• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Pemanfaatan Ruang Sebagai Upaya Pelestarian Sub Das Babura Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Konsep Pemanfaatan Ruang Sebagai Upaya Pelestarian Sub Das Babura Kota Medan"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 STUDI TERDAHULU

Referensi peneliti dalam membantu membentuk kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah studi-studi yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya yang dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Nama dan Hasil Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti Hasil Penelitian

1 Emirhadi, S, (et.al) Perlu adanya keterpaduan dalam pengelolaan sungai untuk menangani masalah di sepanjang DAS. Praktek perancangan harus mempertimbangkan segala keterkaitannya termasuk dengan aspek kondisi

masyarakat, dan keterpaduan dalam proses perancangan, pemanfaatan dan pengendalian penataan ruang yang mengakomodasikan aspek-aspek peraturan pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, kondisi masyarakat, kawasan hulu- hilir, serta kelestarian lingkungan sepanjang DAS.

2 Fransisca, E Desa Keseneng sudah melakukan fungsi-fungsi/aktifitas pengelolaan sumber daya alam yang meliputi

perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengendalian (controlling) dengan baik. CBNRM di Desa Keseneng mampu menyeimbangkan tujuan pemberdayaan masyarakat dan konservasi sumber daya alam. Untuk mendukung konservasi DAS diusulkan replikasi model tersebut pada desa-desa di DAS hulu dan kerjasama antardesa dalam kawasan.

3 Sam’un, J.R Relasi antar organisasi dalam pengelolaan DAS Citarum, belum terstruktur dengan baik. Secara umum

(2)

DAS Citarum

4 Sodikin Berdasarkan parameter (indeks penggunaan lahan dan dahaya erosi) dan standar evaluasi kinerja DAS,

kesehatan DAS Padang tergolong sedang dengan kisaran nilai 30-75%, dan kesesuaian penggunaan lahan

tergolong baik dengan kisaran nilai 75%.

Lanjutan

No Nama Peneliti Hasil Penelitian

5 Suryanto Seiring pertambahan jumlah penduduk Kota Semarang, daya dukung DAS Beringin untuk dapat dikembangkan kawasan permukiman seluas 1.524 Ha (56,62 %), sedangkan yang sudah tidak memungkinkan untuk dikembangkan menjadi kawasan permukiman seluas 1.168 hektar (43,38 %).

6 Arief, H Secara umum, kesesuaian lahan untuk perumahan di Kota Fakfak adalah sesuai dengan luasan 76,38% sedangkan sisanya termasuk dalam kelas tidak sesuai dan kurang sesuai, tetapi dalam kelas ini termasuk kampung dengan kepadatan penduduk yang relatif tinggi seperti Kampung Gwerpe dan Lusypkeri dibandingkan dengan wilayah yang lain. Pengaturan berupa bimbingan teknis dalam pembangunan serta penataan perumahan perlu terus dilakukan terutama pada kampung tersebut dan perumahan yang berada di

sepanjang pesisir pantai yang rawan tsunami.

7 Sumihar, H Salah satu penyebab terjadinya banjir di Kota Medan karena adanya degradasi/kerusakan lahan baik akibat erosi, kekritisan lahan, dan penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan penggunaan lahannya. kerusakan lahan DAS Deli didominasi oleh faktor-faktor biofisik, terutama penggunaan lahan, kemiringan lereng, bentuk lahan, dan curah hujan di Sub DAS Deli bagian hulu. Kerusakan lahan DAS Deli berdasarkan potensi erosi setiap tahun mencapai 1.293.764,9 ton dengan rata rata erosi 27,08 ton/ha/tahun atau setara dengan

(3)

2.2 DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) 2.2.1 Pengertian Daerah Aliran Sungai (DAS)

Pengertian daerah aliran sungai menurut Muhjidin Mawardi adalah kesatuan ruang (hamparan ruang) yang terdiri atas unsur biotik (tanah, air, udara), biotik (vegetasi, binatang dan organisme hidup lainnya termasuk manusia) saling berinteraksi satu dengan lainnya, sehingga merupakan satu kesatuan ekosistem yang dibatasi oleh punggung-punggung gunung/bukit dimana semua air mengalir ke satu sistem outlet (sungai, danau atau laut). Pengertian lainnya dari DAS adalah merupakan daerah yang dibatasi punggung-punggung gunung dimana air hujan yang jatuh pada daerah tersebut akan ditampung oleh punggung-gunung tersebut dan dialirkan melalui sungai-sungai kecil ke sungai utama (Novitasari et.al, 1).

2.2.2 Konsep Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS)

Pengelolaan DAS merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, petani dan pemerintah untuk memperbaiki keadaan lahan dan ketersediaan air secara terintegrasi di dalam suatu DAS.

Kerangka pemikiran pengelolaan DAS melibatkan 3 (tiga) dimensi pendekatan analisis seperti dikemukakan oleh Hufschmidt (1986), yaitu sebagai berikut :

1. Pengelolaan DAS sebagai proses yang melibatkan langkah-langkah perencanaan dan pelaksanaan yang terpisah tetapi terkait;

2. Pengelolaan DAS sebagai sistem perencanaan pengelolaan dan sebagai alat implementasi program pengelolaan DAS melalui kelembagaan yang relevan dan terkait;

(4)

Target pembangunan DAS yang berkelanjutan adalah keselarasan kegiatan pembangunan ekonomi dan perlindungan lingkungan melalui penyesuaian kegiatan pengelolaan DAS dan konservasi daerah hulu.

Dengan demikian perlu memperhatikan kriteria fungsi DAS dari sudut pandang penggunaan lahan dan sistem tutupan lahan untuk mengurangi laju air permukaan penyebab banjir di daerah hilir DAS (Meine V.N et.al, 2)

Konsep pengelolaan DAS yang baik perlu didukung oleh kebijakan yang dirumuskan dengan baik melalui praktek-praktek pengelolaan lahan yang kondusif untuk pencegahan terhadap degradasi tanah dan air. Pendekatan menyeluruh dan terpadu sangat diperlukan yaitu pendekatan yang menuntut suatu manajemen terbuka yang menjamin berlangsungnya proses koordinasi antara lembaga atau instansi terkait (Isrun, 67).

Konsep yang sesuai dengan pengelolaan daerah aliran sungai adalah konsep kolaborasi yang dapat dilihat dari dua perspektif ; 1) konsep pemecahan konflik dari perspektif organisasi dan 2) konsep kerjasama antar stakeholders (Sam’un J.R, 223).

A. Pengelolaan DAS sebagai Sistem Perencanaan

Pengelolaan DAS memiliki arti sebagai pengelolaan dan alokasi sumberdaya alam di daerah aliran sungai termasuk pencegahan banjir dan erosi, serta perlindungan nilai keindahan yang berkaitan dengan sumberdaya (Anggara. W, 1)

Sungai memiliki peran strategis sebagai salah satu sumber daya alam yang mendukung kehidupan masyarakat. Peranan sungai di dalam konteks perkotaan menjadi sangat penting, khususnya dalam upaya mempertahankan sumber daya air yang berkelanjutan (Emirhadi. S, 143)

Secara konseptual, pengelolaan DAS dipandang sebagai suatu sistem perencanaan terhadap beberapa hal (Chay Asdak, 541), yaitu sebagai berikut :

(5)

2. Alat implementasi untuk menempatkan usaha-usaha pengelolaan DAS seefektif mungkin melalui elemen-elemen masyarakat dan perseorangan;

3. Pengaturan organisasi dan kelembagaan di wilayah perencanaan dilaksanakan.

Apabila suatu DAS dihutankan kembali maka pengaruhnya terhadap tata air DAS akan memakan waktu puluhan tahun. Penanaman pohon dengan penyebaran kayu-kayuan secara merata dalam suatu DAS, dipilih sebagai metode pengatur tata air DAS, penanamannya harus mencakup sebagian besar wilayah DAS tersebut. Jika hanya 20- 30% dari wilayah DAS ditanami, pengaruhnya terhadap tata air mungkin tidak nyata.

B. Kegiatan Pengelolaan DAS

Kegiatan pengelolaan DAS dibedakan menjadi beberapa langkah sesuai dengan tugas dan wewenang yang dimiliki oleh lembaga-lembaga yang terkait dengan kegiatan pengelolaan DAS. Langkah-langkah ini dapat dikenal dengan cara menganalisis program pengelolaan DAS sebagai kegiatan yang bersifat sekunsial dan saling berkaitan untuk menghasilkan sasaran tertentu dan dengan aktivitas pengelolaan tertentu.

1. Aktifitas pertama : seluruh wilayah DAS dibagi menjadi beberapa tipe tata guna lahan utama (saat ini dan yang akan diusulkan), antara lain, hutan (produksi, lindung, konservasi), pertanian, perkebunan, pertambangan, transportasi, pemukiman, dan lain-lain (Tabel 2.2, Panel 1).

2. Aktifitas kedua : untuk setiap unit operasi tata guna lahan tertantu, perlu dikembangkan aktivitas pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam di daerah tersebut(Tabel 2.2, Panel 2).

Tabel 2.2 Tiga Kegiatan Utama Pengelolaan DAS (adaptasi dari Hufschmidt,1986)

Panel 1 : Pembagian DAS menjadi beberapa tata guna lahan

a) Pertanian (irigasi dan lahan kering) b) Perumputan, Holtikultura, Agroforestry

(6)

Sumber : Chay Asdak, Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Tahun 2010

C. Tujuan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS)

Secara garis besar ada 3 (tiga) sasaran utama yang ingin dicapai dalam pengelolaan DAS yaitu sebagai berikut :

1. Rehabilitasi lahan terlantar atau lahan yang masih produktif tetapi digarap dengan cara yang tidak mengindahkan prinsip-prinsip konservasi tanah dan air;

2. Perlindungan terhadap lahan-lahan yang umumnya sensitif terhadap terjadinya erosi dan atau tanah longsor atau lahan-lahan yang diperkirakan memerlukan tindakan rehabilitasi dikemudian hari;

3. Peningkatan atau pengembangan sumberdaya terutama sumber daya air. Sedangkan tujuan dari pengelolaan DAS tersebut adalah sebagai berikut :

a) Terjaminya pemanfaatan sumberdaya alam skala DAS secara

berkelanjutan;

b) Tercapainya keseimbangan ekologis sebagai sistem penyangga kehidupan;

c) Terjaminnya kuantitas dan kualitas air sepanjang tahun; d) Pengendalian banjir dan aliran permukaan;

e) Transportasi f) Perkotaan g) Danau, waduk

Panel 2 : Pengembangan pemanfaatan sumberdaya dan kegiatan pengelolaan untuk setiap unit pemanfaatan untuk masing-masing tata guna lahan utama

Pertanian Irigasi

a) Tipe dan Rotasi Tanaman Pangan

b) Jumlah dan pemberian air, pupuk, pestisida, buruh dan mesin c) Metode penanaman, pemanfaatan air, pupuk, pestisida d) Instalasi dan perbaikan strip penyangga, teras, dan lain-lain.

Hutan Komersial :

a) Tipe jenis pohon

b) Rotasi dan distribusi pohon c) Jumlah dan waktu pemberian input

d) Metode penanaman dan pemanenan, penjarangan, pemupukan

Panel 3 ; Pengembangan kegiatan pengelolaan di daerah hilir

a) Perlindungan pinggir sungai melalui strip penyangga, penanaman vegetasi, pemasangan batu penahan longsor b) Pembersihan sampah dan kotoran lainnya

c) Pengerukan lumpur di sungai/saluran lainnya d) Pengerukan pantai/pelabuhan

(7)

e) Pengendalian erosi tanah dan proses degradasi lahan lainnya.

D. Teknologi Pengelolaan DAS

Pertimbangan pemilihan teknologi dalam pengelolaan DAS agar tercapainya sasaran konservasi lahan dan meningkatnya kesejahteraan masyarakat yang ada di dalamnya, melalui tindakan sebagai berikut :

1) Penggunaan lahan harus disesuaikan dengan sifat dan kemampuan lahan bersangkutan. Tanah yang berlereng curam, misalnya lebih curam dari 40%, tidak aman bila digunakan secara intensif untuk tanaman semusim. Penuntun praktis kriteria kesesuaian lahan diberikan di dalam buku Djaenuddin et al. (2003). Di dalam buku tersebut diuraikan tanaman apa yang cocok ditanam pada lahan tertentu.selain itu, dinamika penggunaan lahan tidak sesuai dengan kemampuannya akan berpengaruh terhadap kondisi hidrologis DAS, menurunnya kesuburan tanah dan menyebabkan degradasi lahan (Alwi L.O et.al, 78).

2) Memaksimalkan penutupan tanah dengan menggunakan tanaman penutup, karena dengan banyaknya tajuk dan seresah tanaman, akan semakin terlindung permukaan tanah dari terpaan air hujan dan makin terbentuk jaringan penyaring erosi.

3) Mempertahankan sebanyak mungkin air hujan pada tempat di mana air tersebut jatuh, sehingga mengurangi aliran permukaan.

4) Mengalirkan kelebihan air permukaan dengan kecepatan yang aman ke kolam-kolam penampung untuk digunakan kemudian.

5) Menghindari terbentuknya parit (gully) dan menghambatnya (menyumbat) dengan sumbat parit (gully plug) pada interval yang sesuai untuk mengendalikan erosi dan pengisian kembali air tanah

6) Memaksimalkan produktivitas lahan per satuan luas, per satuan waktu, dan per satuan volume air.

(8)

8) Menstabilkan sumber penghasilan dan mengurangi resiko kegagalan selama terjadinya penyimpangan iklim (terlalu sedikit atau terlalu banyak hujan).

9) Meningkatkan/memperbaiki infrastruktur yang dapat membantu kelancaran distribusi, pemasaran, dan penyimpanan hasil pertanian.

10) Untuk daerah beriklim kering, kegiatan terutama ditujukan untuk meningkatkan penyimpanan air tanah melalui peningkatan kapasitas infiltrasi dan simpanan air di permukaan tanah melalui pembuatan sumur, corak atau embung penampung air.

11) Sisa tanaman perlu dikembalikan ke permukaan tanah baik secara langsung misalnya dalam bentuk mulsa atau dalam bentuk kompos.

12) Tindakan konservasi tanah harus disesuaikan dengan keadaan sosial ekonomi setempat (misalnya status pemilikan tanah, tenaga kerja, penghasilan rumah tangga). Tindakan konservasi yang mudah diterima petani adalah tindakan yang memberi keuntungan jangka pendek dalam bentuk peningkatan hasil panen dan peningkatan pendapatan, terutama untuk petani yang status penguasaan lahannya tidak tetap.

13) Kegiatan konservasi yang akan diterapkan seharusnya dipilih oleh petani dengan fasilitasi penyuluh. Petani paling berhak mengambil keputusan untuk kegiatan yang akan dilakukan pada lahan mereka.

14) Jangan melakukan tindakan konservasi kalau belum dimengerti apa masalah yang akan dipecahkan dan apa manfaat tindakan tersebut.

15) Permasalahan pokok yang dijumpai dalam DAS adalah:

a) Degradasi lahan (erosi)

b) Penurunan kualitas air

c) Kekeringan dan banjir

(9)

E. Ekosistem Daerah Aliran Sungai

Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terdiri atas komponen-komponen yang saling berintgrasi, sehingga membentuk suatu kesatuan (Chay Asdak : 10). Dalam ekosistem DAS berbagai tataguna lahan, bentuk geomorfologi, flora dan fauna, bangunan-bangunan fisik serta manusia dan aktivitasnya bersama-sama menyusun ekosistem tersebut (Sodikin, 105). Sistem tersebut mempunyai sifat tertentu, tergantung pada jumlah dan jenis komponen yang menyusunnya. Besar kecilnya ukuran ekosistem tergantung pada pandangan dan batas yang diberikan pada ekosistem tersebut. Daerah aliran sungai dapatlah dianggap sebagai suatu ekosistem.

Dalam mempelajari ekosistem DAS, daerah aliran sungai biasanya dibagi menjadi daerah hulu, tengah dan hilir. Secara biogeofisik, daerah hulu DAS dicirikan oleh hal-hal sebagai berikut :

1) Merupakan daerah konservasi;

2) Mempunyai kerapatan drainase lebih tinggi;

3) Merupakan daerah dengan kemiringan lereng besar (lebih besar dari 15%); 4) Bukan merupakan daerah banjir;

5) Pengaturan pemakaian air ditentukan oleh bangunan irigasi, dan jenis vegetasi di dominasi tanaman pertanian kecuali daerah estuaria yang didominasi hutan bakau/gambut.

(10)

F. Pengelolaan DAS dalam Konsep Multiguna

Sasaran pengelolaan DAS untuk tujuan multiguna adalah mengelola sumberdaya pada tingkat yang paling menguntungkan, baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Dengan demikian, konsep pengelolaan multiguna suatu DAS dapat diwujudkan melalui satu atau kombinasi cara-cara sebagai berikut :

1) Keseimbangan dan konsistensi pemanfaatan hasil ekstraksi sumberdaya dari suatu DAS;

2) Pergiliran pemanfaatan berbagai produk sumberdaya atau kombinasi pemanfaatan hasil tersebut dalam suatu DAS;

3) Kombinasi pemanfaatan hasil pengelolaan sumberdaya DAS berdasarkan (pemisahan) geografis sehingga konsep pengelolaan multiguna DAS dapat dicapai melalui unit-unit pengelolaan lahan dalam suatau DAS (setiap unit lahan dikelola untuk menghasilkan produk tertentu yang berbeda dari unit lahan lainnya)

Dua tipe pengelolaan multiguna DAS yang umum dikenal dalam merencanakan pengelolaan DAS adalah sebagai berikut :

1) Pengelolaan multiguna DAS yang berorientasi pada sumberdaya;

2) Pengelolaan yang berorientasi pada wilayah pengelolaan. Pengelolaan multiguna DAS yang berorientasi pada sumberdaya mengacu pada alternatife pemanfaatan satu atau lebih sumberdaya.

Agar penggabungan konsep multiguna ke dalam pengelolaan DAS dapat berjalan efektif, diperlukan beberapa pertimbangan sebagai berikut:

1) Pengukuran hasil pertanian dan sumberdaya lainnya yang dilaksanakan ditempat kegiatan berlangsung untuk alternatif sistem pengelolaan multiguna yang sedang dilaksanakan.

2) Pemahaman tentang besarnya biaya dan manfaat dari masing-masing aktifitas pengelolaan yang diusulkan.

(11)

2.2.3 Sistem Perencanaan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

A. Hierarki Perencanaan Pengelolaan DAS Dalam Perencanaan Pembangunan

Perencanaan pengelolaan DAS merupakan salah satu bentuk perencanaan pembangunan sumberdaya alam (vegetasi, tanah, dan air) dengan menggunakan satuan atau unit pengelolaan daerah tangkapan air (catchment area) atau daerah aliran sungai dengan bagian-bagian wilayahnya. Salah satu acuan utama peraturan perundangan yang mendasari penyusunan perencanaan pembangunan di Indonesia adalah Undang-Undang (UU) No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional. Oleh karena itu sistem perencanaan pengelolaan DAS yang dibangun harus kompetibel dengan sistem perencanaan nasional. Berdasarkan UU No. 25 Tahun 2004 pasal 3, 4, 5, dan 7.

Dalam proses penselarasan, perlu disadari bahwa batas wilayah DAS yang alami jarang sekali, bahkan tidak mungkin, berhimpitan dengan batas wilayah administrasi pemerintahan. Sementara itu luas DAS di Indonesia sangat beragam, sehingga DAS perlu dikelompokkan dengan menyesuaikan keberadaannya dalam wilayah administrasi pemerintahan yang “dominan” yakni bagian DAS atau daerah tangkapan air dalam wilayah kabupaten dominan, daerah tangkapan air dalam wilayah provinsi dominan, dan lintas provinsi. Bagian DAS dalam wilayah administrasi bisa terdiri dari satu atau lebih sub DAS dan atau sub-sub DAS. Dengan demikian perencanaan yang tersusun akan memiliki kompatibilitas dengan pembangunan wilayah yang berangkutan. Perencanaan pengelolaan DAS lintas kabupaten dan lintas provinsi disusun untuk jangka waktu 15 tahun sedangkan DAS atau bagian DAS dalam kabupaten dominan disusun untuk jangka waktu lima tahun atau rencana pembangunan jangka menengah (RPJM).

(12)

Hirarki perencanaan berimplikasi pada skala peta kerja yang digunakan. Dalam PP No. 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang disebutkan bahwa skala peta untuk tingkat kabupaten paling sedikit 1 : 50.000, untuk tingkat provinsi digunakan tingkat ketelitian skala minimal 1 : 250.000, dan untuk skala nasional 1 : 1.000.000. Dengan demikian skala perencanaan pengelolaan pada tingkat DAS atau tingkat bagian DAS dalam wilayah administrasi (sub DAS) mengikuti hirarki skala ini.

B. Prinsip Dasar Perencanaan Pengelolaan DAS

Daerah aliran sungai (DAS) bisa dipandang sebagai suatu sistem pengelolaan, dimana DAS memperoleh masukan (input) yang kemudian diproses di DAS untuk menghasilkan luaran (output) (Asdak, 1995 dan Becerra, 1995).

Daerah aliran sungai juga dapat dipandang sebagai suatu sistem ekologi yang terdiri dari komponen-komponen biotik dan abiotik yang saling berintegrasi dalam suatu kesatuan. Hubungan antara berbagai komponen berlangsung dinamis untuk memperoleh keseimbangan secara alami. Dinamika keseimbangan tersebut bisa menuju ke arah baik atau ke arah buruk, yang kondisinya sangat dipengaruhi oleh besarnya intervensi manusia terhadap sumberdaya alam dan proses interaksi alam sendiri. Oleh karena itu, dalam daerah tangkapan air atau DAS terjadi hubungan timbal balik antara sumberdaya manusia dengan sumberdaya alam yang mempengaruhi kelestarian sumberdaya alam tersebut. Hubungan timbal balik ini tidak hanya setempat (onsite) tetapi juga di tempat lain (offsite), sehingga diperlukan sistem pengelolaan menyeluruh dari hulu sampai hilir.

(13)

dalam DAS dan segala aktifitasnya, agar terwujud kelestarian dan keserasian ekosistem serta meningkatnya kemanfaatan sumberdaya alam bagi manusia secara berkelanjutan.

Pengelolaan DAS bukan hanya hubungan antar biofisik, tetapi juga merupakan pertalian dengan faktor ekonomi dan kelembagaan. Dengan demikian perencanaan pengelolaan DAS perlu mengintegrasikan faktor-faktor biofisik, sosial ekonomi dan kelembagaan untuk mencapai kelestarian berbagai macam penggunaan lahan di dalam DAS yang secara teknis aman dan tepat, secara lingkungan sehat, secara ekonomi layak, dan secara sosial dapat diterima masyarakat (Brooks, et al., 1990). Selain itu pengelolaan DAS juga bertujuan untuk mencegah kerusakan (mempertahankan daya dukung) dan memperbaiki yang rusak (pemulihan daya dukung). Kerangka dasar pengelolaan DAS secara skematis dapat digambarkan seperti diagram Gambar 2.1

(14)
(15)

Gambar 2.2 Proses Diagnosis Kesehatan DAS sebagai Basis Karakterisasi.

(Diadopsi dari Paimin, et al., 2010)

D. Karakterisasi DAS Sebagai Basis Identifikasi Masalah

(16)

Gambar 2.3 Diagram Alir Analisis Tipologi DAS

2.3 PENGEMBANGAN WILAYAH A. Pembangunan Berkelanjutan

Ukuran tingkat pertumbuhan ekonomi merupakan gambaran perkembangan wilayah dan kesejahteraan masyarakatnya. Seringkali terjadi pertumbuhan ekonomi wilayah tidak dibarengi dengan aspek pemerataan pendapatan dan pelestarian lingkungan. Masalah kemiskinan, distribusi dan pemerataan pendapatan, dan dampak kerusakan lingkungan masih kurang mendapat perhatian dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi, padahal sebaliknya, sebenarnya aspek jasa lingkungan dapat memberikan manfaat ekonomi (Ruchyat D.D, 19).

Masalah kemiskinan yang tidak dapat teratasi, dan pemerataan pendapatan serta pertumbuhan yang terlupakan, akan membawa masalah sosial yang cukup berat dan pada gilirannya akan mengeluarkan ongkos sosial yang mahal.

(17)

membawa bencana yang merugikan, tidak hanya aspek finansial, sarana prasarana, bahkan juga jiwa manusia.

Para pakar berpendapat tentang mana yang lebih dahulu diprioritaskan antara pembangunan dan lingkungan. Ada dua aliran yang berbeda dalam menyikapi hal tersebut yaitu aliran yang secara lemah menginterpretasikan tentang keberlanjutan atau disebut Aliran Liberal atau Frontier Economy, dan aliran secara kuat menginterpretasikan hal tersebut yang disebut Aliran Deep Ecology (Deep Green Environmentalist).

Aliran Liberal mengatakan bahwa modal buatan manusia tidak secara sempurna dapat mensubtitusi modal lingkungan, akan tetapi ada tingkat minimum dari modal lingkungan yang perlu dijaga untuk stabilitas dan kekenyalan lingkungan (Ruchyat D.D, 21). Namun telah diakui, teknologi dan pengetahuan saat ini belum dapat menyarankan seberapa besar batas minimum yang perlu dijaga.

Pembangunan berkelanjutan pada dasarnya mencakup tiga dimensi penting, yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan. Dimensi ekonomi, antara lain berkaitan dengan upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi, memerangi kemiskinan, dan mengubah pola produksi serta konsumsi ke arah yang seimbang. Dimensi sosial bersangkutan dengan upaya pemecahan masalah kependudukan, perbaikan pelayanan masyarakat, peningkatan kualitas pendidikan, dan lain-lain. Sedangkan dimensi lingkungan, diantaranya mengenai upaya pengurangan dan pencegahan terhadap polusi, pengelolaan limbah, dan konservasi/preservasi sumberdaya alam.

Kondisi berkelanjutan sosial yang mampu mendukung secara penuh kualitas kehidupan yang adil dan sejahtera, sehat serta produktif. Hal ini dapat dicapai secara bertahap melalui peningkatan peran pemerintah dalam memberantas kemiskinan, dan memelihara daya dukung lingkungan , sehingga pola produksi dan konsumsi masyarakat dapat berlangsung secara berkelanjutan.

B. Konsepsi Pengembangan Wilayah

(18)

ekonomi, ruang wilayah sosial budaya, ruang wilayah ekologi, dan ruang wilayah politik. Wilayah itu sendiri adalah batasan geografis (deliniasi yang dibatasi oleh koordinat geografis) yang mempunyai pengertian/maksud tertentu atau sesuai fungsi pengamatan tertentu (Ruchyat D.D, 26).

Menurut Undang-undang No. 26 tahu 2007 tentang Penataan Ruang, pengertian wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administrasi dan aspek fungsional. Berdasarkan pengertian undang-undang tersebut, ada dua aspek yang harus diperhatikan dalam konsep wilayah yaitu pertama, di dalam wilayah ada unsur-unsur yang saling terkait yaitu ruang yang berfungsi lindung yang harus selalu dijaga keberadaannya, dan ruang yang berfungsi budidaya sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya untuk keberlangsungan hidupnya. Kedua, adanya pengertaian deliniasi fungsi berdasarkan koordinat geografis dengan batasan bisa berupa batas administrasi dan wilayah fungsi tertentu lainnya.

Secara umum, beberapa pengertian wilayah ini dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. Ruang wilayah ekologis adalah deliniasi fungsi kesatuan ekosistem berbagai kehidupan alam dan buatan yang membentuk pola ekotipe dan struktur hubungan hirarkis antara ekotipe, misalnya daerah aliran sungai (DAS) dengan Sub DAS-nya, wilayah hutan tropis dengan struktur bagian hutan tropisnya.

2. Ruang wilayah ekonomi, adalah deliniasi wilayah yang berorintasi pada fungsi-fungsi ekonomi (manfaat), seperti wilayah produksi, konsumsi, perdagangan, aliran barang dan jasa.

3. Ruang wilayah sosial budaya adalah deliniasi wilayah yang terkait dengan budaya adat dan berbagai perilaku masyarakatnya, misalnya wilayah adat/marga, suku, maupun wilayah pengaruh kerajaan.

(19)

untuk kepentingan pengembangan wilayah yang akan diatur dan yang menjadi kewenangan politiknya selaku penguasa wilayah.

Dalam konteks pemanfaatan ruang, pemahaman terhadap konsep ruang wilayah yang disusun berdasarkan kluster ini menjadi penting untuk dapat secara rinci dan mudah menetapkan variabel-variabel dominan yang mempengaruhi dalam proses pengembangan wilayah.

C. Penataan Ruang dan Upaya Pelestarian Lingkungan

Penataan ruang adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang agar sesuai dengan rencana tata ruangnya (UU No. 26/2007). Undang-undang ini juga menjelaskan pengertian perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang yaitu susunan pusat-pusat permukiman, sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional, dan pola ruang yaitu distribusi fungsi lindung dan budidaya.

Penataan ruang secara prinsip harus didasarkan pada karakteristik, daya dukung, dan daya tampung lingkungan serta pelaksanaannya harus didukung oleh teknologi analisis yang sesuai dan memadai, sehingga dapat dicapai keserasian, keselarasan, dan keseimbangan subsistem. Dengan teknologi analisis tersebut akan meningkatkan kualitas ruang yang ada.

Untuk mencapai tujuan penataan ruang yang maksimal, dalam proses perencanaan tata ruang terlebih dahulu harus dilakukan analisa komponen pemanfaatan ruang secara terpadu yaitu mencapai aspek waktu, modal, optimalisasi daya dukung dan daya tampung lingkungan, pengembangan sektor secara terpadu dalam suatu entitas ruang, dan garta geopolitik.

(20)

trend keinginan pasar, memberikan manfaat ekonomi langsung dan mungkin cepat, tetapi untuk masa yang akan datang dan jangka panjang, belum tentu dapat terus menerus meningkatkan manfaat ekonomi.

Dalam konteks pemecahan masalah lingkungan, para pakar berpendapat nilai lingkungan tidak hanya bergantung pada nilai pasar pemanfaatan langsung saja, melainkan juga bergantung pada seluruh fungsi sumberdaya lainnya yang menghasilkan nilai yang setinggi-tingginya. Konsep ini dikenal dengan nama nilai ekonomi total.

Munasinghe (1993) mengatakan bahwa, idealnya biaya dan manfaat lingkungan harus dapat dikuantitatifkan secara ekonomis dan dalam satu analisis perhitungan manfaat biaya yang terpadu. Representasi penilaian manfaat ekonomi harus diukur dengan keterkaitan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan kesepakatan kebijakan (dalam hal ini rencana tata ruang wilayah).

D. Pertisipasi Masyarakat dalam Perencanaan dan Pembangunan

Pertisipasi masyarakat terdiri atas tiga tujuan yaitu sumber informasi dan kebijakasanaan dalam meningkatkan efektifitas keputusan perencanaan, alat untuk mengorganisir keputusan dan pendukungan untuk tujuan program serta perencanaan, cara pembenaran, perlindungan individu, dan kelompok.

Partisipasi masyarakat memiliki nilai dalam pencapaian tujuan akhir. Untuk itu diperlukan suatu strategi agar dapat memberikan hasil yang baik. Penggunaan strategi ini dilakukan pada organisasi yang terdiri atas perencana dan masyarakat maupun organisasi, yang seluruhnya merupakan anggota masyarakat.

Strategi yang baik untuk menumbuhkembangkan partisipasi masyarakat di dalam perencanaan dan pembangunan meliputi terapi pendidikan (education therapy), perubahan tingkah laku (behavioral change), tambahan staff (staff

supplement), kemitraan (cooptation), kekuatan masyarakat (community power),

Gambar

Tabel 2.1 Nama dan Hasil Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Diagram Alir Sistem Pengelolaan DAS
Gambar 2.2 Proses Diagnosis Kesehatan DAS sebagai Basis Karakterisasi.
Gambar 2.3 Diagram Alir Analisis Tipologi DAS

Referensi

Dokumen terkait

Serta pada proses FP-Growth berdasarkan ukuran yang digunakan untuk memilih aturan yang ada yaitu menggunakan minimum support, minimum confidence dan lift ratio maka

Objektif bagi kajian ini ialah mengkaji teknik pendiskritan dalam perlombongan data, membuat perbandingan prestasi di antara tiga teknik pendiskritan data yang

Tujuan dari pelaksanaan tugas akhir ini adalah implementasi dan evaluasi kinerja routing protokol wireless sensor wireless berbasis efisiensi daya dengan

Pelatihan pengajaran mandiri dilaksanakan mulai minggu ke-6 sampai minggu ke-12 selama PPL 2. Sedangkan tugas keguruan lainnya yang dilaksanakan di SMK

Namun, persoalannya bukan sekedar menarik tidaknya film AAC ini untuk ditonton melainkan juga apakah film ini banyak memberikan inspirasi dan dampak yang positif bagi

Ada juga masyarakat yang ingin melakukan perjalanan wisata dan telah memiliki perencanaan perjalanannya tetapi takut pergi sendirian karena takut dengan masalah

Tujuan program ini adalah meningkatkan pengelolaan kawasan Lingkungan yang menjadi ruang bagi kegiatan sosial ekonomi masyarakat sehingga tidak menimbulkan

creation is in some kind of staging, beginning from originating ba until exercising ba and spiraling up to create more and newer knowledge in the firms. The first stage will be