• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kestabilan Lereng Menggunakan Program Slope/w pada Pit Gn-10 Pulau Gag Kabupaten Raja Ampat Papua Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kestabilan Lereng Menggunakan Program Slope/w pada Pit Gn-10 Pulau Gag Kabupaten Raja Ampat Papua Barat"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Article History: Submite 28 November 2018 Received in from 29 November 2018 Accepted 23 Desember 2018 Available online 31 Desember 2018 Lisensec By:

Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

KESTABILAN LERENG MENGGUNAKAN PROGRAM SLOPE/W PADA

PIT GN-10 PULAU GAG KABUPATEN RAJA AMPAT PAPUA BARAT

Abdul Salam Munir*

Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Muslim Indonesia *Email: salammunir@umi.ac.id

SARI

Kestabilan lereng merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam menerapkan penambangan yang aman dan produktif serta berwawasan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kemiringan lereng yang aman diterapkan pada Pit GN-10 Pulau Gag. Studi kestabilan lereng ini menggunakan program komputer Slope/W dengan memasukkan data geometri lereng dan parameter yang telah didapatkan dari hasil pengeboran geoteknik dan pengujian laboratorium mekanika tanah. Program ini menghitung nilai faktor keamanan pada setiap kemiringan lereng yang telah disimulasikan, yakni 40°, 45°, 50°, 55° dan 60°. Hasil perhitungan menunjukkan kemiringan lereng 40°-50° menghasilkan nilai faktor keamanan di atas 1,2, sedangkan kemiringan lereng 55°-60° menghasilkan nilai faktor keamanan di bawah 1,2. Nilai faktor keamanan pada setiap kemiringan lereng yang telah disimulasikan, kemudian dilakukan perbandingan dengan nilai standar minimum faktor keamanan lereng yang dianggap stabil. Berdasarkan hasil studi kestabilan lereng tersebut, maka kemiringan lereng yang dapat diterapkan pada Pit GN-10 maksimum 50° dengan nilai faktor keamanan menggunakan metode Bishop 1,269.

Kata kunci: kestabilan lereng, penambangan, faktor keamanan, program slope/W. ABSTRACT

Slope stability is one very important factor in implementing a safe and productive mining as well as environmentally conception. The purpose of this research is to obtain a safe slope applied to the Pit GN-10 of Gag Island. This slope stability study uses computer program Slope/W by entering slope geometry and parameter data that has been obtained from the results of geotechnical drilling and laboratory testing of soil mechanics. This program computes safety factor values each slope that has been simulated on slopes 40°, 45°, 50°, 55° and 60°. The computed result shows that the slope of slopes 40°-50° have safety factors above 1.2 and the slope of slopes 55°-60° have safety factors below 1.2. The values of safety factor each slope that has been simulated, then comparing with the minimum standard value of safety factor that is considered stable. Based on the results of slope stability studies, the slope that can be applied to Pit GN-10 is a maximum 50° with safety factor value using the Bishop method 1.269.

Keyword: slope stability, mining, safety factor, slope/w program.

Published By:

Fakultas Teknologi Industri Universitas Muslim Indonesia Address:

Jl. Urip Sumoharjo Km. 05 Makassar, Sulawesi Selatan Email:

geomine@umi.ac.id

Phone:

+6285299961257 +6281241908133

(2)

PENDAHULUAN

Dunia internasional telah mengakui Indonesia sebagai salah satu wilayah yang secara geologis memiliki potensi sumber daya mineral yang tinggi. Kondisi geologi yang kompleks menjadi indikator yang kuat bagi kehadiran berbagai jenis bahan galian berharga. Nikel merupakan salah satu jenis bahan galian berharga yang dimiliki negeri ini. Penambangan nikel yang dilakukan

dengan menggunakan sistem

penambangan terbuka (surface mining) tentu memperhatikan beberapa faktor yang menjadikan kegiatan penambangan dapat berjalan dengan aman dan produktif. Kestabilan lereng merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam menerapkan penambangan yang aman dan produktif serta berwawasan lingkungan.

Kestabilan lereng sangat berhubungan dengan keselamatan manusia, keamanan peralatan dan kelancaran produksi suatu penambangan. Menurut Kusuma dan Wiyono (2015), kondisi lereng yang tidak stabil akan mengancam keselamatan pekerja, mengakibatkan kerusakan peralatan, mengurangi intensitas produksi serta menimbulkan dampak negatif pada lingkungan baik pada saat dilakukannya

penambangan maupun setelah

pelaksanaan penambangan.

Rencana jangka menengah

perusahaan yakni melakukan

penambangan pada Pit GN-10. Tahap perencanaan tambang terlebih dahulu

dilakukan untuk memastikan

penambangan dilakukan sesuai tujuan dengan mengkaji salah satu faktor yang mempengaruhi kelancaran penambangan, yakni mengetahui kestabilan lereng daerah rencana penambangan.

Berdasarkan hal tersebut, penulis melakukan penelitian mengenai kestabilan lereng dengan menghitung nilai faktor keamanan lereng pada daerah Pit GN-10 Pulau Gag, Distrik Waigeo Barat Kepulauan, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat. Faktor keamanan

diperlukan untuk mengetahui kemantapan suatu lereng dalam mencegah bahaya longsoran di waktu-waktu yang akan datang (Arif, 2016). Sehingga dari hasil studi ini akan didapatkan kemiringan lereng yang aman diterapkan pada daerah rencana penambangan tersebut.

METODE PENELITIAN 1. Pengambilan Data

Pengambilan data di lapangan dengan mengambil contoh bawah permukaan melalui pengeboran geoteknik menggunakan mesin khusus yakni YBM. Pengeboran dilakukan ke arah bawah permukaan dengan mengangkat contoh inti pada setiap satu meter kemajuan pengeboran agar mendapatkan perhitungan kemajuan pengeboran secara akurat sesuai dengan kondisi bawah permukaan. Kualitas tinggi dari sebuah rangkaian contoh inti memberikan informasi akurat tentang litologi, sifat fisik dan mekanik untuk membangun model geologi bagi kepentingan perancangan tambang terbuka (Rai, dkk., 2014).

Pengambilan contoh secara khusus dilakukan setelah mengambil contoh inti sepanjang dua meter dengan dua jenis contoh yaitu, disturbed sample (contoh terganggu) dan undisturbed sample (contoh yang tidak terganggu). Disturbed sample (contoh terganggu) diambil pada zona saprolite ber-bolder dan bedrock, sedangkan undisturbed sample (contoh yang tidak terganggu) diambil pada zona soil, limonite, dan saprolite tanpa bolder.

Pengeboran geoteknik juga dilakukan untuk mengamati keberadaan air bawah permukaan melalui lubang bor sehingga senantiasa melakukan pengecekan dengan menggunakan water level meter. Contoh yang terangkat dalam setiap meternya dilakukan pendeskripsian dengan menentukan ukuran butir serta mineral yang terkandung di dalamnya.

Contoh yang tidak dikirim ke laboratorium untuk pengujian sifat mekanik termasuk di dalamnya contoh SPT kemudian dimasukkan ke dalam core box berdasarkan letak meterannya dan

(3)

disimpan dalam gudang penyimpanan contoh (core house) sebagai arsip. Sedangkan lubang bekas pengeboran ditutup menggunakan pipa paralon yang terlebih dahulu dilakukan pengecoran pada bagian bawah pipa dengan bentuk persegi agar lubang bor tetap mudah teridentifikasi sesuai dengan kode titik bornya.

2. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah diperoleh dari lapangan yang berupa data jenis tanah untuk memberikan pemisahan dalam penampang lereng pada kedalaman yang sesuai dengan jenis tanah serta geometri lereng dalam satuan meter dan data yang berasal dari hasil pengujian di laboratorium berupa data berat volume tanah (), data sudut geser dalam (), dan data kohesi tanah (c) yang nantinya dimasukkan ke dalam program Slope/W sebagai soil properties.

Data sekunder yakni peta kuasa pertambangan untuk mengetahuai batas-batas kuasa pertambangan perusahaan tempat penelitian, peta topografi daerah penelitian untuk mengetahui perbedaan tinggi serta kemiringan lereng, peta geologi daerah penelitian untuk mengetahui kondisi struktur geologi yang dapat bekerja di sekitar lereng dan data curah hujan untuk mengetahui intensitas turunnya air hujan yang sangat berpengaruh dalam terjadinya longsor.

Data tersebut kemudian dikumpulkan dan dilakukan evaluasi yang selanjutnya diolah menggunakan program

Slope/W dari Geostudio 2007 yang menggunakan persamaan Bishop sebagai dasar perhitungan nilai faktor keamanan sesuai dengan metode yang digunakan

pada penelitian ini tanpa

memperhitungkan faktor pembebanan yang bekerja pada lereng. Perhitungan faktor keamanan dengan membagi bidang longsoran ke beberapa segmen atau irisan kemudian dilakukan perhitungan dengan menggunakan persamaan Bishop berikut ini (Juliantina, dkk., 2018):

Data yang telah diolah dan menghasilkan nilai faktor keamanan dari lereng yang telah disimulasikan dalam beberapa kemiringan selanjutnya dilakukan analisis kestabilan lereng menggunakan program Slope/W dari Geostudio. Slope/W menggunakan teori keseimbangan batas (limit equilibrium theory) dalam menganalisis stabilitas lereng dan menghitung nilai faktor keamanan (Krahn, 2008).

Penentuan standar minimum nilai faktor keamanan yang ideal dilakukan

dengan membandingkan pada

rekomendasi nilai faktor keamanan lereng menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum (PU, 2005), sehingga didapatkan kemiringan lereng yang aman digunakan pada Pit GN-10 Pulau Gag.

HASIL PENELITIAN

1. Hasil Perhitungan Nilai FK

Analisis kestabilan lereng dilakukan dengan terlebih dahulu mengetahui nilai faktor keamanan dari lereng tersebut. Nilai dari faktor keamanan lereng merupakan hasil perbandingan antara kekuatan yang diperlukan dalam menahan dengan gaya dorong yang ada (Lin, dkk., 2015).

Perhitungan faktor keamanan lereng ini dilakukan dengan menggunakan program Slope/W untuk kemiringan lereng 40°, 45°, 50°, 55°, dan 60° dengan menampilkan beberapa metode dan hasil perhitungan. Berikut ini merupakan hasil perhitungan faktor keamanan lereng

           

m

FS c W c W        tan sin ' tan ' sin . 1 FS Dimana : FS = Faktor keamanan i = Irisan c' = Kohesi tanah β = Lebar irisan ke - i

W = Berat irisan tanah ke - i (W =  . b. h)

' = Sudut geser dalam

α = Sudut kemiringan bidang gelincir pada dasar irisan ke-i

(4)

menggunakan program Slope/W pada simulasi kestabilan lereng dengan beberapa kemiringan dan metode perhitungan.

Tabel 1. Hasil Perhitungan Slope/W Kemiringan

Lereng

Metode Perhitungan Bishop Janbu M-Price 40° 1,436 1,372 1,441 45° 1,341 1,279 1,334 50° 1,269 1,242 1,265 55° 1,189 1,178 1,193 60° 1,146 1,136 1,146

Program Slope/W menganggap bidang longsor berbentuk busur lingkaran dan kemudian membagi bidang tersebut dengan 29 segmen atau irisan vertikal yang masing-masing irisan memiliki kondisi yang berbeda. Dalam menghitung nilai faktor keamanan lereng dengan menggunakan program Slope/W didapatkan beberapa nilai faktor keamanan yang berbeda-beda pada satu kemiringan lereng, sesuai dengan metode perhitungan yang digunakan.

Misalnya pada kemiringan lereng 45° dengan menggunakan metode Bishop didapatkan nilai faktor keamanan 1,341, sedangkan menggunakan metode Janbu didapatkan hasil 1,279 dan menggunakan metode Morgenstern-Price didapatkan nilai faktor keamanan 1,334. Begitu pula dengan kemiringan lereng yang lain.

Perbedaan ini disebabkan oleh berbedanya asumsi yang digunakan oleh setiap metode dalam melakukan perhitungan. Dalam analisis nantinya akan menggunakan hasil perhitungan metode Bishop. Menurut (Arief, 2008), metode Bishop menghasilkan nilai faktor keamanan yang tepat dan tingkat kesalahan apabila dibandingkan pada metode yang lain jarang lebih besar dari 5%.

2. Analisis Kestabilan Lereng

Perhitungan nilai faktor keamanan dari beberapa kemiringan lereng di atas menunjukkan hasil yang berbeda dari setiap kemiringan lereng. Pada lereng

dengan kemiringan 40°, perhitungan metode Bishop menghasilkan nilai faktor keamanan 1,4. Sedangkan pada lereng dengan kemiringan 50°, metode Bishop menghasilkan nilai faktor keamanan 1,2. Hal ini disebabkan karena dengan semakin tingginya tingkat kemiringan suatu lereng maka material pada lereng tersebut akan mudah mengalami pergerakan dan gaya penahan yang dimiliki lereng tersebut semakin berkurang. Pada Gambar 1 menunjukkan model lereng dengan kemiringan 40° dan Gambar 2 menunjukkan model lereng dengan kemiringan 50°.

Simulasi kestabilan lereng dilakukan untuk mengetahui sudut lereng maksimum yang dapat diterapkan saat melakukan pekerjaan pada lereng tersebut sehingga dapat memberikan nilai faktor keamanan yang dianggap cukup aman bagi lereng. Nilai faktor keamanan dari lereng dijadikan sebagai dasar dalam menentukan kondisi kemantapan suatu lereng dengan kemiringan yang sesuai dengan nilai tersebut.

Jika nilai faktor keamanan suatu lereng lebih besar daripada nilai faktor keamanan minimum yang telah disyaratkan, maka lereng tersebut dapat dikategorikan aman. Begitupun sebaliknya, jika nilai faktor keamanan suatu lereng lebih kecil daripada nilai faktor keamanan minimum yang telah disyaratkan, maka lereng tersebut dapat dikategorikan tidak aman yang dapat membahayakan ketika pengerjaan ataupun pasca pengerjaan di lereng tersebut (Arif, 2016).

Gbr 1. Model lereng dengan kemiringan 40°

(5)

Pada simulasi ini digunakan nilai standar minimum FK yakni, 1,2 yang merupakan nilai tengah dengan tetap memperhatikan besarnya resiko kehilangan nyawa manusia dan resiko kehilangan secara ekonomis (PU, 2005). Berdasarkan standar minimum tersebut dan dengan memperhatikan hasil perhitungan faktor keamanan lereng, maka kemiringan lereng maksimum yang aman untuk diterapkan pada lereng di daerah penelitian yaitu kemiringan 50° dengan nilai faktor keamanan menggunakan metode Bishop 1,269.

Gambar 2 di atas adalah model simulasi kestabilan lereng dengan kemiringan 50° dengan nilai faktor keamanan 1,269. Hasil simulasi kestabilan lereng ini diasumsikan dengan kedalaman galian 33 meter yang disesuaikan dengan data hasil pengeboran yang telah dilakukan dengan kedalaman akhir 35 meter yang memiliki bedrock sepanjang 2 meter.

Model dari lereng tersebut menghasilkan nilai keamanan dan perkiraan letak bidang gelincir paling kritis yang dapat dilihat pada Gambar 2 dengan warna hijau yang berisi bidang irisan yang diperkirakan akan terjadi longsoran. Pada bidang gelincir kritis tersebut didapatkan total volume longsoran sebesar 214,64 m³.

Penentuan kemiringan lereng yang diharapkan stabil berdasarkan hasil perhitungan faktor keamanan bukan menjadi satu-satunya acuan dalam menjaga kestabilan lereng tersebut.

Karena dengan adanya dua permukaan yang memiliki perbedaan ketinggian, maka ada gaya dorong yang membuat material yang memiliki kedudukan lebih tinggi cenderung bergerak ke bawah.

Selain gaya dorong tersebut, terdapat pula gaya gesekan dalam lereng yang bekerja untuk melawan dan menahan gaya dorong tersebut sehingga kedudukan lereng tetap dalam keadaan stabil. Maka hal lain yang perlu diperhatikan adalah adanya penambahan beban berlebih yang menambah kemampuan gaya dorong dalam lereng tersebut, sehingga gaya gesekan yang ada tidak mampu menyeimbangi gaya dorong dan akhirnya terjadi gerakan tanah atau longsor.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil studi kestabilan lereng pada Pit GN-10 menggunakan program Slope/W, maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa hasil perhitungan faktor keamanan dengan nilai 1,269 memberikan rekomendasi kemiringan lereng maksimum yang aman diterapkan pada lereng Pit GN-10 yaitu 50°. Penggunaan program komputer Slope/W dalam menganalisis kestabilan lereng dapat mempermudah penentuan lokasi bidang gelincir paling kritis serta dengan cepat memperoleh informasi faktor keamanan dari suatu lereng yang diteliti. Walaupun demikian, dalam aplikasinya tetap dibutuhkan sumber daya manusia yang mengerti dalam bidang geoteknik untuk lebih meminimalisir kesalahan dalam menganalisis kestabilan lereng sehingga kondisi lereng yang akan didesain benar-benar dalam kondisi aman sesuai dengan yang diharapkan.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada PT ANTAM Tbk. dan PT Gag Nikel khususnya Tim Eksplorasi Nikel Pulau Gag Antam atas segala bantuannya baik moril maupun Gbr 2. Model lereng dengan kemiringan

(6)

materil terhadap terlaksananya penelitian ini.

PUSTAKA

Arief, S. (2008) Analisis Kestabilan Lereng dengan Metode Irisan. Sorowako: PT Vale Indonesia.

Arif, I. (2016) Geoteknik Tambang. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Juliantina, I. dkk. (2018) Identification of Slope Stability Analysis. International Journal on Advanced Science Engineering Information Technology. 8(3). pp. 671–677. Krahn, J. (2008) Stability Modeling with

Slope/W An Engineering Methodology. IV,Canada: GEO-SLOPE International, Ltd.

Kusuma, A. C. and Wiyono, B. (2015) Analisis Kestabilan Lereng di Pit Pajajaran PT. Tambang Tondano Nusajaya Sulawesi Utara. Jurnal Teknologi Pertambangan. 1 Nomor 1 (Periode Maret-Agustus 2015), pp. 5–11.

Lin, H. dkk. (2015) Erratum: Slope stability analysis using limit equilibrium method in nonlinear criterion. Scientific World Journal. doi: 10.1155/2015/419636.

PU, B. L. (2005) Pedoman Rekayasa Lereng untuk Jalan. Pd T-09-20. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum.

Rai, M. A., Kramadibrata, S. and Wattimena, R. K. (2014) Mekanika Batuan. Bandung: Penerbit ITB.

Gambar

Tabel 1. Hasil Perhitungan Slope/W  Kemiringan
Gambar  2  di  atas  adalah  model  simulasi  kestabilan  lereng  dengan  kemiringan  50°  dengan  nilai  faktor  keamanan 1,269

Referensi

Dokumen terkait

Proses internalisasi nilai-nilai anti korupsi di MI Balesari dengan kegiatan pembelajaran pendidikan kurikuler, pembelajaran intrakurikuler kokurikuler, ekstra kurikuler

| Balai Penelitian Tanaman sayuran 20 peningkatan mutu hasil penelitian menuju lemabaga penelitian berkelas dunia melalui: (1) pemanfaatan sumberdaya nasional secara

 Arus yang mengalir di suatu lokasi disuatu ruang akan menimbulkan Medan magnet di sekitar lokasi di ruang tersebut  medan tersebut yang menyebabkan gaya pada arus lain

Hasil penelitian ini memberikan pemahaman dan pemikiran bagi pegawai negeri mengenai keterkaitan antara rasa berdaya tim (empowered team) dengan partisipasi kerja, sehingga

Temuan-temuan artefak yang berwujud terakota mendominasi temuan di daerah Trowulan, yang diidentifikasi oleh para ahli bahwa temuan tersebut berasal dari periode

Dari hasil peneltian, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: a) dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Provinsi Sumatera Barat tidak ada masalah

Institut Keguruan Dan Teknologi Larantuka Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia S1 2 Institut Keguruan Dan Teknologi Larantuka Pendidikan Bahasa Inggris S1 2 Institut Keguruan

Berdasarkan hasil wawancara pada IPM, perencanaan IPM dilakukan dalam rapat yang diikuti oleh seluruh pengurus IPM dengan membagi beberapa kelompok. Seperti yang