• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kinerja Metode Gabungan Genetic Algorithm dan K-Means Clustering dalam Penentuan Nilai Centroid Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kinerja Metode Gabungan Genetic Algorithm dan K-Means Clustering dalam Penentuan Nilai Centroid Chapter III V"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Pendahuluan

Pada algoritma K-Means, penentuan jumlah cluster dan penentuan centroid (pusat) merupakan hal yang cukup sulit untuk dilakukan. Penentuan jumlah cluster dan penentuan centroid (pusat) mempengaruhi secara langsung kualitas dari proses

clustering.

Metode Hybrid Clustering yang dikenal sebagai GenClust yang menggabungkan pemakaian algoritma K-Means dengan Algoritma Genetika. Algoritma Genetika digunakan untuk menentukan jumlah cluster dan juga centroid dari tiap

cluster. Penggunaan metode GenClust dapat menghindarkan algoritma K-Means di dalam terjebak di dalam kondisi local optima.

Perlu dilakukan pengujian penentuan jumlah cluster dan juga penentuan

centroid menggunakan GenClust dan membandingkannya dengan K-Means klasik pada suatu dataset berukuran besar. Dataset yang ada menggunakan UCI Machine Learning Repository.

UCI Machine Learning Repository adalah sebuah koleksi database, domain teori, dan data generator yang digunakan oleh komunitas yang mempelajari mesin pembelajaran (machine learning), untuk keperluan analisis empiris dari algoritma

machine learning. Dataset yang tersedia pada UCI Machine Learning Repository

digunakan oleh pelajar, pendidik, dan peneliti diseluruh dunia sebagai sumber utama dari data set pada machine learning. Jumlah data set yang tersedia pada UCI Machine Learning Repository pada saat ini sudah berjumlah 320 data set yang dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan pada pembelajaran machine learning.

(2)

Proses Algoritma GenClust:

a. Penentuan Jarak Objek ke

Centroid

Data yang digunakan merupakan data benchmark Iris Data Setyang diambil dari UCI Machine Learning Repository.

Iris Data set merupakan data set yang banyak digunakan di dalam permasalahan pengenalan pola. Atribut informasi yang ada pada Iris Data Set adalah terdiri-dari: Sepal Length, Sepal Width, Petal Length, dan Petal Width. Iris Data Set

memiliki 3 class yaitu: Iris Setosa, Iris Versicolour, dan Iris Virginica.

Pengukuran performance pada penelitian ini menggunakan metode Mean Square Error (MSE). Adapun persamaan untuk mengukur Mean Square Error (MSE) dapat dilihat pada Persamaan 3.1.

MSE = (3.1)

Dimana:

X = Nilai aktual atau sebenarnya Y = Nilai yang tercapai

3.3. Analisis Data

Adapun prosedur kerja yang dilakukan oleh penulis dari penelitian ini dapat dilihat secara keseluruhan pada Gambar 3.1:

(3)

Hitung Jarak dari Tiap

Adapun blok diagram dari Algoritma K-Means Klasik dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2. Tahapan ProsesAlgoritma K-Means

Pada Gambar 3.2. dapat dilihat bahwa pada algoritma K-Means klasik terdapat sejumlah tahapan sebagai berikut.

1. Penentuan Dataset

Dataset yang digunakan di dalam penelitian ini adalah Iris Dataset. Iris Dataset

memiliki 3 (tiga) class yaitu: Iris Setosa, Iris Versicolor, dan Iris Virginica dan memiliki 4(empat) atribut yaitu: Sepal Length, Sepal Width, Petal Length, dan

Petal Width.

2. Penentuan jumlah cluster dan centroid

Penentuan jumlah cluster dapat disesuaikan dengan permasalahan yang ada dan pada iris dataset yaitu sebanyak 3 cluster. Sedangkan penentuan centroid pada

K-Means dilakukan dengan cara membangkitkan bilangan random. 3. Hitung jarak dari tiap objek ke Centroid

(4)

Perkawinan Silang (Crossover) Mutasi Kromosom

Generasi Baru

Nilai Centroid pada K-Means

Setelah diperoleh jarak dari tiap objek ke pusat (centroid) maka langkah selanjutnya adalah dilakukan pengelompokan dari tiap objek berdasarkan jarak minimum yang diperoleh.

5. Hitung koordinat pusat yang baru dari hasil penempatan tiap objek ke dalam

cluster.

6. Jika sudah mencapai iterasi maksimal maka proses akan berhenti.

Adapun Blok Diagram dari penentuan centroid pada K-Means dengan menggunakan metode GenClust adalah dapat dilihat pada Gambar 3.3.

Penentuan Dataset

Penentuan Jumlah Kromosom (Jumlah Kromosom adalah 2 kali jumlah Class pada

Dataset)

Penentuan Kromosom (50% dari Bilangan Acak dan 50%

dari Perhitungan Deterministik)

Hitung Nilai Fitness Tiap Kromosom

Seleksi Kromosom Belum Mencapai

Iterasi Maksimal

(5)

Pada Gambar 3.3. dapat dilihat bahwa pada metode GenCust terdiri-dari sejumlah tahapan sebagai berikut.

1. Penentuan jumlah kromosom

Jumlah kromosom di dalam suatu populasi disesuaikan dengan jumlah class yang ada pada data set. Jumlah kromosom adalah 2 kali jumlah class di dalam suatu

dataset, dalam hal ini Iris Dataset memiliki 3 (tiga) class maka berarti jumlah kromosom untuk metode GenClust adalah sebanyak 6 kromosom.

2. Penentuan kromosom

Kromosom yang ditentukan adalah 50% dari pembangkitan bilangan acak sedangkan 50% dari perhitungan deterministik. Untuk keperluan penentuan kromosom melalui perhitungan deterministik maka dilakukan melalui sejumlah langkah sebagai berikut (Rahman dan Islam, 2014).

a. Jumlah gen yang dibangkitkan adalah sejumlah jumlah atribut yang ada pada

data set. Sebagai contoh, Iris Data set memili 4 (empat) atribut yaitu: Sepal Length, Sepal Width, Petal Length, dan Petal Width maka berarti jumlah gen yang dibangkitkan adalah sebesar 4 (empat) gen.

b. Tentukan nilai radius r

Nilai r menurut Rahman dan Islam (2014) adalah berkisar dari 0 sampai dengan 0.2. Nilai r tersebut kemudian akan dikalikan dengan nilai atribut terkecil dari

data set.

c. Hitung jarak dari tiap data set ke radius r

Hitung jarak dari tiap data pada data set dengan menggunakan persamaan 3.2. Misalkan terdapat dua record (Data) pada dataset yaitu Ra dan Rb

dist (Ra,Rb) = abs (Rai-Rbi) (3.2) Kemudian hitung nilai dari density dari tiap data set

Density (Ri) = |{Rj: dist (Ri, Rj) ≤ ��; ∀�}| (3.3) Kemudian cari nilai Ri yang memiliki Highest Density

Ri dengan Highest Density = Density (Ri) > Density (Rj);∀� (3.4)

(6)

Nilai Fitness Tiap kromosom dapat diperoleh dari nilai error yang diperoleh untuk tiap populasi dan digunakan untuk menentukan kromosom yang akan diseleksi. Nilai error tersebut dikaitkan dengan kesalahan penempatan data pada tiap class data set.

4. Seleksi Kromosom

Tahapan seleksi akan dilakukan dengan menggunakan Roulette Wheel Selection. 5. Perkawinan Silang (Crossover)

Metode crossover yang digunakan adalah arithmetic crossover. Nilai PC yang digunakan adalah ditentukan sebesar 0.25

6. Mutasi Kromosom

Jenis mutasi yang akan digunakan adalah mutasi dengan pengkodean biner. Nilai PM yang digunakan adalah ditentukan sebesar 0.25.

Berdasarkan pada uraian tahapan sebelumnya, maka proses penentuan centroid dengan menggunakan metode GenClust dapat diuraikan sebagai berikut (contoh kasus menggunakan Iris Data Set).

1. Untuk mempermudah pemahaman kita, maka kita misalkan data pada Iris Data set

adalah seperti dapat dilihat pada Tabel 3.1

Tabel 3.1. Contoh Data pada Iris Data Set

Sepal Length Sepal Width Petal Length Petal Width Class

5.1 3.5 1.4 0.2 Iris Setosa

4.7 3.2 1.3 0.2 Iris Setosa

5.4 3.9 1.7 0.4 Iris Setosa

7.0 3.2 4.7 1.5 Iris Versicolor

6.4 3.2 4.7 1.5 Iris Versicolor

6.9 3.1 4.9 1.5 Iris Versicolor

6.3 3.3 6.0 2.5 Iris Virginica

5.8 2.7 5.1 1.9 Iris Virginica

(7)

perhitungan deterministik. Jumlah gen untuk tiap kromosom yang dibangkitkan adalah sejumlah jumlah atribut yang ada pada data set. Sebagai contoh, Iris Data set memiliki 4 (empat) atribut yaitu: Sepal Length, Sepal Width, Petal Length, dan

Petal Width maka berarti jumlah gen yang dibangkitkan adalah sebesar 4 (empat) gen.

3. Penentuan Kromosom

Penelitian mengenai Iris Data Set menggunakan 4 (empat) atribut yaitu: Sepal Length, Sepal Width, Petal Length, dan Petal Width. Berdasarkan data set yang terdapat di dalam Iris Dataset maka Sepal Length memiliki rentang nilai 4.3 sampai 7.9, Sepal Width memiliki rentang nilai 2 sampai 4.4, Petal Length memiliki rentang nilai 1 sampai 6.9, dan Petal Width memiliki rentang nilai 0.1 sampai 2.5. Maka bilangan acak yang dibangkitkan adalah sesuai dengan rentang dari tiap atribut yang ada. Tabel 3.2. menunujukkan kromosomyang dibangkitkan dengan bilangan acak.

Tabel 3.2. Kromosom yang Dibangkitkan dengan Bilangan Acak

Kromosom Koordinat

Kromosom 1 5.0, 3.6, 1.4, 0.2

Kromosom 2 5.4, 3.9, 1.7, 0.4

Kromosom 3 4.6, 3.4, 1.4, 0.3

Sedangkan penentuan kromosom lain yang dibangkitkan dengan menggunakan perhitungan deterministik dapat diuraikan sebagai berikut.

a. Jumlah gen untuk tiap kromosom yang dibangkitkan adalah sebanyak 4. b. Tentukan nilai radius r

Nilai radius r yang ditentukan adalah sebesar 0.2. Nilai radius r ini akan dikalikan dengan nilai atribut terkecil dari tiap atribut, sehingga:

(8)

Untuk Sepal Length (Lihat Tabel 3.1)

dist (R1,R2) = abs (R1-R2) = abs (5.1-4.7) = 0.4 dist (R2,R3) = abs (R2-R3) = abs (4.7-5.4) = 0.7 dist (R3,R4) = abs (R3-R4) = abs (5.4-7.0) = 1.6 dist (R4,R5) = abs (R4-R5) = abs (7.0-6.4) = 0.6 dist (R5,R6) = abs (R5-R6) = abs (6.4-6.9) = 0.5 dist (R6,R7) = abs (R6-R7) = abs (6.9-6.3) = 0.6 dist (R7,R8) = abs (R7-R8) = abs (6.3-5.8) = 0.5 dist (R8,R9) = abs (R8-R9) = abs (5.8-7.1) = 1.3

Karena r untuk sepal length = 0.86 maka berarti distance yang dapat diambil adalah distance yang memiliki nilai ≤ 0.86, dengan demikian berarti dist (R3, R4) dan dist (R8, R9) tidak termasuk.

density R1 = density (R1, R2) = 0.4

density R2 = density (R2, R3) = 0.7

density R4 = density (R4, R5) = 0.6

density R5 = density (R5, R6) = 0.5

density R6 = density (R6, R7) = 0.6

density R7 = density (R7, R8) = 0.5

Ambil nilai density tertinggi : 0.7, 0.6, dan 0.5. Maka nilai untuk sepal length

yang akan diambil adalah dari R2, R4, dan R5. Sehingga nilai sepal length

yang akan mengisi 3 (buah kromosom) adalah sebagai berikut.

Nilai sepal length untuk kromosom ke - 1 (dari R2 atau data ke-2 dari Tabel 3.1) = 4.7

Nilai sepal length untuk kromosom ke - 2 (dari R4 atau data ke-4 dari Tabel 3.1) = 7.0

(9)

Untuk Sepal Width (Lihat Tabel 3.1)

dist (R1,R2) = abs (R1-R2) = abs (3.5-3.2) = 0.3 dist (R2,R3) = abs (R2-R3) = abs (3.2-3.9) = 0.7 dist (R3,R4) = abs (R3-R4) = abs (3.9-3.2) = 0.7 dist (R4,R5) = abs (R4-R5) = abs (3.2-3.2) = 0 dist (R5,R6) = abs (R5-R6) = abs (3.2-3.1) = 0.1 dist (R6,R7) = abs (R6-R7) = abs (3.1-3.3) = 0.2 dist (R7,R8) = abs (R7-R8) = abs (3.3-2.7) = 0.6 dist (R8,R9) = abs (R8-R9) = abs (2.7-3.0) = 0.3

Karena r untuk sepal width = 0.4 maka berarti distance yang dapat diambil adalah distance yang memiliki nilai ≤ 0.4 dengan demikian berarti dist (R2, R3), dist (R3, R4), dan dist (R7, R8) tidak termasuk.

density R1 = density (R1, R2) = 0.3

density R4 = density (R4, R5) = 0

density R5 = density (R5, R6) = 0.1

density R6 = density (R6, R7) = 0.2

density R8 = density (R8, R9) = 0.3

Ambil nilai density tertinggi : 0.3, 0.2, dan 0.1. Maka nilai untuk sepal width

yang akan diambil adalah dari R1, R6, dan R5. Sehingga nilai sepal width

yang akan mengisi 3 (buah kromosom) adalah sebagai berikut.

Nilai sepal width untuk kromosom ke - 1 (dari R1 atau data ke-1 dari Tabel 3.1) = 3.5

Nilai sepal width untuk kromosom ke - 2 (dari R6 atau data ke-6 dari Tabel 3.1) = 3.1

(10)

Untuk petal length (Lihat Tabel 3.1)

dist (R1,R2) = abs (R1-R2) = abs (1.4-1.3) = 0.1 dist (R2,R3) = abs (R2-R3) = abs (1.3-1.7) = 0.4 dist (R3,R4) = abs (R3-R4) = abs (1.7-4.7) = 3 dist (R4,R5) = abs (R4-R5) = abs (4.7-4.7) = 0 dist (R5,R6) = abs (R5-R6) = abs (4.7-4.9) = 0.2 dist (R6,R7) = abs (R6-R7) = abs (4.9-6.0) = 1.1 dist (R7,R8) = abs (R7-R8) = abs (6.0-5.1) = 0.9 dist (R8,R9) = abs (R8-R9) = abs (5.1-5.9) = 0.8

Karena r untuk petal length = 0.2 maka berarti distance yang dapat diambil adalah distance yang memiliki nilai ≤ 0.2 dengan demikian berarti dist (R2, R3), dist (R3, R4), dist (R6, R7), dist (R7, R8) dan dist (R8, R9) tidak termasuk.

density R1 = density (R1, R2) = 0.1

density R4 = density (R4, R5) = 0

density R5 = density (R5, R6) = 0.2

Ambil nilai density tertinggi : 0.2, 0.1, dan 0. Maka nilai untuk petal length

yang akan diambil adalah dari R5, R1, dan R4. Sehingga nilai petal length

yang akan mengisi 3 (buah kromosom) adalah sebagai berikut.

Nilai petal length untuk kromosom ke - 1 (dari R5 atau data ke-5 dari Tabel 3.1) = 4.7

Nilai petal length untuk kromosom ke - 2 (dari R1 atau data ke-1 dari Tabel 3.1) = 1.4

(11)

Untuk petal width (Lihat Tabel 3.1)

dist (R1,R2) = abs (R1-R2) = abs (0.2-0.2) = 0 dist (R2,R3) = abs (R2-R3) = abs (0.2-0.4) = 0.2 dist (R3,R4) = abs (R3-R4) = abs (0.4-1.5) = 1.1 dist (R4,R5) = abs (R4-R5) = abs (1.5-1.5) = 0 dist (R5,R6) = abs (R5-R6) = abs (1.5-1.5) = 0 dist (R6,R7) = abs (R6-R7) = abs (1.5-2.5) = 1 dist (R7,R8) = abs (R7-R8) = abs (2.5-1.9) = 0.6 dist (R8,R9) = abs (R8-R9) = abs (1.9-2.1) = 0.2

Karena r untuk petal width = 0.01 maka berarti distance yang dapat diambil adalah distance yang memiliki nilai ≤ 0.01 dengan demikian berarti dist (R2, R3), dist (R3, R4), dist (R6, R7), dist (R7, R8) dan dist (R8, R9) tidak termasuk.

density R1 = density (R1, R2) = 0

density R4 = density (R4, R5) = 0

density R5 = density (R5, R6) = 0

Ambil nilai density tertinggi : 0. Maka nilai untuk petal width yang akan diambil adalah dari R1, R4, dan R5. Sehingga nilai petal width yang akan mengisi 3 (buah kromosom) adalah sebagai berikut.

Nilai petal width untuk kromosom ke - 1 (dari R1 atau data ke-1 dari Tabel 3.1) = 0.2

Nilai petal length untuk kromosom ke - 4 (dari R4 atau data ke-4 dari Tabel 3.1) = 1.5

Nilai petal length untuk kromosom ke - 5 (dari R5 atau data ke-5 dari Tabel 3.1) = 1.5

(12)

Tabel 3.3. Kromosom yang Diperoleh dari Perhitungan Deterministik

Kromosom Koordinat

Kromosom 1 4.7, 3.5, 4.7, 0.2

Kromosom 2 7.0, 3.1, 1.4, 1.5

Kromosom 3 6.4, 3.2, 4.7, 1.5

Berdasarkan pada Tabel 3.2 dan 3.3. maka kita memiliki suatu populasi yang terdiri dari 6 (enam) buah kromosom yaitu: 3 (tiga) diperoleh dari pembangkitan bilangan acak dan 3 (tiga) dari perhitungan deterministik. d. Hitung Nilai Fitness Tiap Kromosom

e. Lakukan proses seleksi

f. Perkawinan Silang (Crossover) g. Proses Mutasi

(13)

Perkawinan Silang (Crossover) Mutasi Kromosom

Generasi Baru

Nilai Centroid pada K-Means

Gambar 3.4. Penentuan Nilai Centroid K-Means dengan Algoritma GenClust yang Dimodifikasi

Pada Gambar 3.4. dapat dilihat bahwa proses penentuan centroid pada K-Means dengan menggunakan algoritma GenClust yang telah dimodifikasi pada dasarnya sama dengan penentuan centroid dengan menggunakan algoritma GenClust. Perbedaannya adalah penentuan kromosom seluruhnya diperoleh melalui perhitungan deterministik.

Penentuan Dataset

Penentuan Jumlah Kromosom (Jumlah Kromosom adalah 2 kali jumlah Class pada

Dataset)

Penentuan Kromosom (100% dari Perhitungan

Deterministik)

Hitung Nilai Fitness Tiap Kromosom

Seleksi Kromosom Belum Mencapai

Iterasi Maksimal

(14)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pendahuluan

Pada penelitian ini akan ditampilkan hasil penilaian performansi sehubungan dengan penentuan centroid pada algoritma K-Means. Penelitian ini akan membandingkan performansi antara penentuan centroid dengan menggunakan algoritma K-Means yang menggunakan penentuan centroid secara acak, penentuan centroid dengan menggunakan algoritma GenClust, dan penentuan centroid dengan menggunakan algoritma K-Means yang telah dimodifikasi. Pengukuran akurasi berdasarkan Mean Square Error. Nilai akurasi akan dinyatakan di dalam bentuk nilai Mean Square Error

yang merupakan nilai rata-rata untuk error berdasarkan pengujian dengan menggunakan jumlah iterasi yang bervariasi, yaitu: 50, 75, dan 100. Nilai MSEyang kecil menunjukkan bahwa hasil proses clustering dengan menggunakan K-Means Clustering telah berhasil mengenali pola yang ada, sebaliknya nilai MSE yang besar menunjukkan bahwa hasil clustering dengan menggunakan K-Means Clustering masih belum mencapai hasil yang diinginkan. Pengujian akan dilakukan dengan menggunakan

Iris dataset yang bersumber dari UCI Machine Learning Repository. Hasil pengujian yang dilakukan oleh peneliti akan disampaikan dalam bentuk tabel.

4.2. Hasil Pengujian dengan Menggunakan Algoritma K-Means Klasik

(15)

4.2.1. Pengujian dengan Jumlah Iterasi Sebanyak 50

Pengujian dilakukan sebanyak 10 kali dengan menggunakan 3 cluster dan jumlah iterasi sebesar 5 0untuk melihat nilai MSE dari masing-masing metode perhitungan distance

dengan mengambil nilai rata-rata error dengan menggunakan euclidean distance. Pengujian dilakukan sebanyak 10 kali dan hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Pengujian dengan Menggunakan Algoritma K-Means Klasik dengan Jumlah Iterasi Sebesar 50

Pengujian Ke- Mean Square Error

1 1.26

2 0.6

3 1.38

4 1.67

5 0.99

6 0.97

7 1.09

8 1.61

9 0.7

10 1.23

Rata-rata MSE 1.041

Best MSE 0.6

(16)

nilai MSE yang terburuk adalah sebesar 1.67. Perbedaan nilai MSE yang cukup besar antara nilai MSE yang terbaik dengan nilai MSE yang terburuk menunjukkan kekurangan dari penentuan centroid dengan menggunakan bilangan acak pada algoritma K-Means klasik.

4.2.2. Pengujian dengan Jumlah Iterasi Sebanyak 75

Pengujian dilakukan sebanyak 10 kali dengan menggunakan 3 cluster dan jumlah iterasi sebesar 75 untuk melihat nilai MSE dari masing-masing metode perhitungan distance

dengan mengambil nilai rata-rata error pada masing-masing metode perhitungan

distance dengan metode perhitungan distance yang digunakan adalah Euclidean Distance. Pengujian dilakukan sebanyak 10 kali dan hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Pengujian dengan Menggunakan Algoritma K-Means Klasik dengan Jumlah Iterasi Sebesar 75

Pengujian Ke- Mean Square Error

1 1.42

2 0.95

3 0.8

4 0.93

5 1.13

6 0.96

7 0.64

8 1.1

9 0.43

(17)

Dari Tabel 4.2. terlihat bahwa secara umum nilai MSE dapat bervariasi untuk tiap kali pengujian. Pengujian dilakukan sebanyak 10 kali dengan menggunakan 3 cluster dan jumlah iterasi sebesar 75. Hasil pengujian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan

performance dibandingkan dengan proses K-Means dengan menggunakan jumlah iterasi sebesar 50 baik yang ditinjau dari sisi rata-rata MSE maupun nilai MSE terbaik yang diperoleh. Nilai MSE terbaik yang diperoleh adalah sebesar 0.43 dan rata-rata nilai MSE yang diperoleh juga lebih baik dibandingkan dengan menggunakan jumlah iterasi sebesar 50 yaitu sebesar 0.893. Nilai MSE terburuk yang diperoleh juga sedikit lebih baik yaitu sebesar 1.42.

4.2.3. Pengujian dengan Jumlah Iterasi Sebanyak 100

Pengujian dilakukan sebanyak 10 kali dengan menggunakan 3 cluster dan jumlah iterasi sebesar 100 untuk melihat nilai MSE dari masing-masing metode perhitungan distance

dengan mengambil nilai rata-rata error dengan metode perhitungan distance

menggunakan euclidean distance. Pengujian dilakukan sebanyak 10 kali dan hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Pengujian dengan Menggunakan Algoritma K-Means Klasik dengan Jumlah Iterasi Sebesar 100

Pengujian Ke- Mean Square Error

1 0.66

2 0.47

3 0.6

4 0.53

5 0.65

6 0.57

(18)

9 0.29

10 0.24

Rata-rata MSE 0.503

Best MSE 0.24

Dari Tabel 4.3. terlihat bahwa secara umum nilai MSE dapat bervariasi untuk tiap kali pengujian. Pengujian dilakukan sebanyak 10 kali dengan menggunakan 3 cluster dan jumlah iterasi sebesar 100. Pada pengujian ini juga memperoleh hasil dimana hasil pengujian dengan menggunakan jumlah iterasi sebesar 100 akan memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan menggunakan pengujian dengan menggunakan jumlah iterasi sebesar 75 iterasi. Perbaikan yang ada ditunjukkan di dalam nilai rata-rata MSE dan juga nilai MSE terbaik yang diperoleh. Nilai Rata-rata MSE yang diperoleh sudah cukup baik yaitu sebesar 0.503 dan nilai MSE terbaik yang diperoleh juga sudah lumayan bagus yaitu sebesar 0.24

Adapun hasil pengujian secara umum dengan menggunakan algoritma K-Means klasik dapat dilihat pada Tabel 4.4. dan Gambar 4.1.

Tabel 4.4. Hasil Pengujian dengan Menggunakan Algoritma K-Means Klasik

Jumlah Iterasi Average MSE Best MSE

50 1.041 0.6

75 0.893 0.43

100 0.503 0.24

(19)

Gambar 4.1. Hasil Pengujian dengan Menggunakan Algoritma K-Means Klasik

Pada Gambar 4.1 terlihat bahwa secara umum pada tiap tahap pengujian dapat memberikan nilai MSE yang berbeda. Perbedaan tersebut disebabkan oleh penentuan

centroid yang dilakukan secara acak, sehingga tidak bisa dipastikan nilai centroid yang akan diperoleh. Pada beberapa tahap pengujian nilai MSE dengan jumlah iterasi 50 dapat lebih baik dibandingkan dengan nilai MSE dengan jumlah iterasi sebesar 75 maupun 100. Sebagai contoh, pada pengujian ke-2 dengan jumlah iterasi sebesar 50 memberikan nilai MSE yang cukup baik yaitu sebesar 0.6. Namun, secara umum jumlah iterasi yang lebih banyak akan memberikan hasil MSE yang lebih baik. Hal ini disebabkan pada algoritma K-Means nilai centroid dapat disesuaikan berdasarkan pada data yang dimasukkan ke dalam suatu cluster. Hal yang menarik untuk dikaji adalah apakah performance yang diberikan akan lebih baik ketika penentuan centroid

dilakukan dengan menggunakan algoritma GenClust maupun dilakukan dengan menggunakan algoritma GenClust yang telah dimodifikasi. Pada tahap selanjutnya kita akan melakukan pengujian dengan menggunakan algoritma GenClust dan algoritma

GenClust yang telah dimodifikasi, dengan jumlah iterasi pada algoritma K-Means yang sama yaitu menggunakan jumlah iterasi sebesar 50, 75, dan 100.

1.26

(20)

4.3. Hasil Pengujian dengan Menggunakan Algoritma GenClust

Algoritma GenClust akan digunakan untuk penentuan centroid. Hasil penentuan

centroid dengan menggunakan Algoritma GenClust ini kemudian akan diuji pada algoritma K-Means di dalam mengklasifikasikan Iris Dataset. Perhitungan performance

dinyatakan dengan menggunakan nilai Mean Square Error (MSE). Nilai MSE yang semakin kecil berarti hasil klasifikasi yang diperoleh semakin baik, sebaliknya nilai MSE yang semakin besar berarti hasil klasifikasi yang diperoleh kurang baik. Jumlah iterasi yang digunakan di dalam algoritma K-Means juga sama yaitu menggunakan jumlah iterasi sebesar 50, 75, dan 100

4.3.1. Pengujian dengan Jumlah Iterasi Sebanyak 50

Pengujian dilakukan sebanyak 10 kali dengan menggunakan 6 cluster dan jumlah iterasi sebesar 50 untuk melihat nilai MSE dari masing-masing metode perhitungan distance

dengan mengambil nilai rata-rata error dengan menggunakan euclidean distance. Jumlah cluster sebesar 6 karena 3 cluster menggunakan 3 centroid yang berasal dari penentuan dengan menggunakan algoritma genetika dan 3 centroid yang berasal dari penentuan dengan menggunakan perhitungan deterministik. Pengujian dilakukan sebanyak 10 kali dan hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Pengujian dengan Menggunakan Algoritma GenClust dengan menggunakan Jumlah Iterasi Sebesar 50

Pengujian Ke- Mean Square Error

1 0.47

2 1.087

3 1.39

4 1.14

(21)

8 1.12

9 1.01

10 0.87

Rata-rata MSE 0.9637

Best MSE 0.36

Dari Tabel 4.5. terlihat bahwa secara umum nilai MSE dapat bervariasi untuk tiap kali pengujian. Variasi tersebut disebabkan oleh terdapatnya pembangkitan bilangan acak pada algoritma genetika untuk penentuan kromosom dan juga proses yang terjadi pada tahap crossover dan mutasi. Pengujian dilakukan sebanyak 10 kali, hasil pengujian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan MSE yang cukup besar antara MSE terbaik dengan MSE terburuk. MSE terbaik adalah sebesar 0.36 dan MSE terburuk adalah sebesar 1.39. Nilai Rata-rata MSE yang diperoleh adalah sebesar 0.9637.

4.3.2. Pengujian dengan Jumlah Iterasi Sebanyak 75

Pengujian dilakukan sebanyak 10 kali dengan menggunakan 6 cluster dan jumlah iterasi sebesar 75 untuk melihat nilai MSE. Jumlah cluster sebesar 6 karena 3 cluster

(22)

Tabel 4.6. Pengujian dengan Menggunakan Algoritma GenClust dengan menggunakan Jumlah Iterasi Sebesar 75

Pengujian Ke- Mean Square Error

1 0.45

2 0.65

3 1.12

4 1.12

5 0.4

6 0.85

7 0.93

8 1.05

9 1.16

10 0.45

Rata-rata MSE 0.818

Best MSE 0.4

(23)

4.3.3. Pengujian dengan Jumlah Iterasi Sebanyak 100

Pengujian dilakukan sebanyak 10 kali dengan menggunakan 6 cluster dan jumlah iterasi sebesar 100 untuk melihat nilai MSE. Jumlah cluster sebesar 6 karena 3 cluster

menggunakan 3 centroid yang berasal dari penentuan dengan menggunakan algoritma genetika dan 3 centroid yang berasal dari penentuan dengan menggunakan perhitungan deterministik. Pengujian dilakukan sebanyak 10 kali dan hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7. Pengujian dengan Menggunakan Algoritma GenClust dengan menggunakan Jumlah Iterasi Sebesar 100

Pengujian Ke- Mean Square Error

1 0.42

2 0.45

3 0.37

4 0.48

5 0.39

6 0.48

7 0.36

8 0.96

9 0.36

10 0.79

Rata-rata MSE 0.506

(24)

pada algoritma genetika untuk penentuan kromosom dan juga proses yang terjadi pada tahap crossover dan mutasi. Pengujian dilakukan sebanyak 10 kali, hasil pengujian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan MSE yang cukup besar antara MSE terbaik dengan MSE terburuk. MSE terbaik adalah sebesar 0.36 dan MSE terburuk adalah sebesar 0.96. Nilai Rata-rata MSE yang diperoleh adalah sebesar 0.506. Nilai rata-rata MSE lebih baik dibandingkan dengan pada pengujian dengan menggunakan jumlah iterasi sebesar 50 dan 75. Namun, nilai Best MSE sama dengan nilai Best MSE pada pengujian dengan 50 iterasi dan lebih baik dibandingkan dengan pengujian dengan menggunakan 70 iterasi.

Adapun hasil pengujian secara umum dengan menggunakan algoritma GenClust dapat dilihat pada Tabel 4.8. dan Gambar 4.2.

Tabel 4.8. Hasil Pengujian dengan Menggunakan Algoritma GenClust

Jumlah Iterasi Average MSE Best MSE

50 0.9637 0.36

75 0.818 0.4

100 0.506 0.36

(25)

Gambar 4.2. Hasil Pengujian dengan Menggunakan Algoritma GenClust

Pada Gambar 4.2 terlihat bahwa secara umum pada tiap tahap pengujian dapat memberikan nilai MSE yang berbeda. Variasi tersebut disebabkan oleh terdapatnya pembangkitan bilangan acak pada algoritma genetika untuk penentuan kromosom dan juga proses yang terjadi pada tahap crossover dan mutasi. Pada beberapa tahap pengujian nilai MSE dengan jumlah iterasi 50 dapat lebih baik dibandingkan dengan nilai MSE dengan jumlah iterasi sebesar 75 maupun 100. Sebagai contoh, pada pengujian ke-7 dengan jumlah iterasi sebesar 50 memberikan nilai MSE yang cukup baik yaitu sebesar 0.36. Namun, secara umum jumlah iterasi yang lebih banyak akan memberikan hasil MSE yang lebih baik. Hal ini disebabkan pada algoritma K-Means

nilai centroid yang telah ditentukan dengan menggunakan algoritma GenClust dapat disesuaikan berdasarkan pada data yang dimasukkan ke dalam suatu cluster. Hal yang menarik untuk dikaji adalah apakah performance yang diberikan akan lebih baik ketika penentuan centroid dilakukan dengan menggunakan algoritma yang telah dimodifikasi. Pada tahap selanjutnya kita akan melakukan pengujian dengan algoritma GenClust yang telah dimodifikasi, dengan jumlah iterasi yang sama yaitu menggunakan jumlah iterasi

0.47

(26)

4.4. Hasil Pengujian dengan Menggunakan Algoritma GenClust yang Telah

Dimodifikasi

Algoritma GenClust yang telah dimodifikasi akan digunakan untuk penentuan centroid. Hasil penentuan centroid dengan menggunakan Algoritma GenClust yang telah dimodifikasi ini kemudian akan diuji pada algoritma K-Means di dalam mengklasifikasikan Iris Dataset. Modifikasi algoritma GenClust ini dilakukan dengan menggunakan inisialisasi kromosom yang keseluruhan menggunakan perhitungan deterministik. Sehingga berbeda dengan algoritma GenClust sebelumunya. Pada algoritma GenClust jumlah kromosom yang digunakan sebanyak 6 kromosom, yaitu 3 kromosom menggunakan inisialisasi kromosom dari bilangan acak dan 3 kromosom menggunakan perhitungan deterministik. Pada algoritma GenClust yang telah dimodifikasi 6 buah kromosom yang digunakan berasal dari perhitungan deterministik. Kemudian centroid yang diperoleh dari algoritma GenClust yang telah dimodifikasi akan diuji untuk mengklasifikasikan data pada Iris Dataset. Perhitungan performance

dinyatakan dengan menggunakan nilai Mean Square Error (MSE). Nilai MSE yang semakin kecil berarti hasil klasifikasi yang diperoleh semakin baik, sebaliknya nilai MSE yang semakin besar berarti hasil klasifikasi yang diperoleh kurang baik. Jumlah iterasi yang digunakan di dalam algoritma GenClust yang telah dimodikasijuga sama yaitu menggunakan jumlah iterasi sebesar 50, 75, dan 100

4.4.1. Pengujian dengan Jumlah Iterasi Sebanyak 50

(27)

Tabel 4.9. Pengujian dengan Menggunakan Algoritma GenClust yang Telah Dimodifikasi Dengan Menggunakan Jumlah Iterasi Sebesar 50

Pengujian Ke- Mean Square Error

1 0.34

2 0.67

3 0.93

4 0.67

5 1

6 0.63

7 0.4

8 0.67

9 0.67

10 0.74

Rata-rata MSE 0.673

Best MSE 0.34

Dari Tabel 4.9. terlihat bahwa secara umum nilai MSE dapat bervariasi untuk tiap kali pengujian. Variasi tersebut disebabkan oleh terdapatnya pembangkitan bilangan acak pada algoritma genetika untuk tahap crossover dan mutasi. Pengujian dilakukan sebanyak 10 kali, hasil pengujian menunjukkan bahwa perbedaan MSE yang diperoleh tidak begitu besar, MSE terbaik adalah sebesar 0.34 dan MSE terburuk adalah sebesar 1. Nilai Rata-rata MSE yang diperoleh adalah sebesar 0.673.

(28)

diperoleh melalui perhitungan deterministik. Pengujian dilakukan sebanyak 10 kali dan hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10. Pengujian dengan Menggunakan Algoritma GenClust yang Telah Dimodifikasi Dengan Menggunakan Jumlah Iterasi Sebesar 75

Pengujian Ke- Mean Square Error

1 0.35

2 0.39

3 0.63

4 0.67

5 0.63

6 0.67

7 0.47

8 0.93

9 0.93

10 0.39

Rata-rata MSE 0.606

Best MSE 0.35

(29)

pada pengujian dengan menggunakan jumlah iterasi sebesar 50. Namun, nilai Best MSE sedikit kurang baik dibandingkan dengan menggunakan jumlah iterasi sebesar 50.

4.4.3. Pengujian dengan Jumlah Iterasi Sebanyak 100

Pengujian dilakukan sebanyak 10 kali dengan menggunakan 6 cluster dan jumlah iterasi sebesar 75 untuk melihat nilai MSE. Perhitungan distance menggunakan Euclidean Distance. Jumlah cluster sebesar 6 karena menggunakan 6 buah kromosom yang diperoleh melalui perhitungan deterministik. Pengujian dilakukan sebanyak 10 kali dan hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11. Pengujian dengan Menggunakan Algoritma GenClust yang Telah Dimodifikasi Dengan Menggunakan Jumlah Iterasi Sebesar 100

Pengujian Ke- Mean Square Error

1 0.11

2 0.67

3 0.63

4 0.4

5 0.63

6 0.45

7 0.44

8 0.67

9 0.35

10 0.33

(30)

Dari Tabel 4.11. terlihat bahwa secara umum nilai MSE dapat bervariasi untuk tiap kali pengujian. Variasi tersebut disebabkan oleh terdapatnya pembangkitan bilangan acak pada algoritma genetika untuk tahap crossover dan mutasi. Pengujian dilakukan sebanyak 10 kali, hasil pengujian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan MSE yang cukup besar antara MSE terbaik dengan MSE terburuk. MSE terbaik adalah sebesar 0.11 dan MSE terburuk adalah sebesar 0.67. Nilai Rata-rata MSE yang diperoleh adalah sebesar 0.468. Nilai rata-rata MSE lebih baik dibandingkan dengan pada pengujian dengan menggunakan jumlah iterasi sebesar 50 dan 75. Begitu juga nilai

Best MSE juga jauh lebih baik dibandingkan pengujian dengan menggunakan jumlah iterasi sebesar 50 dan 75.

Adapun hasil pengujian secara umum dengan menggunakan algoritma GenClust yang telah dimodifikasi dapat dilihat pada Tabel 4.12. dan Gambar 4.3.

Tabel 4.12. Hasil Pengujian dengan Menggunakan Algoritma GenClust yang Telah Dimodifikasi

Jumlah Iterasi Average MSE Best MSE

50 0.673 0.34

75 0.606 0.35

100 0.468 0.11

(31)

Adapun hasil pengujian dengan menggunakan Algoritma GenClust yang telah dimofikasi dengan menggunakan jumlah iterasi 50, 75, dan 100 dapat dilihat pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3. Hasil Pengujian dengan Menggunakan Algoritma GenClust yang Telah Dimodifikasi

Pada Gambar 4.3 terlihat bahwa secara umum pada tiap tahap pengujian dapat memberikan nilai MSE yang berbeda. Variasi tersebut disebabkan oleh terdapatnya pembangkitan bilangan acak pada algoritma genetika untuk tahap crossover dan mutasi. Pada beberapa tahap pengujian nilai MSE dengan jumlah iterasi 50 dapat lebih baik dibandingkan dengan nilai MSE dengan jumlah iterasi sebesar 75 maupun 100. Sebagai contoh, pada pengujian ke-1 dengan jumlah iterasi sebesar 50 memberikan nilai MSE yang cukup baik yaitu sebesar 0.34. Namun, secara umum jumlah iterasi yang lebih banyak akan memberikan hasil MSE yang lebih baik. Hal ini disebabkan pada algoritma

K-Means nilai centroid yang telah ditentukan dengan menggunakan algoritma GenClust

dapat disesuaikan berdasarkan pada data yang dimasukkan ke dalam suatu cluster.

0.34

(32)

4.5. Pembahasan

Pada bagian sebelumnya telah dilakukan pengujian dengan menggunakan algoritma K-Means klasik, algoritma GenClust, dan Algoritma GenClust yang telah dimodifikasi. Kaitan antara penentuan centroid dengan performance dari algoritma K-Means menarik untuk diamati. Pada algoritma K-Means klasik penentuan centroid dilakukan dengan menggunakan bilangan acak. Pada algoritma GenClust penentuan centroid berdasarkan pada algoritma genetika, di mana digunakan 6 buah kromosom yaitu 3 buah kromosom diperoleh dengan menggunakan bilangan acak dan 3 buah kromosom diperoleh dengan menggunakan perhitungan deterministik, yang selanjutnya kromosom ini akan mengalami tahapan seleksi, crossover, dan mutasi sehingga dihasilkan kromosom terbaik yang nantinya akan digunakan sebagai centroid pada Algoritma K-Means.

Peneliti memodifikasi algoritma GenClust dimana peneliti menggunakan 6 buah kromosom, di mana semua kromosom tersebut diperoleh melalui perhitungan deterministik, yang kemudian kromosom tersebut akan mengalami proses di dalam algoritma gentika yang meliputi seleksi, crossover, dan mutasi sehingga menghasilkan

centroid yang nantinya akan digunakan sebagai centroid pada algoritma K-Means. Pengujian algoritma K-Means dilakukan dengan menggunakan jumlah iterasi yang beragam yaitu sebesar 50, 75, dan 100. Adapun hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 4.13.

Tabel 4.13. Hasil Pengujian dengan Menggunakan Algoritma K-Means Klasik, Algoritma GenClust, dan Algoritma GenClust yang Telah Dimodifikasi

50 Iterasi 75 Iterasi 100 Iterasi

(33)

Berdasarkan pada Tabel 4.13 dapat dilihat bahwa secara umum penentuan centroid

berpengaruh terhadap performance dari algoritma K-Means yang ditunjukkan di dalam nilai Mean Square Error (MSE) yang diperoleh berdasarkan pada hasil klasifikasi. Penentuan centroid berpengaruh terhadap performance dari algoritma genetika karena penempatan suatu data ke dalam suatu dataset berdasarkan pada kedekatan antara koordinat objek tersebut dengan koordinat centroid dimana perhitungan distance yang digunakan adalah Euclidean Distance.

Pada algoritma K-Means klasik penentuan centroid dilakukan dengan menggunakan bilangan acak. Pada algoritma GenClust penentuan centroid berdasarkan pada algoritma genetika, di mana digunakan 6 buah kromosom yaitu 3 buah kromosom diperoleh dengan menggunakan bilangan acak dan 3 buah kromosom diperoleh dengan menggunakan perhitungan deterministik, yang selanjutnya kromosom ini akan mengalami tahapan seleksi, crossover, dan mutasi sehingga dihasilkan kromosom terbaik yang nantinya akan digunakan sebagai centroid pada Algoritma K-Means.

Peneliti memodifikasi algoritma GenClust dimana peneliti menggunakan 6 buah kromosom, di mana semua kromosom tersebut diperoleh melalui perhitungan deterministik, yang kemudian kromosom tersebut akan mengalami proses di dalam algoritma gentika yang meliputi seleksi, crossover, dan mutasi sehingga menghasilkan

centroid yang nantinya akan digunakan sebagai centroid pada algoritma K-Means. Perhitungan deterministik memiliki keunggulan karena diukur berdasarkan

density dari tiap data untuk tiap atribut pada dataset. Pada penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Rahman dan Islam (2014), algoritma GenClust digunakan untuk penentuan centroid. Peneliti tertarik untuk menggunakan 6 buah kromosom yang seluruhnya diperoleh melalui perhitungan deterministik dan hasil pengujian sebagaimana yang dapat dilihat pada Tabel 4.13, performance yang diberikan oleh algoritma GenClust yang telah dimodifikasi lebih baik dibandingkan dengan menggunakan algoritma K-Means Klasik dan juga algoritma K-Means yang dikemukakan oleh Rahman dan Islam (2014).

(34)
(35)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Kinerja yang ditunjukkan dalam bentuk nilai rata-rata MSE dan juga nilai Best

MSE menunjukkan bahwa penentuan centroid menentukan performance dari algoritma K-Means. Penentuan centroid dengan menggunakan algoritma K-Means yang telah dimodifikasi lebih baik dibandingkan dengan penentuan

centroid dengan menggunakan algoritma GenClust dan juga algoritma K-Means

Klasik.

2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Semakin besar jumlah iterasi juga akan memberikan hasil performance yang lebih baik pada algoritma K-Means. Hal ini terjadi karena pada tiap tahapan iterasi dari algoritma K-Means akan dilakukan proses penyesuaian terhadap nilai centroid berdasarkan item data yang ditempatkan di dalam suatu cluster.

5.2. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan pada penelitian ini adaah sebagai berikut.

1. Penelitian ini dapat dikembangkan dengan menambahkan banyaknya cluster

yang digunakan di dalam penelitian sehingga dapat diperoleh perbandingan hasil yang lebih baik.

Gambar

Gambar 3.2. Tahapan Proses Algoritma K-Means
Gambar 3.3. Tahapan Penentuan Nilai Centroid K-Means dengan Algoritma GenClust
Tabel 3.1. Contoh Data pada Iris Data Set
Tabel 3.2. Kromosom yang Dibangkitkan dengan Bilangan Acak
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari pengertian para ahli di atas mengenai pengertian pelatihan dapat ditarik simpulan bahwa pelatihan adalah suatu perubahan yang sistematis dari knowledge, skill,

Mengacu Tabel 19 memperlihatkan terdapat perbedaan yang bermakna dalam hal lama penyakit diare berdasarkan jenis perlakuan, dengan kata lain subjek yang mendapat formula tempe

Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa secara keseluruhan penelitian penerapan metode pembelajaran Quiz Team pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan siswa

Gangguan makan pada anak merupakan penolakan yang dilakukan oleh anak akibat dari beberapa faktor, diantaranya anak tidak menyukai makanan yang diberikan

pembelajaran Discovery Learning terhadap hasil belajar Dasar Desain di SMKS Garudaya Bontonompo. Subjek penelitian adalah Siswa Kelas X Busana dengan jumlah 27 orang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) Kelengkapan dan kondisi sarana Laboratorium Administrasi Perkantoran di SMK Muhamamdiyah 1 Wates, 2) Kelengkapan dan

Kapitasi adalah cara pembayaran biaya kesehatan dari pihak UP Jamkesda Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta kepada Puskesmas dengan dasar pertlitungaan angka pemanfaatan

Topik skripsi ini berfokus pada bagaimana model bantuan luar negeri dan pendekatan China pada negara-negara di Afrika yang dianggap cocok dan membuat banyak