
kemampuan intelektual yang tinggi. Sehingga setiap orang dapat metafsirkan
bahan penelitian yang sama sesuai dengan apa yang dikehendakinya. Lalu dalam
bukunya Sugiyono (2008 : 89), mengemukakan bahwa analisis data adalah :
Proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Jadi analisis data dilakukan oleh peneliti pada saat melangsungkan proses
pengumpulan data sampai proses pengumpulan data selesai. Miles and Huberman
dalam Sugiyono (2008 : 91), mengemukakan bahwa :
dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion
drawing/verification.
Ketiga kegiatan utama tersebut adalah pola yang saling berkaitan. Peneliti akan dimengalami pergerakan yang dinamis dalam proses pengumpulan data, reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
a. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan yang terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu dalam Moleong, (2012 : 186). Jadi untuk memperoleh data dalam penelitian yang menggunakan metode kualitatif yaitu salah satunya dengan metode wawancara dengan langkah-langkah melalui dari menetapkan siapa yang akan diwawancara sampai akhirnya mengidentifikasi data yang didapatkan. Langkah-langkah ini dilakukan agar mempermudah dalam proses pencarian data sehingga data yang didapat pun sesuai dengan kondisi fakta-fakta yang terjadi.
b. Study Dokumentasi
“Metode dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,
lengger, agenda, dsb dalam suharsimi Arikunto, (2010 : 274).” Jadi studi dokumentasi merupakan proses pengumpulan data yang dilakukan untuk
menunjang teknik pengumpulan data yang lain (wawancara dan observasi)
sehingga data yang didapat memiliki tingkat kredibilitas yang tinggi.
c. Studi Pustaka
Studi pustaka digunakan untuk melakukan pengumpulan data dari berbagai
literatur yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini. Dalam
dengan teori-teori pendukung yang terdapat dalam literatur mampu memperkuat
tingkat keabsahan data yang diperoleh peneliti sebelumnya.
3. Subjek dan Lokasi Penelitian a. Subjek penelitian
Subjek penelitian adalah pihak-pihak yang dijadikan sebagai sampel dalam
sebuah penelitian. Subjek dalam penelitian ini adalah guru-guru sekolah
menengah dikota Bandung dan siswa-siswa sekolah menengah di kota Bandung.
Pengolahan data dilakukan setelah data yang dibutuhkan dalam penelitian ini
terkumpul. Data-data tersebut diperoleh melalui metode teknik pengumpulan data
kualitatif yang meliputi, wawancara, observasi, studi dokumentasi, dan studi
pustaka.
Teknik pengumpulan data melalui wawancara dilakukan pada guru PKn,
staf sekolah, serta siswa. Untuk mengetahui baik tidaknya kinerja guru disekolah
maka teknik wawancara dilakukan kepada beberapa pihak sekolah. Pertama
kepada staf/kepala sekolah, hal ini dilakukan karena peran staf/kepala sekolah
selaku penanggung jawab tertinggi disekolah. Oleh karena itu kepala sekolah
sudah seharusnya mengetahui kualitas kinerja bawahannya. Wawancara pada guru
PKn, hal ini dilakukan karena objek penelitian ini adalah guru PKn itu sendiri
sehingga diperlukan pengakuan dari guru yang bersangkutan (guru PKn)
mengenai baik tidaknya kualitas kinerjanya disekolah. Kemudian siswa, sebagai
terdidik yang langsung menerima pengajaran dari objek penelitian (guru PKn)
sudah tentu siswa mengetahui kompetensi dan kualitas guru pengajarnya.
Observasi dilakukan disekolah yang hendak dijadikan subjek penelitian.
Pelaksanaan observasi dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan
mengamati apakah objek penelitian (guru PKn) yang telah memiliki sertifikat
pendidik tersebut memiliki kompetensi dan kualitas kinerja yang baik dibaik
sebagai pendidik. Diharapkan observasi memberikan gambaran yang memperkuat
Bukti-bukti real yang mendukung bahwa seorang guru memiliki kinerja
yang baik merupakan studi dokumentasi yang hendak diterapkan dalam penelitian
ini. studi dokumentasi bisa berupa prestasi-prestasi yang pernah diraih guru
maupun siswa. Studi dokumentasi mampu mendukung data penelitian yang
diperoleh melalui wawancara.
Studi literatur dilakukan untuk mempertegas atau memperkuat kesimpulan
yang nantinya dijadikan kesimpulan tetap dalam penelitian ini. studi literatur bisa
berupa teori-teori yang memiliki hubungan dengan kompetensi dan kinerja guru
yang baik dalam melaksanakan pendidikan disekolah.
Dengan demikian setelah data-data yang diperlukan diperoleh lalu hal
yang dilakukan oleh penulis adalah mengolah data-data yang ada setelah
dilakukan uji validitas sebelumnya agar data yang diperoleh dapat dipercaya.
Setelah data-data tersebut diolah sehingga didapat kesimpulan yang mampu
menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini yang berjudul “Dampak
Sertifikasi Terhadap Kinerja Guru Pendidikan Kewarganegaraan Di Kota
Bandung.”
b. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian yakni disekolah-sekolah yang telah ditetapkan untuk
dilaksanakan penelitian. Sebagai acuan penelitian, peneliti hanya mengambil satu
sekolah unggulan dan dua sekolah lainnya yang memiliki predikat cukup baik
dalam penelitian ini. Sekolah yang akan dijadikan lokasi penelitian yakni, SMAN
8 Bandung serta dua sekolah lainnya, yakni SMAN 14 Bandung dan SMAN 15
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian deskriftif analitis dengan pendekatan kualitatif merupakan metode penelitian yang hendak digunakan dalam pelaksanaan
Penelitian dengan judul “Dampak Sertifikasi Terhadap Kinerja Guru Pendidikan
Kewarganegaraan Di Kota Bandung”.
Menurut Nasution (2001 : 24), dikemukakan bahwa “bahwa penelitian
deskriftif adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk mengadakan deskripsi
untuk memberikan gambaran yang jelas tentang situasi sosial.” Sesuai dengan pengertian yang telah disebutkan, peneliti menganggap bahwa penggunaan
metode diskriptif sangat cocok dengan penelitian yang akan dilakukan oleh
penulis. Hal tersebut dapat dilihat atau ditinjau dari maksud penelitian ini yang
memperlihatkan secara keseluruhan tentang “Dampak Sertifikasi Terhadap
Kinerja Guru Pendidikan Kewarganegaraan Di Kota Bandung.”
Penelitian kualitatif oleh Bogdan dan Taylor dalam Lexy J. Moleong,
(2011 : 3) diartikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati. Pendapat tersebut sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Sugiyono (
2008 : 1) mengenai metode penelitian kualitatif sebagai berikut :
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya dari eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.
Sesuai dengan penjelasan yang telah dipaparkan, dalam penelitian
kualitatif menempatkan posisi peneliti sebagai instrument kunci. Penempatan
peneliti sebagai instrument kunci dimaksudkan karena peneliti memiliki
kemampuan dalam menghadapi kondisi dan situasi yang dinamis dalam
Lingkup penelitian kualitatif menurut Sugiyono ( 2008 : 20) “metode
penelitian kualitatif dapat digunakan pada lingkup yang paling kecil, yaitu satu
situasi sosial (single social situation) sampai masyarakat yang luas yang
kompleks.” Metode penelitian kualitatif digunakan karena penelitian ini memiliki
lingkup masyarakat yang luas dan kompleks, karena tidak hanya berkaitan dengan
masalah pendidikan akan tetapi memiliki keterkaitan dengan masalah-masalah
umum lain yang saling berhubungan dengan dunia pendidikan. Akan tetapi
peneliti mencoba mempersempit lingkup penelitian dengan mengambil lingkup
dalam keterkaitan dengan masalah pendidikan saja. Hal ini dilakukan karena
tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan program
sertifikasi guru dalam memotivasi dan meningkatkan kinerja guru.
B.Teknik Penelitian
Dalam upaya untuk memperoleh beragam data dalam penelitian, peneliti
pun menggunakan beberapa teknik pengumpulan data dalam penelitian ini sebagai
berikut :
1. Wawancara
Wawancara adalah cara komunikasi yang dilakukan oleh peneliti dan
responden (narasumber). Komunikasi dengan kondisi seorang peneliti
memberikan pertanyaan sedangkan responden menjawab pertanyaan yang
diberikan/diajukan oleh peneliti. Pernyataan tersebut sesuai dengan apa yang
dikemukakan oleh Esterberg dalam Sugiyono, (2008 : 72), menurutnya
„wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan
ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik
tertentu.‟
Terdapat tujuh langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan wawancara yang disebutkan oleh Lincoln dan Guba dalam Sugiyono, (2008 : 76), yaitu :
1) Menetapkan kepada siapa wawancara akan dilakukan
2) Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan
5) Mengkonfirmasikan ikhtisar akhir wawancara dan mengakhirinya 6) Menuliskan hasil wawancara kedalam catatan lapangan
7) Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang diperoleh
Jadi untuk memperoleh data dalam penelitian yang menggunakan metode
kualitatif yaitu salah satunya dengan metode wawancara dengan langkah-langkah
melalui dari menetapkan siapa yang akan diwawancara sampai akhirnya
mengidentifikasi data yang didapatkan. Langkah-langkah ini dilakukan agar
mempermudah dalam proses pencarian data sehingga data yang didapat pun
sesuai dengan kondisi fakta-fakta yang terjadi. Dengan data-data yang sesuai
maka akan mempermudah jalannya penelitian.
2. Observasi
Observasi atau pengamatan dalam Cholid Narbuko dan H. Abu
Achmadi, (2004 : 70) adalah “alat pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki.”
Dalam penelitian ini penulis hendak melakukan kegiatan observasi dibeberapa
sekolah. Dengan dilaksanakannya observasi diharapkan peneliti dapat
mengamati gejala-gejala atau peristiwa-peristiwa yang terjadi dilokasi yang
diteliti. Sehingga diharapkan bisa menambah informasi-informasi atau data-data
yang diperlukan dalam penelitian ini.
3. Studi Dokumentasi
Dikemukakan Lexy J Moleong (2011:17) bahwa “Studi dokumentasi dapat
dimanfaatkan untuk menguji, manafsirkan bahkan untuk meramalkan”. Hal ini
karena “dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu menurut Sugiyono (2008 : 82).” Karena dokumen berisi data-data yang kemungkinan
memiliki keterkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Dalam menafsirkan isi
dokumen perlu dipelajari dahulu isi dari dokumen tersebut.
Dalam pemanfaatan untuk menguji, dokumen dapat dijadikan alat untuk
menguji hasil observasi dan wawancara, seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono
lebih kredibel/dapat dipercaya kalau didukung oleh sejarah pribadi kehidupan
dimasa kecil, disekolah, ditempat kerja, dimasyarakat, dan autobiografi.” Disini
dapat disimpulkan bahwa studi dokumentasi merupakan proses pengumpulan data
yang dilakukan untuk menunjang teknik pengumpulan data yang lain (wawancara
dan observasi) sehingga data yang didapat memiliki tingkat kredibilitas yang
tinggi.
4. Studi Literatur
Arikunto S (2010 : 202) berpendapat “ studi literatur adalah mencari data
mengenai hal-hal atau variable berupa catatan, transkrip, buku-buku, surat kabar,
majalah, prasasti, dsb.” Studi literatur adalah cara pengumpulan data melalui pemanfatan teori-teori yang ada dan mendukung dalam pelaksanaan penelitian.
Teori-teori tersebut digunakan untuk mendalami data yang diperoleh maupun
mengungkapkan isi dan makna tentang data yang telah ada.
Dalam studi literatur dijadikan pendukung dalam teknik pengumpulan
data. Karena dengan teori-teori pendukung yang terdapat dalam literatur mampu
memperkuat tingkat kredibilitas data yang diperoleh peneliti sebelumnya.
C.Tahap Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini penulis lakukan sesuai dengan prosedur yang
berlaku dan telah ditetapkan. Hal ini dilakukan agar pelaksanaan penelitian dapat
berjalan lancar dan selesai dengan hasil dan target yang diharapkan penulis.
Berikut tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini.
1. Tahap PraPenelitian
Pada tahap ini, hal yang dilakukan penulis adalah menyusun rancangan
penelitian terlebih dahulu melalui studi literatur dan melakukan pengkajian
terhadap penelitian terdahulu yang telah ada. Melalui pengkajian penelitian
terdahulu peneliti berusaha mencari gambaran penelitian. Gambaran penelitian
yang akan dilakukan mengenai “dampak Sertifikasi terhadap Kinerja Guru Pendidikan Kewarganegaraan di Kota Bandung” diperlukan guna mempertegas
pula data dan fakta-fakta yang bermanfaat dari penelitian terdahulu yang
menunjang pelaksanaan penelitian ini.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Setelah prapenelitian dilakukan selanjutnya yang dilakukan penulis ialah
mengajukan rancangan penelitian yang didalamnya memuat latar belakang
masalah, fokus permasalahan, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, kegunaan
penelitian, metode dan teknik penelitian, lokasi dansubjek penelitian.
Kemudian penulis menentukan lokasi yang akan dijadikan sebagai sumber
data. Tahap selanjutnya pelaksanaan penelitian, yaitu penulismulai mengurus
perizinandariinstansi yang terkait. Berikut prosedurperizinan yang dilakukan oleh
penulis sebagai berikut :
a) Pertama penulis surat pengantar dari Ketua Jurusan PKn untuk
disampaikan kepada Dekan FPIPS.
b) Mengajukan surat rekomendasi permohonan ijin untuk mengadakan
penelitian dari Dekan FPIPS UPI untuk kemudian disampaikan kepada
Rektor UPI.
c) Rektor UPI mengeluarkan surat permohonan ijin penelitian yang
disampaikan kepada sekolah-sekolah terkait yang penulis jadikan lokasi
penelitian.
Setelah tahap persiapan penelitian selesai dilakukan, kemudian peneliti
memulai penelitian dengan terjun langsung kelapangan. Dilapangan penulis
melaksanakan tahapan-tahapan pengumpulan data melalui teknik wawancara,
Observasi, studi dokumentasi, dan studi literatur.
Dalam tahap wawancara penulis berencana mewawancarai pihak sekolah
guna memperoleh data dan fakta yang akan digunakan dalam penelitian ini.
observasi atau pengamatan dilakukan oleh penulis dilakukan oleh penulis untuk
memperkaya data, fakta, dan informasi yang berguna bagi penelitian. Studi
dokumentasi dan studi literatur dilakukan oleh penulis untuk menguji kredibilitas
observasi. Kemudian untuk mempermudah dalam proses pengolahan data, penulis
memasukan data yang diperoleh dalam bentuk catatan lapangan.
3. Tahap Analisis Data
“Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama dilapangan, dan setelah selesai dilapangan dalam
Sugiyono, (2008 : 89).” Serupa dengan pendapat tersebut yang terdapat dalam
Nasution (2001 : 89), Ia mengemukakan “Analisis telah mulai sejak merumuskan
masalah dan menjelaskan masalah, sebelum terjun kelapangan, dan berlangsung
terus sampai penulisan hasil penelitian.” Menurut kedua pendapat tersebut analisis
data penelitian kualitatif dilakukan selama penelitian berlangsung. Dilakukan
diawal untuk merumuskan masalah, saat pengumpulan data, dan saat penulisan
hasil penelitian.
Sugiyono (2008 : 90), mengatakan “namun dalam penelitian kualitatif,
analisis data lebih difokuskan selama proses dilapangan bersamaan dengan
pengumpulan data.” Sama halnya dengan pelaksanaan penelitian ini, kegiatan
analisis data dalam penelitian ini hendak berfokus pada saat proses pengumpulan
data berlangsung.
D.Pengolahan dan Analisis Data
Nasution berpendapat (2001 : 88) mengenai pengolahan dan analisis data.
Ia menyatakan bahwa :
melakukan analisis data adalah pekerjaan yang sulit, memerlukan kerja keras. Analisis memerlukan daya kreatif serta kemampuan intelektual yang tinggi. Tidak ada cara tertentu yang dapat diikuti untuk mengadakan analisis, sehingga setiap peneliti harus mencari sendiri metode yang dirasa cocok dengan sifat penelitiannya. Bahan yang sama bisa diklasifikasikan lain oleh peneliti yang berbeda
Dari pernyataan tersebut diketahui bahwa proses analisis data merupakan
pekerjaan yang sulit. Dalam pelaksanaannya memerlukan daya kreatif dan
bahan penelitian yang sama sesuai dengan apa yang dikehendakinya. Lalu dalam
bukunya Sugiyono (2008 : 89), mengemukakan bahwa analisis data adalah :
Proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Jadi analisis data dilakukan oleh peneliti pada saat melangsungkan proses
pengumpulan data sampai proses pengumpulan data selesai. Miles and Huberman
yang terdapat Sugiyono, (2008 : 91), mengemukakan bahwa :
aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktifitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.
Ketiga kegiatan utama tersebut adalah pola yang saling berkaitan. Peneliti
akan dimengalami pergerakan yang dinamis dalam proses pengumpulan data,
reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi.
Bagan 3.1
Komponen dalam analisis data (interactive model)
Data collection
Data reductio
Conclusions : Drawing/verfying
Sumber : diolah oleh Sugiyono (2008 : 92)
Berikut penjelasan mengenai langkah-langkah yang dilakukan dalam
proses analisis data, yaitu :
1. Reduksi data
Dikemukakan oleh Sugiyono (2008 : 93), “reduksi data merupakan
proses berpikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan keluasan dan kedalaman
wawasan yang tinggi.” Selanjutnya masih pendapat Sugiyono (2008 : 92),
menurutnya “mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.”
Dalam proses penelitian, data yang diperoleh dibeberapa lokasi
penelitian memungkinkan banyaknya jumlah data yang ada dan tingkat kerumitan
semakin tinggi. Sehingga proses reduksi data harus segera dilakukan, agar data
yang telah direduksi memberikan gambaran yang jelas.
2. Display data
Sugiyono (2008 : 95) mengatakan “dalam penelitian kualitatif, penyajian
data dilakukan melalui uraian singkat, bagan hubungan antar kategori, flowchart,
dan sejenisnya.” Display data mempermudah dalam memberikan pemahaman
mengenai data yang diperoleh dan diolah. Pada penelitian ini metode yang
digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif sehingga display data
yang disajikan dalam penelitian ini berbentuk uraian atau dideskripsikan dengan
kalimat.
3. Kesimpulan/verifikasi
Menurut Miles and Huberman dalam Sugiyono (2008 : 99) “penarikan
kesimpulan adalah langkah ketiga dalam analisis data kualitatif.” Jadi dalam
penelitian kualitatif penarikan kesimpulan dilakukan untuk menjawab rumusan
masalah sementara, jika kemudian ditemukan data-data lain yang mendukung
maka kesimpulan tersebut bisa berubah. Menurut Sugiyono (2008 : 99)
kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.
Kesimpulan dalam penelitian ini pun akan dinyatakan dalam bentuk
kalimat deskripsi. Kalimat deskripsi tersebut berupa makna atau arti yang penulis
olah dari data-data yang telah dikumpulkan. Agar kesimpulan yang dihasilkan
tepat dan sesuai. Peneliti akan memverifikasi kesimpulan tersebut selama
pelaksanaan kegiatan penelitian.
E.Validitas Data
Dalam penelitian kualitatif pengujian data diperlukan untuk memenuhi
kredibilitas data. Hal tersebut dilakukan mengingat keabsahan dalam penelitian
kualitatif perlu pembuktian yang lebih agar hasil penelitian yang didapat tidak
diragukan kebenarannya. Oleh karena itu untuk mengukur keabsahan dalam
penelitian kualitatif dilakukan pengujian validitas dan reabilitas. Hal ini
dikemukakan oleh Sugiyono ( 2008 : 120), Ia menyebutkan “uji keabsahan data
dalam penelitian kualitatif meliputi uji, credibility(validitas internal),
transferability (validitas eksternal), dependability (reliabilitas), dan confirmability
(objektivitas). Mengenai penjelasan mengenai uji validitas dan reliabilitas sebagai
berikut :
1. Credibility (Validitas Internal)
Dikemukakan oleh Sugiyono (2008 : 121) bahwa uji kredibilitas dilakukan
melalui :
uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan member check.
Berikut merupakan rangkaian aktivitas uji kredibilitas data yang dilakukan
a. Perpanjangan Pengamatan
Penulis melakukan perpanjangan pengamatan agar memperoleh data yang
valid dan sesuai dengan fakta yang ada dari beragam sumber yang menjadi subjek
penelitian. Perpanjangan pengamatan ini dilakukan dengan cara menyiapkan
instrument yang tepat serta dlam pelaksanaan penelitiannya dilakukan dengan
benar-benar teliti dan dilakukan dalam kondisi yang tepat.
b. Peningkatan Ketekunan dalam Penelitian
Menurut Sugiyono (2008 : 124) “meningkatkan ketekunan berarti
melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan.” Sugiyono
(2008 : 125) dikatakan “sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan
adalah dengan cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian
atau dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti.”
Meningkatkan ketekunan akan membantu peneliti dalam hal pengecekan terhadap
data-data yang telah ditemukan. Sehingga keabsahan data yang diperoleh dapat
diketahui oleh penulis.
c. Triangulasi
Sugiyono berpendapat (2008 :125) bahwa “triangulasi dalam pengujian
kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan
berbagai cara dan berbagai waktu.” Pada penelitian ini akan dilakukan triangulasi data yang telah diberikan oleh pihak sekolah terkait yang dijadikan
objek penelitian.
1) Triangulasi Sumber
Dalam Sugiyono, (2008 : 127) “triangulasi sumber untuk menguji
kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh
melalui beberapa sumber.” Kesimpulan yang merupakan hasil dari analisis data
Gambar 3. 2.
Triangulasi Sumber Data
Sumber : Sugiyono ( 2008 : 126)
2) Triangulasi Teknik
Dalam Sugiyono, (2008 : 127) “trangulasi teknik untuk menguji
kredibilitas data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.” Jadi
trangulasi teknik adalah mencari informasi pada orang yang sama atau objek yang
sama dengan menggunakan cara atau teknik yang berbeda.
Gambar 3. 3.
Triangulasi Teknik Pengumpulan Data Kepsek/staf
guru Guru PKn
Sumber : Sugiyono ( 2008 : 126)
3) Triangulasi Waktu
Menurut Sugiyono (2008 : 127) “... dalam rangka pengujian kredibilitas
data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara,
observasi, atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda.” Jadi kondisi
mampu mempengaruhi proses pengumpulan data.
Gambar 3. 4.
Triangulasi Waktu Pengumpulan Data
Sumber : Sugiyono ( 2008 : 126)
d. Analisis Kasus Negatif
Wawancara Obsevasi
Kuesioner/do kumen
Wawancara PKnObsevasi Guru
“Melakukan analisis kasus negatif berarti peneliti mencari data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang telah ditemukan menurut
Sugiyono (2008 : 128).” Karena itu jika masih ada data yang bertentangan dengan
temuan maka data yang didapat masih diragukan, akan tetapi jika tidak ada lagi
data yang berbeda dengan dengan data yang diperoleh dapat dikatakan data
tersebut bisa dipercaya.
e. Menggunakan Bahan Referensi
“Bahan referensi disini adalah adanya pendukung untuk membuktikan data
yang telah ditemukan oleh peneliti menurut Sugiyono, (2008 : 128).” Supaya data
yang diperoleh valid dan dipercaya maka peneliti harus mentertakan bukti kuat
yang mendukung keabsahan data-data yang diperoleh seperti dokumen, foto,
rekaman suara, video, dsb.
f. Mengadakan Member Check
“Member check adalah, proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data menurut Sugiyono, (2008 : 129).” Jadi member check
dilakukan untuk menyesuaikan data yang diperoleh dengan apa yang diberikan
oleh narasumber. Member check dilakukan pada semua data yang didapat dari
semua narasumber yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
2. Transferability (Validitas Eksternal)
“Transferability ini merupakan validitas eksternal dalam penelitian kualitatif. Validitas eksternal menunjukan derajad ketepatan atau dapat
diterapkannya hasil penelitian ke populasi dimana sampel tersebut diambil
menurut Sugiyono, (2008 : 130).” Jadi, agar hasil penelitian yang dilakukan
penulis dapat dipahami oleh orang lain dan kemudian hasil penelitian ini mampu
diterapkan oleh orang lain, maka penulisan laporan haris dilakukan dengan
memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya.