• Tidak ada hasil yang ditemukan

SUPLEMEN CINCAU HITAM DAN DAUN BUNGUR UNTUK KOLESTEROL, HIPERTENSI DAN DIABETES

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SUPLEMEN CINCAU HITAM DAN DAUN BUNGUR UNTUK KOLESTEROL, HIPERTENSI DAN DIABETES"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

166

SUPLEMEN CINCAU HITAM DAN DAUN BUNGUR UNTUK KOLESTEROL,

HIPERTENSI DAN DIABETES

Supplements of Black Grass Jelly and Banaba Leaves to Treatment

Cholesterol, Hypertension, and Diabetes

Ayu Arditiana1, Nia Rochmawati1*, Puruhito Widinugroho1, Renny Dwi Puspitasari1, Tri Dewanti Widyaningsih1

1) Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, FTP Universitas Brawijaya Malang Jl. Veteran, Malang 65145

*Penulis Korespondensi, Email : niaarochmawati@gmail.com

ABSTRAK

Pengobatan penyakit degeneratif saat ini masih menggunakan obat kimiawi yang memiliki efek samping. Cincau hitam (Mesona palustris BL) mengandung komponen aktif seperti flavonoid, polifenol, glikosida saponin, terpenoid dan steroid, sedangkan daun bungur (Lagerstroemia speciosa) mengandung ellagitannin dan asam korosolat. Hal ini menjadikan peluang tanaman tersebut dapat dikembangkan menjadi suplemen. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perlakuan terbaik dalam pembuatan suplemen. Penelitian menggunakan metode penelitian RAK dengan 2 faktor yaitu proporsi cincau hitam : daun bungur (1:0; 2:1; 5:1) dan jenis pelarut (aquades, etanol dan etil asetat). Data penelitian dianalisis menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan maka dilanjutkan dengan uji lanjut BNT atau DMRT dengan α=1%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan terbaik pada penelitian ini didapatkan pada produk suplemen yang diekstrak menggunakan pelarut aquades proporsi 2:1 dan etanol proporsi 1:0 dengan kadar air, total fenol dan IC50 berturut-turut adalah 7.34 %, 266.92 ppm, 59.85 ppm and 6.03 %,

100.33 ppm, 69.04 ppm.

Kata Kunci:Alami, Lagerstromia speciosa, Mesona palustris BL, Suplemen

ABSTRACT

Chemical therapies are the treatment of degenerative diseases which have side effects. Mesona palustris BL is containing flavonoid, polyphenol, glycoside saponin, terpenoid and steroid. Lagerstromia speciosa containing ellagitannin and corosolic acid. Therefore, it makes grass jelly and banaba leaves can be used as supplements. The purpose of this research is to know the best formulation. Design experiment used in this study was factorial randomized block design with two factors. They are proportions of grass jelly: banaba leaves (1:0; 2:1: 5:1) and solvents (aquades, ethanol and ethyl acetate). The data obtained is analysed by ANOVA followed by post hoc tests (α = 1%). The following results show that the best treatments are the proportion of grass jelly:banaba leaves of 2:1 and 1:0 extracted with aquades and ethanol, with the water content, total phenol and IC50

are 7.34 %, 266.92 ppm, 59.85 ppm and 6.03 %, 100.33 ppm, 69.04 ppm, respectively.

Keywords:Herbal,Lagerstromia speciosa; Mesona palustris BL; Supplement

PENDAHULUAN

Prevalensi penyakit degeneratif saat ini semakin meningkat dari tahun ketahun. Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah, prevalensi hipertensi pada penduduk umur 18 tahun keatas di Indonesia adalah sebesar 31.7%, prevalensi stroke sebesar 8.3%, prevalensi penyakit jantung adalah 7.2% dan prevalensi DM adalah 1.1%. Prevalensi

(2)

167 penyakit degeneratif tampak meningkat sesuai peningkatan umur responden [1]. Sejauh ini penggunaan obat kimiawi sebagai jalur pengobatan penyakit degeneratif, sering memberatkan pasien karena harga sediaan yang tergolong mahal. Selain itu pengobatan kimia seperti obat glibenklamid untuk DM dapat memberikan efek samping seperti mual, diare, hipersekresi asam lambung, vertigo, hipertiroidisme dan lain sebagainya [2]. Namun perkembangan ilmu pengetahuan mengarahkan pada penemuan baru terhadap pengobatan penyakit degeneratif, salah satunya adalah pemanfaatan antioksidan [3]

Cincau hitam (Mesona palustris BL) merupakan bahan pangan tradisional yang mengandung antioksidan yang secara empiris berkhasiat sebagai obat. Beberapa komponen aktif cincau hitam yang memiliki nilai fungsional di antaranya flavonoid, polifenol, glikosida saponin, terpenoid dan steroid [4]. Berdasarkan hasil penelitian, cincau hitam memiliki khasiat terhadap kerusakan DNA limfosit yang dipapar hidrogen peroksida dan iradiasi ultraviolet [5], sebagai antimutagenik [6], sebagai antihipertensi [7], serta protektif renal (ginjal) pada tikus diabetes [8]. Komponen aktif pada cincau hitam dapat diekstraksi menggunakan berbagai macam pelarut seperti aquades, methanol dan etil asetat. Hung and Yen (2001) dan Yeh et al. (2008) telah meneliti spesies cincau hitam yang lain yaitu Mesona procumbens Hemsl., dan menyatakan bahwa hasil ekstraksi menggunakan pelarut yang berbeda akan menghasilkan komponen aktif terlarut yang berbeda pula [9].

Selain cincau hitam, salah satu tumbuhan dari sekian banyak tanaman di Indonesia yang juga mempunyai khasiat obat adalah daun bungur (Lagerstroemia speciosa). Daun bungur memiliki kandungan kimia, seperti ellagitanin serta asam korosolat [10-11]. Beberapa laporan penelitian menunjukkan adanya potensi ekstrak daun bungur dalam menurunkan kadar glukosa darah pada tikus sebesar 20, 43%. Diharapkan cincau hitam dan daun bungur dapat dikembangkan menjadi suplemen berbahan alami yang bermanfaat untuk pengobatan penyakit degeneratif. Namun penelitian mengenai pembuatan suplemen berbasis cincau hitam (Mesona palustris BL) dengan penambahan daun bungur (Lagerstromia speciosa) belum pernah dilakukan, sehingga diperlukan penelitian mengenai proporsi dan pelarut yang efektif dalam pembuatan suplemen tersebut.

BAHAN DAN METODE Bahan Baku (Simplisia)

Simplisia Mesona palustris BL dibeli dari petani di Magetan, Jawa Tengah - Indonesia. Sedangkan daun bungur (Lagerstoemia speciosa) didapatkan dari halaman Universitas Brawijaya, Malang-Jawa Timur. Simplisia kedua bahan tersebut didapatkan pada bulan Agustus 2013.

Bahan Kimia

Aquades, Etanol 70% dan 96%, etil asetat, dekstrin, reagen folin ciocalteau, dan Na2CO3

dibeli di Toko Kimia Makmur Sejati. Sedangkan reagen radikal DPPH (1,1’-diphenyl-2-picrylhydrazyl) didapatkan dari Laboratorium Biokimia dan Analisis Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya.

Pembuatan Suplemen

Bahan baku cincau hitam dan daun bungur yang telah dikeringkan dan diperbesar luas permukaannya menggunakan blender kemudian di ekstrak menggunakan tiga macam pelarut. Pelarut dan metode ekstraksi yang digunakan yaitu aquades menggunakan metode infusa pada suhu 100oC selama dua jam dan etanol serta etil asetat menggunakan metode maserasi selama 3 x 24 jam. Ekstrak yang diperoleh selanjutnya dievaporasi pada suhu 50oC hingga diperoleh ekstrak kental 20% dari volume awal (v/v) dan selanjutnya ekstrak kental dikeringkan menggunakan oven kering pada suhu 50oC setelah ditambahkan dekstrin sebanyak 5%. Serbuk suplemen cincau hitam dan daun bungur yang dihasilkan kemudian di timbang sesuai proporsi cincau hitam : daun bungur yang ditentukan yaitu 1:0, 2:1 dan 5:1.

(3)

168

Analisis Fisik dan Kimia Suplemen

Produk suplemen yang telah dikeringkan kemudian dianalisis fisik berupa kadar air [12], serta analisis kimia berupa total fenol [13], IC50 serta aktifitas antioksidannya [14].

Analisis Statistika

Data dianalisis dengan analisis ragam dengan menggunakan Analysis of Varian (ANOVA) dengan selang kepercayaan 1%, untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh pada tiap perlakuan. Apabila hasil uji menunjukkan terdapat beda sangat nyata pada interaksi kedua perlakuan, maka dilanjutkan dengan uji lanjut DMRT (Duncan’s Multiple Range Test) dengan selang kepercayaan1%. Sedangkan apabila tidak terdapat interaksi namun disalah satu perlakuan atau keduanya terdapat beda sangat nyata, maka dilanjutkan dengan uji lanjut BNT (Beda Nyata Terkecil) dengan selang kepercayaan 1%. Pemilihan perlakuan terbaik menggunakan Indeks Efektivitas (Metode Zeleny).

HASIL DAN PEMBAHASAN Bahan Baku

Bahan baku pembuatan suplemen pada penelitian ini yaitu cincau hitam (Mesona palustris

BL) dan daun bungur (Lagerstroemia speciosa) dalam bentuk simplisia. Bahan baku pada proses pembuatan suplemen terlebih dahulu dianalisis, yang bertujuan untuk mengetahui kandungan awal yang terdapat pada bahan baku. Parameter yang diujikan terhadap bahan baku antara lain meliputi analisis kadar air, total fenol, IC50 dan aktifitas antioksidan pada

konsentrasi 80 ppm. Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil Analisis Bahan Baku

Analisis kadar air awal pada bahan baku dilakukan untuk mengetahui kandungan air yang terdapat pada bahan baku berupa simplisia. Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa nilai kadar air pada simplisia cincau hitam dan bungur dengan berbagai macam proporsi sudah sesuai dengan Fajriyah (2011) yang menyatakan bahwa kadar air simplisia tanaman obat maksimal 10% [15]. Analisis total fenol awal dilakukan untuk mengetahui kandungan total fenol awal pada bahan baku berupa simplisia, sehingga dapat diketahui kenaikan maupun penurunan kandungan total fenol pada produk yang akan dihasilkan nantinya. Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa nilai total fenol pada simplisia berkisar antara 25.583 – 28.000 ppm dikarenakan senyawa golongan fenol pada cincau hitam dan daun bungur masih belum terekstrak pada simplisia.

Selain analisis kadar air dan total fenol, juga dilakukan analisis awal terhadap IC50

dilakukan untuk mengetahui aktifitas antioksidan awal pada simplisia dan filtrat sehingga dapat diketahui kenaikan dan penurunan pada produk yang dihasilkan nantinya. Inhibition concentration (IC50) dapat didefinisikan sebagai kosentrasi larutan sampel yang akan

menyebabkan reduksi terhadap aktivitas DPPH sebesar 50%. Semakin kecil nilai IC50 berarti

aktivitas antioksidannya semakin tinggi. Suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan sangat kuat apabila nilai IC50 kurang dari 50 ppm, kuat apabila nilai IC50 antara 50-100 ppm,

sedang apabila nilai IC50 berkisar antara 100-150 ppm, dan lemah apabila nilai IC50 berkisar

antara 150-200 ppm [16-17]. Aktifitas antioksidan pada cincau hitam dan daun bungur diduga berasal dari kontribusi senyawa fenol yang terekstrak pada filtrat [18-19].

Proporsi Cincau : Bungur

Kadar Air (%) Total Fenol

(ppm) IC50 (ppm) Aktifitas Antioksidan (ppm) 1:0 7.743±0.271a 25.583±0.520a 542.668±36.797a 7.700±1.267a 2:1 9.608±0.454b 25.667±2.323a 581.017±37.998a 7.402±0.430a 5:1 8.479±0.480a 28.000±1.732a 610.264±158.881a 5.961±1.577a

(4)

169

Kadar Air

Kadar air merupakan salah satu parameter penting dalam produk yang dihasilkan melalui proses pengeringan. Hal ini berkaitan dengan masa simpan dan keawetan dari produk yang dihasilkan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap kadar air produk, diketahui bahwa kadar air produk suplemen berbasis cincau hitam dengan penambahan daun bungur yang diekstrak dari berbagai macam pelarut memiliki kadar air antara 3.242 – 7.432 %.

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis pelarut dan proporsi cincau hitam : daun bungur memberi pengaruh sangat nyata (α=0,01) pada kadar air produk suplemen, interaksi kedua perlakuan juga berpengaruh sangat nyata terhadap kadar air suplemen yang dihasilkan.

Gambar 1. Rata-rata kadar air suplemen berbasis cincau hitam dengan penambahan daun bungur pada berbagai kombinasi perlakuan

Seperti yang ditunjukkan Gambar 1, terdapat perbedaan sangat nyata antara perlakuan jenis pelarut etil asetat dengan jenis pelarut aquades dan etanol pada berbagai proporsi. Suplemen yang dihasilkan dari pelarut aquades dengan proporsi 2:1 tidak berbeda nyata dengan suplemen yang dihasilkan dari pelarut aquades dengan proporsi 5:1. Kadar air produk suplemen yang dihasilkan dari pelarut aquades pada proporsi 2:1 dan 5:1 paling tinggi dibandingkan kadar air produk lainnya. Hal ini dikarenakan pada proporsi 2:1 dan 5:1 terdapat daun bungur yang memiliki kadar air yang lebih tinggi dibandingkan dengan cincau hitam, karena proses pengeringan daun bungur menggunakan sistem kering angin tanpa terkena sinar matahari untuk mempertahankan kandungan fenol dalam daun tersebut. Suplemen yang dihasilkan dari pelarut aquades dengan proporsi 1:0 tidak berbeda nyata dengan suplemen yang dihasilkan dari pelarut etanol dengan proporsi 1:0, 2:1 dan 5:1. Sedangkan pada suplemen yang dihasilkan dari pelarut etil asetat tidak berbeda nyata antara proporsi 1:0, 2:1 dan 5:1. Suplemen yang dihasilkan dari ekstraksi menggunakan pelarut etil asetat memiliki nilai kadar air yang lebih kecil dibandingkan suplemen yang dihasilkan dari pelarut lainnya dikarenakan sifat etil asetat yang mampu mengikat air [20].

Total Fenol

Polifenol merupakan salah satu kategori terbesar dari fitokimia dan paling banyak penyebarannya di antara kingdom tanaman. Senyawa golongan fenol diketahui sangat berperan terhadap aktivitas antioksidan, semakin besar kandungan senyawa golongan fenol maka semakin besar aktivitas antioksidan. Metode folin ciocalteu adalah salah satu metode termudah untuk mengukur kandungan total fenol. Metode ini berdasarkan kemampuan

Keterangan : Data merupakan rata-rata 3 kali ulangan

Nilai yang disertai dengan notasi yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada uji Duncan (α= 0,01)

P1=pelarut aquades, P2= pelarut etanol, P3=pelarut etil asetat,

(5)

170 reagen Folin-Ciocalteu mengoksidasi gugus hidroksil (OH-) dari senyawa golongan fenol dan menghasilkan perubahan warna yang diukur pada absorbansi 750 nm [21]. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap total fenol produk, diketahui bahwa total fenol yang terukur pada produk suplemen berbasis cincau hitam dengan penambahan daun bungur yang diekstrak dari berbagai macam pelarut memiliki total fenol yang beragam yaitu berkisar antara 11.250 – 261.917 ppm. Hasil penentuan kandungan total fenol didasarkan pada persaman kurva standar asam kafeat yaitu y = 0.004x – 0.033 (R2 = 0.997). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis pelarut memberi pengaruh sangat nyata (α=0,01) pada total fenol produk suplemen, interaksi kedua perlakuan juga berpengaruh sangat nyata terhadap nilai total fenol suplemen yang dihasilkan. Namun proporsi suplemen dan daun bungur tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap total fenol yang terukur.

Gambar 2. Rata-rata total fenol suplemen berbasis cincau hitam dengan penambahan daun bungur pada berbagai kombinasi perlakuan

Berdasarkan rata-rata total fenol yang dihasilkan pada kombinasi perlakuan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2, diketahui bahwa terdapat perbedaan sangat nyata antara suplemen pelarut aquades proporsi 1:0 dengan produk yang dihasilkan dari semua perlakuan. Namun perbedaan ini tidak didapatkan pada suplemen yang diekstrak menggunakan pelarut aquades proporsi 2:1 dan 5:1 yang memiliki nilai total fenol yang tertinggi. Hal ini dikarenakan ada kontribusi total fenol yang banyak terekstrak pada daun bungur yang banyak mengandung senyawa polifenol [22]. Senyawa fenol yang terekstrak pada suplemen dengan pelarut aquades proporsi 1:0 memiliki nilai lebih kecil dibandingkan suplemen dengan pelarut aquades proporsi 2:1 dan 5:1. Hal ini dikarenakan tidak adanya kontribusi dari senyawa fenol yang terdapat pada daun bungur. Namun, pada suplemen yang dihasilkan dari pelarut aquades proporsi 1:0, nilai total fenol yang terukur masih lebih tinggi dibandingkan suplemen yang dihasilkan dari pelarut etanol dan etil asetat karena sifat pelarut aquades yang dapat melarutkan senyawa fenol yang terkandung pada cincau hitam.

Suplemen yang dihasilkan menggunakan pelarut etanol proporsi 1:0 berbeda sangat nyata dengan proporsi 2:1dan 5:1. Namun perbedaan ini tidak didapatkan antara proporsi 2:1 dan 5:1. Total fenol yang dihasilkan pada suplemen yang dihasilkan menggunakan pelarut etanol proporsi 1:0 lebih tinggi dibandingkan proporsi 2:1 dan 5:1 dikarenakan lebih banyak senyawa fenol yang terekstrak pada cincau hitam dibandingkan dengan daun bungur, sehingga daun bungur tidak memberikan banyak kontribusi pada proporsi 2:1 dan 5:1. Selain itu, nilai total fenol yang lebih kecil ini dimungkinkan karena dekstrin yang ditambahkan pada suplemen tidak larut pada pelarut etanol sehingga saat pembuatan larutan induk 1000 ppm menggunakan pelarut etanol, senyawa bioaktif yang terlindungi oleh dekstrin tidak larut dan tidak terukur saat analisis.

Keterangan : Data merupakan rata-rata 3 kali ulangan

Nilai yang disertai dengan notasi yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada uji Duncan (α= 0,01)

P1=pelarut aquades, P2= pelarut etanol, P3=pelarut etil asetat,

(6)

171

Aktifitas Antioksidan dan IC50

Berdasarkan hasil analisis ragam memperlihatkan bahwa ada pengaruh sangat nyata (α = 0.01) jenis pelarut terhadap nilai IC50 yang dihasilkan. Sedangkan proporsi dan

interaksi diantara keduanya tidak memberikan pengaruh nyata terhadap nilai IC50. Tabel 2 Rata-rata nilai IC50 suplemen berbasis cincau hitam dengan penambahan daun

bungur akibat perlakuan pelarut

Pelarut IC50 Aktifitas Antioksidan

Aquades 83.952 ± 18.688a 48.270 ± 10.414b

Etanol 79.867 ± 21.786a 51.515 ± 14.228b

Etil Asetat 229.988 ± 128.659b 23.216 ± 12.331a

Berdasarkan uji lanjut BNT pada Tabel 2 terlihat bahwa IC50 suplemen yang

dihasilkan menggunakan pelarut etil asetat berbeda sangat nyata dengan aquades dan etanol. Namun perbedaan ini tidak didapatkan pada suplemen yang dihasilkan menggunakan pelarut aquades dan etanol. Inhibition concentration (IC50) dapat didefinisikan

sebagai kosentrasi larutan sampel yang akan menyebabkan reduksi terhadap aktivitas DPPH sebesar 50%. Semakin kecil nilai IC50 berarti aktivitas antioksidannya semakin tinggi.

Suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan sangat kuat apabila nilai IC50 kurang dari 0,05

mg/mL, kuat apabila nilai IC50 antara 0,05-0,10 mg/mL, sedang apabila nilai IC50 berkisar

antara 0,10-0,15 mg/mL, dan lemah apabila nilai IC50 berkisar antara 0,15-0,20 mg/mL. Nilai

IC50 yang dihasilkan pada produk sudah sesuai dengan yang diharapkan yaitu berkisar

antara 50-100 ppm yang dikategorikan sebagai antioksidan kuat. Namun pada pelarut etil asetat tidak memiliki aktifitas antioksidan dikarenakan sedikitnya senyawa fenol yang terekstrak karena etil asetat yang bersifat non polar. Senyawa fenol diduga berkontribusi terhadap aktifitas antioksidan, sehingga ketika tidak ada senyawa fenol yang terekstrak maka tidak ada pula aktifitas antioksidan didalam ekstrak tersebut. Begitu pula sebaliknya apabila total fenol memiliki nilai yang tinggi maka aktivitas antioksidan cenderung meningkat [23]. Hal ini didukung oleh pernyataan Masuda et al. (1992) yang menyatakan bahwa senyawa fenol dikenal sebagai antioksidan alami karena memiliki properti penangkap radikal yang menghasilkan aktivitas antioksidan [24].

Perlakuan Terbaik

Pemilihan perlakuan terbaik dipilih berdasarkan metode zeleny. Perlakuan terbaik dipilih diantara pelarut aquades proporsi 1:0, 2:1 dan 5:1 dan pelarut etanol serta etil asetat proporsi 1:0, 2:1 dan 5:1. Hal ini didasarkan pada kehidupan sehari-hari dimana masyarakat secara empiris mengkonsumsi dan membuat obat-obatan secara tradisional menggunakan aquades atau air. Sedangkan produk suplemen yang beredar yang di produksi oleh pabrik, dibuat dengan mengekstrak bahan menggunakan pelarut organik (dalam penelitian ini digunakan etanol dan etil asetat). Berikut merupakan hasil perlakuan terbaik pada pembuatan suplemen berbasis cincau hitam dengan penambahan daun bungur.

Keterangan : Data merupakan rata-rata 3 kali ulangan

Nilai yang disertai dengan notasi yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada uji BNT (α= 0,05 dan 0,01)

(7)

172 Tabel 3. Kadar Air, Total Fenol dan Nilai IC50 Produk Suplemen Perlakuan Terbaik

Pelarut Proporsi Cincau Hitam:

Daun Bungur Kadar Air (%)

Total Fenol

(ppm) IC50 (ppm)

Aquades 2:1 7.34±0.32 266.92±2.32 59.85±3.85

Etanol 1:0 6.03±0.23 100.33±14.61 69.04±20.89

SIMPULAN

Berdasarkan analisis yang dilakukan pada produk suplemen yang diekstrak menggunakan pelarut aquades, etanol dan etil asetat proporsi 1:0, 2:1 dan 5:1,diketahui bahwa perlakuan terbaik yaitu suplemen yang diekstrak menggunakan pelarut aquades proporsi 2:1 dan etanol 1:0. Parameter yang diuji (berturut-turut) meliputi kadar air 7.35% dan 6.03%, nilai total fenol 266.92 ppm dan 100.33 ppm serta nilai IC5059.85 ppm dan 69.04 ppm.

DAFTAR PUSTAKA

1) Nadimin. 2011. Pola makan, aktifitas fisik dan status gizi pegawai dinas kesehatan Sulawesi Selatan. Media Gizi Pangan, 11 (1): 1-6

2) Tony H., dan B. Suharto. 2005. Insulin, Glukagon dan Antidiabetik Oral. Dalam: Sulistia G. Ganiswara. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta: Bagian Farmakologi Universitas Indonesia: 467-81

3) Baynes, J.W. 2003. Role of oxidative stress in diabetic complications. a new perspective on an old paradigm. J.Diabetes, 48:1-9

4) Melodita, R. 2011. Identifikasi Pendahuluan Senyawa Fitokimia dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Cincau Hitam (Mesona palustris BL.) dengan Perlakuan Jenis Pelarut. Skripsi. Universitas Brawijaya: Malang

5) Yen, G.C., and C.Y. Hung. 2000. Effect of alkaline and heat treatment on antioxidative activity and total phenolics of extracts from hsian tsao (Mesona procumbens Hemsl.) J.Food Res., 33:487-492

6) Yen, G.C., P.D. Duh and Y.L. Hung. 2001. Contibutions of major components to the antimutagenic effect of hsian-tsao (Mesona procumbens Hemsl). J.Agric.Food Chem., 49:5000-5004

7) Yeh, C.T., W.H. Huang, and G. C. Yen. 2008. Antihypertensive effects of hsian-tsao and its active compound in spontaneously hypertensive rats. Science Direct Journal of Nutritional Biochemistry : 001-010

8) Yang, M., Z.P.Xu, C.Xu, J.Meng, G. Ding, X. Zhang, and Y. Weng. 2008. Renal protective activity of hsian-tsao extract in diabetic rats. J.Biomedical and Enviromental Sciences, 21: 222-227

9) Hung, C.Y. and G.C. Yen. 2001. Extraction and Identification of Antioxidative Components of Hsian-tsao (Mesona procumbens Hemsl.). Department of Food Science, National Chung Hsing University, Academic Press. Taiwan, Republic of China. Lebensm.-Wiss. u.-Technol., 34: 306-311

10) Toshihiro, M., S. Takagi and T. Ishida. 2012. Management of diabetes and its complications with banaba (lagerstroemia speciosa l.) and corosolic acid.Review Article : 1-8

(8)

173 11) Hernawan,U.E, Sutarno dan Ahmad, D.S. 2004. Aktifitas hipoglikemik dan hipolipidemik ekstrak air daun bungur (Lagerstroemia speciosa) terhadap tikus diabetik.J.Biofarma, 2 (1): 15-23

12) AOAC. 1984. Official Method of Analysis. Association Official Agriculture Chemist: USA 13) Andarwulan, N. and Shetty, K. 2000. Stimulation of novel phenolic metabolite,

epoxy-psuedoisoeugenol-(2 methylbutyrate) [epb], in transformed anise (pimpinella anisum l.) root cultures by fish protein hydrolysates. J.Food Biotechnology, 14:1-20

14) Hatano T., Edamatsu R., Hiramitsu M., Mori A., Fujita Y., Yasuhara T., Yoshida T., and Okuda T. 1989. Effect of the interaction of tannins with co-existing substances. vi. Effect of tannins and related polyphenols on superoxide anion radical and on 1, 1-diphenyl-2-picrylhidrazil radical. J.Chem. Pharm. Bull, 37:2016-2021

15) Fajriyah, S. 2011. Pembuatan Simplisia dan Standarisasi Mutu Simplisia. Tanggal Akses 19 november 2012. www.shofipunya.wordpress.com.

16) Molyneux, P. 2004. The use of stable free radical diphenylpicrylhydrazyl (DPPH) for estimating antioxidant activity. Journal of Science Technology 26 (2): 211-219

17) Kiessoun K., Souza A., Meda N.T.R., Coulibaly A.Y., Kiendrebeogo M., Lamien-Meda A., Lamidi M., Millogo-Rasolodimby J., and Nacoulma O.G. 2010. Polyphenol contents, antioxidant and anti-inflammatory activities of six malvaceae species traditionally used to treat hepatitis b in Burkina Faso.European Journal of Scientific Research, 44(4): 570-580 18) Shahwar D., Shafiq-ur-Rehman, Ahmad N., Ullah S., and Raza M.A. 2010. Antioxidant

activities of the selected plants from the family euphorbiaceae, lauraceae, malvaceae and balsaminaceae. AfricanJournal of Biotechnology, 9(7): 1086-1096

19) Budavari, S., M. Windholz, R.F. Blumetti, and E.S. Otterbein. 1983. The Merck Index, an Encyclopedia of Chemicals, Drugs, and Bioligicals. 10th Edition. Merck and Co., Inc.: New Jersey

20) Agbor, G.A., J.E. Oben, J.Y. Ngogang, C.Xinxing, and J.A.Vinson. 2005. Antioxidant capacity of some herbs/spices from Cameroon: a comparative study of two methods. Journal of Agricultural and Food Chemistry, 53 (17): 6819-6824

21) Hayashi, T., H. Maruyama, R. Kasai. K. Hattori, S. Takasuga, O. Hazeki, K. Yamasaki, and T. Tanaka. 2002. Ellagitanins from Lagerstroemia speciosa as activators of glucose transport in fat cells. J.PlantaMedica, 68: 173-175

22) Pinsirodom, P., J. Rungcharoen and A. Liummi. 2010. Quality Of Commercial Wine Vinegars Evaluated On The Basis Of Total Polyphenol Content And Antioxidant Properties.

Tanggal Akses 30 September 2012.

http://www.ajofai.info/Abstract/Quality%20of%20commercial%2s.pdf

23) Masuda, T., J. Isobe, A. Jitoe and N. Nakatani. 1992. Antioxidative curcuminoids from rhizomes of Curcuma xanthorrhiza. J.Phytochemistry, 31 (10): 3645-3647

Gambar

Tabel 1. Hasil Analisis Bahan Baku
Gambar 1. Rata-rata kadar air suplemen berbasis cincau hitam dengan penambahan  daun  bungur pada berbagai kombinasi perlakuan
Gambar 2. Rata-rata total fenol suplemen berbasis cincau hitam dengan penambahan daun  bungur pada berbagai kombinasi perlakuan

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan ketentuan peraturan yang berlaku, upaya penal terhadap baik pelanggaran pengkonsumsian minuman keras maupun tindak pidana yang dilakukan karena pengaruh minuman

Pendidikan budi pekerti adalah usaha sadar penanaman / internalisasi nilai-nilai akhlak / moral dalam sikap dan perilaku manusia peserta didik agar memiliki

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah penelitian deskriptif, dengan teknik Cluster Random Sampling.Adapun hasil penelitian ini yaitu: (a) faktor internal yang

Kekuatan impak yang nilainya paling tinggi didapat oleh pengujian impak pada spesimen sampel elektroda E1 yang memiliki nilai kekuatan impak sebesar 277,72

Semua peristiwa yang dilambangkan kata-kata dalam puisi Ibrahim Gibra, “Ramadan Kali Ini”, akan diungkap dengan menggunakan Semiotik Riffaterre.. Penelitian mengenai

Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan bahwa variabel independen yaitu pendapatan pajak restoran, pajak hiburan, pajak hotel dan pendapatan retribusi tempat rekreasi

Berdasarkan hasil perhitungan dari persamaan Arrhenius untuk parameter angka peroksida dan kadar asam lemak bebas “beras cerdas” berbasis Mocaf dan tepung jagung

Fungsi DMIN digunakan untuk menampilkan data dengan nilai terkecil (terendah) di dalam kolom field pada range database berdasarkan ketentuan yang diberikan oleh kriteria..